Perlindungan Hukum Bagi Pasien Pengguna Jamkesmas Dalam Pelayanan Kesehatan Di Rsud Dr. Rm. Djoelham Binjai Terkait Berlakunya Bpjs Di Bidang Kesehatan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam dunia medis yang semakin berkembang, peranan rumah sakit
sangat penting menunjang kesehatan dari masyarakat. Maju mundurnya rumah
sakit akan sangat ditentukan oleh keberhasilan dari pihak-pihak yang bekerja di
rumah sakit, dalam hal ini dokter, perawat dan orang-orang yang berada ditempat
tersebut. Dari pihak rumah sakit diharapkan memahami konsumen secara
keseluruhan agar dapat maju dan berkembang. Dalam pelayanan kesehatan,
rumpah sakit juga harus memperhatikan etika profesi tenaga yang bekerja di
rumah sakit yang bersangkutan. 1
Kesehatan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping
sandang, pangan dan papan. Tanpa hidup yang sehat, hidup manusia menjadi
tanpa arti, sebab dalam keadaan sakit, manusia tidak mungkin dapat melakukan
kegiatan sehari-hari dengan baik. 2
Selain itu orang yang sedang sakit (pasien) yang tidak dapat
menyembuhkan penyakit yang dideritanya, tidak ada pilihan lain selain meminta
pertolongan dari orang yang dapat menyembuhkan penyakitnya, yakni meminta
pertolongan dari petugas kesehatan yang data menyembuhkan penyakitnya. 3
Tenaga kesehatan akan melakukan apa yang dikenal dengan upaya
kesehatan dan objek dari upaya kesehatan adalah pemeiharaan kesehatan, baik
1
Titik Triwulan Tutik dan Shita Febriana, Perlindungan Hukum Bagi Pasien, (Jakarta :
Prestasi Pustaka Publisher, 2010), Hal.1.
2
Wila Chandrawila Supriadi, Hukum Kesehatan,(Bandung: Mandar Maju, 2001), Hal.
35.
3
Ibid.
pemeliharaan kesehatan masyarakat maupun pemeliharaan kesehatan individu.
Didalam kesehatan masyarakat terdapat pula antara lain kesehatan sekolah,
kesehatan lingkungan, dan pemberantasan penyakit menular. 4
Sedangkan yang dimaksudkan dengan pemeliharaan kesehatan individu
adalah lebih kepada upaya pelayanan kesehatan individu yang dikenal dengan
dengan pelayanan kedokteran dan tenaga kesehatannya adalah dokter, perawat,
dan sebagainya. 5
Pelayanan kesehatan individu terdapat hubungan antara pasien dengan
tenaga kesehatan (dokter) dan sarana kesehatan (rumah sakit). Hubungan yang
timbul antara pasien, dokter dan rumah sakit diatur oleh kaidah-kaidah tentang
kedokteran (bagian dari kesehatan) baik hukum maupun non hukum (antara lain :
moral termasuk etika, kesopanan,kesusilaan dan ketertiban). Hubungan dokter
dengan pasien adalah hubungan yang unik, yang meliputi hubungan medis,
hubungan hukum, hubungan non hukum, hubungan ekonomi dan hubungan sosial.
Sebagian orang berpendapat bahwa pasien dapat golongkan sebagai
konsumen dan dokter sebagai pelaku usaha dalam bidang jasa, sehingga seluruh
aturan-aturan yang ada didalam Undang-undang No. 8 tahun 1999 itu berlaku bagi
hubungan dokter dan pasien. Sebagai konsumen dalam jasa pelayanan kesehatan,
pasien dikategorikan sebagai konsumen akhir, karena pasien tidak termasuk dalam
bagian dari produksi. Sifat konsumeristik dari pelayanan kesehatan tampak dari
terjadinya pergeseran paradigma palayanan kesehatan dari semula bersifat sosial
4
5
Ibid.
Ibid.
berubah menjadi bersifat komersial, dimana pasien harus mengeluarkan biaya
yang cukup tinggi untuk upaya kesehatannya. 6
Dalam pemberian layanan kesehatan terkait beberapa komponen seperti
tenaga kesehatan, sarana kesehatan, upaya kesehatan, dan pasien. Pelayanan jasa
kesehatan ini dapat diperoleh konsumen ditempat-tempat penyediaan jasa layanan
kesehatan, umumnya diperoleh melalui jasa perorangan, misalnya praktek dokter,
dokter gigi, bidan, dan yang diperoleh melalui lembaga pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit, balai pengobatan, rumah bersalin, apotek dan sejenisnya. 7
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan baik perorangan maupun kelompok atau
masyarakat secara keseluruhan. Lavey dan loomba mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya baik yang
diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengobati
penyakit dan memulihkan kesehatan yang ditujukan terhadap perorangan
kelompok atau masyarakat. 8
Dalam pelayanan kesehatan terdapat 2 kelompok yang perlu dibedakan,
yaitu : 9
a. Health Receivers, yaitu penerima pelayanan kesehatan. Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah pasien, yaitu orang yang sakit, mereka yang ingin
6
Anny Isfandyarie, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi bagi Dokter, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2006), Hal. 20.
7
R. Sianturi, Perlindungan Konsumen Dilihat dari Sudut Peraturan PerundangUndangan Kesehatan. Simposium Aspek-Aspek Hukum Masalah Perlindungan Konsumen,
(Jakarta: Bina Cipta, 2000), Hal. 31.
8
Hendrojono Soewono, Batas Pertanggungjawaban Hukum Malpraktek Dokter Dalam
Transaksi Terapeutik (Surabaya: Srikandi, 2005), Hal 100.
9
Rio Christiawan, Aspek Hukum Kesehatan Dalam Upaya Medis Transplantasi Organ
Tubuh (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2003), Hal. 1.
memelihara/meningkatkan kesehatannya, misalnya ingin di vaksinasi atau
wanita hamil yang memeriksa kandungannya.
b. Health Providers,yaitu pemberi layanan kesehatan. Contohnya medical
Providers yaitu dokter, bidan, perawat analisis, ahli gizi dan lain-lain.
Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam
undang-undang dasar Negara republik Indonesia tahun 1945 yang harus
diwujudkan dengan upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. 10 Kesehatan juga merupakan salah satu indikator kesejahteraan
masyarakat Negara tersebut disamping ekonomi dan sosial. Salah satu upaya
pemerintah dalam peningkatan masyarakat adalah dengan mendirikan rumah sakit
disetiap daerah. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan
ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya. 11 Pelayanan kesehatan yang diberikan haruslah pelayanan yang tidak
membedakan status sosial seseorang dalam masyarakat, baik orang kaya, orang
miskin, orang berkuasa, orang biasa, orang pintar maupun orang bodoh.
Rumah sakit adalah tempat berkumpul sebagian besar tenaga kesehatan
dalam menjalankan profesinya seperti dokter, dokter gigi, apoteker, perawat,
bidan, nutrisionis, fisioterapis, dan lain-lain. Masing-masing mereka umumnya
telah mempunyai kode etik profesi yang harus diamalkan anggotanya. Begitu pula
rumah sakit sebagai institusi dalam pelayanan kesehatan juga telah mempunyai
10
11
Konsiderans Huruf a Undang-Undang No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
Konsiderans Huruf b Undang-Undang No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
etika yang ada di Indonesia yang terhimpun dalam Etik rumah sakit Indonesia.
Dengan demikian dalam menjalankan pelayanan kesehatan masing-masing profesi
harus berpedoman pada etika profesinya dan harus pula memahami etika profesi
disiplin lainnya apalagi dalam wadah dimana mereka berkumpul (rumah sakit)
agar tidak saling berbenturan. 12
Pelayanan rumah sakit, terdiri dari : 13
1. Pelayanan medis dalam arti luas yang menyangkut kegiatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitasi.
2. Pendidikan dan latihan tenaga medis.
3. Penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran.
Peran dan fungsi rumah sakit sebagai tempat untuk melakukan pelayanan
kesehatan professional erat kaitannya dengan 3 unsur yaitu : 14
a. Unsur mutu yang dijamin kualitasnya.
b. Unsur keuntungan atau manfaat yang tercermin dalam mutu pelayanan.
c. Hukum yang mengatur perumahsakitan secara umum dan kedokteran dan
atau medik khususnya. Jadi unsur-unsur ini akan bermanfaat bagi pasien dan
tenaga kerja kesehatan serta rumah sakit, disebabkan karena adanya
hubungan saling melengkapi dari unsur tersebut. Pelayanan kesehatan
memang sangat membutuhkan mutu pelayanan yang baik dan maksimal agar
manfaatnya dapat dirasakan oleh penerima jasa layanan kesehatan dan
pemberi jasa pelayanan kesehatan.
12
Jusuf Hanafiah Dan Amri Amir, Etika Kedokteran Dan Hukum Kesehatan, (Medan :
Penerbit Buku Kedokteran Egc, 1998), Hal 160.
13
http://www.freewebs.com/pencegahanberspektifpasien/implikasihukum.html, diakses
pada tanggal 3 maret 2014.
14
Ibid.
Pasien sebagai konsumen kesehatan memiliki perlindungan diri dari
kemungkinan upaya kesehatan yang tidak bertanggungjawab seperti penelantaran.
Pasien juga berhak atas keselamatan, keamanan, kenyamanan terhadap pelayanan
jasa kesehatan yang diterima. Dengan hak tersebut maka konsumen akan
terlindungi dari praktik profesi yang mengancam keselamatan dan kesehatan. 15
Agar tidak terjadi tindakan medis yang menimbulkan kesalahan atau kelalaian
dari dokter/tenaga kesehatan dan rumah sakit, yang akan menimbulkan kerugian
bagi pasien sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan. 16 Hak pasien adalah
mendapatkan ganti rugi apabila pelayanan yang diterima tidak semestinya.
Masyarakat sebagai konsumen dapat menyampaikan keluhannya kepada pihak
rumah sakit sebagai upaya perbaikan intern rumah sakit dalam pelayanan atau
kepada lembaga yang member perhatian kepada konsumen kesehatan.
Ketika pasien dirugikan, pasien sebagai penerima jasa pelayanan
kesehatan dari rumah sakit pemberi jasa pelayanan kesehatan dalam bidang
kesehatan, dibutuhkan suatu perlindungan hukum bagi pasien sebagai konsumen
pelayanan kesehatan. Rumah sakit berkewajiban untuk memberikan jasa
pelayanan kesehatan sesuai dengan ukuran atau standard perawatan kesehatan. 17
Program Jamkesmas memberikan perlindungan sosial dibidang kesehatan
untuk menjamin setiap peserta Jamkesmas. Peserta pengguna Jamkesmas adalah
orang miskin dan tidak mampu dan terdaftar dan memiliki kartu dan berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan. 18
15
Ibid.
Titik Triwulan Tutik dan Shita Febriana, Op. Cit, Hal. 5-6.
17
Ibid.
18
Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) Tahun 2008, (Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2008), Hal. 5.
16
Secara umum kemiskinan adalah sebagai suatu standar tingkat hidup yang
rendah yaitu kalanya suatu kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan
orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam
masyarakat
yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara
langsung berkaitan pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kehidupan moral dan
rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin Dalam rangka
memenuhi hak masyarakat miskin sebagaimana tercantum dalam rumusan UUD
1945 pasal 28 H dan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, menetapkan
bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Setiap individu,
keluarga
dan
masyarakat
berhak
memperoleh
perlindungan
terhadap
kesehatannya, dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup
sehat bagi penduduk termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu,
dengan demikian pemerintah menerapkan program Jamkesmas, yang bertujuan
agar program ini dapat membantu masyarakat miskin dan tidak mampu dalam
mengatasi persoalan dalam kesehatan. 19
Pasien pengguna Jamkesmas juga mempunyai hak yang sama dengan
pasien rumah sakit pada umumnya dan juga sebagai konsumen jasa rumah sakit
yang telah diatur didalam Undang-Undang no 36 tahun 2009 tentang kesehatan
dan undang-undang No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.
Ketika pasien pengguna Jamkesmas merasa dirugikan maka pasien
pengguna jamkesmas itu dapat meminta hak-hak yang telah diatur secara hukum.
19
http://repository.unand.ac.id/16924/1/Kepuasan_dan_Kekurang.pdf diakses pada
tanggal 7 Maret 2014.
Hak pasien adalah memperoleh pelayanan yang aman, bermutu, dan terjangkau, 20
disamping itu pasien juga dapat meminta ganti rugi apabila pelayanan yang
diterima tidak sebagaimana mestinya.
Di RSUD Dr. RM Djoelham Binjai pelayanan kesehatan yang diberikan
pihak rumah sakit kepada pasien pengguna Jamkesmas di rumah sakit ternyata
tidak membuahkan hasil yang maksimal. Pasien-pasien pengguna Jamkesmas
banyak tidak menerima pelayanan yang baik dari rumah sakit. Pasien Jamkesmas
adalah masyarakat miskin dan kurang mampu. Permasalahan pelaksanaan
pelayanan kesehatan bagi pasien Jamkesmas. Seperti kasus yang terjadi pada
tahun 2013 seorang bayi yang berumur 11 bulan meninggal dunia. Tapi orang tua
dari bayi tersebut tidak mengetahui penyakit apa yang diderita oleh anaknya
tersebut. Sebab yang dokter yang memeriksa bayi tersebut hanya pernah datang
sekali, setelah itu hanya perawat dan dokter koas yang memeriksa bayi tersebut.
Dokter tersebut hanya memeriksa si bayi melalui telepon seluler dengan
memerintahkan asisten nya (dokter koas), tetapi setelah dirawat selama 3 hari,
kondisi bayi tersebut semakin memburuk, sehingga akhirnya bayi tersebut
meningal dunia. 21.
Dari contoh kasus diatas, usaha yang harus dilakukan oleh pihak rumah
sakit adalah perbaikan dalam pemeriksaan yang dilakukan dalam pemberian
pelayanan di rumah sakit. Sebaiknya pemeriksaan untuk pasien dilakukan oleh
dokter profesional, karena dokter itu lebih berpengalaman daripada dokter yang
masih dalam proses Pendidikan. Dalam masa pendidikan kedokteran seorang
20
Pasal 5 Ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
21
2014
http://Sumutpos.co/2013/05/59377/dirawat-koas-bayi-meninggal, diakses 1 september
dokter koas berhak melakukan tindakan medis terhadap pasien, karena begitulah
cara untuk mereka melatih diri dalam penerapan ilmu kedokteran yang
sebelumnya hanya dipraktikkan, tetapi mereka perlu diawasi oleh dokter
profesional.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, permasalahan dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana perlindungan hukum bagi pasien pengguna Jamkesmas dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan di Indonesia terkait berlakunya BPJS di
bidang kesehatan ?
2. Faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat dalam pelayanan kesehatan
bagi pasien pengguna Jamkesmas di RSUD DR. RM. Djoelham Binjai ?
3. Bagaimana tanggung jawab RSUD DR RM Djoelham bagi pasien pengguna
jamkesmas dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di RSUD DR. RM.
Djoelham Binjai?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaturan hukum bagi pasien pengguna
Jamkesmas dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di Indonesia terkait
berlakunya BPJS di bidang kesehatan.
2.
Untuk mengetahui dan menganalisis faktor penghambat dalam pelayanan
kesehatan bagi pasien pengguna Jamkesmas di RSUD DR. RM. Djoelham
Binjai.
3.
Untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab RSUD DR RM
Djoelham bagi pasien pengguna jamkesmas dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan di RSUD DR. RM. Djoelham Binjai.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini, baik
bersifat teoritis maupun praktis sebagai berikut :
1. Bersifat teoritis
Diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya hukum perlindungan konsumen dan hukum kesehatan.
2. Bersifat praktis
Secara praktis penelitian ini ditujukan kepada kalangan praktisi dalam hal
ini pemerintah sebagai regulator yang berperan dalam membuat peraturan yang
terkait dengan peerindungan konsumen di rumah sakit. Selain itu penelitian ini
ditujukan kepada pelaku usaha yaitu rumah sakit agar dapat memahami tentang
makna pelayanan kesehatan bagi pasien yang menggunakan Jamkesmas.
Penelitian ini juga sedapat mungkin dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari untuk menambah pengetahuan masyarakat khusus pasien pengguna
Jamkesmas mengenai Perlindungan hukum bagi pasien.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pemeriksaan dan penelusuran kepustakaan di lingkungan
Universitas Sumatera Utara, penelitian ini mengenai perlindungan hukum bagi
pasien pengguna jamkesmas dalam pelayanan kesehatan di RSUD DR. RM.
