GURU DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM docx

GURU DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM
Ansel Mones

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah cukup serius memberi perhatian dalam
bidang pendidikan. Berbagai kebijakan dan regulasi untuk memperbaiki kualitas pendidikan
digelindingkan. Mulai dari bongkar pasang kurikulum, penggantian undang-undang,
deregulasi pendidikan, sampai dengan upaya meningkatkan anggaran pendidikan. Namun,
cita-cita kita untuk mendongkrak kualitas pendidikan (baca: kualitas lulusan) masih jauh dari
harapan. Tentu peran penting guru sebagai sumber belajar sekaligus menjadi fasilitator untuk
keberhasilan/capain pembelajaran siswa sangat diharapkan.
Sejak wacana pengembangan kurikulum 2013 digulirkan, muncul tanggapan pro dan
kontra dari berbagai kalangan pakar dan praktisi pendidikan serta masyarakat lainnya.
Wacana pro dan kontra menunjukkan bahwa para pemangku kepentingan memiliki
kepedulian dan begitu pentingnya pembangunan sistem pendidikan di negeri ini dalam
menyiapkan generasi emas memasuki perkembangan global yang semakin kompetitif dan
berorientasi pada keunggulan. Semakin banyak kritik dan saran terhadap kurikulum 2013 ini
diharapkan lebih mematangkan kurikulum yang sedang dikembangkan. Di satu sisi kesiapan
guru dalam melaksankan kurikulum tersebut belum sepenuhnya terpenuhi. Banyak praktisi
pendidikan (baca : guru), seakan merasa terbebani dengan pola penerapan “bongkar pasang”
kurikulum yang bisa saja berpengaruh terhadap kualitas dari pembelajaran itu sendiri. Tulisan
ini menghantar kita untuk memahami arti penting tugas guru dan implementasi kurikulum

demi peningkatan mutu dan capaian penbelajaran yang berdaya guna.
Standar Kompetensi Guru
Undang-undang guru dan dosen No. 14 tahun 2005 menjelaskan bahwa Kompetensi
guru adalah kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas
dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Karena itu
pekerjaan guru hanya dapat dilakukan oleh seorang yang mempunyai kualifikasi akademik,
komptensi dan profesional. Untuk menjadi seorang guru yang profesional, minimal seorang
guru harus memiliki empat kompetensi dasar yakni, kompetensi pedagogik, kompetensi
profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Dalam kompetensi pedagogik,
seorang guru dituntut untuk menguasai pemahaman dasar berkaitan dengan wawasan
kependidikan, karateristik siswa, lingkungan dan materi ajar, pelaksanaan pembelajaran yang
mendidik dan dialogis serta pengembagan peserta didik untuk mengatualisasikan dirinya.
Seorang guru juga dituntut untuk memiliki kompetensi profesioanal artinya seorang perlu
memiliki kemampuan dalam mengetahui isi/konsep-konsep dari mata pelajaran yang
dibawakannya. Sedangkan kompetensi sosial, seorang guru dituntut untuk memiki
kemampuan berkomunikasi secara baik dengan peserta didik dan rekan guru lainnya. Dan
akhirnya kompetensi kepribadian, dituntut agar guru memiliki integritas dan sikap yang baik
agar menjadi teladan bagi peserta didik.
Guru merupakan ujung tombak dalam mencapai tujuan pembelajaran yang efektif.
Artinya, berhasil tidaknya proses belajar mengajar salah satunya dipengaruhi oleh

kompetensi guru dalam mengelola kelas serta menjalankan perannya sebagai fasilitator,
motivator, evaluator dan sejenisnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peran guru

dalam proses belajar mengajar sangat besar. Oleh karena itu guru diharapkan dapat
menjalankan fungsi-fungsi tersebut secara profesional.
Untuk meningkatkan profesionalitas guru dapat dilakukan beberapa upaya antara lain
dengan secara aktif mengadakan penelitian dalam rangka mengembangkan bidang ilmu yang
di ajarkan, senantiasa berupaya untuk mengembangkan diri dengan mengikuti berbagai
pelatihan yang berguna untuk meningkatkan profesionalitas, mengikuti perkembangan bidang
ilmu yang diajarkan agar dalam menjalankan tugasnya guru bersifat dinamis serta dengan
tetap mengikuti perkembangan teknologi.
Secara lebih luas profesional tidak hanya sekedar berkualitas tinggi tetapi juga
mempunyai makna tanggung jawab, baik tanggung jawab intelektual maupun tanggung
jawab moral. Dengan demikian, seorang guru dikatakan profesional bila guru tersebut
memiliki kualitas mengajar yang tinggi, dan melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung
jawab.
Secara garis besar, ada tiga tingkatan kualitas profesionalisme seorang guru yaitu:
1. Guru sebagai “capable personal” maksudnya guru diharapkan mempunyai kecakapan,
ketrampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai untuk mampu mengelola
proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.

2. Guru sebagai “inovator” yaitu sebagai tenaga kependidikan yang mempunyai
komitmen terhadap upaya perubahan dan reformasi. Guru diharapkan mempunyai
pengetahuan ketrampilan, kecakapan dan sikap yang tepat terhadap pembaharuan
yang efektif.
3. Guru sebagai “developer” yaitu guru harus memiliki visi keguruan yang mantap, ia
juga harus melihat jauh ke depan dalam menjawab tantangan yang dihadapi oleh
sektor pendidikan sebagai suatu sistem.
Peran Guru dalam Implementasi Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum membicarakan proses penyelenggaraan pendidikan sekolah,
berupa acuan rencana, norma-norma yang dapat dipakai sebagai pegangan. Secara umum
struktur kurikulum mempunyai empat komponen utama, yaitu tujuan, materi/bahan
(organisasi isi), proses belajar mengajar dan evaluasi. Kurikulum mempersiapkan peserta
didik dalam menghadapi tantangan-tantangan di masa depan melalui pengetahuan,
keterampilan, sikap dan keahlian untuk beradaptasi serta bisa bertahan hidup dalam
lingkungan yang senantiasa berubah. Peranan guru sangat penting dalam menentukan
pencapaian kurikulum. Karena sebagai implementor, dan pengembang kurikulum, guru
berfungsi dan berperan: (1) Mempekaya kurikulum, (2) meningkatkan relevansi kurikulum
dengan kebutuhan, bakat dan minat anak, (3) menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan,
tuntutan dan perkembangan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, (4) Menyesuaikan
kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Melalui peran dan

fungsi guru inilah kurikulum dapat dijabarkan, dikembangkan, diperluas sehingga dapat
ditransformasikan kepada siswa dalam pembelajaran. Di sini terlihat bahwa fungsi dan
peranan guru sangat penting dan strategis, karena melalui kepiawaiannya kurikulum
mempunyai makna dan nilai. Artinya melalui guru, nilai-nilai yang terkandung dalam
kurikulum dapat disampaikan kepada siswa, dan aktualisasi serta transformasi nilai-nilai,
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terkandung dalam kurikulum dilakukan oleh guru
melalui implementasi kurikulum.

Berikut saya mencoba menggambarkan dalam bentuk skema kedudukan guru dan
sejauhmana fungsi dan perannya dalam mengimplementasikan dan mengembangkan
kurikulum
KURIKULU
M

GURU

SISWA

PEMBELAJARA
N


Dari skema di atas, menggambarkan bahwa pada hakikatnya kurikulum itu
adalahuntuk siswa. Pengetahuan, nilai-sikap dan keterampilan yang termuat dalam kurikulum
semuanya ditranformasikan kepada siswa. Dalam konteks konteks inilah fungsi dan peran
guru diperlukan yaitu, menjabar, mengembangkan, mengaktualisasikan dan
mentransformasikan kurikulum kepada siswa dalam pembelajaran.
Sebagai pengembang kurikulum, pertama sekali seorang guru perlu menjabarkan
kurikulum dalam bentuk silabus, dan silabus dikembangkan lagi menjadi program
pembelajaran, mulai dari program tahunan, semester, sampai kepada rencana pembelajaran
untuk satu kali atau beberapa kali pertemuan.
Secara sepintas, tampaknya fungsi dan peranan guru tidaklah terlalu berat, tapi bila
dihayati dan dikaji lebih mendalam, jelas bahwa fungsi dan peranan guru sangatlah
kompleks. Fungsi dan peran tersebut memerlukan kompetensi, kemauan dan komitmen
keguruan yang tinggi. Oleh karena itu jabatan guru memerlukan kualifikasi yang diperlukan
dalam tugas sebagai pendidik dan pengajar di sekolah.
Kesiapan Guru
Dalam mengimplementasikan kurikulum, yang jauh lebih penting adalah guru sebagai
ujung tombak serta garda terdepan dalam pelaksanakan kurikulum. Oleh karena itu betapa
pentingnya kesiapan guru dalam mengimplementasikan kurikulum itu selain kompetensi,
komitmen dan tanggung jawabnya serta kesejahteraannya yang harus terjaga. Kompetensi

guru bukan saja menguasai apa yang harus dibelajarkan (Materi ajar) tapi bagaimana
membelajarkan siswa yang menantang, menyenangkan, memotivasi, menginspirasi dan
memberi ruang kepada siswa untuk melakukan keterampilan proses yaitu mengobservasi,
bertanya, mencari tahu, merefleksi sebagaimana dinyatakan filosof Betrand Russel “More
important than the curriculum is the question of the methods of teaching and the spirit in
which the teaching is given”. (Kurikulum penting, tetapi yang tak kalah pentingnya juga
adalah bagaimana strategi membelajarkan dan spiritnya). Dengan strategi pembelajaran yang
tepat dalam mengimplementasikan kurikulum disertai dengan spirit pendidikan yang selalu
menggelora pada setiap guru atau pendidik dan peserta didik, maka proses pendidikan itu
sendiri tidak terlepas dari rohnya. Betapapun baiknya kurikulum yang telah dikembangkan,
buku pelajaran dan media pembelajaran disediakan serta dilaksanakan, berbagai pelatihan
diberikan baik kepada Kepala Sekolah, Pengawas, Guru Inti, Guru Pelatih maupun guru
secara massal pada akhirnya berpulang kepada ada tidaknya kemauan untuk berubah
(willingness to change) dari para pemangku kepentingan utama pendidikan tersebut.

Selain tugas tersebut di atas membutuhkan kesiapan guru, tidak kala penting guru
juga harus menjalankan
tugas utamanya yakni mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Jadi kesiapan

guru dapat diartikan sebagai sikap kesediaan untuk terlibat dalam tugas mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Pentup
Pendidikan bukan sekadar mencetak tenaga yang siap pakai, pendidikan adalah proses
membentuk generasi yang siap memerankan hidup, bukan sekadar siap pakai. Ironisnya,
sebagian besar pelaku pendidikan secara sadar lebih mementingkan hal-hal yang bersifat
material semata dan melaupakan penanaman nilai moral dan karakter agama dan bangsa.
Kurikulum sebagai media atau alat bantu untuk bisa menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan
karakter agar siswa dapat bertumbuh menjadi pribadi yang matang dan dapat diandalkan bagi
bangsa dan dan negara. Hal penting yang perlu dilakukan guru adalah mengajar dengan
teladannya sendiri. Sebab dengan mengawinkan sikap, pengetahuan dan keterampilan, kita
akan menghasilkan anak-anak bangsa yang berguna dan bermutu.
Daftar Bacaan
1.
2.
3.
4.
5.

Agung TW. 2009. Motivasi kerja guru dalam mengembangkan kurikulum di sekolah.

Jurnal Pendidikan Penabur 8 (13):56-63.
Hamalik O. 2008. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Hasan H. 2013. Informasi Kurikulum 2013. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Iskandar H. 2013. Desain Induk Kurikulum 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Syafruddin Nurdin. 2016. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo