PENGARUH PERSEDIAAN TERHADAP TINGKAT LAB

PENGARUH PERSEDIAAN
TERHADAP TINGKAT LABA PADA PERUSAHAAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Sherlina
Atma Jaya Makassar University
[email protected]

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari persediaaan terhadap tingkat laba
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2015. Penelitian ini
menggunakan sampel sebanyak 20 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2010-2015. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari situs
www.idx.co.id. Proses analisis data yang dilakukan terlebih dahulu adalah uji asumsi
klasik dan selanjutnya dilakukan dengan pengujian hipotesis. Metode statistik yang
digunakan adalah regresi linier. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan
persediaan

berpengaruh

secara


signifikan

terhadap

tingkat

profitabilitas.

Kata kunci : Persediaan, tingkat laba

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah perusahaan yang menjalankan suatu kegiatan (bisnis) yang dikelola oleh
pemiliki dan manajemen pasti memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utama
dari setiap perusahaan adalah untuk menghasilkan laba atau keuntungan yang maksimal dan
usaha yang dijalankan memiliki kelangsungan usaha dalam jangka waktu yang panjang/going
concern. Namun dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan banyak menghadapi tantangan,
hal ini dikarenakan seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi yang
semakin pesat, semakin ketatnya persaingan dunia usaha dalam era globalisasi serta krisis

ekonomi pada saat ini. Menurut Sari dan Budiasih (2014), di dalam persaingan bisnis yang

kompetitif menuntut para pelaku bisnis untuk mengelola perusahaannya secara efektif dan
efisien agar dapat bertahan dan memenangkan persaingan tersebut.
Saat semakin ketatnya persaingan dunia bisnis, perusahaan berlomba-lomba
untuk mencapai tujuan mereka masing-masing, baik tujuan jangka pendek maupun
tujuan jangka

panjang.

Tujuan

jangka

pendek

perusahaan

adalah


untuk

mendapatkan keuntungan yang optimal, sedangkan tujuan jangka panjang adalah
menaikkan nilai suatu perusahan. Salah satu cara perusahaan untuk mencapai tujuannya
adalah dengan manajemen yang baik, dan adanya suatu kebijakan yang tepat untuk
perusahaan.
Persediaan barang dagangan merupakan elemen yang sangat penting dalam
penentuan beban pokok penjualan pada perusahaan dagang, baik perusahaan dagang
eceran maupun

perusahaan

dagang partai besar.Persediaan berpengaruh terhadap

neraca dan laporan laba rugi. Dalam neraca sebuah perusahaan dagang, persediaan
seringkali merupakan bagian yang sangat besar dari keseluruhan aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan. Dalam laporan laba rugi, persediaan memegang peranan yang
sangat vital dalam penentuan hasil operasi perusahaan untuk suatu periode.
Bagi setiap perusahaan, biaya merupakan suatu komponen yang sangat penting
dalam menunjang pelaksanaan kegiatan dalam usaha mencapai suatu tujuan. Tujuan itu

dapat tercapai apabila biaya yang dikeluarkan sebagai bentuk suatu pengorbanan oleh
perusahaan yang bersangkutan telah diperhitungkan secara tepat. Oleh karena itu, untuk
dapat tetap bersaing dengan perusahaan lain, maka perusahaan harus dapat mengelola
dan memperhitungkan biaya secara tepat, agar tercipta suatu efisiensi biaya.
Dengan terwujudnya efisiensi biaya diharapkan perusahaan dapat memperoleh
laba yang optimal. Setiap perusahaan yang berorientasi mencari laba harus dapat mengelola
perusahaan tersebut

dengan

seefektif

dan

seefisien

mungkin sehingga

dapat


meminimalisasikan kemungkinan terjadinya kerugian dan memaksimalisasikan keuntungan
yang dapat menunjang kemajuan dari kehidupan usaha tersebut. Untuk mengetahui adanya
perbedaan pada 2 kondisi, yaitu kondisi dimana perusahaan tidak menerapkan Just In
Time dengan jika perusahaan menerapkan Just In Time, serta untuk mengetahui adanya
pengaruh dari penerapan Just in Time terhadap tingkat laba.

Penelitian ini
perusahaan

bertujuan untuk mengetahui sistem persediaan yang dilakukan

serta untuk mengetahui

pengaruh

persediaan

terhadap

peningkatan


profitabilitas.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang
dirumuskan adalah : Apakah ada pengaruh persediaan terhadap tingkat laba pada perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2015?
1.3 Tujuan Penelitian
Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas sehingga dapat memberikan arah
dalam pelaksanaan penelitian tersebut. Adapun tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh persediaan terhadap tingkat laba pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2010-2015.

