Implementasi Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa globalisasi ini terutama dalam pengelolaan administrasi publik, kinerja
pelayanan dari pemerintah masih lemah, pemahaman tentang pemerintahan yang baik tidak
mampu dijalankan dengan yang diharapkan oleh masyarakat akibat yang terjadi penguna jasa
tidak merasa puas dengan apa yang di berikan kepada mereka. Perbaikan dalam
penyelenggaraan pemerintah harus terus dilakukan terutama dalam hal disiplin pegawai,
bagaimana menimbulkan dan menguatkan kinerja aparat sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat yang mau tidak mau harus berupaya meningkatkan kemampuan kerjanya
semaksimal mungkin, karena pelaksanaan tugas pelayanan oleh pemerintah sangat tergantung
pada kinerja aparaturnya. Sedangkan masyarakat harus dapat menilai kinerja kantor
pemerintah dari kualitas pelayanan yang diterimanya.
Sehubungan dengan jumlah aparatur pemerintah yang kurang memadai atau tidak
sebanding dengan volume atau beban kerja yang diterima, terutama dalam hal pelayanan
kepada masyarakat, maka perlu dilakukan upaya-upaya peningkatan kinerja aparat
pemerintah terhadap pelayanan kepada masyarakat demi tercapainya pelayanan yang baik.
Peningkatan kualitas pelayanan yang menjadi tuntutan masyarakat harus dipenuhi oleh aparat
pegawai sebagai penyelenggara pemerintah. Karena pada dasarnya menerima pelayanan yang
memuaskan dari aparat pemerintah merupakan hak yang dimiliki setiap warga negara dan
warga masyarakat.

Disiplin merupakan pangkal pokok etos kerja, patriotisme yang selalu siap mengabdi
kepada bangsa dan Negara, oleh karena itu disiplin merupakan perwujudan kepatuhan dan

Universitas Sumatera Utara

ketaatan kepada hukum, norma-norma, etika dan aturan yang berlaku dalam kerangka
persatuan dan kesatuan nasional. Didalam menegakkannya harus ditopang oleh kesadaran
hukum yang konsisten dan konsekuen seluruh masyarakat. Di dalam peningkatan pelayanan
publik juga diperlukan pegawai negeri sipil yang berdisiplin tinggi dan berdedikasi tinggi
untuk menghadapi permasalahan yang timbul dan besarnya godaan terhadap pegawai negeri
sipil yang terkadang dapat menyimpang dari etika pemerintahan.
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri,
pada pasal 1 bahwa Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan
yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan kedinasan yang
apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin. Pada peraturan ini juga telah
diatur dengan jelas kewajiban yang harus ditaati dan larangan yang tidak boleh dilanggar oleh
setiap pegawai negeri sipil yang melakukan pelanggaran disiplin. Selain daripada itu dalam
peraturan pemerintah itu diatur pula tentang tata cara pemeriksaan, tata cara penjatuhan
hukuman dan penyampaian hukuman disiplin serta tata cara pengajuan keberatan apabila
pegawai negeri sipil yang dijatuhi hukuman disiplin itu merasa keberatan atas hukuman

disiplin yang dijatuhkan kepadanya.
Bila diperhatikan dari pemikiran dan kehendak masyarakat tentang kepemerintahan
yang baik serta disiplin pegawai yang telah diatur dengan Peraturan Pemerintah no. 53 tahun
2010 masih banyak juga pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pegawai negeri sipil
yang akan menjadi penghambat dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional dan
penciptaan pemerintah yang bersih, berwibawa, profesional, akuntabel sehingga akan
menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Bila kurangnya disiplin pegawai
dalam suatu instansi pemerintah, hal ini juga menunjukan bahwa kurang menghargai dan
mentaati sumpah dan janji sebagai abdi negara, abdi pemerintah dan abdi masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

Di Sumatera Utara setelah otonomi daerah terjadi kelebihan pegawai yang disertai
dengan berkurangnya bahan kerja dilingkungan PemProv, akibatnya banyak pegawai yang
tidak mempunyai pekerjaan yang jelas. Kondisi inilah yang menyebabkan kedisiplinan dan
semangat kerja yang tidak cukup baik. Masih banyak kasus-kasus yang dapat kita lihat di
daerah-daerah lain tentang disiplin pegawai negeri ini. Permasalahan penerapan disiplin kerja
bukanlah hal yang mudah akan tetapi suatu tanggungjawab yang sulit sekali untuk
dilaksanakan, dikarenakan disiplin berkaitan dengan berbagai segi dan tingkah laku
seseorang yang menyangkut pribadinya dan kelompok dalam suatu wadah tertentu. Namun,

jika mampu diterapkan dan dilaksanakan maka tujuan organisasi mampu dicapai secara baik
dan sesuai dengan yang diharapkan.
Salah satu faktor dalam menerapkan disiplin kerja tersebut adalah dengan
memberikan hukuman/sanksi dan hal ini sangat diperlukan dalam meningkatkan kedisiplinan
dan mendidik pegawai supaya mentaati semua peraturan organisasi. Pemberian hukuman
harus adil dan tegas terhadap semua pegawai, dengan keadilan dan ketegasan sasaran
pemberian hukuman akan tercapai. Peraturan tanpa dibarengi pemberian hukuman/sanksi
yang tegas bagi pelanggarannya bukan menjadi alat pendidik bagi pegawai.
Demikian halnya dengan kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota
Tebing Tinggi yang salah satu tujuannya adalah memberikan pelayanan yang efektif dan
efisien kepada pegawai dari instansi atau kantor lain secara maksimal dan salah satu variable
dalam mewujudkannya dengan meningkatkan disiplin kerja pegawai. Namun pada
kenyataannya, disiplin kerja tidak lepas kaitannya dengan bagaimana pimpinan menjalankan
perannya sebagai kepala organisasi. Pimpinan dinilai memegang peranan yang penting dan
strategis terhadap disiplin kerja pegawai sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, dan
bagaimana pegawai itu sendiri menyadari akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai abdi
negara dan abdi masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


Disiplin kerja sangatlah penting bagi kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan
Pelatihan Kota Tebing Tinggi dimana para pegawai harus taat kepada peraturan, sadar akan
tugas dan tanggung jawab, melaksanakan tugas, memelihara suasana kantor dan dapat
meningkatkan ketelitian dan kerajinan, sehingga apabila para pegawai sudah baik melakukan
hal tersebut maka akan tercipta efektifitas pelayan publik, karena para pegawai di kantor
tersebut harus menjadi contoh keteladanan bagi para pegawai yang akan melakukan urusan di
kantor tersebut, namun di dalam kantor tersebut masih ada pegawai yang masih keluar masuk
kantor dan masih ada pegawai yang mengikuti apel pagi sehingga terkadang pegawai lain
yang berurusan dengan kantor tersebut harus menunggu pegawai yang terlambat.
Maka dari itu pegawai negeri sipil sebagai abdi negara juga sebagai abdi masyarakat
harus dapat menegakkan disiplin kerja. Guna memberikan pelayanan yang baik kepada
orang-orang yang membutuhkan pelayanan publik, dan harus diberikan pelayanan secara
maksimal. Bertitik tolak dari uraian di atas, untuk dapat mengetahui bagaimana pelaksanaan
disiplin kerja pegawai negeri sipil yang sekiranya dapat mencapai pelayanan publik, maka
penulis begitu tertarik dan berminat sekali melakukan penelitian mengenai masalah disiplin
kerja pegawai pada kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing
Tinggi dengan judul peneltian:
“Implementasi Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Dalam Meningkatkan Pelayanan
Publik (Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin
Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota

Tebing Tinggi)”.

Universitas Sumatera Utara

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana implementasi disiplin kerja pegawai dalam meningkatkan pelayanan
publik berdasarkan peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin
pegawai negeri sipil pada Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan kota
Tebing Tinggi?

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian yang akan menguraikan apa
yang dicapai, disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan pihak lain yang berhubungan
dengan penelitian. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui dan menganalisis implementasi disiplin pegawai negeri sipil dalam
menyelenggarakan pelayanan publik peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010
tentang disiplin pegawai negeri sipil pada Kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan
Pelatihan kota Tebing Tinggi..

1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini dapat digunakan untuk :
1. Secara subjektif, penelitian diharapkan bermanfaat untuk melatih, meningkatkan dan
mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan metodelogi penulis
dalam menyusun suatu wacana baru dalam memperkaya ilmu pengetahuan mengenai

Universitas Sumatera Utara

pelaksanaan disiplin kerja pegawai negeri sipil dalam meningkatkan pelayanan
publik.
2. Secara praktis, penelitian ini menjadi sumbangan pemikiran bagi instansi terkait
mengenai pentingnya disiplin pegawai negeri sipil sebagai upaya mencapai efektivitas
pelayanan publik.
3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan referensi
dalam memperkaya ragam penelitian yang telah dibuat oleh para mahasiswa bagi
Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
1.5 Kerangka Teori
1.5.1 Implementasi Kebijakan
1.5.1.1 Pengertian Implementasi

Implementasi

dirumuskan

secara

pendek

bahwa

“to

implement”

(mengimplementasikan) berarti “to provide means for carrying out; to give practical effect
to” (menyajikan sarana untuk melaksanakan sesuatu; menimbulkan dampak/berakibat
sesuatu). Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu kebijakan
dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang telah dirumuskan akan
sia-sia belaka. Oleh karena itu implementasi kebijakan mempunyai kedudukan yang penting
di dalam kebijakan publik.

