KEPERCAYAAN TRUST DALAM BISNIS DAN PEMAS

KEPERCAYAAN (TRUST) DALAM BISNIS DAN
PEMASARAN ISLAM
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
DISUSUN
O
L
E
H
Kelompok 6
1. FARID ABDUL RIZKY
2. FAISAL AMIR
3. SAIDATUN ZAKIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TAHUN 2017

2

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT,

karena atas rahmat-Nya kami dapat

menyelesaikan tugas kelompok yang di

amanahkan dari bapak dosen di mata kuliah ini.

Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari beberapa pihak, untuk itu melalui kata pengantar ini penulis
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Dan tidak pula
penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Auditing
Perrbankan Syariah. Sebagai bantuan dan dorongan serta bimbingan yang telah
diberikan kepada penulis dapat diterima dan menjadi amal sholeh dan diterima
Allah sebagai sebuah kebaikan. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi
penulis dan semua pembaca pada umumnya.

Tanjung pura april maret 2018

Penyusun
kelompok 6


1

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Pengertian Bisnis dan Pemasaran Islam..........................................................2
B. Bisnis Dalam Al-Qur’an..................................................................................3
C. Tujuan Bisnis dalam Al-Qur’an.......................................................................5
D. Perbedaan bisnis islami dan non islami...........................................................6
E. Transaksi dalam bisnis Islam (Aqad)...............................................................7
F. Kepercayaan dalam Bisnis dan Pemasaran....................................................11
BAB III PENUTUP...............................................................................................13
A. Kesimpulan....................................................................................................13
DAFTAR PUSAKA...............................................................................................14


2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan sejarah manusia dalam memenuhi kebutuhannya, ada
pihak yang meminta dan ada yang menawarkan. Pemasaran menarik perhatian
yang sangat bessar baik dari perusahaan, lembaga maupun antar bangsa.

Pada umumnya pemasaran dianggap sebagi tempat bagi para penggeruk
keuntungan, orang penuh muslihat, penjaja barang yang menggoda keinginan
orang. Oleh sebab itu banyak konsumen yang ditelan oleh orang-orang jahat, tapi
apabila kita menerapkan sistem-sistem islam di pemasaran itu maka hal-hal
seperti itu tidak akan terjadi. Pada dasarnya, bagi umat islam Nabi Muhammad
SAW telah mengajarkan kepada kita bagaiman sistem pemasaran islami. Akan
tetapi, karena di masyarakat sudah berakar sistem pemasaran konvensional maka
sistem pemasaran islam kurang dikenal. Hal ini juga menjadi pelajaran untuk kita
agar dapat mengenalkan kembali dan menjadikan sistem pemasaran berkembang
di kalangan masyarakat.


B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Bisnis dan Pemasaran Islam ?

2. Bagaimana Bisnis Dalam Al-Qur’an ?

3. Apa Tujuan Bisnis dalam Al-Qur’an ?

4. Bagaimana Perbedaan bisnis islami dan non islami ?

5. Bagaimana Transaksi dalam bisnis Islam (Aqad) ?

1

6. Apa saja Kepercayaan dalam Bisnis dan Pemasaran ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Bisnis dan Pemasaran Islam

2. Untuk Mengetahui Bisnis Dalam Al-Qur’an


3. Untuk Mengetahui Tujuan Bisnis dalam Al-Qur’an

4. Untuk Mengetahui Perbedaan bisnis islami dan non islami

5. Untuk Mengetahui Transaksi dalam bisnis Islam (Aqad)

6. Untuk Mengetahui Kepercayaan dalam Bisnis dan Pemasaran

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bisnis dan Pemasaran Islam
Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada
konsumen untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa inggris
(business), dari kata dasar busy yang berarti "sibuk" dalam konteks individu,
komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan
pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.

Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak
swasta, bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran
para pemiliknya. Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan

sesuai dengan waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak
semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang
2

bertujuan

meningkatkan

kesejahteraan

semua

anggotanya

atau

institusi

pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis
seperti ini kontras dengan sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan

dimiliki oleh pemerintah, masyarakat umum, atau serikat pekerja.

Menurut prinsip syariah, kegiatan pemasaran harus dilandasi semangat
beribadah kepada Tuhan Sang Maha Pencipta, berusaha semaksimal mungkin
untuk kesejahteraan bersama, bukan untuk kepentingan golongan apalagi
kepentingan sendiri. Islam agama yang sangat luar biasa. Islam agama yang
lengkap, yang berarti mengurusi semua hal dalam hidup manusia. Islam agama
yang mampu menyeimbangkan dunia dan akhirat;

antara hablum minallah

(hubungan dengan Allah) dan hablum minannas (hubungan sesama manusia).
Ajaran Islam lengkap karena Islam agama terakhir sehingga harus mampu
memecahkan berbagai masalah besar manusia.1

Islam menghalalkan umatnya berniaga. Bahkan Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam seorang saudagar – sangat terpandang pada zamannya. Sejak
muda beliau dikenal sebagai pedagang jujur. “Sepanjang perjalanan sejarah, kaum
Muslimin merupakan simbol sebuah amanah dan di bidang perdagangan, mereka
berjalan di atas adab islamiah,” ungkap Syekh Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid

Nada dalam Ensiklopedi Adab Islam Menurut Alquran dan Assunnah.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan pada umatnya
untuk berdagang dengan menjunjung tinggi etika keislaman. Dalam beraktivitas
ekonomi, umat Islam dilarang melakukan tindakan bathil. Namun harus
melakukan kegiatan ekonomi yang dilakukan saling ridho, sebagaimana firman
Allah Ta’ala, yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah

1 Sukrisno Agnes dan I cenik cendana, etika bisnis dan profesi: Tantangan
MembangunManusia Seutuhnya, (Jakarta:Salemba Empat,2009),hlm.83

3

kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.” (QS. An-Nisaa: 29)

Berdasarkan ayat tersebut, Islam sangat mendorong umatnya untuk
menjadi seorang pedagang. Berdagang penting dalam Islam. Begitu pentingnya,

hingga Allah Subhanahu wa ta’ala menunjuk Muhammad sebagai seorang
pedagang sangat sukses sebelum beliau diangkat menjadi nabi. Ini menunjukkan
Allah Subhanahu wa ta’ala mengajarkan dengan kejujuran yang dilakukan oleh
Muhammad bin Abdullah saat beliau menjadi pedagang bahwa dagangnya tidak
merugi, namun malah menjadikan beliau pengusaha sukses. Oleh karena itu, umat
Islam (khususnya pedagang) hendaknya mencontoh beliau saat beliau berdagang.

B. Bisnis Dalam Al-Qur’an
Al Quran merupakan kitab suci umat Islam, yang memuat wahyu dari
Allah SWT. Kandungan Al Quran adalah petunjuk bagi umat manusia dalam
mengarungi bahtera kehidupan di dunia fana ini agar selamat di dunia maupun di
akherat. Karena Al Quran dibuat oleh Sang Pemilik kehidupan ini, maka isinya
pun akan sesuai dengan kondisi umat manusia. Tidak ada satu pun aturan dalam
Al Quran yang bertentangan dengan tabiat manusia. Al Quran bukan hanya
mengatur masalah ibadah yang bersifat ritual, tetapi juga memberikan petunjuk
yang sempurna (komprehensif) dan abadi (universal) bagi seluruh umat manusia.
Al Quran mengandung prinsip-prinsip dan petunjuk-petunjuk yang fundamental
untuk

setiap


permasalahan

manusia,

termasuk

masalah-masalah

yang

berhubungan dengan dunia bisnis.

Di dalam Al Quran aturan bisnis disampaikan secara eksplisit, salah
satunya petunjuk aturan-aturan dalam perniagaan. Kejujuran dan keadilan, pesan
moral yang disampaikan Al Quran dalam menjalankan bisnis. Selain itu Al Quran

4

pun memberikan spirit yang kuat bagi umat Islam untuk berbisnis secara luas,

tidak dibatasi oleh lingkup territorial dan bangsa.2

Dalam pandangan Al Quran, kehidupan manusia merupakan proses
berkelanjutan, tidak berhenti pada satu titik. Kehidupan manusia tidak berhenti
pada saat kematian. Karena setelah kematian akan ada kehidupan yang abadi.
Bahkan dapat dikatakan kematian adalah pintu gerbang bagi kehidupan yang
sesungguhnya. Manusia setelah mati akan dibangkitkan kembali di kehidupan
akherat. Kehidupannya ditentukan dengan amal perbuatan selama hidup di dunia.
Bahagia atau sengsara tergantung perbuatan yang sudah dikerjakannya selama
hidup di dunia.

Manusia harus beraktivitas bukan hanya untuk meraih keberhasilan di
dunia, tetapi juga keselamatan di akherat. Demikian halnya dengan bisnis yang
dilakukan, diproyeksikan bagi kehidupannya di akherat kelak. Rosululloh dan
para sahabat pilihan sudah memberikan teladan yang nyata. Mereka para pelaku
bisnis yang handal, dan mereka pun menjadi ahli syurga. Harta dan bisnisnya
mampu mengantarkan pada pintu syurga, bukan sebaliknya menjerumuskan pada
pintu neraka.

Keuntungan yang diperoleh dalam bisnis tidak bersifat temporal dan sesaat.
Melainkan harus bersifat luas, melingkupi kehidupan dunia dan akherat. Itulah
konsep bisnis yang diajarkan di dalam Al Quran.

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitabullah dan menegakkan
shalat serta menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada
mereka dengan diam-diam ataupun dengan terang-terangan, mereka ini
melakukan perniagaan yang tidak akan merugi” (Faathir:29).

2 Khoirudin, Etika bisnis dalam islam (Bandarlampung:permatanet,2015) hlm 20

5

C. Tujuan Bisnis dalam Al-Qur’an
Bisnis dalam islam bertujuan untuk dua keuntungan, yaitu keuntungan
duniawi dan ukhrawi. Bisnis ataupun perniagaan yang bersifat duniawi tertuang
dalam beberapa ayat khusus yang membahas tentang perniagaan. Hal ini
mencakup penjelasan tentang jual beli, yaitu apabila dilakukan secara tunai maka
harus atas dasar kerelaan masing-masing pelaku (an taradin minkum). Dan apabila
dilakukan secara tidak tunai, maka ada suatu tuntunan untuk menuliskan transaksi
tersebut, dengan disertai dua saksi dan tidak mengurangi jumlah nominal
kewajiban yang harus di bayarkan. Kemudian bisnis ataupun perniagaan ukhrawi
banyak tercantum dalam ayat-ayat umumyang membahas tentang bisnis.
Kenyataan disini menjadi satu poin penting bahwa bisnis dan etika transendental
adalah satu hal yang tidak bisa terpisah dalam bisnis islam, karena hal tersebut
merupakan manifestasi dari mengingat Allah SWT.

Bisnis dalam Al-Qur’an di kategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu,
bisnis yang menguntungkan, bisnis yang merugi, dan pemeliharaan prestasi,
hadiah, dan hukuman.3

1. Bisnis yang menguntungkan mengandung 3 elemen dasar yaitu:

a) Mengetahui investasi yang paling baik

b) Membuat keputusan yang logis, sehat dan masuk akal

c) Mengikuti perilaku yang baik

3 Ika yunia fauzia, Etika bisnis dalam islam (Jakarta:PT,Fajar interpramata mandiri,2013)
hlm25

6

2. Bisnis yang merugi, bisnis ini merupakan kebalikan dari bisnis yang
pertama karena ketidakadaan atau kekurangan beberapa elemen dari bisnis
yang menguntungkan.

3. Memeliharaan prestasi, hadiah dan hukuman. Dalam hal ini islam
menyoroti, bahwa segala perbuatan manusia tidak akan bisa lepas dari
sorotan dan rekaman Allah SWT. Maka dari itu, siapapun yang melakukan
prestasi yang positif akan mendapatkan pahala (reward), begitu pula
sebaliknya.

D. Perbedaan bisnis islami dan non islami
ISLAMI

KARAKTERISTIK

Aqidah Islam (nilai-nilai
transendental)
Dunia-Akhirat
Profit
dan

benefit,

BISNIS
ASAS
MOTIVASI
ORIENTASI

pertumbuhan,

NON-ISLAMI
Sekulerisme
material)
Dunia
Profit,

(nilai-nilai

pertumbuhan,

keberlangsungan

keberlangsungan,
keberkahan
Tinggi, bisnis

adalah

bagian dari ibadah
Maju dan produktif,
konsekwensi
dan

ETOS KERJA
SIKAP MENTAL

keimanan
manifestasi

kemusliman
Cakap
dan

ahli

KEAHLIAN

dibidangnya,

bisnis

adalah

kebutuhan duniawi
Maju
dan
produktif
sekaligus

konsumtif,

konsekwensi

aktualisasi

diri
Cakap

dan

ahli

dibidangnya, konsekwensi

konsekwensi
kewajiban

Tinggi,

dari

dari reward & punishment

seorang

muslim
Terpercaya

dan

AMANAH

Tergantung

kemauan

bertanggungjawab,

individu (pemilik kapital),

tujuan tdk menghalalkan

tujuan menghalalkan cara

cara
7

Halal
Sesuai

dengan

akad

MODAL
SDM

kerjanya

kerjanya

Halal
Visi dan misi organisasi

SUMBERDAYA
MANAJEMEN

terkait erat dengan misi

STRATEGIK

penciptaan manusia di
dunia
Jaminan halal bagi setiap
masukan,

Halal dan haram
Sesuai
dengan

proses

&

atau

ditetapkan

berdasarkan

pada kepentingan materi
MANAJEMEN
OPERASI

belaka
Tidak ada jaminan halal
bagi

setiap

masukan,

&

keluaran,

proses

mengedepankan

mengedepankan

koridor syariah
Jaminan halal
masukan,

sesuai

keinginan pemilik modal
Halal dan haram
Visi dan misi organisasi

keluaran,
produktivitas

akad

dalam

produktivitas

setiap

koridor manfaat
Tidak ada jaminan halal

proses

&

MANAJEMEN
KEUANGAN

bagi

keluaran keuangan

proses

Pemasaran

dalam

setiap

masukan,

&

keluaran

dalam

MANAJEMEN

keuangan
Pemasaran

koridor jaminan halal
SDM profesional &

PEMASARAN
MANAJEMEN

cara
SDM profesional & SDM

berkepribadian

Islam,

SDM

menghalalkan

adalah

faktor

SDM adalah pengelola

SDM

bertanggungjawab

bisnis,

pada diri, dan majikan

SDM

produksi,

bertanggungjawab pada
diri,
majikan & Allah swt.

E. Transaksi dalam bisnis Islam (Aqad)
Mejalankan aktivitas ekonomi adalah bagian dari kehidupan manusia
sehari-hari. Aktivitas tersebut tentu saja berkaitan erat dengan Tujuan Penciptaan
Manusia, Proses Penciptaan Manusia, Hakikat Penciptaan Manusia, Konsep
Manusia dalam Islam, dan Hakikat Manusia Menurut Islam sesuai dengan fungsi

8

agama, Dunia Menurut Islam, Sukses Menurut Islam, Sukses Dunia Akhirat
Menurut Islam, dengan Cara Sukses Menurut Islam.

Tidak ada satu hari pun dalam kehidupan manusia di muka bumi yang
tidak melakukan transaksi ekonomi. Hal ini dikarenakakan ekonomi adalah bagian
dasar hidup manusia. Manusia bisa mendapatkan kebutuhan makan, minum,
tempat tinggal, mendapatkan pelayanan dalam hidup semuanya karena adanya
transaksi ekonomi.4

Di dalam agama islam, transaksi ekonomi juga bagian yang diatur dan
menjadi hal yang penting untuk diterapkan. Kegagalan dalam melakukan transaksi
ekonomi akan berefek kepada kemiskinan, penipuan, atau menjadi terjadinya
berbagai masalah sosial lainnya. Berikut adalah beberapa Transaksi Ekonomi
dalam Islam :

Hukum Pelaksanaan Ekonomi Islam Menjalankan hukum ekonomi
berdasarkan syariah islam adalah suatu kewajiban. Tidak ada satupun aturan islam
yang bisa atau layak manusia tentang. Karena ada berbagai dampak dan masalah
jika manusia tidak melaksnaakan perintah Allah satu saja. Melalaikan perintah
Allah berdasarkan syariah tentu yang rugi adalah manusia, bukan Allah atau yang
lainnya.

Hal ini berdasarkan ayat, “Dan belanjakanlah harta bendamu di jalan
Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan
berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat
baik. ” (QS Al-Baqarah : 195)

Untuk itu, dalam pelaksanaan keseharian manusia, masalah ekonomi dan
islam tidak bisa dipisahkan. Banyak orang yang sering berpikir bahwa islam atau
ekonomi tidak berkaitan satu sama lain. Tentu saja hal ini keliru, karena islam
4 Herry Sutanto dan Khaerul Umam, Manajemen Pemasaran Bank Syariah, 2013,
Bandung : CV Pustaka Setia, hal.37

9

adalah agama Rahmatan Lil Alamin yang mengatur seluruh aktivitas dan
kehidupan manusia. Dari aturan tersebut diharapkan manusia dapat melaksanakan
sebaik-baiknya juga merasakan dampak apabila benar-benar taat kepada hukum
Allah.

Transaksi ekonomi dalam islam juga bisa diterapkan di setiap zaman,
walaupun sudah berganti dan teknologi sudah berkembang. Contohnya transaksi
ekonomi islam adalah :5

1. Adanya Bank Syariah

2. Adanya Simpan Pinjam dengan Tanpa Bunga

3. Transaksi Jual Beli dengan Online

4. Jual Beli Produk Halal

Hal-hal tersebut adalah contoh dari perkembangan transaksi ekonomi yang
sedang berlaku. Untuk itu, islam tidak melarang dan juga membatasi, namun tetap
menjalankan hal tersebut berdasarkan prinsip-prinsip transaksi ekonomi islam
yang sudah Allah tetapkan.

Prinsip Pelaksanaan Transaksi Islami Untuk dapat menerapkan ekonomi
islam secara teknis ada beberapa hall prinsip yang harus diperhatikan dan
dipegang terus oleh umat islam. Prinsip dasar ini menjadi patokan dalam
perkembangan ilmu ekonomi dan transaksinya kapanpun dan dimanapun walau
zaman sudah berganti. Perkembangan teknologi dan juga berbagai ilmunya
menuntut bahwa manusia harus berpegang pada prinsip.

5 Ibid hal. 38

10

1. Adanya Akad atau Perjanjian “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah
akad-akad itu. dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan
dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan
berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” (QS Al
Maidah : 1). Di dalam ayat tersebut, dijelaskan bahwa manusia harus
memenuhi akad. Hal ini juga berlaku dalam hal ekonomi. Akad atau
perjanjian juga harus dilaksanakan sebelum adanya transaksi. Untuk itu,
dalam proses transaksi pasti akan selalu ada kesepakatan mulai dari
penentuan harga, kualitas barang, syarat-syarat penjualan dan pembelian
barang. Akad ini dilakukan bukan saja hanya karena untuk formalitas,
melainkan menjamin hak-hak dari setiap orang agar transaksi ekonomi
tidak ada yang dirugikan sama sekali. Akad ini juga berfungsi agar satu
sama lain bisa menjalankan dengan keterbukaan dan transapransi,
sehingga di lain waktu tidak ada yang merasa dirugikan atau dibohongi.

2. Berniaga dengan Jalan Suka sama Suka Dalam sebuah transaksi termasuk
pada transaksi ekonomi, maka pelaksanaannya harus dilakukan karena
suka sama suka. Dalam transaksi tersebut tidak boleh ada paksaan ataupun
hati yang tidak ikhlas ketika melakukannya. Hal ini didasarkan kepada
ayat berikut : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.” (QS An Nisa : 29) Untuk itu, menjalankan
transaksi menurut islam harus dilakukan dengan suka sama suka. Tidak
ada yang terdzalimi, paksaan, apalagi ancaman dalam melakukannya. Agar
suka sama suka, maka transaksi tersebut harus dilakukan oleh orang yang
sadar, berakal, dan juga bisa memilah-milih sesuai dengan kebutuhannya.

3. Larangan Penipuan “Nabi Muhammad SAW melarang jual beli yang
mengandung penipuan.” (HR. Muslim) Hadist di atas menunjukkan bahwa

11

kita dilarang untuk melakukan jual beli yang bersifat mengandung
penipuan. Ketidakjujuran, seperti membohongi kualitas barang, membayar
tidak utuh, berjanji dan tidak ditepati dan sebagianya termasuk ke dalam
penipuan yang jelas berdosa jika dilakukan. Selain itu, harta yang
dijalankan dari proses tersebut tentu adalah harta yang halal dan tidak
berkah. Penipuan hanya membuat efek bahagia sementara sedangkan
transaksi tersebut justru membawa efek mudharat mereka sendiri,
sepeti,tidak akan dipercaya, membangun moral yang buruk, dan hilangnya
keimanan pada titik tertentu.

4. Prinsip Akuntansi dan Kejelasan Transaksi Prinsip transaksi ekonomi
islam yang terakhir adalah adanya pencatatan dan kejelasan transaksi.
Prinsip ini harus dilakukan agar tidak ada konflik, merasa tertipu, atau
pelaku transaksi yang kabur. Untuk itu Allah mengatakan bahwa
hendaklah ada saksi atau pencatatan yang dipercaya agar transaksi
ekonomi dapat dibuktikan dan tidak lupa begitu saja. Misal dalam
peminjaman hutang, maka baiknya ada pencatatan dan juga pembuktian
bahwa kita pernah membeli atau memberikan uang kepada siapa, ditanggal
kapan, dan saksi yang dapat dipercaya. Untuk hari ini, saksi sudah dapat
berkembang, adanya Mesin Print, CCTV, rekaman scanning, dsb bisa
membuktikan transaksi seseorang. Hal ini bisa mencagah manusia untuk
berbuat kejahatan dan melakukan penipuan. Tentu saja akan mudah
diketahui jika melakukan penipuan. Hal-hal diatas adalah prinsip transaksi
ekonomi islam yang harus dijalankan manusia. Semoga ummat islam
dapat menjalankan perekonomiannya dengan terus berdasarkan kepada
Rukun Islam, Dasar Hukum Islam, Fungsi Iman Kepada Allah SWT,
Sumber Syariat Islam, dan Rukun Iman.

F. Kepercayaan dalam Bisnis dan Pemasaran
Kepercayaan konsumen mendapatkan perhatian yang cukup besar dari
pelaku bisnis. Itulah sebabnya mengapa mayoritas pelaku bisnis melakukan segala
macam upaya untuk bisa membangun kepercayaan, agar bisa menjadi magnet

12

yang bisa menjaring konsumen. Mereka berusaha melakukan berbagai macam
strategi, agar konsumen mendatangi mereka dan melakukan sebuah transaksi
bisnis, baik dalam skala kecil ataupun skala besar.

Etika dalam pemasaran mencakup beberapa bahasan, ini semua bertujuan
untuk meberi kepercayaan kepada pelaku pembinis dan ada juga etika pembinis
agar untuk tujuanya pelaku pembisnis bisa mengatahui dan nyaman yaitu:

a. Etika pemasaran dalam konteks produk yang meliputi:6

1) Produk yang halal

2) Produk yang berguna dan dibutuhkan

3) Produk yang yang berpotensi ekonomi atau benefit

4) Produk yang bernilai tambah tinggi

5) Dalam jumlah yang berskala ekonomi dan sosial.

6) Produk yang dapat memuaskan masyarakat.

b. Etika pemasaran dalam konteks harga yang meliputi:

1) Beban biaya produksi yang wajar

2) Sebagai alat kompetisi yang sehat

3) Diukur dengan kemampuan daya beli masyarakat
6 Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, 2006,
Bandung : Mizan Pustaka, hal.67

13

4) Margin perusahaan yang layak

5) Sebagai alat daya tarik bagi konsumen.

c. Etika pemasaran dalam konteks distribusi yang meliputi:

1) Kecepatan dan ketepatan waktu

2) Keamanan dan keutuhan barang

3) Sarana kompetisi memberikan pelayanan kepada masyarakat

4) Konsumen mendapatkan pelayanan cepat dan tepat.

d. Etika pemasaran dalam konteks promosi yang meliputi:

1) Sarana memperkenalkan barang

2) Informasi kegunaan dan kualifikasi barang

3) Sarana daya tarik barang terhadap konsumen

4) Informasi fakta yang ditopang kejujuran.7

7 Ibid hal 68

14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Syari’ah adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses
penciptaan, penawaran dan perubahan value dari suatu inisiator kepada
stakeholders-nya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad
danprinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam Islam.Ini artinya bahwa dalam
syariah marketing, seluruh proses, baik proses penciptaan, proses penawaran,
maupun proses perubahan nilai (value), tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan
dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah yang Islami. Sepanjang hal tersebut
dapat dijamin, dan penyimoangan prinsip-prinsip muamalah islami tidak terjadi
dalam suatu transaksi apapun dalam pemasaran dapat dibolehkan.

15

DAFTAR PUSAKA
Sukrisno Agnes dan I cenik cendana. 2009. etika bisnis dan profesi: Tantangan
MembangunManusia Seutuhnya. Jakarta: Salemba Empat.

Khoirudin. 2015. Etika bisnis dalam islam. Bandarlampung: permatanet.

Ika yunia fauzia. 2015. Etika bisnis dalam islam. Jakarta: PT. Fajar interpramata
mandiri.

Herry Sutanto dan Khaerul Umam. 2013.Manajemen Pemasaran Bank Syariah.
Bandung : CV Pustaka Setia.

Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula. 2006. Syariah Marketing.
Bandung : Mizan Pustaka.

16