PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF T (2)

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE
BERBANTUAN MIND MAPPING TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN
IPA SISWA KELAS V SD GUGUS KOMPYANG SUJANA
DENPASAR UTARA
Ni Putu Ririn Sintya Dewi1, Ni Nyoman Ganing2, I Nengah Suadnyana3
1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

email:[email protected],[email protected]
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi
pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share berbantuan Mind mapping dengan kelompok siswa
yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus

Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini
adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan nonequivalent control group
design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus Kompyang
Sujana Denpasar Utara yang berjumlah 372 siswa. Sampel diambil dengan teknik
random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 4
Peguyangan berjumlah 43 siswa sebagai kelompok yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share berbantuan Mind Mapping dan siswa
kelas V SDN 2 Peguyangan berjumlah 40 siswa sebagai kelompok kontrol dengan
pembelajaran konvensional. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
metode tes dalam bentuk tes objektif pilihan ganda biasa dengan empat jawaban. Data
yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis uji-t. Hasil analisis data diperoleh thitung
= 3,666 > ttabel = 2,000 untuk signifikansi 5% dan dk = 81. Berdasarkan kriteria
pengujian, maka H0 ditolak. Adapun nilai rata-rata Gain Skor kompetensi pengetahuan
IPA pada kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share berbantuan Mind mapping adalah 0,54, sedangkan pada kelompok
yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional adalah 0,43. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share berbantuan Mind mapping terhadap kompetensi
pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasara
Utara Tahun Ajaran 2016/2017.

Kata kunci : think pair share, mind mapping, kompetensi pengetahuan IPA
Abstract
The purpose of this research is to know the significant difference of the natural Science
competence of a group of students which is taught using cooperative learning type
named as Think Pair Share assisted with Mind Mapping through conventional learning
in fifth grade students at SD Kompyang Sujana in North Denpasar in 2016/2017 . This
type of this researh is quasi experiment research with nonequivalent control group
design. The population of this study is all students of fifth grade of SD Kompyang
Sujana North Denpasar with total up to 372 students. The samples were taken
randomly sampling technique. The sample in this research was the fifth grade students

1

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

of SDN 4 Peguyangan with total up to 43 students as a group that was taught using
cooperative learning type named as Think Pair Share assisted with Mind Mapping
through conventional learning and the fifth grade students of SDN 2 Peguyangan with
total up to 40 students as group control using conventional learning. The data were

collected using a method in the form of standard multiple-choice objective test with
four answers. The data that was obtained were analyzed using t-test analysis. The
result of the analysis are tcount = 3,666 > ttable = 2,000 for 5% significance and dk = 81.
Based on test criteria, there for H0 is rejected and Ha is accepted. The average score
of natural Science competence in the group that was taught using cooperative learning
type named as Think Pair Share assisted with Mind Mapping was 0,54, while in the
conventional learning group was 0,43. Based on the result of this research, can be
concluded that there is an influence of cooperative learning type named as Think Pair
Share assisted with Mind Mapping to natural Science competence of fifth grade
elementary school student of Kompyang Sujana District of North Denpasar academic
year 2016/2017.
Keywords: think pair share, mind mapping, the natural Science competence
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan unsur utama
dalam pengembangan manusia Indonesia
seutuhnya. Oleh karenanya, pengelolaan
pendidikan harus berorientasi kepada
bagaimana menciptakan perubahan yang
lebih baik. Oleh karenanya, pengelolaan
pendidikan harus berorientasi kepada

bagaimana menciptakan perubahan yang
lebih baik. Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia No 20 Tahun 2003
menyatakan
Pendidikan
merupakan
usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan susasana belajar dan proses
pembelajaran yang memungkinkan siswa
untuk
aktif
sehingga
mampu
mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian
diri,
kepribadian,
kecerdasan,
akhlak

mulia
serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan yang baik
dapat
meningkatkan mutu pendidikan untuk
melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang berkualitas. Untuk meningkatkan
mutu pendidikan tersebut banyak upaya
yang telah dilakukan pemerintah dan
lembaga-lembaga pendidikan. Usahausaha tersebut ditandai dengan adanya
perubahan-perubahan
kurikulum
dan
model-model
pembelajaran
yang
dilakukan oleh para pengelola pendidikan
maupun praktisi pendidikan. Dalam

