Pengaruh Struktur Kepemilikan, Return on Asset, dan Leverage Terhadap Kebijakan Dividen

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1.Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Kebijakan Dividen

Kebijakan dividenadalah kebijakan mengenai apakah labayang diperoleh perusahaan pada akhirtahun akan dibagi kepada pemegangsaham dalam bentuk dividen atau akanditahan untuk menambah modal gunapembayaran investasi (Martono dan Harjito, 2005 : 253).Brealey, et.al,(2008 : 43),mengungkapkan bahwa kebijakan dividenmenjelaskan bagaimana perusahaanmenetapkan kebijakan pembayaranmereka.

2.1.2 Jenis-jenis Kebijakan Dividen

Menurut Hendy (2008 : 195) dividendapat dibedakan menjadi beberapa jenis,yaitu:

1. Dividen tunai (cash dividend)

Merupakan dividenyang dibagi kepada pemegang sahamdalam bentuk kas (tunai).

2. Dividen saham (stock dividend)

Merupakan dividen yang dibagi bukan dalambentuk tunai melainkan dalam bentuksaham perusahaan tersebut

3. Property dividend

Merupakan dividen yangdibagikan dalam bentuk aktiva lainselain kas atau saham, misalnya aktivatetap dan surat-surat berharga.


(2)

10 4. Liquidating dividend

Merupakandividen yangdiberikan kepada pemegang sahamsebagai akibat dilikuidasinyaperusahaan.

2.1.3 Teori Kebijakan Dividen

Ada beberapa teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan kebijakan dividen untuk perusahaan sehingga dapat dijadikan pemahaman mengapa suatu perusahaan mengambil kebijakan dividen tertentu. Ada 3 (tiga) teori tentang kebijakan dividen (Brigham dan Houston, 2001: 66): 1. Dividend Irrelevance Theory (Dividen Tidak Relevan)

Beberapa kalangan berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan maupun terhadap biaya modalnya.Jika kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan maka hal tersebut tidak relevan. Pendukung dari tidak relevannya kebijakan dividen adalah Modigliani-Miller (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan tergantung semata - mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya, bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi di antara deviden dan laba ditahan. Kebijakan dividen tidak relevan karena setiap pemegang saham dapat menyusun kebijakan dividennya sendiri. Jika para investor dapat membeli dan menjual saham sehingga menciptakan kebijakan devidennya sendiri tanpa mengeluarkan biaya, kebijakan dividen perusahaan benar – benar tidak relevan. 2. Teori Bird in The Hand

Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon (1963) dan John Lintner (1962) dalam (Brigham dan Houston, 2001: 67) yang berpendapat bahwa ekuitas


(3)

11 atau nilai perusahaan akan turun apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal (capital gains) yang dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan seandainya para investor menerima dividen. Gordon dan Litner berpendapat bahwa sesungguhnya investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen daripada pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal. MM dalam hal ini tidak setuju bahwa ekuitas atau nilai perusahaan tidak tergantung pada kebijakan dividen yang menyiratkan bahwa investor tidak peduli antara dividen dengan keuntungan modal. MM menamakan pendapat Gordon-Lintner sebagai kekeliruan bird-in-the-hand, karena menurut pandangan MM, kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis, dan dalam banyak kasus, tingkat risiko dari arus kas perusahaan bagi investor dalam jangka panjang hanya ditentukan oleh tingkat risiko arus kas operasinya, bukan oleh kebijakan pembagian dividen.

3. Teori Preferensi Pajak

Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah dari pada yang tinggi, yaitu:

1. Keuntungan modal dikenakan tarif pajak lebih rendah dari pada pendapatan dividen. Untuk itu investor yang kaya (yang memiliki sebagian besar saham) mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan


(4)

12 kenaikkan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya tinggi.

2. Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual, sehingga ada efek nilai waktu.

3. Jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang karena adanya keuntungan-keuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Beberapa faktor yang menentukan dan mempengaruhi dalam pembuatan kebijakan dividen menurut Van Horne dan Wachowicsl(2002:311) antara lain: 1. Posisi likuiditas perusahaan

Makin kuat posisi likuiditas perusahaan makin besar dividen yang dibayarkan.

2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang

Apabila sebagian besar laba digunakan untuk membayar hutang maka sisanya yang digunakan untuk membayar dividen makin kecil.

3. Rencana perluasan usaha

Makin besar perluasan usaha perusahaan, makin berkurang dana yang dapat dibayarkan untuk dividen.


