Pengaruh Persepsi Penerapan Total Quality Management Terhadap Kualitas Hasil Produksi Pada PT.Indofood Sukses Makmur, Tbk Tanjung Morawa

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Total Quality Management

2.1.1 Pengertian Total Quality Management

Total quality management atau pengendalian mutu terpadu menurut Garrison (2008:23) merupakan “Sebuah budaya ataupun keharusan yang dilakukan sebuah organisasi atau perusahaan dalam menjaga mutu dan kualitas barang yang di produksi secara berkala melalui setiap aspek dalam organisasi. Manajemen mutu membutuhkan pemahaman mengenai sifat mutu dan sifat sistem mutu serta komitmen manajemen untuk bekerja dalm berbagai cara. Manajemen mutu sangat memerlukan figure pemimpin yang mampu memotivasi agar seluruh anggota dalam organisai dapat memberikan konstribusi semaksimal mungkin kepada organisasi”. Hal tersebut dapat dibangkitkan melalui pemahaman dan penjiwaan secara sadar bahwa mutu suatu produk atau jasa tidak hanya menjadi tanggung jawab pimpinan, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh anggota dalam organisasi. Pemimpin harus mampu menciptakan visi, dan mampu mewujudkan visi tersebut menuju kenyataan. Penerapan prinsip kepemimpinan harus mengarah pada :

a. Penciptaan visi yang jelas untuk masa depan organisasi. b. Penetapan target, tujuan atau sasaran yang menantang. c. Menyediakan sumberdaya dan pelatihan bagi pekerjanya.

d. Menjadi contoh dalam hal kejujuran, moral dan penciptaan budaya kerja.


(2)

Menurut Gandem, 2005:14), ada beberapa indikasi keberhasilan organisasi yang mengimplementasikan TQM ditunjukan melalui :

a. Komitmen yang tinggi dari seluruh jajaran organisasi (pimpinan tertinggi sampai karyawan terendah)

b. Organisasi yang mantap

c. Motivasi dan disiplin yang tinggi

Keberhasilan TQM menurut Creech (2000:447), juga sangat di tentukan oleh 5 pilar yaitu :

a. Produk b. Proses c. Organisasi d. Kepemimpinan e. Komitmen

Namun tidak sepenuhnya total quality management mampu diimplementasikan karena bebagai faktor penyebab. Tjiptono dan Diana (2008:4) menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan kegagalan dalam mengimplementasikan total quality management, antara lain :

a. Perubahan yang menyeluruh (paradigma manajemen, komitmen, tujuan, dan pelatihan) tidak dipenuhi.

b. Usaha setengah hati dan harapan tidak realistis.

c. Kesalahan delegasi dan kepemimpinan, tim, proses penyebarluasan, pendekatan terbatas dan pemberdayaan yang premature.

Menurut Assauri (2008:25), TQM (Total Quality Management) adalah “Kegiatan yang dilakukan untuk menjamin agar kegiatan produksi dan operasi yang dilaksanakan sesuai dengan apa yang direncanakan dan


(3)

appbila terjadi penyimpangan, maka penyimpangan tersebut dapat dikoreksi sehingga apa yang diharapkan dapat terjadi”.

Pengertian luas dari Total Quality Management menurut Purnomo (2004:51) mengemukakan TQM (Management Mutu) ialah “Sistem terstruktur dengan serangkaian alat, teknik, dan filosofi yang didesain untuk menciptakan budaya perusahaan yang memiliki fokus terhadap konsumen, melibatkan partisipasi aktif para pekerja, dan perbaikan kualitas yang berkesinambungan yang menunjang tercapainya kepuasan konsumen secara total dan terus-menerus”.

Sedangkan menurut Gaspersz (2008:266) mengemukakan TQM (Management Mutu) ialah “Pendekatan manajemen sistematik yang berorientasi pada organisasi, pelanggan, dan pasar melalui kombinasi antara pencarian fakta praktis dan penyelesaian masalah, guna menciptakan peningkatan secara signifikan dalam kualitas, produktivitas, dan kinerja lain dari perusahaan”.

Menurut Suharyanto (2005: 62), TQM (Total Quality Management) adalah “Sebuah kultur, dengan sifat yang melekat di dalam kultur ini adalah sebuah komitmen sepenuhnya terhadap kualitas dan sikap yang diperlihatkan melalui keterlibatan setiap individu dalam proses perbaikan produk maupun jasa secara kontinyu, melalui penggunaan metode ilmiah yang inovatif”.

Pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa total quality management suatu sistem yang terencana yang dilakukan untuk mencapai, mempertahankan dan meningkatkan kualitas dari suatu produk (barang atau jasa) agar selalu sesuai dengan standart yang sudah ditentukan agar terus mampu memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen dan melibatkan partisipasi dari para pekerja. Dalam hal ini respect terhadap karyawan sangat penting untuk menunjang kinerja karyawan dalam meningkatkan kualitas produk.


(4)

2.1.2 Tujuan Total Quality Management

Tujuan dari total quality management adalah untuk mengendalikan kualitas produk ataupun jasa agar dapat memuaskan konsumen. Sistem pengendalian kualitas merupakan suatu sitem yang mengurangi biaya akibat kerugian dari kerusakan dan kecacatan produk dan meningkatkan kualitas produk yang dihasilakan dalam proses produksi agar bisa memuaskan hasrat konsumen. Total quality management perlu direncanakan secara matang dan dilaksanakan dengan sebaik mungkin, mulai dari awal proses sampai akhir proses hingga penyaluran produk agar selalu terjaga kualitas produk tersebut.

Menurut Purnomo (2004:24) menyatakan bahwa aktifitas pengendalian kualitas pada umumnya meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Pengamatan terhadap performansi produk atau proses

b. Membandingkan performansi yang ditampilkan dengan standart yang berlaku atau telah ditentukan

c. Mengambil tindakan-tindakan bila terdapat penyimpangan-penyimpangan yang cukup signifikan, dan jika perlu dibuat tindakan-tindakan untuk mengkoreksinya

Sedangkan tujuan pengendalian kualitas menurut Assauri (2008:210) adalah :

a. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standart kualitas yang telah ditetapkan.

b. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin. c. Mengusahakan agar biaya desain dari produk dan proses dengan

menggunakan kualitas produksi tertentu dapat menjadi serendah mungkin.


(5)

Tujuan utama dari total quality management adalah untuk meningkatkan kinerja secara berkelanjutan dalam jangka panjang dengan memberikan perhatian secara khusus pada tercapainya kepuasan pelanggan dengan tetap memperhatikan secara menyeluruh terhadap kualitas dan mutu produk demi tercapainya kepuasan pelanggan dan memperkecil biaya yang dikeluarkan dari dampak kerusakan produk.

Dalam hal lain penerapan total quality management dalam suatu perusahaan juga dapat memberikan beberapa manfaat utama yang pada gilirannya menigkatkan laba dan daya saing perusahaan yang bersangkutan. Dengan melakukan perbaikan kualitas secara terus-menerus maka perusahaan dapat meningkatkan laba melalui 2 rute. Rute pertama yaitu rute pasar. Perusahaan dapat memperbaiki posisi persaingan nya sehingga pangsa pasarnya semakin besar dan harga jualnya dapat lebih tinggi. Kedua hal ini mengarah kepada meningkatnya penghasilan sehingga laba yang diperoleh juga semakin besar. Sedangkan rute kedua, perusahaan dapat meningkatkan output yang bebas dari kerusakan melalui upaya perbaikan kualitas. Hal ini menyebabkan biaya operasi perusahaan berkurang. Dengan demikian laba yang diperoleh akan meningkat.

Total quality management juga tidak bisa dipisahkan dari proses produksi karena dari semua produksi harus diawasi secara langsung agar terhindar dari penyimpangan yang mungkin bisa menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Total quality management juga menjamin semua produk


(6)

yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu pengendalian mutu dan pengendalian produksi sangat erat kaitannya.

2.2.3 Konsep Dasar Total Quality Management

Pengendalian kualitas statistik adalah alat bantu manajemen untuk menjamin kualitas, karena pada dasarnya tidak ada dua produk yang dihasilkan oleh suatu proses produksi itu sama benar, tidak dapat dihindarkan adanya variasinya. Pengujian statistik diperlukan untuk menyelesaikan masalah seperti ini, dalam pengendalian kualitas statistik, teknik-teknk tersebut diaplikasi guna memeriksa dan menguji data data untuk menetukan standart dan mengecek kesesuaian produk dengan standart yang ada untuk mencapai hasil produksi yang maksimal. Menurut Purnomo (2004:31), “Rancangan percobaan dapat digunakan dalam hubungannya dengan proses statistik untuk meminimumkan variabilitas proses, yang menghasilkan produksi yang pada akhirnya bebas cacat”.

Bagan perencanaan dan pengendalian mutu internal (barang rusak-buang)

1,2,3,4 = Proses Produksi

Gambar 2.1 (Rusak-Buang)

jual Produk

jadi 4

3 2

1

rusak buang


(7)

Bagan perncanaan dan pengendalian mutu internal (barang rusak-pebaiki)

1,2,3,4 = Proses Produksi

Gambar 2.2 (Rusak-Perbaiki)

2.3.4 Indikator Pengukuran Total Quality Management

Menurut Fitrihana (batikyogya.wordpress.com) mengatakan, terdapat delapan prinsip manajemen mutu pada sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 yang dipergunakan memimpin organisasi kearah perbaikan kinerja. Delapan prinsip tersebut adalah:

a. Customer focus (Fokus pada pelanggan)

Suatu perusahaan atau organisasi tergantung pada pelanggannya atau pelanggan adalah kunci meraih keuntungan. Oleh karena itu perusahaan atau organisasi harus memahami kebutuhan atau keinginan pelanggan baik saat ini maupun di masa mendatang, agar dapat memenuhi persyaratan pelanggan dan mampu melebihi harapan pelanggan.

b. Leadership (Kepemimpinan)

Pemimpin perusahaan atau organisasi harus mampu menciptakan visi, dan mampu mewujudkan visi tersebut menuju kenyataan. Pemimpin harus menarik orang lain untuk mewujudkan visi organisasi. Penerapan prinsip kepemimpinan harus mengarah pada:

Produk jadi 4

3 jual

2 1

rusak


(8)

1) Penciptaan visi yang jelas untuk masa depan organisasi. 2) penetapan target, tujuan atau sasaran yang menantang 3) Menyediakan sumberdaya dan pelatihan bagi pekerjanya

4) Menjadi contoh dalam hal kejujuran, moral, dan penciptaan budaya kerja

5) Penciptaan kepercayaan

c. Involvement of People (Keterlibatan semua karyawan)

Keterlibatan seluruh karyawan dalam organisasi adalah dasar yang sangat penting dalam prinsip manajemen mutu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberdayakan dan memberi kesempatan kepada karyawan untuk merencanakan, menetapan rencana, dan mengendalikan rencana dan mengendalikan rencana pekerjaan yang menjadi tanggungjawab masing-masing.

d. Process Approach (Pendekatan proses)

Proses di dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 didefinisikan sebagai “kumpulan aktivitas yang saling berhubungan atau saling mempengaruhi sehingga dapat merubah input menjadi

output”. Pendekatan proses didefinisikan sebagai indikasi yang

sistematis dan pengelolaan proses yang digunakan organisasi dan pemahaman hal-hal yang mempengaruhi setiap proses. Dalam konteks ISO 9001:2000, pendekatan proses mensyaratkan organisasi untuk melakukan identifikasi, penerapan, pengelolaan dan


(9)

melakukan peningkatan mutu berkelanjutan (continual quality improvement).

e. System Approach to Management (Manajemen berdasarkan pendekatan sistem)

Pendekatan sistem pada manajemen didefinisikan sebagai identifikasi pemahaman dan pengelolaan sistem dari proses yang saling terkait untuk pencapaian dan peningkatan sasaran perusahaan atau organisasi dengan efektif dan efisien.

f. Continual Improvement (Peningkatan berkelanjutan)

Peningkatan berkelanjutan harus dijadikan sasaran dan tujuan tetap organisasi. Pada peningkatan berkelajutan, sasaran tidak akan ditingkatkan sampai sasaran yang ditetapkan tercapai terlebih dahulu, hanya setelah sasaran tercapai maka sasaran baru yang lebih meningkat ditetapkan.

g. Factual Approach to Decision Making (Pengambilan keputusan berdasarkan fakta)

Pengambilan keputusan yang efektif didasarkan pada analisis data dan informasi. Langkah-langkah yang digunakan dalam penerapan prinsip ini adalah:

1) Melakukan pengujian serta pengumpulan data dan informasi yang berhungan dengan sasaran.

2) Memastikan data dan informasi akurat, dapat dipercaya, dan mudah diakses.


(10)

3) Menganalisis data dan informasi dengan menggunakan metode yang benar.

4) Memahami penggunaan tekhnik statistik.

h. Mutually Beneficial Supplier Relationship (Hubungan dengan pemasok yang saling menguntungkan)

Organisasi dan pemasoknya atau supplier saling tergantung, dan sudah selayaknya merupakan hubungan yang saling menguntungkan dalam rangka meningkatkan kemampuan keduanya dalam menciptakan nilai. Implementasi dari prinsip ini adalah:

1) Melibatkan pemasok dalam mengidentifikasi kebutuhan perusahaan.

2) Melibatkan pemasok dalam proses pengembangan strategi perusahaan.

3) Memastikan bahwa output dari pemasok sesuai dengan persyaratan perusahaan.

4) Berkomunikasi dan berbagi informasi dengan pemasok”.

2.2 Kualitas Hasil Produksi

2.2.1 Pengertian Kualitas Hasil Produki

Menurut Ivianto (2012 :23) dalam buku ”Total Quality Management-Panduan Untuk Menghadapi Persaingan Global” menyatakan bahwa bahwa “Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”.


(11)

Menurut Marius (2004 :42) ”Proses mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil produksi telah ditetapkan semakin luas, antara lain dalam bentuk Banchmarking. Banchmarking ialah suatu proses untuk menyempurnakan mutu suatu produk yang dilakukan secara terus menerus dengan cara membandingkannya dengan produk-produk pesaing langsung atau produk yang dihasilkan perusahaan berskala internasional di dalam industri yang sama”.

Menurut Pardede (2007:618) ”Sejak dahulu masyarakat menghubungkan kualitas suatu barang dengan kekuatan, ketahanan, daya kerja, dan keindahan barang tersebut. Bagi mereka, bagi mereka barang yang berkualitas tinggi adalah barang yang kuat, tahan lama, berdaya kerja besar dan indah”. Pada saat ini terdapat pengertian kualitas atau mutu yang lazim, yaitu :

a. Kualitas atau mutu adalah kecocokan dalam penggunaan barang. b. Kualitas atau mutu adalah melakukan sesuatu dengan benar sejak

awal, dan seterusnya.

c. Kualitas atau mutu pendapat tentang pemakaian barang.

d. Kualitas atau mutu adalah barang atau jasa yang diberikan dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat.

e. Kualitas atau mutu adalah barang atau jasa yang paling mahal dan hanya dapat dibeli oleh golongan atas.

f. Kualitas atau mutu adalah kesesuaian dengan harapan pembeli. Kualitas merupakan kunci dari awal keberhasilan dari suatu produk yang dihasilkan dan ditawarkan kepada konsumen dan merupakan jalan yang membawa keberhasilan bagi perusahaan utuk terus tumbuh dan berkembang untuk terus bersaing. Kualitas yang diberikan dari suatu produk dapat diartikan sebagai kelas atau derajat dimana produk tersebut bersaing


(12)

dan mampu memuaskan keinginan dari konsumen. Kualitas merupakan faktor penentu bagi konsumen untuk membeli suatu produk yang akan digunakan. Menurut Purnomo (2004:115), alasan-alasan mendasar pentingnya kualitas sebagai strategi bisnis adalah :

a. Meningkatkan kesadara konsumen akan kualitas dan orientasi konsumen yang kuat akan penampilan kualitas.

b. Kemampuan produk.

c. Peningkatan tekanan biaya pada tenaga kerja, energi dan bahan baku d. Persaingan yang semakin intensif.

e. Kemajuan yang luar biasa dalam produktifitas melalui program keteknikan kualitas yang efektif.

Pengertian ataupun defenisi dari kualitas memiliki cakupan yang cukup luas dan berbeda-beda, sehingga defenisi dari kualitas memiliki banyak kriteria dan sangat bergantung pada setiap konteksnya, terutama jika dilihat dari sisi penilaian akhir konsumen dan definisi yang diberikan oleh berbagai ahli serta dari sudut pandang produsen sebagai penentu dan pencipta kualitas adri barang tersebut.

Diantara produsen dan konsumen keduanya akan merasakan tingkat dari kualitas produk yangbebeda juga sesuai dengan standart kualitas yang diinginkan dari kedua-duanya. Begitu juga dari para ahli dalam memberikan defenisi yang berbeda-beda juga dikarenakan mereka membentuknya dari dimensi yang berbeda.

Pengertian kualitas menurut American Society For Quality yang dikutipoleh Heizer & Render (2006:253) “Quality is the tottaly of features

and characteristic of a product or service that bears on it’s ability tosatisfy


(13)

dan karateristik dari produk atau jasa yang berkemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang tampak jelas maupun yang tersembunyi.

Para ahli lainnya bisa juga disebut sebagai pencetus kualitas juga mempunyai pendapat yang berbeda tentang pengertian kualitas, diantaranya adalah Joseph Juran dalam Prawirosentono, (2007:5) berpendapat “Quality is fitness for use”. Yang artinya kualitas berkaitan dengan enak nya barang tersebut digunakan”.

Kualitas yang baik menurut produsen adalah apabila produk yang dihasilkan oleh perusahaan telah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh perusahaan. Sedangkan kualitas yang jelek adalah apabila produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi standar mutu yang telah ditentukan perusahaan.

Akan tetapi disisi lain dalam menentukan standart dari suatu produk, produsen juga harus memperhatikan keiginan dari konsumen terhadap barang yang diinginkannya, karena jika perusahaan tidak memperhatikan aspek tersebut ia bisa kalah bersaing dengan pesaingnya yang lebih memperhatikan kepuasan konsumen. Sedangkan kualitas yang baik menurut sudut pandang konsumen adalah jika produk yang dibeli tersebut sesuai keinginan, memiliki manfaat yang sesuai kebutuhan dan perbandingan antara harga dan barang yang didapat setara.

Kualitas tidak bisa dipandang sebagai ukuran sempit yaitu kualitas produk semata-mata. Hal itu bisa dilihat dari beberapa pengertian disebut diatas, dimana kualitas tidak hanya kualitas produk saja akan tetapi sangat


(14)

kompleks karena melibatkan seluruh aspek dalam organisasi serta diluar organisasi. Meskipun tidak ada defenisi mengenai kualitas yang diterima secara universal, namun dari beberapa defenisi kualitas menurut para ahli di atas menurut Nasution (2005 :3) terdapat beberapa persamaan, yaitu dalam

elemen-elemen sebagai berikut :

a. Kualitas mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.

b. Kualitas mencakup produk, tenaga kerja, proses dan lingkungan. c. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya pa yang

dianggap merupakana berkualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas dimasa yang akan datang).

Kualitas adalah elemen paling penting dalam suatu operasional produk, terutama untuk kelangsungan produk itu sendiri. selain itu kualitas juga memiliki beberapa pengaruh lain. Menurut Heizer & Render, (2006:255), ada beberapa alasan yang membuat kualitas menjadi penting, yaitu :

a. Reputasi perusahaan b. Keandalan produk atau jasa c. Penurun biaya

d. Pertanggung jawaban produk atau jasa e. Keterlibatan global

f. Peningkatan pangsa pasar. (Heizer & Render, 2006) g. Penampilan produk atau jasa

2.2.2 Dimensi Kualitas Hasil Produksi

Kualitas memiliki dimensi yang banyak, sehingga sulit mendefenisikannya. Gasperz, Vincent (2001:19) menyatakan bahwa ada delapan dimensi kualitas yaitu:


(15)

b. Sifat-sifat khusus dan menarik minat (feature), yang menjadikan suatu produk unik dibandingkan produk sejenis dari produsen lain. c. Keandalan, kemampuan produk untuk tidak mogok dalam masa

kerjanya.

d. Kecocokan dengan standart industri.

e. Kemudahan diperbaiki jika terjadi kerusakan. f. Daya tahan produk terhadap waktu

g. Keindahan penampilan h. Persepsi konsumen

2.2.3 Indikator Pengukuran Kualitas Hasil Produksi

Menurut Marius (2004:72) peningkatan kualitas hasil produksi sebuah perusahaan dapat diukur melalui:

a. Benchmarking

Salah satu faktor kunci sukses bagi sebuah perusahaan adalah kemampuannya untuk mengukur kinerja usahanya. Umpan balik tentang kinerja perusahaan memungkinkan manajemen menilai apakah sasaran-sasaran perusahaan yang telah ditetapkan tercapai. Bila tidak manajemen akan melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan kinerja perusahaannya. Proses mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan telah ditetapkan semakin luas, antara lain dalam bentuk benchmarking. Banchmarking adalah suatu proses untuk menyempurnakan mutu suatu produk yang dilakukan secara terus-menerus dengan cara membandingkannya dengan produk-produk pesaing langsung atau produk-produk yang dihasilkan perusahaan bersekala internasional didalam industri yang sama.


(16)

b. Cycle Time

Dalam iklim bisnis sekarang ini waktu merupakan suatu senjata yang kompetitif dalam memenangkan persaingan. Dapat dilihat bahwa banyak perusahaan memenangkan persaingan karena dia unggul dalam waktu. Cycle time adalah jumlah total waktu dari penerimaan bahan baku dipabrik sampai penerimaan produk hasil akhir oleh konsumen yang diukur dalam satuan hari secara rata-rata untuk semua jenis produk

2.3 Penelitian Terdahulu

Untuk membandingkan hasil penelitian yang digunakan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain yang menunjang atau untuk memperkuat yaitu :

a. Rifka Khairunnisa (2008) yang berjudul “Pengaruh Total Quality Management dan Just In Time Terhadap Kinerja Kualitas Perusahaan (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Di Kabupaten Tangerang), Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta”. Penelitian merupakan penelitian kausal komparatif

(causal comparative research) yaitu penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat antara variable independen dan

variable dependen. Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling dengan kriteria responden yaitu manajer operasi dan produksi, bagian pengendalian kualitas, pengawas pabrik. Sampel yang diambil secara purposive sebanyak 8 perusahaan manufaktur di Kabupaten


(17)

Tangerang. Data yang disebarkan sebanyak 65 kuesioner kepada manajer perusahaan manufaktur di Kabupaten Tangerang dan terdapat 40 kuesioner yang dapat diolah atau sekitar 61,5% responden. Metode analisis menggunakan uji kualitas data, uji asumsi klasik, uji hipotesis. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan total quality management dan just in time terhadap kiner kualitas perusahaan.

b. Nurul Chairany (2011), yang berjudul “Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Perusahaan Melalui Kepemimpinan dan Perilaku Produktif Karyawan (Studi pada Perusahaan Manufaktur dan Jasa di Makassar), Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar”. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 5 perusahaan manufaktur dan jasa yang bersetifikat ISO (International Standarization of Organization) dan non ISO di Makassar. Perusahaan-perusahaan tersebut yaitu PT. Nuansa Cipta Magello, PT. Maruki Internasional Indonesia, PT. Dunia Marine Products, PT. Makassar Te’ne dan CV Dalle Mabarakka. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan dari 5 perusahaan tersebut. Jumlah koresponden 150 dengan 150 kuisiober yang disebar. Responden yang digunakan adalah karyawan yang berada pada middle management level

dan low management level. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non-probability. Sampel dalam penelitian ini adalah 44 orang karyawan dari perusahaan manufaktur dan jasa yang bersetifikat ISO


(18)

Indonesia) di Makassar yang menerapkan standar TQM (Total Quality Management) secara langsung maupun tidak langsung. Variabel dalam penelitian ini terdairi dari 4 variabel yang berupa Variabel TQM (X1), Variabel Kepemimpinan (Y1), Variabel Perilaku Produktif Karyawan (Y2) dan Variabel Kinerja Perusahaan (Y3). Teknik analisis data menggunakan Model Persamaan Struktural (SEM) dengan bantuan perangkat lunak AMOS 16,0. Hasil penelitian dan analisis ini adalah untuk mengetahui bahwa penerapan TQM dapat memiliki dampak positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Kepemimpinan yang baik dapat meningkatkan perilaku produktif karyawan yang memoderasi hubungan antara TQM dengan kinerja perusahaan sehingga berpengaruh positif dan signifikan. Sementara kepemimpinan dan perilaku produktif karyawan tidak memiliki dampak positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. c. Henny Zurika Lubis (2005) yang berjudul Pengaruh Total Quality

Management Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Sistem Pengukuran Kinerja Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur di Kawasan Industri Medan). Variabel independennya adalah TQM. Variabel dependennya adalah kinerja manajerial dan variabel moderatingnya adalah sistem pengukuran kinerja. Pengumpulan data dilakukan dengan mendistribusikan 165 buah kuesioner. Respondennya tersebar dalam 55 perusahaan. Dari 102 kuesioner yang diterima kembali, hanya 97 yang dapat diolah. Hasil pengujian menyatakan TQM berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial sedangkan interaksi


(19)

antara TQM dan sistem pengukuran kinerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Nama Variabel Terikat Variabel Bebas Analisis Hasil 1. Rifka

Khairunnisa (2008)

Kualitas Perusahaan (Y) 1. Total Quality Management (X1)

2. Just In Time (X2)

1.Uji Regresi Linier Berganda

2.Uji Signifikan Parsial (Uji t)

3.Uji Signifikan Simultan (Uji F) 4.Koefisien

Determinasi (R2)

1.Total Quality

Management

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja kualitas dengan nilai signifikan sebesar 0,036

2.Just in time berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja kualitas dengan nilai signifikan sebesar 0,012

2. Nurul Chairany (2011)

1.Kepemimpinan (Y1)

2.Prilaku Produktif Karyawan (Y2)

3.Kinerja Perusahaan (Y3)

TQM (X1) Model Structural

Equation Modeling

(SEM)

1.Penerapan TQM berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengolahan data dimana nilai thitung = -1.574 > t-tabel = -1.684. 2.Penerapan TQM

meningkatkan kinerja perusahaan melalui kepemimpinan. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengolahan data dimana nilai t-hitung = 7.154 > t-tabel = -1.684. 3.Penerapan TQM

meningkatkan kinerja perusahaan melalui perilaku produktif karyawan. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengolahan data dimana nilai t-hitung = -0.416 > t-tabel = -1.684. 3. Henny Zurika

Lubis (2005)

Sistem Pengukuran Kinerja (Y)

1.TQM (X1)

2.Kinerja Manajerial (X2)

Model Structural

Equation Modeling

(SEM)

1.TQM berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial 2.Interaksi antara TQM

dan sistem pengukuran kinerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial.

Berdasarkan penelitian terdahulu, penelitian yang akan dilakukan memiliki perbedaan dengan peneliti-peneliti sebelumnya. Perbedaanya dapat dijelaskan sebagai berikut :


(20)

a. Rifka Khairunnisa (2008) menggunakan 3 variable yang terdiri dari total quality management, just in time dan kinerja kualitas perusahaan. Pengambilan sampel menggunakan 8 perusahaan manufaktur di Kabupaten Tangerang. Teknik analisis data menggunakan uji kualitas data, uji asumsi klasik, uji hipotesis. Sedangkan penelitian ini menggunakan 2 variabel yang terdiri dari variable total quality management dan kualitas hasil produksi. Pengambilan sampel hanya menggunakan karyawan pada 1 perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan analisis regresi linier sederhana, uji koefisien regresi sederhana (uji t) dan koefisien determinasi (R2).

b. Nurul Chairany (2011), menggunakan 4 variabel yang terdiri dari TQM (X1), Variabel Kepemimpinan (Y1), Variabel Perilaku Produktif Karyawan (Y2) dan Variabel Kinerja Perusahaan (Y3). Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 5 perusahaan manufaktur dan jasa yang bersetifikat ISO (International Standarization of Organization) dan non ISO di Makassar. Teknik analisis data menggunakan Model Persamaan

Struktural (SEM) dengan bantuan perangkat lunak AMOS 16,0. Sedangkan penelitian ini menggunakan 2 variabel yang terdiri dari variable total quality management dan kualitas hasil produksi. Pengambilan sampel hanya menggunakan karyawan pada 1 perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan analisis regresi linier sederhana, uji koefisien regresi sederhana (uji t) dan koefisien determinasi (R2).


(21)

c. Henny Zurika Lubis (2005) menggunakan 3 variabel yang terdiri dari total quality management, kinerja manajerial dan sistem pengukuran kinerja. Populasinya mengguanakn perusahaan Manufaktur di Kawasan Industri Medan. Teknik analisis data menggunakan Model Persamaan Struktural

(SEM) dengan bantuan perangkat lunak AMOS. Sedangkan penelitian ini menggunakan 2 variabel yang terdiri dari variable total quality management dan kualitas hasil produksi. Pengambilan sampel hanya menggunakan karyawan pada 1 perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan analisis regresi linier sederhana, uji koefisien regresi sederhana (uji t) dan koefisien determinasi (R2).

2.4 Kerangka Konseptual

Dari uraian latar belakang masalah dan uraian kerangka teoritis yang dijabarkan diatas, maka kerangka konseptual digambarkan pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.3 : Kerangka Konseptual

Gambar di atas menjelaskan bahwa TQM dapat memperbaiki kualitas hasil produksi didalam perusahaan serta mewujudkun tujuan perusahaan yang terdiri dari customer focus (fokus pada pelanggan), leadership (kepemimpinan),

involvement of people (keterlibatan semua karyawan), process approach

Total Quality Management

(X)

Kualitas Hasil Produksi (Y)


(22)

(pendekatan proses), system approach to management (manajemen berdasarkan pendekatan sistem), continual improvement (peningkatan berkelanjutan), factual approach to decision making (pengambilan keputusan berdasarkan fakta) dan

mutually beneficial supplier relationship (hubungan dengan pemasok yang saling menguntungkan).

Customer focus (Fokus pada pelanggan), berarti setiap produk yang dihasilkan perusahaan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Leadership (kepemimpinan), berarti pemimpinan harus mamapu menciptakan visi, dan mampu mewujudkan visi tersebut menuju kenyataan. Involvement of people (keterlibatan semua karyawan), berarti memberdayakan dan memberi kesempatan kepada karyawan untuk merencanakan, menetapan rencana, dan mengendalikan rencana dan mengendalikan rencana pekerjaan yang menjadi tanggungjawab masing-masing. Process approach (pendekatan proses), berarti melakukan identifikasi, penerapan, pengelolaan dan melakukan peningkatan mutu berkelanjutan (continual quality improvement). System approach to management

(manajemen berdasarkan pendekatan sistem), berarti pemahaman dan pengelolaan sistem dari proses yang saling terkait untuk pencapaian dan peningkatan sasaran perusahaan. Continual improvement (peningkatan berkelanjutan), berarti peningkatan sasaran yang ditetapkan tercapai. factual approach to decision making (pengambilan keputusan berdasarkan fakta) adalah pengambilan keputusan yang efektif didasarkan pada analisis data dan informasi. Serta mutually Beneficial supplier relationship (hubungan dengan pemasok yang saling


(23)

menguntungkan), berarti perusahaan dan pemasoknya atau supplier saling tergantung.

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual diatas, maka dapat ditarik kesimpulan untuk penelitian :

: Persepsi Penerapan Total Quality Management (TQM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil produksi pada PT.Indofood Sukses Makmur, Tbk Tanjung Morawa.


(1)

Indonesia) di Makassar yang menerapkan standar TQM (Total Quality Management) secara langsung maupun tidak langsung. Variabel dalam penelitian ini terdairi dari 4 variabel yang berupa Variabel TQM (X1), Variabel Kepemimpinan (Y1), Variabel Perilaku Produktif Karyawan (Y2) dan Variabel Kinerja Perusahaan (Y3). Teknik analisis data menggunakan Model Persamaan Struktural (SEM) dengan bantuan perangkat lunak AMOS 16,0. Hasil penelitian dan analisis ini adalah untuk mengetahui bahwa penerapan TQM dapat memiliki dampak positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Kepemimpinan yang baik dapat meningkatkan perilaku produktif karyawan yang memoderasi hubungan antara TQM dengan kinerja perusahaan sehingga berpengaruh positif dan signifikan. Sementara kepemimpinan dan perilaku produktif karyawan tidak memiliki dampak positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. c. Henny Zurika Lubis (2005) yang berjudul Pengaruh Total Quality

Management Terhadap Kinerja Manajerial Dengan Sistem Pengukuran

Kinerja Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur di Kawasan Industri Medan). Variabel independennya adalah TQM. Variabel dependennya adalah kinerja manajerial dan variabel moderatingnya adalah sistem pengukuran kinerja. Pengumpulan data dilakukan dengan mendistribusikan 165 buah kuesioner. Respondennya tersebar dalam 55 perusahaan. Dari 102 kuesioner yang diterima kembali, hanya 97 yang dapat diolah. Hasil pengujian menyatakan TQM berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial sedangkan interaksi


(2)

antara TQM dan sistem pengukuran kinerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial.

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Nama Variabel Terikat Variabel Bebas Analisis Hasil

1. Rifka Khairunnisa (2008)

Kualitas Perusahaan (Y) 1. Total Quality Management (X1) 2. Just In Time (X2)

1.Uji Regresi Linier Berganda

2.Uji Signifikan Parsial (Uji t)

3.Uji Signifikan Simultan (Uji F) 4.Koefisien

Determinasi (R2)

1.Total Quality Management

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja kualitas dengan nilai signifikan sebesar 0,036

2.Just in time berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja kualitas dengan nilai signifikan sebesar 0,012

2. Nurul Chairany (2011)

1.Kepemimpinan (Y1) 2.Prilaku Produktif

Karyawan (Y2) 3.Kinerja Perusahaan

(Y3)

TQM (X1) Model Structural

Equation Modeling

(SEM)

1.Penerapan TQM berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengolahan data dimana nilai thitung = -1.574 > t-tabel = -1.684. 2.Penerapan TQM

meningkatkan kinerja perusahaan melalui kepemimpinan. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengolahan data dimana nilai t-hitung = 7.154 > t-tabel = -1.684. 3.Penerapan TQM

meningkatkan kinerja perusahaan melalui perilaku produktif karyawan. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengolahan data dimana nilai t-hitung = -0.416 > t-tabel = -1.684. 3. Henny Zurika

Lubis (2005)

Sistem Pengukuran Kinerja (Y)

1.TQM (X1)

2.Kinerja Manajerial (X2)

Model Structural Equation Modeling

(SEM)

1.TQM berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial 2.Interaksi antara TQM

dan sistem pengukuran kinerja tidak memiliki

pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja manajerial.


(3)

a. Rifka Khairunnisa (2008) menggunakan 3 variable yang terdiri dari total quality management, just in time dan kinerja kualitas perusahaan. Pengambilan sampel menggunakan 8 perusahaan manufaktur di Kabupaten Tangerang. Teknik analisis data menggunakan uji kualitas data, uji asumsi klasik, uji hipotesis. Sedangkan penelitian ini menggunakan 2 variabel yang terdiri dari variable total quality management dan kualitas hasil produksi. Pengambilan sampel hanya menggunakan karyawan pada 1 perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan analisis regresi linier sederhana, uji koefisien regresi sederhana (uji t) dan koefisien determinasi (R2).

b. Nurul Chairany (2011), menggunakan 4 variabel yang terdiri dari TQM (X1), Variabel Kepemimpinan (Y1), Variabel Perilaku Produktif Karyawan (Y2) dan Variabel Kinerja Perusahaan (Y3). Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 5 perusahaan manufaktur dan jasa yang bersetifikat ISO (International Standarization of Organization) dan non ISO di Makassar. Teknik analisis data menggunakan Model Persamaan

Struktural (SEM) dengan bantuan perangkat lunak AMOS 16,0.

Sedangkan penelitian ini menggunakan 2 variabel yang terdiri dari variable total quality management dan kualitas hasil produksi. Pengambilan sampel hanya menggunakan karyawan pada 1 perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan analisis regresi linier sederhana, uji koefisien regresi sederhana (uji t) dan koefisien determinasi (R2).


(4)

c. Henny Zurika Lubis (2005) menggunakan 3 variabel yang terdiri dari total quality management, kinerja manajerial dan sistem pengukuran kinerja. Populasinya mengguanakn perusahaan Manufaktur di Kawasan Industri Medan. Teknik analisis data menggunakan Model Persamaan Struktural

(SEM) dengan bantuan perangkat lunak AMOS. Sedangkan penelitian ini menggunakan 2 variabel yang terdiri dari variable total quality

management dan kualitas hasil produksi. Pengambilan sampel hanya

menggunakan karyawan pada 1 perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan analisis regresi linier sederhana, uji koefisien regresi sederhana (uji t) dan koefisien determinasi (R2).

2.4 Kerangka Konseptual

Dari uraian latar belakang masalah dan uraian kerangka teoritis yang dijabarkan diatas, maka kerangka konseptual digambarkan pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.3 : Kerangka Konseptual

Gambar di atas menjelaskan bahwa TQM dapat memperbaiki kualitas hasil produksi didalam perusahaan serta mewujudkun tujuan perusahaan yang terdiri dari customer focus (fokus pada pelanggan), leadership (kepemimpinan),

Total Quality Management

(X)

Kualitas Hasil Produksi (Y)


(5)

(pendekatan proses), system approach to management (manajemen berdasarkan pendekatan sistem), continual improvement (peningkatan berkelanjutan), factual approach to decision making (pengambilan keputusan berdasarkan fakta) dan

mutually beneficial supplier relationship (hubungan dengan pemasok yang saling menguntungkan).

Customer focus (Fokus pada pelanggan), berarti setiap produk yang dihasilkan perusahaan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Leadership (kepemimpinan), berarti pemimpinan harus mamapu menciptakan visi, dan mampu mewujudkan visi tersebut menuju kenyataan. Involvement of people (keterlibatan semua karyawan), berarti memberdayakan dan memberi kesempatan kepada karyawan untuk merencanakan, menetapan rencana, dan mengendalikan rencana dan mengendalikan rencana pekerjaan yang menjadi tanggungjawab masing-masing. Process approach (pendekatan proses), berarti melakukan identifikasi, penerapan, pengelolaan dan melakukan peningkatan mutu berkelanjutan (continual quality improvement). System approach to management

(manajemen berdasarkan pendekatan sistem), berarti pemahaman dan pengelolaan sistem dari proses yang saling terkait untuk pencapaian dan peningkatan sasaran perusahaan. Continual improvement (peningkatan berkelanjutan), berarti peningkatan sasaran yang ditetapkan tercapai. factual approach to decision

making (pengambilan keputusan berdasarkan fakta) adalah pengambilan

keputusan yang efektif didasarkan pada analisis data dan informasi. Serta mutually


(6)

menguntungkan), berarti perusahaan dan pemasoknya atau supplier saling tergantung.

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual diatas, maka dapat ditarik kesimpulan untuk penelitian :

: Persepsi Penerapan Total Quality Management (TQM) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas hasil produksi pada PT.Indofood Sukses Makmur, Tbk Tanjung Morawa.