Menurut Udoji dalam Wahab (2008:64), menyatakan bahwa pelakasanaan kebijakan
adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih penting dari pembuatan kebijakan.
Kebijakan-kebijakan hanya akan berupa impian atau rencana yang bagus, yang tersimpan rapi
dalam arsip kalau tidak diimplementasikan. Menurut Nakamura dan Smallwood dalam

Universitas Sumatera Utara

Tangkilisan (2003:17), hal-hal yang berhubungan dengan implementasi kebijakan adalah
keberhasilan dalam mengevaluasi masalah dan kemudian menerjemahkannya ke dalam
keputusan yang bersifat khusus. Sedangkan Jones dalam Tangkilisan (2003:17),
implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus menerus
usaha-usaha untuk mencari apa yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian
implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke
dalam tujuan kebijakan yang diinginkan.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka penulis dapat simpulkan bahwa
implementasi kebijakan merupakan suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh pelaksana
kebijakan dengan harapan akan memperoleh suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau
sasaran dari suatu kebijakan itu sendiri.

1.5.1.2 Model Implementasi Kebijakan

Proses implementasi kebijakan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut perilaku
badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan
ketaatan pada diri kelmpok sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan
politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi perilaku
dari semua pihak yang terlibat dan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap tujuan
kebijakan, baik yang negatif maupun positif.
Untuk mengkaji lebih baik suatu implementasi kebijakan publik maka perlu diketahui
variabel dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Untuk itu, diperlukan suatu model
kebijakan guna menyederhanakan pemahaman konsep suatu implementasi kebijakan.
Terdapat banyak model yang dapat dipakai untuk menganalisis sebuah implementasi
kebijakan.

Universitas Sumatera Utara

Adapun dalam mengimplemetasikan suatu kebijakan dikenal beberapa model sebagai
berikut:
A. Model Implementasi Kebijakan George Edward III
Edward di dalam Subarsono (2005:90), melihat implementasi kebijakan sebagai suatu
proses yang dinamis, dimana terdapat banyak faktor yang saling berinteraksi dan
mempengaruhi implementasi kebijakan. Faktor-faktor tersebut perlu ditampilkan guna

mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap implementasi. Oleh karena
itu, Edward menegaskan bahwa dalam studi implementasi terlebih dahulu harus diajukan dua
pertanyaan pokok yaitu:
a) Apakah yang menjadi prasyarat bagi implementasi kebijakan?
b) Apakah yang menjadi faktor utama dalam keberhasilan implementasi kebijakan?
Guna menjawab pertanyaan tersebut, Edward mengajukan empat faktor yang berperan
penting dalam pencapaian keberhasilan implementasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan yaitu faktor communication, resources,
disposition, dan bureucratic structure.
1.

Komunikasi (Communication)
Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari komunikator kepada
komunikan. Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti merupakan proses
penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan (policy makers) kepada
pelaksana kebijakan (policy implementors). Informasi perlu disampaikan kepada pelaku
kebijakan agar pelaku kebijakan dapat memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah,
kelompok sasaran (target group) kebijakan, sehingga pelaku kebijakan dapat
mempersiapkan hal-hal apa saja yang berhubungan dengan pelaksanaan kebijakan, agar
proses implementasi kebijakan bisa berjalan dengan efektif serta sesuai dengan tujuan

kebijakan itu sendiri. Komunikasi dalam implementasi kebijakan mencakup beberapa

Universitas Sumatera Utara

dimensi penting yaitu tranformasi informasi (transimisi), kejelasan informasi (clarity)
dan konsistensi informasi (consistency). Dimensi tranformasi menghendaki agar
informasi tidak hanya disampaikan kepada pelaksana kebijakan tetapi juga kepada
kelompok sasaran dan pihak yang terkait. Dimensi kejelasan menghendaki agar
informasi yang jelas dan mudah dipahami, selain itu untuk menghindari kesalahan
interpretasi dari pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak yang terkait
dalam implementasi kebijakan. Sedangkan dimensi konsistensi menghendaki agar
informasi yang disampaikan harus konsisten sehingga tidak menimbulkan kebingungan
pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak terkait.
2.

Sumber Daya (Resources)
Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan. Edward III
mengemukakan bahwa bagaimanapun jelas dan konsistensinya ketentuan-ketentuan dan
aturan-aturan serta bagaimanapun akuratnya penyampaian ketentuan-ketentuan atau
aturan-aturan tersebut, jika para pelaksana kebijakan yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan
kebijakan secara efektif maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan efektif.
Sumber daya di sini berkaitan dengan segala sumber yang dapat digunakan untuk
mendukung keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya ini mencakup sumber
daya manusia, anggaran, fasilitas, informasi dan kewenangan.

3.

Disposisi (Disposition)
Kecenderungan perilaku atau karakteristik dari pelaksana kebijakan berperan penting
untuk mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai dengan tujuan atau sasaran.
Karakter penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan misalnya kejujuran dan
komitmen yang tinggi. Kejujuran mengarahkan implementor untuk tetap berada dalam
asa program yang telah digariskan, sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana

Universitas Sumatera Utara

kebijakn akan membuat mereka selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang,
fungsi, dan tanggung jawab sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Sikap dari
pelaksana kebijakan akan sangat berpengaruh dalam implementasi kebijakan. Apabila
implementator memiliki sikap yang baik maka dia akan dapat menjalankan kebijakan
dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan, sebaliknya apabila
sikapnya tidak mendukung maka implementasi tidak akan terlaksana dengan baik.
4.

Struktur Birokrasi (Bureucratic Structure)
Struktur organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi
kebijakan. Aspek struktur organisasi ini melingkupi dua hal yaitu mekanisme dan
struktur birokrasi itu sendiri. Aspek pertama adalah mekanisme, dalam implementasi
kebijakan biasanya sudah dibuat standart operation procedur (SOP). SOP menjadi
pedoman bagi setiap implementator dalam bertindak agar dalam pelaksanaan kebijakan
tidak melenceng dari tujuan dan sasaran kebijakan. Aspek kedua adalah struktur
birokrasi, struktur birokrasi yang terlalu panjang dan terfragmentasi akan cenderung
melemahkan pengawasan dan menyebabkan prosedur birokrasi yang rumit dan
kompleks yang selanjutnya akan menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak
fleksibel.

B. Model Implementasi Kebijakan Grindle
Model Implementasi Kebijakan Publik yang dikemukakan Grindle di dalam Nugroho
(2004:74), menuturkan bahwa Keberhasilan proses implementasi kebijakan sampai kepada
tercapainya hasil tergantung kepada kegiatan program yang telah dirancang dan pembiayaan
cukup, selain dipengaruhi oleh isi kebijakan (Content of Policy) dan konteks
implementasinya (Contex of Implementation).

Universitas Sumatera Utara

Isi kebijakan yang dimaksud meliputi:
1. Kepentingan yang terpenuhi oleh kebijakan (interest affected).
2. Jenis manfaat yang dihasilkan (tipe of benefit).
3. Derajat perubahan yang diinginkan (extent of change envisioned).
4. Kedudukan pembuat kebijakan (site of decision making).
5. Para pelaksana program (program implementators).
6. Sumber daya yang dikerahkan (Resources commited).
Sedangkan konteks implementasi yang dimaksud:
1. Kekuasaan (power).
2. Kepentingan strategi aktor yang terlibat (interest strategies of actors involved).
3. Karakteristik lembaga dan penguasa (institution and regime characteristics).
4. Kepatuhan dan daya tanggap pelaksana (compliance and responsiveness).

C. Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn
Model yang diperkenalkan oleh Donald Van Meter dan Carl Van Horn di dalam
Nugroho (2004:76), mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linear dari
kebijakan publik, implementator, dan kinerja kebijakan publik. Beberapa variabel yang
dimasukkan sebagai variabel yang mempengaruhi kebijakan publik adalah variabel berikut:
1. Aktivitas implementasi dan komunikasi antar organisasi
2. Karakteristik agen pelaksana/implementator
3. Kondisi ekonomi, sosial, dan politik
4. Kecenderungan (disposition) pelaksana/implementor.

Universitas Sumatera Utara

1.5.2 Disiplin Kerja
1.5.2.1 Pengertian Disiplin Kerja

Pengertian disiplin dapat dikonotasikan sebagai suatu hukuman, meskipun arti yang
sesungguhnya tidaklah demikian. Disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang berarti
latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat. Jadi sifat
disiplin berkaitan dengan pengembangan sikap yang layak terhadap pekerjaan (Wursanto,
1999:108). Menurut Alfred R. Lateiner dalam Soedjono (2000:71), disiplin merupakan suatu
kekuatan yang selalu berkembang di tubuh para pekerja yang membuat mereka dapat
mematuhi keputusan dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.
Kedisiplinan merupakan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan
organisasi dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran disini merupakan sikap
seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung
jawabnya (Abdurrahmat, 2006:172). Menurut Hasibuan (2003:193) arti dari kedisiplinan
adalah keadaaan dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-norma sosial
yang berlaku.
Disiplin kerja adalah ketaatan personalia publik terhadap peraturan, kaidah, pedoman
yang berlaku dalam organisasi maupun pekerjaan yang telah ditetapkan padanya (Revida,
2010:14). Menurut Siswanto (2002:208), disiplin kerja adalah suatu sikap menghormati,
menghargai, patuh dan taat kepada peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis
maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima
sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya.
Menurut peraturan pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin kerja pegawai
negeri sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil untuk menaati kewajiban dan

Universitas Sumatera Utara

menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau
peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa disiplin
kerja pegawai negeri sipil merupakan sikap atau tingkah laku yang menunjukkan kesetiaan
dan ketaatan seseorang atau sekelompok orang terhadap peratutan yang telah ditetapkan oleh
instansi atau organisasinya, baik yang tertulis maupun tidak tertulis sehingga diharapkan
pekerjaan yang dilakukan efektif dan efisien.

1.5.2.2 Macam-Macam Disiplin Kerja
Ada dua macam disiplin kerja yaitu disiplin pribadi dan disiplin kelompok.
1. Disiplin Diri
Menurut Prijodarminto (2004:23) mengatakan disiplin diri merupakan disiplin yang
dikembangkan atau dikontrol oleh diri sendiri. Hal ini merupakan manifestasi atau
aktualisasi dari tanggungjawab pribadi, yang berarti mengakui dan menerima nilainilai yang ada di luar dirinya. Melalui disiplin diri, karyawan-karyawan merasa
bertanggungjawab dan dapat mengatur diri sendiri untuk kepentingan organisasi.
Disiplin diri merupakan hasil proses belajar (sosialisasi) dari keluarga dan
masyarakat. Penanaman nilai-nilai yang menjunjung disiplin, baik yang ditanamkan
oleh orang tua, guru atau pun masyarakat; merupakan bekal positif bagi tumbuh dan
berkembangnya disiplin diri.
Disiplin diri sangat besar perannya dalam mencapai tujuan organisasi. Melalui
disiplin diri seorang karyawan selain menghargai dirinya sendiri juga menghargai
orang lain. Ketidakdisiplinan dalam satu bidang kerja, akan menghambat bidang
kerja lain.

Universitas Sumatera Utara

Dapat disimpulkan bahwa ada beberapa manfaat yang dapat dipetik jika karyawan
mempunyai disiplin diri yaitu (a) disiplin diri adalah disiplin yang diharapkan oleh
organisasi, (b) melalui disiplin diri merupkan bentuk penghargaan terhadap orang
lain, (c) penghargaan terhadap kemampuan diri.
2. Disiplin Kelompok
Kegiatan organisasi bukanlah kegiatan yang bersifat individual semata, selain disiplin
diri masih diperlukan disiplin kelompok. Disiplin kelompok akan tercapai jika disiplin
diri telah tumbuh dalam diri anggota. Artinya, kelompok akan menghasilkan
pekerjaan yang optimal jika masing-masing anggota kelompok dapat memberikan
andil yang sesuai dengan hak dan tanggungjawabnya.

1.5.2.3 Prinsip-Prinsip Disiplin
Menurut Armstrong (1991:22), prinsip-prinsip dari disiplin yaitu :
1. Pemimpin mempunyai prilaku positif
Untuk dapat menjalankan disiplin yang baik dan benar, seorang pemimpin harus dapat
menjadi role model/panutan bagi bawahannya. Oleh karena itu seorang pimpinan
harus dapat mempertahankan perilaku yang positif sesuai dengan harapan staf.
2. Penelitian yang cermat
Dampak dari tindakan indisipliner cukup serius, pimpinan harus memahami
akibatnya. Data dikumpulkan secara faktual, dapatkan informasi dari staf yang lain,
tanyakan secara pribadi rangkaian pelanggaran yang telah dilakukan, analisa, dan bila
perlu minta pendapat dari pimpinan lainnya.
3. Kesegaran
Pimpinan harus peka terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh bawahan sesegera
mungkin dan harus diatasi dengan cara yang bijaksana. Karena, bila dibiarkan

Universitas Sumatera Utara

menjadi kronis, pelaksanaan disiplin yang akan ditegakkan dapat dianggap lemah,
tidak jelas, dan akan mempengaruhi hubungan kerja dalam organisasi tersebut.
4. Lindungi kerahasiaan (Privacy)
Tindakan indisipliner akan mempengaruhi ego staf, oleh karena itu akan lebih baik
apabila permasalahan didiskusikan secara pribadi, pada ruangan tersendiri dengan
suasana yang rileks dan tenang. Kerahasiaan harus tetap dijaga karena mungkin dapat
mempengaruhi masa depannya.
5. Fokus pada masalah
Pimpinan harus dapat melakukan penekanan pada kesalahan yang dilakukan bawahan
dan bukan pada pribadinya, kemukakan bahwa kesalahan yang dilakukan tidak dapat
dibenarkan.
6. Peraturan dijalankan secara konsisten
Peraturan dijalankan secara konsisten, tanpa pilih kasih. Setiap pegawai yang bersalah
harus dibina sehingga mereka tidak merasa dihukum dan dapat menerima sanksi yang
dilakukan secara wajar.
7. Fleksibel
Tindakan disipliner ditetapkan apabila seluruh informasi tentang pegawai telah di
analisa dan dipertimbangkan. Hal yang menjadi pertimbangan antara lain adalah
tingkat kesalahannya, prestasi pekerjaan yang lalu, tingkat kemampuannya dan
pengaruhnya terhadap organisasi.
8. Mengandung nasihat
Jelaskan secara bijaksana bahwa pelanggaran yang dilakukan tidak dapat diterima.
File pegawai yang berisi catatan khusus dapat digunakan sebagai acuan, sehingga
mereka dapat memahami.

Universitas Sumatera Utara

9. Tindakan konstruktif
Pimpinan harus yakin bahwa bawahan telah memahami perilakunya bertentangan
dengan tujuan organisasi dan jelaskan kembali pentingnya peraturan untuk staf
maupun organisasi. Upayakan agar staf dapat merubah perilakunya sehingga tindakan
indisipliner tidak terulang lagi.
10. Evaluasi (Follow Up)
Pimpinan harus secara cermat mengawasi dan menetapkan apakah perilaku bawahan
sudah berubah. Apabila perilaku bawahan tidak berubah, pimpinan harus melihat
kembali penyebabnya dan mengevaluasi kembali batasan akhir tindakan indisipliner.

1.5.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kedisiplinan
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tegak tidaknya suatu disiplin kerja dalam
suatu organisasi. Menurut Saydam (1996:202), faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin
yaitu:
1. Besar kecilnya pemberian kompensasi.
2. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam organisasi.
3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan.
4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan.
5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan.
6. Ada tidaknya perhatian kepada para anggota.
7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.

Universitas Sumatera Utara

1.5.2.5 Tingkat dan Jenis Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil
Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Pasal 7 memuat tingkat dan
jenis hukuman disiplin, yaitu :
I. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:
a) Hukuman disiplin ringan;
b) Hukuman disiplin sedang; dan
c) Hukuman disiplin berat.
II. Jenis hukuman disiplin
1. Hukuman disiplin ringan terdiri dari:
a) Teguran lisan;
b) Teguran tertulis; dan
c) Pernyataan tidak puas secara tertulis.
2. Hukuman disiplin sedang terdiri dari:
a) Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
b) Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun; dan
c) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.
3. Hukuman disiplin berat terdiri dari:
a) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;
b) Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;
c) Pembebasan dari jabatan;
d) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai pegawai
negeri sipil; dan
e) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai pegawai negeri sipil.

Universitas Sumatera Utara

1.5.3 Pegawai Negeri Sipil
1.5.3.1 Pengertian Pegawai Negeri Sipil
Di dalam masyarakat yang selalu berkembang, manusia senantiasa mempunyai
kedudukan yang makin penting, meskipun negara Indonesia menuju kepada masyarakat yang
berorientasi kerja, yang memandang kerja adalah sesuatu yang mulia, tidaklah berarti
mengabaikan manusia yang melaksanakan kerja tersebut. Demikian juga halnya dalam suatu
organisasi, unsur manusia sangat menentukan sekali karena berjalan tidaknya suatu
organisasi kearah pencapaian tujuan yang ditentukan tergantung kepada kemampuan manusia
untuk menggerakkan organisasi tersebut ke arah yang telah ditetapkan.
Widjaja (2006:113) berpendapat bahwa, “Pegawai adalah merupakan tenaga kerja
manusia jasmaniah maupun rohaniah (mental dan pikiran) yang senantiasa dibutuhkan dan
oleh karena itu menjadi salah satu modal pokok dalam usaha kerja sama untuk mencapai
tujuan tertentu (organisasi). Pegawai adalah orang-orang yang dikerjakan dalam suatu badan
tertentu, baik di lembaga-lembaga pemerintah maupun dalam badan-badan usaha.
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa pegawai merupakan modal pokok dalam
suatu organisasi, baik itu organisasi pemerintah maupun organisasi swasta. Dikatakan bahwa
pegawai merupakan modal pokok dalam suatu organisasi karena berhasil tidaknya suatu
organisasi dalam mencapai tujuannya tergantung pada pegawai yang memimpin dalam
melaksanakan tugas-tugas yang ada dalam organisasi tersebut.
Pegawai yang telah memberikan tenaga maupun pikirannya dalam melaksanakan
tugas ataupun pekerjaan, baik itu organisasi pemerintah maupun organisasi swasta akan
mendapat imbalan sebagai balas jasa atas pekerjaan yang telah dikerjakan. Menurut Undang-

Universitas Sumatera Utara

Undang Pokok Kepegawaian No.43 Tahun 1999 Tentang Perubahan UU No.8 Tahun1974
Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, pengertian pegawai negeri sipil yaitu:

1. Pegawai negeri adalah unsur aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat yang
dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
negara dan pemerintah, menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan.
2. Pegawai negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang
berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara
lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan perundang-undangan dan
digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.5.3.2 Jenis-Jenis Pegawai Negeri Sipil
Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian,
yang menjelaskan Pegawai Negeri terdiri dari:
1. Pegawai Negeri Sipil
2. Anggota Tentara Nasional Indonesia
3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

Universitas Sumatera Utara

Kemudian dari penjelasan tentang pegawai negeri sipil terdiri dari:
1. Pegawai negeri sipil pusat
Pegawai negeri sipil pusat adalah pegawau yang bekerja sama pada departemen,
lembaga pemerintah non departemen, kesekretariatan, lembaga tertinggi/tinggi
negara, instansi vertikal di daerah-daerah dan kepaniteraan pengadilan, dan juga
bekerja pada perusahaan jawatan misalnya perusahaan jawatan kereta api, pegadaian
dan lain-lain.
Pegawai yang

diperbantukan atau dipekerjakan pada Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Kabupaten/Kota, juga pegawai yang berdasarkan suatu peraturan
perundang-undangan dan diperbantukan atau dipekerjakan pada badan lain seperti
perusahaan umum, yayasan dan lainnya serta yang menyelenggarakan tugas negara
lainnya, misalnya hakim pada pengadilan negeri/pengadilan tinggi dan lain-lain.
2. Pegawai negeri sipil daerah
Pegawai Negeri Sipil daerah diangkat dan bekerja pada Pemerintahan Daerah Otonom
baik pada Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
3. Pegawai negeri sipil lain yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah
Masih dimungkinkan adanya pegawai negeri sipil lainnya yang akan ditetapkan
dengan peraturan pemerintah, misalnya kepala-kepala kelurahan dan pegawai negeri
di kantor sesuai dengan UU No.43 Tahun 1999 Tentang Perubahan Atas UndangUndang No.8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Universitas Sumatera Utara