(5)

13 Kebijakan pembiayaan: untuk ekspansi dibiayai dengan dana dari sumber intern antara lainlaba. Dengan pertimbanganapabila dibiayai dengan penjualan saham baru ini akan melemahkan kontrol dari kelompok pemegang saham dominan. Karena suara pemegang saham mayoritas berkurang.

Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen (Sundjaja dan Barlian,2002: 339):

1. Peraturan hukum

a. Peraturan mengenai laba bersih menentukan bahwa dividen dapat dibayar dari laba-laba tahun yang lalu dan laba tahun berjalan.

b. Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal. Melindungi para kreditur dengan melarang pembayaran dividen yang berasaldari modal. c. Peraturan mengenai tidak mampu membayar. Peruahaan boleh tidak

membayar dividen jika tidak mampu (bankrut) atau jumlah utang lebih banyak daripada jumlah harta.

2. Posisi likuiditas

Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan dari tahun-tahun terdahulu sudah diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan dan barang-barang lainnya. Bukan disimpan dalam bentuk uang tunai. Oleh karena itu, suatu perusahaan yang keuntungannya luar biasa mungkin saja tidak membayar dividen karena keadaan likuiditasnya. Memang perusahaan yang sedang tumbuh biasanya kekurangan dana. Dalam situasi seperti itu


(6)

14 mungkin perusahaan memutuskan untuk tidak membayar dividen dalam bentuk uang tunai.

3. Membayar pinjaman

Bila perusahaan telah membuat pinjaman untuk memperluas usahanya atau untuk pembiayaan lainnya maka ia dapat melunasi pinjamannya pada saat jatuh tempo atau ia dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman itu nantinya. Jika diputuskan bahwa pinjaman itu akan dilunasi, maka biasanya harus ada laba ditahan.

4. Kontrak pinjaman

Kontrak pinjaman apalagi menyangkut pinjaman jangka panjang seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai.

5. Pengembangan aktiva

Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan. Semakin banyak dana yang dibutuhkan dikemudian hari, semakin banyak laba yang harus ditahan dan tidak dibayarkan.

6. Tingkat pengembalian

Tingkat pengembalian atas aset menentukan pembagian laba dalam bentuk dividen yang dapat digunakan pemegang saham baik ditanamkan kembali didalam perusahaan maupun ditempat lain.

7. Stabilitas keuntungan

Perusahaan yang keuntungannya relatif teratur seringkali dapat memperkirakan bagaimana keuntunngan dikemudian hari. Maka perusahaan


(7)

15 seperti itu kemungkinan besar akan membagikan keuntunannya dalam bentuk dividen dengan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi.

8. Pasar modal

Perusahaan besar dengan profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang teratur, dengan mudah dapat masuk ke pasar modal atau mudah memperoleh macam-macam dana dari luar untuk pembiayaannya.

9. Kendali perusahaan

Jika perusahaan hanya memperluas usahanya dari pembiayaan intern maka pembayaran dividen akan berkurang. Kebijakan ini dijalankan atas pertimbangan bahwa menambah modal dengan menjual saham biasa akan mengurangi pengendalian atas perusahaan itu oleh golongan pemegang saham. Selain itu, penjualan saham tambahan akan memperbesar resiko berfluktuasinya keuntungan bagi para pemegang saham.

10. Keputusan kebijakan dividen

Hampir semua perusahaan ingin mempertahankan dividen per saham pada tingkat yang konstan. Tetapi naiknya dividen selalu terlambat dibandingkan dengan naiknya keuntungan. Artinya dividen itu baru akan dinaikkan jika sudah jelas bahwa meningkatnya keuntungan itu benar-benar tampak cukup permanen.

2.2.Dividend Payout Ratio

Dividend Payout Ratio menurut Brigham dan Houston (2001:69) adalah persentase dari laba bersih yang akan dibayarkan sebagai dividen tunai kepada


(8)

16 pemegang saham. Dividend Payout Ratio merupakan perbandingan antara Dividend per Share (DPS) dengan Earning per Share (EPS).Debt to equity ratio merupakan rasio antara jumlah hutang dengan modal sendiri (Syamsuddin, 2013:54).

Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividend (laba yang dibagikan) disebut dividend payout ratio

(Riyanto, 2001:266).Menurut Husnan (2001 : 316), perusahaan hanya dapat membagikan dividen semakin besar jika perusahaan mampu menghasilkan laba yang semakin besar, jika laba yang dihasilkan besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan dividen yang makin besar karena hal ini berarti perusahaan akan membagikan modal sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dividend payout ratio merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk kas dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham. Semakin tinggi tingkat DPR yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin besar jumlah laba yang dibagikan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham.

2.3 Struktur Kepemilikan

MenurutSugiarto (2009:59) strukur kepemilikanadalah proporsi kepemilikan institusionaldan kepemilikan manajemen dalamkepemilikan saham perusahaan. Masalah keagenan muncul ketikaterdapat perbedaan kepentingan antarakedua belah pihak (pemegang saham danmanajer). Dalam sebuah perusahaan besar,masalah keagenan ditemukan tidak hanyaantara pemegang saham dan manajernya,namun bisa terjadi pula diantara pemegangsaham dan kreditur (Martono dan Harjito(2005 : 11). Dengan munculnya masalahkeagenan disebuah perusahaan, makatimbulah suatu biaya untuk mengurangiadanya


(9)

17 masalah tersebut yang disebutbiaya keagenan (Agnes, 2004 : 58).Ketika masalah keagenan muncul,perusahaan dapat mengatasinya denganmemberikan opsi pembelian sahamperusahaan dengan harga murah kepadapihak manajemen puncak. Inidimaksudkan agar kinerja keuanganperusahaan tersebut tidak melemahsehingga nilai sahamnya tidak buruk(Ross, et.al, 2005 : 17).Melalui struktur kepemilikan diharapkanmampu mengatasi masalah keagenan yangterjadi pada perusahaan tersebut. Setiapkonsentrasi kepemilikan yang terdapatdalam perusahaan akan saling berupayauntuk mengurangi biaya keagenan yangditimbulkan oleh manajer. Sehinggakepemilikan saham atas institusi laindinilai mampu mengurangi adanyamasalah keagenan tersebut karena denganadanya kepemilikan saham oleh institusilain, pengawasan terhadap manajersemakin tinggi.

Struktur kepemilikan dikelompokanmenjadi kepemilikan manajerial(manajerial ownership atau insiderownership) dan kepemilikan istitusional(institutional ownership).Kepemilikan saham dapat terbagi menjadikepemilikan manajerial, kepemilikan institusi dan kepemilikan minoritas.Masing - masingbentuk kepemilikan ini akan memiliki kepentingan dan dampak yang berbedaterhadap Dividend Payout Ratio.Kepemilikan saham institusi dan kepemilikanmanajerial merupakan kelompok pemegang saham mayoritas. Pemegang sahammayoritas memiliki fungsi melakukan kegiatan

monitoring terhadap perilakumanajeryang cenderung bersikap menguntungkan diri sendiri.


(10)

18 Di lain sisi, kegiatanmanajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan perusahaan, yang akan berakibatpulaterhadap peningkatan pembayaran dividen perusahaan. Adanya perbedaanproporsisaham yang dimiliki oleh investor luar dapat mempengaruhi kebijakan dividenperusahaan, karena perusahaan akan melakukan pemerataan pembayaran dividenkepada setiap pemegang saham. Kepemilikan publik tidak digunakan dalam penelitian ini karena kepemilikan publik merupakan kepemilikan individu yang tidak wajib dicatat karena kepemilikannya tidak besar atau tidak lebih dari 5%.

2.4 Profitabilitas

Menurut Sartono (2008:122) rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas ini dapat memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan, semakin tinggi profitabilitas berarti semakin baik karena kemakmuran pemilik perusahaan meningkat dengan semakin tingginya profitabilitas. Dalam penelitian ini, profitabilitas diukur dengan

Return on Asset.

Menurut Hanafi (2004:83) Return on Asset adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset

(kekayaan) yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk menandai asset tersebut. Semakin besar Return on Asset menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik karena tingkat pengembalian investasi (return) semakin besar. Menurut Hanafi dan Halim (2005:85) rasio profitabilitas sangat bermanfaat bagi kelangsungan perusahaan karena dapat membantu


(11)

19 perusahaan untuk mengetahui kontribusi keuntungan perusahaan dalam jangka pendek atau jangka panjang. Oleh karena itu dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividend payout ratio. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

2.5 Leverage

Menurut Kasmir (2009:158) leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam membayarkan seluruh kewajibannya (baik kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang).Leverage

mencerminkan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang (Rodoni dan Ali, 2010:123). Semakin besarnya hutang berarti semakin besar leverage keuangan dan semakin besar pula biaya keuangan tetap yang ditanggung oleh perusahaan sehingga mengurangi hasil pengembalian yang diperuntukkan bagi pemilik modal sendiri. Penurunan kinerja sering terjadi karena perusahaan memiliki utang yang cukup besar dan kesulitan dalam memenuhi kewajiban tersebut.

Debt to equity ratio adalah rasio yang mengukur sejauhmana besarnya utang dapat ditutupi oleh modal sendiri (Darmadji dan Fakhruddin, 2006: 200). Semakin tinggi Debt to Equity Ratiomenunjukkan komposisi total utang (jangka pendek dan jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar (kreditur).


