INTERVENSI BIMBINGAN DAN KONSELING TERHA
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Tatoo dan Body Piercing
1. Sejarah
2. Pengertian
3. Fenomena Tatoo dan Body Piercing di kalangan remaja
B. Rasional Emotif Therapy
1. Konsep Dasar
2. Asumsi Perilaku Bermasalah
3. Tujuan Konseling
4. Deskripsi Proses Konseling
5. Teknik Konseling
BAB
III
INTERVENSI
BIMBINGAN
DAN
KONSELING
TERHADAP
FENOMENA TATOO DAN BODY PIERCING DI KALANGAN REMAJA
BAB IV KESIMPULAN
REFERENSI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Tubuh, bagi sebagian orang, menjadi media tepat untuk berekspresi dan
eksperimen. Tak heran jika kemudian timbul aktivitas dekorasi seperti Tato, Piercing
dan Body Painting, eksploitasi ini untuk sebagian besar pelakunya ditujukan untuk
gaya dan pernyataan pemberontakan. Jika awalnya orang melakukan eksploitasi tubuh
untuk tujuan yang lebih khusus, misalkan untuk identitas pada suatu budaya tertentu,
kini eksplotasi tubuh melalu tato, piercing dan body painting berkembang karena
mode dan gaya hidup. Menurut Bruner (1986) Posisi tubuh menjadi sangat vital
karena ia merupakan ruang perjumpaan antara individu dan sosial, ide dan materi,
sakral dan profan, transenden dan imanen. Tubuh dengan posisi ambang seperti itu
tidak saja disadari sebagai medium bagi merasuknya pengalaman ke dalam diri, tetapi
juga merupakanmedium bagi terpancarnya ekspresi dan aktualisasi diri. Bahkan lewat
dan dalam tubuh, pengalaman dan ekspresi terkait secara dialektis.
Tato adalah gambar atau simbol pada kulit tubuh yang diukir dengan
menggunakan alat sejenis jarum. Biasanya gambar dan simbol itu dihias dengan
pigmen berwarna-warni. Dulu, orang-orang masih menggunakan teknik manual dan
dari bahan-bahan tradisional untuk membuat tato. Orang Eskimo misalnya, memakai
jarum dari tulang binatang. Sekarang, orang-orang sudah memakai jarum dari besi,
yang kadang-kadang digerakan dengan mesin untuk mengukir sebuah tato. Kuil-kuil
Shaolin menggunakan gentong tembaga yang panas untuk mencetak gambar naga
pada kulit tubuh.
Sedangkan body piercing adalah seni melubangi bagian tubuh tertentu dan
menghiasinya dengan benda-benda metal atau benda dari tulang binatang dengan
tujuan untuk memperindah tubuh ataupun memberikan arti simbolik tertentu pada diri
si pemakai (Handoko, 2005). Baik tatoo maupun body piercing, keduanya sedang
marak berkembang di peradaban modern sekarang ini, tak terkecuali di kalangan
remaja yang bukan hanya mengaitkannya dengan makna simbolik atau seni belaka,
namun lebih kepada pemantapan identitas diri dan konsep diri mereka.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tatoo dan Body Piercing
1.
Sejarah
Selama ini diyakini bahwa tato tertua ditemukan di Mesir sekitar tahun 1300
SM. Dari penelitian yang dilakukan sejumlah ahli, diketahui bahwa Tato Mentawai
telah ada sejak 1500 tahun sampai 500 tahun Sebelum Masehi. Jadi bisa dikatakan,
tato Mentawai merupakan Tato tertua di dunia. Tato sudah ada sejak ribuan tahun
yang lalu dan merupakan suatu bentuk seni tertua yang memiliki beragam arti seperti
halnya budaya yang lain. Pada beberapa kelompok, tato merupakan tanda suku atau
status. Selain itu, tato juga bisa menandakan beratnya jalan menuju kedewasaan, atau
menunjukkan keahlian si pemilik tato. Salah satu alasan yang paling populer dan juga
paling tua adalah seni tubuh ini menambah keindahan si pemilik. Di dunia Barat, tato
biasanya dianggap sebagai bentuk ekspresi dan kreativitas seseorang. Selain
menunjukkan individualitas, secara bersamaan tato juga menunjukkan bahwa
pemiliknya adalah anggota sebuah kelompok komunitas yang menyukai seni tubuh.
Keberadaan body piercing ternyata setua peradaban manusia. Sejarah
mencatat, fenomena melubangi tubuh (tindik) sudah ditemukan sejak zaman
megalitik. Tindik lidah, misalnya, telah ditemukan sejak peradaban Aztec, Maya, atau
Kwakiutul pada 3.000-1.000 tahun sebelum masehi. Tindik telinga juga pernah
ditemukan di tubuh mumi di geiser Austria yang berumur 5.000 tahun.
Kini, melewati waktu ribuan tahun, puluhan peradaban dan ratusan Negara, tindik
tetap bertahan. Tindik juga mengalami metamorfosis, dari benda ritual menjadi
estetika, fashion, dan alat identifikasi. Berbeda dengan tindik yang umumnya hanya di
telinga, proses body piercing lebih rumit karena mengunakan teknik khusus dan
anestesi. Wilayahnya pun lebih luas, dari batang hidung, kelopak mata, lidah, kulit
tangan, bibir, pusar, sampai alat genital.Tindik tubuh (Body Piercing) sebenarnya
sudah dikenal sejak 10 abad silam hampir di seluruh belahan dunia. Catatan sejarah
menunjukkan, suku-suku primitif melakukan tindik sebagai bagian ritual adat dan
penunjuk identitas derajat sosial.
2.
Fenomena Tatoo dan Body Piercing di kalangan remaja
Secara historis, tato lahir dan berasal dari budaya pedalaman, tradisional,
bahkan dapat dikatakan kuno (Olong, 2006: 8). Keberadaan tato pada masyarakat
3
modern perkotaan mengalami perubahan makna, tato berkembang menjadi budaya
populer atau budaya tandingan yang oleh audiens muda dianggap simbol kebebasan
dan keragaman. Akan tetapi kalangan tua melihat sebagai suatu keliaran dan berbau
negatif. Dengan demikian tato akan sangat tergantung pada tiga konteks pemaknaan,
yakni kejadian historis, lokasi teks dan formasi budaya. Akibatnya kini budaya pop
menjadi seperti lapangan perang semiotik antara sarana inkorporasi dan sarana
resistensi, antara pengangkat makna yang diusung, kesenangan dan idetitas sosial
yang diperbandingkan dengan yang telah ada maka akan mengakibatkan gunjingan
dan celaan yang cepat menyebar ke mana- mana. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan jika gaya-gaya anak muda seperti itu akan cepat-cepat dianggap
sebagai sesuatu yang negatif. (Olong, 2006: 34-35).
Tato yang dahulu identik dengan kekerasan dan kriminal, kini semakin
digemari kalangan remaja. Bahkan, banyak pelajar putri di Semarang menghiasi
tubuhnya dengan tato aneka gambar. Hanya, yang mereka gemari itu bukan tato
permanen seperti yang banyak menghiasi tubuh preman, tetapi tato temporer yang
bisa dihapus setiap saat. Semula, tato identik dengan kekerasan dan kriminal karena
banyak pelaku kejahatan yang menggunakan tato tersebut. Belakangan, citra tato
berkembang menjadi hiasan tubuh yang bercitarasa. Di beberapa negara, seni body
painting sudah dipergunakan untuk memperindah penampilan. Jabrik, seorang pelukis
tato di halaman Mal Ciputra, mengungkapkan bahwa peminat tato di Bali berkembang
amat pesat. Itu dimulai dari para turis. Tato dikategorikan menjadi dua bagian. Ada
yang temporer, ada yang permanen. Tato temporer tersebut bertahan antara dua
minggu hingga dua bulan dan tidak berisiko. Karena itu, banyak remaja yang
menyukainya. Asti, pelajar SMU swasta, mengatakan, "Iseng saja, saya sudah pernah
ditato tiga kali." Karena sifatnya hanya sementara, pelajar SMU itu mengaku tidak
khawatir terhadap tato-tato yang menghiasi tubuhnya. "Paling-paling, nggak sampai
dua bulan juga sudah hilang.” Sementara itu para remaja pria sudah mulai berani
bereksperimen dengan tato permanen, banyak diantara mereka mendatangi studio tato
dan merajah bagian tubuh mereka dengan gambar-gambar yang merupakan tiruan
gambar tato yang ada pada tubuh idolanya atau gambar berbentuk lambang gank
mereka. Iwan, salah satu pelajar SMA negeri di Bandung berkomentar tentang tato
bergambar tiga huruf lambang gank nya, ”Ini sih buat gaya-gayaan aja, biar keren,
sekalian ngasih tau kalau saya anggota gank ini.”
4
Remaja pengguna tato pasti memiliki tujuan atau alasan kenapa mereka
memutuskan untuk menggunakan tato ditubuhnya. Tidak ada tingkah laku yang
terjadi begitu saja tanpa ada alasan, pasti ada faktor-faktor anteseden, sebab musabab,
pendorong, motivator, sasaran-tujuan, dan atau latar belakangnya. Menurut Gumgum
Gumilar dalam penelitiannya tentang tatoo dan pemaknaan simbolik dikalangan
pengguna tatoo di kota Bandung, ada setidaknya empat alasan :
a.
Tato Membentuk Ingatan Mengenai Masa Lalu, Tato
merupakan salah cara untuk mengabadikan kenangan seseorang, dengan tubuh
sebagai medianya, tato akan terus melekat dalam diri penggunanya, dengan
demikian kenangan itupun akan terus bersamanya, diantaranya untuk
mengenang sahabat.
b.
Tato, sebuah Ekspresi Perasaan, desain yang dibuat
beberapa pengguna tato mencerminkan ekspresi dari perasaan sayang dan
cinta, antara lain : Ekspresi rasa sayang terhadap anak, Ekspresi rasa sayang
dan cinta terhadap kekasih atau idola, Ungkapan sayang dan sakit hati karena
cinta.
c.
Tato
sebagai
Identitas,
Identitas
meliputi
upaya
mengungkapkan dan menempatkan individu-individu dengan menggunakan
isyarat-isyarat nonverbal seperti pakaian dan penampilan (Stone dalam Phelan
(1998)). Banyak komunitas yang menjadikan tato sebagai salah satu ciri
komunitas mereka, walaupun tidak ada simbol tertentu yang jadi keharusan
untuk di tatokan di tubuhnya, Komunitas Punk, Genk Motor, Komunitas
Motor Besar atau anak-anak Band banyak yang menggunakan tato ditubuhnya
sebagai salah satu ciri kelompok mereka, tetap desain dan penempatannya
tidak ada aturan mutlak.
d.
Tato sebagai Seni dan Keindahan, Membuat tato untuk seni
dan keindahan merupakan motivasi yang paling banyak disampaikan oleh
informan. Motivasi inilah yang menyebabkan saat ini pengguna tato
perempuan semakin banyak.
e.
Tato
sebagai
Pelampisan
Permasalahan,
Rasa
sakit
diakibatkan proses penatoan merupakan media untuk melepaskan beban
permasalahan, disamping itu beberapa informan membuat tato karena
frustrasi.
5
Belakangan ini seni tindik tubuh atau piercing tampaknya sedang menjadi
trend di manca negara, anak-anak remaja - bahkan orang dewasa - menindik (body
piercing) sebagian anggota tubuhnya terutama di bagian-bagian tubuh yang memiliki
tulang rawan atau daging yang lunak seperti bibir, lidah, hidung, telinga, pusar, alis
dll. Semakin banyak anggota tubuh yang ditindik tampaknya semakin membuat
mereka percaya diri. Lihat saja di media massa seperti layar kaca, para penyanyi atau
bintang film - terutama penyanyi Barat - menindik hidung, lidah, pusar dan dihiasi
anting-anting kecil. Para remaja tersebut perlu disadarkan akan berbagai bahaya yng
ditimbulkan oleh perilaku mereka tersebut, selain bahaya sosial ada pula bahaya
kesehatan seperti,
a. Infeksi kronis
b. Pendarahan yang lama
c. Parut luka (bekas luka)
d. Hepatitis B & C
e. Tetanus
f. HIV
g. Alergi terhadap perhiasan yang dikenakan
h. Abses atau bisul bernanah
i. Lubang yang membekas di cuping hidung atau alis
j. Bibir sumbing atau gigi patah
k. Tersedak perhiasan yang dipasang di lidah
l. Sukar berbicara
B. Rasional Emotif Therapy
Rasional Emotif Terapi juga dikenali sebagai Konseling Rasional Emotif.
Teori ini diperkenalkan oleh Dr. Albert Ellis, seorang ahli Klinik Psikologi setelah
menimba pengalaman dari praktik yang dilakukannya dalam bidang Konseling
Keluarga, Perkawinan dan Seks. Pada mulanya dia menggunakan prosedur
psikoanalisis dalam praktiknya, tetapi dia menemukan ketidakpuasan dengan prosedur
tersebut. Akhirnya dia mengembangkan teori ini yang lebih popular Rasional Emotif
Terapi dengan singkatan RET.
1. Konsep Dasar
6
Manusia padasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir
rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan
efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu
itu menjadi tidak efektif.Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh
evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan
psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan
irasional. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan penuh prasangka, sangat
personal, dan irasional.Berpikir irasional diawali dengan belajar secara tidak logis
yang diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional
akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis
menunjukkan cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara
berpikir yang tepat.Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan
dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat,
serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari
konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku
individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C).
Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar
individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap
orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi
calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap
suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional
(rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB).
Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat,
masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak
rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak
masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau
reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam
hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat
langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk
keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
7
2. Asumsi Perilaku Bermasalah
Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku
bermasalah adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang
irrasional.