Djoelham Binjai, belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang
sama, meskipun ada beberapa judul tesis yang hampir menyerupai, antara lain :
1. Perlindungan hukum jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit menurut
undang-undang perlindungan konsumen, oleh Natalita Sola Gracia
Situmorang, sekolah pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan,
dengan rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimanakah tanggung jawab rumah sakit terhadap pasien dalam
pelayanan jasa kesehatan di rumah sakit.
b. Apa saja alternatif sengketa yang terjadi antara pasien dengan pihak
rumah sakit.
2. Analisis yuridis terhadap fungsi dan peran Jamsostek dalam perlindungan
hukum tenaga kerja di kota medan, oleh Sudirman Simamora, Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, dengan rumusan masalah
sebagai berikut :
a. Bagaimana peran dan fungsi peran Jamsostek dalam perlindungan
hukum tenaga kerja di kota Medan.
b. Bagaimana
hambatan
yang
dihadapi
PT.
Jamsostek
dalam
perlindungan tenaga kerja di kota Medan.
c. Bagaimanakah upaya PT. Jamsostek dalam memberikan perlindungan
hukum terhadap tenaga kerja di kota Medan.
3. Eksistensi dan peranan komite medis dalam pengelolaan Rumah Sakit
Umum dikota Pakembang (kajian tentang Upaya perlindungan pasien
sebagai konsumen kesehatan), oleh Muhammad Syaifuddin, Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, dengan rumusan masalah
sebagai berikut :
a. Bagaimana eksistensi komite medis dalam pengelolaan rumah sakit
umum di kota Palembang serta kepentingan hukum apa saja yang
mendasari pembentukannya.
b. Bagaimana bentuk dan prosedur pelaksanaan peranan komite medis
mewujudkan dalam upaya perlindungan pasien sebagai konsumen
kesehatan pada rumah sakit umum di Palembang.
c. Apakah audit medik telah dilaksanakan oleh komite medis pada suatu
rumah sakit umum dapat membebaskan rumah sakit umum tersebut
dari pertanggungjawaban perdata atas kesalahan/kelalaian media yang
dilakukan oleh dokter teta yang bekerja pada rumah sakit umum
tersebut.
4. Pengaturan hukum alternatif penyelesaian sengketa antara dokter dan
pasien, oleh Wahyudinsyah P, Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Sumatera Utara, dengan rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana azas dan konsep alternatif penyelesaian sengketa terhadap
sengketa antara dokter dan pasien.
b. Hambatan yuridis apa saja yang timbul dalam pelaksanaan alternative
penyelesaian sengketa antara dokter dan pasien.
5. Perlindungan hukum pasien pengguna Jamkesmas dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan di R.S.U.P
H. Adam Malik Medan, oleh Rizky
Wirdhatul Husna, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dengan
rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi pasien pengguna
Jamkesmas di R.S.U.P Adam Malik Medan?
b. Bagaimana tanggung jawab hukum R.S.U.P. H. Adam Malik Medan
dalam pelayanan ksehatan bagi pasien pengguna Jamkesmas?
c. Upaya hukum apakah yang dapat dilakukan oleh pasien pengguna
Jamkesmas di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan?
Penelitian ini merupakan sesuatu yang baru dan asli sesuai dengan asasasas keilmuan yang jujur, rasional, objektif, dan terbuka, sehingga dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannyasecara ilmiah dan terbuka terhadap
masukan dan kritik yang konstruktif terkait dengan data dan analisis dalam
penelitian ini.
F. Kerangka Teori dan Konsep
Untuk menelaah dari perumusan masalah dari penelitian ini saya
menggunakan beberapa teori, yaitu :
1.
Kerangka Teori
a. Teori Perlindungan Hukum
Perlindungan adalah segala upaya yang dilakukan untuk melindungi
subjek tertentu, dapat juga diartikan sebagai tempat berlindung dari segala sesuatu
yang mengancam. 22 Dalam merumuskan prinsi-prinsip perlindungan hukum di
Indonesia, landasannya adalah Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara.
Konsepsi perlindungan hukum bagi rakyat di Barat bersumber pada konsepkonsep Rechtstaat dan ”Rule of The Law”. Dengan menggunakan konsepsi Barat
sebagai kerangka berfikir dengan landasan pada Pancasila, prinsip perlindungan
22
W.J.S Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka,
1989), Hal. 68.
hukum di Indonesia adalah prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat
dan martabat manusia yang bersumber pada Pancasila. 23
Prinsip perlindungan hukum terhadap tindak pemerintah bertumpu dalam
setiap aspek tindakan pemerintahan baik dalam lapangan pengaturan maupun
dalam lapangan pelayanan harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan
atau berdasarkan padalegalitas. Artinya pemerintah tidak dapat melakukan
tindakan pemerintahan tanapa dasar kewenangan dan bersumber dari konsep
tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena
menurut sejarahnya di Barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi menusia diarahkan kepada pembatasanpembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah. 24
Philipus M. Hadjon mengemukakan bahwa :
Perlindungan hukum merupakan perlindungan harkat dan martabat dan
pengakuan terhadap hak asasi manusia yang dimiliki subyek hukum dalam Negara
hukum dengan berdasarkan pada ketentuan hukum yang berlaku di Negara
tersebut guna mencegah terjadinya kesewenang-wenangan. Perlindungan hukum
itu umumnya berbentuk suatu peraturan tertulis, sehingga sifatnya lebih mengikat
dan akan mengakibatkan adanya sanksi yang harus dijatuhkan kepada pihak yang
melanggarnya. 25
Menurut Philipus M. Hadjon, dibedakan dua macam perlindungan hukum
yaitu: 26
23
Philipus M. Hadjon. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. (Surabaya: Bina
Ilmu, 1987), Hal. 38.
24
Ibid..
25
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia,( Surabaya : Bina
Ilmu, 1987), Hal. 205.
26
Ibid., Hal. 117.
1) Perlindungan hukum yang preventif yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya permasalahan atau sengketa.
2) Perlindungan hukum yang represif yang bertujuan untuk menyelesaikan
permasalahan atau sengketa yang timbul.
Satjipto Raharjo menjelaskan mengenai perlindungan hukum itu adalah
tindakan memberikan pengayoman bagi hak asasi manusia yang dirugikan dan
perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati haknya yang
diberikan oleh hukum. 27 Salah satu hak pasien pengguna Jamkesmas adalah
menerima pelayanan kesehatan yang baik dari pemberi layanan kesehatan, jika
dokter tidak memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan kemudian
mengakibatkan cacat atau meninggalnya pasien, maka dokter ini telah melakukan
pelanggaran terhadap pasien untuk memperoleh pelayanan yang manusiawi
tersebut sehingga pasien berhak menuntut kepada dokter yang bersangkutan.
Pasien yang dalam hal ini masih peserta Jamkesmas mengalami
pengalihan aturan adanya perpindahan dari Jamkesmas ke BPJS. Adanya
peralihan tersebut bukan berarti peserta Jamkesmas kehilangan hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang gratis. BPJS tetap mengikutsertakan
masyarakat peserta jamkesmas untuk mendapatkan pelayanan secara utuh
walaupun istilahnya telah berubah menjadi BPJS .
Bentuk perlindungan hukum inilah yang akan memberikan kepastian
kepada masyarakat untuk tidak kehilangan haknya walaupun ada peralihan aturan
yang baru. Dengan peralihan ini tidak dapat menghilangkan hak seseorang
dikarenakan adanya peraturan yang baru.
27
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum,(Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000), Hal. 53.
b. Teori Pertanggung Jawaban
Teori pertanggung jawaban merupakan bagian dari konsep kewajiban
hukum. Kewajiban hukum berasal dari suatu norma trasedental yang mendasari
segala peraturan hukum. Norma dasar kemudian dirumuskan kewajiban untuk
mengikuti peraturan-peraturan hukum tersebut 28.
Harkristuti Harkrisnowo membedakan berbagai perilaku yang merugikan
konsumen yaitu merupakan perbuatan melawan hukum dan tindak pidana.
Undang-undang perlindungan konsumen telah memberikan akses dan kemudahan
bagi hak-hak konsumen untuk mendapatkan ganti rugi dan sejumlah tuntutan yang
menyangkut kepentingan konsumen dengan dirumuskan dengan system
pertangungjawaban pelaku usaha (product liability) 29.
Asas tanggung jawab ini dapat diterima karena adil bagi orang yang
berbuat salah untuk mengganti kerugian bagi pihak korban. Dengan kata lain,
tidak adil jika orang yang tidak bersalah harus mengganti kerugian yang diderita
orang lain. Dalam dokrin hukum dikenal asas Vicarious liability dan corporate
liability. Vicarious liability mengandung perngertian majikan bertanggung jawab
atas kerugian pihak lain yang ditimbulkan oleh orang-orang/karyawan yang
berada dibawah pengawasannya. Jika karyawan itu dipinjamkan kepihak lain,
maka tanggung jawab beralih pada si pemakai karyawan tadi. 30
Corporate liability prinsip ini memiliki pengertian yang sama dengan
vicarious liability. Menurut dokrin ini, Lembaga (korporasi) yang menaungi suatu
28
Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah,(Yogyakarta: Kanisius, 1995),
Hal. 281.
29
Harkristuti Harkriswono, Perlindungan Konsumen Dalam Kerangka Sistem Peradilan
Di Indonesia, (Jakarta : Lokakarya Rancangan Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen,
Kerjasama Lembaga Penelitian Universitas Indonesia Dengan Departemen Perindustrian Dan
Perdagangan, 1996), Hal. 6.
30
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen,(Jakarta:Sinar Grafika,
2008), Hal 94.
kelompok pekerja mempunyai tanggung jawab terhadap tenaga-tenaga yang
dipekerjakannya. Sebagai contoh hubungan hukum antara rumah sakit dan pasien,
semua tanggung jawab atas pekerjaan medik dan paramedik dokter adalah
menjadi beban tanggung jawab rumah sakit tempat mereka bekerja. Prinsip ini
diterapkan tidak saja untuk karyawan organiknya (digaji oleh rumah sakit), tetapi
untuk karyawan non organik (misalnya dokter yang dikontrak kerja dengan
pembagian hasil). 31
Timbulnya kesalahan yang dilakukan oleh pemberi pelayanan kesehatan
dalam
melakukan
pekerjaannya
hingga
menimbulkan
kerugian,
tidak
menghilangkan tanggung jawab lembaga, dalam hal ini diwakili oleh Direktur.
Direktur RSUD DR RM Djoelham memiliki tanggung jawab berdasarkan
kemampuannya sebagai wakil rumah sakit dalam hal ini mengemban asas
Vicarious Liability. oleh karena itu prinsip Corporate Liability ini juga sejalan
dengan prinsip Vicarious Liability yang mana direktur RSUD DR RM Djoelham
memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaannya termasuk tindakan hukum yang
dilakukan oleh pekerjanya.
2.
Kerangka konsepsi
Konseptual merupakan definisi dari operasional dari berbagai istilah yang
dipergunakan dalam tulisan ini. Sebagaimana dikemukakan M. Solly Lubis,
bahwa kerangka konsep adalah merupakan konstruksi konsep secara internal pada
pembaca yang mendapatkan stimulasi dan dorongan konseptual dari bacaan dan
tinjauan pustaka. 32
a. Perlindungan hukum
31
32
Ibid.
M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju,1994), Hal. 80.
Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi
manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu di berikan kepada
masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. 33
b. Pasien
Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik
secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi. 34
c. Jaminan Kesehatan
Jaminan kesehatan adalah Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa
perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan
dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan
kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah. 35
d. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan perorangan baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitative yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
Masyarakat. 36
e. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
33
Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), Hal. 54.
Pasal 1 ayat (10) Undang Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
35
Pasal 1 ayat (1) PP No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
36
Pasal 1 ayat (14) PP No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
34
BPJS
kesehatan
adalah
badan
hukum
yang
dibentuk
untuk
menyelanggarakan program Jaminan Kesehatan. 37
G. Metode Penelitian
1. Sifat Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitis, yang bertujuan
menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau
kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk
menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam
masyarakat. 38
Dalam penelitian ini, selain mengumpulkan data dan menganalisis data
tentang kecukupan kaidah- kaidah hukum dalam perlindungan pasien dirumah
sakit dalam hal pelayanan kesehatan, maka ditinjau pula tentang peraturan yang
diberlakukan dengan membandingkan kaidah-kaidah hukum perlindungan
konsumen, hukum kesehatan, dan peraturan tentang rumah sakit yang terkait
dalam hal ini. Selanjutnya jenis penelitian ini adalah yuridis normatif dan yuridis
empiris. Yuridis normatif merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk
menemukan
kebenaran
berdasarkan
logika
keilmuan
hukum
dari
sisi
normatifnya. 39 Yuridis empiris yaitu penulis harus berhadapan langsung dengan
warga masyarakat yang menjadi objek penelitian sehingga banyak peraturanperaturan tidak tertulis yang berlaku dalam masyarakat. 40
2. Sumber data
37
Pasal 1 ayat (2) PP No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
Amiruddin Dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2004) Hal .25.
39
Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, (Malang : UMM Press,
2007), Hal. 57.
40
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Hal. 25.
38
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder dan data tersier.
Bahan-bahan hukum tersebut adalah : 41
1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan terdiri
dari peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan bagi pasien yaitu UU. No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, UU
No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil penelitian, atau
pendapat pakar hukum.
3) Bahan hukum tersier, bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus
(hukum), ensiklopedia.
3. Teknik pengumpulan data
Dalam upaya mengumpulkan data primer maupun sekunder dengan
menggunakan metode sebagai berikut :
a. Penelitian kepustakaan. (Library Research)
Yaitu dengan meneliti berbagai sumber bacaan yang berkaitan dengan
topik yang penulis angkat dalam tesis ini. Seperti : buku-buku hukum, majalah
hukum, artikel hukum di internet, pendapat sarjana yang ahli di dunia hukum dan
bahan-bahan lainnya.
b. Penelitian lapangan (Field Research)
41
Amiruddin Dan Zainal Asikin, Op.Cit, Hal. 31-32.
Penelitian dilakukan dengan mengambil beberapa pengguna Jamkesmas di
RSUD DR. RM. Djoelham Binjai. Sejak Januari 2014 sampai April 2014 terdapat
970 pengguna Jamkesmas di RSUD DR. RM. Djoelham Binjai. Untuk sampel
dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan pelayanan yang didapat
oleh pasien pengguna jamkesmas. Dari kategori Jenis kelamin, usia, tempat
tinggal. Berdasarkan pelayanan kesehatan, pasien dibedakan menjadi :
1. Pasien rawat inap sebanyak 25 orang
2. Pasien rawat jalan sebanyak 25 orang
Berdasarkan kategori jenis kelamin, pasien dibedakan antara pasien lakilaki dan perempuan, untuk kategori tempat tinggal hanya pasien yang tinggal di
Kota Binjai. Dan berdasarkan usia, dibedakan antara pasien anak-anak (dibawah
18 Tahun), pasien dewasa (18 – 60 tahun), dan pasien lanjut usia (usia diatas 60
Tahun)
Pengambilan sampel dilakukan dalam bentuk Purposive sampling, artinya
orang –orang tertentu yang memiliki kualifikasi saja yang menjadi sampel
penelitian ini. Purposive Sampling dipilih agar peneliti benar-benar dapat
menjamin bahwa responden adalah unsur-unsur yang hendak diteliti dan yakin
masuk kedalam sampel yang dipilih. 42
Peneliti melakukan wawancara dengan narasumber terpilih dan membuat
kuisioneryang diajukan kepada seluruh responden. Wawancara dilakukan dengan
pihak yang terkait dengan objek penelitian yaitu pihak rumah sakit Dr. RM
Djoelham sebagai penyelenggara program Jamkesmas, BPJS Kesehatan, Dinas
42
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,(Jakarta :UI Press, 2006), Hal. 196.
Kesehatan dan kuisioner yang diberikan kepada 50 responden yaitu pasien
pengguna Jamkesmas di rumah sakit Dr. RM Djoelham Binjai.
4. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh data. 43 Data yang telah
diperoleh dari penelitian lapangan akan dihubungkan dengan studi kepustakaan.
Kemudian data tersebut dianalisis secara logis dan disusun dengan menggunakan
metode kualitatif yaitu apa yang dinyatakan oleh informan secara tertulis maupun
lisan diteliti dan dipelajari kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif yang
tersusun dalam kalimat yang sistematis.
BAB II
43
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1998), Hal 103.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam dunia medis yang semakin berkembang, peranan rumah sakit
sangat penting menunjang kesehatan dari masyarakat. Maju mundurnya rumah
sakit akan sangat ditentukan oleh keberhasilan dari pihak-pihak yang bekerja di
rumah sakit, dalam hal ini dokter, perawat dan orang-orang yang berada ditempat
tersebut. Dari pihak rumah sakit diharapkan memahami konsumen secara
keseluruhan agar dapat maju dan berkembang. Dalam pelayanan kesehatan,
rumpah sakit juga harus memperhatikan etika profesi tenaga yang bekerja di
rumah sakit yang bersangkutan. 1
Kesehatan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia, disamping
sandang, pangan dan papan. Tanpa hidup yang sehat, hidup manusia menjadi
tanpa arti, sebab dalam keadaan sakit, manusia tidak mungkin dapat melakukan
kegiatan sehari-hari dengan baik. 2
Selain itu orang yang sedang sakit (pasien) yang tidak dapat
menyembuhkan penyakit yang dideritanya, tidak ada pilihan lain selain meminta
pertolongan dari orang yang dapat menyembuhkan penyakitnya, yakni meminta
pertolongan dari petugas kesehatan yang data menyembuhkan penyakitnya. 3
Tenaga kesehatan akan melakukan apa yang dikenal dengan upaya
kesehatan dan objek dari upaya kesehatan adalah pemeiharaan kesehatan, baik
1
Titik Triwulan Tutik dan Shita Febriana, Perlindungan Hukum Bagi Pasien, (Jakarta :
Prestasi Pustaka Publisher, 2010), Hal.1.
2
Wila Chandrawila Supriadi, Hukum Kesehatan,(Bandung: Mandar Maju, 2001), Hal.
35.
3
Ibid.
pemeliharaan kesehatan masyarakat maupun pemeliharaan kesehatan individu.
Didalam kesehatan masyarakat terdapat pula antara lain kesehatan sekolah,
kesehatan lingkungan, dan pemberantasan penyakit menular. 4
Sedangkan yang dimaksudkan dengan pemeliharaan kesehatan individu
adalah lebih kepada upaya pelayanan kesehatan individu yang dikenal dengan
dengan pelayanan kedokteran dan tenaga kesehatannya adalah dokter, perawat,
dan sebagainya. 5
Pelayanan kesehatan individu terdapat hubungan antara pasien dengan
tenaga kesehatan (dokter) dan sarana kesehatan (rumah sakit). Hubungan yang
timbul antara pasien, dokter dan rumah sakit diatur oleh kaidah-kaidah tentang
kedokteran (bagian dari kesehatan) baik hukum maupun non hukum (antara lain :
moral termasuk etika, kesopanan,kesusilaan dan ketertiban). Hubungan dokter
dengan pasien adalah hubungan yang unik, yang meliputi hubungan medis,
hubungan hukum, hubungan non hukum, hubungan ekonomi dan hubungan sosial.
Sebagian orang berpendapat bahwa pasien dapat golongkan sebagai
konsumen dan dokter sebagai pelaku usaha dalam bidang jasa, sehingga seluruh
aturan-aturan yang ada didalam Undang-undang No. 8 tahun 1999 itu berlaku bagi
hubungan dokter dan pasien. Sebagai konsumen dalam jasa pelayanan kesehatan,
pasien dikategorikan sebagai konsumen akhir, karena pasien tidak termasuk dalam
bagian dari produksi. Sifat konsumeristik dari pelayanan kesehatan tampak dari
terjadinya pergeseran paradigma palayanan kesehatan dari semula bersifat sosial
4
5
Ibid.
Ibid.
berubah menjadi bersifat komersial, dimana pasien harus mengeluarkan biaya
yang cukup tinggi untuk upaya kesehatannya. 6
Dalam pemberian layanan kesehatan terkait beberapa komponen seperti
tenaga kesehatan, sarana kesehatan, upaya kesehatan, dan pasien. Pelayanan jasa
kesehatan ini dapat diperoleh konsumen ditempat-tempat penyediaan jasa layanan
kesehatan, umumnya diperoleh melalui jasa perorangan, misalnya praktek dokter,
dokter gigi, bidan, dan yang diperoleh melalui lembaga pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit, balai pengobatan, rumah bersalin, apotek dan sejenisnya. 7
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan derajat kesehatan baik perorangan maupun kelompok atau
masyarakat secara keseluruhan. Lavey dan loomba mengatakan bahwa yang
dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya baik yang
diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengobati
penyakit dan memulihkan kesehatan yang ditujukan terhadap perorangan
kelompok atau masyarakat. 8
Dalam pelayanan kesehatan terdapat 2 kelompok yang perlu dibedakan,
yaitu : 9
a. Health Receivers, yaitu penerima pelayanan kesehatan. Yang termasuk dalam
kelompok ini adalah pasien, yaitu orang yang sakit, mereka yang ingin
6
Anny Isfandyarie, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi bagi Dokter, (Jakarta: Prestasi
Pustaka, 2006), Hal. 20.
7
R. Sianturi, Perlindungan Konsumen Dilihat dari Sudut Peraturan PerundangUndangan Kesehatan. Simposium Aspek-Aspek Hukum Masalah Perlindungan Konsumen,
(Jakarta: Bina Cipta, 2000), Hal. 31.
8
Hendrojono Soewono, Batas Pertanggungjawaban Hukum Malpraktek Dokter Dalam
Transaksi Terapeutik (Surabaya: Srikandi, 2005), Hal 100.
9
Rio Christiawan, Aspek Hukum Kesehatan Dalam Upaya Medis Transplantasi Organ
Tubuh (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2003), Hal. 1.
memelihara/meningkatkan kesehatannya, misalnya ingin di vaksinasi atau
wanita hamil yang memeriksa kandungannya.
b. Health Providers,yaitu pemberi layanan kesehatan. Contohnya medical
Providers yaitu dokter, bidan, perawat analisis, ahli gizi dan lain-lain.
Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam
undang-undang dasar Negara republik Indonesia tahun 1945 yang harus
diwujudkan dengan upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya. 10 Kesehatan juga merupakan salah satu indikator kesejahteraan
masyarakat Negara tersebut disamping ekonomi dan sosial. Salah satu upaya
pemerintah dalam peningkatan masyarakat adalah dengan mendirikan rumah sakit
disetiap daerah. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan
ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu
dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya. 11 Pelayanan kesehatan yang diberikan haruslah pelayanan yang tidak
membedakan status sosial seseorang dalam masyarakat, baik orang kaya, orang
miskin, orang berkuasa, orang biasa, orang pintar maupun orang bodoh.
Rumah sakit adalah tempat berkumpul sebagian besar tenaga kesehatan
dalam menjalankan profesinya seperti dokter, dokter gigi, apoteker, perawat,
bidan, nutrisionis, fisioterapis, dan lain-lain. Masing-masing mereka umumnya
telah mempunyai kode etik profesi yang harus diamalkan anggotanya. Begitu pula
rumah sakit sebagai institusi dalam pelayanan kesehatan juga telah mempunyai
10
11
Konsiderans Huruf a Undang-Undang No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
Konsiderans Huruf b Undang-Undang No. 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
etika yang ada di Indonesia yang terhimpun dalam Etik rumah sakit Indonesia.
Dengan demikian dalam menjalankan pelayanan kesehatan masing-masing profesi
harus berpedoman pada etika profesinya dan harus pula memahami etika profesi
disiplin lainnya apalagi dalam wadah dimana mereka berkumpul (rumah sakit)
agar tidak saling berbenturan. 12
Pelayanan rumah sakit, terdiri dari : 13
1. Pelayanan medis dalam arti luas yang menyangkut kegiatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitasi.
2. Pendidikan dan latihan tenaga medis.
3. Penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran.
Peran dan fungsi rumah sakit sebagai tempat untuk melakukan pelayanan
kesehatan professional erat kaitannya dengan 3 unsur yaitu : 14
a. Unsur mutu yang dijamin kualitasnya.
b. Unsur keuntungan atau manfaat yang tercermin dalam mutu pelayanan.
c. Hukum yang mengatur perumahsakitan secara umum dan kedokteran dan
atau medik khususnya. Jadi unsur-unsur ini akan bermanfaat bagi pasien dan
tenaga kerja kesehatan serta rumah sakit, disebabkan karena adanya
hubungan saling melengkapi dari unsur tersebut. Pelayanan kesehatan
memang sangat membutuhkan mutu pelayanan yang baik dan maksimal agar
manfaatnya dapat dirasakan oleh penerima jasa layanan kesehatan dan
pemberi jasa pelayanan kesehatan.
12
Jusuf Hanafiah Dan Amri Amir, Etika Kedokteran Dan Hukum Kesehatan, (Medan :
Penerbit Buku Kedokteran Egc, 1998), Hal 160.
13
http://www.freewebs.com/pencegahanberspektifpasien/implikasihukum.html, diakses
pada tanggal 3 maret 2014.
14
Ibid.
Pasien sebagai konsumen kesehatan memiliki perlindungan diri dari
kemungkinan upaya kesehatan yang tidak bertanggungjawab seperti penelantaran.
Pasien juga berhak atas keselamatan, keamanan, kenyamanan terhadap pelayanan
jasa kesehatan yang diterima. Dengan hak tersebut maka konsumen akan
terlindungi dari praktik profesi yang mengancam keselamatan dan kesehatan. 15
Agar tidak terjadi tindakan medis yang menimbulkan kesalahan atau kelalaian
dari dokter/tenaga kesehatan dan rumah sakit, yang akan menimbulkan kerugian
bagi pasien sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan. 16 Hak pasien adalah
mendapatkan ganti rugi apabila pelayanan yang diterima tidak semestinya.
Masyarakat sebagai konsumen dapat menyampaikan keluhannya kepada pihak
rumah sakit sebagai upaya perbaikan intern rumah sakit dalam pelayanan atau
kepada lembaga yang member perhatian kepada konsumen kesehatan.
Ketika pasien dirugikan, pasien sebagai penerima jasa pelayanan
kesehatan dari rumah sakit pemberi jasa pelayanan kesehatan dalam bidang
kesehatan, dibutuhkan suatu perlindungan hukum bagi pasien sebagai konsumen
pelayanan kesehatan. Rumah sakit berkewajiban untuk memberikan jasa
pelayanan kesehatan sesuai dengan ukuran atau standard perawatan kesehatan. 17
Program Jamkesmas memberikan perlindungan sosial dibidang kesehatan
untuk menjamin setiap peserta Jamkesmas. Peserta pengguna Jamkesmas adalah
orang miskin dan tidak mampu dan terdaftar dan memiliki kartu dan berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan. 18
15
Ibid.
Titik Triwulan Tutik dan Shita Febriana, Op. Cit, Hal. 5-6.
17
Ibid.
18
Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas) Tahun 2008, (Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2008), Hal. 5.
16
Secara umum kemiskinan adalah sebagai suatu standar tingkat hidup yang
rendah yaitu kalanya suatu kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan
orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam
masyarakat
yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah ini secara
langsung berkaitan pengaruhnya terhadap tingkat keadaan kehidupan moral dan
rasa harga diri dari mereka yang tergolong sebagai orang miskin Dalam rangka
memenuhi hak masyarakat miskin sebagaimana tercantum dalam rumusan UUD
1945 pasal 28 H dan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, menetapkan
bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Setiap individu,
keluarga
dan
masyarakat
berhak
memperoleh
perlindungan
terhadap
kesehatannya, dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup
sehat bagi penduduk termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu,
dengan demikian pemerintah menerapkan program Jamkesmas, yang bertujuan
agar program ini dapat membantu masyarakat miskin dan tidak mampu dalam
mengatasi persoalan dalam kesehatan. 19
Pasien pengguna Jamkesmas juga mempunyai hak yang sama dengan
pasien rumah sakit pada umumnya dan juga sebagai konsumen jasa rumah sakit
yang telah diatur didalam Undang-Undang no 36 tahun 2009 tentang kesehatan
dan undang-undang No 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen.
Ketika pasien pengguna Jamkesmas merasa dirugikan maka pasien
pengguna jamkesmas itu dapat meminta hak-hak yang telah diatur secara hukum.
19
http://repository.unand.ac.id/16924/1/Kepuasan_dan_Kekurang.pdf diakses pada
tanggal 7 Maret 2014.
Hak pasien adalah memperoleh pelayanan yang aman, bermutu, dan terjangkau, 20
disamping itu pasien juga dapat meminta ganti rugi apabila pelayanan yang
diterima tidak sebagaimana mestinya.
Di RSUD Dr. RM Djoelham Binjai pelayanan kesehatan yang diberikan
pihak rumah sakit kepada pasien pengguna Jamkesmas di rumah sakit ternyata
tidak membuahkan hasil yang maksimal. Pasien-pasien pengguna Jamkesmas
banyak tidak menerima pelayanan yang baik dari rumah sakit. Pasien Jamkesmas
adalah masyarakat miskin dan kurang mampu. Permasalahan pelaksanaan
pelayanan kesehatan bagi pasien Jamkesmas. Seperti kasus yang terjadi pada
tahun 2013 seorang bayi yang berumur 11 bulan meninggal dunia. Tapi orang tua
dari bayi tersebut tidak mengetahui penyakit apa yang diderita oleh anaknya
tersebut. Sebab yang dokter yang memeriksa bayi tersebut hanya pernah datang
sekali, setelah itu hanya perawat dan dokter koas yang memeriksa bayi tersebut.
Dokter tersebut hanya memeriksa si bayi melalui telepon seluler dengan
memerintahkan asisten nya (dokter koas), tetapi setelah dirawat selama 3 hari,
kondisi bayi tersebut semakin memburuk, sehingga akhirnya bayi tersebut
meningal dunia. 21.
Dari contoh kasus diatas, usaha yang harus dilakukan oleh pihak rumah
sakit adalah perbaikan dalam pemeriksaan yang dilakukan dalam pemberian
pelayanan di rumah sakit. Sebaiknya pemeriksaan untuk pasien dilakukan oleh
dokter profesional, karena dokter itu lebih berpengalaman daripada dokter yang
masih dalam proses Pendidikan. Dalam masa pendidikan kedokteran seorang
20
Pasal 5 Ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan.
21
2014
http://Sumutpos.co/2013/05/59377/dirawat-koas-bayi-meninggal, diakses 1 september
dokter koas berhak melakukan tindakan medis terhadap pasien, karena begitulah
cara untuk mereka melatih diri dalam penerapan ilmu kedokteran yang
sebelumnya hanya dipraktikkan, tetapi mereka perlu diawasi oleh dokter
profesional.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, permasalahan dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana perlindungan hukum bagi pasien pengguna Jamkesmas dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan di Indonesia terkait berlakunya BPJS di
bidang kesehatan ?
2. Faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat dalam pelayanan kesehatan
bagi pasien pengguna Jamkesmas di RSUD DR. RM. Djoelham Binjai ?
3. Bagaimana tanggung jawab RSUD DR RM Djoelham bagi pasien pengguna
jamkesmas dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di RSUD DR. RM.
Djoelham Binjai?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaturan hukum bagi pasien pengguna
Jamkesmas dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di Indonesia terkait
berlakunya BPJS di bidang kesehatan.
2.
Untuk mengetahui dan menganalisis faktor penghambat dalam pelayanan
kesehatan bagi pasien pengguna Jamkesmas di RSUD DR. RM. Djoelham
Binjai.
3.
Untuk mengetahui dan menganalisis tanggung jawab RSUD DR RM
Djoelham bagi pasien pengguna jamkesmas dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan di RSUD DR. RM. Djoelham Binjai.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini, baik
bersifat teoritis maupun praktis sebagai berikut :
1. Bersifat teoritis
Diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya hukum perlindungan konsumen dan hukum kesehatan.
2. Bersifat praktis
Secara praktis penelitian ini ditujukan kepada kalangan praktisi dalam hal
ini pemerintah sebagai regulator yang berperan dalam membuat peraturan yang
terkait dengan peerindungan konsumen di rumah sakit. Selain itu penelitian ini
ditujukan kepada pelaku usaha yaitu rumah sakit agar dapat memahami tentang
makna pelayanan kesehatan bagi pasien yang menggunakan Jamkesmas.
Penelitian ini juga sedapat mungkin dimanfaatkan dalam kehidupan
sehari-hari untuk menambah pengetahuan masyarakat khusus pasien pengguna
Jamkesmas mengenai Perlindungan hukum bagi pasien.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan pemeriksaan dan penelusuran kepustakaan di lingkungan
Universitas Sumatera Utara, penelitian ini mengenai perlindungan hukum bagi
pasien pengguna jamkesmas dalam pelayanan kesehatan di RSUD DR. RM.
Djoelham Binjai, belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang
sama, meskipun ada beberapa judul tesis yang hampir menyerupai, antara lain :
1. Perlindungan hukum jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit menurut
undang-undang perlindungan konsumen, oleh Natalita Sola Gracia
Situmorang, sekolah pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan,
dengan rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimanakah tanggung jawab rumah sakit terhadap pasien dalam
pelayanan jasa kesehatan di rumah sakit.
b. Apa saja alternatif sengketa yang terjadi antara pasien dengan pihak
rumah sakit.
2. Analisis yuridis terhadap fungsi dan peran Jamsostek dalam perlindungan
hukum tenaga kerja di kota medan, oleh Sudirman Simamora, Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, dengan rumusan masalah
sebagai berikut :
a. Bagaimana peran dan fungsi peran Jamsostek dalam perlindungan
hukum tenaga kerja di kota Medan.
b. Bagaimana
hambatan
yang
dihadapi
PT.
Jamsostek
dalam
perlindungan tenaga kerja di kota Medan.
c. Bagaimanakah upaya PT. Jamsostek dalam memberikan perlindungan
hukum terhadap tenaga kerja di kota Medan.
3. Eksistensi dan peranan komite medis dalam pengelolaan Rumah Sakit
Umum dikota Pakembang (kajian tentang Upaya perlindungan pasien
sebagai konsumen kesehatan), oleh Muhammad Syaifuddin, Sekolah
Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, dengan rumusan masalah
sebagai berikut :
a. Bagaimana eksistensi komite medis dalam pengelolaan rumah sakit
umum di kota Palembang serta kepentingan hukum apa saja yang
mendasari pembentukannya.
b. Bagaimana bentuk dan prosedur pelaksanaan peranan komite medis
mewujudkan dalam upaya perlindungan pasien sebagai konsumen
kesehatan pada rumah sakit umum di Palembang.
c. Apakah audit medik telah dilaksanakan oleh komite medis pada suatu
rumah sakit umum dapat membebaskan rumah sakit umum tersebut
dari pertanggungjawaban perdata atas kesalahan/kelalaian media yang
dilakukan oleh dokter teta yang bekerja pada rumah sakit umum
tersebut.
4. Pengaturan hukum alternatif penyelesaian sengketa antara dokter dan
pasien, oleh Wahyudinsyah P, Sekolah Pasca Sarjana Universitas
Sumatera Utara, dengan rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana azas dan konsep alternatif penyelesaian sengketa terhadap
sengketa antara dokter dan pasien.
b. Hambatan yuridis apa saja yang timbul dalam pelaksanaan alternative
penyelesaian sengketa antara dokter dan pasien.
5. Perlindungan hukum pasien pengguna Jamkesmas dalam pelaksanaan
pelayanan kesehatan di R.S.U.P
H. Adam Malik Medan, oleh Rizky
Wirdhatul Husna, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dengan
rumusan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi pasien pengguna
Jamkesmas di R.S.U.P Adam Malik Medan?
b. Bagaimana tanggung jawab hukum R.S.U.P. H. Adam Malik Medan
dalam pelayanan ksehatan bagi pasien pengguna Jamkesmas?
c. Upaya hukum apakah yang dapat dilakukan oleh pasien pengguna
Jamkesmas di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan?
Penelitian ini merupakan sesuatu yang baru dan asli sesuai dengan asasasas keilmuan yang jujur, rasional, objektif, dan terbuka, sehingga dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannyasecara ilmiah dan terbuka terhadap
masukan dan kritik yang konstruktif terkait dengan data dan analisis dalam
penelitian ini.
F. Kerangka Teori dan Konsep
Untuk menelaah dari perumusan masalah dari penelitian ini saya
menggunakan beberapa teori, yaitu :
1.
Kerangka Teori
a. Teori Perlindungan Hukum
Perlindungan adalah segala upaya yang dilakukan untuk melindungi
subjek tertentu, dapat juga diartikan sebagai tempat berlindung dari segala sesuatu
yang mengancam. 22 Dalam merumuskan prinsi-prinsip perlindungan hukum di
Indonesia, landasannya adalah Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara.
Konsepsi perlindungan hukum bagi rakyat di Barat bersumber pada konsepkonsep Rechtstaat dan ”Rule of The Law”. Dengan menggunakan konsepsi Barat
sebagai kerangka berfikir dengan landasan pada Pancasila, prinsip perlindungan
22
W.J.S Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka,
1989), Hal. 68.
hukum di Indonesia adalah prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat
dan martabat manusia yang bersumber pada Pancasila. 23
Prinsip perlindungan hukum terhadap tindak pemerintah bertumpu dalam
setiap aspek tindakan pemerintahan baik dalam lapangan pengaturan maupun
dalam lapangan pelayanan harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan
atau berdasarkan padalegalitas. Artinya pemerintah tidak dapat melakukan
tindakan pemerintahan tanapa dasar kewenangan dan bersumber dari konsep
tentang pengakuan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia karena
menurut sejarahnya di Barat, lahirnya konsep-konsep tentang pengakuan dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi menusia diarahkan kepada pembatasanpembatasan dan peletakan kewajiban masyarakat dan pemerintah. 24
Philipus M. Hadjon mengemukakan bahwa :
Perlindungan hukum merupakan perlindungan harkat dan martabat dan
pengakuan terhadap hak asasi manusia yang dimiliki subyek hukum dalam Negara
hukum dengan berdasarkan pada ketentuan hukum yang berlaku di Negara
tersebut guna mencegah terjadinya kesewenang-wenangan. Perlindungan hukum
itu umumnya berbentuk suatu peraturan tertulis, sehingga sifatnya lebih mengikat
dan akan mengakibatkan adanya sanksi yang harus dijatuhkan kepada pihak yang
melanggarnya. 25
Menurut Philipus M. Hadjon, dibedakan dua macam perlindungan hukum
yaitu: 26
23
Philipus M. Hadjon. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. (Surabaya: Bina
Ilmu, 1987), Hal. 38.
24
Ibid..
25
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia,( Surabaya : Bina
Ilmu, 1987), Hal. 205.
26
Ibid., Hal. 117.
1) Perlindungan hukum yang preventif yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya permasalahan atau sengketa.
2) Perlindungan hukum yang represif yang bertujuan untuk menyelesaikan
permasalahan atau sengketa yang timbul.
Satjipto Raharjo menjelaskan mengenai perlindungan hukum itu adalah
tindakan memberikan pengayoman bagi hak asasi manusia yang dirugikan dan
perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat menikmati haknya yang
diberikan oleh hukum. 27 Salah satu hak pasien pengguna Jamkesmas adalah
menerima pelayanan kesehatan yang baik dari pemberi layanan kesehatan, jika
dokter tidak memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan kemudian
mengakibatkan cacat atau meninggalnya pasien, maka dokter ini telah melakukan
pelanggaran terhadap pasien untuk memperoleh pelayanan yang manusiawi
tersebut sehingga pasien berhak menuntut kepada dokter yang bersangkutan.
Pasien yang dalam hal ini masih peserta Jamkesmas mengalami
pengalihan aturan adanya perpindahan dari Jamkesmas ke BPJS. Adanya
peralihan tersebut bukan berarti peserta Jamkesmas kehilangan hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang gratis. BPJS tetap mengikutsertakan
masyarakat peserta jamkesmas untuk mendapatkan pelayanan secara utuh
walaupun istilahnya telah berubah menjadi BPJS .
Bentuk perlindungan hukum inilah yang akan memberikan kepastian
kepada masyarakat untuk tidak kehilangan haknya walaupun ada peralihan aturan
yang baru. Dengan peralihan ini tidak dapat menghilangkan hak seseorang
dikarenakan adanya peraturan yang baru.
27
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum,(Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000), Hal. 53.
b. Teori Pertanggung Jawaban
Teori pertanggung jawaban merupakan bagian dari konsep kewajiban
hukum. Kewajiban hukum berasal dari suatu norma trasedental yang mendasari
segala peraturan hukum. Norma dasar kemudian dirumuskan kewajiban untuk
mengikuti peraturan-peraturan hukum tersebut 28.
Harkristuti Harkrisnowo membedakan berbagai perilaku yang merugikan
konsumen yaitu merupakan perbuatan melawan hukum dan tindak pidana.
Undang-undang perlindungan konsumen telah memberikan akses dan kemudahan
bagi hak-hak konsumen untuk mendapatkan ganti rugi dan sejumlah tuntutan yang
menyangkut kepentingan konsumen dengan dirumuskan dengan system
pertangungjawaban pelaku usaha (product liability) 29.
Asas tanggung jawab ini dapat diterima karena adil bagi orang yang
berbuat salah untuk mengganti kerugian bagi pihak korban. Dengan kata lain,
tidak adil jika orang yang tidak bersalah harus mengganti kerugian yang diderita
orang lain. Dalam dokrin hukum dikenal asas Vicarious liability dan corporate
liability. Vicarious liability mengandung perngertian majikan bertanggung jawab
atas kerugian pihak lain yang ditimbulkan oleh orang-orang/karyawan yang
berada dibawah pengawasannya. Jika karyawan itu dipinjamkan kepihak lain,
maka tanggung jawab beralih pada si pemakai karyawan tadi. 30
Corporate liability prinsip ini memiliki pengertian yang sama dengan
vicarious liability. Menurut dokrin ini, Lembaga (korporasi) yang menaungi suatu
28
Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah,(Yogyakarta: Kanisius, 1995),
Hal. 281.
29
Harkristuti Harkriswono, Perlindungan Konsumen Dalam Kerangka Sistem Peradilan
Di Indonesia, (Jakarta : Lokakarya Rancangan Undang-Undang Tentang Perlindungan Konsumen,
Kerjasama Lembaga Penelitian Universitas Indonesia Dengan Departemen Perindustrian Dan
Perdagangan, 1996), Hal. 6.
30
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen,(Jakarta:Sinar Grafika,
2008), Hal 94.
kelompok pekerja mempunyai tanggung jawab terhadap tenaga-tenaga yang
dipekerjakannya. Sebagai contoh hubungan hukum antara rumah sakit dan pasien,
semua tanggung jawab atas pekerjaan medik dan paramedik dokter adalah
menjadi beban tanggung jawab rumah sakit tempat mereka bekerja. Prinsip ini
diterapkan tidak saja untuk karyawan organiknya (digaji oleh rumah sakit), tetapi
untuk karyawan non organik (misalnya dokter yang dikontrak kerja dengan
pembagian hasil). 31
Timbulnya kesalahan yang dilakukan oleh pemberi pelayanan kesehatan
dalam
melakukan
pekerjaannya
hingga
menimbulkan
kerugian,
tidak
menghilangkan tanggung jawab lembaga, dalam hal ini diwakili oleh Direktur.
Direktur RSUD DR RM Djoelham memiliki tanggung jawab berdasarkan
kemampuannya sebagai wakil rumah sakit dalam hal ini mengemban asas
Vicarious Liability. oleh karena itu prinsip Corporate Liability ini juga sejalan
dengan prinsip Vicarious Liability yang mana direktur RSUD DR RM Djoelham
memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaannya termasuk tindakan hukum yang
dilakukan oleh pekerjanya.
2.
Kerangka konsepsi
Konseptual merupakan definisi dari operasional dari berbagai istilah yang
dipergunakan dalam tulisan ini. Sebagaimana dikemukakan M. Solly Lubis,
bahwa kerangka konsep adalah merupakan konstruksi konsep secara internal pada
pembaca yang mendapatkan stimulasi dan dorongan konseptual dari bacaan dan
tinjauan pustaka. 32
a. Perlindungan hukum
31
32
Ibid.
M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu Dan Penelitian, (Bandung: Mandar Maju,1994), Hal. 80.
Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi
manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu di berikan kepada
masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum. 33
b. Pasien
Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah
kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik
secara langsung maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi. 34
c. Jaminan Kesehatan
Jaminan kesehatan adalah Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa
perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan
dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan
kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah. 35
d. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan perorangan baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitative yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
Masyarakat. 36
e. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
33
Satijipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), Hal. 54.
Pasal 1 ayat (10) Undang Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
35
Pasal 1 ayat (1) PP No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
36
Pasal 1 ayat (14) PP No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
34
BPJS
kesehatan
adalah
badan
hukum
yang
dibentuk
untuk
menyelanggarakan program Jaminan Kesehatan. 37
G. Metode Penelitian
1. Sifat Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitis, yang bertujuan
menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau
kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk
menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam
masyarakat. 38
Dalam penelitian ini, selain mengumpulkan data dan menganalisis data
tentang kecukupan kaidah- kaidah hukum dalam perlindungan pasien dirumah
sakit dalam hal pelayanan kesehatan, maka ditinjau pula tentang peraturan yang
diberlakukan dengan membandingkan kaidah-kaidah hukum perlindungan
konsumen, hukum kesehatan, dan peraturan tentang rumah sakit yang terkait
dalam hal ini. Selanjutnya jenis penelitian ini adalah yuridis normatif dan yuridis
empiris. Yuridis normatif merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk
menemukan
kebenaran
berdasarkan
logika
keilmuan
hukum
dari
sisi
normatifnya. 39 Yuridis empiris yaitu penulis harus berhadapan langsung dengan
warga masyarakat yang menjadi objek penelitian sehingga banyak peraturanperaturan tidak tertulis yang berlaku dalam masyarakat. 40
2. Sumber data
37
Pasal 1 ayat (2) PP No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.
Amiruddin Dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2004) Hal .25.
39
Johnny Ibrahim, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif, (Malang : UMM Press,
2007), Hal. 57.
40
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Hal. 25.
38
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder dan data tersier.
Bahan-bahan hukum tersebut adalah : 41
1) Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, dan terdiri
dari peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan bagi pasien yaitu UU. No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, UU
No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai
bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil penelitian, atau
pendapat pakar hukum.
3) Bahan hukum tersier, bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus
(hukum), ensiklopedia.
3. Teknik pengumpulan data
Dalam upaya mengumpulkan data primer maupun sekunder dengan
menggunakan metode sebagai berikut :
a. Penelitian kepustakaan. (Library Research)
Yaitu dengan meneliti berbagai sumber bacaan yang berkaitan dengan
topik yang penulis angkat dalam tesis ini. Seperti : buku-buku hukum, majalah
hukum, artikel hukum di internet, pendapat sarjana yang ahli di dunia hukum dan
bahan-bahan lainnya.
b. Penelitian lapangan (Field Research)
41
Amiruddin Dan Zainal Asikin, Op.Cit, Hal. 31-32.
Penelitian dilakukan dengan mengambil beberapa pengguna Jamkesmas di
RSUD DR. RM. Djoelham Binjai. Sejak Januari 2014 sampai April 2014 terdapat
970 pengguna Jamkesmas di RSUD DR. RM. Djoelham Binjai. Untuk sampel
dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan pelayanan yang didapat
oleh pasien pengguna jamkesmas. Dari kategori Jenis kelamin, usia, tempat
tinggal. Berdasarkan pelayanan kesehatan, pasien dibedakan menjadi :
1. Pasien rawat inap sebanyak 25 orang
2. Pasien rawat jalan sebanyak 25 orang
Berdasarkan kategori jenis kelamin, pasien dibedakan antara pasien lakilaki dan perempuan, untuk kategori tempat tinggal hanya pasien yang tinggal di
Kota Binjai. Dan berdasarkan usia, dibedakan antara pasien anak-anak (dibawah
18 Tahun), pasien dewasa (18 – 60 tahun), dan pasien lanjut usia (usia diatas 60
Tahun)
Pengambilan sampel dilakukan dalam bentuk Purposive sampling, artinya
orang –orang tertentu yang memiliki kualifikasi saja yang menjadi sampel
penelitian ini. Purposive Sampling dipilih agar peneliti benar-benar dapat
menjamin bahwa responden adalah unsur-unsur yang hendak diteliti dan yakin
masuk kedalam sampel yang dipilih. 42
Peneliti melakukan wawancara dengan narasumber terpilih dan membuat
kuisioneryang diajukan kepada seluruh responden. Wawancara dilakukan dengan
pihak yang terkait dengan objek penelitian yaitu pihak rumah sakit Dr. RM
Djoelham sebagai penyelenggara program Jamkesmas, BPJS Kesehatan, Dinas
42
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,(Jakarta :UI Press, 2006), Hal. 196.
Kesehatan dan kuisioner yang diberikan kepada 50 responden yaitu pasien
pengguna Jamkesmas di rumah sakit Dr. RM Djoelham Binjai.
4. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan mengurutkan data
kedalam kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disarankan oleh data. 43 Data yang telah
diperoleh dari penelitian lapangan akan dihubungkan dengan studi kepustakaan.
Kemudian data tersebut dianalisis secara logis dan disusun dengan menggunakan
metode kualitatif yaitu apa yang dinyatakan oleh informan secara tertulis maupun
lisan diteliti dan dipelajari kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif yang
tersusun dalam kalimat yang sistematis.
BAB II
43
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1998), Hal 103.