Pelajaran Dasar Agama Islam (1)

AQIDAH

Agama Islam
Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan
agama inilah Allah menutup agama-agama sebelumnya. Allah telah menyempurnakan agama ini bagi
hamba-hambaNya. Dengan agama Islam ini pula Allah menyempurnakan nikmat atas mereka. Allah
hanya meridhoi Islam sebagai agama yang harus mereka peluk. Oleh sebab itu tidak ada suatu
agama pun yang diterima selain Islam.
Allah ta’ala berfirman,
‫ع ع‬
‫يءء ع علليما ا‬
‫ن وع ع‬
‫ما ع‬
‫ه ب لك ك ل‬
‫سو ع‬
‫ل ع‬
‫ل الل لهل وع ع‬
‫م وعل ع ل‬
‫كا ع‬
‫من لر ع‬
‫مد د أعبا أ ع‬

‫م ع‬
‫كا ع‬
‫كن لر ك‬
‫ن الل ل ك‬
‫خات ع ع‬
‫جال لك ك ي‬
‫حد ء ل‬
‫ح ل‬
‫ن ك‬
‫ل‬
‫ش ي‬
‫م الن لب لليي ع‬
“Muhammad itu bukanlah seorang ayah dari salah seorang lelaki diantara kalian, akan tetapi dia
adalah utusan Allah dan penutup para Nabi.” (QS. Al Ahzab: 40)
Allah ta’ala juga berfirman,
‫ع‬
‫ال ييو ع‬
‫م لدينا ا‬
‫ملتي وععر ل‬
‫سل ع ع‬

‫ع ي ع‬
‫م ال ل ي‬
‫ت ل عك ك ك‬
‫ضي ك‬
‫م ن لعي ع‬
‫ت ع عل عي يك ك ي‬
‫م ك‬
‫م ي‬
‫م وعأت ي ع‬
‫م لدين عك ك ي‬
‫ت ل عك ك ي‬
‫مل ي ك‬
‫م أك ي ع‬
“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan Aku telah cukupkan nikmat-Ku
atas kalian dan Aku pun telah ridha Islam menjadi agama bagi kalian.” (QS. Al Maa’idah: 3)
Allah ta’ala juga berfirman,
‫م‬
‫ن ل‬
‫ن ال ل‬
‫إل ل‬

‫سل ع ك‬
‫عند ع الل لهل ال ل ي‬
‫دي ع‬
“Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19)
Allah ta’ala berfirman,
‫قب ع ع‬
‫ن‬
‫سل عم ل لدينا ا فععلن ي ك ي‬
‫ن ال ي ع‬
‫ه وعهكوع لفي ال ل‬
‫خا ل‬
‫خعرةل ل‬
‫ل ل‬
‫من ي عب يت علغ غ عي يعر ال ل ي‬
‫من ي ك‬
‫وع ع‬
‫ري ع‬
‫م ع‬
‫س ل‬
“Dan barang siapa yang mencari agama selain Islam maka tidak akan pernah diterima darinya dan di

akhirat nanti dia akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali ‘Imran: 85)
Allah ta’ala mewajibkan kepada seluruh umat manusia untuk beragama demi Allah dengan memeluk
agama ini. Allah berfirman kepada Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam,
‫ع‬
‫ع‬
‫مكنوا ي‬
‫مل ي ك‬
‫سو ك‬
‫قك ي‬
‫ت عفآ ل‬
‫حليـي وعي ك ل‬
‫ماعوا ل‬
‫ميعا ا ال ل ل‬
‫ج ل‬
‫ه إ لل ل هكوع ي ك ي‬
‫م ع‬
‫ك ال ل‬
‫س إ للني عر ك‬
‫مي ك‬
‫ض ل إ لعلـ ع‬

‫س ع‬
‫ه ك‬
‫ذي ل ع ك‬
‫ل الل لهل إ لل عي يك ك ي‬
‫ل عيا أي يعها اللنا ك‬
‫ت عوالير ل‬
‫ك‬
‫ل‬
‫ع‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ن‬
‫ذي ي كؤ ي ل‬
‫ي ال ل‬
‫دو ع‬
‫م ت عهيت ع ك‬
‫لباللهل وععر ك‬
‫مات لهل عوات لب لكعوه ك لععلك ك ي‬
‫ن لباللهل وعك عل ل ع‬

‫ي ال ل‬
‫م ك‬
‫م ل‬
‫سول لهل الن لب ل ل‬
“Katakanlah: Wahai umat manusia, sesungguhnya aku ini adalah utusan Allah bagi kalian semua,
Dialah Dzat yang memiliki kekuasaan langit dan bumi, tidak ada sesembahan yang haq selain Dia,
Dia lah yang menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kalian kepada Allah dan Rasul-Nya
seorang Nabi yang ummi (buta huruf) yang telah beriman kepada Allah serta kalimat-kalimat-Nya,
dan ikutilah dia supaya kalian mendapatkan hidayah.” (QS. Al A’raaf: 158)
Di dalam Shahih Muslim terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan dari jalur Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bersabda yang artinya, “Demi Zat yang jiwa
Muhammad berada di tangannya. Tidaklah ada seorang manusia dari umat ini yang mendengar
kenabianku, baik yang beragama Yahudi maupun Nasrani lantas dia meninggal dalam keadaan tidak
mau beriman dengan ajaran yang aku bawa melainkan dia pasti termasuk salah seorang penghuni
neraka.”
Hakikat beriman kepada Nabi adalah dengan cara membenarkan apa yang beliau bawa dengan
disertai sikap menerima dan patuh, bukan sekedar pembenaran saja. Oleh sebab itulah maka Abu

Thalib tidak bisa dianggap sebagai orang yang beriman terhadap Rasul shallallahu ‘alaihi wa
sallamwalaupun dia membenarkan ajaran yang beliau bawa, bahkan dia berani bersaksi bahwasanya

Islam adalah agama yang terbaik.
Agama Islam ini telah merangkum semua bentuk kemaslahatan yang diajarkan oleh agama-agama
sebelumnya. Agama Islam yang beliau bawa ini lebih istimewa dibandingkan agama-agama terdahulu
karena Islam adalah ajaran yang bisa diterapkan di setiap masa, di setiap tempat dan di masyarakat
manapun. Allah ta’ala berfirman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
‫منا ا‬
‫وععأنعزل يعنا إ لل عي ي ع‬
‫مهعي ي ل‬
‫ن ي عد عي يهل ل‬
‫ص ل‬
‫ب لبال ي ع‬
‫ك ال يك لعتا ع‬
‫ب وع ك‬
‫دقا ا ل ل ع‬
‫حقل ك‬
‫ن ال يك لعتا ل‬
‫م ع‬
‫م ع‬
‫ما ب عي ي ع‬
“Dan Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab dengan benar sebagai pembenar kitab-kitab yang

terdahulu serta batu ujian atasnya.” (QS. Al Maa’idah: 48)
Maksud dari pernyataan Islam itu cocok diterapkan di setiap masa, tempat dan masyarakat adalah
dengan berpegang teguh dengannya tidak akan pernah bertentangan dengan kebaikan umat tersebut
di masa kapan pun dan di tempat manapun. Bahkan dengan Islamlah keadaan umat itu akan menjadi
baik. Akan tetapi bukanlah yang dimaksud dengan pernyataan Islam itu cocok bagi setiap masa,
tempat dan masyarakat adalah Islam tunduk kepada kemauan setiap masa, tempat dan masyarakat,
sebagaimana yang diinginkan oleh sebagian orang.
Agama Islam adalah agama yang benar. Sebuah agama yang telah mendapatkan jaminan
pertolongan dan kemenangan dari Allah ta’ala bagi siapa saja yang berpegang teguh dengannya
dengan sebenar-benarnya. Allah ta’ala berfirman,
‫ع‬
‫شرل ك‬
‫س ع‬
‫م ي‬
‫ن‬
‫هكوع ال ل ل‬
‫كو ع‬
‫حقل ل لي كظ يهلعره ك ع ععلى ال ل‬
‫ن ال ي ع‬
‫ه لبال يهك ع‬

‫ل عر ك‬
‫ذي أير ع‬
‫ن ك كل لهل وعل عوي ك عرله ع ال ي ك‬
‫سول ع ك‬
‫دي ل‬
‫دى وعلدي ل‬
“Dia lah Zat yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa Petunjuk dan Agama yang benar
untuk dimenangkan di atas seluruh agama-agama yang ada, meskipun orang-orang musyrik tidak
menyukainya.” (QS. Ash Shaff: 9)
Allah ta’ala berfirman,
‫يع‬
‫م‬
‫خل ل ع‬
‫ست ع ي‬
‫ست ع ي‬
‫خل ع ع‬
‫ن ل‬
‫ف ال ل ل‬
‫حا ل‬
‫م وعع ع ل‬

‫مكنوا ل‬
‫ه ال ل ل‬
‫صال ل ع‬
‫ما ا ي‬
‫ت ل عي ع ي‬
‫ن ل عهك ي‬
‫م وعل عي ك ع‬
‫من قعب يل لهل ي‬
‫ض كع ع‬
‫منك ك ي‬
‫نآ ع‬
‫وعع عد ع الل ل ك‬
‫مكلوا ال ل‬
‫مك لن ع ل‬
‫ذي ع‬
‫ذي ع‬
‫فن لكهم لفي الير ل‬
‫ك‬
‫ع‬
‫شرل ك‬

‫ك فعأويل عئ ل ع‬
‫فعر ب ععيد ع ذ عل ل ع‬
‫ن لبي ع‬
‫دون علني عل ي ك ي‬
‫م‬
‫من ك ع ع‬
‫من ب ععيد ل ع‬
‫م ال ل ل‬
‫كو ع‬
‫منا ا ي ععيب ك ك‬
‫ذي ايرت ع ع‬
‫ك هك ك‬
‫شييئا ا وع ع‬
‫مأ ي‬
‫خويفلهل ي‬
‫م وعل عي كب عد لل عن لكهم ل‬
‫ضى ل عهك ي‬
‫لدين عهك ك‬
‫ن‬
‫س ك‬
‫ال ي ع‬
‫فا ل‬
‫قو ع‬
“Allah benar-benar telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman serta beramal salih diantara
kalian untuk menjadikan mereka berkuasa di atas muka bumi sebagaimana orang-orang sebelum
mereka telah dijadikan berkuasa di atasnya. Dan Allah pasti akan meneguhkan bagi mereka agama
mereka, sebuah agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka peluk. Dan Allah pasti akan
menggantikan rasa takut yang sebelumnya menghinggapi mereka dengan rasa tenteram, mereka
menyembah-Ku dan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun. Dan barangsiapa yang
ingkar sesudah itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An Nuur: 55)
Agama Islam adalah ajaran yang mencakup akidah/keyakinan dan syariat/hukum. Islam adalah
ajaran yang sempurna, baik ditinjau dari sisi aqidah maupun syariat-syariat yang diajarkannya:
1.
Islam memerintahkan untuk menauhidkan Allah ta’ala dan melarang kesyirikan.
2.
Islam memerintahkan untuk berbuat jujur dan melarang dusta.
3.
Islam memerintahkan untuk berbuat adil dan melarang aniaya.
4.
Islam memerintahkan untuk menunaikan amanat dan melarang berkhianat.
5.
Islam memerintahkan untuk menepati janji dan melarang pelanggaran janji.

6.

Islam memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua dan melarang perbuatan
durhaka kepada mereka.
7.
Islam memerintahkan untuk menjalin silaturahim (hubungan kekerabatan yang terputus)
dengan sanak famili dan Islam melarang perbuatan memutuskan silaturahim.
8.
Islam memerintahkan untuk berhubungan baik dengan tetangga dan melarang bersikap
buruk kepada mereka.
Secara umum dapat dikatakan bahwasanya Islam memerintahkan semua akhlak yang mulia dan
melarang akhlak yang rendah dan hina. Islam memerintahkan segala macam amal salih dan
melarang segala amal yang jelek. Allah ta’ala berfirman,
‫إن الل ل ي‬
‫ح ع‬
‫ن‬
‫ن ال ي ع‬
‫ن وعلإيعتاء لذي ال ي ك‬
‫م ت عذ عك لكرو ع‬
‫ف ي‬
‫ل عوال ل ي‬
‫ل ل‬
‫ح ع‬
‫م ل عععل لك ك ي‬
‫ي ي ععلظ كك ك ي‬
‫شاء عوال ي ك‬
‫ه ي عأ ك‬
‫ع‬
‫سا ل‬
‫مكر لبال يععد ي ل‬
‫منك عرل عوال يب عغي ل‬
‫قيرعبى وعي عن يعهى ع ع ل‬
“Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat adil, ihsan dan memberikan nafkah kepada sanak
kerabat. Dan Allah melarang semua bentuk perbuatan keji dan mungkar, serta tindakan melanggar
batas. Allah mengingatkan kalian agar kalian mau mengambil pelajaran.” (QS. An Nahl: 90)

Inilah Pilar Agamamu: Rukun dan Makna
Islam (1)
Sebagai seorang muslim sudah seharusnya kita mengetahui dengan baik agama kita. Karena dengan
Islamlah seseorang bisa meraih kebahagiaan yang hakiki dan sejati. Sebuah kebahagiaan yang tidak
akan usang di telan waktu dan tidak akan pernah hilang di manapun kita berada. Sebuah
kebahagiaan yang sangat mahal harganya yang tidak dapat diukur dengan materi dunia sebesar
apapun. Oleh karena itu sudah selayaknya bagi kita untuk mempelajari Islam, terlebih lagi bagian inti
dari Islam yang menjadi pilar agama ini sehingga kebahagiaan pun bisa kita raih.
Inilah Pilar Itu
Rosul kita yang mulia telah memberitahu kepada kita seluruh perkara yang bisa mengantarkan kita
pada kebahagiaan yang hakiki dan abadi yaitu surga Allah subhanahu wa ta’ala dan beliau juga telah
memperingatkan kita dari seluruh perkara yang dapat menjerumuskan kita pada kehancuran dan
kebinasaan yang abadi yaitu azab neraka yang sangat pedih yang Allah sediakan bagi orang-orang
yang bermaksiat kepada-Nya. Demikianlah kasih sayang Rosul kita kepada umatnya bahkan melebihi
kasih sayang seorang ibu pada anaknya.
‫ص ع عل عي ي ك‬
‫سو د‬
‫ن عر ك‬
‫م‬
‫ن عأن ك‬
‫لع ع‬
‫ف لر ل‬
‫ؤو د‬
‫مؤ ي ل‬
‫ف ل‬
‫م ع‬
‫قد ي ع‬
‫م عر ك‬
‫حي د‬
‫كم لبال ي ك‬
‫ما ع عن لت ي ي‬
‫زيدز ع عل عي يهل ع‬
‫سك ك ي‬
‫ل ل‬
‫جاءك ك ي‬
‫ري د‬
‫ملني ع‬
‫م ي‬
‫ح ل‬
‫م عع ل‬
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At Taubah: 128)
Rosul kita telah memberi tahu pada kita tentang pilar agama Islam yang mulia ini. Beliau bersabda
yang artinya, “Islam ini dibangun di atas lima perkara: (1) Persaksian bahwa tidak ada sesembahan
yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, (2) mendirikan sholat, (3)
menunaikan zakat, (4) pergi haji ke baitullah, dan (5) berpuasa pada bulan Romadhon.” (HR. Bukhari
Muslim)
Demikian pula ketika menjawab pertanyaan malaikat Jibril yang bertanya kepada beliau, “Wahai
Muhammad! Beri tahukan kepadaku tentang Islam?” Kemudian beliau menjawab, “Islam adalah
Engkau bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah, kemudian Engkau mendirikan sholat, kemudian Engkau menunaikan zakat,
kemudian Engkau berpuasa pada bulan Ramadhon, kemudian Engkau menunaikan haji jika mampu.”
Kemudian ketika beliau kembali ditanya oleh malaikat Jibril, “Wahai Muhammad! Beri tahukan
kepada ku tentang Iman?” Kemudian beliau menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya,
kitab-Nya, utusan-Nya, hari akhir dan Engkau beriman pada takdir Allah yang baik maupun yang
buruk.” (HR. Muslim)
Demikianlah Rosul kita memberikan pengertian kepada umatnya tentang Islam, apa itu Islam yang
seharusnya kita jalankan? Dan bagaimana seorang menjalankan Islam? Dalam hadits tersebut dapat
kita ambil kesimpulan bahwa Islam adalah perkara-perkara agama yang lahiriah sedangkan iman

adalah perkara-perkara yang terkait dengan hati. Sehingga jika digabungkan istilah Iman dan Islam
maka hal ini menunjukkan hakikat agama Islam yaitu mengerjakan amalan-amalan lahir yang
dilandasi keimanan. Jika ada orang yang mengerjakan amalan-amalan Islam namun perbuatan
tersebut tidak dilandasi dengan keimanan, maka inilah yang disebut dengan munafik. Sedangkan jika
ada orang yang mengaku beriman namun ia tidak mengamalkan perintah Allah dan Rasulnya maka
inilah yang disebut dengan orang yang durhaka.
Berdasarkan hadits tersebut sekarang kita tahu bahwa agama Islam ini dibangun di atas lima pilar:
1.
Persaksian tentang dua kalimat syahadat bahwa tidak ada yang berhak disembah selain
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.
2.
Menegakkan sholat.
3.
Menunaikan zakat.
4.
Berpuasa pada bulan Romadhon.
5.
Pergi haji ke tanah suci jika mampu.
Dan kelima hal inilah yang disebut dengan Rukun Islam yang merupakan pilar utama tegaknya
agama Islam ini. Barang siapa yang mengerjakan kelima pilar ini, maka ia berhak mendapatkan janji
Allah subhanahu wa ta’ala berupa surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan.
Makna Islam
Jika kita mendengar kata Islam, maka ada dua pengertian yang dapat kita ambil. Pengertian islam
yang pertama adalah Islam secara umum yang memiliki makna: Berserah diri kepada Allah dengan
tauhid dan tunduk serta patuh pada Allah dengan menjalankan ketaatan kepadanya dan berlepas diri
dari perbuatan menyekutukan Allah (syirik) dan berlepas diri dari orang-orang yang menyekutukan
Allah (musyrik). Islam dengan makna yang umum ini adalah agama seluruh Nabi Rosul semenjak
nabi Adam ‘alaihi salam. Sehingga jika ditanyakan, apa agama nabi Adam, Nuh, Musa, Isa nabi dan
Rosul lainnya? Maka jawabannya bahwa agama mereka adalah Islam dengan makna Islam secara
umum sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Demikian juga agama para pengikut Nabi dan
Rasul sebelum nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Islam dengan pengertian di atas,
pengikut para Nabi dan Rasul terdahulu berserah diri pada Alah dengan tauhid, tunduk dan patuh
kepada-Nya dengan mengerjakan amal ketaatan sesuai dengan syariat yang dibawa oleh nabi dan
Rasul yang mereka ikuti serta berlepas diri dari kesyirikan dan orang-orang yang berbuat syirik.
Agama pengikut nabi Nuh adalah Islam, agama pengikut nabi Musa pada zaman beliau adalah Islam,
agama pengikut nabi Isa pada zaman beliau adalah Islam dan demikian pula agama pengikut nabi
Muhammad pada zaman ini adalah Islam. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
‫ما ع‬
‫كن ع‬
‫ما ع‬
‫م ي‬
‫ن‬
‫شرل ل‬
‫ن ل‬
‫صعران لي لا ا وعل ع ل‬
‫ن إ لب يعرا ل‬
‫كا ع‬
‫ن ع‬
‫كا ع‬
‫كا ع‬
‫م ي‬
‫ن ال ي ك‬
‫سللما ا وع ع‬
‫حلنيفا ا ي‬
‫هي ك‬
‫ع‬
‫م ي عكهود لي لا ا وعل ع ن ع ي‬
‫كي ع‬
‫م ع‬
“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang
yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orangorang musyrik.” (QS. Ali Imran: 67)
Allah juga berfirman,
‫من قعب ي ك‬
‫ل‬
‫ن ل‬
‫م ي‬
‫هكوع ع‬
‫م ال ي ك‬
‫ماك ك ك‬
‫س ل‬
‫سللمي ع‬
“Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu.” (QS. Al Hajj: 78)
Sedangkan pengertian yang kedua adalah makna Islam secara khusus yaitu: Agama Islam yang
dibawa oleh Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang mencakup di dalamnya syariat
dan seluruh ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan inilah

makna Islam secara mutlak, artinya jika disebutkan “Agama Islam” tanpa embel-embel macammacam, maka yang dimaksud dengan “Agama Islam” tersebut adalah agama Islam yang dibawa oleh
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga orang-orang yang masih mengikuti ajaran
nabi Nuh, nabi Musa atau ajaran nabi Isa setelah diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam maka orang ini tidaklah disebut sebagai seorang muslim yang beragama Islam. Di samping itu,
ada pengertian Islam secara bahasa yaitu Istislam yang berarti berserah diri.

Inilah Pilar Agamamu: Penjelasan
Ringkas Rukun Islam (2)
Pilar Islam Pertama: Dua Kalimat Syahadat
Inilah pilar Islam yang pertama dan utama yaitu persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak
untuk disembah selain Allah subhanahu wa ta’ala dan persaksian bahwa Muhammad adalah utusan
Allah. Tanpa adanya pilar ini, maka tidak ada bangunan Islam dari diri seseorang. Demikian pula jika
pilar ini hancur, maka akan ikut hancur pula bangunan Islam dari diri seseorang. Oleh karena itu
sudah seharusnya seorang muslim memperhatikan dan senantiasa memelihara hal yang satu ini
dalam seluruh waktu dan kehidupannya.
Persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah subhanahu wa ta’ala
dan persaksian bahwa Muhammad adalah utusan Allah tidak cukup hanya sekedar di lisan saja,
namun lebih dari itu, seorang yang bersaksi haruslah mengetahui dan meyakini hal yang dia saksikan
serta mengamalkan konsekuensi kesaksiannya tersebut. Jika ada seorang saksi yang berbicara
dengan lisannya bahwa dia telah melihat sesuatu namun ternyata hal tersebut tidaklah benar alias dia
hanya berbohong maka saksi seperti ini disebut saksi palsu. Demikian juga, jika ada orang yang
mengucapkan kedua kalimat syahadat dengan lisannya, namun ternyata hatinya tidak meyakininya,
maka orang ini adalah seorang pendusta. Allah subhanahu wa ta’ala menyebutnya sebagai orang
munafik ketika mereka mengatakan bahwa mereka bersaksi bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah utusan Allah, namun Allah mendustakan persaksian palsu mereka yang tidak muncul
keyakinan tersebut. Allah berfirman:
‫ن لع ع‬
‫م إ لن ل ع‬
‫شهعد ك إ لن ل ع‬
‫جاء ع‬
‫سو ك‬
‫ه يع ي‬
‫ن عقاكلوا ن ع ي‬
‫إل ع‬
‫ن‬
‫معنافل ك‬
‫معنافل ل‬
‫كاذ لكبو ع‬
‫شهعد ك إ ل ل‬
‫قو ع‬
‫ذا ع‬
‫ك ل ععر ك‬
‫ك ل ععر ك‬
‫ن ال ي ك‬
‫ه عوالل ل ك‬
‫سول ك ك‬
‫ه ي ععيل ع ك‬
‫ل الل لهل عوالل ل ك‬
‫ك ال ي ك‬
‫قي ع‬
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa
sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu
benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benarbenar orang pendusta.” (QS. Al Munafiquun: 1)
Kalimat yang pertama dari dua kalimat syahadat ini, yaitu kalimat Laa Ilaha Illallah bukanlah kalimat
yang ringan dan sepele. Ada makna yang sangat dalam dan konsekuensi yang sangat besar di balik
kedua kalimat ini. Bahkan Allah pun menjadi saksi kalimat Laa Ilaha Illallah ini. Allah subhanahu wa
ta’ala berfirman,
‫شهد الل له أ عنه ل ع إعلـه إل ل هكو وال يمل عئ لك ع ك ك‬
‫م‬
‫ح ل‬
‫س ل‬
‫ما ا لبال ي ل‬
‫زيكز ال ي ع‬
‫ع ل ع‬
‫ق ي‬
‫كي ك‬
‫ط ل ع إ لعلـ ع‬
‫ة وعأويكلوا ي ال يعلل يم ل عقآئ ل ع‬
‫ع ع ع‬
‫ك ل ك‬
‫ه إ لل ل هكوع ال يعع ل‬
‫ل ع ل‬
“Allah menyaksikan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang
menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian
itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”(QS. Ali Imran: 18)
Kalimat Laa Ilaha Ilallah, sebagaimana penjelasan para ulama, memiliki makna:
‫ه‬
‫معيب كويد ع ع‬
‫حقد إ لعل الل ك‬
‫عل ع‬

“Tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah selain Allah”
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
‫ذ عل ع ع‬
‫عون من دون له هكو ال يباط ك ع‬
‫ع‬
‫ي ال يك علبيكر‬
‫ل‬
‫ك ل ع ع ل‬
‫ما ي عد ي ك ع ل‬
‫ل وعأ ل‬
‫حقي وعأ ل‬
‫ه هكوع ال ي ع‬
‫ك ب لأ ل‬
‫ن الل ل ع‬
‫ن ع‬
‫ن الل ل ع‬
‫ه هكوع ال يععل ل ي‬
“Yang demikian itu, adalah karena sesungguhnya Allah, Dialah (Tuhan) Yang Haq dan sesungguhnya
apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang
Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al Hajj: 62)
Dari makna ini kita mengetahui adanya sesembahan selain Allah subhanahu wa ta’ala yang disembah
oleh manusia seperti kuburan, pohon, para Nabi, malaikat, orang shalih dan lain sebagainya. Namun
sesembahan tersebut pada hakikatnya tidak berhak sama sekali untuk disembah dan diibadahi
karena yang berhak disembah dan diibadahi hanyalah Allah subhanahu wa ta’ala.
‫ع‬
‫ع‬
‫مكر عرب ل ع‬
‫من ع‬
‫ب‬
‫م ال للتي ي عد ي ك‬
‫ن الل لهل ل‬
‫ن ل‬
‫ما عزا ك‬
‫ما ع‬
‫من ك‬
‫عو ع‬
‫دوهك ي‬
‫ك وع ع‬
‫جاء أ ي‬
‫يءء ل ل ل‬
‫م آل لهعت كهك ك‬
‫ت ع عن يهك ي‬
‫ما أغ ين ع ي‬
‫فع ع‬
‫م غ عي يعر ت عت يلبي ء‬
‫ش ي‬
‫دو ل‬
“Karena itu tiadalah bermanfaat sedikit pun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru
selain Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah
kepada mereka kecuali kebinasaan belaka.” (QS. Huud: 101)
Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa orang-orang musyrik memiliki sesembahan selain Allah.
Namun sesembahan itu sama sekali tidak dapat memberikan manfaat pada mereka ketika datang
azab Allah.
Oleh karena itu, sungguh suatu fenomena yang sangat menyedihkan sekali ketika kita melihat ada
seorang muslim yang sudah mengucapkan kedua kalimat syahadat, namun dia masih melakukan
berbagai macam bentuk peribadatan kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala baik itu kepada orang
shalih, kuburan, jin penunggu dan lain sebagainya. Di antara penyebab terjadinya hal ini adalah
ketidaktahuan terhadap agama Islam yang menimpa banyak kaum muslimin di zaman ini. Terlebih
lagi tidak tahu terhadap tauhid yang merupakan inti dari agama Islam.
Dalam kalimat ‫ ل اله إل الله‬terkandung dua aspek yang sangat penting. Yang pertama yaitu aspek
peniadaan/negasi, hal ini tercermin pada kata-kata ‫( ل اله‬Tidak ada sesembahan yang berhak
disembah) yang berarti meniadakan dan segala macam bentuk peribadatan pada selain Allah,
apapun bentuknya. Para ulama mengistilahkan aspek pertama ini dengan istilah An Nafyu (‫)النفي‬.
Sedangkan aspek yang kedua yaitu aspek penetapan, hal ini tercermin pada kata-kata ‫( إل الله‬kecuali
Allah) yang berarti menetapkan bahwa seluruh macam bentuk peribadatan hanyalah untuk Allah
semata. Para ulama mengistilahkan aspek pertama ini dengan istilah Al Itsbat (‫)الثبات‬.
Kedua aspek ini sangatlah penting untuk dipahami dengan benar oleh seorang muslim yang ingin
merealisasikan dua kalimat syahadat ini. Karena, jika seorang muslim salah dalam memahaminya,
maka ia akan salah pula dalam merealisasikannya. Contohnya bisa kita lihat pada orang-orang yang
sekarang disebut dengan JIL (Jaringan Islam Liberal), sebagian mereka (baca: Nurcholis
Madjid jazaahullahu bimaa yastahiq) menafsirkan dan memaknai kalimat Tauhid dengan makna “tidak
ada tuhan (dengan t kecil) kecuali Tuhan (dengan T besar)”. Dengan tafsiran yang salah ini, mereka
menyamakan seluruh Tuhan yang ada yang disembah manusia. Ujung kesimpulan mereka, mereka
mengatakan bahwa Tuhan seluruh agama adalah satu hanya berbeda-beda dalam penyebutannya.
Semoga Allah membinasakan orang-orang seperti ini dan menjauhkan kaum muslimin dari pemikiran
seperti ini.

Kedua aspek ini pulalah yang telah dipahami oleh Nabi Ibrahim ‘alaihi salam Imam orang-orang yang
bertauhid, bapaknya para Nabi dan Rasul. Allah berfirman ketika menceritakan perkataan
Ibrahim ‘alaihi salam,
‫وعإ لذ ي عقا ع‬
‫م‬
‫ة عباقلي ع ا‬
‫م ا‬
‫ة لفي ع ع ل‬
‫سي عهي ل‬
‫ن إ للل ال ل ل‬
‫م لل علبيهل وعقعوي ل‬
‫ل إ لب يعرا ل‬
‫ن وع ع‬
‫دو ع‬
‫ما ت ععيب ك ك‬
‫ه ع‬
‫قب لهل ل عععل لهك ي‬
‫جععل ععها ك عل ل ع‬
‫ذي فعط ععرلني فعإ لن ل ك‬
‫م ل‬
‫مهل إ لن للني ب ععراء ل‬
‫هي ك‬
‫دي ل‬
‫ن‬
‫جكعو ع‬
‫ي عير ل‬
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Sesungguhnya aku berlepas
diri terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan Yang menjadikanku; karena
sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku.” Dan lbrahim menjadikan kalimat tauhid itu
kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.” (QS. Az
Zukhruf: 26-28)
Nabi Ibrahim ‘alaihi salam, menafikan seluruh sesembahan yang disembah oleh kaumnya dengan
mengatakan bahwa beliau berlepas diri dari hal tersebut. Kemudian beliau menetapkan bahwa
peribadatan beliau hanyalah kepada Tuhan yang telah menciptakan beliau yaitu Allah subhanahu wa
ta’ala. Kemudian beliau menjadikan kalimat ‫ ل اله إل الله‬tersebut kekal untuk keturunannya.
Kemudian bagian kedua dari dua kalimat syahadat ini yaitu persaksian bahwa Muhammad adalah
utusan Allah. Allah subhanahu wa ta’ala telah menegaskan bahwa telah ada seorang Rasul di antara
manusia ini yang Allah utus, dan dialah Nabi kita, teladan kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Allah ‘azza wa jalla berfirman,
‫ص ع عل عي ي ك‬
‫سو د‬
‫ن عر ك‬
‫م‬
‫ن عأن ك‬
‫لع ع‬
‫ف لر ل‬
‫ؤو د‬
‫مؤ ي ل‬
‫ف ل‬
‫م ع‬
‫قد ي ع‬
‫م عر ك‬
‫حي د‬
‫كم لبال ي ك‬
‫ما ع عن لت ي ي‬
‫زيدز ع عل عي يهل ع‬
‫سك ك ي‬
‫ل ل‬
‫جاءك ك ي‬
‫ري د‬
‫ملني ع‬
‫م ي‬
‫ح ل‬
‫م عع ل‬
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. At Taubah: 128)
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman,
‫ك‬
‫ة وعلإن ع‬
‫م آعيات لهل وعي كعز ل‬
‫من قعب ي ك‬
‫في‬
‫م ع‬
‫ب عوال ي ل‬
‫ذي ب ععع ع‬
‫ل لع ل‬
‫كاكنوا ل‬
‫هكوع ال ل ل‬
‫م ال يك لعتا ع‬
‫ن عر ك‬
‫حك ي ع‬
‫مهك ك‬
‫م وعي كععل ل ك‬
‫كيهل ي‬
‫م ي عت يكلو ع عل عي يهل ي‬
‫من يهك ي‬
‫سول ا ل‬
‫ث لفي ايل ل‬
‫مليي ع‬
‫ن‬
‫ع‬
‫ل ي‬
‫ضعل ء‬
‫ملبي ء‬
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab
dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan
yang nyata.”(QS. Al Jumuah: 2)
Makna kalimat kedua ini adalah yang meyakini bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi
wahyu oleh Allah dan meyakini beliau adalah benar-benar utusan Allah, serta beliau adalah penutup
para Nabi (Syarah Arba’in An Nawawiyah Syaikh Shalih Alu Syaikh: hadits kedua). Oleh karena itu,
barang siapa yang berkeyakinan bahwa beliau tidaklah diberi wahyu oleh Allah subhanahu wa ta’ala
maka persaksiannya tidaklah sah. Hal ini banyak kita saksikan di zaman sekarang, ada orang-orang
yang meragukan agama Islam. Mereka mengatakan bahwa Al Quran dan Hadits hanyalah konsep
yang disusun oleh Muhammad dan bukan wahyu yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala
yang kemudian konsep tersebut dijalankan oleh para sahabatnya, wal’iyadzubillah.
Barang siapa yang meyakini bahwa beliau tidaklah diutus untuk menyampaikan sesuatu yang telah
diperintahkan kepada beliau, maka persaksiannya tidaklah sah. Demikian juga barang siapa yang
menganggap adanya Rasul dan utusan Allah setelah Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam, maka persaksiannya tersebut tidaklah sah. Sebagaimana diklaim oleh sebagian orang yang
mengatakan bahwa ada di antara kelompoknya yang menjadi Nabi seperti Mirza Ghulam Ahmad

(jazaahullahu bimaa yastahiq) atau Nabi-nabi kelas lokal seperti Lia Aminuddin (kafaanallahu ‘an
syarrihaa) dan lain sebagainya.
Persaksian bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah memiliki konsekuensi yaitu taat terhadap
perintah beliau, membenarkan berita yang beliau bawa, dan menjauhi seluruh larangan beliau dan
kita beribadah kepada Allah hanya dengan syariat yang beliau bawa. Syaikh Nu’man bin Abdul Kariim
Al Watr berkata dalam Taisir Wushul, “Taat dengan perintah beliau yaitu menaati Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau memerintahkan kita. Karena taat pada beliau adalah taat
pada Allah dan karena perkataan beliau tidak berasal dari hawa nafsu dan Rasulullah hanya
memerintahkan kita dengan hal-hal yang bermanfaat bagi dunia dan agama kita. Membenarkan
berita yang beliau bawa karena beliau adalah orang yang jujur dan dibenarkan dan karena perkataan
beliau tidak berasal dari hawa nafsu dan merupakan konsekuensi beriman bahwa beliau adalah
benar-benar Rasulullah adalah membenarkan perkataan beliau. Menjauhi seluruh larangan beliau
karena perkataan beliau tidak berasal dari hawa nafsu dan beliau hanya melarang kita dari hal yang
tidak bermanfaat bagi dunia dan agama kita. Beribadah kepada Allah hanya dengan syariat yang
beliau bawa karena orang yang beribadah pada Allah dengan syariat selain beliau maka dia telah
melakukan bid’ah. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Barang siapa yang beramal
dengan amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalan tersebut tertolak.” (HR.
Muslim)” (Taisir Wushul hal: 73).
-bersambung insya Allah-

Inilah Pilar Agamamu: Penjelasan
Ringkas Rukun Islam (3)
Pilar Islam Kedua: Menegakkan Sholat
Pilar Islam yang kedua setelah dua kalimat syahadat adalah menegakkan sholat lima waktu. Bahkan
sholat ini adalah pembeda antara seorang yang beriman dan yang tidak beriman, sebagaimana
sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya yang memisahkan antara seseorang
dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan sholat.” (HR. Muslim). Oleh karena itu
seorang muslim haruslah memperhatikan sholatnya. Namun sungguh suatu hal yang sangat
memprihatinkan, banyak kaum muslimin di zaman ini yang meremehkan masalah sholat bahkan
terkadang lalai dari mengerjakannya.
Lima waktu sholat tersebut adalah sholat Zhuhur, sholat Ashar, sholat Magrib, Sholat Isya dan Sholat
Subuh. Inilah sholat lima waktu yang wajib dilakukan oleh seorang muslim. Mari kita simak sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, beliau berkata, “Sholat lima waktu diwajibkan pada
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam pada malam Isra Mi’raj sebanyak 50 waktu, kemudian berkurang
sampai menjadi 5 waktu kemudian beliau diseru, “Wahai Muhammad sesungguhnya perkataan-Ku
tidak akan berubah dan pahala 5 waktu ini sama dengan pahala 50 waktu bagimu.” (Muttafaqun
‘alaihi)
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman,
‫ع‬
‫شكهودا ا‬
‫جرل ع‬
‫م ي‬
‫ك ال ل‬
‫ن ال ي ع‬
‫ن ال ي ع‬
‫كا ع‬
‫ف ي‬
‫ن قكيرآ ع‬
‫جرل إ ل ل‬
‫ف ي‬
‫ل وعقكيرآ ع‬
‫صل عة ع ل لد ككلو ل‬
‫س إ لعلى غ ع ع‬
‫ن ع‬
‫ش ي‬
‫أقلم ل ال ل‬
‫ق الل لي ي ل‬
‫س ل‬
‫م ل‬
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat)
subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al Isra: 78)
Pada firman Allah,
‫ع‬
‫ك ال ل‬
‫ل‬
‫صل عة ع ل لد ككلو ل‬
‫س إ لعلى غ ع ع‬
‫ش ي‬
‫أقلم ل ال ل‬
‫ق الل لي ي ل‬
‫س ل‬
‫م ل‬
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam.”
Terkandung di dalamnya kewajiban mengerjakan sholat Zuhur sampai dengan Isya kemudian pada
firman-Nya,
‫شكهودا ا‬
‫جرل ع‬
‫م ي‬
‫ن ال ي ع‬
‫ن ال ي ع‬
‫كا ع‬
‫ف ي‬
‫ن قكيرآ ع‬
‫جرل إ ل ل‬
‫ف ي‬
‫وعقكيرآ ع‬
‫ن ع‬
“Dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh
malaikat).” terkandung di dalamnya perintah mengerjakan sholat subuh. (Lihat Syarah Aqidah al
Wasithiyyah Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin).
Mendirikan sholat adalah kewajiban setiap muslim yang sudah baligh dan berakal. Adapun seorang
muslim yang hilang kesadarannya, maka ia tidak diwajibkan mengerjakan sholat berdasarkan hadits
dari Ali rodhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau berkata, “Pena diangkat dari
tiga golongan, dari orang yang tidur sampai dia bangun, dari anak kecil sampai dia mimpi dan dari

orang gila sampai dia sembuh.” (HR. Abu Daud No 12,78 dan 4370 Lihat di Shohih Jami’us
Shaghir 3513 ).
Walaupun demikian, wali seorang anak kecil wajib menyuruh anaknya untuk sholat agar melatih sang
anak menjaga sholat lima waktu. Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perintahkanlah
anak kalian yang sudah berumur tujuh tahun untuk mengerjakan sholat, dan pukullah mereka agar
mereka mau mengerjakan sholat saat mereka berumur 10 tahun dan pisahkanlah tempat tidur
mereka.” (Hasan, Shahih Jami’us Shaghir 5868, HR. Abu Daud)
Pilar Islam Ketiga: Menunaikan Zakat
Inilah rukun Islam yang ketiga yaitu menunaikan zakat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
‫ك‬
‫صعلة ع وعي كؤ يكتوا اللز ع‬
‫كاة ع وعذ عل ل ع‬
‫ن ال ي ع‬
‫حن ع ع‬
‫م ي‬
‫مة ل‬
‫فاء وعي ك ل‬
‫خل ل ل‬
‫ما أ ل‬
‫ن ك‬
‫ه ال ل‬
‫مكروا إ للل ل لي ععيب ك ك‬
‫قي ل ع‬
‫قي ك‬
‫ن لع ك‬
‫ه ك‬
‫دوا الل ل ع‬
‫وع ع‬
‫موا ال ل‬
‫ك لدي ك‬
‫دي ع‬
‫صي ع‬
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat. dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5)
Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman ketika mengancam orang-orang yang tidak mau membayar
zakatnya,
‫م بع ي‬
‫ل هكوع ع‬
‫ضل لهل هكوع ع‬
‫ن ي عب ي ع‬
‫ما ب ع ل‬
‫مة ل‬
‫م ال ي ل‬
‫ه ل‬
‫ن ال ل ل‬
‫سي كط عولكقو ع‬
‫من فع ي‬
‫خكلو ع‬
‫وعل ع ي ع ي‬
‫خكلوا ي ب لهل ي عوي ع‬
‫م ع‬
‫ح ع‬
‫قعيا ع‬
‫ن ع‬
‫شرر ل لهك ي‬
‫خييرا ا ل لهك ي‬
‫م الل ل ك‬
‫ما آعتاهك ك‬
‫ن بل ع‬
‫ذي ع‬
‫سب ع ل‬
‫ع‬
‫خلبيدر‬
‫ن ع‬
‫ميعرا ك‬
‫ماعوا ل‬
‫وعل لل لهل ل‬
‫مكلو ع‬
‫ث ال ل‬
‫ما ت ععي ع‬
‫ه بل ع‬
‫ض عوالل ل ك‬
‫س ع‬
‫ت عوالير ل‬
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari
karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah
buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari
kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali Imran: 180)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits dari Abu Hurairoh dari
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda, “Barang siapa yang diberikan harta oleh Allah
namun dia tidak menunaikan zakatnya pada hari kiamat dia akan menghadapi ular jantan yang botak
kepalanya karena banyak bisanya dan memiliki dua taring yang akan mengalunginya pada hari
kiamat. Kemudian ular tersebut menggigit dua mulutnya dan berkata, aku adalah harta simpananmu,
aku adalah hartamu.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat,
‫م بع ي‬
‫ل هكوع ع‬
‫ضل لهل هكوع ع‬
‫ن ي عب ي ع‬
‫ما ب ع ل‬
‫مة ل‬
‫م ال ي ل‬
‫ه ل‬
‫ن ال ل ل‬
‫سي كط عولكقو ع‬
‫من فع ي‬
‫خكلو ع‬
‫وعل ع ي ع ي‬
‫خكلوا ي ب لهل ي عوي ع‬
‫م ع‬
‫ح ع‬
‫قعيا ع‬
‫ن ع‬
‫شرر ل لهك ي‬
‫خييرا ا ل لهك ي‬
‫م الل ل ك‬
‫ما آعتاهك ك‬
‫ن بل ع‬
‫ذي ع‬
‫سب ع ل‬
‫ع‬
‫خلبيدر‬
‫ن ع‬
‫ميعرا ك‬
‫ماعوا ل‬
‫وعل لل لهل ل‬
‫مكلو ع‬
‫ث ال ل‬
‫ما ت ععي ع‬
‫ه بل ع‬
‫ض عوالل ل ك‬
‫س ع‬
‫ت عوالير ل‬
“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari
karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah
buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari
kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Ali Imran: 180)
Pilar Islam Keempat: Berpuasa Pada Bulan Ramadhan
Inilah rukun Islam keempat yang wajib dilakukan oleh seorang muslim yaitu berpuasa selama satu
bulan penuh pada bulan Ramadhan dengan menahan makan, minum dan berhubungan suami istri
serta pembatal lain dari mulai terbit fajar sampai tenggelamnya matahari. Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman,
‫قو ع‬
‫ع‬
‫من ك‬
‫من ع‬
‫كم‬
‫ن ل‬
‫دا ء‬
‫ن ل‬
‫ب ع ععلى ال ل ل‬
‫عيا أي يعها ال ل ل‬
‫كا ع‬
‫دو ع‬
‫معي ك‬
‫م ت عت ل ك ع‬
‫ما ك كت ل ع‬
‫مكنوا ي ك كت ل ع‬
‫صعيا ك‬
‫ت فع ع‬
‫ن ألياما ا ل‬
‫م ل عععل لك ك ي‬
‫من قعب يل لك ك ي‬
‫م كع ع‬
‫ب ع عل عي يك ك ك‬
‫نآ ع‬
‫م ال ل‬
‫ذي ع‬
‫ذي ع‬
‫ع‬
‫ه وععأن‬
‫طي ك‬
‫س ع‬
‫خييرا ا فعهكوع ع‬
‫من ت عط عولع ع ع‬
‫ن أ عليام ء أ ك ع‬
‫ه فلد يي ع د‬
‫س ل‬
‫م ل‬
‫ن يك ل‬
‫خعر وعع ععلى ال ل ل‬
‫ة ط عععا ك‬
‫م ي‬
‫ريضا ا أوي ع ععلى ع‬
‫خي يدر ل ل ك‬
‫ن فع ع‬
‫قون ع ك‬
‫فرء فععلد لة د ل‬
‫ل‬
‫ذي ع‬
‫م ي‬
‫م ل‬
‫كي ء‬

‫ن هك ا ل‬
‫م لإن ك‬
‫ن ال لذ ليع كأنزل ع‬
‫ن ع‬
‫ن‬
‫دى عوال ي ك‬
‫ل لفيهل ال ي ك‬
‫موا ي ع‬
‫س وعب عي لعنا ء‬
‫ن ال يهك ع‬
‫قيرآ ك‬
‫ضا ع‬
‫م ع‬
‫مو ع‬
‫ت ل‬
‫شهيكر عر ع‬
‫م ت ععيل ع ك‬
‫كنت ك ي‬
‫خي يدر ل لك ك ي‬
‫صو ك‬
‫تع ك‬
‫فيرعقا ل‬
‫م ع‬
‫دى لللنا ل‬
‫م ال ل‬
‫من ع‬
‫ه‬
‫شهلد ع ل‬
‫م ك‬
‫ص ي‬
‫منك ك ك‬
‫فع ع‬
‫شهيعر فعل يي ع ك‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orangorang sebelum kamu agar kamu bertakwa (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka
barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah
baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi
orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu):
memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan ,
maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk
itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di
negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa
sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah
kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 183-185)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah, “Barang siapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena beriman dengan
kewajibannya dan mengharap pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah berfirman, seluruh
amal anak cucu Adam adalah untuknya sendiri kecuali puasa. Puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang
akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Jika kalian berpuasa, maka janganlah kalian berbicara
kotor atau dengan berteriak-teriak. Jika ada yang menghina kalian atau memukul kalian, maka
katakanlah “aku sedang berpuasa” sebanyak dua kali. Demi Zat yang jiwa Muhammad berada di
tangan-Nya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah dibandingkan bau minyak
kesturi pada hari kiamat nanti. Orang yang berpuasa mendapatkan dua kebahagiaan, bahagia ketika
berbuka berpuasa dan bahagia dengan sebab berpuasa ketika bertemu dengan
Rabbnya.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Dalam hadits lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga
terdapat sebuah pintu yang disebut dengan pintu Ar Rayyan. Hanya orang-orang yang sering
berpuasa yang akan memasuki pintu tersebut. Mereka dipanggil, “Mana orang-orang yang
berpuasa?” kemudian mereka masuk ke dalamnya dan orang-orang selain mereka tidak bisa masuk.
Jika mereka sudah masuk, maka tertutup pintu tersebut dan tidak ada lagi yang masuk selain
mereka.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Pilar Islam Kelima: Menunaikan Haji ke Baitullah Jika Mampu
Rukun Islam yang kelima yaitu menunaikan haji ke Baitullah jika mampu sekali seumur hidup. Allah
subhanahu wa ta’ala berfirman,
‫ست ع ع‬
‫ع‬
‫ل‬
‫سلبي‬
‫س ل‬
‫ج ال يب عي ي ل‬
‫ح ي‬
‫طاع ع إ لل عي يهل ع‬
‫نا ي‬
‫ت ع‬
‫م ل‬
‫وعل للهل ع على اللنا ل‬

“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (QS. Ali Imran: 97)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu
Hurairoh, “Umroh yang satu dengan yang selanjutnya menjadi pelebur dosa di antara keduanya dan
tidak ada pahala yang pantas bagi haji yang mabrur kecuali surga.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Dalam hadits lain yang diriwayatkan dari Abu Hurairah beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah berkhotbah, “Wahai manusia, Allah telah mewajibkan pada kalian ibadah
haji, maka berhajilah.” Kemudian ada seorang laki-laki yang berkata, “Apakah pada setiap tahun
wahai Rasulullah?” kemudian beliau terdiam sampai-sampai laki-laki itu bertanya sebanyak tiga kali.
Kemudian beliau bersabda, “Seandainya aku katakan Iya, niscaya akan wajib bagi kalian padahal
kalian tidak mampu. Biarkan apa yang aku tinggalkan karena sesungguhnya sebab kebinasaan orang
setelah kalian adalah banyak bertanya dan menyelisihi nabinya. Jika aku perintahkan satu hal maka
lakukan semampu kalian dan jika aku melarang sesuatu maka jauhilah.” (HR. Muslim).
Apakah yang dimaksud dengan mampu pada pelaksanaan ibadah haji? Syaikh Abdul ‘Azhim bin
Badawi menjelaskan bahwa kemampuan dalam melaksanakan ibadah haji terkait dengan 3 hal yaitu:
Pertama, kesehatan berdasarkan hadits dari ibnu Abbas bahwa ada seorang wanita dari Ja’tsam
yang mengadu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah sesungguhnya
ayahku terkena kewajiban haji ketika umurnya sudah tua dan ia tidak mampu menaiki
tunggangannya, apakah aku boleh berhaji untuknya?” Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Berhajilah untuknya.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Kedua, memiliki bekal untuk perjalanan haji pulang-pergi dan memiliki bekal untuk kebutuhan orangorang yang wajib dia beri nafkah. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Cukuplah seorang disebut sebagai pendosa jika dia menyia-nyiakan orang yang wajib dia
nafkahi.”(HR. Abu Daud)
Ketiga, aman dari gangguan dalam perjalanan. Karena menunaikan haji padahal kondisi tidak aman
adalah sebuah bahaya dan bahaya merupakan salah satu penghalang yang disyariatkan.
Penutup
Demikianlah penjelasan ringkas tentang lima pilar Islam yang kita kenal dengan rukun Islam. Semoga
apa yang kami sampaikan ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amiin ya mujibbas Saailiin…
Rujukan:
1.
Syarah Arba’in An Nawawiyah, Syaikh Shalih bin Abdil ‘Aziiz Alu Syaikh
2.
Taisir Wushul Ilaa Nailil Ma’mul bi Syarhi Tsalatsatil Ushul, Syaikh Nu’man bin Abdil Kariim Al
Watr
3.
Al Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil ‘Aziiz Syaikh Abdul ‘azhim Badawi
4.
Syarah Aqidah al Wasithiyyah (Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin)

Islam, Iman dan Ihsan
Pembaca yang budiman, di kalangan tarekat sufi sangat terkenal adanya pembagian agama menjadi
3 tingkatan yaitu: Syari’at, Ma’rifat dan Hakikat. Orang/wali yang sudah mencapai tingkatan ma’rifat
sudah tidak lagi terbebani aturan syari’at; sehingga dia tidak lagi wajib untuk sholat dan bebas
melakukan apapun yang dia inginkan… demikianlah sebagian keanehan yang ada di seputar
pembagian ini. Apakah pembagian semacam ini dikenal di dalam Islam?
Islam Mencakup 3 Tingkatan
Rosululloh shollallahu ‘alaihi wa sallam suatu hari pernah didatangi malaikat Jibril dalam wujud
seorang lelaki yang tidak dikenali jatidirinya oleh para sahabat yang ada pada saat itu, dia
menanyakan kepada beliau tentang Islam, Iman dan Ihsan. Setelah beliau menjawab berbagai
pertanyaan Jibril dan dia pun telah meninggalkan mereka, maka pada suatu kesempatan Rosululloh
bertanya kepada sahabat Umar bin Khoththob, “Wahai Umar, tahukah kamu siapakah orang yang
bertanya itu ?” Maka Umar menjawab, “Alloh dan Rosul-Nya lah yang lebih tahu”. Nabi pun
bersabda, “Sesungguhnya dia itu adalah Jibril yang datang kepada kalian untuk mengajarkan agama
kalian.” (HR. Muslim). Syaikh Ibnu Utsaimin rohimahulloh mengatakan: Di dalam (penggalan) hadits
ini terdapat dalil bahwasanya Iman, Islam dan Ihsan semuanya diberi nama ad din/agama (Ta’liq
Syarah Arba’in hlm. 23). Jadi agama Islam yang kita anut ini mencakup 3 tingkatan; Islam, Iman dan
Ihsan.
Tingkatan Islam
Di dalam hadits tersebut, ketika Rosululloh ditanya tentang Islam beliau menjawab, “Islam itu engkau
bersaksi bahwa tidak ada sesembahan (yang haq) selain Alloh dan bahwasanya Muhammad adalah
utusan Alloh, engkau dirikan sholat, tunaikan zakat, berpuasa romadhon dan berhaji ke Baitulloh jika
engkau mampu untuk menempuh perjalanan ke sana”. Syaikh Ibnu Utsaimin menjela