(12)

20 2.6 Agency Theory

Masalah keagenan muncul ketika terdapat perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak (pemegang saham dan manajer). Dalam sebuah perusahaan besar, masalah keagenan ditemukan tidak hanya antara pemegang saham dan manajernya, namun bisa terjadi pula diantara pemegang saham dan kreditur (Martono dan Harjito (2005 : 11). Dengan munculnya masalah keagenan disebuah perusahaan, maka timbullah suatu biaya untuk mengurangi adanya masalah tersebut yang disebut biaya keagenan (Agnes, 2004 : 58).

Suatu perusahaan yang membayarkan dividen dalam jumlah besar akan memberikan reputasi baik untuk perusahaan tersebut di pasar modal sehingga mampu menarik investor untuk menginvestasikan sejumlah dananya pada perusahaan tersebut, seperti yang dijelaskan Modigliani dan Miller dalam Brigham dan Houston (2011 : 215). mengenai teori signaling hypothesis. Akan tetapi, terkadang tujuan pemegang saham tidak sejalan dengan keinginan dari manajer perusahaan yang berlaku sebagai agent di perusahaan tersebut. Pertentangan ini terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak yang biasa disebut dengan masalah keagenan (Ross, et.al, 2009 : 15).

Pada umumnya sumber dari masalah keagenan adalah ketika perusahaan memiliki lebih banyak kas dari yang dibutuhkan untuk mendukung operasi utama perusahaan (Brigham dan Houston, 2011). Cara perusahaan untuk dapat mengurangi kelebihan arus kas adalah dengan mengalirkan sebagian dana tersebut


(13)

21 kembali ke pemegang saham melalui dividen yang lebih tinggi atau pembelian saham kembali. Selain itu, dapat dilakukan dengan memberikan persentase kepemilikan saham kepada pihak manajemen (Ross, et. al, 2009 : 17). Agency Theory adalah teori yang membahas tentang adanya konflik antara manajer dan pemegang saham yang disebabkan adanya kepentingan agen dan principal seringkali bertentangan, sehingga bisa menyebabkan terjadinya konflik diantara keduanya. Hal tersebut terjadi karena adanya pemisahan tugas manajemen perusahaan dengan para pemegang saham (Keown, et. al, 2010:211).

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian yang digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini antara lain:

1. Wati (2014)

Penelitian yang dilakukan oleh Wati berjudul “Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, danKeputusan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Pada PerusahaanManufaktur yang Terdaftar Di BEI Periode 2009-2013). Penelitian ini menggunakan 55 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2009-2013 sebagai sampel. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda. Berdasarkan hasil uji parsial (uji statistik t) variabelstruktur kepemilikan manajerial dan ukuranperusahaan memilikipengaruh yang signifikan positif terhadap rasio pembayaran dividen. Penelitian ini jugamenemukan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap rasiopembayaran dividen.


(14)

22 Selain itu ditemukan pula bahwa keputusan hutang memiliki pengaruhyang signifikan negatif terhadap rasio pembayaran dividen.

2. Rachmad dan Muid (2013)

Penelitian yang dilakukan oleh Rachmad dan Muid berjudul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Saham Publik,

Leverage dan Returnon Assetterhadap Kebijakan Dividen”. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Saham Publik, Leverage dan Returnon Asset. Penelitian ini menggunakan 33 perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel. Teknik analsis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Berdasarkan hasil penelitian, Kepemilikan saham manajerial dan Return on Asset (ROA)berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Dividen Payout Ratio. Kepemilikan saham institusional dan kepemilikan saham publik tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap Dividen Payout Ratio. Leverage memiliki pengaruh negatif secara signifikan terhadapDividen Payout Ratio.

3. Dewi (2008)

Penelitian yang dilakukan oleh Dewi berjudul “Pengaruh KepemilikanManajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaanterhadap Kebijakan Dividendi Bursa Efek Jakarta”. Penelitian ini menggunakan 55 Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sebagai sampel. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini


(15)

23 adalah Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang,

Return on Asset dan Ukuran Perusahaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Berdasarkan hasil penelitian variabel Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, dan Return on Asset

memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen sedangkan Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Kebijakan Dividen.

4. Firmanda (2013)

Penelitian yang dilakukan oleh Firmanda, Raharjo, dan Oemar berjudul “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, Ukuran Perusahaandan Cash Position terhadap Kebijakan Dividen”. Penelitian ini menggunakan 59 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2009 - 2013 sebagai sampel. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda dan uji asumsi klasik. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Debt to Asset Ratio, Return on Asset, Ukuran Perusahaan dan Cash Position. Berdasarkan hasil penelitian variabelkepemilikan manajerial, profitabilitas, dan Cash Position mempunyai pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap Dividen Payout Ratio. Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan Kebijakan Hutang mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.


(16)

24 Penelitian yang dilakukan oleh Kadir berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Credit Agencies Go Public di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini menggunakan 10 Perusahaan Credit Agencies yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Investment, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Asset Turnover. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Berdasarkan hasil penelitian variabel

Return on Investment, Debt to Equity Ratio, Asset Turnover berpengaruh positif dan signifikan terhadap Deviden Payout Ratio. Sedangkan variabel Current Ratio


(17)

25 Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Peneliti/

Tahun

Judul Penelitian Variabel Metode

Analisis Data

Hasil Penelitian

1. Wati (2014) Analisis pengaruh

Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Keputusan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

Dependen: Dividend Payout Ratio Independen: 1. Kepemilikan Manajerial 2. Kepemilikan Institusional 3. Firm Size

4. Debt to Asset Ratio.

Regresi Linear Berganda

1. Kepemilikan Manajerial

dan Firm Size berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Dividen Payout

Ratio

2. Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap Dividend Payout Ratio

3. Debt to Asset Ratio

berpengaruh negative dan signifikan terhadap Dividen Payout Ratio

2. Rachmad dan

Muid (2013) Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Saham Publik,

Leverage dan

Return

on Asset terhadap Kebijakan Dividen. Dependen: Dividend Payout Ratio Independen: 1. Kepemilikan SahamManaje rial 2. Kepemilikan SahamInstitus ional 3. Kepemilikan Saham Publik 4. Debt to Asset

Ratio

5. Returnon Asset

Analisis Regresi Berganda

1. Kepemilikan saham

manajerial dan Return on Asset (ROA)berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Dividen Payout

Ratio

2. Kepemilikan saham

institusional dan

kepemilikan saham publik tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap

Dividen Payout Ratio.

3. Leverage memiliki

pengaruh negatifsecara

signifikan terhadap kebijakan dividen.

3. Dewi (2008) Pengaruh

Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaanterhadap Kebijakan Dividen. Dependen: Dividend Payout Ratio Independen: 1. Kepemilikan Manajerial 2. Kepemilikan Institusional 3. Kebijakan Hutang Analisis Regresi Berganda

1. Kepemilikan Institusional,

Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, dan

Profitabilitas memiliki

pengaruh negatif dan signifikan terhadap Kebijakan Dividen.

2. Ukuran Perusahaan

memiliki pengaruh positif


(18)

26

4. Return on

Asset

5. Ukuran

Perusahaan

Kebijakan Dividen.

Lanjutan Tabel 2.1 No Peneliti/

Tahun

Judul Penelitian Variabel Metode

Analisis Data

Hasil Penelitian

4. Firmanda,

Raharjo dan Oemar (2013) Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, Ukuran Perusahaandan Cash Position terhadap Kebijakan Dividen. Dependen: Dividend Payout Ratio Independen: 1. Kepemilikan Manajerial 2. Kepemilikan Institusional 3. Debt to Asset

Ratio

4. Return on

Asset

5. Cash Position 6. Size. Analisis Regresi Linier Berganda

1. Kepemilikan Manajerial,

Profitabilitas, Cash

Position mempunyai

pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap Kebijakan Dividen

2. Kepemilikan Institusional,

Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kebijakan Dividen

3. Kebijakan Hutang

mempunyai pengaruh yang

negatif dan signifikan

terhadap Kebijakan Dividen

5. Kadir (2010) Analisis

Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Kebijakan Dividen Pada Perusahaan

Credit Agencies Go Public di Bursa Efek Indonesia Dependen: Dividend Payout Ratio Independen:

1. Return on

Investment

2. Current Ratio

3. Debt to

Equity Ratio 4. Asset Turnover Regresi Linear Berganda

3. Return on Investment, Debt to Equity Ratio, Asset

Turnover berpengaruh

positif dan signifikan

terhadap Dividend Payout

Ratio.

4. Current Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan

terhadap Dividend Payout

Ratio.

