BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (1)

MAKALAH
BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN
SYARI’AH
“BAITUL MAAL WAT TAMWIL”

Oleh :
M. Aris Santoso Cahyono P

20141221134

Kusnul Khotimah

20141221155

Fifi Prasiliya

20141221174

Roudlotul Jannah

20141221179


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SURABAYA
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya perbankan syariah di Indonesia, berkembang pula lembaga
keuangan mikro syariah dgn sarana pendukung yg lebih lengkap. Ketersedian infrastruktur
baik berupa Peraturan Mentri, Keputusan Mentri, S0P, SOM, IT, Jaringan dan Asosiasi
serta perhatian perbankan khususnya perbankan syariah mempermudah masyarakat
mendirikan BMT. BMT sebagai lembaga kredit yang bersifat eksponesial. Dari muncul
dan berkembangnya lembaga keuangan ekonomi berdasarkan syari’ah yang ada di
indonesia secara fenomenal, memicu lahirnya aspek-aspek baru yang menjadi kajian dan
diskusi yaitu aspek produk dan jasa, manajemen lembaga, dan aspek akuntansi. Dalam
persoalan bisnis yang jauh dari implikasi riba, aktifitas bisnis harus dikembangkan oleh
kaum muslim dengan diacukan dengan syari dan hukum syara. Bisnis secara syari’ah
adalah aktifitas bisnis yang syarat dan berorientasi pada nilai. Dengan demikian, laporan
atas aktifitas dan hasilnya harus dilapork an/dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah

B. Tujuan

1. Mengetahui dan Memahami Sejarah berdirinya BMT
2. Mengetahui dan Memahami Organisasi BMT
3. Mengetahui dan Memahami Prinsip Operasi BMT
4. Mengetahui dan Memahami Penghimpunan dana BMT
5. Mengetahui dan Memahami Pendirian BMT
6. Mengetahui dan Memahami Kendala pengembangan BMT
7. Mengetahui dan Memahami Strategi pengembangan BMT

PEMBAHASAN
Baitul maal wattamwil terdiri dari dua istilah yaitu baitul maal dan baitul tamwil.
Baitul maal lebih mengarah pada usaha usaha pengumpulan dana non profit seperti
sakat,infaq, dan shadaqah. Sedangkan baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dana,
penyaluran dana komersial. Usaha usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan
dari BMTbsebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan
berlandaskan syariah.
Secara kelembagaan BMT didampingi dan didukung Pusat Inkuh Bisnis Usaha Kecil
(PINBUK). PINBUK sebagai lembaga primer karena mengembang dari misi lebih luas ,
yakni menetaskan usaha kecil. Dalam prakteknya, PINBUK menetaskan BMT. BMT
menetaskan usaha usaha kecil.
Peran umum BMT adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang berdasarkan

sistem syariah. Peran ini menegaskan arti penting Prinsip prinsip syariah dalam kehidupan
ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga keuangan syariah yang bersentuhan secara
langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup.
A. Sejarah berdirinya BMT
Sejarah BMT ada di Indonesia, dimulai tahun 1984 dikembangkan mahasiswa ITB di
Masjid Salman yang mencoba menggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan syari’ah
bagi usaha kecil. Kemudian BMT lebih di berdayakan oleh ICMI (Ikatan Cendikiawan
Muslim Indonesia) sebagai sebuah gerakan yang secara operasional ditindaklanjuti oleh
Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK).
BMT membuka kerjasama dengan lembaga pemberi pinjaman dan peminjam bisnis
skala kecil dengan berpegang pada prinsip dasar tata ekonomi dalam agama Islam yakni
saling rela, percaya dan tanggung jawab, serta terutama sistem bagi hasilnya. BMT terus
berkembang. BMT akan terus berproses dan berupaya mencari trobosan baru untuk
memajukan perekonomian masyarakat, karena masalah muammalat memang berkembang
dari waktu ke waktu. BMT begitu marak belakangan ini seiring dengan upaya umat untuk
kembali berekonomi sesuai syariah dan berkontribusi menanggulangi krisis ekonomi yang
melanda Indonesia sejak tahun 1997. Karena prinsip penentuan suka rela yang tak
memberatkan, kehadiran BMT menjadi angin segar bagi para nasabahnya. Itu terlihat dari
operasinya yang semula hanya terbatas di lingkungannya, kemudian menyebar ke daerah
lainnya. Dari semua ini, jumlah BMT pada tahun 2003 ditaksir 3000-an tersebar di

Indonesia, dan tidak menutup kemungkinan pertumbuhan BMT pun akan semakin
meningkat seiring bertambahnya kepercayaan masyarakat.

B. Organisasi BMT
Untuk memperlancar tugas BMT maka diperlukan struktur yang mendiskripsikan
alur kerja yang harus dilakukan oleh personil yang ada dalam BMT tersebut. Struktur
organisasi BMT meliputi, musyawarah anggota pemegang simpanan pokok, dewan
syariah, pembina manajemen, manajer, pemasaran, kasir, dan pembukuan. Adapun tugas
dari masing-masing struktur diatas adalah sebagai berikut :
1. Musyawarah anggota pemegang simpanan pokok
Memegang kekuasan tertinggi di dalam memutuskan kebijakan-kebijakan makro
BMT.
2. Dewan Syariah
Bertugas mengawasi dan menilai operasionalisasi BMT
3. Pembina Manajemen
Bertugas untuk membina jalannya BMT dalam merealisasikan programnya.
4. Manajer
Bertugas menjalankan amanat musyawarah anggota BMT dan memimpin BMT dalam
merealisasikan programnya.
5. Pemasaran

Bertugas untuk mensosialisasikan dan mengelolah produk-produk dalam negeri.
6. Pembukuan
Bertugas untuk melakukan pembukuan atas aset dan omset BMT.
7. Kasir
Bertugas melayani nasabah
Dalam struktur organisasi standart dari PINBUK, musyawarah anggota pemegang
simpanan pokok melakukan koordinasi dengan Dewan Syariah dan Pembina manajemen
dalam mengambil kebijakan kebiajakan yang akan dilakukan oleh manajer. Manajer
memimpin berlangsungnya maal dan tamwil. Tamwil terdiri dari pemasaran, kasir dan
pembukuan. Sedangkan anggota dan nasabah berhubungan koordinatif dengan maal,
pemasaran, kasir dan pembukuan.

Struktur Organisasi BMT Standar Pinbuk

Musyawarah Anggota Pemegang
Simpanan Pokok

Dewan Syariah

Pembina Manajemen


Maal

Anggota dan
Nasabah
Pemasaran

Tamwil
Kasir

Pembukuan

Keterangan :

Garis Koordinasi
Garis Komando

Tetapi dalam kenyataan setiap BMT memiliki struktur organisasi yang berbeda beda, hal ini
di pengaruhi oleh :
a. Ruang lingkup atau wilaya operasi BMT

b. Efektifitas dalam pengelolaan organsasi
c. Orientasi program kerja yang akan di realisasikan dalam jangka pendek dan
panjang
d. Jumlah SDM yang diperlukan dalam menjalankan operasional BMT

C. Prinsip Operasi BMT
BMT didirikan berasaskan pada masyarakat yang salaam yaitu penuh keselamatan,
kedamaian, dan kesejahteraan. Prinsisp dasar BMT adalah sebagai berikut :
1. Ahsan (mutu hasil kerja terbaik), thayyiban (terindah), ahsanu ‘amala (memuaskan
semua pihak), dan sesuai dengan nilai-nilai salaam.

2. Keimanan dan ketaqwaan pada Allah SWT dengan mengimplementasikan prinsipprinsip syariah dan muamalah islam ke dalam kehidupan nyata.
3. Barokah, artinya berdaya guna, berhasil guna, adanya penguatan jaringan, transparan
4.
5.
6.
7.
8.

(keterbukaan) dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada masyarakat.

Penguatan nilai ruhiyah.
Demokratis, parsitipatif, inklusif
Non diskriminatif
Kekeluargaan
Peka dan bijak terhadap pengetahuan dan budaya lokal, serta keanekaragaman

budaya.
9. Berkelanjutan.
Dalam menjalankan usahanya BMT tidak jauh dengan BPR Syariah yakni
meggunakan 3 prinsip operasi :
1. Prinsip bagi hasil
Dengan prinsip ini ada pembagian hasil dari pemberi pinjaman dengan BMT.
a) Mudharabah
b) Musyarakah
c) Muzara’ah
d) Musaqah
2. Sistem jual beli
Sistem ini merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam pelaksanaannya BMT
mengangakat nasabah sebagai agen yang diberi kuasa melakukan pembelian barang
atas ama BMT, dan kemudian bertindak sebagai penjual, dengan menjual, barang

yang telah dibelinya tersebut dengan ditambah mark –up. Keuntungan BMT nantinya
akan dibagi kepada penyedia dana.
a) Bai’ al- Mudharabah
b) Bai’ as – salam
c) Bai’al- Istishna
d) Bai’ Bitsaman Ajil
3. Sistem Non Profit
Sistem yang sering disebut sebagai pembiayaan kebajikan merupakan
pembiayaan yang bersifat sosial dan non- komersialNasabah cukup mengemblikan
pokok pinjamannya saja.

a) Al Qordhul Hasan
D. Penghimpunan dana BMT
1. Penyimpanan & Penggunaan Dana
a) Sumber Dana BMT
- Dana Masyarakat
- Simpanan Biasa
- Simpanan Berjangka atau deposito
- Lewat kerja antara lembaga atau institusi
Dalam penggalangan dana BMT biasanya terjadi transaksi yang berulang-ulang

baik penyetoran maupun penarikan.
b) Kebiasaan Penggalangan Dana
- Penyandang dana rutin tapi tetap besarnya dana variatif
- Penyandang dana rutin tidak tetap besarnya dana biasanya variatif
- Penyandang dana rutin temporal-deposito minimal Rp 1.000.000 sampai Rp
5.000.000
c) Pengambilan Dana
- Pengambilan dana rutin tertentu yang tetap
- Pengambilan dana tidak rutin tapi tertentu
- Pengambilan dana tidak tertentu
- Pengambilan dana sejumlah tertentu tapi pasti
d) Penyimpanan & penggalangan dalam masyarakat dipengaruhi
- Memperhatikan momentum
- Mampu memberikan keuntungan
- Memberikan rasa aman
- Pelayanan optimal
- Profesionalisme

2. Penggunaan Dana
a) Penggalangan dana digunakan untuk

- Penyaluran melalui pembiayaan
- Kas tangan
- Ditabungkan di BPRS atau di Bank Syariah
b) Penggunaan dana masyarakat yang harus disaluran kepada :
- Penggunaan dana BMT yang rutin & tetap
- Penggunaan dana BMT yang rutin tapi tidak tetap
- Penggunaan dana BMT yang tidak tentu tapi tetap
- Penggunaan dana BMT tidak tentu
c) Sistem pengangsuran atau pengembalian dana
- Pengangsuran yang rutin & tetap
- Pengangsuran yang tidak rutin & tetap
- Pengangsuran yang jatuh tempo
- Pengangsuran yang tidak tentu (kredit macet)
d) Klasifikasi pembiayaan :
- Perdagangan
- Industri rumah tangga
- Pertanian / peternakan / perikanan
- Konveksi

- Konstruksi
- Percetakan
- Jasa-jasa/lain
e) Jenis angsuran
- Harian
- Mingguan
- 2 Mingguan
- Bulanan
- Jatuh tempo
3. Pelayanan Zakat & Shadaqoh
a) Penggalangan dana Zakat, Infaq & Shadaqoh
- ZIS masyarakat
- Lewat kerjasama antara BMT dengan lembaga Badan Amil Zakat Infaq &
Shadaqoh (BAZIS)
b) Dalam penyaluran dana ZIS
- Digunakan untuk pemberian pembiayaan yang sifatnya hanya membantu
- Pemberian bea siswa bagi peserta yang berprestasi atau kurang mampu
membayar SPP
- Penutupan terhadap pembiayaan yang macet karena faktor kesulitan pelunasan
- Membantu masyarakat yang perlu pengobatan
E. Pendirian BMT
1. Modal pendirian BMT
BMT dapat didirikan dengan modal awal sebesar Rp 20.000.0000 atau lebih.
Namun demikian jika terdapat kesulitan dalam mengumpulan modal awal, dapat
dimulai dengan modal Rp 10.000.000 bahkan Rp 5.000.000. Modal awal ini dapat
berasal dari satu atau beberapa tokoh masyarakat setempat, yayasan, kas masjid atau
BAZIS setempat. Namun sejak awal anngota pendiri BMT harus terdiri dari antara 20
sampai 44 orang.Jumlah batasan 20 sampai 44 anggta pendiri, ini diperlukan agar
BMT menjadi milik masyarakat setempat.
2. Badan Hukum BMT
BMT dapat didirikan dalam bentuk kelompok swadaya masyarakat atau
koperasi
a) KSM adalah Kelompok Swadaya Masyarakat dengan mendapat Surat Keterangan
Operasional dan PINBUK ( Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil )
b) Koperasi serba usaha atau koperasi syariah
c) Koperasi simpan pinjam syariah
3. Tahapan Pendirian BMT
Adapun tahap-tahap yang perlu dilakukan daam pendirian BMT adalah
sebagai berikut :
a) Premakarsa membentuk panitia Penyiapan Pendirian BMT (P3B) dilokasi
tertentu, seperti masjid, pesantren, desa miskin, kelurahan, kecamatan atau lainnya
b) P3B mencari modal awal atau modal perangsang sebesar Rp 5.000.000 sampai Rp
10.000.000 atau lebih besar mencapai Rp 20.000.000 untuk segera memulai

langkah operasional. Modal awal ini dapat berasal dari perorangan, lembaga,
yayasan, BAZIS, pemda atau sumber lainnya
c) Atau langsung mencari pemodal-pemodal pendiri dari sekitar 20 sampai 44 orang
dikawasan itu untuk mendapatkan dana urunan hingga mencapai jumlah Rp
20.000.000 atau minimal Rp 5.000.000
d) Jika salon pemodal telah ada maka dipilih pengurus yang ramping (3-5 orang)
yang akan mewakili pendiri dalam mengerahkan kebijakan BMT
e) Melatih 3 calon pengelola (minimal berpendidikan D3 lebih baik S1) dengan
menghubungi Pusdiklat PINBUK Propinsi atau Kab/Kota
f) Melaksanakan persiapan-persiapan sarana pekantoran dan formulir yang
diperlukan
g) Menjalankan bisnis operasi BMT secara profesional dan sehat
Tahap – Tahap Penyiapan BMT
1
Para sahabat Mulai
mengambil prakarsa

Beberapa rekan, sahabat, kaji
buku cara pendirian BMT,
informasi dll

7

11 a
Siapkan Legalitas
Hukum

PINBUK sebagai
LPSM/LPKM

Sertifikat Kemitraan
BMT-PINBUK

Dinas Kantor / Badan
KOPERASI Kab/Kota

3

2

PENGURUS

Menyiapkan panitia
pendirian BMT

4

5
Perluas caloncalon pendiri

Cari Modal
Awal/Perangsang

8
CALON
PENGURUS
11 b

10
6

KSP Syariah
KSU Unit Syariah
Kopsyah BMT,
KOPONTREN

BMT OPERASI

Siapkan Sarana Kantor
dan perangkat
Administrasi

Modal Awal
( Simpanan Pokok Khusus)
9
Pelatihan dan
Magang

Setelah BMT berdiri maka perlu diperhatikan bahwa struktur organisasi BMT
yang paling sederhana harus terdiri dari badan pendiri, badan pengawas, anggota BMT
dan badan pengelola.
1. Badan Pendiri adalah orang-orang yang mendirikan BMT & mempunyai hak
prerogatif yang seluas-luasnya dalam menentukan arah dan kebijakan BMT. Dalam
kapasitas ini, badan pendiri adalah salah satu struktur dalam BMT yang berhak
mengubah anggaran dasar dan bahkan sampai membubarkan BMT.
2. Badan Pengawas adalah badan yang berwenang dalam menetapkan kebijakan
operasional BMT. Yang termasuk ke dalam kebijakan operasional adalah antara lain
memilih badan pengelola, menelaah dan memeriksa pembukuan BMT, dan
memberikan saran kepada badan pengelola berkenaan dengan operasional BMT.
Pihak-pihak yang bisa masuk menjadi badan pengawas adalah anggota, badan pendiri,
penyerta modal awal yang memiliki penyertaan tetap, dan anggota BMT yang
diangkat dan ditetapkan badan pendiri atas usulan badan pengawas
3. Anggota BMT adalah orang-orang yang secara resmi mendaftarkan sebagai anggota
BMT dan dinyatakan diterima oleh badan pengelola. Selain hak untuk mendapatkan
keuntungan atau menanggung kerugian yang diperoleh BMT, anggota juga memiliki
hak untuk memilih & dipilih sebagai anggota badan pengawas. Anggota BMT terdiri
dari para pendiri dan para anggota biasa yang mendaftarkan diri setelah BMT berdiri
dan beroperasi
4. Badan Pengelola adalah sebuah badan yang mengelola BMT serta dipilih dari dan
oleh anggota badan pengawas ( badan pendiri & perwakilan anggota). Sebagai
pengelola BMT, badan pengelola ini biasanya memiliki struktur organisasi tersendiri.
Struktur organisasi pengelola BMT secara umum dapat disusun baik secara sederhana
maupun secara lengkap.
F. Kendala pengembangan BMT
Dalam perkembangan BMT tentunya tidak lepas dari berbagai kendala, kendala
tersebut antara lain:
1. Akumulasi dana kebutuhan dana masyarakat belum bisa di penuhi oleh BMT. Hal ini
yang menjadikan nilai pembiayaan dan jangka waktu pembayaran kewajiban dari
nasabah cukup cepat. Dan belum tentu pembiayaan yang di berikan BMT cukup
memadai untuk modal usaha masyarakat.

2. Walaupun keberadaan BMT cukup di kenal tetapi masih banyak masyarakat
berhubungan dengan rentenir. Hal ini di sebabkan masyarakat membutuhkan
pemenuhan dana yang memadai dan pelayanan yang cepat, walaupun ia membayar
bunga yang cukup tinggi, ternyata ada beberapa daerah yang terdapat BMT masih ada
rentenir, artinya BMT belum mampu memberikan pelayanan yang memadai dalam
jumlah dana dan waktu.
3. Beberapa BMT cenderung menghadapi masalah masalah yang sama, misalnya
nasabah yang bermasalah. Kadang ada satu nasabah yang tidak hanya bermasalah di
satu tempat tetapi di tempat lain juga bermasalah. Oleh karena itu perlu upaya dari
masing-masing BMT untuk melakukan koordinasi dalam rangka mempersempit gerak
nasabah yang bermasalah.
4. BMT cenderung menghadapi BMT lain sebagai lawan yang harus di kalahkan, bukan
sebagai partner dalam upaya untuk mengeluarkan masyarakat dari permasalahan
ekonomi yang mereka hadapi. Keadaan ini kadang menciptakan iklim persaingan
yang tidak islami. Bahkan hal ini mempengaruhi pola pengelolaan BMT tersebut lebih
pragmatis.
5. Dalam kegiatan rutin BMT cenderung mengarahkan pengelola untuk lebih
berorientasi pada persoalan bisnis sehingga timbul kecenderungan kegiatan BMT
bernuansa pragmatis lebih dominan daripada kegiatan yang bernuansa idealis.
6. Daalmk

upaya

untuk

mendapatkan

nasabah

timbul

kecenderungan

BMT

mempertimbangkan besarnya bunga di bank konvensional terutama untuk produk
yang berprinsip jual beli. Hal ini akan mengarahkan nasabah untuk berpikir profit
oriented daripada memahamkan aspek syariah, lewat cara membandingkan
keuntungan bagi hasil BMT dengan bunga di bank dan lembaga keungan
konvensional.
7. BMT cenderung menjadi baitul tamwil daripada baitul maal. Dimana lebih banyak
menghimpun dana yang di gunakan untuk bisnis daripada untuk mengelola zakat,
infaq dan shodaqoh.
8. Pengetahuan pengelola BMT sangat mempengaruhi BMT tersebut dalam menangkap
masalah-masalah dan menyikapi masalah ekonomi yang terjadi di tengah tengah
masyarakat. Sehingga menyebabkan dinamisasi dan inovasi BMT tersebut kurang.

G. Strategi pengembangan BMT
1. BMT di tuntut meningkatkan sumber daya melalui pendidikan formal maupun non
formal, menyelenggarakan program-program pelatihan bisnis atau kewirausahaan
secara berkala bagi anggota-anggotanya.
2. BMT seharusnya berkonsentrasi pada pengelolaan pinjaman-pinjaman bernilai kecil
kepada usaha-usaha mikro dan kecil. Pada nasabah yang membutuhkan jumlah besar
sebaiknya mendapatkan pembiayaan dari bank.
3. Meningkatkan teknik pemasaran, guna memperkenlakan eksistensi BMT di tengahtengah masyarakat.
4. Perlunya inovasi, kebebasan dalam melakukan inovasi produk yang sesuai dengan
syariah di perlukan supaya BMT mampu tetap meksis di tengah tengah masyarakat.
5. Untuk meningkatkan kualitas BMT di perlukan pengetahuan strategik dalam bisnis.
Hal ini di perlukan untuk meningkatkan profesionalisme BMT dalam bidang
pelayanan. Isu-isu dalam pelayann dalam bidang ini adalah pelayanan tepat waktu,
pelayanan siap sedia, pelayanan siap dana, dan sebagainya.
6. Pengembangan aspek paradigmatik, di perlukan pengetahuan mengenai aspek bisnis
islami sekaligus meningkatkan muatan-muatan islam dalam setiap perilaku pengelola
dan karyawan BMT dengan masyarakat pada umumnya dan nasabah pada khususnya.
7. Sesama BMT sebagai partner dalam rangka mengetaskan ekonomi masyarakat,
demikian antar BMT dengan BPR syariah ataupun bank syariah merupakan suatu
kesatuan yang berkesinambungan yang antara satu dengan yang lainnya mempunyai
tujuan untuk menegaskan syariat islam di dalam bidang ekonomi.
8. Perlu adanya evaluasi bersama guna memberikan peluang bagi BMT untuk lebih
kompetitif. Evaluasi ini bisa di laukan dengan cara mendirikan lembaga evaluasi
BMT atau lembaga sertifikasi BMT. Lembaga ini bertujaun khusus untuk memberikan
laporan peringkat kinerja kwartalan atau tahunan di seluruh indonesia.

PENUTUP
A. KESIMPULAN
BMT merupakan suatu lembaga yang terdiri dari dua istilah Baitul Maal dan Baitul
Tamwil. Baitul Maal lebih mengarah pada usaha-usaha penghimpunan dan penyaluran
dana yang nonprofit, seperti zakat, infaq dan shodaqah. Adapun Baitul Tamwil sebagai
usaha penghimpunan dan penyaluran dana komersial.
BMT dapat didirikan dan di kembangkan dengan suatu proses legalitas hukum yamng
bertahap. Awalnya dapat di mulaidalam bentuk kelompok swadaya masyarakat atau
koperasi antara lain:
- KSM adalah kelompok swadaya masyarakat dengan mendapat surat keterangan
operasional dan PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil).
- Koperasi serba usaha atau koperasi syari’ah
- Koperasi simpan pinjam syari’ah (KPS-S).
Strategi pengembangan BMT di tuntut meningkatkan sumber daya melalui
pendidikan formal maupun non formal, menyelenggarakan program-program pelatihan
bisnis atau kewirausahaan secara berkala bagi anggota-anggotanya.

B. DAFTAR PUSTAKA
http://rahman8194.blogspot.co.id/2013/11/baitul-mal-wa-tamwil-bmt.html
(buku 1- Bank Lembaga Keuangan Syari’ah – Andri Soemitra, MA)
(buku 2 - Lembaga Keuangan Islam – Nurul Huda dan Mohammad Heykal)
(buku 3 - Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah Edisi 2 – Heri Sudarsono)