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan pemikiran yang berkaitan dengan
pengaruh persediaan terhadap tingkat laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2010-2015.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak manajemen untuk menetapkan perencanaan dan
pengambilan keputusan di masa yang akan datang sehingga tujuan utama perusahaan untuk
mencapai laba yang ditargetkan, dapat bersaing dan bertahan dalam perkembangan dunia

bisnis dapat tercapai sesuai harapan perusahaan.
3. Sebagai bahan kajian untuk menambah wawasan pemikiran dalam rangka pengembangan
ilmu ekonomi khususnya pada bidang Akuntansi.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persediaan
Pengertian Persediaan
Persediaan adalah bagian utama dalam neraca dan seringkali merupakan perkiraan
yang nilainya cukup besar yang melibatkan modal kerja yang besar. Tanpa adanya persediaan
barang dagangan, perusahaan akan menghadapi resiko dimana pada suatu waktu tidak dapat
memenuhi keinginan dari para pelanggannya. Tentu saja kenyataan ini dapat berakibat buruk
bagi perusahaan, karena secara tidak langsung perusahaan menjadi kehilangan kesempatan
untuk memperoleh keuntungan yang seharusnya didapatkan.
Menurut (standar akuntansi keuangan, 1999) pengertian persediaan adalah aktiva:
1. yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
2. dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
3. dalam bentuk bagan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa
Pengertian persediaan dalam hal ini adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang
milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode waktu tertentu atau

persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun
persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar kegiatan operasi perusahaan,
yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang, serta
selanjutnya menyampaikannya kepada para pelanggan atau konsumen. Adapun alasan
diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan menurut Freddy Rangkuti (1996:2) adalah:

Alasan diperlukannya persediaan, antara lain :
1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi dan untuk memindahkan
produk dari suatu tingkat proses ke tingkat proses lainnya yang disebut persediaan
dalam proses dan pemindahan
2. Alasan organisasi, untuk memungkinkan suatu unit membuat jadwal operasinya
secara bebas tidak tergantung dari yang lainnya.
Sedangkan persediaan yang diadakan mulai dari bentuk bahan mentah sampai barang jadi
antara lain berguna untuk dapat:
1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang
dibutuhkan perusahaan.
2. Menghilangkan resiko dari materi yang dipesan berkualitas atau tidak baik sehingga
harus dikembalikan.
3. Mengantisipasi bahwa bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat

digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
4. Mempertahankan aktivitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus
produksi
5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal
6. Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya agar keinginan
pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi dengan memberikan jaminan tetap
tersedianya barang jadi tersebut
7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaannya atau
penjualannya.
Jenis-jenis Persediaan
Menurut (Harnanto, 1994), bagi perusahaan dagang yang di dalam usahanya adalah membeli
dan menjual kembali barang-barang, pada umumnya jenis persediaan yang dimiliki adalah:

1. Persediaan barang dagangan, untuk menyatakan barang-barang yang dimiliki dengan
tujuan akan dijual kembali di masa yang akan datang. Barang-barang ini secara fisik
tidak akan berubah sampai barang tersebut dijual kembali.
2. Lain-lain persediaan, seperti umumnya supplies kantor dan alat-alat pembungkus dan
lain sebagainya. Barang-barang ini biasanya akan dipakai dalam jangka waktu relatif
pendek dan akan dibebankan sebagai biaya administratif dan umum atau biaya
pemasaran.

Bagi perusahaan manufaktur yang di dalam usahanya mengubah bentuk atau menambah nilai
kegunaan barang, pada umumnya mengklasifikasikan jenis-jenis persediaan ke dalam
berbagai kelompok sebagi berikut:


Persediaan bahan baku, untuk menyatakan barang-barang yang dibeli atau diperoleh dari
sumber-sumber alam yang dimiliki dengan tujuan untuk diolah menjadi produk jadi. Dalam
hal bahanbakuyang digunakan di dalam proses produksi berupa suku cadang dan harus dibeli
dari pihak lain, maka barang-barang demikian sering disebut sebagai persediaan suku cadang.



Persediaan produk dalam proses, meliputi barang-barang yang masih dalam pengerjaan
yang memerlukan pengerjaan lebih lanjut sebelum barang itu dijual. Produk dalam proses,
pada umumnya dinilai berdasarkan jumlah harga pokok bahanbaku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik yang telah dikeluarkan atau terjadi sampai dengan
tanggal tertentu.




Persediaan produk jadi, meliputi semua barang yang diselesaikan dari proses produksi dan
siap untuk dijual. Seperti halnya produk dalam proses, produk jadi pada umumnya dinilai
sebesar jumlah harga pokok bahanbaku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik yang diperlukan untuk menghasilkan produk tersebut.



Persediaan bahan penolong, meliputi semua barang-barang yang dimiliki untuk keperluan
produksi, akan tetapi tidak merupakan bahanbakuyang membentuk produk jadi, yang
termasuk dalam kelompok persediaan ini antara lain minyak pelumas untuk mesin-mesin
pabrik, lem, benang untuk menjilid dan buku-buku pada perusahaan percetakan.



Lain-lain persediaan, misalnya supplier kantor, alat-alat pembungkus sperti halnya pada
perusahaan dagang.

Metode Persediaan

1. Metode penghitungan First In First Out (FIFO)
Metode FIFO ini salah satu pilihan utama dalam perusahaan besar sering menggunakan
metode penghitungan ataupun metode pengeluaran barang dengan cara yang satu ini.
mungkin dengan metode ini sangat real jika di hitung, ataupun sangat efektif jika dilakukan
pada goods flow.

2. Metode penghitungan Last In First Out (LIFO)
Seperti namanya Last In First Out yaitu terakhir masuk pertama keluar. Berarti barang yang
masuk dalam periode terakhir dikeluarkan duluan. Hal ini yang menjadikan metode
penghitungan ini dihapus dari standard pencatatan. Selain sangat tidak efektif juga pasti ada
harga endapan harga kecuali jika perusahaan mengeluarkan semua barang digudang.

3. Metode penghitungan rata-rata
Metode yang satu ini sangat lumrah dilakukan masyarakat indonesia. Jika kita bapak atau ibu
kita memiliki usaha toko kelontong atau di pasar pasti memakai penghitungan persediaan
barang dagangnya dengan metode rata-rata.

Biaya atas Persediaan
Unsur-unsur biaya yang dapat digolongkan di dalam persediaan adalah sebagai berikut:


Biaya Pemesanan (ordering cost/procurement cost) adalah biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan kegiatan pemesanan barang yang dimulai dari penempatan pemesanan

hingga tersedianya barang tersebut. Biaya pemesanan ini tidak tergantung pada jumlah yang
dipesan tetapi bergantung pada berapa kali pesanan tersebut dilakukan. Biaya ini mencakup
biaya-biaya antara lain:
o Biaya administrasi dan penempatan order
o Biaya pemilihan vendor,
o Biaya pengangkutan dan bongkar muat,
o Biaya penerimaan dan pemeriksaan barang.


Biaya Penyimpanan (carrying cost/holding cost) adalah biaya yang dikeluarkan
berkaitan dengan diadakannya persediaan barang. Dan biaya penyimpanan ini dinyatakan
dalam 2 bentuk yakni sebagai persentase dari nilai rata-rata persediaan ter tahun dan dalam
bentuk rupiah per tahun per unit barang. Yang termasuk dalam biaya ini adalah:
o Biaya sewa gudang,
o Biaya administrasi pergudangan,
o Biaya gaji pelaksana gudang,
o Biaya listrik, air dan telepon.
o Biaya modal yang ditanam dalam persediaan,
o Biaya asuransi,
o Biaya kerusakan / kehilangan dan penyusutan persediaan.



Biaya Kekurangan Persediaan (shortage cost/stock cost) adalah biaya yang timbul
karena tidak tersedianya barang persediaan pada waktu diperlukan. Biaya ini bukan
berdasarkan biaya nyata (riil) tetapi berupa biaya kehilangan kesempatan. Yang termasuk
dalam biaya ini adalah antara lain biaya kesempatan yang yang timbul karena terhentinya
proses produksi, biaya adminitrasi tambahan, biaya kehilangan pelanggan.

2.2 Laba
Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. Laba dalam ilmu ekonomi
murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam
modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal
tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan). Sementara itu, laba dalam akuntansi
didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaan
diantara keduanya adalah dalam hal pendefinisian biaya.
Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba
diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Akan
tetapi, teori akuntansi sampai saat ini belum mencapai kemantapan dalam pemaknaan dan
pengukuran laba. Oleh karena itu, berbeda dengan elemen statemen keuangan lainnya,
pembahasan laba meliputi tiga tataran, yaitu : semantik, sintaktik, dan pragmatik.
Dari sudut pandang perekayasa akuntansi, konsep laba dikembangkan untuk
memenuhi tujuan menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan secara luas. Sementara
itu, pemakai informasi mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Teori akuntansi laba
menghadapi dua pendekatan : satu laba untuk berbagai tujuan atau beda tujuan beda laba.
Teori akuntansi diarahkan untuk memformulasi laba dengan pendekatan pertama.
Konsep dalam tataran semantik meliputi pemaknaan laba sebagai pengukur kinerja,
pengkonfirmasi harapan investor, dan estimator laba ekonomik. Meskipun akuntansi tidak
harus dapat mengukur dan menyajikan laba ekonomik, akuntansi paling tidak harus
menyediakan informasi laba yang dapat digunakan pemakai untuk mengukur laba ekonomik
yang gilirannya untuk menentukan nilai ekonomik perusahaan.
Makna laba secara umum adalah kenaikan kemakmuaran dalam suatu periode yang
dapat dinikmati (didistribusi atau ditarik) asalkan kemakmuran awal masih tetap
dipertahankan. Pengertian semacam ini didasarkan pada konsep pemertahanan kapital.
Konsep ini membedakan antara laba dan kapital. Kapital bermakna sebagai sediaan (stock)
potensi jasa atau kemakmuran sedangkan laba bermakna aliran (flow) kemakmuran. Dengan
konsep pemertahanan kapital dapat dibedakan antara kembalian atas investasi dan
pengembalian investasi serta antara transaksi operasi dan transaksi pemilik. Lebih lanjut, laba
dapat dipandang sebagai perubahan aset bersih sehingga berbagai dasar penilaian kapital

dapat

diterapkan.

Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau
transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian
lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan
(revenue) atau investasi pemilik (Baridwan, 1992: 55).
Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya
dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk
pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan
unsur prediksi (Harnanto, 2003: 444).
Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi pengertian laba di
dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut akuntansi. Dalam teori
ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan perusahaan,
sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi
yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode
tertentu (Harahap, 1997).
Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan
atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsur-unsur
yang

menjadi

bagian

pembentuk

laba

adalah

pendapatan

dan

biaya.

Dengan

mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran
laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba
bersih.
Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting
juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh
karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi,
pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya (Harahap,
2001: 259). Hal ini menyebabkan adanya berbagai definisi untuk laba.
Pengaruh Kesalahan Persediaan Pada Laporan Keuangan.
Pentingnaya penyajian dan pengungkapan persedian yang baik dalam laporan keuangan,maka
perlu diketahui pengaruh kesalahan persedian terhadap laporan keuangan. Niswonger
(2000:362) mengatakan setiap kesalahan dalam perhitungan persediaan akan mempengaruhi

baik neraca maupun laporan laba-rugi. Sebagai contoh, kesalahan dalam perhitungan fisik
persediaan akan mengakibatkan kekeliruan persediaan akhir, aktiva lancar dan total aktiva
pada neraca.
Hal ini disebabkan karena perhitungan fisik persediaan merupakan dasar bagi pembuatan ayat
jurnal penyesuaian untuk memcatat penciutan persediaan. Selain itu kesalahan dalam
perhitungan fisik persediaan akan menimbulkan kekeliruan harga pokok penjualan, laba kotor
dan laba bersih pada laporan laba-rugi.Selanjutnya karena laba-rugi ditutup ke ekuitas
pemilik pada akhir periode, maka ekuitas pemilikjuga akan salah.Kesalahan ekuitas pemilik
ini akan setara dengan kesalahan persediaan akhir, aktiva lanacar dan total aktiva.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Rico P. Lumban Toruan Persediaan dan pengaruhnya Penerapan akuntansi dalam
2008

terhadap laba perusahaan.

hal

persediaan

dan

pengaruhnya terhadap laba
perusahaan

belum

sesuai

secara keseluruhan dengan
Rumia R.O. 2005

PSAK No. 14
Persediaan dan pengaruhnya Penerapan akuntansi dalam
terhadap laba perusahaan.

hal

persediaan

dan

pengaruhnya terhadap laba
perusahaan

belum

sesuai

secara keseluruhan dengan
Selvina 2004

PSAK No. 14
Persediaan dan pengaruhnya Penerapan akuntansi dalam
terhadap laba perusahaan.