1.5.3.3 Kewajiban Pegawai Negeri Sipil
Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 pasal 3
tentang disiplin pegawai negeri sipil ada beberapa kewajiban yang harus dipatuhi oleh
pegawai negeri sipil, hal yang paling berkaitan dengan disiplin kerja pegawai yaitu menaati
segala ketentuan peraturan perundang-undangan, melaksanakan tugas kedinasan yang
dipercayakan kepada pegawai negeri sipil dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan
tanggung jawab. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan
negara. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja, mencapai sasaran kerja pegawai yang
ditetapkan, memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.
Kewajiban pegawai negeri sipil tersebut telah menunjukan bahwa dalam
melaksanakan tugasnya pegwai negeri sipil dapat mencapai efisiensi dan efektivitas dalam
melayani masyarakat apabila dilaksanakan dengan baik dan maksimal sehingga disiplin
tersebut dapat terus menjadi alat untuk meningkatkan peran pegawai negeri sipil tersebut
dalam mencapai efektivitas pelayanan publik.

1.5.3.4 Larangan Pegawai Negeri Sipil
Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2010 pasal 4
ada beberapa larangan yang harus diperhatikan oleh pegawai negeri sipil dalam
melaksanakan tugas dan yang paling berkaitan dengan disiplin kerja pegawai untuk mencapai
efektivitas pelayanan publik adalah tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja
untuk negara lain dan/atau lembaga atau organisasi internasional, bekerja pada perusahaan
asing, konsultan asing, atau lembaga swadaya masyarakat asing, melakukan suatu tindakan
atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu
pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani, menghalangi

Universitas Sumatera Utara

berjalannya tugas kedinasan, menajdi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi
dan/atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain.

1.5.4 Pelayanan Publik
1.5.4.1 Pengertian Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan
oleh instansi pemerintah pusat, di daerah dan lingkungan badan usaha milik negara atau
daerah dalam, barang atau jasa baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
maupun dalam rangka pelaksanaan ketertiban-ketertiban (Robert, 1996:30).
Menurut Widodo (2001:131), Pelayanan publik adalah pemberian layanan (melayani)
keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi tersebut
sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang tekah ditetapkan.
Dari definisi diatas bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk kegiatan pelayanan
umum yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat, di daerah dan lingkungan badan
usaha milik negara atau daerah dalam, dan melayani keperluan orang atau masyarakat yang
mempunyai kepentingan pada organisasi tersebut sesuai dengan aturan pokok dan tata cara
yang telah ditetapakan.

1.5.4.2 Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik
Menurut Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 63 tahun 2003
prinsip-prinsip pelayanan publik adalah sebagai berikut:
1. Kesederhanaan
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah
dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara

2. Kejelasan
a) Persyaratan teknis dan administrative pelayanan publik.
b) Unit kerja /pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam memberikan
pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan /sengketa dalam pelaksanaan
pelayanan publik.
c) Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.
3. Kepastian Waktu
Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah
ditentukan.
4. Akurasi
Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.
5. Keamanan
Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian
hukum.
6. Tanggung Jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk
bertanggungjawab

atas

penyelenggaraan

pelayanan

dan

penyelesaian

keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana
Tersedianya sarana & prasarana kerja yang memadai.
8. Kemudahan Akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh
masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.

Universitas Sumatera Utara

9. Kedisiplinan, Kesopnan dan Keramahan
Pemberi pelayanan harus disiplin, sopan an santun, ramah, serta memberikan
pelayanan dengan ikhlas.
10. Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang
nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan
fasilitas pendukung pelayanan seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

1.5.5 Implementasi Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil Dalam Meningkatkan
Pelayanan Publik
Dalam suatu organisasi, disiplin kerja sangat penting dalam suatu pekerjaan yang
dikerjakan oleh para pegawai terutama dalam meningkatkan pelayanan yang diberikan
kepada orang-orang yang membutuhkan pelayanan dari organisasi atau kantor terutama di
kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi.
Berbagai upaya telah dilakukan di bidang kepegawaian, untuk membenahi dan
meningkatkan kualitas kinerja birokrasi pemerintahan. Namun demikian, harapan reformasi
birokrasi dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa di bidang
kepegawaian, ternyata belum mencapai hasil sesuai sasaran dan tuntutan yang diinginkan.
Untuk mendukung pemerintahan yang baik yang paling utama harus dibenahi dari
awal adalah dengan penegakan disiplin kerja, dimana disiplin kerja digunakan untuk
memotivasi pegawai agar dapat mendisiplinkan diri dalam melaksanakan pekerjaan baik
secara perorangan maupun kelompok. Disamping itu disiplin bermanfaat mendidik pegawai
untuk mematuhi dan menyenangi peraturan, prosedur maupun kebijakan yang ada sehingga
dapat menghasilkan kinerja yang baik.

Universitas Sumatera Utara

Kurangnya pengatahuan tentang peraturan, prosedur, dan kebijakan yang ada
merupakan penyebab terbanyak tindakan indisipliner. Salah satu upaya untuk mengatasi hal
tersebut pihak pimpinan sebaiknya memberikan orientasi, pimpinan harus menjelaskan secara
rinci peraturan-peraturan yang sering dilanggar, berikut rasional dan konsekuensinya.
Demikian pula peraturan, prosedur, dan kebijakan yang mengalami perubahan atau
diperbaharui sebaiknya diinformasikan kepada staff melalui diskusi aktif.
Menurut Widjaja (2006:156), pelaksanaan disiplin pegawai sangat penting
peranannya dalam pengelohan departemen

secara keseluruhan.

Berhasil tidaknya

pembangunan di bidang pendidikan sebagian besar ditentukan oleh tingkat disiplin
pegawainya. Maka disiplin pegawai, makin berhasil pula dalam mengemban misinya.
Widjaja (2006:156) juga mengatakan bahwa disiplin itu mutlak diperlukan untuk
membuat segala urusan dapat berjalan lancar. Aturan-aturan disiplin harus diketahui,
dipahami, diingat dan ditaati oleh setiap anggota organisasi untuk mensukseskan operasioperasi yang harus dijalankan setiap organisasi. Tidak satupun organisasi atau badan usaha
yang dapat berkembang jika tidak ada disiplin. Organisasi dalam penelitian ini adalah
organisasi pemerintah yang melaksanakan tugas-tugas negara.
Dari uraian tersebut terlihat arti penting dari disiplin kerja bagi pencapaian pelayanan
publik yang maksimal. Oleh karena itu pegawai kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan
Pelatihan dituntut harus punya disiplin kerja yang baik agar tugas-tugas pemerintah yang
menjadi kewajibannya dapat terselesaikan dengan baik. Karena tugas yang diemban oelh para
pegawai harus punya disiplin tinggi sehingga dapat memberikan pelayanan yang efektif atau
berdaya guna bagi pegawai lain yang ingin berurusan di kantor tersebut. Disiplin yang baik
juga terlaksananya tugas-tugas yang harus dilakukan oleh para pegawai sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan secara bersama-sama den sesuai dengan tugas dan fungsi dari para

Universitas Sumatera Utara

pegawai yang bekerja di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing
Tinggi.
1.6 Definisi Konsep
Menurut Singarimbun (1995:33), konsep merupakan istilah dan definisi yang
digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau
individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah untuk memudahkan
pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variabel yang diteliti.
Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh
pelaksana kebijakan dengan harapan akan memperoleh suatu hasil yang sesuai dengan
tujuan atau sasaran dari suatu kebijakan itu sendiri.
2. Disiplin Kerja
Disiplin kerja adalah sikap atau tingkah laku yang menunjukkan kesetiaan dan
ketaatan seseorang atau sekelompok orang terhadap peratutan yang telah ditetapkan
oleh instansi atau organisasinya, baik yang tertulis maupun tidak tertulis sehingga
diharapkan pekerjaan yang dilakukan efektif dan efisien.
3. Pegawai Negeri Sipil
Pegawai negeri sipil adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh pejabat
yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas
negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan suatu perundang-undangan dan digaji
menurut peraturan yang berlaku.

Universitas Sumatera Utara

4. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan yang diberikan kepada orang-orang
yang berkepentingan yang berhak mendapatkan pelayanan dimana dilaksanakan oleh
para instansi pemerintah secara maksimal.
5. Implementasi disiplin kerja pegawai negeri sipil dalam meningkatkan pelayanan
publik di kantor Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kota Tebing Tinggi
adalah model implementasi kebijakan George Edward. Yaitu terdiri dari :
a) Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi dari komunikator kepada
komunikan. Sementara itu, komunikasi kebijakan berarti proses penyampaian
informasi kebijakan dari pembuat kebijakan kepada pelaksana kebijakan.
b) Sumber Daya (resources): merupakan segala sumber yang dapat digunakan untuk
mendukung keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya ini mencakup
sumber daya manusia, anggaran, fasilitas, informasi dan kewenangan.
c) Disposisi (disposisition) merupakan sikap penerimaan atau penolakan dari agen
pelaksana kebijakan yang sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
implementasi kebijakan publik.
d) Struktur Birokrasi (bureucratis structure) adalah susunan atau hubungan tiap
bagian baik dari posisi maupun tugas yang ada dalam birokrasi itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara