PENGENALAN DAN PENILAIAN PARAMETER KUALI

PENGENALAN DAN PENILAIAN PARAMETER
KUALITAS FISIK, KIMIA DAN BIOLOGI UDARA
Dosen : Zainal Abidin, MSc

Di susun oleh :
Bella Thalita Rahma (155190149)
Robo Marliana (175059054)
Suryani Handayani (155100073)
Ulva Indah K (175059104)
Yahya Abdullah Halim (175059031)
Zalita Azwalika Octaviani (155100079)

UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
KESEHATAN MASYARAKAT
2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.


Latar Belakang

Udara

adalah

salah

satu

komponen

yang

terpenting

bagi

kehidupan


manusia. Pencemaran udara akan terus meningkat dan meluas dengan makin
cepatnya proses industrialisasi dan makin banyaknya kendaraan bermotor.
Biaya yang ditimbulkan oleh pencemaran tidaklah mudah untuk dihitung. Biaya
itu sebagian akan berupa penyakit, pengobatan, dan mengurangi kemampuan
kerja, dan sebagian lagi menjadi kotornya lingkungan. Udara yang dibutuhkan
adalah udara yang bersih, minim partikulat materi-materi yang berbahaya namun
kaya akan oksigen. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam
kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan

kualitasnya sehingga dapat

memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.
Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain
industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut
merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas.
Sumber pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam,
seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dll. Dampak dari
pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang
berdampak negatif terhadap kesehatan manusia.
Udara merupakan media lingkungan yang merupakan kebutuhan dasar manusia

perlu mendapatkan perhatian yang serius, Pertumbuhan pembangunan seperti
industri, transportasi, dll disamping memberikan dampak positif namun disisi lain
akan memberikan dampak negatif dimana salah satunya berupa pencemaran udara
dan kebisingan baik yang terjadi didalam ruangan (indoor) maupun di luar
ruangan (outdoor) yang dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya
penularan penyakit.

Partikel debu atau Total Suspended Particulate (TSP) merupakan salah satu
komponen yang menurunkan kualitas udara ambien. Akibat terpapar oleh partikel
debu maka kesehatan masyarakat akan mengalami gangguan dan secara lambat
laun dapat pula menimbulkan gangguan fungsi paru. Gangguan fungsi paru ini
sudah terjadi sebelum timbulnya penyakit saluran nafas yang nyata, seperti yang
ditemui pada penyakit- penyakit paru pada umumnya.
Kualitas Udara Ambien merupakan salah satu elemen dalam lingkungan industri
yang wajib di monitor. Rentang waktu pengukurannya biasanya mengacu kepada
AMDAL yang dipegang suatu industri. biasanya per 3 bulan sekali kualitas udara
ambien harus diukur guna mengetahui adanya perubahan atau tingkat pencemaran
udara baik oleh gas-gas tertentu serta total suspen particulate (TSP)/debu diudara.
Gas-gas yang yang dipantau adalah SO2, NO2, NH3, H2S, HCHO, CO, CO2 dan
O3.


1.2.

Rumusan Masalah

1.2.1

Bagaimana cara menentukan titik sampling pada udara ?

1.2.2

Apa saja sampel dan tujuan pengukuran sampel udara ?

1.2.7
1.2.5

1.3.

Apa saja parameter kualitas fisik, kimia, dan biologi udara ?
Apa saja Indeks Standar Pencemaran Udara ?


Tujuan Penulisan Makalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain memenuhi salah satu tugas mata
kuliah “Kimia Udara”, juga bertujuan untuk mengetahui cara menentukan titik
sampling udara, menentukan kualitas udara, dan pencemaran udara.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teknik Sampling Udara
Teknk sampling kualitas udara dilihat dari lokasi pemantauannya terbagi
dalam 2 katagori yaitu teknik sampling udara emisi dan teknik sampling
udara ambien. Sampling udara emisi adalah teknik sampling udara pada
sumbernya seperti cerobong pabrik dan pada saluran knalpot kendaraan bermotor.
Teknik sampling kualitas udara ambien adalah sampling kualitas udara pada
media penerima polutan udara/emisi udara.
Untuk sampling kualitas udara ambien, teknik pengambilan sample
kualitas udara ambien saat ini tebagi dalam 2 kelompok besar yaitu pemantauan
kualitas udara secara aktif (konvensional) dan secara pasif. Dari sisi parameter

yang akan diukur, pemantauan kualitas udara terdiri dari gas dan partikulat.
metode
sampling
kuaalitas
udara

udara emisi

udara ambien

metode aktif

metode pas

parameter
gas:
CO2,SOX,NO
X,dsb

parameter

partikulat

Gambar 1: klasifikasi sampling kualitas udara
Pemantauan parameter partikulat secara konvensional (aktif sampling) dan
metoda passive sampling dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Aktif Sampling / Secara Konvensional
Aktif sampling adalah pengambilan sampel udara dengan menggunakan
peralatan mekanik, misalnya pompa untuk mengalirkan udara kedalam media
sampling. Pada sampling aktif, terdapat 3 elemen utama, yaitu
 Calibrator, digunakan untuk menunjukan berapa banyak udara yang telah
di dorong atau diisap, dengan kalibrator pompa dapat dikalibrasi sehingga
volume udara yang terisap dapat ditentukan secara akurat.
 Sampling pump, pompa yang digunakan untuk mendorong atau mengisap
udara
 Sampling media, media yang digunakan untuk mengumpulkan kontaminan
udara


Air Sampler Impinger


Untuk menetapkan kadar gas-gas berbahaya secara konvensional, digunakan alat
yang disebut air sampler impinger.

Peralatan impinger secara keseluruhan terdiri dari :
 Pompa vakum : dibuat dengan sistem vibrasi ganda yang tahan korosi.
Kecepatan hisap stabil dan dapat diatur dengan potensiometer
 Tabung impinger : tempat reaksi antara kontaminan udara dengan larutan
penangkap. Dapat lebih dari satu tabung.
 Moisture adsorber : tabung berisi bahan penyerap uap air (desikan) untuk
melindungi pompa dari korosi.
 Flow meter, yaitu alat pengukur kecepatan aliran udara dengan metoda bubble
flow.
PRINSIP DASAR

Sampling udara dengan impinger pada hakikatnya terdiri dari beberapa langkah
yaitu:
 Menarik udara dengan pompa hisap ke dalam tabung impinger yang berisi
larutan penangkap.
 Mengukur kontaminan yang tertangkap atau bereaksi dengan larutan penangkap

baik dengan metoda konvensional maupun instrumental.
 Menghitung kadar kontaminan dalam udara berdasarkan jumlah udara yang
dipompa dan hasil pengukuran.

LOKASI SAMPLING
Dalam penentuan lokasi pengambilan contoh uji, yang perlu diperhatikan adalah
bahwa data yang diperoleh harus dapat mewakili daerah yang sedang dipantau,
yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
Titik pemantauan kualitas udara ambien ditetapkan dengan mempertimbangkan :
 Faktor meteorologi (arah dan kecepatan angin),
 Faktor geografi seperti topografi, dan tata guna lahan.

Kriteria berikut ini dapat dipakai dalam penentuan suatu lokasi pemantauan
kualitas udara ambien:
1. Area dengan konsentrasi pencemar tinggi. Daerah yang didahulukan untuk
dipantau hendaknya daerah-daerah dengan konsentrasi pencemar yang tinggi. Satu
atau lebih stasiun pemantau mungkin dibutuhkan di sekitar daerah yang emisinya
besar.
2. Area dengan kepadatan penduduk tinggi. Daerah-daerah dengan kepadatan
penduduk yang tinggi, terutama ketika terjadi pencemaran yang berat.