Indikator keyakinan irasional : (a) manusia hidup dalam masyarakat adalah
untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan; (b)
banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan
kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum; (c) kehidupan
manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana yang dahsyat,
mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam
hidupnya; (d) lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari
pada berusaha untuk mengahadapi dan menanganinya; (e) penderitaan emosional dari
seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa individu hanya mempunyai
kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan penderitaan emosional tersebut; (f)
pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu
dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang; (g) untuk
mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan sesuatu yang
menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural; dan (h) nilai diri sebagai manusia
dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung dari kebaikan penampilan
individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.
3. Tujuan Konseling
Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta
pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang
rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan selfactualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang
positif. Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri
seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa
marah.
Tiga tingkatan insight yang perlu dicapai klien dalam konseling dengan
pendekatan rasional-emotif :
Pertama insight dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku penolakan diri
yang dihubungkan dengan penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan
8
keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima (antecedent event) pada saat
yang lalu.
Kedua, insight terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami bahwa apa
yang menganggu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang irasional terus
dipelajari dari yang diperoleh sebelumnya.
Ketiga, insight dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai
pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hembatan emosional
kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang irasional.
Klien yang telah memiliki keyakinan rasional terjadi peningkatan dalam hal :
(1) minat kepada diri sendiri, (2) minat sosial, (3) pengarahan diri, (4) toleransi
terhadap pihak lain, (5) fleksibel, (6) menerima ketidakpastian, (7) komitmen
terhadap sesuatu di luar dirinya, (8) penerimaan diri, (9) berani mengambil risiko, dan
(10) menerima kenyataan.
4. Deskripsi Proses Konseling
Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang
bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah
laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan
klien. Tugas konselor menunjukkan bahwa
a.
masalahnya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran-pikiran yang
tidak rasional
b.
usaha untuk mengatasi masalah adalah harus kembali kepada sebab-sebab
permulaan.
Operasionalisasi tugas konselor : (a) lebih edukatif-direktif kepada klien,
dengan cara banyak memberikan cerita dan penjelasan, khususnya pada tahap awal
mengkonfrontasikan masalah klien secara langsung; (b) menggunakan pendekatan
yang dapat memberi semangat dan memperbaiki cara berpikir klien, kemudian
memperbaiki mereka untuk dapat mendidik dirinya sendiri dengan gigih dan
berulang-ulang menekankan bahwa ide irrasional itulah yang menyebabkan hambatan
emosional pada klien; (c) mendorong klien menggunakan kemampuan rasional dari
pada emosinya; (d) menggunakan pendekatan didaktif dan filosofis menggunakan
humor dan “menekan” sebagai jalan mengkonfrontasikan berpikir secara irasional.
Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif :
9
a. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif
membantu
mengarahkan klien dalam menghadapi
dan memecahkan
masalahnya.
b. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada
aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
c. Emotif-ekspreriensial,
artinta
bahwa
hubungan
konseling
yang
dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan
mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar
akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
d. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan
hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku
klien.
5. Teknik Konseling
Pendekatan konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang
bersifat kogntif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien.
Beberapa teknik dimaksud antara lain adalah sebagai berikut.
a. Teknik-Teknik Emotif (Afektif)
1) Assertive adaptive, Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan
membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan
tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat
pendisiplinan diri klien.
2) Bermain peran, Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang
menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan
sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya
sendiri melalui peran tertentu.
3) Imitasi, Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah
laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya
sendiri yang negatif.
b. Teknik-teknik Behavioristik
1) Reinforcement, Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih
rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun
hukuman (punishment). eknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem
10
nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan menggantinya dengan
sistem nilai yang positif.
2) Social modeling, Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru
pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model
sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan
menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem
model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.
c. Teknik-teknik Kognitif
1) Home work assigments, Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas
rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai
tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan. Dengan tugas
rumah
yang
diberikan,
klien
diharapkan
dapat
mengurangi
atau
menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak
logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah
aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu
berdasarkan tugas yang diberikan. Teknik ini dimaksudkan untuk membina
dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri
sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan
mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
2) Latihan
assertive,
Teknik
untuk
melatih
keberanian
klien
dalam
mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui
bermain peran, latihan, atau meniru model-model sosial. Maksud utama teknik
latihan asertif adalah : (a) mendorong kemampuan klien mengekspresikan
berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya; (b) membangkitkan
kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak
atau memusuhi hak asasi orang lain; (c) mendorong klien untuk meningkatkan
kepercayaan dan kemampuan diri; dan (d) meningkatkan kemampuan untuk
memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.
11
BAB III
INTERVENSI BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP FENOMENA
TATOO DAN BODY PIERCING DI KALANGAN REMAJA
Peraturan sekolah menentang keras penggunaan tatoo atau piercing di
kalangan para pelajar. Status pelajar itu sendiri yang menjadi hukum tak tertulis yang
secara terang-terangan menentang segala macam bentuk pembangkangan sekalipun
yang bertasnamakan seni dan estetika. Adalah tugas seorang konselor sekolah untuk
memunculkan kembali pikiran rasional siswa tenang pentingnya menaati peraturan
sekolah, salah satunya dengan meninggalkan atau menghindari penggunaan tato
ataupun piercing. Dan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam proses
konseling terhadap siswa adalah konseling dengan menggunakan Rational Emotive
Therapy atau RET. Pendekatan konseling ini dapat digunakan dalam konseling
kelompok maupun individual dan termasuk ke dalam bidang layanan Pribadi dan
Sosial.
Menurut pandangan RET (rasional emotif Terapi), manusia memiliki
kemampuan inheren untukberbuat rasional ataupun tidak rasional. Manusia seringkali
menyalahkan diri sendiri, orang lain dan dunia apabila tidak segera memperoleh apa
yang diinginkannya. Selain itu, manusia juga mempunyai kecenderungan untuk
melebih-lebihkan pentingnya penerimaan orang lain yang justru menyebabkan
emosinya menjadi tidak wajar. Berpikir dan merasa itu mempunyai dibedakan dengan
selaput yang sangat tipis: pikiran dapat menjadi perasaan dan sebaliknya. Apa yang
dipikirkan dan atau apa yang dirasakan atas sesuatu kejadian diwujudkan dalam suatu
tindakan/perilaku rasional atau irasional. Bagaimana tindakan/perilaku itu sangat
mudah dipengaruhi oleh orang lain dan dorongan-dorongan yang kuat untuk
mempertahankan diri dan memuaskan diri sekalipun irasional.
Dalam hal ini, perilaku para siswa yang menggunakan tato atau piercing di
tubuhnya dianggap sebagai perilaku bermaslah yang disebabkan oleh Antecedent
event (A) dan menimbulkan belief (B), keduanya dibahas dalam bab sebelumnya. Dan
12
bentuk Consequence (C) disini adalah penggunaan tato dan piercing itu sendiri. Ellis
menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang konselor harus melawan
(dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar konselinya bisa menikmati
dampak-dampak (effects; E) psikologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.
Para siswa (pengguna tato dan piercing) terlahir dengan potensi unggul,
mereka menjadi bermasalah karena perilakunya dikendalikan oleh pikiran/perasaan
irasional. Mereka telah menempatkan harga diri pada konsep/kepercayaan yang salah
yaitu menggunakan tatoo dan piercing dengan tujuan ingin mendapat pengakuan,
ingin dianggap keren dan simbolisasi pembangkangan (rebellion) ada juga yang hanya
dengan tujuan pemujaan terhadap seni belaka.
Tujuan konseling dalam kasus remaja pengguna tato dan body piercing ini
adalah memerangi pemikiran irasional yang mereka miliki dan melatarbelakangi
ketakutan/kecemasannya yaitu konsep diri yang salah. Dalam proses konseling ini,
konselor lebih bersikap otoritatif. Konselor memanggil klien, mengajak berdiskusi
dan melakukan konfrontasi langsung untuk menolongnya agar segera beranjak
meninggalkan pola pikir yang irasional/tidak logis ke pola pikir yang rasional/logis
melalui persuasif, sugestif, pemberian nasehat secara tepat, terapi dengan menerapkan
prinsip-prinsip belajar untuk PR serta bibiliografi terapi.
Konseling kognitif: untuk menunjukkan bahwa klien harus membongkar pola
pikir irasionalnya tentang konsep simbolisasi diri yang salah. Konselor melakukan
gaya mengajar sebagai berikut : memberikan nasehat, konfrontasi langsung dengan
peta pikir rasional-irasional, sugesti, asertif training dengan simulasi diri menerapkan
konsep diri yang benar dan sikap/ketergantungan pada orang lain yang benar/rasional
dilanjutkan sebagai PR melatih, mengobservasi dan evaluasi diri. Contoh: “Seseorang
berharga bukan karena kekayaan, keindahan tubuh atau jumlah dan status teman yang
mendukung, tetapi pada kasih Tuhan dan perwujudan-Nya. Tuhan mengasihi saya,
karena semua hal yang ada pada saya berharga di hadiratNya. Saya tidak ingin
merusak tubuh saya sendiri dengan tujuan-tujuan yang tidak esensial, masih banyak
cara untuk diterima orang lain, masih banyak cara untuk mengapresiasi seni, masih
banyak cara menunjukkan jati diri dan masih banyak cara yang sehat dan tentunya
dapat diterima masyarakat untuk menunjukkan eksistensi saya.”
Konseling emotif-evolatif: untuk mengubah sistem nilai klien dengan
menggunakan teknik penyadaran antara yang benar dan salah seperti pemberian
contoh, bermain peran dan pelepasan beban agar klien dapat melepaskan pikiran dan
13
perasaannya yang tidak rasional dan menggantinya dengan yang rasional sebagai
kelanjutan teknik kognitif di atas. Konseling behavior digunakan untuk mengubah
perilaku yang negatif dengan merubah akar-akar keyakinan klien yang irasional/tidak
logis melalui kontrak, reinforcement, sosial modeling dan relaksasi/meditasi.
BAB IV
KESIMPULAN
Tatoo dan body piercing merupakan hal yang sedang marak penggunaannya di
kalangan remaja, tak terkecuali para pelajar sekolah menengah. Banyak alasan mereka
menggunakan seni hias tubuh yang telah ada sejak zaman megalitikum ini,
diantaranya membentuk ingatan mengenai masa lalu, sebuah ekspresi perasaan, tato
sebagai identitas, tato sebagai seni dan keindahan, tato sebagai pelampisan
permasalahan.
Alasan-alasan
ini
merupakan
faktor
anteceden
yang
dapat
menyebabkan munculnya suatu keyakinan irrasional (beliefs) seperti merasa diterima
oleh orang lain jika menggunakan tato, terlihat lebih keren karena menonjolkan sikap
pembangkangan, dan ada juga yang merasa bertambah cantik atau menarik
dikarenakan oleh tato dan piercing.
Peraturan sekolah menentang keras penggunaan tatoo atau piercing di
kalangan para pelajar. Adalah tugas seorang konselor sekolah untuk memunculkan
kembali pikiran rasional siswa tenang pentingnya menaati peraturan sekolah, salah
satunya dengan meninggalkan atau menghindari penggunaan tato ataupun piercing.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam proses konseling terhadap siswa
adalah konseling dengan menggunakan Rational Emotive Therapy atau RET.
Teknik konseling yang dipelopori oleh Ellis ini bertujuan untuk memerangi
pemikiran
irasional
yang
mereka
miliki
dan
melatarbelakangi
ketakutan/kecemasannya yaitu konsep diri yang salah. Dalam proses konseling ini,
konselor lebih bersikap otoritatif. Konselor memanggil klien, mengajak berdiskusi
dan melakukan konfrontasi langsung untuk menolongnya agar segera beranjak
meninggalkan pola pikir yang irasional/tidak logis ke pola pikir yang rasional/logis
melalui persuasif, sugestif, pemberian nasehat secara tepat, terapi dengan menerapkan
prinsip-prinsip belajar untuk PR serta bibiliografi terapi. Teknik-teknik konseling
yang digunakan dalam konseling RET (teknik koginitif, emotif dan behavior)
diharapkan dapat memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan
serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan
14
yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan selactualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang
positif.
DAFTAR PUSTAKA
Surya, Muhamad. 2003. Teori-Teori Konseling. Bandung : CV. Pustaka Bani Quraisy
http://gumilarcenter.com/arsipartikel/artikeltato.pdf.
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0702/04/khazanah/catatan_budaya.htm
http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2007/06/teknik-teknik-konseling.ppt.
15
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Tatoo dan Body Piercing
1. Sejarah
2. Pengertian
3. Fenomena Tatoo dan Body Piercing di kalangan remaja
B. Rasional Emotif Therapy
1. Konsep Dasar
2. Asumsi Perilaku Bermasalah
3. Tujuan Konseling
4. Deskripsi Proses Konseling
5. Teknik Konseling
BAB
III
INTERVENSI
BIMBINGAN
DAN
KONSELING
TERHADAP
FENOMENA TATOO DAN BODY PIERCING DI KALANGAN REMAJA
BAB IV KESIMPULAN
REFERENSI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Tubuh, bagi sebagian orang, menjadi media tepat untuk berekspresi dan
eksperimen. Tak heran jika kemudian timbul aktivitas dekorasi seperti Tato, Piercing
dan Body Painting, eksploitasi ini untuk sebagian besar pelakunya ditujukan untuk
gaya dan pernyataan pemberontakan. Jika awalnya orang melakukan eksploitasi tubuh
untuk tujuan yang lebih khusus, misalkan untuk identitas pada suatu budaya tertentu,
kini eksplotasi tubuh melalu tato, piercing dan body painting berkembang karena
mode dan gaya hidup. Menurut Bruner (1986) Posisi tubuh menjadi sangat vital
karena ia merupakan ruang perjumpaan antara individu dan sosial, ide dan materi,
sakral dan profan, transenden dan imanen. Tubuh dengan posisi ambang seperti itu
tidak saja disadari sebagai medium bagi merasuknya pengalaman ke dalam diri, tetapi
juga merupakanmedium bagi terpancarnya ekspresi dan aktualisasi diri. Bahkan lewat
dan dalam tubuh, pengalaman dan ekspresi terkait secara dialektis.
Tato adalah gambar atau simbol pada kulit tubuh yang diukir dengan
menggunakan alat sejenis jarum. Biasanya gambar dan simbol itu dihias dengan
pigmen berwarna-warni. Dulu, orang-orang masih menggunakan teknik manual dan
dari bahan-bahan tradisional untuk membuat tato. Orang Eskimo misalnya, memakai
jarum dari tulang binatang. Sekarang, orang-orang sudah memakai jarum dari besi,
yang kadang-kadang digerakan dengan mesin untuk mengukir sebuah tato. Kuil-kuil
Shaolin menggunakan gentong tembaga yang panas untuk mencetak gambar naga
pada kulit tubuh.
Sedangkan body piercing adalah seni melubangi bagian tubuh tertentu dan
menghiasinya dengan benda-benda metal atau benda dari tulang binatang dengan
tujuan untuk memperindah tubuh ataupun memberikan arti simbolik tertentu pada diri
si pemakai (Handoko, 2005). Baik tatoo maupun body piercing, keduanya sedang
marak berkembang di peradaban modern sekarang ini, tak terkecuali di kalangan
remaja yang bukan hanya mengaitkannya dengan makna simbolik atau seni belaka,
namun lebih kepada pemantapan identitas diri dan konsep diri mereka.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tatoo dan Body Piercing
1.
Sejarah
Selama ini diyakini bahwa tato tertua ditemukan di Mesir sekitar tahun 1300
SM. Dari penelitian yang dilakukan sejumlah ahli, diketahui bahwa Tato Mentawai
telah ada sejak 1500 tahun sampai 500 tahun Sebelum Masehi. Jadi bisa dikatakan,
tato Mentawai merupakan Tato tertua di dunia. Tato sudah ada sejak ribuan tahun
yang lalu dan merupakan suatu bentuk seni tertua yang memiliki beragam arti seperti
halnya budaya yang lain. Pada beberapa kelompok, tato merupakan tanda suku atau
status. Selain itu, tato juga bisa menandakan beratnya jalan menuju kedewasaan, atau
menunjukkan keahlian si pemilik tato. Salah satu alasan yang paling populer dan juga
paling tua adalah seni tubuh ini menambah keindahan si pemilik. Di dunia Barat, tato
biasanya dianggap sebagai bentuk ekspresi dan kreativitas seseorang. Selain
menunjukkan individualitas, secara bersamaan tato juga menunjukkan bahwa
pemiliknya adalah anggota sebuah kelompok komunitas yang menyukai seni tubuh.
Keberadaan body piercing ternyata setua peradaban manusia. Sejarah
mencatat, fenomena melubangi tubuh (tindik) sudah ditemukan sejak zaman
megalitik. Tindik lidah, misalnya, telah ditemukan sejak peradaban Aztec, Maya, atau
Kwakiutul pada 3.000-1.000 tahun sebelum masehi. Tindik telinga juga pernah
ditemukan di tubuh mumi di geiser Austria yang berumur 5.000 tahun.
Kini, melewati waktu ribuan tahun, puluhan peradaban dan ratusan Negara, tindik
tetap bertahan. Tindik juga mengalami metamorfosis, dari benda ritual menjadi
estetika, fashion, dan alat identifikasi. Berbeda dengan tindik yang umumnya hanya di
telinga, proses body piercing lebih rumit karena mengunakan teknik khusus dan
anestesi. Wilayahnya pun lebih luas, dari batang hidung, kelopak mata, lidah, kulit
tangan, bibir, pusar, sampai alat genital.Tindik tubuh (Body Piercing) sebenarnya
sudah dikenal sejak 10 abad silam hampir di seluruh belahan dunia. Catatan sejarah
menunjukkan, suku-suku primitif melakukan tindik sebagai bagian ritual adat dan
penunjuk identitas derajat sosial.
2.
Fenomena Tatoo dan Body Piercing di kalangan remaja
Secara historis, tato lahir dan berasal dari budaya pedalaman, tradisional,
bahkan dapat dikatakan kuno (Olong, 2006: 8). Keberadaan tato pada masyarakat
3
modern perkotaan mengalami perubahan makna, tato berkembang menjadi budaya
populer atau budaya tandingan yang oleh audiens muda dianggap simbol kebebasan
dan keragaman. Akan tetapi kalangan tua melihat sebagai suatu keliaran dan berbau
negatif. Dengan demikian tato akan sangat tergantung pada tiga konteks pemaknaan,
yakni kejadian historis, lokasi teks dan formasi budaya. Akibatnya kini budaya pop
menjadi seperti lapangan perang semiotik antara sarana inkorporasi dan sarana
resistensi, antara pengangkat makna yang diusung, kesenangan dan idetitas sosial
yang diperbandingkan dengan yang telah ada maka akan mengakibatkan gunjingan
dan celaan yang cepat menyebar ke mana- mana. Oleh karena itu, tidaklah
mengherankan jika gaya-gaya anak muda seperti itu akan cepat-cepat dianggap
sebagai sesuatu yang negatif. (Olong, 2006: 34-35).
Tato yang dahulu identik dengan kekerasan dan kriminal, kini semakin
digemari kalangan remaja. Bahkan, banyak pelajar putri di Semarang menghiasi
tubuhnya dengan tato aneka gambar. Hanya, yang mereka gemari itu bukan tato
permanen seperti yang banyak menghiasi tubuh preman, tetapi tato temporer yang
bisa dihapus setiap saat. Semula, tato identik dengan kekerasan dan kriminal karena
banyak pelaku kejahatan yang menggunakan tato tersebut. Belakangan, citra tato
berkembang menjadi hiasan tubuh yang bercitarasa. Di beberapa negara, seni body
painting sudah dipergunakan untuk memperindah penampilan. Jabrik, seorang pelukis
tato di halaman Mal Ciputra, mengungkapkan bahwa peminat tato di Bali berkembang
amat pesat. Itu dimulai dari para turis. Tato dikategorikan menjadi dua bagian. Ada
yang temporer, ada yang permanen. Tato temporer tersebut bertahan antara dua
minggu hingga dua bulan dan tidak berisiko. Karena itu, banyak remaja yang
menyukainya. Asti, pelajar SMU swasta, mengatakan, "Iseng saja, saya sudah pernah
ditato tiga kali." Karena sifatnya hanya sementara, pelajar SMU itu mengaku tidak
khawatir terhadap tato-tato yang menghiasi tubuhnya. "Paling-paling, nggak sampai
dua bulan juga sudah hilang.” Sementara itu para remaja pria sudah mulai berani
bereksperimen dengan tato permanen, banyak diantara mereka mendatangi studio tato
dan merajah bagian tubuh mereka dengan gambar-gambar yang merupakan tiruan
gambar tato yang ada pada tubuh idolanya atau gambar berbentuk lambang gank
mereka. Iwan, salah satu pelajar SMA negeri di Bandung berkomentar tentang tato
bergambar tiga huruf lambang gank nya, ”Ini sih buat gaya-gayaan aja, biar keren,
sekalian ngasih tau kalau saya anggota gank ini.”
4
Remaja pengguna tato pasti memiliki tujuan atau alasan kenapa mereka
memutuskan untuk menggunakan tato ditubuhnya. Tidak ada tingkah laku yang
terjadi begitu saja tanpa ada alasan, pasti ada faktor-faktor anteseden, sebab musabab,
pendorong, motivator, sasaran-tujuan, dan atau latar belakangnya. Menurut Gumgum
Gumilar dalam penelitiannya tentang tatoo dan pemaknaan simbolik dikalangan
pengguna tatoo di kota Bandung, ada setidaknya empat alasan :
a.
Tato Membentuk Ingatan Mengenai Masa Lalu, Tato
merupakan salah cara untuk mengabadikan kenangan seseorang, dengan tubuh
sebagai medianya, tato akan terus melekat dalam diri penggunanya, dengan
demikian kenangan itupun akan terus bersamanya, diantaranya untuk
mengenang sahabat.
b.
Tato, sebuah Ekspresi Perasaan, desain yang dibuat
beberapa pengguna tato mencerminkan ekspresi dari perasaan sayang dan
cinta, antara lain : Ekspresi rasa sayang terhadap anak, Ekspresi rasa sayang
dan cinta terhadap kekasih atau idola, Ungkapan sayang dan sakit hati karena
cinta.
c.
Tato
sebagai
Identitas,
Identitas
meliputi
upaya
mengungkapkan dan menempatkan individu-individu dengan menggunakan
isyarat-isyarat nonverbal seperti pakaian dan penampilan (Stone dalam Phelan
(1998)). Banyak komunitas yang menjadikan tato sebagai salah satu ciri
komunitas mereka, walaupun tidak ada simbol tertentu yang jadi keharusan
untuk di tatokan di tubuhnya, Komunitas Punk, Genk Motor, Komunitas
Motor Besar atau anak-anak Band banyak yang menggunakan tato ditubuhnya
sebagai salah satu ciri kelompok mereka, tetap desain dan penempatannya
tidak ada aturan mutlak.
d.
Tato sebagai Seni dan Keindahan, Membuat tato untuk seni
dan keindahan merupakan motivasi yang paling banyak disampaikan oleh
informan. Motivasi inilah yang menyebabkan saat ini pengguna tato
perempuan semakin banyak.
e.
Tato
sebagai
Pelampisan
Permasalahan,
Rasa
sakit
diakibatkan proses penatoan merupakan media untuk melepaskan beban
permasalahan, disamping itu beberapa informan membuat tato karena
frustrasi.
5
Belakangan ini seni tindik tubuh atau piercing tampaknya sedang menjadi
trend di manca negara, anak-anak remaja - bahkan orang dewasa - menindik (body
piercing) sebagian anggota tubuhnya terutama di bagian-bagian tubuh yang memiliki
tulang rawan atau daging yang lunak seperti bibir, lidah, hidung, telinga, pusar, alis
dll. Semakin banyak anggota tubuh yang ditindik tampaknya semakin membuat
mereka percaya diri. Lihat saja di media massa seperti layar kaca, para penyanyi atau
bintang film - terutama penyanyi Barat - menindik hidung, lidah, pusar dan dihiasi
anting-anting kecil. Para remaja tersebut perlu disadarkan akan berbagai bahaya yng
ditimbulkan oleh perilaku mereka tersebut, selain bahaya sosial ada pula bahaya
kesehatan seperti,
a. Infeksi kronis
b. Pendarahan yang lama
c. Parut luka (bekas luka)
d. Hepatitis B & C
e. Tetanus
f. HIV
g. Alergi terhadap perhiasan yang dikenakan
h. Abses atau bisul bernanah
i. Lubang yang membekas di cuping hidung atau alis
j. Bibir sumbing atau gigi patah
k. Tersedak perhiasan yang dipasang di lidah
l. Sukar berbicara
B. Rasional Emotif Therapy
Rasional Emotif Terapi juga dikenali sebagai Konseling Rasional Emotif.
Teori ini diperkenalkan oleh Dr. Albert Ellis, seorang ahli Klinik Psikologi setelah
menimba pengalaman dari praktik yang dilakukannya dalam bidang Konseling
Keluarga, Perkawinan dan Seks. Pada mulanya dia menggunakan prosedur
psikoanalisis dalam praktiknya, tetapi dia menemukan ketidakpuasan dengan prosedur
tersebut. Akhirnya dia mengembangkan teori ini yang lebih popular Rasional Emotif
Terapi dengan singkatan RET.
1. Konsep Dasar
6
Manusia padasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir
rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan
efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika berpikir dan bertingkahlaku irasional individu
itu menjadi tidak efektif.Reaksi emosional seseorang sebagian besar disebabkan oleh
evaluasi, interpretasi, dan filosofi yang disadari maupun tidak disadari. Hambatan
psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan
irasional. Emosi menyertai individu yang berpikir dengan penuh prasangka, sangat
personal, dan irasional.Berpikir irasional diawali dengan belajar secara tidak logis
yang diperoleh dari orang tua dan budaya tempat dibesarkan. Berpikir secara irasional
akan tercermin dari verbalisasi yang digunakan. Verbalisasi yang tidak logis
menunjukkan cara berpikir yang salah dan verbalisasi yang tepat menunjukkan cara
berpikir yang tepat.Perasaan dan pikiran negatif serta penolakan diri harus dilawan
dengan cara berpikir yang rasional dan logis, yang dapat diterima menurut akal sehat,
serta menggunakan cara verbalisasi yang rasional.
Pandangan pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari
konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah laku
individu, yaitu Antecedent event (A), Belief (B), dan Emotional consequence (C).
Kerangka pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar
individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta, kejadian, tingkah laku, atau sikap
orang lain. Perceraian suatu keluarga, kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi
calon karyawan merupakan antecendent event bagi seseorang.
Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap
suatu peristiwa. Keyakinan seseorang ada dua macam, yaitu keyakinan yang rasional
(rational belief atau rB) dan keyakinan yang tidak rasional (irrasional belief atau iB).
Keyakinan yang rasional merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang tepat,
masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif. Keyakinan yang tidak
rasional merupakan keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah, tidak
masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau
reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam
hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini bukan akibat
langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara dalam bentuk
keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
7
2. Asumsi Perilaku Bermasalah
Dalam perspektif pendekatan konseling rasional emotif tingkah laku
bermasalah adalah merupakan tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang
irrasional.
Indikator keyakinan irasional : (a) manusia hidup dalam masyarakat adalah
untuk diterima dan dicintai oleh orang lain dari segala sesuatu yang dikerjakan; (b)
banyak orang dalam kehidupan masyarakat yang tidak baik, merusak, jahat, dan
kejam sehingga mereka patut dicurigai, disalahkan, dan dihukum; (c) kehidupan
manusia senantiasa dihadapkan kepada berbagai malapetaka, bencana yang dahsyat,
mengerikan, menakutkan yang mau tidak mau harus dihadapi oleh manusia dalam
hidupnya; (d) lebih mudah untuk menjauhi kesulitan-kesulitan hidup tertentu dari
pada berusaha untuk mengahadapi dan menanganinya; (e) penderitaan emosional dari
seseorang muncul dari tekanan eksternal dan bahwa individu hanya mempunyai
kemampuan sedikit sekali untuk menghilangkan penderitaan emosional tersebut; (f)
pengalaman masa lalu memberikan pengaruh sangat kuat terhadap kehidupan individu
dan menentukan perasaan dan tingkah laku individu pada saat sekarang; (g) untuk
mencapai derajat yang tinggi dalam hidupnya dan untuk merasakan sesuatu yang
menyenangkan memerlukan kekuatan supranatural; dan (h) nilai diri sebagai manusia
dan penerimaan orang lain terhadap diri tergantung dari kebaikan penampilan
individu dan tingkat penerimaan oleh orang lain terhadap individu.
3. Tujuan Konseling
Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta
pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang
rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan selfactualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang
positif. Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri
seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa
marah.
Tiga tingkatan insight yang perlu dicapai klien dalam konseling dengan
pendekatan rasional-emotif :
Pertama insight dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku penolakan diri
yang dihubungkan dengan penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan
8
keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima (antecedent event) pada saat
yang lalu.
Kedua, insight terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami bahwa apa
yang menganggu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang irasional terus
dipelajari dari yang diperoleh sebelumnya.
Ketiga, insight dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai
pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hembatan emosional
kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang irasional.
Klien yang telah memiliki keyakinan rasional terjadi peningkatan dalam hal :
(1) minat kepada diri sendiri, (2) minat sosial, (3) pengarahan diri, (4) toleransi
terhadap pihak lain, (5) fleksibel, (6) menerima ketidakpastian, (7) komitmen
terhadap sesuatu di luar dirinya, (8) penerimaan diri, (9) berani mengambil risiko, dan
(10) menerima kenyataan.
4. Deskripsi Proses Konseling
Konseling rasional emotif dilakukan dengan menggunakan prosedur yang
bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah
laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan
klien. Tugas konselor menunjukkan bahwa
a.
masalahnya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran-pikiran yang
tidak rasional
b.
usaha untuk mengatasi masalah adalah harus kembali kepada sebab-sebab
permulaan.
Operasionalisasi tugas konselor : (a) lebih edukatif-direktif kepada klien,
dengan cara banyak memberikan cerita dan penjelasan, khususnya pada tahap awal
mengkonfrontasikan masalah klien secara langsung; (b) menggunakan pendekatan
yang dapat memberi semangat dan memperbaiki cara berpikir klien, kemudian
memperbaiki mereka untuk dapat mendidik dirinya sendiri dengan gigih dan
berulang-ulang menekankan bahwa ide irrasional itulah yang menyebabkan hambatan
emosional pada klien; (c) mendorong klien menggunakan kemampuan rasional dari
pada emosinya; (d) menggunakan pendekatan didaktif dan filosofis menggunakan
humor dan “menekan” sebagai jalan mengkonfrontasikan berpikir secara irasional.
Karakteristik Proses Konseling Rasional-Emotif :
9
a. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif
membantu
mengarahkan klien dalam menghadapi
dan memecahkan
masalahnya.
b. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada
aspek kognitif dari klien dan berintikan pemecahan masalah yang rasional.
c. Emotif-ekspreriensial,
artinta
bahwa
hubungan
konseling
yang
dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi klien dengan
mempelajari sumber-sumber gangguan emosional, sekaligus membongkar
akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut.
d. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan
hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku
klien.
5. Teknik Konseling
Pendekatan konseling rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang
bersifat kogntif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi klien.
Beberapa teknik dimaksud antara lain adalah sebagai berikut.
a. Teknik-Teknik Emotif (Afektif)
1) Assertive adaptive, Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan
membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan
tingkah laku yang diinginkan. Latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat
pendisiplinan diri klien.
2) Bermain peran, Teknik untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang
menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang dikondisikan
sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya
sendiri melalui peran tertentu.
3) Imitasi, Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model tingkah
laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya
sendiri yang negatif.
b. Teknik-teknik Behavioristik
1) Reinforcement, Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang lebih
rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun
hukuman (punishment). eknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem
10
nilai dan keyakinan yang irrasional pada klien dan menggantinya dengan
sistem nilai yang positif.
2) Social modeling, Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru
pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model
sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mengobservasi, dan
menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem
model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.
c. Teknik-teknik Kognitif
1) Home work assigments, Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas
rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai
tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan. Dengan tugas
rumah
yang
diberikan,
klien
diharapkan
dapat
mengurangi
atau
menghilangkan ide-ide dan perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak
logis, mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk mengubah
aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan latihan-latihan tertentu
berdasarkan tugas yang diberikan. Teknik ini dimaksudkan untuk membina
dan mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada diri
sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien dan
mengurangi ketergantungannya kepada konselor.
2) Latihan
assertive,
Teknik
untuk
melatih
keberanian
klien
dalam
mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui
bermain peran, latihan, atau meniru model-model sosial. Maksud utama teknik
latihan asertif adalah : (a) mendorong kemampuan klien mengekspresikan
berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya; (b) membangkitkan
kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak
atau memusuhi hak asasi orang lain; (c) mendorong klien untuk meningkatkan
kepercayaan dan kemampuan diri; dan (d) meningkatkan kemampuan untuk
memilih tingkah laku-tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.
11
BAB III
INTERVENSI BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP FENOMENA
TATOO DAN BODY PIERCING DI KALANGAN REMAJA
Peraturan sekolah menentang keras penggunaan tatoo atau piercing di
kalangan para pelajar. Status pelajar itu sendiri yang menjadi hukum tak tertulis yang
secara terang-terangan menentang segala macam bentuk pembangkangan sekalipun
yang bertasnamakan seni dan estetika. Adalah tugas seorang konselor sekolah untuk
memunculkan kembali pikiran rasional siswa tenang pentingnya menaati peraturan
sekolah, salah satunya dengan meninggalkan atau menghindari penggunaan tato
ataupun piercing. Dan salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam proses
konseling terhadap siswa adalah konseling dengan menggunakan Rational Emotive
Therapy atau RET. Pendekatan konseling ini dapat digunakan dalam konseling
kelompok maupun individual dan termasuk ke dalam bidang layanan Pribadi dan
Sosial.
Menurut pandangan RET (rasional emotif Terapi), manusia memiliki
kemampuan inheren untukberbuat rasional ataupun tidak rasional. Manusia seringkali
menyalahkan diri sendiri, orang lain dan dunia apabila tidak segera memperoleh apa
yang diinginkannya. Selain itu, manusia juga mempunyai kecenderungan untuk
melebih-lebihkan pentingnya penerimaan orang lain yang justru menyebabkan
emosinya menjadi tidak wajar. Berpikir dan merasa itu mempunyai dibedakan dengan
selaput yang sangat tipis: pikiran dapat menjadi perasaan dan sebaliknya. Apa yang
dipikirkan dan atau apa yang dirasakan atas sesuatu kejadian diwujudkan dalam suatu
tindakan/perilaku rasional atau irasional. Bagaimana tindakan/perilaku itu sangat
mudah dipengaruhi oleh orang lain dan dorongan-dorongan yang kuat untuk
mempertahankan diri dan memuaskan diri sekalipun irasional.
Dalam hal ini, perilaku para siswa yang menggunakan tato atau piercing di
tubuhnya dianggap sebagai perilaku bermaslah yang disebabkan oleh Antecedent
event (A) dan menimbulkan belief (B), keduanya dibahas dalam bab sebelumnya. Dan
12
bentuk Consequence (C) disini adalah penggunaan tato dan piercing itu sendiri. Ellis
menambahkan D dan E untuk rumus ABC ini. Seorang konselor harus melawan
(dispute; D) keyakinan-keyakinan irasional itu agar konselinya bisa menikmati
dampak-dampak (effects; E) psikologis positif dari keyakinan-keyakinan yang rasional.
Para siswa (pengguna tato dan piercing) terlahir dengan potensi unggul,
mereka menjadi bermasalah karena perilakunya dikendalikan oleh pikiran/perasaan
irasional. Mereka telah menempatkan harga diri pada konsep/kepercayaan yang salah
yaitu menggunakan tatoo dan piercing dengan tujuan ingin mendapat pengakuan,
ingin dianggap keren dan simbolisasi pembangkangan (rebellion) ada juga yang hanya
dengan tujuan pemujaan terhadap seni belaka.
Tujuan konseling dalam kasus remaja pengguna tato dan body piercing ini
adalah memerangi pemikiran irasional yang mereka miliki dan melatarbelakangi
ketakutan/kecemasannya yaitu konsep diri yang salah. Dalam proses konseling ini,
konselor lebih bersikap otoritatif. Konselor memanggil klien, mengajak berdiskusi
dan melakukan konfrontasi langsung untuk menolongnya agar segera beranjak
meninggalkan pola pikir yang irasional/tidak logis ke pola pikir yang rasional/logis
melalui persuasif, sugestif, pemberian nasehat secara tepat, terapi dengan menerapkan
prinsip-prinsip belajar untuk PR serta bibiliografi terapi.
Konseling kognitif: untuk menunjukkan bahwa klien harus membongkar pola
pikir irasionalnya tentang konsep simbolisasi diri yang salah. Konselor melakukan
gaya mengajar sebagai berikut : memberikan nasehat, konfrontasi langsung dengan
peta pikir rasional-irasional, sugesti, asertif training dengan simulasi diri menerapkan
konsep diri yang benar dan sikap/ketergantungan pada orang lain yang benar/rasional
dilanjutkan sebagai PR melatih, mengobservasi dan evaluasi diri. Contoh: “Seseorang
berharga bukan karena kekayaan, keindahan tubuh atau jumlah dan status teman yang
mendukung, tetapi pada kasih Tuhan dan perwujudan-Nya. Tuhan mengasihi saya,
karena semua hal yang ada pada saya berharga di hadiratNya. Saya tidak ingin
merusak tubuh saya sendiri dengan tujuan-tujuan yang tidak esensial, masih banyak
cara untuk diterima orang lain, masih banyak cara untuk mengapresiasi seni, masih
banyak cara menunjukkan jati diri dan masih banyak cara yang sehat dan tentunya
dapat diterima masyarakat untuk menunjukkan eksistensi saya.”
Konseling emotif-evolatif: untuk mengubah sistem nilai klien dengan
menggunakan teknik penyadaran antara yang benar dan salah seperti pemberian
contoh, bermain peran dan pelepasan beban agar klien dapat melepaskan pikiran dan
13
perasaannya yang tidak rasional dan menggantinya dengan yang rasional sebagai
kelanjutan teknik kognitif di atas. Konseling behavior digunakan untuk mengubah
perilaku yang negatif dengan merubah akar-akar keyakinan klien yang irasional/tidak
logis melalui kontrak, reinforcement, sosial modeling dan relaksasi/meditasi.
BAB IV
KESIMPULAN
Tatoo dan body piercing merupakan hal yang sedang marak penggunaannya di
kalangan remaja, tak terkecuali para pelajar sekolah menengah. Banyak alasan mereka
menggunakan seni hias tubuh yang telah ada sejak zaman megalitikum ini,
diantaranya membentuk ingatan mengenai masa lalu, sebuah ekspresi perasaan, tato
sebagai identitas, tato sebagai seni dan keindahan, tato sebagai pelampisan
permasalahan.
Alasan-alasan
ini
merupakan
faktor
anteceden
yang
dapat
menyebabkan munculnya suatu keyakinan irrasional (beliefs) seperti merasa diterima
oleh orang lain jika menggunakan tato, terlihat lebih keren karena menonjolkan sikap
pembangkangan, dan ada juga yang merasa bertambah cantik atau menarik
dikarenakan oleh tato dan piercing.
Peraturan sekolah menentang keras penggunaan tatoo atau piercing di
kalangan para pelajar. Adalah tugas seorang konselor sekolah untuk memunculkan
kembali pikiran rasional siswa tenang pentingnya menaati peraturan sekolah, salah
satunya dengan meninggalkan atau menghindari penggunaan tato ataupun piercing.
Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam proses konseling terhadap siswa
adalah konseling dengan menggunakan Rational Emotive Therapy atau RET.
Teknik konseling yang dipelopori oleh Ellis ini bertujuan untuk memerangi
pemikiran
irasional
yang
mereka
miliki
dan
melatarbelakangi
ketakutan/kecemasannya yaitu konsep diri yang salah. Dalam proses konseling ini,
konselor lebih bersikap otoritatif. Konselor memanggil klien, mengajak berdiskusi
dan melakukan konfrontasi langsung untuk menolongnya agar segera beranjak
meninggalkan pola pikir yang irasional/tidak logis ke pola pikir yang rasional/logis
melalui persuasif, sugestif, pemberian nasehat secara tepat, terapi dengan menerapkan
prinsip-prinsip belajar untuk PR serta bibiliografi terapi. Teknik-teknik konseling
yang digunakan dalam konseling RET (teknik koginitif, emotif dan behavior)
diharapkan dapat memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan
serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan
14
yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan selactualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang
positif.
DAFTAR PUSTAKA
Surya, Muhamad. 2003. Teori-Teori Konseling. Bandung : CV. Pustaka Bani Quraisy
http://gumilarcenter.com/arsipartikel/artikeltato.pdf.
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0702/04/khazanah/catatan_budaya.htm
http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2007/06/teknik-teknik-konseling.ppt.
15