rangka pencapaian tujuan pembelajaran,

setiap guru dituntut untuk benar-benar
memahami model pembelajaran yang
diterapkannya. Sehubungan dengan hal
tersebut seorang guru perlu memikirkan
model yang digunakan dalam proses
pembelajaran.
Pemilihan
model
pembelajaran yang tepat, yaitu dengan
situasi dan kondisi yang dihadapi
berdampak pada tingkat penguasaan atau
kompetensi pengetahuan peserta didik
yang dihadapi, dengan kata lain siswa
mampu mengikuti proses pembelajaran
dengan baik. Pembelajaran yang terjadi di
dalam kelas salah satunya pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
merupakan salah satu mata pelajaran

yang diberikan di SD. Ilmu Pengetahua
Alam (IPA) memegang peranan sangat
penting dalam kehidupan manusia. Hal ini
disebabkan karena dalam kehidupan ini
sangat tergantung dari alam, zat
terkandung di alam, dan segala jenis
gejala
yang
terjadi
di
alam.“IPA
merupakan rumpuan ilmu, memiliki
karakteristik khusus, yaitu : mempelajari
fenomena alam yang faktual, baik berupa
kenyataan atau kejadian dan hubungan
sebab-akibatnya”.
(Wisudawati
&
Sulistyowati, 2015:22). Sesuai dengan
hasil observasi, pada kenyataannya

kompetensi pengetahuan pada mata
pelajaran IPA di SD Negeri Gugus
Kompyang Sujana belum maksimal
dipahami oleh siswa. Banyak faktor yang
2

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

mempengaruhi hal tersebut diantaranya
adalah kurangnya minat belajar siswa,
sumber dan fasilitas yang dimiliki sekolah
dan dari siswa itu sendiri beserta
lingkungan yang secara tidak langsung
mempengaruhi siswa tersebut. Hal ini
terbukti dari hasil wawancara dengan
kepala sekolah dan guru wali kelas V SD
Negeri Gugus Kompyang Sujana, untuk
kompetensi pengetahuan IPA diperoleh
data dari nilai rapot semester 1 yaitu dari

343 siwa yang mendapatkan nilai A
sebanyak 56 siswa, siswa mendapatkan
nilai B sebanyak 246 siswa, dan siswa
yang mendapatkan nilai C sebanyak 41
siswa. Dari 343 siswa di SD Negeri Gugus
Kompyang Sujana terdapat 302 siswa
yang memenuhi KKM dan 41 siswa yang
mendapatkan nilai di bawah KKM.
Menurut hasil wawancara dengan Kepala
Sekolah dan Wali Kelas V di SD Negeri
Gugus
Kompyang
Sujana
Kriteria
Ketuntasan Minimal yang ditetapkan yaitu
70 (B).
Tujuan
pembelajaran
yang
dilakukan

disekolah
adalah
untuk
menghasilkan kompetensi pengetahuan
yang maksimal untuk siswa. Untuk
mencapai kompetensi pengetahuan yang
maksimal peran semua komponen dalam
pembelajaran haruslah dengan baik.
Pemilihan model pembelajaran sangat
berpengaruh
terhadap
keberhasilan
proses pembelajaran. Salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan
dalam mengatasi permasalahan tersebut
adalah model pembelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Share. Pembelajaran
dengan model pembelajaran Kooperatif
Tipe Think Pair Share ini, membuat siswa
dapat memahami suatu materi secara

berkelompok, saling membantu antara
satu
dengan
lainnya,
membuat
kesimpulan
(diskusi),
dan
mempresentasikan hasil diskusinya di
depan kelas. Model pembelajaran Think
Pair Share memiliki beberapa keuntungan
yaitu : (a) mudah dilaksanakan dalam
kelas besar, (b) melatih siswa untuk
merefleksikan materi pelajaran, (c) melatih
siswa untuk mengeluarkan pendapat
sebelum berbagi dengan teman kelompok
kecil atau kelas secara keseluruhan, (d)
meningkatkan kemampuan penyimpanan
jangka panjang dari isi materi pelajaran.

(Daryanto, 2014:38). Pada penggunaan
suatu model dalam pembelajaran agar
tercapainya hasil yang maksimal maka
dibutuhkan penggabungan bantuan untuk
mengoptimalkan model yang digunakan
dalam pembelajaran, salah satunya
adalah penggunaan model pembelajaran
kooperaktif tipe Think Pair Share
berbantuan mind mapping (peta pikiran).
Penggunaan mind mapping
mampu
meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa karena media mind mapping yang
dibuat sendiri oleh siswa dibangun
berdasarkan alur berpikir siswa. (Kurniasih
& Berlin Sani, 2015: 54) adapun
keunggulan dari mind mapping itu sendiri
antara lain, “(a) cepat dimengerti dan juga
cepat dalam menyelesaikan persoalan, (b)
mind mapping terbukti dapat digunakan
untuk mengorganisasikan ide-ide yang
muncul dikepala, (c) proses menggambar
diagram bisa memunculkan ide-ide yang
lain, (d) diagram yang sudah terbentuk
bisa menjadi panduan untuk menulis”.
Berbagai permasalahan yang ditemukan
pada proses pembelajaran IPA, untuk itu
perlu adanya suatu perbaikan dalam
proses pembelajaran agar kompetensi
pengetahuan siswa pada mata pelajaran
IPA menjadi lebih baik. Upaya perbaikan
yang dapat dilakukan diantaranya adalah
dengan
menggunakan
model
pembelajaran think pair share berbantuan
mind mapping dapat meningkatkan
kompetensi pengetahuan IPA yang lebih
optimal. Pada pembelajaran, peserta didik
mengkonstruksikan pengetahuan dirinya.
Pengetahuan yang dimiliki peserta didik
bersifat dinamis, berkembang dari yang
sederhana menuju kompleks, dan dari
ruang lingkup yang sempit menuju ruang
lingkup yang lebih luas dan dari yang
bersifat konkret menuju ke abstrak.
“kompetensi yang berasal dari kata
competence diartikan sebagai pernyataan
yang menggambarkan penampilan suatu
kemampuan
tertentu
secara
bulat,
sebagai perpaduan pengetahuan dan
kemampuan yang dapat diamati dan juga
diukur” (Kosasih 2014:13). Kompetensi
adalah
karaktersitik
mendasar
diri
seseorang yang berhubungan timbal balik
dengan suatu kriteria efektif dan
kecakapan terbaik seseorang dalam
pekerjaan atau keadaan. Berdasarkan
3

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

pengertian-pengertian tersebut
dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis
kompetensi mengutamakan penciptaan
dan peningkatan serangkaian kemampuan
siswa. Pendidikan berdasarkan kurikulum
berbasis kompetensi dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar seluasluasnya bagi pesera didik dalam
mengembangkan
kemampuan
untuk
bersikap, berpengetahuan, berketrampilan
dan bertindak. Kompetensi merupakan
sesuatu yang kompleks, yang didalamnya
mengandung banyak aspek (ranah).
Menurut kurikulum 2013, kompetensi itu
mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan” (Kosasih, 2014:14). Di
dalam kurikulum 2013, ketiga aspek itu
dinyatakan di dalam rumusan kompetensi
inti dengan menggunakan notasi sebagai
berikut.
1) Kompetensi Inti 1 (KI-1) untuk
kompetensi inti sikap spiritual
2) Kompetensi Inti 2 (KI-2) untuk
kompetensi inti sikap sosial
3) Kompetensi Inti 3 (KI-3) untuk
kompetensi inti pengetahuan
4) Kompetensi Inti 4 (KI-4) untuk
kompetensi inti keterampilan.
Kompetesi pegetahuan menurut
Yusuf
(2015:190)
mencakup
“C1
(pengetahuan), C2 (Pemahaman), C3
(Aplikasi), C4 (Analisis), C5 (Sintesis), C6
(Evaluasi)”.Kompetensi inti merupakan
kompetensi yang harus dicapai siswa
dalam keseluruhan mata pelajaran dalam
satu
tingkatannya.
Kompetensi
inti
dirancang seiring dengan meningkatnya
usia
siswa
pada
kelas
tertentu.
“Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai
segala sesuatu yang diketahui atau segala
sesuatu yang berkenaan dengan hal”.
(Setyosari, 2015:4). Berkenaan dengan
hal yang dikenali atau diketahui,
seseorang dapat memahami dan mungkin
melakukan atau mengaplikasikan tentang
pengetahuan tersebut dalam situasi
tertentu. Berdasarkan landasan teori
tersebut, dapat disimpulkan kompetensi
pengetahuan IPA adalah segela sesuatu
yang kompleks yang berkaitan dengan
pengetahuan,
keterampilan
yang
berhubungan
dengan
IPA.
Model
pembelajaran kooperatif adalah suatu
model pembelajaran dengan sistem
belajar dan bekerjasama dalam kelompok

kecil dengan struktur kelompok yang
bersifat heterogen. Menurut (Daryanto,
2014:35) “pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang dilakukan secara
berkelompok, siswa dalam satu kelas
dijadikan kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk
memahami konsep yang difasilitasi oleh
guru”.
Menurut (Rusman, 2012:202)
“pembelajaran
kooperatif
(cooperatif
learning) merupakan bentuk pembelajaran
dengan cara siswa belajar dan bekerja
dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
empat sampai enam orang dengan
struktur
kelompok
yang
bersifat
heterogen”. Dari uraian uraian tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
model
pembelajaran kooperatif adalah suatu
model pembelajaran dengan sistem
belajar dan bekerjasama dalam kelompok
kecil dengan struktur kelompok yang
bersifat
heterogen.
Pembelajaran
Kooperatif
juga
memiliki
beberapa
keunggulan, menurut (Daryanto, 2014:36)
“adapun keunggulan model pembelajaran
kooperatif dilihat dari aspek siswa adalah
memberi peluang kepada siswa agar
mengemuk
dan
membahas
suatu
pandangan, pengalaman, yang diperoleh
siswa belajar secara bekerja sama dalam
merumuskan
kearah
pandangan
kelompok”.
Model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share adalah salah satu model
pembelajaran yang lebih menekankan
kerjasama siswa dalam pembelajaran.
Menurut (Kurniasih & Berlin, 2015: 58)
“model TPS merupakan suatu cara yang
efektif untuk membuat variasi suasana
pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa
semua resitasi atau diskusi membutuhkan
pengaturan untuk mengendalikan kelas
secara keseluruhan, dan prosedur yang
digunakan dalam think pair share dapat
memberi siswa lebih banyak waktu
berpikir, untuk merespon dan saling
membantu”. Menurut (Zubaedi, 2011:219)
“tipe
TPS
ini
dirancang
untuk
memengaruhi pola interaksi siswa.
Struktur ini menghendaki siswa bekerja
saling membantu dalam kelompok kecil
(dua hingga enam anggota) dan lebih
dicirikan oleh penghargaan kooperatif
daripada individu”. Menurut (Ngalimun,
4

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

2013:169) model pembelajaran TPS
memiliki sintaks sebagai berikut: “guru
menyajikan materi klasikal, berikan
persoalan kepada siswa dan siswa
bekerja
kelompok
dengan
cara
berpasangan sebangku-sebangku (thinkpair), presentasi kelompok (share), kuis
individual, buat skor perkembangan tiap
siswa, umumkan hasil kuis dan berikan
reward”. Mind mapping sangat membantu
dalam
pembelajaran
karena
dapat
mengembangkan potensi kerja otak.
Menurut
(Nurdin
dan
Adriantoni,
2015:257) Mind Mapping adalah suatu
teknik mencatat yang dapat memetakan
pikiran yang kreatif dan efektif serta
memadukan
dan
mengembangkan
potensi kerja otak baik belahan otak
kanan atau belahan otak kiri yang terdapat
didalam diri seseorang. Menurut (Khan,
2010:30) “mind mapping merupakan
metode pemetaan otak terhadap semua
informasi. Metode ini membuka pikiran
manusia agar mampu mengembangkan
pendekatan berpikir yang lebih kreatif dan
inovatif”.
Beberapa keunggulan Mind Mapping
yaitu, (1) Cukup dimengerti dan cepat
dalam menyelesaikan persoalan. (2)
Dapat digunakan mengorganisasikan ideide yang muncul dikepala. (3) Proses
menggambar bisa memunculkan ide-ide
yang lain. (4) Diagram yang sudah
terbentuk bisa menjadi panduan untuk
menulis (Kurniasih & Berlin, 2016:54).
Mind mapping bermanfaat untuk menggali
pengetahuan
siswa,
membuat
perencanaan kegiatan, memudahkan
siswa memahami konsep sehingga
tercipta pembelajaran bermakna dan
kreatifitas
siswa
dikembangkan.
“kemampuan mengingat siswa juga
dikembangkan sehingga siswa dapat
memahami
konsep
tanpa
harus
menghafal
kembali
tetapi
dengan
mengingat
kembali”.
(Nurdin
dan
Andriantoni, 2013: 262).
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share berbantuan Mind
Mapiing adalah suatu model pembelajaran
kelompok berpasangan yang dirancang
untuk siswa bekerja saling membantu
dalam kelompok dan dengan berbantuan
mind mapping siswa dapat mengingat
informasi
lebih
mudah
dan
bisa

diandalkan karena cara kerja otak yang
alami dilibatkan sejak awal untuk
menyusun fakta dan pikiran sedemikian
rupa.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
kelas eksperimen dan kelas kontrol yang
dilakukan pada kelas V SD Gugus
Kompyang Sujana Denpasar Utara
semester 2 tahun ajaran 2016/2017.
Penelitian ini dilakasanakan pada bulan
maret
s/d
april
penelitian
kelas
eksperimen
dilakukan
di
SDN
4
Peguyangan dan penelitian kontrol
dilakukan di SDN 2 Peguyangan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
perbedaan kompetensi pengetahuan IPA
antara kelompok siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share berbantuan Mind
Mapping dengan kelompok siswa yang
dibelajarkan
dengan
pembelajaran
konvensional
(pendekatan
saintifik).
Rancangan penelitian yang digunakan
Quasi Eksperimen dengan rancangan
Nonequivalent
Control
GrupDesign.
“Dalam penelitian ini untuk menentukan
subjek penelitian langkah awal dalam
penelitian ini adalah menetukan populasi
yang diteliti. Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri dari objek atau
subjek yang menjadi kauntitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk di pelajari dan ditarik
kesimpulannya”.
(Sugiyono,2014:90)
Sedangkan,
(Setyosari,2015:221)
mengungkapkan “populasi merupakan
keseluruhan dari objek, orang, peristiwa,
atau sejenisnya yang menjadi perhatian
dan kajian dalam penelitian”. Dengan
demikian populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas V SD Gugus
Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun
Ajaran 2016/2017.
“Sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”. (Sugiyono,2014:91).
Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada
pada
populasi,
misalnya
karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu,
maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya
5

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk
itu sampel yang diambil dari populasi
harus
betul-betul
representative
(mewakili).
Sedangkan
menurut
(Setyosari,2015:221)
mengemukakan
“sampel merupakan suatu faktor penting
yang perlu diperhatikan dalam penelitian
yang dilakukan”. Dengan demikian
berdasarkan kedua pendapat diatas maka
dapat disimpulkan bahwa sampel adalah
perwakilan yang dimiliki populasi yang
digunakan
dalam
penelitian
yang
dilakukan.
Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel ini disebut sebagai
teknik simple random sampling (sampel
acak sederhana). Pengacakan yang
dilakukan adalah acak kelas kemudian
dilakukan pengundian. Jadi setiap kelas
mendapatkan kesempatan yang sama
untuk dijadikan sampel. Pemilihan sampel
dalam penelitian ini tidak dilakukan
pengacakan individu, karena tidak bisa
mengubah kelas yang telah terbentuk
sebelumnya. Kelas dipilih sebagaimana
telah terbentuk tanpa campur tangan
peneliti
dan
tidak
dilakukannya
pengacakan
individu,
kemungkinan
pengaruh-pengaruh dari keadaan subjek
mengetahui dirinya dilibatkan dalam
eksperimen dapat dikurangi sehingga
penelitian
ini
benar-benar
menggambarkan pengaruh perlakuan
yang diberikan.
Cara
pengundian
dilakukan
dengan menulis semua nama kelas V di
seluruh SD Gugus Kompyang Sujana
Denpasar Utara, pada masing-masing
kertas yang jumlahnya 8, kemudian kertas
digulung. Gulungan kertas tersebut
dimasukkan kedalam botol dan dikocok.
Dilanjutkan dengan mengambil 2 sampel,
2 sampel yang terpilih yaitu sebagai
kelompok
kontrol
dan
kelompok
eksperimen.
Selanjutnya,
setelah
mendapatkan 2 sampel tersebut, peneliti
memberikan pretest untuk menyetarakan
kelas tersebut dengan menggunakan uji-t
dengan rumus polled varians. “Tes adalah
suatu pengukuran yang bersifat objektif
mengenai
tingkah
laku
seseorang
sehingga, tingkah laku tersebut dapat
digambarkan dengan bantuan angka,
skala atau dengan sistem kategori” (Yusuf
Muri,2015:93). Jenis tes yang digunakan

dalam penelitian ini adalah tes objektif
dalam bentuk pilihan ganda biasa dengan
4 pilihan jawaban (a,b,c dan d), mula-mula
dibuat 50 item atau butir soal sesuai
dengan kisi-kisi. Soal tersebut kemudian
diujicobakan pada kelas yang lebih tinggi.
Setelah dianalisir butir soal yang
memenuhi syarat digunakan sebagai
instrumen penelitian dengan jumlah
pertanyaan,yaitu : 28 butir soal. Setiap
item diberi skor 1 bila siswa menjawab
dengan benar (jawaban disesuaikan
dengan kunci jawaban) dan skor 0 bila
siswa menjawab salah. Skor setiap
jawaban kemudian dijumlahkan dan
jumlah tersebut merupakan skor variable
kompetensi pengetahuan IPA. Skor
belajar IPA bergerak dari 0-100. Skor 0
merupakan skor minimal ideal serta skor
100 merupakan skor maksimal tes
kompetensi pengetahuan.
Suatu
instrumen
penelitian
dikatakan baik jika sudah memenuhi dua
persyaratan penting, yaitu valid dan
reliabel. Uji coba instrumen penelitian
dilakukan untuk mendapat gambaran
secara empirik dapat tidaknya instrumen
tersebut digunakan sebagai instrumen
penelitian. Instrumen penelitian yang
dihasilkan dalam penelitian ini diuji
validitas tes, reliabilitas tes, daya beda
tes dan indeks kesukaran.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hipotesis penelitian yang diuji
dalam penelitian ini adalah hipotesis nol
(H0) yang berbunyi: tidak terdapat
perbedaan yang signifikan kompetensi
pengetahuan IPA kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif
tipe Think Pair
Share
berbantuan
Mind
Mapping
dengan
kelompok siswa yang dibelajarkan melalui
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas V SD Gugus Kompyang Sujana
Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017.
Sedangkan hipotesis (Ha) alternatif
yang berbunyi: terdapat perbedaan yang
signifikan kompetensi pengetahuan IPA
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share berbantuan Mind Mapping
dengan kelompok siswa yang dibelajarkan
melalui pembelajaran konvensional pada
6

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

siswa kelas V SD Gugus Kompyang
Sujana Denpasar Utara Tahun Ajaran
2016/2017.
Hasil perhitungan menunjukkan
data kompetensi pengetahuan IPA Siswa
Kelas V kelompok eksperimen dengan
tertinggi yang diperoleh siswa adalah 96
dan nilai terendah adalah 50 dengan
angka rata-rata (mean) data bergolong
sebesar
80,32.
Hasil
perhitungan
menunjukkan
data
kompetensi
pengetahuan IPA Siswa Kelas V
kelompok kontrol dengan tertinggi yang
diperoleh siswa adalah 89 dan nilai
terendah adalah 46, dengan angka ratarata (mean) data bergolong sebesar
72,12.
Dari data tersebut diketahui bahwa
nilai rata-rata data bergolong yang
diperoleh siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share berbantuan Mind Mapping
dengan kelompok siswa yang dibelajarkan
melalui pembelajaran konvensional.
Setelah memperoleh nilai pretest
dan
nilai posttest IPA Kelas V di
kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol,
maka
dilanjutkan
dengan
menormalisasikan nilai pretest dan
posttest
masing-masing
kelompok.
Menormalisasikan nilai pretest dan
posttest kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, dilakukan dengan
menggunakan penghitungan Gain Skor
Ternormalisasi (Normalized Gain Score).
Berdasarkan rata-rata Gain Skor
yang diperoleh dari penghitungan Gain
Skor pada kelas eksperimen adalah 0,54
yang memiliki predikat sedang, sedangkan
pada kelas kontrol adalah 0,43 yang juga
memiliki predikat sedang. Ini berarti
kompetensi pengetahuan IPA dengan
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
Think Pair
Share
berbantuan Mind Mapping
dengan
pembelajaran konvensional sama-sama
memiliki predikat sedang yang dinyatakan
berhasil tetapi yang membedakannya
adalah rata-rata Gain Skor. Terbukti dari
hasil perhitungan rata-rata Gain Skor
Kelompok
Eksperimen
lebih
tinggi
dibandingkan kelompok kontrol yang
mempunyai selisih 0,11.
Sebelum
dilakukan
pengujian
hipotesis dengan analisis uji-t, terlebih

dahulu harus dilakukan uji prasyarat yang
meliputi uji normalitas sebaran data dan
uji homogenitas varians. Uji normalitas
sebaran
data
dimaksudkan
untuk
mengetahui sebaran data berdistribusi
normal atau tidak.
Berdasarkan
hasil
analisis
2
diperoleh harga χ hitung = 8,120 untuk
kelompok eksperimen. Harga tersebut
kemudian dikonsultasikan dengan harga
χ2 tabel dengan dk = 5 dan taraf signifikansi
5% sehingga diperoleh harga χ2 tabel =
11,070. Karena χ2 hitung = 8,120 < χ2 tabel
= 11,070 maka data hasil
(α=0,05)
penguasaan kompetensi pengetahuan IPA
kelompok
eksperimen
berdistribusi
normal. Ini berarti sebaran data
kompetensi pengetahuan IPA kelompok
eksperimen
berdistribusi
normal.
Sedangkan pada kelompok kontrol harga
χ2 hitung = 2,930. Harga tersebut kemudian
dikonsultasikan dengan harga χ2 tabel
dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5%
sehingga diperoleh harga χ2 tabel = 11,070.
Karena χ2 hitung = 7,91 ttabel (α=0,05) = 2,000 maka H0
yang menyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan kompetensi
pengetahuan IPA kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share
berbantuan Mind Mapping dengan
kelompok siswa yang dibelajarkan melalui
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas V SD Gugus Kompyang Sujana
Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017
ditolak, dan berarti Ha yang menyatakan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
kompetensi pengetahuan IPA kelompok
siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share berbantuan Mind Mapping dengan
kelompok siswa yang dibelajarkan melalui
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas V SD Gugus Kompyang Sujana
Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017
diterima. Dapat dikatakan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan kompetensi
pengetahuan
IPA
antara
yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share
berbantuan
Mind
Mapping
dan
pembelajaran secara konvensional pada
siswa kelas V SD Gugus Kompyang
Sujana Denpasar Utara Tahun Ajaran
2016/2017.
Pembelajaran
menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share berbantuan Mind Mapping
pada muatan materi IPA memberikan
kesempatan yang lebih luas kepada siswa
untuk mengonstruksikan pengetahuannya
melalui berbagai kegiatan bermakna dan
teratur yang tentunya menyenangkan bagi
siswa
pada
setiap
langkah
pembelajarannya.
Perbedaan
hasil
penguasaan kompetensi pengetahuan
IPA
dapat
terlihat
dari
langkah
8

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh rata-rata Gain Skor kompetensi
pengetahuan IPA yang diperoleh siswa
yang
dibelajarkan
melalui
model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share berbantuan Mind Mapping lebih
tinggi dari siswa yang dibelajarkan melalui
pembelajaran konvensional (0,54 > 0,43).
Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan uji-t dengan dk = 81 pada
taraf signifikansi 5% diperoleh thitung =
3,666 > ttabel = 2,000 ini berarti bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan
kompetensi pengetahuan IPA antara
kelompok siswa yang dibelajarkan melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share berbantuan Mind Mapping dan
kelompok siswa yang dibelajarkan melalui
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas V SD Gugus Kompyang Sujana
Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017
pada tema 8 (Ekosistem).
Dengan
demikian
model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share
berbantuan
Mind
Mapping
berpengaruh
terhadap
kompetensi
pengetahuan IPA siswa kelas V SD
Gugus Kompyang Sujana Denpasara
Utara Tahun Ajaran 2016/2017.
Adapun saran yang ingin disampaikan
melalui penelitian ini, yaitu : (1) Kepada
siswa Berdasarkan temuan penelitian,
kepada
siswa
disarankan
agar
memanfaatkan
kesempatan
yang
difasilitasi guru dengan berpartisipasi aktif
dalam
kegiatan
pembelajaran
menggunakan
model
pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share
berbantuan Mind Mapping, sehingga
dapat membangun pengetahuan sendiri.
(2) Kepada guru hendaknya agar lebih
kreatif untuk memberikan fasilitas berupa
sumber belajar dan kesempatan yang
lebih besar bagi siswa pada pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share
berbantuan
Mind
Mapping
sehingga tercipta pembelajaran bermakna
dan menyenangkan bagi siswa. (3)
Kepada sekolah agar dapat menggunakan
hasil penelitian ini sebagai pendukung
sumber belajar guru dalam meningkatkan
kualitas
pembelajaran
dengan

menciptakan
pembelajaran
yang
menyenangkan di sekolah sehingga
sekolah mampu menghasilkan siswa yang
berkualitas. (4) Kepada peneliti lain
disarankan hasil penelitian ini digunakan
sebagai referensi untuk melaksanakan
penelitian selanjutnya atau menemukan
inovasi kegiatan pembelajaran lainnya
yang bermakna dan menyenangkan.
DAFTAR RUJUKAN
Agung, A.A Gede. 2014. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Singaraja:
Aditya Media Publishing.
Arikunto, Suharsimi. 2010.
Prosedur
Penelitian . Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Daryanto.
2014.
Pendekatan
Pembelajaran Saintifik Kurikulum
2013. Yogyakarta: Gava Media
Kosasih.

2014. Strategi Belajar dan
Pembelajaran
Implementasi
Kurikulum 2013. Bandung :
Yrama Widya.

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2015.
Model Pembelajaran. Kata Pena CV
Solusi Distribusi
Ngalimun. 2013. Strategi dan Model
Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo
Nurdin Syafruddin & Andriantoni. 2013.
Kurikulum
dan
Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara
Rusman.
2012.
Model-Model
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Setyosari, Punaji. 2013. Metode Penelitian
Pendidikan
dan
Pengembangan.Jakarta
:
Kencana Prenada Media Group.
Setyosari, Punaji. 2015. Metode Penelitian
Pendidikan
dan
Pengembangan.Jakarta
:
Kencana Prenada Media Group.

9

e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.
Bandung : Alfabeta.

Yusuf, Muri. 2015. Asessmen dan
Evaluasi
Pendidikan.
Jakarta:
Prenada Media Group

Wisudawati
&
Sulistyowati.
Metodologi
Pembelajaran
Jakarta: Bumi Aksara

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan
Karakter. Jakarta: Kencana

2015.
IPA.

10