hal

persediaan

dan

pengaruhnya terhadap laba
perusahaan

belum

sesuai

secara keseluruhan dengan
PSAK No. 14
Kerangka Berpikir

Persediaan

Laba Perusahan

3. Metode Penelitian
Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian
Mengingat maksud dan tujuan penelitian ini, maka jenis penelitian menggunakan kuantitatif
dengan metode kausal komparatif (causal comparative research) yaitu jenis penelitian dengan
karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih.
Popuasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
sebanyak 20 perusahaan.
Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling
yaitu teknik pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria atau pertimbangan-pertimbangan
tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti terhadap obyek yang akan diteliti.
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau tidak langsung yang
dapat diperoleh di IDX dari Bursa Efek Indonesia.
Teknik Pengummpulan Data
Dalam penelitian ini, dikumpulkan data dengan metode dokumentasi, yaitu data diperoleh
dari berbagai sumber, seperti Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dipublikasikan oleh Indonesia
Stock Exchange (IDX) berupa laporan keuangan tahunan perusahaan untuk periode 20102015.
Variabel Penelitian
Variabel independen dalam penelitian ini adalah : Persediaan perusahaan.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah : Laba perusahaan.

4. Hasil Penelitian
Model Summary
Model

R

1

R Square
.748a

Adjusted R Square
.559

Std. Error of the Estimate

.551

1.347E12

a. Predictors: (Constant), Persediaan

Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,559 atau
55,9% artinya variabilitas variabel laba bersih dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel
persediaan sebesar 55,9%, sedangkan sisanya sebesar 44,1%, dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model regresi ini. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada
variabel lain di luar variabel persediaan yang berpengaruh terhadap laba bersih.
ANOVAb
Model
1

Sum of Squares

df

Mean Square

Regression

1.174E26

1

1.174E26

Residual

9.250E25

51

1.814E24

Total

2.099E26

52

F

Sig.

64.747

a. Predictors: (Constant), Persediaan
b. Dependent Variable: Laba

Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa uji anova sebesar 64.747 dengan probabilitas
0.000 karena probabilitas lebih kecil dari 0.05 maka model regresi digunakan untuk
memprediksi bahwa pengaruh persediaan yang dikaitkan dengan laba bersih.

.000a

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)

Coefficients

Std. Error

Beta

t

1029755.235 281883.570
45.707

Persediaan

. 55.315

.253

Sig.

3.653

.004

.826

.428

a. Dependent Variable: Laba

Berdasarkan pengolahan data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai koefisien regresi untuk
masing-masing variabel yang digunakan. Dimana nilai koefisien tersebut dapat dibentuk
dalampersamaan regresi sederhana sebagai berikut :
Y : 1029755,235 + 45.707X
Nilai tersebut memiliki arti bahwa setiap terjadi kenaikan biaya persediaan perusahaan
sebesar 1%. Akan mengakibatkan terjadinya kenaikan laba kotor sebesar 45.707 dan
sebaliknya jika terjadi penurunan biaya persediaan sebesar 1 % maka akan mengakibatkan
terjadinya penurunan kenaikan laba kotor sebesar 45.707.

Kesimpulan
Dalam pengujian hipotesis, pengaruh antara persediaan terhadap profitabilitas
perusahaan tersebut

tidak

signifikan.

Kemungkinan

penyebab

pengaruh

yang

ditimbulkannya disini tidak signifikan yaitu karena biaya yang dieliminasi dari biaya
persediaan

perusahaan

tidak

besar,

karena

dalam

menerapkan

sistem tradisional

tidak hanya dipengaruhi oleh efisiensi biaya persediaan saja, tapi juga faktor lain yang
dapat mempengaruhi dalam penerapan persediaan.

Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan oleh penulis berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan untuk menjadi bahan masukan bagi perusahaan, yaitu : diharapkan
perusahaan harus memberikan informasi keuangan yang objektif, relevan dan bisa diuji
kebenarannya. Perusahaan juga diharapkan untuk menjaga kinerja keuangan agar dapat
terus meningkatkan laba dan dengan menggunakan persediaan yang dapat dikonversi
menjadi kas dalam kegiatan penjualan perusahaan agar perusahaan memiliki tingkat laba
hingga prospek yang baik di masa mendatang bagi pihak luar.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/Uofa_Unsada/2011420002-novitasari-tirtajaya
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/45522/Cover.pdf;jsessionid=D145EB6
529DDD380ADDBB07197706C89?sequence=7
http://ilmuakuntansi.web.id/pengertian-persediaan-dalam-akuntansi/
http://ilmuakuntansi.web.id/jenis-jenis-persediaan/
http://dosenakuntansi.com/metode-penilaian-persediaan
https://belajarmanagement.wordpress.com/2011/04/25/penggolongan-biaya-dalam-persediaan/
http://cafe-ekonomi.blogspot.co.id/2009/09/artikel-tentang-laba.html
http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3630/Bab%205.pdf?
sequence=7