3. Di daerah sekitar lokasi penelitian yang diperuntukkan untuk kawasan studi
maka stasiun pengambil contoh uji perlu ditempatkan di sekeliling
daerah/kawasan.
4. Di daerah proyeksi. Untuk menentukan efek akibat perkembangan mendatang
dilingkungannya, stasiun perlu juga ditempatkan di daerah-daerah yang
diproyeksikan.

5. Mewakili seluruh wilayah studi. Informasi kualitas udara di seluruh wilayah
studi harus diperoleh agar kualitas udara diseluruh wilayah dapat dipantau
(dievaluasi).

Beberapa petunjuk yang dapat digunakan dalam pemilihan titik pengambilan
contoh uji adalah:
1. Hindari tempat yang dapat merubah konsentrasi akibat adanya absorpsi, atau
adsorpsi (seperti dekat dengan gedung-gedung atau pohon-pohonan).
2. Hindari tempat dimana pengganggu kimia terhadap bahan pencemar yang akan
diukur dapat terjadi: emisi dari kendaraan bermotor yang dapat mengotori pada
saat mengukur ozon, amoniak dari pabrik refrigerant yang dapat mengotori pada
saat mengukur gas-gas asam.
3. Hindari tempat dimana pengganggu fisika dapat menghasilkan suatu hasil yang

mengganggu pada saat mengukur debu (partikulat matter) tidak boleh dekat
dengan incinerator baik domestik maupun komersial, gangguan listrik terhadap
peralatan pengambil contoh uji dari jaringan listrik tegangan tinggi
4. Letakkan peralatan di daerah dengan gedung/bangunan yang rendah dan saling
berjauhan.
5. Apabila pemantauan bersifat kontinyu, maka pemilihan lokasi harus
mempertimbangkan perubahan kondisi peruntukan pada masa datang.

2. Secara Passive Sampling
Pasif sampling adalah pengambilan sampel udara tanpa menggunakan
peralatan pompa, namun melalui proses perpindahan aliran udara secara fisik,
yaitu difusi secara alami ke lapisan udara statik, atau media sampling ataupun
secara proses permeasi melalui membran.
a. Partikulat atau debu adalah suatu bemda padat yang tersuspensi di udara
dengan ukuran dari 0,3µm sampai 100 µm. Bedasrkan besarnya debu
dapat dibedakanmenjadi 2 bagian yaitu besar yaitu debu dengan ukuran
>10 µm disebut dengan dust fall/ debu jatuh, dan yang ukurannya 10
um akan mengendap di sekitar sumbernya. Sifat partikel, seperti
adsorpsi, absorpsi, chemisorpsi dan adhesi penting untuk partikel
berukuran < 0,1 um, yang berhubungan dengan gerak Brown.

Kualitas Optikal : reduksi jarak pandang merupakan salah satu
kerugian yang disebabkan partikulat.
d. Karakteristik Kimiawi
i. Bahan organic yang ada di udara : fenol, asam organic dan
alcohol.
ii. Bahan inorganic yang ada di udara : besi, timah hitam,
mangan, seng dan vanadium.
e. Karakteristik biologi
Bahan biologi yang ada di udara : bakteri, virus, spora, pollen dan
lain sebagainya

2. Karbon Monoksida
CO merupakan gas yang tak berbau, tak berwarna dan tak berasa.
Gas ini tinggal di udara sampai 2,5 bulan. Sumber gas ini berasal dari
pembakaran sampah, kebakaran hutan, sisa pembakaran batubara dan
pembakaran sisa pertanian.
Biasanya karbon monoksida (CO) merupakan hasil pembakaran
tak sempurna dari bahan bakar karbon, atau lebih tepatnya, karbon dalam
bahan bakar. CO adalah suatu gas tak berbau, tidak berwarna dan akan
terbakar dalam udara untuk melepaskan CO2. CO merupakan bahaya
terhadap karyawan yang besar karena gas tersebut memiliki afinitas
(tertarik pada) bagi hemoglobin sebesar 300 kali dari oksigen, dan sebagai
konsekuensi dari eksposur terhadap CO mengakibatkan pergantian oksigen
cepat dan ketidakmampuan paru-paru untuk melaksanakan absorpsi
oksigen ke dalam darah.

CO dapat dihilangkan dari atmosfer melalui: Reaksi dengan
hidroksil radikal. Dioksidasi dalam lapisan atmosfer oleh oksigen atom
guna menghasilkan CO2. CO akan lenyap dalam waktu kira-kira 3 tahun.

3. Carbon dioksida (CO2)
Gas ini adalah hasil dari proses oksidasi lengkap, seperti
pembakaran bahan bakar. Gas ini dikeluarkan oleh hewan selama bernafas,
selama pembusukan aerobik dari semua bahan organik karbon dan dari
oksidasi mineral. Misalnya, batu kapur yangdipanaskan pada suhu tinggi
memancarkan karbon dioksidayang menyisakan kapur mentah.
Konsentrasi karbon dioksida dalam atmosfer diperkirakan telah
meningkat dari 275 ppm sekitar tahun 1850 menjadi 345 ppm di tahun
1985 dan memberikan sumbangan terhadap pemanasan global sebagai
konsekuensi dari “efek rumahkaca”.
Secara global, Indonesia menduduki peringkat kesembilan di
antara 50 negara yang menghasilkan gas-gas rumah kaca tertinggi pada
tahun 1987. Namun, bila diperhitungkan dengan jumlah penduduknya,
Indonesia tidak termasuk di antara 50 negara peringkat puncak, di mana
emisi per kapita tahunan dari gas-gas rumah kaca adalah 1,5 ton.
CO2 dapat dihilangkan dari atmosfer melalui:Konsumsi dalam
fotosintesis dan Reaksi lambat dengan batu silikat batu kapur dan dolomit.

4. Oksida Sulfur
Oksida sulfur menyebar luas di udara, terdapat dalam bentuk SO,
SO2, SO3, SO4, S2O3 dan S2O7.

SO2 merupakan gas tak berwarna, tak mudah meledak dan tak
mudah terbakar dengan bau belerang, berasa pada konsentrasi 0,3 ppm dan
berbau pada konsentrasi 0,5 ppm. Sangat larut dalam air dan diperkirakan
diudara 2 – 4 hari dan dapat menyebar sampai jarak 1000 km. Relatif
stabil di udara, SO2 bereaksi sebagai reduktor maupun oksidator, sehingga
dapat menghasilkan SO3 , H2SO4 dan garam-garam sulfur. Pembakaran
sampah dan bahan bakar fosil menimbulkan > 80% emisi SO2.

5. Sulfur dioksida
Jumlah emisi dunia sekitar 100 juta ton/tahun. Sulfur dioksida
adalah hasil pokok dari pembakaran sulfur (belerang) dalam bahan bakar
dan secara langsung hampir proporsional dengan jumlah yang ada dalam
bahan bakar. Beberapa bagian dari sulfur dioksida ini, diperkirakan 20%
mengandung bahan bakar sulfur rendah tetapi tidak lebih dari 5% dengan
bahan bakar sulfur tinggi, dikonversi bentuknya menjadi sulfur trioksida,
yang pada gilirannya digabungkan dengan uap air dalam gas cerobong
asap, membentuk asam belerang.
SO2 dihilangkan dari atmosfer dalam waktu sekitar 43 hari.
penghilangan SO2 sebagai berikut:


SO2 + O2  SO3 + H2O  H2SO4 + NH3, Lime  amonia
sulfat, kalsium sulfat



SO2 + NH3, langsung kalsit kapur Oksidasi sulfit sulfat
(presipitat)

6. Oksida Nitrogen
Oksida nitrogen (NOx) terdapat dalam bentuk NO, NO2, N2O,
N2O3, N2O4 dan N2O5. NO dan NO2 merupakan bentuk yang sangat

penting dalam pencemaran udara. Lebih berat dari udara dan larut di
dalam air membentuk asam-asam nitrit dan oksida nitrogen. Sumber antara
lain pembakaran bahan bakar minyak dan pembakaran sampah.
Nitrogen oksida dibentuk dalam konsentrasi 200–600 ppm dalam
cerobong asap dari hampir semua proses pembakaran. Ini merupakan
susunan yang sama dengan sulfur oksida dalam bahan bakar sulfur yang
lebih rendah. Mereka melakukan pelanggaran yang lebih sedikit walaupun
mungkin tidak kurang berbahayanya daripada sulfur dioksida, karena
oksida dari nitrogen merupakan penyumbang utama asbut fotokimia.
Oksida dari nitrogen adalah polutan gas utama dari gas yang
dibakar unit pembangkit tenaga.
Pembersihan NOx: Asam nitrik bila terbentuk bereaksi dengan
amonia atau kapur à amonia nitrat atau kalsium nitrat.

7. Hidrokarbon
a. Metan.
Metan dianggap sebagai gas yang secara relatif tidak berbahaya,
sering

ditemukan

di

pertambangan

dan

dipancarkan

dari

penguraian anaerobik bahan organik, seperti pupuk. Dalam
konsentrasi tinggi ia akan berlaku sebagai suatu asphyant,
sedangkan jika bercampur dengan udara menjadi eksplosif. Metan
dianggap menjadi penyumbang besar terhadap pemanasan global
dan meningkat dari 0,7 ppm sekitar tahun 1850 menjadi 1,7 ppm
pada tahun 1985
b. Hidrokarbon non metan.
Sisa hidrokarbon yang volatil dikelompokkan bersama dan disebut
“hidrokarbon non- metan” dan penting dalam pencemaran udara

karena tidak seperti halnya metan, yang secara relatif stabil, dapat
diserang oleh oksidan dalam atmosfer danakan ikut serta dalam
reaksi-reaksi fotokimia.
Hidrokarbon dihilangkan melalui serangkaian reaksi fotokimia.

8. CFC
CFC adalah gas yang sangat stabil yang digunakan secara luas di
seluruh dunia sebagai refrigeran (pendingin) dan hingga akhir-akhir ini,
sebagai pressure pack propellant, tiupan busa (foam blowing), cuci kering
(drycleaning) dan di industri elektronik. Suatu kelompok bahan kimia
sejenis yang disebut “halon” digunakan dalam alat pemadam kebakaran.
Tidak ada reaktan yang dikenal untuk CFC dalam troposfir, oleh karena itu
CFC tinggal di dalam troposfir selama 50–100 tahun, lambat-laun naik ke
stratosfir dimana, dengan fotolisis, mereka gagal melepaskan atom khlorin
yang sangat reaktif. CFC dianggap bertanggungjawab atas penipisan ozon
di dalam stratosfir.
CFC merupakan penyumbang besar terhadap pemanasan global
dan konsentrasi CFC dalam troposfir telah meningkat dari yang hampir nol
menjadi hampir satu bagian per milyar selama 50 tahun terakhir ini. Sifat
dan tingkat keprihatinan yang dialamatkan pada CFC membutuhkan
dilaksanakannya perjanjian lingkungan internasional, dan hingga Maret
1985 49 negara telah menyatakan persetujuannya dalam sebuah sidang
PBB dalam rangka melindungi lapisan ozon. “Protokol Montreal” ini,
yang dirunding ulang pada tahun 1990, menuntut dihentikannya
penggunaan khlorokarbon dan fluorokarbon tertentu pada akhir abad ini
dan memberikan bantuan kepada negara-negara berkembang dalam
melaksanakan transisi ini.

Melalui tindakan seperti pemulihan dan pendauran ulang CFC
spesifik, hasilnya sudah sangat cepat, dengan tingkat target CFC yang
secara dramatis berkurang sejak dilaksanakannya sidang ini.

9. Pb (Timah Hitam)
Pb telah lama digunakan sebagai zat tambahan berupa TEL (Tetra
ethyl Lead) dengan rumus kimianya (C2H5)4Pb, untuk meningkatkan
kadar oktan bensin. Dengan demikian Pb hanya ditemukan pada sisa
pembakaran bahan bakar bensin. TEL merupakan senyawa garam
metalorganik yang tercampur dalam bensin dan ikut terbakar. Pada saat
pembakaran, TEL tersebut mengalami dekomposisi secara termis
membentuk oksida Pb dengan mekanisme sebagai berikut: PbO + OHPbO(OH)  PbO(OH) + OH- PbO2 + H2
Bahan bakar bensin mengandung 2,5 sampai ml Pb setiap
gallonnya. Pb yang tersebar diudara bila terhisap hidung, 70% diantaranya
akan bersarang dalam jaringan tubuh. Serbuk Pb yang halus itu
(penampangnya kuranglebih 1 mikron), bila terhirup keadalam paru-paru
akan menyebar keseluruh jaringan tubuh melalui pembuluh darah.
Sedangkan yang masuk tubuh melalui makanan dan minuman paling
banyak 25% yang tertinggal.
Di Jakarta, pencemaran logam berat Pb makin serius dan di
beberapa tempat sudah melebihi ambang batas yang ditetapkan. Pada
tahun 1988 emisi Pb di Jakarta mencapai 1,6 ton per hari. Sedangkan
konsentrasi Pb di Jakarta mencapai 2 µg/m³ (dengan baku mutu 0,06
µg/m³). Jumlah ini akan diperkirakan meningkat terus sejalan dengan
pertambahan jumlah kendaraan bermotor yang berkisar antara 4–10% per
tahun.
Pembukaan terhadap timbal dalam jumlah yang terlalu besar dapat
menggangu kesehatan, khususnya berkaitan dengan pengembangan intelek

anak-anak kecil. Dampak tingkat Pb yang tinggi terhadap tumbuhtumbuhan dan binatang belum diteleti secara seksama, dan belum ada
pengertian yang baik mengenai ini.

2.3.3 SUMBER PENCEMARAN UDARA
Sumber pencemran udara di bagi menjadi 2 bagian, yaitu dari kegiatan manusia
dan faktor alam


Kegiatan manusia
o Transportasi
o Rokok
o Industri
o Penggunaan zat – zat kimia yang di semprotkan ke udara
o Kegiatan rumah tangga



Faktor alam
o Debu akibat letusan gunung berapi
o Semburan gas CO2
o Proses pembusukkan sampah organik

2.4 Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)
Saat ini Indeks standar kualitas udara yang dipergunakan secara resmi di
Indonesia adalah Indek Standar Pencemar Udara (ISPU), hal ini sesuai dengan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP 45 / MENLH / 1997
Tentang Indeks Standar Pencemar Udara. Dalam keputusan tersebut yang
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan diantaranya : bahwa untuk
memberikan kemudahan dari keseragaman informasi kualitas udara ambien
kepada masyarakat di lokasi dan waktu tertentu serta sebagai bahan pertimbangan
dalam melakukan upaya-upaya pengendalian pencemaran udara perlu disusun
Indeks Standar Pencemar Udara. Indeks Standar Pencemar Udara adalah angka
yang tidak mempunyai satuan yang menggambarkan kondisi kualitas udara
ambien di lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap
kesehatan manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya.

Indeks Standar Pencemar Udara ditetapkan dengan cara mengubah kadar
pencemar udara yang terukur menjadi suatu angka yang tidak berdimensi.
Rentang Indeks Standar Pencemar Udara dapat dilihat pada tabel.
Tabel 3 : Rentang Indeks Pencemaran Udara
Katagori

Rentang

Penjelasan

Baik

0-50

Tingkat kualitas udara yang tidak memberikan
efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan
tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan,
atau nilai estetika.

Sedang

51-100

Tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh
pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi
berpengaruh pada tumbuhan, bangunan, dan nilai
estetika

Tidak sehat

101-199

tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan
pada manusia atau kelompok hewan yang sensitif
atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan
ataupun nilai estetika

Sangat tdk sehat 200-299

Tingkat kualitas udara yang dapat merugikan
kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang
terpapar

Berbahaya

Tingkat kualitas udara berbahaya yang secara
umum dapat merugikan kesehatan yang serius

300- lebih

Data Indeks Standar Pencemar Udara diperoleh dari pengoperasian Stasiun
Pemantauan Kualitas Udara Ambien Otomatis. Sedangkan Parameter Indeks
Standar Pencemar Udara meliputi :
a

Partikulat (PM10)

b

Karbondioksida (CO)

c

Sulfur dioksida (SO2).

d

Nitrogen dioksida (NO2).

e

Ozon (O3)

Perhitungan dan pelaporan serta informasi Indeks Standar Pencemar Udara
ditetapkan oleh Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, yaitu
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107 Tahun 1997
Tanggal 21 November 1997.
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, memuat
diantaranya adalah : 1. Parameter-Parameter Dasar Untuk Indeks Standar
Pencemar Udara (Ispu) Dan Periode Waktu Pengukuran, selengkapnya dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel 4. Parameter-Parameter Dasar Untuk Indeks Standar Pencemar
Udara (ISPU) Dan Periode Waktu Pengukuran
N
o

Parameter

Waktu pengukuran

1

Partikulat

24 jam (pengukuran periode ratarata)

2

Sulfur dioksida

24 jam (pengukuran periode ratarata)

3

Karbon
monoksida

8 jam (pengukuran periode rata-rata)

4

Ozon

1 jam (pengukuran periode rata-rata)

5

Nitrogen dioksida

1 jam (pengukuran periode rata-rata)

BAB III
PENUTUP

4.1.

Kesimpulan

Teknk sampling kualitas udara dilihat dari lokasi pemantauannya terbagi dalam 2
katagori yaitu teknik sampling udara emisi dan teknik sampling udara ambien.
Di tinjau dari tujuan dan lokasinya, sampling atau pengambilan contoh udara
dapat dibedakan menjadi sampling ambien dan sampling emisi sumber.
Pengambilan titik sampling udara berbeda – beda sesuai dengan bentuk wadah
atau daerah udara yang akan disampling.
Parameter Kualitas udara digunakan sebagai indikator kualitas udara. Parameter
kualitas udara terbagi dalam 3 kategori yaitu beradasarkan kualitas fisik, kimia,
dan biologi.

Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain
industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut
merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas.
4.2.

Saran

Setelah mempelajari makalah ini, semoga wawasan pengetahuan lebih menambah
dalam memahami pengertian udara emisi dan ambien, berbagai macam
pencemaran udara serta mengetahui cara pengambilan titik samplingnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://imansyahrul.blogspot.co.id/2014/06/penentuan-titik-sampling-danpencemaran.html
https://mu171.wordpress.com/2010/09/08/pengukuran-kualitas-udara-ambien/
http://imansyahrul.blogspot.co.id/2014/06/penentuan-titik-sampling-danpencemaran.html?m=
http://aldilah-bagas-d.blog.ugm.ac.id/2012/06/17/pencemaran-udara/

https://adhasanitarian.wordpress.com/2014/12/02/proses-pencemaran-udara-olehfaktor-kimia-fisik-dan-biologi/
http://artikelkesmas.blogspot.co.id/2013/12/kualitas-udara-dalam-ruang.html
Lodge James P 1989,“ Methods of Air Sampling and Analysis , Third Edition,
Lewis Publisher Inc., Michigan”
Moestikahadi Soedomo 1999, “ Pencemaran Udara “, Penerbit ITB Bandung, .
Moh. Irsyad 2011, “Modul Analisa Udara ”, Laboratorium Udara Teknik
Lingkungan ITB, .