Perlindungan Hukum Pasien Pengguna Jamkesmas Dalam Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan

(1)

Asshiddiqie, Jimly dan M. Ali Safa’at, 2006, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Konstitusi Press, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2008, Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Tahun 2008, Departemen Kesehatan, Jakarta. Djojodibroto, Darmanto, 1997, Kiat Mengelola Rumah Sakit, Hipokrates, Jakarta. Echols, John .M dan Hasan Sadily, 1986, Kamus Inggris-Indonesia, Gramedia,

Jakarta.

Ginsberg, Morris, 2003, Keadilan Dalam Masyarakat, Pondok Edukasi, Bantul. Hanafiah, Jusuf dan Amri Amir, 2008, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan,

Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Kerbala, Husein, 1993, Segi-Segi Etis dan Yuridis Informed Consent, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Koentjoro, Tjahjono, 2007, Regulasi Kesehatan di Indonesia, C.V. Andi Offset, Yogyakarta.

Koeswadji, Hermien Hadiati, 1984, Hukum dan Masalah Medik, Airlangga University Press, Surabaya.

Kristiyanti, Celina Tri Siwi, 2008, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta.

Kurnia, Titon Slamet, 2007, Hak atas Derajat Kesehatan Optimal sebagai HAM di Indonesia, PT. Alumni, Bandung.

Lubis, M. Sofyan, 2008, Konsumen dan Pasien, Liberty Yogyakarta, Yogyakarta. ______________ , 2009, Mengenal Hak Konsumen dan Pasien, Pustaka Yustisia,

Yogyakarta.

Manan, Bagir, 1999, Lembaga Kepresidenan, FH UII Press, Yogyakarta.

M.D, Mahfud, 2010, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi, Rajawali Press, Jakarta.

Mertokusumo, Sudikno, 1985, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty Yogyakarta, Yogyakarta.

Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo, 2007, Hukum Perlindungan Konsumen, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.


(2)

Muninjaya, A.A. Gde, 2004, Manajemen Kesehatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Nasutuion, A.Z., 2001, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Diadit Media, Jakarta.

Nasution, Bahder Johan, 2005, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, 2007, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Pohan, Imbalo .S, 2004, Jaminan Mutu Layanan Kesehatan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Rahz, Muhammad Hidayat, 2001, Berjuang Meraih Hak Sehat, Ashoka Indonesia, Bandung.

R.S.U.P. H. Adam Malik Medan, 2010. Profil R.S.U.P. Adam Malik Medan Tahun 2010, R.S.U.P. H. Adam Malik Medan, Medan.

R.S.U.P. H. Adam Malik Medan, 2011, Ceria di 17 Tahun; Profil RSUP. H. Adam Malik , R.S.U.P. H. Adam Malik Medan, Medan.

Shidarta, 2006, Hukum Perlindungan Konsumen, PT Grasindo, Jakarta.

Soeparto, Pitono, dkk, 2008, Etik dan Hukum di Bidang Kesehatan, Airlangga University Press, Surabaya.

Soejitno, Soedarmono, dkk, 2002, Reformasi Perumahsakitan Indonesia, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Soekanto, Soejono, 1990, Segi-Segi Hukum Hak dan Kewajiban Pasien Dalam Kerangka Hukum Kesehatan, Mandar Maju, Bandung.

Solahuddin, 2007, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Visimedia, Jakarta. Subekti, 1990, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Bandung.

Supriadi, Wila Chandrawila,2001, Hukum Kedokteran, Mandar Maju, Bandung. Tengker, Freddy, 2007, Hak Pasien, Mandar Maju, Bandung.

Trisnantoro, Laksono, 2006, Aspek Stategis Manajemen Rumah Sakit Antara Misi Sosial dan Tekanan Pasar, PT. Andi, Yogyakarta.


(3)

Tutik, Titik Triwulan dan Shinta Febriana, 2010, Perlindungan Hukum bagi Pasien, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta.

Wibowo, Sunarto Adi, 2009, Hukum Kontrak Teraupetik di Indonesia, Pustaka Bangsa Press, Medan.

JURNAL

Djaelani, H.A, Dimensi Mutu Jasa Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Merupakan Kepuasan Pelanggan Dan Objek Hukum Kesehatan, Jurnal Hukum Kesehatan, Vol. 2 No. 3 Tahun 2009.

SKRIPSI DAN TESIS

Halu, Dermawan, 2010, Persepsi Pasien Jamkesmas Terhadap Kepuasan Pelayanan Rawat Inap di R.S.U.D. Gunung Sitoli Kabupaten Nias Tahun 2009, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

Kurnia, Ardian Silva, 2010, Kajian Yuridis Perlindungan Hukum Bagi Pasien dalam Perjanjian Teraupetik (Transaksi Medis), Diajukan sebagai Tesis, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.

Pardede, Anggi Utari, 2010, Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan (1993-2000), Diajukan sebagai Skripsi, Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

Wibowo, Sunarto Adi, 2005, Pertanggunhjawaban Rumah Sakit dalam Kontrak Teraupetik (Studi Kasus Antara Rumah Sakit dan Pasien di R.S.U. Dr. Pirngadi, R.S.U. Haji dan R.S.U. Sundari), Diajukan sebagai Tesis, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1455/Menkes/SK/X/2010 tentang Formularium Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1097/MENKES/PER/VI/2011 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar Jamkesmas.

Peraturan Menteri Kesehatan Repbulik Indonesia Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat,


(4)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KORAN DAN MAJALAH

Koran SIB Medan tanggal 21 Juli 2011

Majalah Gaya Hidup Sehat, “Jamkesmas Mempercepat Reformasi Bidang Kesehatan”, Tahun XII, No. 19.

Warta Konsumen, “Survei Persepsi Masyarakat: Menyibak Temaram Pelayanan Dokter”, Edisi 12/XXXV/2009.

INTERNET

2 Februari 2012.

http:/ http://www.tgj.co.id/ pasien-miskin-kanker-mulut-terlantar-di-medan.php, diakses

tanggal 20 Februari 2012.

http://www.okezone.com/balita-kanker-mata-di-medan-akhirnya-meninggaldunia, diakses tanggal 20 Februari 2012


(5)

diakses tanggal 25 Februari 2012.

2012

jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/.../Tulisan-hukum-Jamkesmas1.pdf.,hlm.4-5, diakses tanggal 25 Februari 2012

Maret 2012.

diakses tanggal 20 April 2012.

repository.usu.ac.id/bitsteram/123456789/1562/1/admnegara_marwanarhas3.pdf, diakses tanggal 19 April 2012


(6)

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG JAMKESMAS DAN R.S.U.P. H. ADAM MALIK MEDAN

A. Tinjauan Umum Tentang Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) 1. Latar Belakang Lahirnya Jamkesmas

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengandung tujuan berdirinya negara Indonesia, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdasrkan kehidupan bangsa. Konsep negara kesejahteraan ini tertuang dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea keempat. Konsep kesejahteraan umum yang tertuang dalam Pembukaan inilah yang kemudian memaksa para pemimpin negeri ini untuk selalu memberikan yang terbaik bagi warga negara Indonesia demi menciptakan kesejahteraan bagi seluruh bangsa Indonesia termasuk dalam hal pemberian pelayanan kesehatan dan peningkatan mutu kesehatan.

Cita-cita negara inilah yang kemudian dinormatifkan dalam batang tubuh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Konsep yang paling mendasar demi pencapaian tujuan negara tersebut adalah konsep negara hukum, karena tanpa adanya hukum di suatu negara maka negara tersebut akan menjadi negara yang kacau. Hasil amandemen telah menyatakan dengan tegas bahwa Indonesia adalah Negara hukum. Penegasan prinsip negara hukum ini tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945, yang menyatakan bahwa “Negara


(7)

Indonesia adalah negara hukum”. Bahkan secara historis Negara hukum (Rechtsstaat) adalah negara yang diidealkan oleh para pendiri bangsa sebagaimana tertera dalam Penjelasan Umum UUD 1945 sebelum perubahan tentang sistem pemerintahan Negara, yang menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechsstaat) tidak berdasarkan kekuasaan belaka (machtsstaat).

Menurut Prof. Mahfud M.D. dalam bukunya “Perdebatan Hukum Tata Negara Indonesia”, menyatakan bahwa konsepsi negara hukum yang hendak diwujudkan Indonesia adalah sistem hukum Pancasila yang pada dasarnya dipengaruhi oleh sistem hukum yang berkembang, yaitu perpaduan konsep

rechsstaat dalam konsep hukum Eropa Kontinental serta konsep hukum Anglo Saxon the rule of law. Konsep rechsstaat yang mengedepankan prinsip kepastian hukum dipadankan dengan prinsip keadilan dalam the rule of law. Walaupun Indonesia menerapkan sistem hukum negara luar, tetapi dalam pelaksanaan hukum harus tetap menjiwai nilai-nilai dasar yang teruang di dalam Pancasila, karena Pancasila adalah philoshopie grondslag bangsa Indonesia.

Sistem huku m Pancasila dalam penyelenggaraan kenegaraan tersebut diwujudkan dalam bentuk penerapan prinsip-prinsip pokok negara hukum sebagai pilar penyangga berdiri tegaknya negara hukum Indonesia. Menurut Prof. Jimly Asshidiqie terdapat 13 prinsip negara hukum Indonesia yang merupakan perpaduan antara konsep rechsstaats san the rule of law yang salah satunya adalah adanya jaminan perlindungan hak asasi manusia. Prinsip perlindungan hak asasi manusia ini kemudian terkandung di dalam Pasal 28 UUD NRI Tahun 1945.


(8)

Dalam Pasal 28 tersebut hak asasi manusia yang dilindungi negara adalah hak asasi secara komprehensif, mulai dari hak hidup, pendidikan, kesehatan, persamaaan di hadapan hukum, pekerjaan, keamanan, lingkungan dan lain sebagainya.

Perlindungan hak asasi manusia terutama dalam bidang kesehatan inilah yang kemudian mengawali pemikiran untuk adanya upaya negara dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada seluruh warga negaranya.72

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB pada tahun 1948 menetapkan Deklarasi Hak Asasi Manusia (HAM). Dimana dalam artikel 25 dan 26 Deklarasi tersebut mencantumkan mengenai hak-hak untuk sehat dan pendidikan. Karena deklarasi itu tidak mengikat, pada tahun 1966 Majelis Umum PBB membuat dua perjanjian HAM (International Convent on Civil and Political Rights and on Economic, Social and Cultural Rights). Dengan demikian, pemerintah Indonesia dalam penyelenggaraan negara harus mematuhi aturan-aturan tersebut bila tidak ingin dianggap sebagai negara pelanggar HAM.

Selain itu, perlindungan hak asasi manusia dalam bidang kesehatan juga tidak terlepas dari desakan pihak asing yaitu PBB.

73

Konsep negara hukum tersebut selain berdampak pada prinsip perlindungan HAM, juga berdampak pada penerapan sistem pemerintahan negara Indonesia yang bersifat demokratis. Demokrasi atau yang sering dikaitkan dengan teori kedaulatan rakyat ini tercermin dalam Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang

72

Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 73

Muhammad Hidayat Rahz, Berjuang Meraih Hak Sehat, (Bandung: Ashoka Indonesia, 2001), hal. 15.


(9)

menyatakan bahwa “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang dasar”. Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Hakikat rakyat adalah sekelompok manusia yang bersatu yang memiliki tujuan tertentu dan hidup dalam suatu wilayah negara. Oleh karena itu, negara harus sesuai dengan hakikat rakyat. Rakyat adalah sebagai pendukung pokok dan sebagai asal mula kekuasaan negara.

Pengutamaan rakyat dalam sistem demokrasi inilah yang kemudian membawa bangsa Indonesia dalam konsep negara kesejahteraan (welfare state). Ajaran negara kesejahteraan ini mengandung esensi bahwa negara atau pemerintah memikul tanggung jawab dan kewajiban untuk mewujudkan dan menjamin kesejahteraan umum.74

74

Bagir Manan, Lembaga Kepresidenan, (Yogyakarta: FH UII Press, 1999), hal.12. Konsep perlindungan hak asasi manusia, demokrasi dan kesejahteraan ini juga mendorong agar pemerintah memberikan perlindungan berupa jaminan sosial bagi bangsa Indonesia, termasuk penduduk yang tergolong miskin.

Fakir miskin adalah salah satu subjek yang harus mendapat perlindungan secara penuh oleh pemerintah. Hal ini merupakan amanat Pasal 34 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945, yang menyatakan bahwa “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”. Makna “dipelihara oleh negara” inilah yang kemudian dapat kita tafsirkan bahwa negara bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang tergolong miskin di Indonesia mulai dari pendidikan, kesehatan, tempat tinggal dan lain-lain.


(10)

Kondisi kesehatan di Indonesia yang menurun akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1998 telah menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Hasil Survei Sosial Ekonomi Indonesia dan Badan Pusat Statistika Indonesia mengungkapkan bahwa sampai tahun 2001, jumlah penduduk miskin di Indonesia telah meningkat hingga 37,9 juta jiwa atau 18,4 % dari seluruh penduduk Indonesia75 dan pada tahun 2005, jumlah penduduk miskin Indonesia menurun yaitu sekitar 35,1 juta jiwa atau sekitar 15, 97 % dari jumlah penduduk Indonesia.76

Kelompok miskin pada umumnya mempunyai status kesehatan yang lebih rendah dibandingkan dengan status kesehatan rata-rata penduduk Indonesia. Rendahnya status kesehatan tersebut terutama disebabkan oleh terbatasnya akeses terhadap pelayanan kesehatan karena kendala geografis dan kendala biaya. Data SDKI 2002-2003 menunjukkan bahwa sebagian besar (48,7 %) masalah untuk

Krisis ekonimi yang melanda negara Indonesia juga telah memberikan andil dalam meningkatkan biaya kesehatan. Terpuruknya nilai rupiah pada tahun 1997 dan 1998 menyebabkan meningkatnya harga-harga makanan, obat-obatan yang diimport, fasilitas kesehatan, dan sebagainya, sehingga biaya pengobatan menjadi mahal. Kecenderungan meningkatnya biaya pemeliharaan kesehahatan yang tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan masyarakat menyulitkan akses masyarakat terutama masyarakat miskin terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan.

75

76


(11)

mendapatkan pelayanan kesehatan adalah karena kendala biaya, jarak dan transportasi. 77

Kondisi sosiologis yang terjadi di masyarakat inilah yang kemudian mendorong pemerintah untuk segera merencanakan regulasi kesehatan di Indonesia. Peran pemerintah dalam regulasi dibedakan menjadi tiga, yaitu peran sebagai pengarah, peran sebagai regulator, dan peran sebagai pelaksana pelayanan yang diregulasi. Sebagai pengarah dalam regulasi pelayanan kesehatan, pemerintah menetapkan, melaksanakan dan memantau aturan main sistem pelayanan kesehatan, menjamin keseimbangan berbagai pihak yang terlibat dalam pelayanan kesehatan, dan menyusun rencana strategis untuk keseluruhan sistem kesehatan. Sebagai regulator, pemerintah melakukan pengawasan untuk menjamin agar organisasi pelayanan kesehatan memberikan pelayanan yang bermutu, sedangkan jika pemerintah berperan sebagai pelaksana melalui sarana-sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah, pemerintah wajib menyediakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan efisien. 78

Pasal 28H UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa “Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat” dan Pasal 34 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 memperkuat hak atas jaminan sosial tersebut, dimana dalam pasal tersebut adanya kewajiban kepada negara untuk mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak

77

Februari 2012.

78

Tjahjono Koentjoro, Regulasi Kesehatan di Indonesia, (Yogyakarta: C.V. Andi Offset, 2007), hal. 97.


(12)

mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Kedua pasal inilah yang kemudian melandasi lahirnya Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Dimana dalam Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional ini dikatakan bahwa salah satu bentuk jaminan sosial adalah jaminan kesehatan.

Jaminan kesehatan merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah untuk mempertinggi derajat kesehatan. Jaminan kesehatan diberikan oleh pemerintah dalam berbagai bentuk seperti Askes, Jamsostek dan Askeskin. Askeskin (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin) atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin (JPKMM). Pemberian jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin ini adalah salah satu cara yang dilakukan oleh Pemerintah sebagai upaya perlindungan terhadap fakir miskin. Dimana dalam hal Askeskin yang menjadi subjek penerimanya adalah mereka yang tergolong dalam masyarakat miskin sebagaimana telah ditetapkan oleh Badan Pusat Statistika dan Kementerian Sosial Republik Indonesia.

2. Pengertian Jamkesmas

Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.79

79

Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Jaminan sosial diberikan kepada Warga Negara Indonesia sesuai dengan jenis programnya masing-masing. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional disebutkan ada beberapa jenis program Jaminan Sosial yaitu:


(13)

a. Jaminan Kesehatan

b. Jaminan Kecelakaan Kerja c. Jaminan Hari Tua

d. Jaminan Pensiun; dan e. Jaminan Kematian

Program Jaminan Kesehatan Nasional disingkat Program JKN adalah suatu program pemerintah dan masyarakat/rakyat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera.80

Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) adalah program sosial untuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

Salah satu program yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk menjalankan program kesehatan ini adalah dengan memberikan Asuransi Kesehatan ASKES bagi pegawai negeri, Asuransi Kesehatan Jamsostek dan JPKMM atau ASKESKIN bagi penduduk miskin.

81

Program ini diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sejak tahun 2008 dan merupakan perubahan dari program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (JPKMM) atau lebih dikenal dengan ASKESKIN yang diselenggarakan pada tahun 2005-2007. Program Jamkesmas memberikan perlindungan sosial di bidang kesehatan untuk menjamin masyarakat miskin dan

80

tanggal 25 Februari 2012.

81

Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Tahun 2008, (Jakarta: Departemen Kesehatan, 2008), hal. 5


(14)

tidak mampu yang iurannya dibayar oleh pemerintah agar kebutuhan dasar kesehatannya yang layak dapat terpenuhi. Iuran bagi masyarakat miskin dan tidak mampu dalam Program Jaminan Kesehatan Masyarakat bersumber dari Anggaran Pengeluaran dan Belanja Negara (APBN) dari Mata Anggaran Kegiatan (MAK) belanja bantuan sosial.82

1) Mewujudkan portabilitas pelayanan sehingga pelayanan rujukan tertinggi yang disediakan Jamkesmas dapat diakses oleh seluruh peserta dari berbagai wilayah.

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat diselenggarakan berdasarkan konsep asuransi sosial. Program ini diselenggarakan secara nasional dengan tujuan untuk:

2) Agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat miskin mengacu pada prinsip jaminan sosial secara umum dan juga prinsip penyelenggaraan kesehatan. Adapun prinsip-prinsip penyelenggaan jaminan sosial secara umum oleh pemerintah adalah sebagai berikut:83

1) Prinsip kogotong-royongan, adalah prinsip kebersamaan antar peserta dalam menanggung beban biaya jaminan sosial, yang diwujudkan dengan kewajiban setiap peserta membayar iuran sesuai dengan tingkat gaji, upah, atau penghasilannya.

82

Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. hal. 7

83

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional beserta Penjelasan.


(15)

2) Prinsip nirlaba, adalah prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan penggunaan hasil pengembangan dana untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh peserta.

3) Prinsip keterbukaan, adalah prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan jelas bagi setiap peserta.

4) Prinsip kehati-hatian, adalah prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib.

5) Prinsip akuntabilitas, adalah prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat dan data dipertanggungjawabkan. 6) Prinsip portabilitas, adalah prinsip memberikan jaminan yang

berkelanjutan meskipun peserta berpindah atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

7) Prinsip kepesertaan wajib, adalah prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk menjadi peserta jaminan sosial.

8) Prinsip dana amanat, adalah bahwa iuran dan hasil pengembangannya merupakan dana titipan dari peserta untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan peserta jaminan sosial.

9) Prinsip hasil pengelolaan dana jaminan sosial nasional, adalah hasil deviden dari pemegang saham yang dikembalikan untuk kepentingan peserta jaminan sosial.

Pelaksanaan program Jamkesmas mengikuti prinsip-prinsip penyelenggaraan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan


(16)

Republik Indonesia Nomor 903/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, yaitu:

a. Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata peningkatan derajat kesehatan masyarakat miskin.

b. Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medik yang “cost effective” dan rasional.

c. Pelayanan terstruktur, berjenjang dengan portabilitas dan ekuitas. d. Efisiensi, transparan, dan akuntabel.

Pelaksanaan program Jamkesmas diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat terutama masyarakat miskin (pro poor policy) serta upaya mempercepat pencapaian dan peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Manfaat jaminan kesehatan berupa pelayanan yang meliputi pelayanan dan penyuluhan kesehatan, imunisasi, pelayanan Keluarga Berencana, rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat dan tindakan medis lainnya.

Penyelenggaraan Program Jamkesmas dibedakan dalam dua kelompok berdasarkan tingkat pelayanannya yaitu:

a. Jamkesmas untuk pelayanan dasar di Puskemas termasuk jaringannya. b. Jamkesmas untuk pelayanan kesehatan lanjutan di Rumah Sakit dan

Balai Kesehatan.

Program Jamkesmas Tahun 2011 dikembangakan dengan memberikan Jaminan Persalinan bagi semua kehamilan/persalinan. Jaminan Persalinan yang memberikan pelayanan kepada seluruh ibu hamil yang melahirkan dimana


(17)

persalinannya ditolong tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta. Selain Jaminan Persalinan diselenggarakan pula Jaminan Pelayanan Pengobatan pada penderita Thalassaemia Mayor.

3. Kepesertaan Jamkesmas

Peserta Program Jamkesmas adalah setiap orang yang membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah. Peserta Program Jamkesmas adalah masyarakat miskin dan orang yang tidak mampu dan peserta lainnya yang iurannya dibayari oleh pemerintah. Penetapan peserta program Jamkesmas dilakukan oleh Badan Pusat Statistika (BPS) dibantu oleh Pemerintah Daerah setempat. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan juga diukur dari sisi pengeluaran. Jadi penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan. Disamping melihat dari pengertian tersebut, untuk mendata penduduk miskin juga dengan menggunakan 14 (empat belas) kriteria keluarga miskin, seperti yang telah disosialisasikan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika. Adapun kriteria keluarga miskin yaitu:84

a. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. b. Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu

murahan.

84

jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/.../Tulisan-hukum-Jamkesmas1.pdf.,hlm.4-5, diakses tanggal 25 Februari 2012


(18)

c. Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.

d. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama dengan rumah tangga lain.

e. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

f. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.

g. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

h. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. i. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

j. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

k. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik. l. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani dengan luas

lahan 0,5 ha,buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp. 600.000 per bulan.

m. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.

n. Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp. 500.000, seperti sepeda motor (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal, motor, atau barang modal lainnya.


(19)

Berdasarkan kriteria tersebut, kemudian Badan Pusat Statistika menetapkan jumlah sasaran peserta program Jamkesmas yang tergolong penduduk miskin tahun 2008 sejumlah 76,4 juta jiwa.85

Berdasarkan kuota yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, kemudian Bupati/Walikota menetapkan peserta Jamkesmas Kabupaten/Kota dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk Keputusan Bupati/Walikota. Data peserta dari masing-masing Kabupaten/Kota tersebut kemudian dikirim dalam bentuk dokumen kepada:

Jumlah ini juga dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara nasional oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Berdasarkan jumlah sasaran nasional tersebut kemudian Menteri Kesehatan Republik Indonesia membagi alokasi sasaran kuota Kabupaten/Kota.

86

a. PT. Askes (Persero) setempat untuk segera diterbitkan dan didistribusikan kartu ke peserta, sebagai bahan analisis dan pelaporan. b. Rumah Sakit setempat untuk digunakan sebagai data peserta

Jamkesmas yang dapat dilayani di Rumah Sakit, bahan pembinaan, monitoring dan evaluasi, pelaporan dan sekaligus sebagai bahan analisa.

c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota setempat sebagai bahan pembinaan, monitoring, dan evaluasi, pelaporan dan bahan analisis.

85

Departemen Kesehatan RI, Op. Cit, hal. 6 86


(20)

d. Dinas Kesehatan Provinsi atau Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi setempat sebagai bahan kompilasi kepesertaan, pembinaan, monitoring, evaluasi, analisis, pelaporan serta pengawasan.

e. Departemen Kesehatan RI, sebagai database kepesertaan nasional, bahan dasar verifikasi Tim Pengelola Pusat, pembayaran klaim Rumah Sakit, pembinaan, monitoring, evaluasi, analisis, pelaporan serta pengawasan.

Data kepesertaan tahun 2008 ini masih tetap digunakan sampai sekarang. Tidak ada penambahan kuota peserta Jamkesmas yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan. Hal ini mengingat banyaknya daerah yang juga memberikan jaminan kesehatan daerah bagi masyarakat miskin di daerah tersebut. Kuota peserta Jamkesmas memang tidak dilakukan penambahan secara nyata, tetapi penambahan tersebut dilakukan secara tidak langsung, dimana ruang lingkup peserta yang dijamin dalam program Jamkesmas ini terus bertambah. Pada tahun 2011, peserta yang dijamin dalam Program Jamkesmas meliputi:87

a. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang telah ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota mengacu pada:

1) Data masyarakat miskin sesuai dengan data BPS 2008 dari Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang telah lengkap dengan nama dan alamat yang jelas (by name by address).

87

Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. hal. 9-10


(21)

2) Sisa kuota dimana total kuota dikurangi data BPS 2008 untuk Kabupaten/Kota setempat yang ditetapkan sendiri oleh Kabupaten/Kota setempat lengkap dengan nama dan alamat (by name by address) yang jelas.

b. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, masyarakat miskin yang tidak memiliki identitas.

c. Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) yang tidak memiliki kartu Jamkesmas.

d. Masyarakat miskin yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1185/Menkes/SK XII/2009 tentang Peningkatan Kepesertaan Jamkesmas bagi Panti Sosial, Penghuni Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara serta Korban Bencana Pasca Tanggap Darurat. Tata laksana pelayanan diatur dengan petunjuk teknis (juknis) tersendiri sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1259/Menkes/SK/XII/2009 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Jamkesmas Bagi Masyarakat Miskin Akibat Bencana, Masyarakat Miskin Penghuni Panti Sosial, dan Masyarakat Miskin Penghuni Lembaga Pemasyarakatan serta Rumah Tahanan Negara.

e. Ibu hamil dan melahirkan serta bayi yang dilahirkan (sampai umur 28 hari) yang tidak memiliki jaminan kesehatan. Tata laksana pelayanan mengacu pada Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan (pada tahun 2008 tidak ada).


(22)

f. Penderita Thalassaemia yang sudah terdaftar pada Yayasan Thalassaemia Indonesia (YTI) atau yang belum terdaftar namun telah mendapat surat keterangan Direktur RS sebagaimana diatur dalam Petunjuk Teknis Jaminan Pelayanan Pengobatan Thalassaemia (pada tahun 2008 tidak ada).

Masyarakat miskin dan tidak mampu yang tidak termasuk dalam keputusan Bupati/Walikota maka jaminan kesehatannya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah setempat, cara penyelenggaraan jaminan kesehatan daerah mengikuti kaidah-kaidah pelaksanaan Jamkesmas. Terhadap peserta yang memiliki kartu maupun tidak memiliki kartu sebagaimana tersebut di atas, PT. Askes (Persero) wajib menerbitkan Surat Keabsahan Peserta (SKP) dan membuat pencatatan atas kunjungan pelayanan kesehatan. Khusus untuk peserta Jaminan Persalinan dan penderita Thalassaemia Mayor non peserta Jamkesmas diterbitkan Surat Jaminan Pelayanan (SIP) oleh Rumah Sakit, tidak perlu diterbitkan SKP oleh PT. Askes (Persero).

Setiap peserta Jamkesmas mempunyai hak dan kewajiban yang secara tersirat terdapat dalam Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan RI. Adapun hak peserta Jamkesmas yaitu:

a. Mendapatkan pelayanan kesehatan berupa Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL), imunisasi, pelayanan KB, gawat darurat dan tindakan medis lainnya.


(23)

b. Tidak dikenakan biaya dalam perawatan termasuk tidak boleh menebus resep obat di Apotek Rumah Sakit.

c. Mendapatkan perlakuan yang sama seperti pasien biasa.

d. Tidak diperumit proses administrasi apabila pasien dalam keadaan gawat.

e. Mendapatkan hak seperti pasien pada umumnya. Sedangkan kewajiban pengguna Jamkesmas yaitu:

a. Mematuhi peraturan yang ada di Rumah Sakit ataupun Puskesmas. b. Tidak boleh menyalahgunakan kartu kepesertaam Jamkesmas. c. Menjalankan kewajiban sebagaimana pasien pada umumnya.

Peserta yang telah meninggal dunia maka haknya hilang dengan pertimbangan akan digantikan oleh bayi yang lahir dari pasangan peserta Jamkesmas sehingga hak peserta yang meninggal tidak dapat dialihkan kepada orang lain. Penyalahgunaan terhadap hak kepesertaan dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kepesertaan yang masih mengacu pada data BPS tahun 2008 ini direncanakan oleh pihak Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2011 untuk diadakan pemutakhiran data yaitu pendataan ulang semua peserta Jamkesmas di seluruh Indonesia. Tetapi sejak Juli 2011, pemutahkhiran data base kepesertaan Jamkesmas yang di update tidak berlaku lagi sesuai dengan Surat Menkes RI No. TU/MENKES/1395/VII/2011 yang ditujukan kepada seluruh Bupati/Walikota perihal penggunaan data base kepesertaan program Jamkesmas. Hal tersebut dilakukan karena ternyata sampai pertengahan Juli 2011 baru 208 Kabupaten/Kota


(24)

yang mengirimkan data base kepsertaan program Jamkesmas. Maka direncanakan pencetakan kartu dan pendistribusiannya baru dapat dilakukan pada tahun 2012.88

a. Penyelenggaraan Pelayanan

4. Penyelenggaraan Jamkesmas

Program Jamkesmas Tahun 2011 lebih difokuskan pada penyelenggaraan pelayanan kesehatan lanjutan di rumah sakit dan balai kesehatan yang terdiri dari penyelenggaraan pelayanan, penyelenggaraan pendanaan beserta manajemen dan pengorganisasiannya, sehingga mekanisme pelaksanaan program Jamkesmas sebagai berikut :

Setiap peserta mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan meliputi pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP), pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) kelas III dan pelayanan gawat darurat. Manfaat jaminan yang diberikan kepada peserta dalam bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) berdasarkan kebutuhan medik sesuai dengan Standar Pelayanan Medik. Pada keadaan gawat darurat (emergency), seluruh Fasilitas Kesehatan (Faskes) baik jaringan Jamkesmas atau bukan wajib memberikan pelayanan penanganan pertama kepada peserta Jamkesmas. Bagi Faskes yang bukan jaringan Jamkesmas pelayanan tersebut

88


(25)

merupakan bagian dari fungsi sosial Faskes Jamkesmas untuk penanganan lebih lanjut.

Pemberian pelayanan kepada peserta oleh Faskes lanjutan harus dilakukan secara efisien dan efektif, dengan menerapkan prinsip kendali biaya dan kendali mutu, untuk mewujudkannya maka dianjurkan manajemen Faskes lanjutan melakukan analisis pelayanan dan memberi umpan balik secara internal kepada instalasi pemberi layanan. Pelayanan kesehatan dalam program ini menerapkan pelayanan terstruktur dan pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan. Faskes lanjutan penerima rujukan wajib merujuk kembali peserta Jamkesmas disertai jawaban dan tindak lanjut yang harus dilakukan jika secara medis peserta sudah dapat dilayani di Faskes yang merujuk.

Pelayanan kesehatan dalam program ini menerapkan pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan. Dimana pelayanan kesehatan dasar (RJTP dan RITP) diberikan di Puskesmas dan jaringannya. Sedangkan pelayanan tingkat lanjut (RJTL dan RITL) diberikan di Faskes lanjutan jaringan Jamkesmas (Balkesmas, Rumah Sakit Pemerintah termasuk RS Khusus, RS TNI/Polri dan RS Swasta) berdasarkan rujukan. Pelayanan Balkesmas merupakan Faskes untuk layanan RJTL dengan pemberian layanan dalam gedung.

Pelayanan RITL diberikan di ruang rawat inap kelas III (tiga). Apabila karena sesuatu hal seperti misalnya tidak tersedianya tempat tidur, peserta terpaksa dirawat di kelas yang lebih tinggi dari kelas III, biaya pelayanannya tetap diklaimkan menurut biaya kelas III. Sedangkan pada RS khusus (RS Jiwa, RS Kusta, RS Paru, dll) yang juga melayani pasien umum, klaim pelayanan


(26)

kesehatan dilaksanakan secara terpisah antara pasien khusus sesuai dengan kekhususannya dan pasien umum dengan menggunakan software INA-CBG yang berbeda sesuai penetapan kelasnya.

Pengguna jaminan persalinan mendapatkan pelayanan seperti pelayanan pemeriksaan kehamilan, persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan bayi baru lahir serta pelayanan KB paska persalinan. Tata laksana mengenai jaminan persalinan secara rinci diatur dengan juknis tersendiri. Bagi penderita

Thalassaemia Mayor mendapatkan manfaat pelayanan sesuai standar terapi

Thalassaemia. Tata laksana mengenai hal ini diatur dengan juknis tersendiri.

Pasien pengguna Jamkesmas harus ditetapkan status kepesertaannya terlebih dahulu oleh pihak Puskesmas, Balai Kesehatan ataupun Rumah Sakit. Status kepesertaan ini ditetapkan agar pasien mendapatkan pelayanan kesehatan dan tidak boleh dikenakan iuran biaya dengan alasan apapun.

Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta, sebagai berikut:

1) Pelayanan Kesehatan Dasar

Pelayanan Kesehatan Dasar terdiri dari pelayanan rawat jalan tingkat pertama, pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama dan pelayanan pertolongan persalinan. Dalam pelayanan kesehatan dasar ini, pasien dapat memperoleh pelayanan kesehatan seperti pemeriksaan kesehatan dan konsultasi, pelayanan gigi, penanganan gawat darurat,


(27)

operasi, imunisasi, pelayanan KB, pelayanan gizi dan lain-lain.89

a) Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya, peserta harus menunjukkan kartu Jamkesmas sedangkan untuk peserta yang termasuk dalam ruang lingkup peserta Jamkesmas tetapi tidak mempunyai kartu, maka dapat menunjukkan kartu identitas lain.

Adapun prosedur pelayanan kesehatan dasar yaitu:

b) Bila menurut indikasi medis peserta memerlukan pelayanan pada tingkat lanjutan maka Puskesmas wajib merujuk peserta ke Faskes lanjutan.

c) Faskes lanjutan penerima rujukan wajib merujuk kembali peserta Jamkesmas disertai jawaban dan tindak lanjut yang harus dilakukan jika secara medis peserta sudah dapat dilayani di Faskes yang merujuk.

2) Pelayanan Tingkat Lanjutan

Peserta Jamkesmas yang memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan (RJTL dan RITL), dirujuk dari Puskesmas dan jaringannya ke Faskes tingkat lanjutan secara berjenjang. Pelayanan tingkat lanjutan ini meliputi pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) di rumah sakit dan balai kesehatan masyarakat, rawat jalan lanjutan yang dilakukan di balai kesehatan masyarakat bersifat pasif, pelayanan rawat inap tingkat

89

Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1097/MENKES/PER/VI/2011 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar Jamkesmas. hal. 4


(28)

lanjutan dan pelayanan obat-obatan, alat dan medis. Adapun prosedur pelayanan tingkat lanjut yaitu:

a) Untuk mendapatkan pelayanan tingkat lanjut, maka peserta harus membawa kartu peserta Jamkesmas/identitas kepesertaan lainnya/surat rekomendasi dan surat rujukan yang ditunjukkan sejak awal, kecuali pada kasus emergency tidak memerlukan surat rujukan.

b) Kartu peserta Jamkesmas/identitas kepesertaan lainnya/surat rekomendasi dan surat rujukan dari Puskesmas dibawa ke loket Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPATRS) untuk diverifikasi kebenaran dan kelengkapannya, selanjutnya dikeluarkan Surat Keabsahan Peserta (SKP) oleh petugas PT. Askes (Persero), dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan kesehatan.

c) Bayi dan anak dari pasangan peserta Jamkesmas (suami dan isteri mempunyai kartu Jamkesmas) yang memerlukan pelayanan menggunakan identitas kepesertaan orang tuanya dan dilampirkan surat keterangan lahir dan kartu keluarga orang tuanya.

d) Untuk kasus kronis yang memerlukan perawatan berkelanjutan dalam waktu lama, seperti Diabetes Mellitus, Gagal Ginjal, dan lain- lain, surat rujukan dapat berlaku selama 1 bulan. Untuk kasus kronis lainnya seperti kasus gangguan jiwa, kusta, kasus paru dengan komplikasi, kanker, surat rujukan dapat berlaku selama 3


(29)

bulan. Pertimbangan pemberlakuan waktu surat rujukan (1 atau 3 bulan) didasarkan pada pola pemberian obat.

e) Rujukan pasien antar Rumah Sakit termasuk rujukan rumah sakit antar daerah dilengkapi surat rujuka n dari rumah sakit asal pasien dengan membawa identitas kepesertaannya untuk dapat dikeluarkan SKP oleh petugas PT. Askes (Persero) pada tempat tujuan rujukan.

f) Dalam keadaan gawat darurat meliputi:

f.1 Pelayanan harus segera diberikan tanpa diperlukan surat rujukan.

f.2 Apabila pada saat penanganan kegawatdaruratan tersebut peserta belum dilengkapi dengan identitas kepesertaannya, maka diberi waktu 2 x 24 jam hari kerja untuk melengkapi identitas kepesertaan tersebut.

Prosedur penyelenggaraan pelayanan kesehatan Jamkesmas juga dapat dilihat dari segi pelayanan obat yang diberikan kepada pasien baik itu dalam pelayanan kesehatan dasar maupun pelayanan kesehatan lanjutan. Dalam penyediaan obat-obatan, Kementerian Kesehatan telah melakukan kerja sama dengan konsorsium BUMN Kefarmasian meliputi PT. Indo Farma, PT. Kimia Farma, PT. Bio Farma dan PT. Phapros. Dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar, peserta Jamkesmas tidak boleh dikenakan biaya termasuk tidak boleh


(30)

menebus resep obat di apotek (dokter tidak boleh memberikan resep obat, bahan medis habis pakai, dan vaksin kepada peserta Jamkesmas untuk beli di apotek. 90

Sementara untuk pelayanan kesehatan lanjutan, pelayanan obat mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1455/Menkes/SK/X/2010 tanggal 4 Oktober 2010 tentang Formularium Program Jaminan Kesehatan Masyarakat dan Peraturan Menteri Kesehatan No. HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. 91

Pemilihan obat mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan dalam Formularium Program Jamkesmas yaitu:

Penetapan formularium ini bukan merupakan pembatasan pilihan obat, namun dilihat lebih sebagai upaya kita bersama dalam mewujudkan penggunaan obat yang rasional.

92

a) Memiliki rasio manfaat-risiko yang paling menguntungkan penderita. b) Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailarilitas.

c) Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan.

d) Praktis dalam penggunaan dan penyerahan yang disesuaikan dengan tenaga, sarana dan fasilitas kesehatan.

e) Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh penderita

90

Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1097/MENKES/PER/VI/2011 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar Jamkesmas, hal. 10.

91

Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat., hal. 16.

92

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1455/Menkes/SK/X/2010 tentang Formularium Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.


(31)

f) Memiliki rasio manfaat-biaya yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung.

g) Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa, pilihan dijatuhkan pada:

g.1.Obat yang sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah.

g.2.Obat dengan sifat farmakokinetik yang diketahui paling menguntungkan.

g.3.Obat yang stabilitasnya lebih baik. g.4.Mudah diperoleh.

g.5.Obat yang telah dikenal.

h) Obat yang menjadi kombinasi tetap, harus memenuhi kriteria berikut: h.1.Obat hanya bermanfaat bagi penderita dalam bentuk kombinasi

tetap.

h.2.Kombinasi tetap harus menunjukkan khasiat dan keamanan yang lebih tinggi dari pada masing-masing komponen.

h.3.Perbandingan dosis komponen kombinasi tetap merupakan perbandingan yang tepat untuk sebagian besar penderita yang memerlukan kombinasi tersebut.

h.4.Kombinasi tetap harus meningkatkan rasio manfaat biaya

h.5.Untuk anti biotic kombinasi tetap harus dapat mencegah atau mengurangi terjadinya resistensi dan efek merugikan lainnya.


(32)

i) Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah ddan aman yang paling dibutuhkan untuk pelayanan kesehatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, dengan harga yang terjangkau.

Berdasarkan kriteria tersebut dapat dilihat bahwa dalam pemilihan obat, Kementerian Kesehatan melihat dari efek ataupun manfaat dari obat tersebut dan efisiensi pengeluaran biaya. Efisiensi pengeluaran untuk biaya obat bukanlah suatu langkah yang buruk dalam pelaksanaan Jamkesmas, hal ini dilakukan karena mengingat jumlah peserta Jamkesmas yang berjumlah sangat banyak yaitu 76,4 juta jiwa. Tentulah dalam penyelenggaraan Jamkesmas ini Pemerintah harus memperhatikan masalah biaya yang dikeluarkan, hal ini mengingat keberlangsungan program tersebut.

Pelaksanaan pelayanan Jamkesmas dibagi dalam dua kategori yaitu pelayanan yang dibatasi (limitation) dan pelayanan yang tidak dijamin (exclusion). Pelayanan yang dibatasi ini maksudnya adalah pembatasan dalam hal pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan mislanya dalam hal pelayanan obat maupun pelayanan alat Bantu medis. Adapun pelayanan yang dibatasi (limitation) yaitu:93

a) Kacamata diberikan pada kasus gangguan refraksi dengan lensa koreksi minimal +1/-1, atau lebih sama dengan +0,50 cylindris karena kelainan cylindris (astigmat sudah mengganggu penglihatan), dengan nilai maksimal Rp.150.000 berdasarkan resep dokter.

93

Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, hal. 21


(33)

b) Alat bantu dengar diberi penggantian sesuai resep dari dokter THT, pemilihan alat bantu dengar berdasarkan harga yang paling efisien sesuai kebutuha medis pasien dan ketersediaan alat di daerah.

c) Alat bantu gerak (tongkat penyangga, kursi roda, dan korset) diberikan berdasarkan resep dokter dan disetujui Komite Medik atau pejabat yang ditunjuk dengan mempertimbangkan alat tersebut memang dibutuhkan untuk mengembalikan fungsi sosial peserta tersebut. Pemilihan alat Bantu gerak didasarkan pada harga dan ketersediaan alat yang paling efisien di daerah tersebut.

d) Kacamata, alat bantu dengar, alat bantu gerak tersebut diatas disediakan oleh RS bekerja sama dengan pihak-pihak lain dan diklaimkan terpisah dari paket INA-CBGs.

Pelayanan yang tidak dijamin maksudnya adalah pembatasan dalam pemberian pelayanan terhadap pengguna Jamkesmas. Adapun pelayanan yang tidak dijamin (exclusion) yaitu:94

a) Pelayanan yang tidak sesuai prosedur dan ketentuan.

b) Bahan, alat dan tindakan yang bertujuan untuk kosmetika c) General check up

d) Prothesis gigi tiruan

e) Pengobatan alternatif (antara lain akupunktur, pengobatan tradisional) dan pengobatan lain yang belum terbukti secara ilmiah

94


(34)

f) Rangkaian pemeriksaan, pengobatan dan tindakan dalam upaya mendapat keturunan, termasuk bayi tabung dan pengobatanimpotensi. g) Pelayanan kesehatan pada masa tanggap darurat bencana alam, kecuali

memang yang bersangkutan sebagai peserta Jamkesmas

h) Pelayanan kesehatan yang diberikan pada kegiatan bakti sosial, baik dalam gedung maupun luar gedung

Setiap peserta Jamkesmas akan mendapatkan fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan dalam program Jamkesmas meliputi puskesmas dan jaringannya serta Fasilitas Kesehatan lanjutan (Rumah Sakit dan balkesmas), yang telah bekerja sama dalam program Jamkesmas. Perjanjian Kerja Sama (PKS) dibuat antara Faskes dengan Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota setempat yang diketahui oleh Tim Pengelola Provinsi meliputi berbagai aspek pengaturannya dan diperbaharui setiap tahunnya apabila Faskes lanjutan tersebut masih berkeinginan menjadi Faskes lanjutan program Jamkesmas.

Faskes lanjutan dikembangkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat berdasarkan kebutuhan dengan mempertimbangkan berjalannya proses pengabsahan peserta oleh petugas PT Askes (Persero) serta verifikasi oleh Verifikator Independen.

Upaya perbaikan peningkatan pelayanan kesehatan khususnya hal-hal yang terkait dengan perizinan RS, kualifikasi RS dan akreditasi RS terus dilakukan dalam rangka peningkatan pelayanan dan peningkatan efisiensi baik di puskesmas maupun di rumah sakit dan Faskes lainnya terus dilakukan. Telaah pemanfaatan pelayanan (utilization review) dilakukan untuk menilai kewajaran


(35)

pelayanan kesehatan yang dilakukan. Selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan Faskes yang telah melakukan kerja sama kepada

Tim Pengelola Jamkesmas Pusat bersama nomor rekening Faskes lanjutan yang bersangkutan, untuk didaftarkan sebagai Faskes Jamkesmas dengan keputusan Ketua Tim Pengelola Jamkesmas Pusat.

b. Penyelenggaraan Pendanaan

Upaya penataan penyelenggaraan Jamkesmas juga dilakukan dalam hal pengelolaan pendanaan, maka setiap tahunnya dilakukan penyempurnaan pengelolaan dana, secara terintegrasi dan menyeluruh dalam satu pengelolaan oleh Tim Pengelola. Adapun tata laksana pendanaan meliputi:

1) Sumber dan Alokasi Pendanaan

Pendanaan Program Jamkesmas merupakan dana bantuan sosial. Dana belanja sosial adalah dana yang dimaksudkan untuk mendorong pencapaian program dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan bagi peserta Jamkesmas serta bukan bagian dari dana yang ditransfer ke Pemerintah Kabupaten/Kota sehingga pengaturannya tidak memerlukan mekanisme APBD, dan dengan demikian tidak langsung menjadi pendapatan daerah.

Dana pelayanan Jamkesmas bersumber dari APBN sektor Kesehatan dan APBD. Pemerintah Daerah berkontribusi dalam menunjang dan melengkapi pembiayaan pelayanan kesehatan bagi


(36)

masyarakat miskin dan tidak mampu di daerah masing-masing meliputi:

a) Masyarakat miskin dan tidak mampu yang tidak masuk dalam pertanggungan kepesertaan Jamkesmas.

b) Biaya transportasi rujukan dari rumah sakit yang merujuk ke pelayanan kesehatan lanjutan serta biaya pemulangan pasien menjadi tanggung jawab Pemda asal pasien.

c) Biaya transportasi petugas pendamping pasien yang dirujuk. d) Dukungan biaya operasional manajemen Tim Koordinasi dan

Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi/Kabupaten/Kota.

e) Biaya lain-lain di luar pelayanan kesehatan, sesuai dengan spesifik daerah dapat dilakukan oleh daerahnya.

Adapun dana operasional manajemen Tim Pengelola di Provinsi bersumber dari APBN melalui dana dekonsentrasi, sedangkan untuk Tim Pengelola Kabupaten/Kota bersumber dari APBN melalui dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

Besaran alokasi dana pelayanan Jamkesmas di pelayanan dasar untuk setiap Kabupaten/Kota dan pelayanan rujukan untuk rumah sakit/balkesmas ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Kesehatan. Untuk pelayanan kesehatan dasar pendanaan dialkokasikan pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Sekretariat Ditjen Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan.


(37)

2) Lingkup Pendanaan

Pendanaan Jamkesmas terdiri dari dana pelayanan kesehatan dan dana operasional kesehatan. Dana pelayanan kesehatan adalah dana yang langsung diperuntukkan untuk pelayanan kesehatan di Faskes Tingkat Pertama dan Faskes Tingkat Lanjutan. Dana pelayanan kesehatan bagi peserta Jamkesmas meliputi seluruh pelayanan kesehatan di pukesmas dan jaringannya (untuk pelayanan kesehatan dasar) dan di rumah sakit dan balai kesehatan masyarakat (untuk pelayanan kesehatan rujukan). Sedangkan dana operasional manajemen adalah dana yang diperuntukkan untuk operasional manajemen Tim Pengelola dan Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota dalam menunjang program Jamkesmas. Dana operasional tersebut dipergunakan untuk administrasi kepesertaan, pelatihan, sosialisasi, pengelolaan pelaporan pelaksanaan Jamkesmas, penanganan pengaduan masyarakat, dan lain-lain.

3) Pengelolaan Dana

Pengelolaan dana Jamkesmas di Kabupaten/Kota diserahkan dari pihak Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dana Jamkesmas dan Jampersal terintegrasi secara utuh menjadi satu kesatuan. Dana Jamkesmas dan Jampersal untuk pelayanan kesehatan dasar disalurkan langsung dari rekening kas Negara melalui Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan


(38)

memperhitungkan jumlah masyarakat miskin dan tidak mampu sebagai sasaran Jamkesmas dan perkiraan jumlah sasaran yang belum memiliki jaminan persalinan

Dana tersebut diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setelah adanya klaim yang diajukan Puskesmas maupun rumah sakit. Dana yang diberikan tersebut digunakan untuk membayar pelayanan rawat jalan, rawat inap, persalinan, pelayanan spesialistik dan juga transportasi rujukan.

4) Verifikasi

Verifikasi adalah kegiatan menguji kebenaran administrasi pertanggungjawaban pelayanan yang telah dilaksanakan oleh PPK. Verifikasi di puskesmas dilaksanakan oleh Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota sedangkan verifikasi di PPK lanjutan dilakukan oleh verifikator independen.

Verifikasi atas pelayanan kesehatan dalam program Jamkesmas di PPK lanjutan meliputi:

a) Verifikasi administrasi kepesertaan meliputi kartu peserta/surat keterangan lain yang sah oleh instansi yang berwenang.

b) Administrasi pelayanan meliputi nama pasien, No SKP, Nama dokter pemeriksa, tanda tangan komite medik (pada kasus yang masuk dalam Severity Level 3)


(39)

c) Administrasi keuangan meliputi bukti pembayaran tarif paket INA-DRG dilampiri dengan form pengajuan klaim INA-DRG 1A dan INA-DRG 2A.

d) Tenaga Pelaksana Verifikasi dalam melaksanakan tugas sehari-hari di PPK Lanjutan berada di bawah pembinaan dan koo rdinasi Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota.

e) Penunjukkan koordinator untuk RS yang memiliki lebih dari satu verifikator independen sebagai penanggungjawab persetujuan rekapitulasi klaim.

c. Penyelenggaraan Pengorganisasian

Pengorganisasian kegiatan Jamkesmas dimaksudkan agar pelaksanaan manajemen kegiatan Jamkesmas dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pengelolaan kegiatan Jamkesmas dilaksanakan secara bersama-sama antara pemerintah, pemerintah Provinsi, dan pemerintah Kabupaten/Kota. Dalam pengelolaan Jamkesmas dibentuk Tim Pengelola di tingkat pusat, tingkat Provinsi, dan tingkat Kabupaten/Kota. Pengelolaan kegiatan Jamkesmas terintegrasi dengan kegiatan BOK. Pengorganisasian manajemen Jamkesmas dan BOK terdiri dari:

1) Tim Koordinasi Jamkesmas dan BOK (bersifat lintas sektor), sampai tingkat Kabupaten/Kota.

2) Tim Pengelola Jamkesmas dan BOK (bersifat lintas program), sampai tingkat Kabupaten/Kota.


(40)

B. Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik Medan 1. Sejarah Berdirinya R.S.U.P. Adam Malik Medan

Kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam hidup manusia. Tanpa kesehatan seseorang mungkin tidak dapat menjalankan aktifitasnya seperti biasa. Dalam Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945 dan Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia, kesehatan dimasukkan ke dalam daftar hak-hak asasi yang harus diperoleh oleh setiap manusia. Dalam rangka mewujudkan hak atas derajat kesehatan yang optimal bagi rakyat Indonesia, salah satu ruang lingkup kewajiban negara adalah melindungi rakyat/warga negara sebagai penyandang hak dari bahaya yang potensial mengancam kesehatannya. Sejalan dengan itu maka pemerintah berkewajiban menyediakan sarana kesehatan. Undang-Undang tentang Kesehatan95 menyebutkan bahwa sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. 96

Rumah Sakit sebagai sarana kesehatan merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwjud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

97

95

Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

96

Zaenal Abidin, Bayar dulu, baru dirawat: Menelusuri Fungsi Sosial Rumah Sakit Swasta, (Jakarta: IDI, 2009), hal. 64.

97

Konsiderans Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit


(41)

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.98

Kota Medan sebagai ibu kota provinsi Sumatera Utara yang memiliki jumlah penduduk sekitar 1.926.052 jiwa (Tahun 2001)

99

. Jumlah penduduk ini semakin lama semakin bertambah mengingat semakin berkembangnya perekonomian di Kota Medan yang mengakibatkan banyak masyarakat daerah yang melakukan transmigrasi ke Kota Medan. Data terakhir dari Badan Pusat Statistika Tahun 2007 mencatat bahwa jumlah penduduk Kota Medan sebesar 2.083.156 jiwa.100 Selain itu sebagai pusat kota, Kota Medan juga merupakan pusat kesehatan untuk wilayah provinsi Sumatera Utara, karena itu pembangunan sarana kesehatan terus ditingkatkan oleh Pemerintah Kota Medan demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat provinsi Sumatera Utara yang pada tahun 2009 tercatat sebagai provinsi urutan ke-4 dengan jumlah penduduk terbanyak se-Indonesia101

Pemerintah Pusat bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam rangka peningkatan sarana kesehatan di Kota Medan yang salah satunya diwujudkan dengan mendirikan Rumah Sakit Kelas A dengan pelayanan kesehan terlengkap dan terbesar di Kota Medan. Rumah Sakit Umum Pusat tersebut dinamakan Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Setiap , terutama dalam mewujudkan masyarakat Sumatera Utara yang sehat.

98

Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

99

100

Ibid.

101


(42)

rumah sakit harus mempunyai nama, untuk memberikan nama rumah sakit haruslah mengacu kepada Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik No. 0308/Yanmed/RSKS/PA/SK/IV/92 yang menyatakan bahwa:102

a. Nama rumah sakit tidak boleh memakai nama orang yang masih hidup. b. Tidak boleh menyebutkan jenis badan hukum, misalnya rumah sakit

milik PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) atau PTBA tidak boleh menggunakan nama Rumah Sakit PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) tetapi boleh dinamai Rumah Sakit Bukit Asam.

Nama Adam Malik, tokoh dari Pematang Siantar, memang sudah lama terpatri dalam ingatan masyarakat Sumatera Utara. Nama mantan Wakil Presiden Republik Indonesia kedua itu seolah tak bisa dipisahkan dari masyarakat Sumatera Utara bahkan internasional. Beliau menjadi icon kebanggaan masyarakat Sumatera Utara. Adam Malik menjadi putera Sumatera Utara terbaik yang mampu bersaing dengan putera dari daerah lain di tanah air. Nama beliau telah banyak diabadikan di berbagai tempat di Sumatera Utara. Di Medan, selain menjadi nama rumah sakit, Adam Malik juga diabadikan sebagai nama jalan. Selain di Kota Medan, nama Adam Malik juga diabadikan sebagai nama jalan di Kota Pematang Siantar, tempat kelahiran beliau. Adam Malik bukan seorang dokter, tetapi nama beliau digunakan sebagai nama rumah sakit milik pemerintah

102

Darmanto Djojodibroto, Kiat Mengelola Rumah Sakit, (Jakarta: Hipokrates, 1997), hal.3.


(43)

Provinsi Sumatera Utara. Ini dilakukan sebagai wujud penghormatan kepada Adam Malik atas jasa-jasanya.103

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan adalah Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Pusat yang secara teknis berada di bawah Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI. Hal ini berbeda dengan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang mengacu pada pimpinan daerah dan lembaga perwakilan masyarakat daerah. Rumah sakit yang berlokasi di Jalan Bunga Lau Nomor 17 Medan Tuntungan. Rumah sakit ini merupakan pusat rujukan kesehatan regional untuk wilayah Sumatera Bagian Utara dan Bagian Tengah yang meliputi Provinsi Nangroe Aceh Darussalam, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau, dan Provinsi Sumatera Barat.

104

Rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit.105 Rumah sakit dibedakan dalam beberapa kategori secara berjenjang yaitu:106

a. Rumah Sakit umum kelas A b. Rumah Sakit umum kelas B c. Rumah Sakit umum kelas C d. Rumah Sakit umum kelas D

103

Skripsi : Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan (1993-2000), oleh Anggi Utari Pardede,Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, 2010, hal. 3

104

R.S.U.P. H. Adam Malik Medan, Profil R.S.U.P. Adam Malik Medan Tahun 2010, (Medan: R.S.U.P. H. Adam Malik Medan, 2010), hal. 1

105

Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

106

Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.


(44)

Rumah Sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.107 Kelas rumah yang lebih tinggi (A) mengayomi kelas rumah sakit yang lebih rendah dan mempunyai pengayoman wilayah yang lebih luas. Pengayoman dilaksanakan melalui dua sistem rujukan yaitu sistem rujukan kesehatan (berkaitan dengan upaya promotif dan preventif seperti bantuan teknologi, bantuan sarana dan operasionalnya) dan rujukan medik (berkaitan dengan pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif).108

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan rawat jalan dan untuk rawat inap baru

Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas A, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 335/ Menkes/ SK/ VII/ 1990 tanggal 10 Juli 1990. Dan ditetapkan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/Menkes/ SK/ IX/1991 tanggal 6 September 1991. Dengan ditetapkannya sebagai Rumah Sakit Pendidikan, maka Rumah Sakit Adam Malik digunakan untuk pendidikan klinik calon dokter, pendidikan keahlian calon dokter spesialis Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan juga pendidikan Akademi Keperawatan dan Kesehatan lainnya.

107

Penjelasan Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

108


(45)

dimulai tanggal 2 Mei 1992.109

Pelayanan kepada pasien diberikan dengan adanya suatu pengakuan bahwa rumah sakit telah memberikan pelayanan sesuai standar, pada tahun 2006 Departemen Kesehatan RI telah mengeluarkan Sertifkat Akreditasi Rumah Sakit Nomor 00.06.3.5.5317 tanggal 31 Oktober 2006. Sertifikat ini diberikan sebagai pengakuan bahwa rumah sakit telah memenuhi standar pelayanan rumah sakit, yang meliputi 16 pelayanan yaitu administrasi dan manajemen, pelayanan medis, pelayanan gawat darurat, pelayanan keperawatan, rekam medis, farmasi, K3RS, Radiologi, Laboratorium, Kamar Operasi, Pengendalian Infeksi di RS, Perinatal Resiko Tinggi, Pelayanan Rehabilitasi Medik, Pelayanan Gizi, Pelayanan Intensif dan Pelayanan Darah.

Rumah Sakit ini mulai beroperasi secara total pada tanggal 21 Juli 1993 yang diresmikan oleh Mantan Presiden Soeharto.

110

2. Visi dan Misi R.S.U.P. Adam Malik Medan

Rumah Sakit merupakan sebuah organisasi yang sangat kompleks.111

109

Sebagai sebuah organisasi, tentunya Rumah Sakit mempunyai visi dan misi yang ingin diwujudkan. Visi merupakan impian atau cita-cita yang ingin diwujudkan, yang dapat mengantisipasi perubahan yang sedang dan akan terjadi. Bila suatu organisasi tidak memiliki visi, maka perubahan lingkungan yang tak diduga sebelumnya sering dirasakan sebagai suatu krisis atau musibah. Visi merupakan

2012.

110

R.S.U.P. H. Adam Malik Medan, Ceria di 17 Tahun; Profil RSUP. H. Adam Malik , (Medan: R.S.U.P. H. Adam Malik Medan, 2011), hal. 27. (selanjutnya disebut R.S.U.P. H. Adam Malik II).

111


(46)

pedoman yang mengarahkan orientasi strategis organisasi dalam menentukan posisinya di masa depan berkaitan dengan perubahan lingkungannya.112

Visi dapat dimiliki bila ada kemampuan untuk mengantisipasi masa depan dengan wawasan dan perspektif yang jernih. Kemampuan untuk memiliki visi ini merupakan salah satu keterampilan utama yang perlu dimiliki oleh pimpinan organisasi untuk mengoptimalkan peluang yang dapat diperoleh dari berbagai perubahan pada lingkungan. Selain itu, sebagai cita-cita, visi juga tidak juga lepas dari nilai-nilai dasar universal maupun nilai-nilai dasar nasional. Berkenaan dengan acuan untuk nilai-nilai dasar yang dimiliki yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka visi yang akan disusun perlu menggambarkan hak dari semua pihak yang berkepentingan. Adapun kriteria visi sebagai berikut:

113

a. Visi harus menumbuhkan motivasi dan inspirasi untuk menjawab tantangan dari lingkungan.

b. Visi harus jelas dan mudah dihayati.

c. Visi harus menjadi pedoman untuk bertindak dalam suasana ketidakpastian.

d. Visi harus memberdayakan semua pihak berkepentingan.

e. Visi harus menjadi semakin konkret pada saat dijabarkan lebih lanjut. Visi R.S.U.P. Adam Malik Medan adalah “Menjadi Pusat Rujukan Pelayanan Kesehatan Pendidikan dan Penelitian yang Mandiri dan Unggul di

112

Soedarmono Soejitno, dkk, Reformasi Perumahsakitan Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), hal. 94

113


(47)

Sumatera Tahun 2015.”114

Visi tersebut diwujudkan melalui Misi R.S.U.P. Adam Malik Medan. Misi rumah sakit merupakan pernyataan mengenai mengapa sebuah rumah sakit didirikan, apa tugasnya, dan untuk siapa rumah sakit tersebut melakukan kegiatan.

Bila kita membandingkan dengan kriteria yang diuraikan sebelumnya, maka visi dari R.S.U.P. H. Adam Malik Medan telah memenuhi kriteria tersebut.

115

Menurut Keputusan Menkes RI No. 983/ SK/ Menkes/ XI/ 92, rumah sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Misi khusus rumah sakit adalah aspirasi yang ditetapkan dan ingin dicapai oleh pemilik rumah sakit.

Ketetapan misi rumah sakit sangat penting oleh karena merupakan acuan tujuan kerja rumah sakit. Misi suatu organisasi mengidentifikasi sifat hubungannya dengan masyarakat secara keseluruhan. Misi ini ditentukan oleh hubungan antara kemampuan organisasi di masa kini atau secara potensial, dan kebutuhan dan harapan masyarakat di masa kini atau secara potensial terhadap organisasi tersebut.

116

Misi R.S.U.P. H. Adam Malik yang berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 547/ Menkes/ SK/ VI/ 1994 yaitu:

117

a. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang dalam keputusan ini selanjutnya disebut RSUP H. Adam Malik Medan

114

R.S.U.P. H. Adam Malik Medan, Op. Cit, hal. 7 115

Laksono Trisnantoro, Aspek Stategis Manajemen Rumah Sakit Antara Misi Sosial dan Tekanan Pasar, (Yogyakarta: PT. Andi, 2006), hal. 168.

116

Darmanto Djojodibroto, Op. Cit, hal. 2 117


(48)

mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan paripurna, bermutu dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat, tempat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan serta tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan serajat kesehatan masyarakat.

b. Misi khusus RSUP H. Adam Malik Medan adalah sebagai rumah sakit rujukan regional untuk wilayah Sumatera Utara dan Sumatera bagian tengah serta meningkatkan dan mengembangkan pelayanan penanggulangan penyakit pendarahan saluran pencernaan bagian atas. Pada tahun 1996 SK Menkes ini mengalami perubahan dalam hal misi, sehingga misi RSUP Adam Malik sampai sekarang yaitu:118

a. Melaksanakan pelayanan’ kesehatan yang paripurna, bermutu, dan terjangkau.

b. Melaksanakan pendidikan, pelatihan serta penelitian kesehatan yang professional.

c. Melaksanakan kegiatan pelayanan dengan prinsip efektif, efisien, akuntabel dan mandiri.

Sosialisasikan visi dan misi RSUP H. Adam Malik dilakukan dengan cara:119

a. Disampaikan pada setiap hari senin pada saat apel pagi dilaksanakan. Pembacaan visi dan misi ini dilakukan oleh seluruh peserta apel pagi. b. Visi dan misi ini dicetak, kemudian diberikan bingkai dan diletakkan

di ruang kerja unit-unit.

Visi dan misi tersebut sangat sejalan dengan Motto RSUP. H. Adam Malik Medan yang mengutamakan keselamatan pasien dengan pelayanan “Paten”.

P = Pelayanan Cepat A = Akurat

T = Terjangkau

118

R.S.U.P. H. Adam Malik Medan, Op.Cit, hal. 7 119


(49)

E = Efisien N = Nyaman

R.S.U.P. H. Adam Malik Medan dalam mencapai visi dan misi tersebut melakukan usaha dengan meningkatkan fasilitas dan mutu pelayanan di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan.120 Pencapaian visi dan misi tersebut juga dibarengi dengan peningkatan kualitas seluruh sumber daya manusia (pegawai) di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan. Pelaksanaaan visi dan misi RSUP. H. Adam Malik Medan tersebut berpedoman kepada nilai-nilai sebagai berikut:121

a. Pelayanan harus berfokus kepada penderita, dengan mengutamakan keselamatan pasien.

b. Pelayanan harus diberikan secara utuh (Seamless) melalui organisasi dan sistem yang memungkinkan terjadinya pendekatan kerja sama tim, sehingga terlaksana pelayanan yang utuh dan bernutu

c. Pelayanan medik dilaksanakan pada staf medik fungsional merupakan

leading sector yang didukung oleh instalasi-instalasi pelayanan.

d. Adanya pemisah wewenang dan tanggung jawab antara para manajer produksi, manajer klinik dan para manajer korporal.

e. Koordinasi pelayanan medik dilakukan melalui forum komite medik beserta tim-timnya.

120

Hasil wawancara dengan Bidang Hukum, Organisasi dan Humas R.S.U.P. H. Adam Malik Medan tanggl 2 April 2012.

121


(50)

f. Harus terjadi koordinasi, sinkronisasi, dan integritasi dengan Fakultas Kedokteran di semua tingkatan Departemen, Dekan, Direksi, Bagian dan Instalasi.

g. Pelayanan yang bermutu dengan perbandingan tempat tidur yang sesuai untuk dapat menghasilkan suatu pendapatan (revenur) untuk subsidi silang.

3. Peran dan Fungsi R.S.U.P. Adam Malik Medan Dalam Sistem Pelayanan Kesehatan

Rumah Sakit sebagai sebuah institusi pelayanan kesehatan yang berada di suatu wilayah tentu memiliki peranan dalam sistem pelayanan kesehatan di wilayah tersebut. Peranan ini tentunya dalam peningkatan mutu kesehatan di Indonesia dan khususnya di suatu wilayah tertentu. Dalam sistem pelayanan kesehatan rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.122 Sebagai rumah sakit milik pemerintah pusat, Rumah Sakit Umum Pusat Adam Malik Medan memiliki peranan yang sangat penting demi terciptanya masayarakat kota Medan yang sehat. Peran dan fungsi R.S.U.P. Adam Malik Medan adalah menjadi pusat rujukan dalam sistem pelayanan kesehatan untuk Provinsi Sumatera Utara dan di luar Provinsi Sumatera Utara seperti Aceh dan daerah lain.123

122

Lihat Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

123

Soedarmono Soejitno, dkk, Op. Cit, hal. 169


(51)

R.S.U.P. H. Adam Malik Medan selain merupakan pusat rujukan di wilayahnya, juga merupakan pusat sumber daya (resource center) ditinjau dari segi teknologi dan sumber daya manusianya yang terampil. Oleh karena itu rumah sakit wajib membina fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di dalam jaringan rujukannya.124

No.

R.S.U.P. Adanm Malik Medan sebagai rumah sakit terbesar dan terlengkap di wilayah Sumatera Utara merupakan pusat rujukan dalam pelayanan kesehatan di Kota Medan dan sekitarnya. Banyak masyarakat daerah yang sebelumnya dirawat di Rumah Sakit Daerah atau Puskesmas, kemudian dirujuk ke R.S.U.P. Adam Malik untuk mendapat pelayanan yang lebih intensif dan lengkap. Selain karena fasilitas pelayanan yang lebih lengkap, R.S.U.P. H. Adam Malik juga merupakan rumah sakit yang memiliki jumlah tenaga kesehatan dan non kesehatan yang banyak yaitu 1.667 PNS dan 266 Non PNS (Lihat Tabel .1)

Tabel 1. Jumlah Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan per Desember 2010

Jenis Tenaga PNS Non PNS Ket

I. Tenaga Kesehatan: 1.306 86

1. Tenaga Dokter Umum 38 -

2. Tenaga Dokter Gigi 21 -

3. Tenaga Dokter Spesialis 290 1

4. Tenaga Keperawatan 659 59

5. Tenaga Kefarmasian 84 14

6. Tenaga Kesehatan Masyarakat 44 2

7. Tenaga Gizi 45 -

8. Tenaga Keterapian Fisik 24 -

9. Tenaga Keteknisian Medis 101 10

II Tenaga Non Kesehatan: 361 180

1. S2 29 -

2. S1 123 25

3. D3 14 23

4. D1/2 - 6

124


(52)

5. SMA 176 120

6. SLTP 19 6

Jumlah 1.667 266

Sumber : Profil R.S.U.P. H. Adam Malik Tahun 2010.

Peranan R.S.U.P. Adam Malik dalam Sistem Pelayanan Kesehatan ini dapat dibagai ke dalam dua bagian yaitu peranan dalam bidang kesehatan dan peranan dalam bidang pendidikan. Peranan ini juga dapat dilihat dari bidang-bidang yang dibentuk di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan (Lihat Skema 1. Struktur Organisasi R.S.U.P. H. Adam Malik Medan).

a. Dalam bidang kesehatan

Peran utama rumah sakit adalah dalam bidang kesehatan yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat yang melakukan pengobatan di rumah sakit tersebut. R.S.U.P. H. Adam Malik Medan memiliki 31 (tiga puluh satu) unit instalasi125

1) Instalasi Rawat Jalan

, antara lain:

2) Instalasi Rawat Gawat Darurat 3) Instalasi Rawat Inap Rindu A 4) Instalasi Rawat Inap Rindu B 5) Instalasi Perawatan Instensif (IPI) 6) Instalasi Bedah Pusat

7) Instalasi Hemodialisa 8) Instalasi Bank Darah

9) Instalasi Rawat Anesthesi dan Reanimasi

125


(53)

10)Dan lain-lain.

SKEMA .1

STRUKTUR ORGANISASI R.S.U.P. H. ADAM MALIK MEDAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR

244/MENKES/PER/III/2008 --- Direktur Utama Dewan Pengawas Bidang Pelayanan Medik Seksi Pelayanan Medik Rawat Jalan Seksi Pelayanan Medik Rawat Inap Seksi Pelayanan Medik Rawat Khusus Direktur Medik & Keperawatan Direktur SDM & Pendidikan Direktur Keuangan Direktur Umum & Operasional Bidang Pelayanan Keperawatan Bidang Pelayanan Penunjang Bagian SDM Bagian Pendidikan & Penelitian Bagian Program & Anggaran Bagian Perbendaharaan & Mobilisasi Dana Bagian Akuntansi & Verifikasi Bagian Data & Informa Bagian Hukum, Organ. & Humas Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Jalan Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Inap Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Khusus Seksi Pelayanan Penunjang Medik Seksi Pelayanan Penunjang NonMedik Seksi Adm. Kepegawaian Seksi Pengemban gan SDM Sub.Bagian Pendidikan & Penelitian Sub.Bagian Pendidikan & Penelitian Tengaga kesehatan & Non medik Sub. Bag. Penyussunn Program & Anggaran Sub. Bag. Perbendaha raan Sub. Bag. Evaluasi Program & anggaran Sub. Bag. Mobilisasi Dana Sub. Bag. Akuntansi Sub. Bag. Verifikasi Sub.Bag Tekno Inform & Kmnkks Sub.Bag Pengelo laan Data & Pelprn Bagian Hukum &, Organ. Bagian Humas Bagian Umum Sub.Bag TU Sub.Bag RT & Prlngkp


(54)

Instalasi-instalasi tersebut berperan penting dalam pelayanan kesehatan bagi para pasien. Peranan ini dapat dilihat dari jumlah pasien di setiap instalasi. Tetapi dalam hal ini penulis memfokuskan pada instalasi yang paling banyak digunakan atau merawat pasien yaitu Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat Inap Rindu A dan Rindu B, Instalasi Perawatan Instensif dan Instalasi Hemodialisa. Instalasi Rawat Jalan adalah unit pelayanan yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan rawat jalan. Adapun jumlah pengunjung dan kunjungan pasien di Instalasi Rawat Jalan di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan yaitu

Grafik 1: Jumlah Pengunjung dan Kunjungan Pasien Intalasi Rawat Jalan R.S.U.P. H. Adan Malik Medan Tahun 2006-2010


(55)

Sumber : Data Profil R.S.U.P. H. Adam Malik Medan Tahun 2010

Berdasarkan Grafik 1 di atas diketahui bahwa jumlah pengunjung dan kunjungan pasien di Instalasi Rawat Jalan R.S.U.P. H. Adam Malik dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dari tahun 2006 sampai tahun 2010 mengalami peningkatan. Selain Instalasi Rawat Jalan, ternyata pasien R.S.U.P. H. Adam Malik Medan juga menggunakan fasilitas rawat inap. R.S.U.P. H. Adam Malik sendiri memilki dua gedung rawat inap yaitu masing-masing Rindu A dan Rindu B. Adapun Jumlah pasien rawat inap Rindu A/B yaitu:

Grafik 2. Jumlah Pasien Rawat Inap Rindu A dan Rindu B R.S.U.P. H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2010

b. c. d. e. f. g. h.

Sumber : Data Profil R.S.U.P. H. Adam Malik Medan Tahun 2010 Instalasi Rawat Inap juga merupakan instalasi yang sangat penting dalam peningkatan kesehatan masyarakat Provinsi Sumatera Utara


(56)

umumnya dan Kota Medan khususnya. Karena di Instalasi Rawat Inap ini hamper sebagian besar pasien merupakan rujukan dari rumah sakit atau puskesmas daerah. Selain itu, Instalasi yang juga sangat dibutuhkan masyarakat Sumatera Utara adalah Instalasi Perawatan Instensif dan Instalasi Hemodialisa. R.S.U.P. H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit terbesar dan terlengkap fasilitas medis di Sumatera Utara, maka dari itu kedua instalasi ini adalah instalasi yang banyak dijadikan rujukan dari rumah sakit lain. Instalasi Perawatan Instensif adalah unit pelayanan yang menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan intensif diantaranya ICU (untuk dewasa dan pasca bedah) dan PICU (untuk anak). Adapaun jumlah pasien yang dirawat di Instalasi Perawatan Intensif yaitu:

Grafik 3. Jumlah Pasien Instalasi Perawatan Intensif (IPI) R.S.U.P. H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2010

Sumber : Data Profil R.S.U.P. H. Adam Malik Medan Tahun 2010 Berdasarkan grafik di atas terlihat peningkatan yang berfluktuasi, seperti terlihat pada tahun 2007, 2008, dan 2009. Pada tahun 2010


(57)

jumlah pasien dirawat meningkat sebesar 33 %. Sedangkan Instalasi Hemodia adalah instalasi yang memberikan pelayanan dalam hal cuci darah. Adapun keadaan kegiatan pelayanan yang telah dilaksanakan di Instalasi Hemodialisa tahun 2006-2010 dapat dilihat dari grafik di bawah ini:

Grafik 4. Jumlah Tindakan Hemodialisa R.S.U.P. H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2010

Sumber : Data Profil R.S.U.P. H. Adam Malik Medan Tahun 2010 Berdasarkan data jumlah pasien di keempat instalasi tersebut, terlihat peningkatan yang cukup signifikat dari tahun ke tahun. Hal ini berarti R.S.U.P. H. Adam Malik tetap menjadi rumah sakit kepercayaan bagi seluruh konsumen jasa rumah sakit di Kota Medan khususnya dan masyarakat Provinsi Sumatera Utara pada umumnya.

b. Dalam bidang pendidikan

R.S.U.P. H. Adam Malik Medan selain berperan dalam pelayanan kesehatan, juga berperan sebagai pusat pendidikan dan


(58)

pelatihan di bidang kesehatan. R.S.U.P. H. Adam Malik Medan menjadi Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 502/Menkes/SK/IX/1991 pada tanggal 6 September 1991. Rumah Sakit Pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat penting, yaitu merupakan pusat rujukan regional dan nasional, baik medik maupun kesehatan. Peraturan Menkes No. 159/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit memberi batasan dan penjelasan tentang rumah sakit pendidikan sebagai berikut:126 1) Rumah sakit pendidikan adalah rumah sakit umum yang

digunakan untuk tempat pendidikan tenaga medik tingkat S1, S2, dan S3.

2) Rumah sakit pendidikan harus ditetapkan bersama oleh Menkes, Mendikbud, dan Menteri dari instansi yang memiliki dan menyelenggarakan rumah sakit tersebut.

3) Rumah sakit pendidikan milik pemerintah daerah ditetapkan bersama oleh Menkes, Mendikbud, dan Mendagri.

4) Rumah sakit swasta yang digunakan untuk pendidikan tenaga medik harus terlebih dahulu mendapat izin dari Menkes.

5) Rumah sakit kelas A dan B II dapat berfungsi sebagai rumah sakit pendidikan.

Ketua AIPKI (Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia) tahun 2002 menyampaikan kriteria Rumah Sakit Pendidikan yang seyogyanya memenuhi persyaratan antara lain:127 1) Rumah sakit yang memungkinkan tujuan pendidikan dokter

tercapai.

2) Tersedianya berbagai bentuk penglaman belajar yang diperlukan.

3) Iklim dan lingkungan yang kondusif untuk komunikasi efektif dan belajar.

4) Rasio staf dan pasien cukup.

126

Soedarmono Soejitno, Op. Cit, hal. 177 127


(59)

5) Staf rumah sakit mempunyai sikap positif terhadap semua profesi kesehatan dan pendidikan, dan bersedia berperan dalam mengelola pengalaman belajar yang diperlukan peserta didik. 6) Rumah sakit bersedia dan dapat menerima pengembangan baru

dan maju.

7) Dimungkinkannya pelaksanaan penelitian medik baru dan maju.

8) Staf professional di rumah sakit dapat berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar dan dapat menjadi model peran.

9) Rumah sakit harus mempunyai perpustakaan professional sesuai dengan tingkat perkembangan rumah sakit.

R.S.U.P. H. Adam Malik Medan dalam melakukan perannya sebagai Rumah Sakit Pendidikan melakukan kerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Akademi Keperawatan, Akademi Kebidanan serta institusi pendidikan lain yang bergerak di bidang kesehatan. Selain itu R.S.U.P. H. Adam malik Medan juga mengadakan pelatihan/kursus/penataran. Pelatihan ini diikuti oleh pegawai R.S.U.P. H. Adam Malik maupun dari rumah sakit atau instansi lain. Adapun jumlah pelatihan/kursus/penataran yang diselenggarakan oleh R.S.U.P. H. Adam Malik Medan yaitu:

Tabel 2. Jumlah Pelatihan/ Kursus/ Penataran yang diselenggarakan oleh R.S.U.P. H. Adam Malik

Tahun 2006-2010

Tahun

Pelatihan/ Kursus yang diselenggarakan

Total

R.S.U.P. H. Adam Malik Instansi Lain

Jumlah % Jumlah %

2006 11 24,4 34 75,6 45

2007 22 33,8 43 66,2 65

2008 23 28,3 58 71,6 81

2009 16 42,1 22 57,9 38


(1)

A. Tinjauan Umum tentang Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat)

1. Pengertian Jamkemas ... 56

2. Latar Belakang Lahirnya Jamkesmas ... 63

3. Peserta Jamkesmas ... 67

4. Proses Penyelenggaraan Jamkesmas ... 74

B. Rumah Sakit Umum Pusat (R.S.U.P) H. Adam Malik Medan 1. Sejarah berdirinya R.S.U.P. H. Adam Malik Medan ... 90

2. Visi dan Misi R.S.U.P. H. Adam Malik Medan ... 95

3. Peran dan Fungsi R.S.U.P. H. Adam Malik Medan dalam Sistem Pelayanan Kesehatan ... 100

BAB IV. PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN PENGGUNA JAMKESMAS DALAM PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN DI R.S.U.P. H. ADAM MALIK MEDAN A. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan bagi Pengguna Jamkesmas di R.S.U.P. Adam Malik Medan ... 113

B. Tanggung Jawab Hukum Pihak R.S.U.P. H. Adam Malik Medan dalam Pelayanan Kesehatan bagi Pasien Pengguna Jamkesmas ... 133

C. Upaya Hukum Yang Dapat Dilakukan Oleh Pasien Pengguna Jamkesmas di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan ... 142

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan... 150

B. Saran ... 152

Daftar Pustaka ... 154

Lampiran


(2)

DAFTAR TABEL

Tabel .1 Jumlah Tenaga Kesehatan dan Non Kesehatan di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan per Desember 2010 ... 101 Tabel .2 Jumlah Pelatihan/Kursus/Penataran yang diselenggarakan oleh

R.S.U.P. H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2010 ... 109 Tabel.3 Jumlah Mahasiswa Yang Mengadakan Penelitian di R.S.U.P. H. Adam

Malik Medan Tahun 2009-2010... 110 Tabel.4 Karakteristik Responden Penelitian ... 121 Tabel.5 Pelayanan Kesehatan bagii Pasien Jamkesmas di R.S.U.P. H. Adam

Malik Medan ... 122 Tabel.6 Proses Pelayanan Kesehatan bagi Pasien Jamkesmas di R.S.U.P. H.

Adam Malik Medan ... 123 Tabel.7 Pemenuhan Hak Pasien Jamkesmas di R.S.U.P. H. Adam Malik

Medan ... 127 Tabel.8 Pelaksanaan Kewajiban Pasien Jamkesmas di R.S.U.P. H. Adam Malik

Medan ... 131


(3)

DAFTAR GRAFIK

Grafik .1 Jumlah Pengunjung dan Kunjungan Pasien Instalasi Rawat Jalan R.S.U.P. H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2010 ... 104 Grafik.2 Jumlah Pasien Rawat Inap Rindu A dan Rindu B R.S.U.P. H.

Adam Malik Medan Tahun 2006-2010 ... 105 Grafik.3 Jumlah Pasien Instalasi Perawatan Intensif (IPI) R.S.U.P. H.

Adam Malik Medan Tahun 2006-2010 ... 106 Grafik 4. Jumlah Tindakan Hemodialisa R.S.U.P. H. Adam Malik Medan

Tahun 2006-2010 ... 107


(4)

DAFTAR SKEMA

SKEMA 1. STRUKTUR ORGANISASI R.S.U.P. H. ADAM MALIK MEDAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 244/MENKES/PER/III/2008... 103 SKEMA 2. POLA HUBUNGAN ANTARA PEMERINTAH, RUMAH SAKIT,

DAN PASIEN ... 124


(5)

ABSTRAK

Rizky Wirdatul Husna * Dr. Hasim Purba, SH.,M.Hum** Rosnidar Sembiring SH.,M.Hum ***

Program Jamkesmas (Tahun 2008) merupakan program yang dilaksanakan pemerintah sebagai bentuk pemenuhan Pasal 28 H ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 tentang hak atas pelayanan kesehatan, Pasal 34 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 tentang tanggung jawab pemerintah untuk memelihara fakir miskin dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Dalam penyelenggaraan Jamkesmas ini, ternyata banyak sekali terdengar keluhan dari pasien Jamkesmas tersebut dalam pelayanan kesehatan khususnya di Kota Medan, contohnya di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan sebagai rumah sakit yang banyak sekali menangani pasien Jamkesmas. Pasien pengguna Jamkesmas sebagai konsumen haruslah mendapat perlindungan hukum baik karena posisinya sebagai konsumen jasa rumah sakit, maupun karena posisinya sebagai pengguna Jamkesmas. Dalam skripsi ini penulis membahas mengenai perlindungan hukum pasien pengguna Jamkesmas dengan mengangkat beberapa permasalahan yaitu bagaimana pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi pasien pengguna Jamkesmas di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan, bagaimana tanggung jawab hukum R.S.U.P. H. Adam Malik Medan dalam pelayanan kesehatan bagi pasien pengguna Jamkesmas serta upaya hukum apakah yang dapat dilakukan oleh pasien Jamkesmas di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan.

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif, yang menggunakan metode pendekatan yuridis empiris, yaitu dengan mengumpulkan buku-buku dan perundang-undangan tentang Jamkesmas dan perlindungan hukum pasien dan kemudian melihat fakta di lapangan (di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan) melalui 50 responden (pasien pengguna Jamkesmas) dan wawancara dengan beberapa informan. Sampel ini diambil dengan menggunakan teknik non random sampling dengan metode purposive sampling.

Setelah dilakukannya penelitian, maka dapat dilihat bahwa 82% responden mengatakan bahwa pelaksanaan pelayanan kesehatan di R.S.U.P. H.Adam Malik Medan dikategorikan baik. Meskipun masih terdapat beberapa kasus mengenai kekurangan dalam hal pelayanan (pemenuhan hak pasien) misalnya 3% responden menyatakan bahwa mereka tidak memperoleh hak atas informasi medis, dan 8% responden menyatakan bahwa mereka tidak mendapatkan pelayanan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Sebagai rumah sakit pemerintah yang menjalankan program, Jamkesmas, R.S.U.P. H. Adam Malik Medan bertanggung jawab secara

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara **Dosen Pembimbing I

***Dosen Pembimbing II


(6)

penuh kepada pasien dan pemerintah akibat kesalahan ataupun kelalaian baik yang dilakukan oleh pihak rumah sakit sendiri, maupun oleh tenaga kesehatan. Pertanggungjawaban ini dilihat dari aspek hukum perdata, pidana maupun administrasi. Apabila pasien pengguna Jamkesmas di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan merasa tidak puas akan pelayanan kesehatan ataupun telah terjadinya malpraktik, maka pasien dapat melakukan upaya hukum baik di dalam rumah sakit (melalui Instalasi Pengaduan Pasien/Masyarakat) maupun di luar rumah sakit (melalui litigasi dan nonlitigasi).