2.8Kerangka Konseptual

2.8.1 PengaruhKepemilikan Manajerial terhadap Dividend Payout ratio Menurut Nizar & Shahrul (2000:685) Kepemilikan manajerial yaitu pemegang saham, direksi atau pejabat perseroan yang memiliki proporsi yang signifikan dalam saham perseroan. Kepemilikan manajerial berupa saham perusahan


(19)

27 akan mengurangi biaya keagenan dari para pemegang saham. Ketika masalah keagenan muncul,perusahaan dapat mengatasinya denganmemberikan opsi pembelian sahamperusahaan dengan harga murah kepadapihak manajemen puncak. Inidimaksudkan agar kinerja keuanganperusahaan tersebut tidak melemahsehingga nilai sahamnya tidak buruk(Ross, Westerfield, dan Jordan, 2005 : 17).Kepemilikan manajer akan saham dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara para pemegang saham diluar manajemen sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang apabila manajer adalah juga sebagai pemilik yaitu dengan memberikan manajer hak untuk membeli saham perusahaan dengan jumlah tertentu dengan harga yang telah ditentukan (stock option), kemudian dengan pemberian saham kepada manajemen atas pencapaian tujuan (performance shares) (Sartono, 2001:22). Manajer mendapatkan kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan saham dengan tujuan mensetarakan kepentingan dengan pemegang saham. Melalui kebijakan ini manajer diharapkan mampu menghasilkan kinerja yang lebih baik. Pada tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi, manajer akan cenderung membayar dividen yang rendah kepada pemegang saham. Sebaliknya, pada tingkat kepemilikan manajerial yang rendah, manajer melakukan pembagian dividen yang tinggi untuk memberikan sinyal yang bagus tentang kinerja perusahaan sehingga meningkatkan reputasi perusahaan di mata investor. Teori ini didukung berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Putri dan Nasir (2006) dan Dewi (2008) yang menyatakan apabila tingkat kepemilikan manajerial maka perusahaan akan cenderung mengalokasikan laba pada laba ditahan daripada membayar dividen dengan alasan sumber dana internal lebih efisien dibandingkan sumber dana eksternal. Sedangkan tingkat manajerial yang


(20)

28 rendah, perusahaan membagikan dividen dengan jumlah yang besar untuk memberikan sinyal positif tentang kinerja di masa yang akan datang sehingga meningkatkan reputasi perusahaan di mata investor.

2.8.2 PengaruhKepemilikan Institusional terhadap Dividend Payout ratio Menurut Edilius & Sudarsono 2007:156 Kepemilikan Institusional adalah pemegang saham yang merupakan lembaga-lembaga seperti bank, dana pension, perusahaan asuransi, dan lain-lain. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh pihakinstitusi atau lembaga lain. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka akanmembuat kontrol eksternal terhadap perusahaan menjadi semakin ketat terhadap paramanajer sehingga dapat menekan biaya agensi (agency cost) (Rachmad 2013). Jadi bisa disimpulkanbahwa perusahaan yang memiliki tingkat kepemilikan institusional yang tinggimemiliki masalah agensi yang relatif kecil sehingga diharapkan untuk membagikandividen dalam jumlah yang lebih kecil.Teori ini didukung berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dewi (2008) dan Firmanda(2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

2.8.3 Pengaruh Leverage terhadap Dividend Payout ratio (DPR)

Leverage keuangan adalah tingkat pengamanan utang sebagai sumber pembiayaan perusahaan Brigham (2001:84). Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah DER atau debt to equity ratio. Menurut Sartono (2001:66) debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan.Peningkatan utang


(21)

29 dapat mempengaruhi besar kecilnya keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima karena kewajiban (beban tetap) tersebut lebih diprioritaskan dari pada pembagian dividen (Marlina dan Danica, 2009). Brealey, Myers dan Marcus (2007 : 6)menjelaskan mengenai MM yangberpendapat bahwa perusahaan yang tidakmemiliki hutang akan membayarkansemua laba operasinya sebagai dividen kepemegang saham. Karena rasiopembayaran dividen juga dipengaruhi oleharus kas perusahaan, sehingga apabilasuatu perusahaan memiliki hutang, makahutang tersebut akan mengurangi arus kasperusahaan dan mempengaruhi rasiopembayaran dividen.Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang berarti hanya sebagian kecil saja yang pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen (Riyanto, 2001:267). Brealey, Myers dan Marcus (2007 : 7) menjelaskan bahwa dalam masa sulit tingkat pengembalian pemegang ekuitas berkurang melalui penggunaan hutang, tetapi jika terjadi sebaliknya, tingkat pengembalian akan meningkat.Menurut Kadir (2010), Debt to Equit Ratio berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Dengan demikian Debt to Equity Ratio diprediksi berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio.

2.8.4 Pengaruh Return on Asset terhadap Dividend Payout ratio

Rasio profitabilitas menunjukkan sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan debt to equity ratio pada hasil operasi (Brigham & Houston, 2010:146).Menurut Husnan (2001 : 316), perusahaan hanya dapat membagikan dividen semakin besar jika perusahaan


(22)

30 mampu menghasilkan laba yang semakin besar, jika laba yang dihasilkan besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan dividen yang makin besar karena hal ini berarti perusahaan akan membagikan modal sendiri. Perusahaan yang memiliki kemampuan untuk menciptakan laba yang tinggi memiliki kecenderungan yang tinggi untuk membagikan dividen dalam jumlah yang besar. Menurut Hanafi dan Halim (2005:85) rasio profitabilitas sangat bermanfaat bagi kelangsungan perusahaan karena dapat membantu perusahaan untuk mengetahui kontribusi keuntungan perusahaan dalam jangka pendek atau jangka panjang. Oleh karena itu dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividend payout ratio. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.berdasarkan teori tersebut menunjukkan bahwa penghasilan yang tinggi melalui aset yang dimiliki yang tercermin dalam Return onAsset (ROA) menunjukkan pengaruh terhadap kebijakan dividen yang tercermin dalam Dividend Payout kebijakan dividen yang tercermin dalam Dividend Payout Ratio (DPR).

Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan Institusional

Dividend Payout Ratio Debt to Equity Ratio


(23)

31 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.9 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Debt to Equity Ratio,danReturn on Asset (ROA)berpengaruhterhadap kebijakan deviden pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia


(1)

26 4. Return on

Asset 5. Ukuran

Perusahaan

Kebijakan Dividen.

Lanjutan Tabel 2.1 No Peneliti/

Tahun

Judul Penelitian Variabel Metode Analisis Data

Hasil Penelitian

4. Firmanda, Raharjo dan Oemar (2013) Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, Ukuran Perusahaandan Cash Position terhadap Kebijakan Dividen. Dependen: Dividend Payout Ratio Independen: 1. Kepemilikan Manajerial 2. Kepemilikan Institusional 3. Debt to Asset

Ratio

4. Return on Asset

5. Cash Position 6. Size. Analisis Regresi Linier Berganda

1. Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, Cash Position mempunyai pengaruh yang positif dan tidak signifikan terhadap Kebijakan Dividen

2. Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kebijakan Dividen

3. Kebijakan Hutang

mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Kebijakan Dividen

5. Kadir (2010) Analisis

Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Credit Agencies Go Public di Bursa Efek Indonesia Dependen: Dividend Payout Ratio Independen:

1. Return on Investment 2. Current

Ratio

3. Debt to

Equity Ratio 4. Asset Turnover Regresi Linear Berganda

3. Return on Investment, Debt to Equity Ratio, Asset Turnover berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

4. Current Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.

2.8Kerangka Konseptual

2.8.1 PengaruhKepemilikan Manajerial terhadap Dividend Payout ratio

Menurut Nizar & Shahrul (2000:685) Kepemilikan manajerial yaitu pemegang saham, direksi atau pejabat perseroan yang memiliki proporsi yang signifikan dalam saham perseroan. Kepemilikan manajerial berupa saham perusahan


(2)

27

akan mengurangi biaya keagenan dari para pemegang saham. Ketika masalah

keagenan muncul,perusahaan dapat mengatasinya denganmemberikan opsi pembelian sahamperusahaan dengan harga murah kepadapihak manajemen puncak. Inidimaksudkan agar kinerja keuanganperusahaan tersebut tidak melemahsehingga nilai sahamnya tidak buruk(Ross, Westerfield, dan Jordan, 2005 : 17).Kepemilikan manajer akan saham dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara para pemegang saham diluar manajemen sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang apabila manajer adalah juga sebagai pemilik yaitu dengan memberikan manajer hak untuk membeli saham perusahaan dengan jumlah tertentu dengan harga yang telah ditentukan (stock option), kemudian dengan pemberian saham kepada manajemen atas pencapaian tujuan (performance shares) (Sartono, 2001:22). Manajer mendapatkan kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan saham dengan tujuan mensetarakan kepentingan dengan pemegang saham. Melalui kebijakan ini manajer diharapkan mampu menghasilkan kinerja yang lebih baik. Pada tingkat kepemilikan manajerial yang tinggi, manajer akan cenderung membayar dividen yang rendah kepada pemegang saham. Sebaliknya, pada tingkat kepemilikan manajerial yang rendah, manajer melakukan pembagian dividen yang tinggi untuk memberikan sinyal yang bagus tentang kinerja perusahaan sehingga meningkatkan reputasi perusahaan di mata

investor. Teori ini didukung berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Putri dan

Nasir (2006) dan Dewi (2008) yang menyatakan apabila tingkat kepemilikan manajerial maka perusahaan akan cenderung mengalokasikan laba pada laba ditahan daripada membayar dividen dengan alasan sumber dana internal lebih efisien dibandingkan sumber dana eksternal. Sedangkan tingkat manajerial yang


(3)

28 rendah, perusahaan membagikan dividen dengan jumlah yang besar untuk memberikan sinyal positif tentang kinerja di masa yang akan datang sehingga meningkatkan reputasi perusahaan di mata investor.

2.8.2 PengaruhKepemilikan Institusional terhadap Dividend Payout ratio

Menurut Edilius & Sudarsono 2007:156 Kepemilikan Institusional adalah pemegang saham yang merupakan lembaga-lembaga seperti bank, dana pension, perusahaan asuransi, dan lain-lain. Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan oleh pihakinstitusi atau lembaga lain. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka akanmembuat kontrol eksternal terhadap perusahaan menjadi semakin ketat terhadap paramanajer sehingga dapat menekan biaya agensi (agency cost) (Rachmad 2013). Jadi bisa disimpulkanbahwa perusahaan yang memiliki tingkat kepemilikan institusional yang tinggimemiliki masalah agensi yang relatif kecil sehingga diharapkan untuk membagikandividen dalam jumlah yang lebih kecil.Teori ini didukung berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dewi (2008) dan Firmanda(2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

2.8.3 Pengaruh Leverage terhadap Dividend Payout ratio (DPR)

Leverage keuangan adalah tingkat pengamanan utang sebagai sumber

pembiayaan perusahaan Brigham (2001:84). Rasio leverage yang digunakan dalam penelitian ini adalah DER atau debt to equity ratio. Menurut Sartono (2001:66) debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan.Peningkatan utang


(4)

29 dapat mempengaruhi besar kecilnya keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima karena kewajiban (beban tetap) tersebut lebih diprioritaskan dari pada pembagian dividen (Marlina dan Danica, 2009). Brealey, Myers dan Marcus (2007 : 6)menjelaskan mengenai MM yangberpendapat bahwa perusahaan yang tidakmemiliki hutang akan membayarkansemua laba operasinya sebagai dividen kepemegang saham. Karena rasiopembayaran dividen juga dipengaruhi oleharus kas perusahaan, sehingga apabilasuatu perusahaan memiliki hutang, makahutang tersebut akan mengurangi arus kasperusahaan dan mempengaruhi rasiopembayaran dividen.Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang berarti hanya sebagian kecil saja yang pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen (Riyanto, 2001:267). Brealey, Myers dan Marcus (2007 : 7) menjelaskan bahwa dalam masa sulit tingkat pengembalian pemegang ekuitas berkurang melalui penggunaan hutang, tetapi jika terjadi sebaliknya, tingkat pengembalian akan meningkat.Menurut Kadir (2010), Debt to Equit Ratio berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Dengan demikian Debt to Equity Ratio diprediksi berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio.

2.8.4 Pengaruh Return on Asset terhadap Dividend Payout ratio

Rasio profitabilitas menunjukkan sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan debt to equity ratio pada hasil operasi (Brigham & Houston, 2010:146).Menurut Husnan (2001 : 316), perusahaan hanya dapat membagikan dividen semakin besar jika perusahaan


(5)

30 mampu menghasilkan laba yang semakin besar, jika laba yang dihasilkan besarnya tetap, perusahaan tidak bisa membagikan dividen yang makin besar karena hal ini berarti perusahaan akan membagikan modal sendiri. Perusahaan yang memiliki kemampuan untuk menciptakan laba yang tinggi memiliki kecenderungan yang tinggi untuk membagikan dividen dalam jumlah yang besar. Menurut Hanafi dan Halim (2005:85) rasio profitabilitas sangat bermanfaat bagi kelangsungan perusahaan karena dapat membantu perusahaan untuk mengetahui kontribusi keuntungan perusahaan dalam jangka pendek atau jangka panjang. Oleh karena itu dividen diambil dari keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividend payout ratio. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.berdasarkan teori tersebut menunjukkan bahwa penghasilan yang tinggi melalui aset yang dimiliki yang tercermin dalam Return onAsset (ROA) menunjukkan pengaruh terhadap kebijakan dividen yang tercermin dalam Dividend Payout kebijakan dividen yang tercermin dalam Dividend Payout Ratio (DPR).

Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan Institusional

Dividend Payout Ratio Debt to Equity Ratio


(6)

31 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.9 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini adalah Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Debt to Equity Ratio,danReturn on Asset (ROA)berpengaruhterhadap kebijakan deviden pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia