Skrining Fitokimia dan Uji aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Serta Fraksi Dari Daun Sijukkot (Lactuca indica L.)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan
Sijukkot termasuk jenis tumbuhan dari sukuCompositae, dengan nama
daerah: sijukkot (Batak);daun puning (melayu); sawi ram, lampeus, tongo
(Sunda); kuban kayu rana, sawi rana, tempuh wiyang, sawi belanda (Jawa)
(Zuhud, 2013).
Tumbuhan ini tumbuh pada ketinggian800 - 2000 m dari permukaan
laut,penyebarannya meliputi Jawa dan Sumatera.
2.1.1 Sistematika tumbuhan
Sistematika tumbuhan sijukkot adalah sebagai berikut (LIPI, 2005):
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Angiospermae

Kelas


: Dicotyledoneae

Ordo

: Asterales

Famili

: Compositae

Genus

: Lactuca L

Spesies

:Lactuca indica L.

2.1.2 Morfologi tumbuhan

Sijukkot (Lactuca indica) merupakan terna menahun, tegak, dengan tinggi
1-2,5 m, batang bulat, licin, dan berwarna hijau keunguan. Daun tunggal, pada
waktu muda, roset batang, berseling, setelah masuk fase produksi berbulu dan
berhenti, kecuali daun-daun yang tumbuh disusun bunga yang selesai tereduksi,

5
Universitas Sumatera Utara

bentuk lanset, ujung meruncing pangkal running, tepi bergerigi panjang 5-35 cm
dan lebar 1-10 cm, pertulangan menyirip, menonjol di bawah, permukaan licin
dan berwarna hijau pucat dengan ungu. Bunga majemuk terletak secara terminal,
bentuk tandu berganda, panjang tangkai 1 cm, tertutup, berbentuk segitiga
berwarna hijau, kelopak (berbagi 3, ujung lepas berbagi 8, ujung runcing, panjang
3-13 cm dan perhiasan bunga lengkap) benang sari dan putik banyak serta
berwarna kuning tua, mahkota (lepas, bentuk sudip pangkal runcing, ujung rata,
bergerigi, panjang 1-1,5 cm dan berwarna kuning muda). Buah lonjong, pipih
keras dan berwarna hitam. Biji kecil, halus dan berwarna putih. Akar masif, tidak
rata dan bewarna putih kotor (Zuhud, 2013).
2.1.3 Kandungan kimia tumbuhan
Sijukkot kaya akansaponin, kardenolin dan polifenol (Hariana, 2006).

2.1.4 Kegunaan tumbuhan
Sijukkot merupakan lalapan utama raja Sisingamangaraja XII saat perang
gerilya melawan Belanda yang diyakini warga sebagai tumbuhan yang memiliki
banyak khasiat, di antaranya sebagai penambah nafsu makan, memperlancar
pencernaan, menambah stamina, mengobati penyakit gondok (kreatin), mengobati
sakit lambung (maag), menurunkan kolesterol, kadar gula darah dan risiko
serangan kanker (Ikhwan, 2007).

2.2 Uraian Golongan Senyawa Kimia Sijukkot
Senyawa kimia yang terdapat pada sijukkot meliputi flavonoid, glikosida,
triterpenoid/steroid dan saponin.

6
Universitas Sumatera Utara

2.2.1 Flavonoid
Flavonoid mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya mempunyai
struktur C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan oleh tiga atom
karbon yang merupakan rantai alifatik. Menurut perkiraan, kira-kira 2% dari
seluruh karbon yang difotosintesis oleh tumbuhan diubah menjadi flavonoid atau

senyawa yang berkaitan erat dengannya. Sebagian besar tanin berasal dari
flavonoid sehingga merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar
(Markham, 1988).
Flavonoid mencakup banyak pigmen dan terdapat pada seluruh dunia
tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae. Flavonoid mempunyai banyak
fungsi dalam tubuh tumbuhan. Beberapa fungsi utamanya adalah untuk tumbuhan
yaitu pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus
dan anti serangga (Robinson, 1995).
2.2.2Glikosida
Glikosida adalah suatu senyawa yang jika dihidrolisis akan menghasilkan
bagian gula yang disebut glikon dan bagian bukan gula disebut aglikon. Gula yang
dihasilkan biasanya adalah glukosa, ramnosa, dan lain-lain. Jika bagian gulanya
adalah glukosa maka disebut glukosida, sedangkan jika bagian gulanya selain
glukosa disebut glikosida.Berdasarkan hubungan ikatan antara glikon dan
aglikonnya, glikosida dibagi (Robinson, 1995):
a. O-glikosida, yaitu senyawa glikosida yang ikatan antara glikon dan aglikonnya
dihubungkan oleh atom O. Contoh: Salisin.
b. S-glikosida, yaitu senyawa glikosida yang ikatan antara glikon dan aglikonnya
dihubungkan oleh atom S. Contoh: Sinigrin.


7
Universitas Sumatera Utara

c. N-glikosida, yaitu senyawa glikosida yang ikatan antara glikon dan aglikonnya
dihubungkan oleh atom N. Contoh: Adenosine.
d. C-glikosida, yaitu senyawa glikosida yang memiliki ikatan antara glikon dan
aglikonnya dihubungkan oleh atom C. Contoh: Barbaloin.
2.2.3Tanin
Tanin terdapat luas pada tumbuhan berpembuluh. Tanin dapat bereaksi
dengan protein membentuk kopolimer yang tak larut dalam air. Sebagian besar
tumbuhan banyak mengandung tanin rasanya sepat. Salah satu fungsi tanin dalam
tumbuhan ialah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan (Robinson, 1995).
Berdasarkan identitas inti fenolit dan cara pembentukannya, tanin dibagi
menjadi tiga yaitu tanin yang terhidrolisis, tanin yang terkondensasi dan tanin
kompleks (Trease dan Evans, 1983).
a. Tanin terhidrolisis (hydrosable tannin)
Tanin jenis ini biasanya berikatan pada karbohidrat dengan membentuk
jembatan oksigen dan dapat dihidrolisis menggunakan asam sulfat atau asam
klorida ataupun dengan enzim. Prekursor pembentukan tanin ini adalah asam
fenolit (asam galat, asam elagit), residu glukosa, serta antara asam fenolit dan

glukosa ada ikatan ester.
b. Tanin terkondensasi (condesed tannins)
Tanin terkondensasi biasanya tidak dapat dihidrolisis, tetapi terkondensasi
menghasilkan asam klorida. Tanin jenis ini kebanyakan terdiri dari polimer
flavanoida yang merupakan senyawa fenol. Nama lain dari tanin ini adalah
Proanthocyanidin yang merupakan polimer dari flavanoida yang dihubungkan

8
Universitas Sumatera Utara

melalui C8 dengan C4. Prekursor pembentukan tanin ini adalah flavanoida,
catechin, flavonol-3-4-diol.
c. Tanin kompleks (complex tannin)
Tanin kompleks merupakan campuran antara tanin terhidrolisis dan tanin
terkondensasi. Contoh tumbuhan yang mengandung tanin kompleks adalah teh,
kuercus, dan castanea. Ada dua tipe dari tanin kompleks, yaitu true tannin (berat
molekul 1000-5000) dan pseudo tannin (berat molekul kurang dari 1000).
2.2.4 Triterpenoid/steroid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isopren dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik,

yaitu skualen.Senyawa tersebut mempunyai struktur siklik yang relatif kompleks,
kebanyakan merupakan suatu alkohol, aldehid atau asam karboksilat(Harborne,
1987).
Triterpenoid merupakan senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering
kali bertitik leleh tinggi dan optis aktif, yang dibagi atas 4 kelompok senyawa
yaitu triterpen sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung. Sebagian
senyawa triterpenoid juga merupakan komponen aktif dalam tumbuhan obat, yang
berkhasiat sebagai anti diabetes, gangguan menstruasi, gangguan kulit kerusakan
hati dan malaria (Robinson, 1995).
Steroida adalah triterpen yang kerangka dasarnya sistem cincin
siklopentana perhidrofenantren. Dahulu steroid dianggap sebagai senyawa satwa
(digunakan sebagai hormon kelamin, asam empedu), tetapi pada tahun-tahun
terakhir ini makin banyak senyawa steroid yang ditemukan dalam jaringan
tumbuhan (Harborne, 1987).

9
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.1. Struktur dasar steroida dan sistem penomorannya
Menurut asalnya senyawa steroid dibagi atas:

a. Zoosterol, yaitu steroid yang berasal dari hewan, misalnya kolesterol.
b. Fitosterol, yaitu steroid yang berasal dari tumbuhan, misalnya sitosterol dan
stigmasterol.
c. Mycosterol, yaitu steroid yang berasal dari fungi, misalnya ergosterol.
d. Marinesterol, yaitu steroid yang berasal dari organisme laut, misalnya
spongesterol.
2.2.5Saponin
Saponin adalah glikosida triterpenoida dan sterol. Senyawa golongan ini
banyak terdapat pada tumbuhan tinggi, merupakan senyawa dengan rasa yang
pahit dan mampu membentuk larutan koloidal dalam air serta menghasilkan busa
jika dikocok dalam air. Saponin merupakan senyawa aktif permukaan, bersifat
seperti sabun dan dapat di uji berdasarkan kemampuannya membentuk busa.
Pembentukan busa yang mantap sewaktu mengekstraksi tumbuhan atau pada
waktu memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti terpercaya akan adanya
saponin (Harborne, 1987).

10
Universitas Sumatera Utara

2.3 Simplisia dan Ekstrak

2.3.1 Simplisia
Simplisia merupakan bahan alamiah yang digunakan sebagai obat dan
belummengalami pengolahan apapun, kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang
telah dikeringkan. Simplisia dibedakan atas simplisia nabati, simplisia hewani dan
simplisia pelikan (Depkes RI., 2000).
2.2.2 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengancara mengekstraksi
zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat baku yang telah
ditetapkan (Depkes RI., 2000).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat aktif dengan menggunakan pelarut
yang sesuai (Depkes RI., 2000). Metode ekstraksi menurutHanda, dkk (2008) ada
beberapa cara, yaitu:
1. Maserasi
Maserasi adalah suatu proses penarikan zat aktif dari simplisia dengan cara
merendam simplisia dalam sejumlah besar pelarut dalam suatu wadah tertutup dan
didiamkan minimal 3 hari pada temperatur kamardengan beberapa kali
pengadukan, lalu disaring atau pun didekantasi.
2. Infusi

Infusi adalah proses penyarian zat aktif dari simplisia dengan
menggunakan air dingin atau pun air mendidih dalam waktu yang relatif singkat.

11
Universitas Sumatera Utara

3.Digesti
Digesti adalah proses penyarian secara maserasi dengan pengadukan pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar.
4. Dekoktasi
Dekoktasi adalah proses penyarian dengan cara merebus simplisia
menggunakan pelarut air, kemudian didinginkan dan disaring. Proses ini cocok
digunakan untuk senyawa-senyawa yang larut dalam air dan tahan terhadap
pemanasan.
5. Perkolasi
Perkolasi adalah suatu cara penyarian simplisia menggunakan perkolator.
Simplisia dibasahi dengan cairan penyari lalu didiamkan selama 4 jam, kemudian
ditambahkan lagi cairan penyari dan didiamkan selama 24 jam. Outler perkolator
dibuka sehingga cairan yang terkandung di dalamnya dapat menetes perlahan
secara terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).

6. Sokletasi
Sokletasi adalah proses penyarian kontinu menggunakan alat soklet,
dimana pelarut akan terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh
membasahi sampel dan mengisi bagian tengah alat soklet. Tabung sifon juga terisi
dengan larutan ekstraksi dan ketika mencapai bagian atas tabung sifon, larutan
tersebut akan kembali ke dalam labu.

12
Universitas Sumatera Utara

2.4 Uraian Bakteri
2.4.1 Pengertian bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme yang bersel satu, berkembang biak
dengancara membelah diri, serta demikian kecilnya sehingga hanya dapat dilihat
dengan menggunakan mikroskop (Dwijoseputro, 1978).
Berdasarkan pengecatan gram, maka bakteri dapat dibedakan menjadi dua
bagian (Pratiwi, 2008) yaitu :
1. Bakteri Gram Positif, yaitu bakteri yang memberikan warna ungu saat diwarnai
dengan zat warna pertama (kristal violet) dan setelah dicuci dengan alkohol,
warna ungu tersebut akan tetap kelihatan. Kemudian ditambahkan zat warna
kedua (safranin), warna ungu pada bakteri tidak berubah.
2. Bakteri Gram Negatif, yaitu bakteri yang yang memberikan warna ungu saat
diwarnai dengan zat warna pertama (kristal violet) namun setelah dicuci
dengan alkohol, warna ungu tersebut akan hilang. Kemudian ditambahkan zat
warna kedua (safranin) akan menghasilkan warna merah.
2.4.2 Uraian Staphylococcus aureus
Staphylococcus merupakan sel Gram Positif, berbentuk bulat, biasanya
tersusun dalam rangkaian tak beraturan seperti anggur (Jawetz, et al., 2013), sel
berbentuk bola dan tersusun dalam kelompok (Ryan dan Ray, 2004).
Sistematika Staphylococcus aureusadalah sebagai berikut (Dwidjoseputro, 1978)
Divisi

: Protophyta

Kelas

: Schizomycetes

Ordo

: Eubacteriales

Famili

: Micrococcacea

13
Universitas Sumatera Utara

Genus

: Staphylococcus

Spesies

: Staphylococcus aureus

2.4.3 Uraian Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri Gram Negatif aerobik atau anaerobik
fakultatif yang habitat alaminya adalah usus besar manusia dan hewan (Jawetz, et
al., 2013), berbentuk batang, bergerak dengan flagel yang peritrik atau tidak
bergerak dan memiliki kemampuan menguraikan glukosa dan menghasilkan gas
(Dwidjoseputro, 1978). Sistematika Escherichia coli(Dwidjoseputro, 1978)
Divisi

: Protophyta

Kelas

: Schizomycetes

Ordo

: Eubacteriales

Famili

: Enterobacteriaceae

Genus

: Escherichia

Spesies

:Escherichia coli

2.4.4 UraianStreptococcus mutans
Streptococcus mutans merupakan bakteri Gram Positif, bersifat nonmotil
(tidak bergerak), bakteri anaerob fakultatif. Memiliki bentuk kokus yang sendirian
berbentuk bulat atau bulat telur dan tersusun dalam rantai. Bakteri ini tumbuh
secara optimal pada suhu sekitar 18-400C. Streptococcus mutans biasanya
ditemukan pada rongga gigi manusia yang luka menjadi bakteri yang paling
kondusif menyebabkan karies untuk email gigi (Nugraha, 2010).
SistematikaStreptococccus mutans(Nugraha, 2010)
Kingdom

: Monera

Divisi

: Firmicutes

14
Universitas Sumatera Utara

Kelas

: Bacilli

Ordo

: Lactobacilalles

Famili

: Streptococcaceae

Genus

: Streptococcus

Species

: Streptococcus mutans

2.4.5UraianPseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri Gram Negatifaerob obligat,
berkapsul, mempunyai flagella polar sehingga bakteri ini bersifat motil, berukuran
sekitar 0,6-2,0 µm.Bakteri ini tidak menghasilkan spora dan tidak dapat
menfermentasikan karbohidrat. Pada uji biokimia, bakteri ini menghasilkan
dampak positif pada uji indol, Merah Metil, dan Voges-Proskauer. Bakteri ini
secara luas dapat ditemukan di alam, contohnya di tanah, air, tanaman, dan hewan.
Pseudomonas aeruginosaadalah patogen oportunistik. Bakteri ini dapat dijumpai
pada paru-paru dan saluran kemih yang merupakan penyebab utama infeksi
pneumonianosokomial (Mayasari, 2005).
Sistematika Pseudomonas aeruginosa(Mayasari, 2005)
Kingdom

: Bacteria

Filum

: Proteobacteria

Kelas

: Gamma Proteobacteria

Ordo

: Pseudomonadales

Famili

: Pseudomonadaceae

Genus

: Pseudomonas

Spesies

: Pseudomonas aeruginosa

15
Universitas Sumatera Utara

2.4.6UraianLactobacillus acidophillus
Lactobacillus acidophilus merupakan bakteri Gram Positif berbentuk
batang yang lurus, tidak berspora, ukurannya 0,5-1µm x 1,5-5. Sel Lactobacillus
acidophilus sering berbentuk rantai. (Habibillah, 2009).
Sistematika Lactobacillus acidophillus(Habibillah, 2009)
Kingdom

: Bacteria

Divisi

: Firmicutes

Kelas

: Bacilli

Ordo

: Lactobacillales

Famili

: Lactobacillaceae

Genus

: Lactobacillus

Spesies

:Lactobacillus acidophilus

2.4.7Uraian Vibrio cholerae
Vibrio cholerae merupakan bakteriGram Negatif, berbentuk basil (batang)
bengkok seperti koma dengan ukuran 2-4 um dan bersifat motil (dapat bergerak),
bakteri ini tidak membentuk spora. Vibrio cholerae tumbuh baik pada agar
Thiosulfate-citrate-bile-sucrose (TCBS) yang menghasilkan koloni berwarna
kuning (Amelia, 2005).
SistematikaVibrio cholerae(Amelia, 2005)
Kingdom

: Bacteria

Divisi

: Proteobacteria

Kelas

: Gamma Proteobacteria

Ordo

: Vibrionales

Famili

: Vibrionaceae

16
Universitas Sumatera Utara

Genus

: Vibrio

Spesies

: Vibrio cholerae

2.5 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri
1. Nutrisi
Nutrisi digunakan untuk keperluan hidupnya, semua mahluk hidup
memerlukan bahan makanan untuk sintesis bahan sel dan mendapatkan energi.
Demikian juga dengan mikroorganisme, untuk kehidupannya membutuhkan
energi dari lingkungannya. Bahan tersebut dinamakan nutrisi atau zat gizi
(Waluyo, 2004). Semua mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai sumber
energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah karbon,
nitrogen, sulfur, zat besi dan sejumlah kecil logam-logam lainnya. Kekurangan
sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian (Gamman, 1992).
2. Temperatur
Bakteri sangat peka terhadap suhu atau temperatur dan daya tahan tubuh
bakteri tidak sama untuk semua spesies. Menurut Gamman (1992), bakteri dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan suhu pertumbuhan yang
diperlukan, seperti diantaranya:
a. Bakteri Psikrofil, yakni mikroorganisme yang dapat tumbuh baik pada suhu 020°C, dengan suhu optimumnya adalah 10-20°C. Kebanyakan golongan ini
tumbuh di tempat dingin.
b. Bakteri Mesofil, mikroorganisme yang dapat hidup dengan baik pada suhu 560°C, dan memiliki suhu pertumbuhan optimal antara 20-45°C.

17
Universitas Sumatera Utara

c. Bakteri Termofil, mikroorganisme dapat tumbuh baik pada suhu 45-80°C. Suhu
optimumnya antara 50-60°C
3. Oksigen
Oksigen dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, berdasarkan
kebutuhan oksigen, bakteri dapat dibedakan menjadi 4 kelompok antara lain:
a. Aerob yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen di dalam pertumbuhannya.
b. Anaerob

yaitu

bakteri

yang

tidak

membutuhkan

oksigen

di

dalampertumbuhannya, bahkan oksigen ini dapat menjadi racun bagi bakteri
tersebut.
c. Anaerob fakultatif yaitu bakteri yang dapat hidup tumbuh dengan atau tanpa
adanya oksigen.
d. Mikroaerofilik yaitu bakteri yang memerlukan hanya sedikit oksigen dalam
pertumbuhannya.
4. pH
Pertumbuhan bakteri juga memerlukan pH tertentu, namun umumnya
bakteri memiliki jarak pH yaitu sekitar pH 6,5-7,5 atau pada pH netral (Waluyo,
2004). Untuk tiap mikroorganisme dikenal nilai pH minimum, optimum, dan
maksimum. Atas dasar daerah, pH bagi kehidupan mikroba, dibedakan adanya 3
golongan besar (Suriawira, 2005) yaitu:
a. Mikroba yang asidofilik, yaitu yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-5,0.
b. Mikroba yang netrofilik, yaitu yang dapat tumbuh pada pH antara 5,5-8,0.
c. Mikroba yang alkalifilik, yaitu yang dapat tumbuh pada pH antara 8,7-9,5.
5. Air dan kelembaban

18
Universitas Sumatera Utara

Semua organisme membutuhkan air dalam reaksi metabolik dalam sel dan
merupakan alat pengangkut zat-zat gizi ke dalam dan ke luar sel. Jumlah air yang
terdapat dalam bahan pangan atau larutan dikenal sebagai aktivitas air (water
activity = aw), dan air murni mempunyai aw = 1,0. Jenis mikroorganisme yang
berbeda membutuhkan jumlah air yang berbeda pula dalam pertumbuhannya.
Bakteri umumnya tumbuh dan berkembang biak hanya dalam media dengan aw
tinggi (0,91), jamur membutuhkan nilai awlebih rendah (0,87-0,91).
Mikroba mempunyai nilai kelembapan optimum. Pada umumnya untuk
pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembapan yang tinggi (di atas 85%),
sedangkan untuk jamur memerlukan kelembapan yang rendah (di bawah 80%).
Bakteri merupakan mahluk yang suka akan keadaan basah, bahkan hidup di dalam
air, tetapi dalam air yang tertutup tidak dapat hidup subur, hal ini disebabkan
karena kurang udara dan jika udara kering maka bakteri akan mati (Waluyo,
2004).
6. Tekanan Osmosis
Osmosis merupakan perpindahan air melewati membran semipermiabel
karena ketidakseimbangan material terlarut dalam media. Dalam larutan hipotonik
air akan masuk ke dalam sel mikroorganisme, sedangkan dalam larutan hipertonik
air akan keluar dari dalam sel mikroorganisme sehingga membran plasma
mengkerut dan lepas dari dinding sel (plasmolisis), serta menyebabkan sel secara
metabolik tidak aktif. Mikroorganisme halofil mampu tumbuh pada lingkungan
hipertonik dengan kadar garam yang tinggi, contohnya Halobacterium halobium
(Gamman, 1992).

19
Universitas Sumatera Utara

2.6 Sterilisasi
Steril merupakan keadaan suatu zat yang terbebas dari mikroba hidup, baik
yang menimbulkan penyakit maupun tidak menimbulkan penyakit, sedangkan
sterilisasi adalah suatu proses untuk membuat ruang atau benda menjadi steril
(Syamsuni, 2006).
Peralatan yang dipergunakan dalam uji antibakteri harus dalam keadaan
steril, artinya pada peralatan tersebut tidak boleh didapatkan bakteri, baik yang
akan merusak media maupun pada proses pengujian yang sedang berlangsung
(Suriawira, 2005).
2.6.1 Sterilisasi dengan pemanasan secara kering
Pemanasan secara kering menggunakan alat yang dinamakan dengan oven,
yaitu lemari pengering dengan dinding ganda, dilengkapi dengan termometer dan
lubang tempat keluar masuknya udara, dan dipanaskan dengan gas atau listrik
(Depkes RI., 1979). Sterilisasi selain dengan oven, pemanasan secara kering bisa
dilakukan dengan pemijaran yang dilakukan dengan memakai api gas dengan
nyala api tidak berwarna atau api dari lampu spiritus. Cara ini sangat sederhana,
cepat dan menjamin sterilitas bahan atau alat yang disterilkan, tetapi
penggunaannya terbatas hanya untuk beberapa alat atau bahan saja. Biasanya alatalat yang dapat disterilkan dengan pemijaran ini antara lain benda - benda logam
(pinset, penjepit krus), tabung reaksi, mulut wadah seperti erlenmeyer, botol dan
lainnya, sedangkan mortar dan stamfer disterilkan dengan cara disiram dengan
alkohol kemudian dibakar (Syamsuni, 2006).

20
Universitas Sumatera Utara

2.6.2 Sterilisasi dengan pemanasan secara basah
Sterilisasi dengan pemanasan secara basah menggunakan temperatur di
atas 100°C dilakukan dengan uap yaitu menggunakan autoklaf. Prinsip autoklaf
adalah terjadinya koagulasi protein yang cepat dalam keadaan basah dibandingkan
keadaan kering. Siklus sterilisasi dengan pemanasan secara basah meliputi tahap
pemanasan, tahap sterilisasi dan tahap pendinginan (Pratiwi, 2008).

2.7 Uji Aktivitas Antibakteri
Menurut Pratiwi (2008), pengujian aktivitas antibakteri dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu cara difusi dan dilusi.
2.7.1 Cara difusi
Pada cara difusi sebagai pencadang dapat digunakan cakram kertas,
silinder gelas, porselen, logam strip plastik dan pencetak lubang (punch hole).
a. Cara tuang
Media agar yang telah diinokulasikan dengan suspensi bakteri uji dituang
ke dalam cawan petri, dan dibiarkan memadat. Ke dalam cakram yang digunakan
di teteskan zat antibakteri, kemudian diinkubasikan pada suhu 37°C selama 18 -24
jam. Daerah bening yang terdapat di sekeliling cakram kertas atau silinder
menunjukkan hambatan pertumbuhan bakteri, diamati dan diukur (Pratiwi, 2008).
b. Cara sebar
Media agar dituangkan ke dalam cawan petri kemudian dibiarkan hingga
memadat. Lalu disebarkan suspensi bakteri uji. Media dilubangi dengan pencetak
lubang (punch hole), ke dalamnya diteteskan zat antibakteri, didiamkan,

21
Universitas Sumatera Utara

diinkubasikan pada suhu 37°C selama 18-24 jam. Zona bening diukur
menggunakan jangka sorong (Pratiwi, 2008).
2.7.2 Cara dilusi
Metode ini menggunakan antimikroba dengan kadar yang menurun secara
bertahap, baik dengan media cair atau padat, kemudian media diinokulasi bakteri
uji dan dieramkan. Tahap akhir dilarutkan antimikroba dengan kadar yang
menghambat atau mematikan. Uji kepekaan cara dilusi agar memakan waktu dan
penggunaannya dibatasi pada keadaan tertentu saja (Jawetz, et al., 2005).

2.8 Mekanisme Kerja Antibakteri
Berbagai faktor yang mempengaruhi penghambatan mikroorganisme
mencakup kepadatan populasi mikroorganisme, kepekaan terhadap bahan
antimikroba, volume bahan yang disterilkan, lamanya bahan antimikroba
diaplikasikan pada mikroorganime, konsentrasi bahan antimikroba, suhu dan
kandungan bahan organik (Lay, 1994). Semua substansi yang diketahui memiliki
kemampuan untuk menghalangi pertumbuhan organisme lain khususnya
mikroorganisme disebut sebagai antibiotik (Pratiwi, 2008).
Antibiotik berdasarkan spektrum diklasifikasikan menjadi antibiotik
berspektrum sempit (narrow spectrum) yang hanya mampu menghambat atau
membunuh segolongan jenis bakteri saja dan antibiotik berspektrum luas (broad
spectrum) yang dapat menghambat atau membunuh bakteri dari semua golongan.
Berdasarkan mekanisme kerja, antibiotik dibedakan menjadi lima, yaitu antibiotik
dengan mekanisme penghambatan sintesis dinding sel, perusakan membran

22
Universitas Sumatera Utara

plasma, penghambatan sintesis protein, penghambatan sintesis asam nukleat dan
penghambatan sintesis metabolit esensial (Pratiwi, 2008).

23
Universitas Sumatera Utara