PENGARUH KEMAJUAN TEKNOLOGI TERHADAP MEN
PENGARUH KEMAJUAN TEKNOLOGI TERHADAP
MENINGKATNYA BUDAYA INDIVIDUALISME DALAM
KEHIDUPAN MASYARAKAT PEDESAAN DI INDONESIA
Ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Sosial Budaya dengan
Dosen M. Januar Ibnu Adham, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh
Sasqia Yandidwane
(1510631050106)
Uce
(1510631050122)
Kelas : 5D
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2017
PENGARUH KEMAJUAN TEKNOLOGI TERHADAP
MENINGKATNYA BUDAYA INDIVIDUALISME DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT PEDESAAN DI INDONESIA
Sasqia Yandidwane¹, Uce¹, M. Januar Ibnu Adham²
¹Mahasiswa Prodi. Pendidikan Matematika FKIP, UNSIKA
²Staff Pengajar Prodi. Pendidikan Matematika FKIP, UNSIKA
Abstrak-Kemajuan teknologi merupakan salah satu dampak dari globalisasi. Tidak hanya hal
positif yang terdapat pada kemajuan teknologi namun juga terdapat hal negatif didalamnya.
Salah satunya ialah dengan tumbuhnya budaya individualisme pada lapisan masyarakat yang
mengakibatkan terkikisnya karakteristik dari masyarakat itu sendiri. Pada masyarakat desa
saat ini juga sudah mulai dijumpai budaya individualis. Artinya masyarakat desa saat ini
sudah dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan mendapatkan dampaknya yaitu, budaya
individualisme. Untuk mengatasinya masyarakat harus bijak dalam memanfaatkan kemajuan
teknologi, memiliki kontrol sosial, dan menumbuhkan kembali budaya bergotong royong.
Kata Kunci : kemajuan teknologi, budaya individualism, masyarakat desa
Abstract-Technological advances are one of the impacts of globalization. Not only the
positive things that exist in technological advancement but also there are negative things in it.
One of them is the growth of individualism culture in the society layer which resulted in the
erosion of the characteristics of the society itself. Now in the rural community also has begun
to encounter an individualist culture. This means that the rural community is now influenced
by technological progress and get the impact that is, the culture of individualism. To
overcome this, people must be wise in utilizing technological progress, have social control,
and re-grow the culture of mutual cooperation.
Keywords: technological advances, culture of individualism, rural community
Pendahuluan
Pola perilaku masyarakat kota dan desa tentunya berbeda namun dengan perbedaan
itulah yang menjadikan keduanya saling bergantung. Oleh karena itu masyarakat kota dan
desa memiliki hubungan yang sangat erat, dengan ini masyarakat yang tinggal di kota
bergantung pada hasil bumi dan ternak yang diolah di desa yang berupa bahan panganan,
seperti : beras, susu, dan gandum. Karena lapangan pekerjaan dan fasilitas umum lebih
banyak terdapat di kota – kota besar. Masyarakat desa juga banyak yang datang ke kota
(urbanisasi) untuk mencari lapangan pekerjaan, karena di desa dangat minim dengan
lapangan pekerjaan. Selain itu di kota juga memproduksi barag-barang elektronik yang dapat
digunakan untuk membantu meringankan pekerjan di desa. Dengan itu masyarakat kota juga
turut membantu perkembangan teknologi di desa menjadi lebih maju dan lebih baik lagi.
Masyarakat desa dikenal sebagai masyarakat yang memiliki gaya hidup yang
sederhana, serta sikap gotong royong yang kuat namun saat ini persatuan di kalangan para
penduduk desa semakin lama semakin lemah. Misalnya saat memperingati hari kemerdekaan
Republik Indonesia dapat ditemukan penduduk desa yang tidak mengibarkan bendera merah
putih di depan rumahnya, bahkan persentasenya tidak jauh berbeda dengan yang
mengibarkan bendera di depan rumahnya. Berbeda dengan tahun-tahun sebeumnya, perlahan
demi perlahan keacuhan tersebut mulai mengikis karakter dari struktur masyarakat desa yang
mengakibatkan berubahnya sosiologi masyarakat desa. Perubahan sosilogi masyarakat desa
tentu turut mengubah perilaku masyarakat desa. Pasti pernah kita jumpai masyarakat desa
yang saling bersaing untuk menunjukkan bahwa dirinya itu keren karena telah mencontoh
perilaku masyarakat kota dan mampu mengikuti trend masa kini. Ini juga akan mengikis
karakter dari masyarakat desa yang notabennya sederhana. Hal ini memang sangat
memperihatinkan, perlahan karakter masyarakat desa dapat berubah dan akan merubah jati
diri masyarakat desa juga.
Kajian Teori
1. Teknologi
Menurut Wikipedia teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barangbarang yang diperlukan bagi keberlangsungan dan kenyamanan hidup
manusia. Penggunaan teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan
sumber daya alam menjadi alat-alat sederhana. Penemuan prasejarah tentang
kemampuan mengendalikan api telah menaikan ketersediaan sumber-sumber
pangan, sedangakan penciptan roda telah membantu manusia dalam
beperjalanan dan mengendalikan lingkungan mereka. Perkembangan teknologi
terbaru termasuk diantaranya mesin cetak, telpon, dan internet, telah
memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi dan memungkinkan
manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global. Tetapi tidak
semua teknologi digunakan untuk tujuan damai; pengembangan senjata
penghancur yang semakin hebat telah berlangsung sepanjang sejarah, dari
pentungan sampai senjata nuklir. ( para. 1)
Teknologi Informasi menurut Richard Weiner dalam Websters New Word
Dictinonary
and Communication yang dikutrip dalam lusie astir ( 2016) disebutkan bahwa
Teknologi Informasi adalah pemprosesan, pengolahan, dan penyebaran data
oleh
kombinasi computer dan telekomunikasi” Sa’ud (2008).“Teknologi Informasi
menurut Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo (2011) adalah suatu teknologi
yang digunakan untuk mengolah data yang dimana pengolahan itu termasuk
memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam
berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi
yang relevan, akurat dan tepat waktu”. (p. 13).
Menurut O’Connor dan Galpin dalam ( Kadir : 2003 ; 15 ) yang dikutip dalam Ririn
Wiseliner (2013) mengemukakan beberapa alasan penggunaan teknologi, yaitu:
1. Secara signifikan meningkatkan pilihan-pilihan yang tersedia bagi
perusahaan dan memegang peranan penting dalam implementasi yang
efektif terhadap setiap elemen strategi pemasaran.
2. Mempengaruhi proses pengembangan strategi pemasaran karena teknologi
informasi memberikan banyak informasi ke manejer melalui pemakaian
sistem pengambil keputusan.
3. Teknologi informasi memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan
berbagai bagian yang berbeda dalam organisasi dan menyediakan banyak
informasi ke menejer. sebagai contoh, Sistem Informasi Eksekutif (EIS)
mempengaruhi aliran informasi secara vertikal dalam perusahaan. Pihak
manajemen atas memiliki
4.
Akses informasi yang lebih besar dan mengurangi ketergantungan sumber
informasi terhadap manajemen menengah. Jaringan telekomunikasi
memungkinkan informasi mengalir dengan mudah di antara departemen
dan divisi yang berbeda.
5. Teknologi informasi juga mempengaruhi antarmuka-antarmuka organisasi
dengan lingkungan, seperti pelanggan dan pemasok. Sistem antar organisasi
yang dilengkapi dengan pertukaran data elektronis menciptakan hubungan
yang lebih dekat antara organisasi dan pemasok, mefasilitas manajemen
persediaan yang lebih efesien, dan memungkinkan pendekatan tepat waktu
dalam melakukan pemesanaan kembali. (p. 17-18)
2. Budaya Individualisme
Maftuhin (2016) menjelaskan bahawa
Secara etimologis, istilah “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta Yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi”
atau “akal”. Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa yang
dianggap abik karena disertai oleh penyaringan akal pikiranmanusia, yaitu
bisa bersifat abstrak/metafisik dan benda/material. Cipta adalah hasil
pengolahan npikiran manusia yang terus berkembang menjadi suatu pola
tertentu, atau bahkan menjadi keyakinan. Keyakinan inilah yang
mengantarkan manusia kepada hakikat dari pikiran itu sendiri. Rasa adalah
hasil perenungan yang mendalam tentang pikiran beserta realita atau
keadaan yang sudah ataupun yang belum dialami. Rasa inilah akan
menghasilakn suatu perbuatan dengan nilai baik atau buuruk.rasa
sebetulnya bersifat objektif, namun keobjektifan itu akan hilang manakala
ekseistensinya
sebagai
manusia
terabaikan.Karsa
merupakan
hasil
pemikiran ditambah dengan rasa dengan diwujudkan dalam suatu tindakan
yang berpola. Dalam perkembangan dirinya sebagai manusia didunia, karsa
inilah
yang
kemusdian
menjadi
tujuan
utama,
namun
daklam
perkembangan dirinya sebagai insan tuhan, maka cipta dan rasa inilah yang
mejadi tujuan akhir. Ini berarti cipta, rasa, dan karsa merupakan suatu
kesatuan utuh yang tidak bisa dipisahkan. Dan sebagai manusia, tuhan telah
memberikan itu semua, tugas manusia untuk mengelolanya dengan baik.
(p.71-71)
Menurut Geertz (1992:5) yang dikutip dalam Rasyid Yunus (2013) menjelaskan
bahwa
kebudayaan adalah pola dari pengertian-pengertian atau makna
yang terjalin secara menyeluruh dalam simbol-simbol yang ditransmisikan
secara historis, suatu sistem mengenai konsepsi-konsepsi yang diwariskan
dalam bentuk-bentuk simbolik yang dengan cara tersebut manusia
berkomunikasi, melestarikan dan mengembangkan pengetahuan dan sikap
mereka terhadap kehidupan. Pendapat ini menekankan bahwa kebudayaan
merupakan hasil karya manusia yang dapat mengembangkan sikap mereka
terhadap kehidupan dan diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui proses komunikasi dan belajar agar generasi yang
diwariskan memiliki karakter yang tangguh dalam menjalankan kehidupan.
(p. 65).
Individualisme merupakan suatu filsafat yang memiliki pandangan moral, politik
atau
sosial yang imenekankan kemerdekaan manusia serta kepentingan
bertanggung jawab dan kebebasan sendiri. Seorang individualis akan
melanjutkan pencapaian dan kehendak pribadi. Mereka menentang
intervensi dari masyarakat, negara, dan setiap badan atau kelompok atas
pilihan pribadi mereka. Oleh karena itu, individualisme melawan segala
pendapat yang menempatkan tujuan suatu kelompok sebagi lebih penting
dari tujuan seseorang individu yang dengan sendiri adalah dasar kepada
setipa badan masyarakat. (para 1)
Individualis tmerupakan salah satu hal yang menjadi gambaran umum dimana ada
banyak sikap / prilaku masyarakat yang menggambarkan seperti :
Kurangnya komunikasi antara satuorang dengan individu lainya yang ada
disekitarnya, contohnya : tetangga dan lingkungan sekitar
Kurangnya kepedulian terhadap kepentingan orang lain yang ada disekitarnya,
contohnya : ketidak pedulian para kondisi penumpang wanita / orangtua yang
seharrusnya mendapatkan fasilitas prioritas di kendaraan umum ( contoh :
penumpang KRL)
Minimnya nteraksi dengan orang lain, seperti rekan-rekan kerja dan tetangga
sekitar rumah yang pada dasarnya adalah orang-orang yang paling sering
bertemu dan negebertatapmuka. (para. 1)
Pegertian umum dari kata yang ditangkap dari kata individualisme adalah bahwa
orang termasuk golongan ini mempunyai sifat yang egois, tidak suka
saling menolong atau gotongroyong dan tidak bersifat kekeluargaan. Kata
individualism ini seiring dengan pengertian umum tentang kapitalisme,
dikatakan kapitalisme jika seseorang hanya mengutamakan keuntungan
semata dalam hubungannya dengan mahluk sesame atau mahluk lain.
Karena sifat yang selalu mencari untung ini, mereka cenderng menjadi
oportunis dan melupakan sisi kemanusiaan. (para 1)
3. Masyarakat Pedesaan
Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu
masyarakat pemerintahan sendiri. Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan
ikatan perasaaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap
warga/anggota masyarakat yang sangat kuat hakekatnya.
Menurut Eka Nursiyamsih (2015) menjelaskan bahwa
Masyarakat merupakan suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang
saling membutuhkan dan didalam suatu system terdapat bagian-bagiannya
pasti ada hambatan-hambatan atau ketidaksesuaian diantara bagiannya,
sehingga dalam hal ini sistem harus dapat menanggulangi hambatan yang
terjadi. Masyarakat yang merupakan sistem, jika salah satu bagian dari
masyarakat tidak berfungsi sesuai dengan perannya, maka suatu sistem
tidak dapat menyesuaikan diri di lingkungan dimana mereka bertempat
tinggal. Jadi suatu sistem harus saling berfungsi sesuai dengan fungsinya
masing-masing untuk dapat menyesuaikan diri untuk memenuhi
kebutuhannya. (p. 25)
Secara formal UU Nomor 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa “Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.”.
Menurut Ayu Purnami Wulandari (2014) menjelaskan bahwa ciri-ciri masyarakat
pedesaan di Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Homogenitas sosial
Bahwa masyarakat desa terdiri dari satu atau beberapa kekerabatan saja,
sehingga pola hidup tingkah laku maupun kebudayaan sama atau homogen.
Hubungan primer pada masyarakat desa hubungan kekeluargaan dilakukan secara
musyawarah.
b. Kontrol sosial yang ketat
Setiap anggota masyarakat saling mengetahui masalah yang dihadapi anggota
lain bahkan ikut menyelesaikannya.
c. Gotong royong
Nilai-nilai gotong royong pada masyarakat pedesaan tumbuh dengan subur
dan membudaya.
d. Ikatan sosial
Setiap anggota masyarakat pedesaan diikat dengan nilai-nilai adat dan
kebudayaan secara ketat.
e. Magis religious
Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat desa sangat
mendalam.
f. Pola kehidupan
Masyarakat desa bermata pencaharian di bidang agraris, baik pertanian,
perkebunan, perikanan, dan peternakan. (p. 23-24)
Karakteristik umum masyarakat desa :
1. Sederhana
Sebagian besar masyarakat desa hidup dalamkesederhanaan. Kesederhanaan
ini terjadi karena dua hal :
a) Secara ekonomi memang tidak mampu.
b) Secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.
2. Mudah curiga
Secara umum masyarakat desa akan mudah curiga pada :
a) Hal-hal baru diluar dirinya yang belum dipahaminya
b) Seseorang/sekelompok yang bagi komunitas mereka dianggap “asing”
3. Menjunjung tinggi “unggah-nggah”
Sebagai “orang timur”, orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan atau
“unggah-unggah” apabila :
a) Bertemu dengan tetangga
b) Berhadapan dengan pejabat
c) Berhadapan dengan orang yang lebih yua/dituakan
d) Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi
e) Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya
4. Guyub, kekeluargaan
Sudah menjadi karakteristik yang khas bagi masyarakat desa bahwa suasana
kekeluargaan dan persaudaraan telah “mendarah daging” dalam hati sanubari
mereka.
5. Lugas
“Bicara apa adanya”, itulah ciri khas lain yang dimilikimasyarakat desa.
Meraka tidak peduli apakah ucapanya menyakitkan atau tidak bagi orang lain,
karena memang mereka tidak berencana untuk menyakiti orang lain. Kejujuran,
itulah yang mereka miliki.
6. Tertutup dalam hal keuangan
Biasanya masyarakat desa akan menutup diri manakala ada orang yang
bertanya tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Apalagi jika orang tersebut
belum begitu dikenalnya. Katakanlah mahasiswa yang sedang melaksanakan tugas
penelitian survey pasti akan sulit mendapakan informasi tentang jumlah
pendapatan danpengeluaran mereka.
7. Perasaan “minder” terhadap orang kota.
Satu fenomena yang ditampakan masyarakat desa, baik secara langsung
ataupun tidak langsung ketika bertemu/bergaul denagn orang kota adalah perasaan
mindernya yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk diam/tidak
banyak omong.
8. Menghargai (“ngajeni”) orang lain
Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang
pernah diterimanya sebagi “patokan” untuk membalas budi sebesar-besarnya.
Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk
penghargaan sosial atau dalam bahasa jawa biasa disebut “ngajeni”.
9. Jika diberi janji, akan selalu diingat.
Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapkan seseorang/komunitas
tertentu akan sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan kebutuhan
mereka. Hal ini didasari pengalaman/trauma yang selama ini sering mereka alami,
khususnya terkait janji-janji terkait dengan program pembangunan di daerahnya.
10. Suka gotong royong
Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki hampir seluruh kawasan di
Indonesia adalah gotong royong
11. Demokratis
Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi yang ada di desa,
pengambilan suatu keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu
dilakukan melalui mekanisme musyawarah untuk mufakat.
12. Religius
Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam keseharian
mereka taat menjalakan agamanya.secara kolekif, mereka juga mengaktualisasi
diri kedalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan.
4. Sosiologi Pedesaan
Menurut Prof. Dr. Damsar dan Dr. Indrayani dalam buku Pengantar Sosiologi
Pedesaan mengatakan bahwa sosiologi pedesaan cabang dari disiplin ilmu
sosiologi yang mempelajari tentang kehidupan masyarakat pedesaan beserta
segala hal yang terkait, termasuk struktur sosial, kondisi, proses dan sistem
sosial.
Sedangkan menurut AR Desai dalam Wikipedia menjelaskan bahwa sosiologi
pedesaan adalah ilmu mengenai masyarakat pedesaan. Dikemukakan pula
bahwa sosiologi pedesaan merupakan ilmu tentang hukum perkembangan
masyarakat pedesaan.
Ada pendapat yang selalu menekankan bahwa desa dianggap sebagai desa
pertanian, padahal pada kenyataan ada juga desa yang nonpertanian. Definisi lain
masih menggambarkan desa dengan ideal yang artinya desa secara eksplisit berbeda
dengan kota. Dengan banyaknya faktor-faktor eksternal yang masuk dan
mempengaruhi kehidupan desa maka dapat dikatakan bahwa komunitas desa mulai
berkembang ke arah komunitas kota, di mana adat-istiadat, tradisi atau pola
kebudayaan tradisional desa mengalami proses perubahan. Pengertian sosiologi
pedesaan adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai
keseluruhan yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan
kelompok dan kelompok dengan masyarakat, baik formal maupun material, baik
statis maupun dinamis. Pedesaan berasal dari suku kata desa yang berasal dari bahasa
sansekerta yaitu desi yang berarti tempat tinggal pengertian desa disini adalah suatu
kesatuan masyarakat dalam wilayah jelas baik menurut suasana yang formal maupun
informal. dimana satuan terkecilnya terdiri dari keluarga yang mempunyai wilayah
dan otonomi sendiri dalam penyelengaraan kehidupan dan keterikatan antara keluarga
keluarga dalam kelompok masyarakat terjadi sebagai akibat adanya unsur penguat
yang bersifat religius, tradisi dan adat istiadat.
Howard Newby mengatakan bahwa dalam mempelajari sosiologi pedesaan
hendaknya diarahkan pada studi tentang adaptasi masyarakat desa terhadap pengaruhpengaruh kapitalisme modern yang masuk ke desa. Latar belakang munculnya
spesialisi sosiologi pedesaan karena permasalahan sosial yang timbul di desa di
Amerika Serikat, yaitu datangnya para migran dan mengambil tanah yang tak bertuan
serta mulai berkembangnya era industrialisasi di Amerika Serikat.
Perubahan masyarakat pedesaan merupakan keadaan yang selalu berbeda dalam
batas waktu tertentu. Perubahan menyangkut struktur, norma, dan berbagai aspek lain
dalam
masyarakatan.
Perubahan
ini
biasanay
menyangkut
kebiasaan
ekonomi,perubahan tatanan politik serta perubahan pada adat kebiasaan. Perubahan
sosial sendiri akan melahirkan sebuah pembaharuan kepada berbagai kemampuan
yang sebelumnya ada. Tentu saja perubahan ini di sebabkan oleh banyak faktor baik
dari dalam maupun dari luar masyarakat. Semenjak ilmu pengetahuan dan teknologi
pesat berkembangnya perubahan sosial juga berjalan sangat cepat mengiringinya.
Demikian pulah masyarkat pedesaan tak luput dari imbas perubahan itu.
Proses sosial masyarakat desa adalah pola hubungan penduduk pedesaan dalam
rangka melangsungkan kehidupannya. Proses sosial ini meliputi hubungan dalam
kegiatan ekonomi, keagamaan, politik dan juga adat. Proses sosial masyarakat
pedesaan sangatlah kompleks dan sangat melekat pada setiap anggota yang mana
perubahan terjadi agak lambat. Lebih lambatnaya perkembangan proses sosial ini
mengingat kecenderungan untuk tetap pada kondisi semula masyarakat pedesaan yang
kuat.
Norma dan tata nilai masyarakat desa adalah piranti aturan yang mengikat pada
masyarakat pedesaan. Secara umum tata nilai yang melekat pada masyarakat desa
sangat kuat pengaruhnya pada seluruh aspek kehidupan masyarakt desa. Tata nilai ini
pulalah yang di percayai merupakan penghalang perubahan sekaligus pendorong
perubahan. Dewasa ini tata nilai di pedesaan yang mengajari tentang berbagai
keharusan dalam kehidupan di gali kembali untuk keperluan pembagunan.
Daerah pedesaan sebagaimana masyarakat lainnya memiliki struktur sosial sejak
lama. Sebagai konsekuensi dari struktur itu adalah kepemimpinan masyarakat
pedesaan. Akibat keterkaitan yang erat pada kesejarahan dan pola kepemimpinan
tradisional kebanyakan pedesaan kita biasanya memiliki model kepemimpinan sangat
memusat pada beberapa orang tokoh masyarakat. Pada wilayah luar jawa atau
pedalaman model kepemimpinan ini sangat dominan denagan kesukuan dan klan
klan. Dengan struktur yang ada dan perbedaan antara daerah maka mobilitas di
pedesaan baik horisontal maupun vertikal akan selalu terjadi. Sosiologi pedesaan juga
akan mengumpas fenomena ini sebagai bahasannya. Mobilitas sosial baik pada
masyarakat tertutup maupun terbuka dewasa ini tidak akan ketinggalan. Mengingat
begitu pentingnya mobilitas sosial dalam kehidupan bermasyarakat maka sosiologi
pedesaan juga menjadiakn sebagai bahasan utama.
Mobilitas tenaga kerja masyarakat desa juga menjadi bahasan sosiologi pedesaan.
Hal ini mengingat perkembangan ekonomi masyarakat pedesaan yang tertinggal dari
perkotaan telah mendorong mobilitas tenaga kerja besar-besaran di pedesaan.
Implikasi dari kegiatan ini juga menjadi bahasan karena adanaya mobilitas tenaga
kerja antar sektor di pedesaan telah merubah demikian cepat berbagai aspek
kehidupan masyarakat desa.
Sistem mata pencaharian masyarakat pedesaan tak lepas dari perkembagan
kebudayaan masyarakatnaya. Pergeseran dari model pertanian subsitem ke pertanian
moderen tentu berdampak pada sistem mata pencaharian masyarakat desa. Pergeseran
dari pertanian ke sektor ke sektor jasa dan perdagangan merupakan fenomena yang
tak terelakn dalam kehidupan desa. Demikian juaga sering kita jumpai mata
pencaharian di desa semakin bervariasi sementara kultur dan tata niai serta daya
dukung lahan cenderung tetap.
Budaya dan sistem religi masyarakat desa juga menarik untuk diulas sebagai pokok
bahasan dalam sosiologi pedesaan. Keunikan pola hubungan antara petani dengan
alam dan menifestasi ke-tuhanannya merupakan fenomena menarik dalam
mengunggkapkan tata nilai dan pandangan hidup masyarakat pedesaan. Dengan
derasnaya prestasi budaya dari luar dan perkembagan yang begitu pesat pada
teknologi infomasi menyebabkan sistem religi dan perkembagannya menarik untuk
di- kaji. Pandanagn mereka terhadap masa depan, terhadap kemajuan serata
menifestasi ke-tuhanannya dengan berbagai perkembagan tentu sangat penting untuk
di bahas.
Hal yang menarik untuk kita bahas tentang sosiologi pedesaan adalah pola perilaku
masyarakat pedesaan terhadap tekanan internalnay dan berbagai faktor penarik hingga
mereka melakukan migrasi ke luar. Polah musiman yang di pergunakan untuk
memanfaatkan tenaga kerja di perkotaan pada saat desa tidak ada pekerjaan sering di
lakukan. Meski hanaya pada sektor informal dan sedikit sekali yang dapat menembus
ke sektor formal namun pola ini terbukti hingga saat ini masih sering kita jumapai di
masyarakat pedesaan kita.
Pembahasan
Saat ini, banyak ditemukan budaya individualisme dalam berbagai macam lapisan
masyarakat di Indonesia. Salah satunya ialah pada masyarakat desa. Masyarakat desa yang
dikenal sebagai masyarakat yang sederhana, saling bergotong royong, dan ramah kini telah
tersentuh oleh globalisasi. Kenyataan dari globalisasi salah satunya ialah kemajuan teknologi
namun sayangnya, kemajuan teknologi ini tidak diimbangi dengan Social Control. Social
Control yang lemah atau bahkan jika sampai tidak ada Social Control maka akan
mengakibatkan mudahnya budaya luar masuk begitu saja dan diadopsi oleh masyarakat
Indonesia dan membentuk karakter masyarakat yang individualis. Terdapat kasus, pada saat
memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia ditemukan penduduk desa yang tidak
mengibarkan bendera merah putih di depan rumahnya, bahkan persentasenya tidak jauh
berbeda dengan yang mengibarkan bendera di depan rumahnya. Berbeda dengan tahun-tahun
sebeumnya, perlahan demi perlahan keacuhan tersebut mulai mengikis karakter masyarakat
pedesaan.
Hal yang menyebabkan hal demikian terjadi ialah pertama, karena adanya serangan dari
kaum kapitalis dan liberal yang ingin memporak-porandakan kesatuan dan persatuan NKRI
dengan maksud agar mereka bisa menguasai negeri ini, dengan cara-cara yang halus.
Langkah-langkah mereka yang paling menonjol adalah dengan menguasai media-media
massa, dan mengemas budaya-budaya yang notebene sangat jauh dari karakter bangsa ini dan
itu semua dilesakkan kedalam rumah-rumah kita dengan penuh keterang-terangan, seperti
televisi. Bila tidak jeli dalam memilih program acara maka kita akan terpengaruh dengan halhal yang tidak berbau keindonesiaan.
Kedua, terjadinya Reuralisasi yaitu kembalinya pelaku urbanisasi ke daerah pedesaan.
Hal ini juga dapat menyumbangkan virus-virus individualisme bagi masyarakat desa, terlebih
lagi untuk mereka yang belum pernah sama sekali menjadi pelaku urbanisasi. Masyarakat
desa yang menjadi pelaku urbanisasi, dan menetap cukup lama di kota secara otomatis
mereka akan memiliki gaya hidup masyarakat kota, seperti individualisme, walaupun tidak
keseluruhan. Dan ketika mereka kembali lagi ke desa (Reuralisasi), maka gaya hidup itu akan
terlihat oleh masyarakat desa dan besar kemungkinan untuk di tiru oleh masyarakat desa
lainnya. Ketiga, karena perkembangan serta kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi
memang membawa manfaat yang besar, namun dibalik manfaat tersebut juga terdapat
dampak negatif bagi perubahan sosial. Saat ini perangkat teknologi yang sering ditemukan di
desa ialah komputer, handphone, televisi, dan game console. Pengaruh yang bisa muncul dari
alat tersebut tentu saja tergantung dari pemanfaatannya. Tetapi dalam mengikuti
perkembangan zaman sebagai konsumen dari teknologi, banyak kontradiksi yang terjadi di
dalam menjalankan kehidupan sosial yang disebabkan oleh kemajuan teknologi yang pada
saat ini membuat kepentingan individu lebih tinggi dari kepentingan umum-nya. Dengan kata
lain kemajuan teknologi membuat rasa sosial seseorang berkurang. Dan dampak dari
kemajuan teknologi berpengaruh pada hubungan keluarga, sejawat serta lingkungan
kehidupan keseharian yang mengakibatkan manusia secara individu terdorong untuk menutup
diri dari lingkungan sekitar kehidupannya.
Dalam kemajuan teknologi rasa sosialisasi kita manusia semakin berkurang dan banyak
menimbulkan rasa prasangka terhadap sesama, sehingga dalam pertumbuhan sosial manusia
saat ini banyak terjadi perselisihan antara satu dengan yang lain-nya. Oleh karena itu
pertumbuhan sosial sangat di pengaruhi oleh perkembangan teknologi yang menyebabkan
adanya kemajuan dan kemunduran di dalamnya, sehingga mengarahkan pertumbuhan sosial
pada saat ini untuk melakukan kehidupan secara individualistis dan lebih ke-efesiensi. Hal ini
sangat jelas terasa dalam kehidupan pada saat ini, sehingga kemajuan teknologi memaksa
terjadinya perubahan sosial dalam bidang pola hidup seseorang untuk menjadi seseorang
yang kapitalisme dan menciptakan seseorang tumbuh dengan kepentingan pribadi lebih tinggi
dari kepentingan umum.
Ada beberapa cara untuk mengatasi sikap individualisme agar tidak semakin tumbuh
pesat pada tiap lapisan masyarakat di Indonesia, yaitu :
1. Masyarakat harus bisa memanfaatkan teknologi dengan bijak
2. Membuat prioritas berdasarkan moral
3. Menumbuhkan kembali semangat gotong royong, karena dengan cara gotong
royong kegiatan yang dikerjakan lebih cepat selesai dan setiap individu dapat
merasakan pentingnya gotong royong, selain itu dapat menumbuhkan tali
persaudaraan atau silaturahmi masyarakat semakin erat
4. Meningkatkan rasa solidaritas atau kepedulian antar individu yang satu dengan
yang lain
5. Menumbuhkan sifat rela berkorban
6. Bahwasanya manusia adalah makhluk sosial, jadi manusia tidak bisa hidup sendiri
dan perlu bantuan orang lain
7. Menanamkan kesadaran dan motivasi pada individu sehingga individu akan
berubah dengan kesadaran dirinya
8. Harus bisa mengedepankan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi
Kesimpulan
Kemajuan teknologi memang sangat membantu kehidupan masyarakat. Namun
nyatanya kemajuan teknologi melahirkan budaya individualisme yang salah satunya
merupakan dampak dari globalisasi. Dengan tidak diimbanginya dengan Social Control maka
globalisasi akan cepat mempengaruhi karakteristik lapisan masyarakat pedesaan dan akan
mengakibatkan terkikisnya karakter asli masyarakat pedesaan di Indonesia. Dalam kemajuan
teknologi rasa sosialisasi kita manusia semakin berkurang dan banyak menimbulkan rasa
prasangka terhadap sesama, sehingga dalam pertumbuhan sosial manusia saat ini banyak
terjadi perselisihan antara satu dengan yang lain-nya. Oleh karena itu pertumbuhan sosial
sangat di pengaruhi oleh perkembangan teknologi yang menyebabkan adanya kemajuan dan
kemunduran di dalamnya, sehingga mengarahkan pertumbuhan sosial pada saat ini untuk
melakukan kehidupan secara individualistis dan lebih ke-efesiensi. Hal ini sangat jelas terasa
dalam kehidupan pada saat ini, sehingga kemajuan teknologi memaksa terjadinya perubahan
sosial dalam bidang pola hidup seseorang untuk menjadi seseorang yang kapitalisme dan
menciptakan seseorang tumbuh dengan kepentingan pribadi lebih tinggi dari kepentingan
umum.
Ada beberapa cara untuk mengatasi sikap individualisme agar tidak semakin tumbuh
pesat pada tiap lapisan masyarakat di Indonesia, yaitu :
1. Masyarakat harus bisa memanfaatkan teknologi dengan bijak
2. Membuat prioritas berdasarkan moral
3. Menumbuhkan kembali semangat gotong royong, karena dengan cara gotong
royong kegiatan yang dikerjakan lebih cepat selesai dan setiap individu dapat
merasakan pentingnya gotong royong, selain itu dapat menumbuhkan tali
persaudaraan atau silaturahmi masyarakat semakin erat
4. Meningkatkan rasa solidaritas atau kepedulian antar individu yang satu dengan
yang lain
5. Menumbuhkan sifat rela berkorban
6. Bahwasanya manusia adalah makhluk sosial, jadi manusia tidak bisa hidup sendiri
dan perlu bantuan orang lain
7. Menanamkan kesadaran dan motivasi pada individu sehingga individu akan
berubah dengan kesadaran dirinya
8. Harus bisa mengedepankan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan ridhoNya, kami senantiasa dapat menyelesaikan artikel ini tepat waktu.
Terima kasih juga kepada bapak M. Januar Ibnu Adham, S.Pd., M,Pd. yang telah
memberikan tugas ini guna melatih kemampuan kami dalam menulis dan menganalisa suatu
kehidupan sosial dalam masyarakat.
Darftar Pustaka
Admin. (2017). Pengertian Individualisme Menurut Para Ahli. Diperoleh dari
http://www.penegertianmenurutparaahli.net/pengertian-individualistik-dan-contohnya/
Diakses pada tanggal 3 Desember 2017 pukul 11.00 WIB
Admin. (2017). Pembahasan Individualisme. Diperoleh dari
http://www.scribd.com/mobile/doc94414644/Bab-2-Pembahasan-Individual-is-Me.
Diakses pada tanggal 3 Desember 2017 pukul 11.00 WIB
Admin. (2017). Rural Community. Diperoleh dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121BAGJA_WALUYA/GEOGRAFI_DESAKOTA/Rural_Comunity.pdf. Diakses pada
tanggal 3 Desember 2017 pukul 11.00 WIB
Aminullah, D (2016). Makalah Tentang Msyarakat Pedesaan dan Perkotaan. Diperoleh dari
http://danutrimandana.blogspot.co.id/2016/03/makalah-tentang-masyarakat-pedesaandan.html. Diakses pada tanggal 20 November 2017 pukul 15.45 WIB
Astri, L. (2016). Pengaruh penggunaan produk teknologi informasi dan komunikasi terhadap
sikap moral siswa kelas VIII di SMP Erlangga Kecamatan Kotaagung Timur
Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2015/2016. Diperoleh dari
http://digilib.unila.ac.id/24343/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB
%20PEMBAHASAN.pdf. Diakses pada tanggal 3 Desember 2017 pukul 11.00 WIB
Azizah, A (2016). Gaya Hidup Individualisme di Masyarakat. Diperoleh dari
https://www.kompasiana.com/aningg/gaya-hidup-individualisme-dimasyarakat_5816d811bc9373b90a56fbea. Diakses pada tanggal 20 November 2017
pukul 16.01 WIB
Damsar, dkk. (2016). Pengantar Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Erine, L (2017). Perbedaan Pola Fikir Masyarakat Kota dan Desa. Diperoleh dari
https://www.kompasiana.com/luciaerine/perbedaan-pola-fikir-masyarakat-kota-dandesa_590008b6f37a615118802008. Diakses pada tanggal 20 November 2017 pukul
15.30 WIB
Jumanti, M. (2014). Sosiologi Pedesaan. Diperoleh dari
https://mananjumati.wordpress.com/2014/09/13/sosiologi-pedesaan/. Diakses pada
tanggal 5 Desember 2017 pukul 19.00 WIB
Maftuhin, dkk. (2016). Pendidikan Sosial Budaya.Bandung, Indonesia : CV. Maulana Media
Grafika.
Nursiyamsih, E. (2015). Kehidupan sosial-ekonomi petani dalam sistem sewa adol oyodan
pada masyarakat pedesaan (Kasus di Desa Penangkan Kecamatan Wonotunggal
Kabupaten Batang) Diperoleh dari http://lib.unnes.ac.id/20781/1/3401411075-S.pdf.
Diakses pada tanggal 3 Desember 2017 pukul 11.00 WIB
Saras, S (2014). Teknologi Mendorong Sikap Individualisme. Diperoleh dari
http://dwisucisaraswaty.blogspot.co.id/2014/01/teknologi-mendorong-sifatindividualisme.html. Diakses pada tanggal 28 November 2017 pukul 13.00 WIB
Wikipedia [2013]. Individualisme. Diperoleh dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Individualisme. Diakses pada tanggal 20 November
2017 pukul 15.47 WIB
Wikipedia. Teknologi. Diperoleh dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/teknologi. Diakses pada
tanggal 3 Desember 2017 pukul 11.00 WIB
Wisenliner, R. (2013). Pengaruh Penerapan Teknologi Informasi terhadap Kinerja
Karyawan pada PT. Serasi Autoraya-Trac Astra Rent a Car Cabang Pekanbaru.
Diperoleh dari http://repository.uin-suska.ac.id/1794/1/2013_2013213MEN.pdf.
Diakses pada tanggal 3 Desember 2017 pukul 11.00 WIB
Wulandari, A.P. (2014). Pemberdayaan masyarakat desa dalam upaya peningkatan
kesejahteraan keluarga melalui pelatihan pembuatan sapu gelagah di Desa Kajongan
Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga. Diperoleh dari
http://eprints.uny.ac.id/18907/1/ayu%20purnami%20wulandari_10102244022.pdf.
Diakses pada tanggal 3 Desember 2017 pukul 11.00 WIB
Wulandari, N. (2014). Manajemen pembelajaran berbasis teknologi informasi dan
komunikasi di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 Yogyakarta. Diperoleh dari
http://eprints.uny.ac.id/14412/1/SKRIPSI.pdf. Diakses pada tanggal 3 Desember 2017
pukul 11.00 WIB
Yunus, R. (2013). Transformasi Nilai-nilai Budaya Lokal Sebagai Upaya Pembangunan
Karakter Bangsa (Penelitian Studi Kasus Budaya Huyula di Kota Gorontalo). Jurnal
Penelitian Pendidikan, 14(1), 65.
MENINGKATNYA BUDAYA INDIVIDUALISME DALAM
KEHIDUPAN MASYARAKAT PEDESAAN DI INDONESIA
Ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Sosial Budaya dengan
Dosen M. Januar Ibnu Adham, S.Pd., M.Pd.
Disusun oleh
Sasqia Yandidwane
(1510631050106)
Uce
(1510631050122)
Kelas : 5D
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2017
PENGARUH KEMAJUAN TEKNOLOGI TERHADAP
MENINGKATNYA BUDAYA INDIVIDUALISME DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT PEDESAAN DI INDONESIA
Sasqia Yandidwane¹, Uce¹, M. Januar Ibnu Adham²
¹Mahasiswa Prodi. Pendidikan Matematika FKIP, UNSIKA
²Staff Pengajar Prodi. Pendidikan Matematika FKIP, UNSIKA
Abstrak-Kemajuan teknologi merupakan salah satu dampak dari globalisasi. Tidak hanya hal
positif yang terdapat pada kemajuan teknologi namun juga terdapat hal negatif didalamnya.
Salah satunya ialah dengan tumbuhnya budaya individualisme pada lapisan masyarakat yang
mengakibatkan terkikisnya karakteristik dari masyarakat itu sendiri. Pada masyarakat desa
saat ini juga sudah mulai dijumpai budaya individualis. Artinya masyarakat desa saat ini
sudah dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan mendapatkan dampaknya yaitu, budaya
individualisme. Untuk mengatasinya masyarakat harus bijak dalam memanfaatkan kemajuan
teknologi, memiliki kontrol sosial, dan menumbuhkan kembali budaya bergotong royong.
Kata Kunci : kemajuan teknologi, budaya individualism, masyarakat desa
Abstract-Technological advances are one of the impacts of globalization. Not only the
positive things that exist in technological advancement but also there are negative things in it.
One of them is the growth of individualism culture in the society layer which resulted in the
erosion of the characteristics of the society itself. Now in the rural community also has begun
to encounter an individualist culture. This means that the rural community is now influenced
by technological progress and get the impact that is, the culture of individualism. To
overcome this, people must be wise in utilizing technological progress, have social control,
and re-grow the culture of mutual cooperation.
Keywords: technological advances, culture of individualism, rural community
Pendahuluan
Pola perilaku masyarakat kota dan desa tentunya berbeda namun dengan perbedaan
itulah yang menjadikan keduanya saling bergantung. Oleh karena itu masyarakat kota dan
desa memiliki hubungan yang sangat erat, dengan ini masyarakat yang tinggal di kota
bergantung pada hasil bumi dan ternak yang diolah di desa yang berupa bahan panganan,
seperti : beras, susu, dan gandum. Karena lapangan pekerjaan dan fasilitas umum lebih
banyak terdapat di kota – kota besar. Masyarakat desa juga banyak yang datang ke kota
(urbanisasi) untuk mencari lapangan pekerjaan, karena di desa dangat minim dengan
lapangan pekerjaan. Selain itu di kota juga memproduksi barag-barang elektronik yang dapat
digunakan untuk membantu meringankan pekerjan di desa. Dengan itu masyarakat kota juga
turut membantu perkembangan teknologi di desa menjadi lebih maju dan lebih baik lagi.
Masyarakat desa dikenal sebagai masyarakat yang memiliki gaya hidup yang
sederhana, serta sikap gotong royong yang kuat namun saat ini persatuan di kalangan para
penduduk desa semakin lama semakin lemah. Misalnya saat memperingati hari kemerdekaan
Republik Indonesia dapat ditemukan penduduk desa yang tidak mengibarkan bendera merah
putih di depan rumahnya, bahkan persentasenya tidak jauh berbeda dengan yang
mengibarkan bendera di depan rumahnya. Berbeda dengan tahun-tahun sebeumnya, perlahan
demi perlahan keacuhan tersebut mulai mengikis karakter dari struktur masyarakat desa yang
mengakibatkan berubahnya sosiologi masyarakat desa. Perubahan sosilogi masyarakat desa
tentu turut mengubah perilaku masyarakat desa. Pasti pernah kita jumpai masyarakat desa
yang saling bersaing untuk menunjukkan bahwa dirinya itu keren karena telah mencontoh
perilaku masyarakat kota dan mampu mengikuti trend masa kini. Ini juga akan mengikis
karakter dari masyarakat desa yang notabennya sederhana. Hal ini memang sangat
memperihatinkan, perlahan karakter masyarakat desa dapat berubah dan akan merubah jati
diri masyarakat desa juga.
Kajian Teori
1. Teknologi
Menurut Wikipedia teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barangbarang yang diperlukan bagi keberlangsungan dan kenyamanan hidup
manusia. Penggunaan teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan
sumber daya alam menjadi alat-alat sederhana. Penemuan prasejarah tentang
kemampuan mengendalikan api telah menaikan ketersediaan sumber-sumber
pangan, sedangakan penciptan roda telah membantu manusia dalam
beperjalanan dan mengendalikan lingkungan mereka. Perkembangan teknologi
terbaru termasuk diantaranya mesin cetak, telpon, dan internet, telah
memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi dan memungkinkan
manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global. Tetapi tidak
semua teknologi digunakan untuk tujuan damai; pengembangan senjata
penghancur yang semakin hebat telah berlangsung sepanjang sejarah, dari
pentungan sampai senjata nuklir. ( para. 1)
Teknologi Informasi menurut Richard Weiner dalam Websters New Word
Dictinonary
and Communication yang dikutrip dalam lusie astir ( 2016) disebutkan bahwa
Teknologi Informasi adalah pemprosesan, pengolahan, dan penyebaran data
oleh
kombinasi computer dan telekomunikasi” Sa’ud (2008).“Teknologi Informasi
menurut Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo (2011) adalah suatu teknologi
yang digunakan untuk mengolah data yang dimana pengolahan itu termasuk
memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam
berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi
yang relevan, akurat dan tepat waktu”. (p. 13).
Menurut O’Connor dan Galpin dalam ( Kadir : 2003 ; 15 ) yang dikutip dalam Ririn
Wiseliner (2013) mengemukakan beberapa alasan penggunaan teknologi, yaitu:
1. Secara signifikan meningkatkan pilihan-pilihan yang tersedia bagi
perusahaan dan memegang peranan penting dalam implementasi yang
efektif terhadap setiap elemen strategi pemasaran.
2. Mempengaruhi proses pengembangan strategi pemasaran karena teknologi
informasi memberikan banyak informasi ke manejer melalui pemakaian
sistem pengambil keputusan.
3. Teknologi informasi memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan
berbagai bagian yang berbeda dalam organisasi dan menyediakan banyak
informasi ke menejer. sebagai contoh, Sistem Informasi Eksekutif (EIS)
mempengaruhi aliran informasi secara vertikal dalam perusahaan. Pihak
manajemen atas memiliki
4.
Akses informasi yang lebih besar dan mengurangi ketergantungan sumber
informasi terhadap manajemen menengah. Jaringan telekomunikasi
memungkinkan informasi mengalir dengan mudah di antara departemen
dan divisi yang berbeda.
5. Teknologi informasi juga mempengaruhi antarmuka-antarmuka organisasi
dengan lingkungan, seperti pelanggan dan pemasok. Sistem antar organisasi
yang dilengkapi dengan pertukaran data elektronis menciptakan hubungan
yang lebih dekat antara organisasi dan pemasok, mefasilitas manajemen
persediaan yang lebih efesien, dan memungkinkan pendekatan tepat waktu
dalam melakukan pemesanaan kembali. (p. 17-18)
2. Budaya Individualisme
Maftuhin (2016) menjelaskan bahawa
Secara etimologis, istilah “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta Yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi”
atau “akal”. Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa yang
dianggap abik karena disertai oleh penyaringan akal pikiranmanusia, yaitu
bisa bersifat abstrak/metafisik dan benda/material. Cipta adalah hasil
pengolahan npikiran manusia yang terus berkembang menjadi suatu pola
tertentu, atau bahkan menjadi keyakinan. Keyakinan inilah yang
mengantarkan manusia kepada hakikat dari pikiran itu sendiri. Rasa adalah
hasil perenungan yang mendalam tentang pikiran beserta realita atau
keadaan yang sudah ataupun yang belum dialami. Rasa inilah akan
menghasilakn suatu perbuatan dengan nilai baik atau buuruk.rasa
sebetulnya bersifat objektif, namun keobjektifan itu akan hilang manakala
ekseistensinya
sebagai
manusia
terabaikan.Karsa
merupakan
hasil
pemikiran ditambah dengan rasa dengan diwujudkan dalam suatu tindakan
yang berpola. Dalam perkembangan dirinya sebagai manusia didunia, karsa
inilah
yang
kemusdian
menjadi
tujuan
utama,
namun
daklam
perkembangan dirinya sebagai insan tuhan, maka cipta dan rasa inilah yang
mejadi tujuan akhir. Ini berarti cipta, rasa, dan karsa merupakan suatu
kesatuan utuh yang tidak bisa dipisahkan. Dan sebagai manusia, tuhan telah
memberikan itu semua, tugas manusia untuk mengelolanya dengan baik.
(p.71-71)
Menurut Geertz (1992:5) yang dikutip dalam Rasyid Yunus (2013) menjelaskan
bahwa
kebudayaan adalah pola dari pengertian-pengertian atau makna
yang terjalin secara menyeluruh dalam simbol-simbol yang ditransmisikan
secara historis, suatu sistem mengenai konsepsi-konsepsi yang diwariskan
dalam bentuk-bentuk simbolik yang dengan cara tersebut manusia
berkomunikasi, melestarikan dan mengembangkan pengetahuan dan sikap
mereka terhadap kehidupan. Pendapat ini menekankan bahwa kebudayaan
merupakan hasil karya manusia yang dapat mengembangkan sikap mereka
terhadap kehidupan dan diwariskan dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui proses komunikasi dan belajar agar generasi yang
diwariskan memiliki karakter yang tangguh dalam menjalankan kehidupan.
(p. 65).
Individualisme merupakan suatu filsafat yang memiliki pandangan moral, politik
atau
sosial yang imenekankan kemerdekaan manusia serta kepentingan
bertanggung jawab dan kebebasan sendiri. Seorang individualis akan
melanjutkan pencapaian dan kehendak pribadi. Mereka menentang
intervensi dari masyarakat, negara, dan setiap badan atau kelompok atas
pilihan pribadi mereka. Oleh karena itu, individualisme melawan segala
pendapat yang menempatkan tujuan suatu kelompok sebagi lebih penting
dari tujuan seseorang individu yang dengan sendiri adalah dasar kepada
setipa badan masyarakat. (para 1)
Individualis tmerupakan salah satu hal yang menjadi gambaran umum dimana ada
banyak sikap / prilaku masyarakat yang menggambarkan seperti :
Kurangnya komunikasi antara satuorang dengan individu lainya yang ada
disekitarnya, contohnya : tetangga dan lingkungan sekitar
Kurangnya kepedulian terhadap kepentingan orang lain yang ada disekitarnya,
contohnya : ketidak pedulian para kondisi penumpang wanita / orangtua yang
seharrusnya mendapatkan fasilitas prioritas di kendaraan umum ( contoh :
penumpang KRL)
Minimnya nteraksi dengan orang lain, seperti rekan-rekan kerja dan tetangga
sekitar rumah yang pada dasarnya adalah orang-orang yang paling sering
bertemu dan negebertatapmuka. (para. 1)
Pegertian umum dari kata yang ditangkap dari kata individualisme adalah bahwa
orang termasuk golongan ini mempunyai sifat yang egois, tidak suka
saling menolong atau gotongroyong dan tidak bersifat kekeluargaan. Kata
individualism ini seiring dengan pengertian umum tentang kapitalisme,
dikatakan kapitalisme jika seseorang hanya mengutamakan keuntungan
semata dalam hubungannya dengan mahluk sesame atau mahluk lain.
Karena sifat yang selalu mencari untung ini, mereka cenderng menjadi
oportunis dan melupakan sisi kemanusiaan. (para 1)
3. Masyarakat Pedesaan
Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu
masyarakat pemerintahan sendiri. Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan
ikatan perasaaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap
warga/anggota masyarakat yang sangat kuat hakekatnya.
Menurut Eka Nursiyamsih (2015) menjelaskan bahwa
Masyarakat merupakan suatu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang
saling membutuhkan dan didalam suatu system terdapat bagian-bagiannya
pasti ada hambatan-hambatan atau ketidaksesuaian diantara bagiannya,
sehingga dalam hal ini sistem harus dapat menanggulangi hambatan yang
terjadi. Masyarakat yang merupakan sistem, jika salah satu bagian dari
masyarakat tidak berfungsi sesuai dengan perannya, maka suatu sistem
tidak dapat menyesuaikan diri di lingkungan dimana mereka bertempat
tinggal. Jadi suatu sistem harus saling berfungsi sesuai dengan fungsinya
masing-masing untuk dapat menyesuaikan diri untuk memenuhi
kebutuhannya. (p. 25)
Secara formal UU Nomor 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa “Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.”.
Menurut Ayu Purnami Wulandari (2014) menjelaskan bahwa ciri-ciri masyarakat
pedesaan di Indonesia dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Homogenitas sosial
Bahwa masyarakat desa terdiri dari satu atau beberapa kekerabatan saja,
sehingga pola hidup tingkah laku maupun kebudayaan sama atau homogen.
Hubungan primer pada masyarakat desa hubungan kekeluargaan dilakukan secara
musyawarah.
b. Kontrol sosial yang ketat
Setiap anggota masyarakat saling mengetahui masalah yang dihadapi anggota
lain bahkan ikut menyelesaikannya.
c. Gotong royong
Nilai-nilai gotong royong pada masyarakat pedesaan tumbuh dengan subur
dan membudaya.
d. Ikatan sosial
Setiap anggota masyarakat pedesaan diikat dengan nilai-nilai adat dan
kebudayaan secara ketat.
e. Magis religious
Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat desa sangat
mendalam.
f. Pola kehidupan
Masyarakat desa bermata pencaharian di bidang agraris, baik pertanian,
perkebunan, perikanan, dan peternakan. (p. 23-24)
Karakteristik umum masyarakat desa :
1. Sederhana
Sebagian besar masyarakat desa hidup dalamkesederhanaan. Kesederhanaan
ini terjadi karena dua hal :
a) Secara ekonomi memang tidak mampu.
b) Secara budaya memang tidak senang menyombongkan diri.
2. Mudah curiga
Secara umum masyarakat desa akan mudah curiga pada :
a) Hal-hal baru diluar dirinya yang belum dipahaminya
b) Seseorang/sekelompok yang bagi komunitas mereka dianggap “asing”
3. Menjunjung tinggi “unggah-nggah”
Sebagai “orang timur”, orang desa sangat menjunjung tinggi kesopanan atau
“unggah-unggah” apabila :
a) Bertemu dengan tetangga
b) Berhadapan dengan pejabat
c) Berhadapan dengan orang yang lebih yua/dituakan
d) Berhadapan dengan orang yang lebih mampu secara ekonomi
e) Berhadapan dengan orang yang tinggi tingkat pendidikannya
4. Guyub, kekeluargaan
Sudah menjadi karakteristik yang khas bagi masyarakat desa bahwa suasana
kekeluargaan dan persaudaraan telah “mendarah daging” dalam hati sanubari
mereka.
5. Lugas
“Bicara apa adanya”, itulah ciri khas lain yang dimilikimasyarakat desa.
Meraka tidak peduli apakah ucapanya menyakitkan atau tidak bagi orang lain,
karena memang mereka tidak berencana untuk menyakiti orang lain. Kejujuran,
itulah yang mereka miliki.
6. Tertutup dalam hal keuangan
Biasanya masyarakat desa akan menutup diri manakala ada orang yang
bertanya tentang sisi kemampuan ekonomi keluarga. Apalagi jika orang tersebut
belum begitu dikenalnya. Katakanlah mahasiswa yang sedang melaksanakan tugas
penelitian survey pasti akan sulit mendapakan informasi tentang jumlah
pendapatan danpengeluaran mereka.
7. Perasaan “minder” terhadap orang kota.
Satu fenomena yang ditampakan masyarakat desa, baik secara langsung
ataupun tidak langsung ketika bertemu/bergaul denagn orang kota adalah perasaan
mindernya yang cukup besar. Biasanya mereka cenderung untuk diam/tidak
banyak omong.
8. Menghargai (“ngajeni”) orang lain
Masyarakat desa benar-benar memperhitungkan kebaikan orang lain yang
pernah diterimanya sebagi “patokan” untuk membalas budi sebesar-besarnya.
Balas budi ini tidak selalu dalam wujud material tetapi juga dalam bentuk
penghargaan sosial atau dalam bahasa jawa biasa disebut “ngajeni”.
9. Jika diberi janji, akan selalu diingat.
Bagi masyarakat desa, janji yang pernah diucapkan seseorang/komunitas
tertentu akan sangat diingat oleh mereka terlebih berkaitan dengan kebutuhan
mereka. Hal ini didasari pengalaman/trauma yang selama ini sering mereka alami,
khususnya terkait janji-janji terkait dengan program pembangunan di daerahnya.
10. Suka gotong royong
Salah satu ciri khas masyarakat desa yang dimiliki hampir seluruh kawasan di
Indonesia adalah gotong royong
11. Demokratis
Sejalan dengan adanya perubahan struktur organisasi yang ada di desa,
pengambilan suatu keputusan terhadap suatu kegiatan pembangunan selalu
dilakukan melalui mekanisme musyawarah untuk mufakat.
12. Religius
Masyarakat pedesaan dikenal sangat religius. Artinya, dalam keseharian
mereka taat menjalakan agamanya.secara kolekif, mereka juga mengaktualisasi
diri kedalam kegiatan budaya yang bernuansa keagamaan.
4. Sosiologi Pedesaan
Menurut Prof. Dr. Damsar dan Dr. Indrayani dalam buku Pengantar Sosiologi
Pedesaan mengatakan bahwa sosiologi pedesaan cabang dari disiplin ilmu
sosiologi yang mempelajari tentang kehidupan masyarakat pedesaan beserta
segala hal yang terkait, termasuk struktur sosial, kondisi, proses dan sistem
sosial.
Sedangkan menurut AR Desai dalam Wikipedia menjelaskan bahwa sosiologi
pedesaan adalah ilmu mengenai masyarakat pedesaan. Dikemukakan pula
bahwa sosiologi pedesaan merupakan ilmu tentang hukum perkembangan
masyarakat pedesaan.
Ada pendapat yang selalu menekankan bahwa desa dianggap sebagai desa
pertanian, padahal pada kenyataan ada juga desa yang nonpertanian. Definisi lain
masih menggambarkan desa dengan ideal yang artinya desa secara eksplisit berbeda
dengan kota. Dengan banyaknya faktor-faktor eksternal yang masuk dan
mempengaruhi kehidupan desa maka dapat dikatakan bahwa komunitas desa mulai
berkembang ke arah komunitas kota, di mana adat-istiadat, tradisi atau pola
kebudayaan tradisional desa mengalami proses perubahan. Pengertian sosiologi
pedesaan adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai
keseluruhan yakni hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan
kelompok dan kelompok dengan masyarakat, baik formal maupun material, baik
statis maupun dinamis. Pedesaan berasal dari suku kata desa yang berasal dari bahasa
sansekerta yaitu desi yang berarti tempat tinggal pengertian desa disini adalah suatu
kesatuan masyarakat dalam wilayah jelas baik menurut suasana yang formal maupun
informal. dimana satuan terkecilnya terdiri dari keluarga yang mempunyai wilayah
dan otonomi sendiri dalam penyelengaraan kehidupan dan keterikatan antara keluarga
keluarga dalam kelompok masyarakat terjadi sebagai akibat adanya unsur penguat
yang bersifat religius, tradisi dan adat istiadat.
Howard Newby mengatakan bahwa dalam mempelajari sosiologi pedesaan
hendaknya diarahkan pada studi tentang adaptasi masyarakat desa terhadap pengaruhpengaruh kapitalisme modern yang masuk ke desa. Latar belakang munculnya
spesialisi sosiologi pedesaan karena permasalahan sosial yang timbul di desa di
Amerika Serikat, yaitu datangnya para migran dan mengambil tanah yang tak bertuan
serta mulai berkembangnya era industrialisasi di Amerika Serikat.
Perubahan masyarakat pedesaan merupakan keadaan yang selalu berbeda dalam
batas waktu tertentu. Perubahan menyangkut struktur, norma, dan berbagai aspek lain
dalam
masyarakatan.
Perubahan
ini
biasanay
menyangkut
kebiasaan
ekonomi,perubahan tatanan politik serta perubahan pada adat kebiasaan. Perubahan
sosial sendiri akan melahirkan sebuah pembaharuan kepada berbagai kemampuan
yang sebelumnya ada. Tentu saja perubahan ini di sebabkan oleh banyak faktor baik
dari dalam maupun dari luar masyarakat. Semenjak ilmu pengetahuan dan teknologi
pesat berkembangnya perubahan sosial juga berjalan sangat cepat mengiringinya.
Demikian pulah masyarkat pedesaan tak luput dari imbas perubahan itu.
Proses sosial masyarakat desa adalah pola hubungan penduduk pedesaan dalam
rangka melangsungkan kehidupannya. Proses sosial ini meliputi hubungan dalam
kegiatan ekonomi, keagamaan, politik dan juga adat. Proses sosial masyarakat
pedesaan sangatlah kompleks dan sangat melekat pada setiap anggota yang mana
perubahan terjadi agak lambat. Lebih lambatnaya perkembangan proses sosial ini
mengingat kecenderungan untuk tetap pada kondisi semula masyarakat pedesaan yang
kuat.
Norma dan tata nilai masyarakat desa adalah piranti aturan yang mengikat pada
masyarakat pedesaan. Secara umum tata nilai yang melekat pada masyarakat desa
sangat kuat pengaruhnya pada seluruh aspek kehidupan masyarakt desa. Tata nilai ini
pulalah yang di percayai merupakan penghalang perubahan sekaligus pendorong
perubahan. Dewasa ini tata nilai di pedesaan yang mengajari tentang berbagai
keharusan dalam kehidupan di gali kembali untuk keperluan pembagunan.
Daerah pedesaan sebagaimana masyarakat lainnya memiliki struktur sosial sejak
lama. Sebagai konsekuensi dari struktur itu adalah kepemimpinan masyarakat
pedesaan. Akibat keterkaitan yang erat pada kesejarahan dan pola kepemimpinan
tradisional kebanyakan pedesaan kita biasanya memiliki model kepemimpinan sangat
memusat pada beberapa orang tokoh masyarakat. Pada wilayah luar jawa atau
pedalaman model kepemimpinan ini sangat dominan denagan kesukuan dan klan
klan. Dengan struktur yang ada dan perbedaan antara daerah maka mobilitas di
pedesaan baik horisontal maupun vertikal akan selalu terjadi. Sosiologi pedesaan juga
akan mengumpas fenomena ini sebagai bahasannya. Mobilitas sosial baik pada
masyarakat tertutup maupun terbuka dewasa ini tidak akan ketinggalan. Mengingat
begitu pentingnya mobilitas sosial dalam kehidupan bermasyarakat maka sosiologi
pedesaan juga menjadiakn sebagai bahasan utama.
Mobilitas tenaga kerja masyarakat desa juga menjadi bahasan sosiologi pedesaan.
Hal ini mengingat perkembangan ekonomi masyarakat pedesaan yang tertinggal dari
perkotaan telah mendorong mobilitas tenaga kerja besar-besaran di pedesaan.
Implikasi dari kegiatan ini juga menjadi bahasan karena adanaya mobilitas tenaga
kerja antar sektor di pedesaan telah merubah demikian cepat berbagai aspek
kehidupan masyarakat desa.
Sistem mata pencaharian masyarakat pedesaan tak lepas dari perkembagan
kebudayaan masyarakatnaya. Pergeseran dari model pertanian subsitem ke pertanian
moderen tentu berdampak pada sistem mata pencaharian masyarakat desa. Pergeseran
dari pertanian ke sektor ke sektor jasa dan perdagangan merupakan fenomena yang
tak terelakn dalam kehidupan desa. Demikian juaga sering kita jumpai mata
pencaharian di desa semakin bervariasi sementara kultur dan tata niai serta daya
dukung lahan cenderung tetap.
Budaya dan sistem religi masyarakat desa juga menarik untuk diulas sebagai pokok
bahasan dalam sosiologi pedesaan. Keunikan pola hubungan antara petani dengan
alam dan menifestasi ke-tuhanannya merupakan fenomena menarik dalam
mengunggkapkan tata nilai dan pandangan hidup masyarakat pedesaan. Dengan
derasnaya prestasi budaya dari luar dan perkembagan yang begitu pesat pada
teknologi infomasi menyebabkan sistem religi dan perkembagannya menarik untuk
di- kaji. Pandanagn mereka terhadap masa depan, terhadap kemajuan serata
menifestasi ke-tuhanannya dengan berbagai perkembagan tentu sangat penting untuk
di bahas.
Hal yang menarik untuk kita bahas tentang sosiologi pedesaan adalah pola perilaku
masyarakat pedesaan terhadap tekanan internalnay dan berbagai faktor penarik hingga
mereka melakukan migrasi ke luar. Polah musiman yang di pergunakan untuk
memanfaatkan tenaga kerja di perkotaan pada saat desa tidak ada pekerjaan sering di
lakukan. Meski hanaya pada sektor informal dan sedikit sekali yang dapat menembus
ke sektor formal namun pola ini terbukti hingga saat ini masih sering kita jumapai di
masyarakat pedesaan kita.
Pembahasan
Saat ini, banyak ditemukan budaya individualisme dalam berbagai macam lapisan
masyarakat di Indonesia. Salah satunya ialah pada masyarakat desa. Masyarakat desa yang
dikenal sebagai masyarakat yang sederhana, saling bergotong royong, dan ramah kini telah
tersentuh oleh globalisasi. Kenyataan dari globalisasi salah satunya ialah kemajuan teknologi
namun sayangnya, kemajuan teknologi ini tidak diimbangi dengan Social Control. Social
Control yang lemah atau bahkan jika sampai tidak ada Social Control maka akan
mengakibatkan mudahnya budaya luar masuk begitu saja dan diadopsi oleh masyarakat
Indonesia dan membentuk karakter masyarakat yang individualis. Terdapat kasus, pada saat
memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia ditemukan penduduk desa yang tidak
mengibarkan bendera merah putih di depan rumahnya, bahkan persentasenya tidak jauh
berbeda dengan yang mengibarkan bendera di depan rumahnya. Berbeda dengan tahun-tahun
sebeumnya, perlahan demi perlahan keacuhan tersebut mulai mengikis karakter masyarakat
pedesaan.
Hal yang menyebabkan hal demikian terjadi ialah pertama, karena adanya serangan dari
kaum kapitalis dan liberal yang ingin memporak-porandakan kesatuan dan persatuan NKRI
dengan maksud agar mereka bisa menguasai negeri ini, dengan cara-cara yang halus.
Langkah-langkah mereka yang paling menonjol adalah dengan menguasai media-media
massa, dan mengemas budaya-budaya yang notebene sangat jauh dari karakter bangsa ini dan
itu semua dilesakkan kedalam rumah-rumah kita dengan penuh keterang-terangan, seperti
televisi. Bila tidak jeli dalam memilih program acara maka kita akan terpengaruh dengan halhal yang tidak berbau keindonesiaan.
Kedua, terjadinya Reuralisasi yaitu kembalinya pelaku urbanisasi ke daerah pedesaan.
Hal ini juga dapat menyumbangkan virus-virus individualisme bagi masyarakat desa, terlebih
lagi untuk mereka yang belum pernah sama sekali menjadi pelaku urbanisasi. Masyarakat
desa yang menjadi pelaku urbanisasi, dan menetap cukup lama di kota secara otomatis
mereka akan memiliki gaya hidup masyarakat kota, seperti individualisme, walaupun tidak
keseluruhan. Dan ketika mereka kembali lagi ke desa (Reuralisasi), maka gaya hidup itu akan
terlihat oleh masyarakat desa dan besar kemungkinan untuk di tiru oleh masyarakat desa
lainnya. Ketiga, karena perkembangan serta kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi
memang membawa manfaat yang besar, namun dibalik manfaat tersebut juga terdapat
dampak negatif bagi perubahan sosial. Saat ini perangkat teknologi yang sering ditemukan di
desa ialah komputer, handphone, televisi, dan game console. Pengaruh yang bisa muncul dari
alat tersebut tentu saja tergantung dari pemanfaatannya. Tetapi dalam mengikuti
perkembangan zaman sebagai konsumen dari teknologi, banyak kontradiksi yang terjadi di
dalam menjalankan kehidupan sosial yang disebabkan oleh kemajuan teknologi yang pada
saat ini membuat kepentingan individu lebih tinggi dari kepentingan umum-nya. Dengan kata
lain kemajuan teknologi membuat rasa sosial seseorang berkurang. Dan dampak dari
kemajuan teknologi berpengaruh pada hubungan keluarga, sejawat serta lingkungan
kehidupan keseharian yang mengakibatkan manusia secara individu terdorong untuk menutup
diri dari lingkungan sekitar kehidupannya.
Dalam kemajuan teknologi rasa sosialisasi kita manusia semakin berkurang dan banyak
menimbulkan rasa prasangka terhadap sesama, sehingga dalam pertumbuhan sosial manusia
saat ini banyak terjadi perselisihan antara satu dengan yang lain-nya. Oleh karena itu
pertumbuhan sosial sangat di pengaruhi oleh perkembangan teknologi yang menyebabkan
adanya kemajuan dan kemunduran di dalamnya, sehingga mengarahkan pertumbuhan sosial
pada saat ini untuk melakukan kehidupan secara individualistis dan lebih ke-efesiensi. Hal ini
sangat jelas terasa dalam kehidupan pada saat ini, sehingga kemajuan teknologi memaksa
terjadinya perubahan sosial dalam bidang pola hidup seseorang untuk menjadi seseorang
yang kapitalisme dan menciptakan seseorang tumbuh dengan kepentingan pribadi lebih tinggi
dari kepentingan umum.
Ada beberapa cara untuk mengatasi sikap individualisme agar tidak semakin tumbuh
pesat pada tiap lapisan masyarakat di Indonesia, yaitu :
1. Masyarakat harus bisa memanfaatkan teknologi dengan bijak
2. Membuat prioritas berdasarkan moral
3. Menumbuhkan kembali semangat gotong royong, karena dengan cara gotong
royong kegiatan yang dikerjakan lebih cepat selesai dan setiap individu dapat
merasakan pentingnya gotong royong, selain itu dapat menumbuhkan tali
persaudaraan atau silaturahmi masyarakat semakin erat
4. Meningkatkan rasa solidaritas atau kepedulian antar individu yang satu dengan
yang lain
5. Menumbuhkan sifat rela berkorban
6. Bahwasanya manusia adalah makhluk sosial, jadi manusia tidak bisa hidup sendiri
dan perlu bantuan orang lain
7. Menanamkan kesadaran dan motivasi pada individu sehingga individu akan
berubah dengan kesadaran dirinya
8. Harus bisa mengedepankan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi
Kesimpulan
Kemajuan teknologi memang sangat membantu kehidupan masyarakat. Namun
nyatanya kemajuan teknologi melahirkan budaya individualisme yang salah satunya
merupakan dampak dari globalisasi. Dengan tidak diimbanginya dengan Social Control maka
globalisasi akan cepat mempengaruhi karakteristik lapisan masyarakat pedesaan dan akan
mengakibatkan terkikisnya karakter asli masyarakat pedesaan di Indonesia. Dalam kemajuan
teknologi rasa sosialisasi kita manusia semakin berkurang dan banyak menimbulkan rasa
prasangka terhadap sesama, sehingga dalam pertumbuhan sosial manusia saat ini banyak
terjadi perselisihan antara satu dengan yang lain-nya. Oleh karena itu pertumbuhan sosial
sangat di pengaruhi oleh perkembangan teknologi yang menyebabkan adanya kemajuan dan
kemunduran di dalamnya, sehingga mengarahkan pertumbuhan sosial pada saat ini untuk
melakukan kehidupan secara individualistis dan lebih ke-efesiensi. Hal ini sangat jelas terasa
dalam kehidupan pada saat ini, sehingga kemajuan teknologi memaksa terjadinya perubahan
sosial dalam bidang pola hidup seseorang untuk menjadi seseorang yang kapitalisme dan
menciptakan seseorang tumbuh dengan kepentingan pribadi lebih tinggi dari kepentingan
umum.
Ada beberapa cara untuk mengatasi sikap individualisme agar tidak semakin tumbuh
pesat pada tiap lapisan masyarakat di Indonesia, yaitu :
1. Masyarakat harus bisa memanfaatkan teknologi dengan bijak
2. Membuat prioritas berdasarkan moral
3. Menumbuhkan kembali semangat gotong royong, karena dengan cara gotong
royong kegiatan yang dikerjakan lebih cepat selesai dan setiap individu dapat
merasakan pentingnya gotong royong, selain itu dapat menumbuhkan tali
persaudaraan atau silaturahmi masyarakat semakin erat
4. Meningkatkan rasa solidaritas atau kepedulian antar individu yang satu dengan
yang lain
5. Menumbuhkan sifat rela berkorban
6. Bahwasanya manusia adalah makhluk sosial, jadi manusia tidak bisa hidup sendiri
dan perlu bantuan orang lain
7. Menanamkan kesadaran dan motivasi pada individu sehingga individu akan
berubah dengan kesadaran dirinya
8. Harus bisa mengedepankan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan ridhoNya, kami senantiasa dapat menyelesaikan artikel ini tepat waktu.
Terima kasih juga kepada bapak M. Januar Ibnu Adham, S.Pd., M,Pd. yang telah
memberikan tugas ini guna melatih kemampuan kami dalam menulis dan menganalisa suatu
kehidupan sosial dalam masyarakat.
Darftar Pustaka
Admin. (2017). Pengertian Individualisme Menurut Para Ahli. Diperoleh dari
http://www.penegertianmenurutparaahli.net/pengertian-individualistik-dan-contohnya/
Diakses pada tanggal 3 Desember 2017 pukul 11.00 WIB
Admin. (2017). Pembahasan Individualisme. Diperoleh dari
http://www.scribd.com/mobile/doc94414644/Bab-2-Pembahasan-Individual-is-Me.
Diakses pada tanggal 3 Desember 2017 pukul 11.00 WIB
Admin. (2017). Rural Community. Diperoleh dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197210242001121BAGJA_WALUYA/GEOGRAFI_DESAKOTA/Rural_Comunity.pdf. Diakses pada
tanggal 3 Desember 2017 pukul 11.00 WIB
Aminullah, D (2016). Makalah Tentang Msyarakat Pedesaan dan Perkotaan. Diperoleh dari
http://danutrimandana.blogspot.co.id/2016/03/makalah-tentang-masyarakat-pedesaandan.html. Diakses pada tanggal 20 November 2017 pukul 15.45 WIB
Astri, L. (2016). Pengaruh penggunaan produk teknologi informasi dan komunikasi terhadap
sikap moral siswa kelas VIII di SMP Erlangga Kecamatan Kotaagung Timur
Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2015/2016. Diperoleh dari
http://digilib.unila.ac.id/24343/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB
%20PEMBAHASAN.pdf. Diakses pada tanggal 3 Desember 2017 pukul 11.00 WIB
Azizah, A (2016). Gaya Hidup Individualisme di Masyarakat. Diperoleh dari
https://www.kompasiana.com/aningg/gaya-hidup-individualisme-dimasyarakat_5816d811bc9373b90a56fbea. Diakses pada tanggal 20 November 2017
pukul 16.01 WIB
Damsar, dkk. (2016). Pengantar Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Erine, L (2017). Perbedaan Pola Fikir Masyarakat Kota dan Desa. Diperoleh dari
https://www.kompasiana.com/luciaerine/perbedaan-pola-fikir-masyarakat-kota-dandesa_590008b6f37a615118802008. Diakses pada tanggal 20 November 2017 pukul
15.30 WIB
Jumanti, M. (2014). Sosiologi Pedesaan. Diperoleh dari
https://mananjumati.wordpress.com/2014/09/13/sosiologi-pedesaan/. Diakses pada
tanggal 5 Desember 2017 pukul 19.00 WIB
Maftuhin, dkk. (2016). Pendidikan Sosial Budaya.Bandung, Indonesia : CV. Maulana Media
Grafika.
Nursiyamsih, E. (2015). Kehidupan sosial-ekonomi petani dalam sistem sewa adol oyodan
pada masyarakat pedesaan (Kasus di Desa Penangkan Kecamatan Wonotunggal
Kabupaten Batang) Diperoleh dari http://lib.unnes.ac.id/20781/1/3401411075-S.pdf.
Diakses pada tanggal 3 Desember 2017 pukul 11.00 WIB
Saras, S (2014). Teknologi Mendorong Sikap Individualisme. Diperoleh dari
http://dwisucisaraswaty.blogspot.co.id/2014/01/teknologi-mendorong-sifatindividualisme.html. Diakses pada tanggal 28 November 2017 pukul 13.00 WIB
Wikipedia [2013]. Individualisme. Diperoleh dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Individualisme. Diakses pada tanggal 20 November
2017 pukul 15.47 WIB
Wikipedia. Teknologi. Diperoleh dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/teknologi. Diakses pada
tanggal 3 Desember 2017 pukul 11.00 WIB
Wisenliner, R. (2013). Pengaruh Penerapan Teknologi Informasi terhadap Kinerja
Karyawan pada PT. Serasi Autoraya-Trac Astra Rent a Car Cabang Pekanbaru.
Diperoleh dari http://repository.uin-suska.ac.id/1794/1/2013_2013213MEN.pdf.
Diakses pada tanggal 3 Desember 2017 pukul 11.00 WIB
Wulandari, A.P. (2014). Pemberdayaan masyarakat desa dalam upaya peningkatan
kesejahteraan keluarga melalui pelatihan pembuatan sapu gelagah di Desa Kajongan
Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga. Diperoleh dari
http://eprints.uny.ac.id/18907/1/ayu%20purnami%20wulandari_10102244022.pdf.
Diakses pada tanggal 3 Desember 2017 pukul 11.00 WIB
Wulandari, N. (2014). Manajemen pembelajaran berbasis teknologi informasi dan
komunikasi di SD Muhammadiyah Wirobrajan 3 Yogyakarta. Diperoleh dari
http://eprints.uny.ac.id/14412/1/SKRIPSI.pdf. Diakses pada tanggal 3 Desember 2017
pukul 11.00 WIB
Yunus, R. (2013). Transformasi Nilai-nilai Budaya Lokal Sebagai Upaya Pembangunan
Karakter Bangsa (Penelitian Studi Kasus Budaya Huyula di Kota Gorontalo). Jurnal
Penelitian Pendidikan, 14(1), 65.