Faktor-faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Ubi Kayu (Manihot esculanta) (Studi Kasus : Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka
Ubi kayu adalah/singkong yang juga disebut Kaspe, dalam bahasa Latin disebut
Manihot Esculenta Crantz, merupakan tanaman yang banyak yang mengandung
karbohidrat. Oleh karena itu singkong dapat digunakan sebagai sumber
karbohidrat di samping beras, selain dapat pula digunakan untuk keperluan bahan
baku industri seperti: tepung tapioka, pelet, gaplek, gula pasir, protein sel tunggal,
dan asam sitrat (Rismayani, 2007).
Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang berasal
dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu
berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyeberannya hampir ke
seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India, dan Tiongkok. Ubi kayu
berkembang di negara-negara yang terkenal dengan wilayah pertaniannya
( Purwono, 2009 ).
Singkong merupakan tanaman multiguna yang dapat digunakan untuk memenuhi
kehidupan sehari-hari, makanan ternak, dan sebagai bahan baku berbagai macam
industri. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan singkong di dalam negeri,
Indonesia masih kekurangan sekitar 5 juta ton pertahun. Oleh karenanya,
Departemen Pertanian melakukan pengembangan dengan cara : mendatangkan

tanaman singkong dari negara lain; membuka areal penanaman singkong
diseluruh provinsi di Jawa dan luar Jawa; dan mengembangkan sistem budidaya
yang dapat melipatgandakan hasil panen (Suprapti, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Rismayani (2007), Perlu diketahui bahwa meskipun singkong
diperkirakan berasal dari Brazilia, namun dapat tumbuh dan popular di Indonesia.
Karena tanaman ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan tanaman
lainnya karena:
a.

Singkong dapat tumbuh pada lahan kering dan kurang subur.

b.

Daya tahan terhadap penyakit umumnya relatif tinggi.

c.


Masa panennya tidak diburu waktu, sehingga dapat diolah menjadi beragam
makanan utama maupun makanan ringan.

d.

Selain itu singkong adalah penghasil kalori yang efisien. Artinya tanaman
singkong mempunyai kemampuan dalam menghasilkan kalori yang
produktif dan efisien di daerah tropis.

Menurut Suprapti (2005), Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman
singkong diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae (Tumbuh-tumbuhan)

Divisio

: Spermatophyta (Tumbuhan Berbiji)

Subdivisio


: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae (biji berkeping dua)

Ordo

: Euphorbiales

Famili

: Euphorbiaceae

Genus

: Manihot

Species


: Manihot esculenta crantz

Ubi kayu mempunyai tinggi batang hingga mencapai 3 meter atau lebih
dengan warna batang yang bervariasi, tergantung kulit luar, tetapi batang yang
masih muda pada umumnya berwarna hijau dan setelah tua berubah menjadi
keputih-putihan, kelabu, hijau kelabu, atau coklat kelabu. Empelur batang

Universitas Sumatera Utara

berwarna putih, lunak, dan strukturnya empuk seperti gabus. Daun ubi kayu
memiliki susunan berurat menjari dengan canggap 5 - 9 helai.
Menurut Purnomo dan Purnawati (2010), potensi hasil ubi kayu ditentukan
oleh sifat dari bagian tanaman di atas tanah. Percepatan perkembangan ubi
kayu ditentukan oleh sifat genetis dan faktor lingkungan.
yang

bermutu

tinggi


dan

sehat

merupakan

Penggunaan bibit

syarat

utama

untuk

mempertahankan populasi tanaman per satuan luas dan hasil yang tinggi.
Batang ubi kayu yang memenuhi persyaratan sebagai bibit adalah batang yang
sudah berumur 7 sampai 12 bulan dengan diameter 2–4 cm.
Pengembangbiakan ubi kayu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
biji dan stek, namun pada umumnya ubi kayu ditanam dalam bentuk stek.

Penanaman dalam bentuk biji hanya diperlukan untuk pemuliaan tanaman.
Bagian batang yang baik untuk ditanam sebagai bibit adalah batang yang
sudah berkayu, berumur 7 – 15 bulan, diambil 1 – 3 meter batang untuk stek
dengan panjang stek kurang lebih 25 cm.
Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ketela pohon antara 1.500-2.500
mm/tahun. Kelembapan udara optimal untuk tanaman ketela pohon antara 6065%. Suhu udara minimal bagi tumbuhannya ketela pohon sekitar 10ºC. Jika
suhunya 10ºC, pertumbuhan tanaman akan sedikit terhambat. Selain itu, tanaman
menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang empurna. Sinar matahari
yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon sekitar 10 jam/hari, terutama untuk
kesuburan daun dan perkembangan umbinya (Purwono dan Purnamawati, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon adalah tanah yang berstruktur
remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik.
Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih
mudah tersedia, dan mudah diolah. Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela
pohon adalah aluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol, dan
andosol.
Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar

antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah
(asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga sering kali dikatakan cukup netral bagi
suburnya tanaman ketela pohon.
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10700m dpl, sedangkan toleransinya antara 10-1.500m dpl. Jenis ketela pohon
tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh
optimal
2.2. Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Usahatani
Menurut Rahim dan Hastuti (2007) pengertian ilmu usahatani adalah ilmu yang
mempelajari tentang cara petani mengelola input produksi (tanah, tenaga kerja,
modal, teknologi, pupuk, benih dan pestisida) dengan efektif dan efisien, dan
kontinyu untuk menghasilkan produksi yang tinggi sehingga pendapatan usahatani
nya meningkat.
Menurut Hernanto (1991) mendefenisikan usahatani sebagai organisasi alam,
tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian.

Universitas Sumatera Utara

Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh
seorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial, baik yang terikat genologis,

politis, maupun territorial sebagai pengelolanya. Sedangkan menurut Makeham
dan Malcolm (1991), usahatani (farm management) adalah cara bagaimana
mengelola kegiatan – kegiatan pertanian.
2.2.2 Faktor Produksi
Produksi adalah proses kombinasi dan koordinasi material-material dan kekuatankekuatan (input, faktor, sumberdaya atau jasa-jasa produksi) dalam pembuatan
suatu barang atau jasa (output atau produksi). Produksi dapat diidentifikasi
sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan
beberapa masukan (input). Dengan demikian, kegiatan produksi tersebut adalah
mengkombinasikan berbagai input untuk menghasilkan output dan setiap variabel
input dan output mempunyai nilai yang positif (Agung dkk, 2008).
Yang termasuk faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada
tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik.
Diberbagai literatur, faktor produksi ini dikenal pula dengan istilah sarana
produksi, input, production factor, dan korbanan produksi. Faktor produksi sangat
menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman
menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, bibit, tenaga kerja, pupuk dan
pestisida adalah faktor produksi yang terpenting (Soekartawi, 1994).

Universitas Sumatera Utara


2.2.3

Faktor Sosial Ekonomi

a. Luas Lahan
Tingkat luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat
petani, semakin luas areal menggambarkan semakin tinggi produksi dan
pendapatan yang diterima.
Lahan sebagai salah satu faktor yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang
mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya
produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang
digunakan.
b.

Usia dan Pendidikan

umur dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh bagi petani dalam mengambil
keputusan. Umur muda dan tingkat pendidikan yang tinggi memungkinkan petani
lebih dinamis dan lebih dapat menerima inovasi baru. Dengan kondisi tersebut
petani mampu mengelola usahatani seoptimal mungkin dengan curahan tenaga

fisik yang tersedia.
c. Pengalaman Bertani
Orang perlu belajar untuk membuat perkiraan realistis mengenai pekerjaan apa
saja yang dapat atau tidak dapat dikerjakannya. Orang akan mempelajarinya dari
pengalaman mengerjakan pekerjaan yang sama atau serupa pada masa lalu dan
tafsiran mereka mengenai pengalaman tersebut. Belajar dengan cara mengamati
pengalaman petani ini juga sangat penting karena merupakan cara yang lebih jauh
untuk mengambil keputusan dari pada mengelola sendiri semua informasi yang
ada.

Universitas Sumatera Utara

d. Harga
Harga dapat berpengaruh bagi petani dalam mengambil keputusan dalam
berusahatani. Harga yang diterima petani adalah rata-rata harga produsen dari
hasil produksi petani sebelum ditambahkan biaya transportasi atau pengangkutan
dan biaya pengepakan ke dalam harga penjualannya atau disebut Farm Gate
(harga disawah/ladang setelah pemetikan). Harga jual suatu komoditi pertanian
mempengaruhi pendapatan yang diterima petani.
e. Produksi

Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna
suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam
memenuhi kebutuhan. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia
untuk mencapai kemakmuran. Manusia selalu berusaha untuk produksi melakuan
kegiatan produksi berbagai macam barang dan jasa. Penciptaan dan pengolahan
benda menjadi lebih berguna untuk memenuhi kebutuhan manusia memerlukan
usaha atau produksi, dengan mencurahkan bahan dasar, tenaga, pikiran, waktu,
peralatan, uang dan keahlian yang kesemuanya disebut faktor-faktor produksi atau
sumber daya produksi.
f.

Jenis ubi yang ditanam

Bibit merupakan awal berlangsungnya kegiatan usahatani Ubi Kayu. Kualitas
bibit yang digunakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya pendapatan yang diperoleh. Semakin bagus bibit yang digunakan
semakin besar pula peluang untuk menghasilkan produksi yang lebih banyak.
Maka pendapatan yang diperoleh petani pun akan meningkat. Pendapatan petani

Universitas Sumatera Utara

akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan petani. Semakin tinggi
pendapatan petani maka akan semakin sejahtera juga petani, demikian pula
sebaliknya.
2.2.4 Analisis Kelayakan Usaha
Studi kelayakan adalah studi atau penelitian dalam rangka untuk menilai layak
tidaknya investasi yang akan dilakukan dengan berhasil dan menguntungkan
secara ekonomis. Investasi atau penanaman modal dalam suatu perusahaan tidak
lain adalah menyangkut penggunaan sumber-sumber yang diharapkan akan
memberikan imbalan (pengembalian) yang menguntungkan dimasa yang akan
mendatang. Apapun bentuk investasi yang akan dilakukan diperlukan studi
kelayakan meskipun intensitasnya berbeda. Adapun manfaat yang diharapkan
dilakukannya studi kelayakan proyek adalah memberikan masukan informasi
kepada decision maker dalam rangka untuk memutuskan dan menilai alternatif
proyek investasi yang akan dilakukan (Suratman, 2001).
2.2.5 Teori Pendapatan Usahatani
Menurut soekartawi (1995), pendapatan usahatani adalah selisih antara
penerimaan dan semua biaya. Jadi, secara matematis cara menghitung pendapatan
usahatani pada sistem monokultur adalah:

Pd = TR – TC
Keterangan:
Pd

= Pendapatan Usahatani

TR

= Total Penerimaan

TC

= Total Biaya

Universitas Sumatera Utara

Pendapatan keluarga petani adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan
usahatani ditambah dengan pendapatan rumah tangga yang berasal dari dari luar
usahatani. Pendapatan keluarga diharapkan mencerminkan tingkat kekayaan dan
besarnya modal yang dimiliki petani. Pendapatan yang besar mencerminkan
tersediannya dana yang cukup dalam usahatani. Rendahnya pendapatan
menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal.
2.3 Penelitian Terdahulu
Pada penelitian yang dilakukan oleh Tota Totor Naibaho (2012) dengan judul
“Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Petani Terhadap Produksi Usahatani Sawi”
diperoleh kesimpulan berdasarkan Uji Serempak variabel umur petani, tingkat
pendidikan, lama berusahatani, biaya tenaga kerja, jumlah tanggungan keluarga,
luas usahatani, dan modal berpengaruh nyata terhadap produksi sawi. Beberapa
kendala yang dihadapi petani sawi dalam upaya pengembangan budidaya sawi
diantaranya hama dan penyakit tanaman, harga jual yang tidak stabil bahkan
dalam waktu yang relatif singkat harga dapat berubah, kurangnya modal dan
pembagian pupuk bersubsidi yang tidak adil.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Lailan Syafina (2014) dengan judul “Faktorfaktor Yang Mempengaruhi Produksi Ubi Kayu” diperoleh kesimpulan luas lahan,
tenaga kerja, bibit, pupuk urea dan pupuk posca secara serempak berpengaruh
positif dan nyata terhadap jumlah produksi ubi kayu. Luas lahan, dan bibit secara
parsial berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi ubi kayu. Sedangkan
tenaga kerja, pupuk urea dan pupuk posca tidak berpengaruh nyata terhadap
produksi ubi kayu.

Universitas Sumatera Utara

2.4 Kerangka Pemikiran
Petani adalah individu-individu yang mata pencahariannya berasal dari sektor
pertanian. Setiap petani memiliki karakteritik yang berbeda dengan yang lain.
Perbedaan karakteritik ini dapat menimbulkan perbedaan dalam berusahatani baik
dari segi produksi, pendapatan yang diperoleh petani dari usahataninya serta
pendapatan keluarga petani (family income).
Dalam melakukan usahatani ubi kayu dibutuhkan berbagai faktor-faktor produksi
(input) yang dapat meningkatkan produksi ubi kayu (output). Faktor-faktor
produksi tersebut adalah luas lahan, tenaga kerja, pupuk, pestisida, cara budidaya,
dimana faktor-faktor produksi terebut menjadi biaya dalam usahatani ubi kayu.
Peningkatan produktivitas juga dibutuhkan agar dapat meningkatkan produksi ubi
kayu sehingga dapat memenuhi kebutuhan permintaan masyarakat.
Adapun beberapa faktor sosial ekonomi petani yang mempengaruhi usahatani ubi
kayu, diantaranya adalah usia petani, pendidikan petani, pengalaman bertani,
harga, produksi serta jenis ubi yang ditanam yang mempengaruhi minat petani
dalam berusahatani ubi kayu
Dari usahatani ubi kayu diperoleh produksi ubi kayu dengan biaya produksi
seminimal mungkin dan memperoleh hasil yang semaksimal sehingga penerimaan
petani juga besar. Penerimaan petani juga dipengaruhi oleh harga jual ubi kayu,
semakin tinggi harga ubi kayu maka penerimaan petani juga semakin tinggi.
Untuk mengetahui faktor-faktor sosial ekonomi terhadap produksi dan pendapatan
petani ubi kayu didaerah penelitian, maka perlu dilakukan penelitian ilmiah.

Universitas Sumatera Utara

Adapun skema kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat dari gambar
skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

MASALAH

Faktor Produksi:
• Lahan
• Tenaga kerja
• Modal
• Manajemen

Faktor Sosial
Ekonomi:

PETANI

• Luas lahan
• Usia
• Pendidikan
• Pengalaman bertani
• Harga
• Produktivitas
• Jenis ubi

USAHATANI
UBI KAYU

PRODUKSI

PENERIMAAN

PENDAPATAN

Gambar. 1 Skema Kerangka Pemikiran
Keterangan:

= Alur
= Pengaruh

Universitas Sumatera Utara

2.5 Hipotesis
Berdasarkan uraian identifikasi masalah dan landasan teori, maka hipotesis
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Pendapatan ubi kayu didaerah penelitian rendah.

2.

Luas lahan, pendidikan, usia, pengalaman bertani, harga, produktivitas serta
jenis ubi yang ditanam berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani ubi
kayu di daerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara