PEMBELAJARAN BIOLOGI ABAD 21 DALAM DESAI
PEMBELAJARAN BIOLOGI ABAD 21 DALAM DESAIN, STRATEGI,
DAN MENJAWAB TANTANGAN PENDIDIKAN GLOBAL
Muslimin Ibrahim
Universitas Negeri Surabaya
[email protected]
Makalah yang disampaikan pada Seminar Nasional dengan Tema: Peran
Biologi dan Pendidikan Biologi dalam Menyiapkan Generasi Unggul dan
Berdaya Saing Global di Universitas Muhammadiyah Malang, 21 Maret
2015
A. Pendahuluan
Dari judul yang diberikan oleh panitia di atas, terdapat kata kunci
yang
dapat disarikan,
yaitu
(1) Pendidikan
Global,
(2) Tantangan
Pendidikan Global, (3) Desain dan stategi pembelajaran biologi untuk
menghadapi tantangan dimaksud. Makalah ini mencoba memenuhi
permintaan tersebut.
Sebenarnya kerisauan mengenai perlunya pendidikan global sudah
lama disadari (Global Education Guidelines, 2008). Kerisauan itu muncul
sebagai akibat kemajuan pesat di bidang teknologi komunikasi & transportasi yang
dirasakan dunia semakin sempit, batas negara menjadi buram, proses universalisasi melanda
berbagai aspek kehidupan, masyarakat lokal menjadi anggota masyarakat dunia. Intensitas
interaksi dan kompetisi meningkat.
Kerisauan juga muncul sebagai akibat adanya ”ketidakpastian” tentang
“apa” yang diperlukan di masa depan. Dampak ikutan ketidakpastian itu
adalah sulitnya menetapkan arah dan merancang apa yang harus
dilakukan untuk menyiapkan siswa yang akan hidup pada masa itu.
Mengantisipasi fakta tersebut, perlu ada usaha nyata mencari persamaanpersamaan
di antara anggota masyarakat dunia berupa nilainilai universal yang perlu dikembangkan
bersama (Kevin, 2014; Brown, 2013; Andreotti, 2012). Perlu ada usaha yang
bertujuan membuka mata dan pikiran orang pada realitas globalisasi
dunia dan “membangunkan” serta menyadarkan mereka akan pentingnya
keadilan, kesetaraan, dan hak asazi manusia untuk semua orang.
Pendidikan
global
pengembangan,
adalah
pendidikan
pemahaman
hak
azasi,
tentang
pendidikan
pendidikan
&
perdamaian,
&
pencegahan konflik, pendidikan antar budaya, dan menjadikan pendidikan
kewarganegaraan berdimensi global; Perlunya pendidikan yang demikian
ini juga ditekankan oleh Global Education Guidelines (2008) dipublikasikan
oleh South North Centre of Europe, yang ditujukan kepada para pendidik
dan pembuat kebijakan dinyatakan antara lain bahwa (1) perlu ada
tindakan nyata memperkuat pendidikan global, (2) meningkatkan praktikpraktik pendidikan global melalui sharing dan menciptakan sinergisme di
antara stakeholder, melalui berbagai pendekatan, pemilihan konten, dan
kriteria evaluasi, serta (3) berbagi praktik-praktik dan pengalaman yang
sudah
dilakukan
di
berbagai
belahan
bumi.
(4)
Memahami
dan
mendiskusikan hubungan kompleks berkait isu-isu sosial, ekologi, politik,
dan ekonomi, sekaligus mampu memiliki cara baru di dalam berpikir dan
bertindak.
B. Apa yang Dimaksud dengan Pendidikan Global?
Pendidikan global adalah sudut pandang yang muncul dari fakta
bahwa orang hidup dan berinteraksi pada saat yang sama dengan
munculnya kondisi semakin meningkatnya pengaruh globalisasi. Beberapa
sumber mendefinisikan bahwa pendidikan global adalah pendidikan yang
bertujuan membuka mata dan pikiran orang pada realitas globalisasi
dunia dan “membangunkan” serta menyadarkan mereka akan pentingnya
keadilan, kesetaraan, dan hak asazi manusia untuk semua orang.
Pendidikan
global
pengembangan,
adalah
pemahaman
pendidikan
hak
azasi,
tentang
pendidikan
pendidikan
&
perdamaian,
&
pencegahan konflik, pendidikan antar budaya, dan menjadikan pendidikan
kewarganegaraan berdimensi global;
GLEN (2009) mendefinisikan bahwa pendidikan global adalah
pendekatan kreatif yang membawa perubahan di dalam masyarakat kita.
Mereka
juga
pembelajaran
mengatakan
aktif
bahwa
berbasis
pendidikan
nilai-nilai
global
universal
adalah
seperti
proses
toleransi,
solidaritas, kesetaraan, keadilan, inklusi, kooperasi, dan tanpa kekerasan.
Sementara itu Hunt (2012) menyebutnya sebagai pembelajaran global
(global learning) yaitu istilah yang digunakan untuk mendefinisikan
berbagai aspek kurikulum sekolah yang relevan dengan setiap orang di
semua
tempat
di
permukaan
bumi
ini.
Dengan
perkataan
lain
pembelajaran global mencoba mengeksplorasi interkoneksi di antara
penduduk dan tempat di seluruh dunia. Hal ini menuntut kita untuk
melakukan observasi mengenai persaman dan perbedaan yang ada di
antara kita dan menghubungkannya dengan kehidupan kita.
Pendidikan global adalah proses pembelajaran transformatif. Pendidikan global
adalah pendekatan baru yang memusatkan perhatian untuk membantu menjawab pertanyaan
kita tentang masa depan. Pendidikan global memperlengkapi siswa agar mampu memahami
isu dunia seraya memberdayakan mereka dengan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap
yang diinginkan sebagai warga dunia untuk menghadapi masalahmasalah global. Berkait
dengan hal itu pendidikan global adalah proses individual dan pertumbuhan kolektif yang
memungkinkan terjadinya transformasi dan transformasi diri.
Pendidikan global tidak hanya berkenaan dengan tema global, masalah dunia, dan
bagaimana menemukan penyelesaian secara bersamasama, tetapi juga menyangkut
bagaimana merancang masa depan bersama dengan kondisi kehidupan yang lebih baik untuk
semua, menghubungkan pandangan lokal dengan global dan bagaimana mewujudkan visi
tersebut menjadi nyata, mulai dari sesuatu yang kecil yang kita lakukan.
Pendidikan global mengembangkan pengertian pada siswa bahwa keberadaan mereka
membentuk masyarakat dunia dan mereka merupakan anggota masyarakat manusia yang
menghuni planet bumi, dan kehidupannya tergantung pada planet bumi tersebut. Oleh karena
itu pendidikan global harus menyadarkan mereka betapa pentingnya mampu hidup secara
bijaksana dan bertanggung jawab, sebagai individu, umat manusia, penghuni planet bumi, dan
sebagai anggota masyarakat global.
B. Apakah Tantangan Pendidikan Global?
Globalisasi yang ditandai dengan abad 21 memiliki karakteristik perubahan
berlangsung amat cepat sehingga menimbulkan gejolak dan ketidakpastian, tingkat kompetisi
meningkat dengan drastis (compete or perish). Karena perubahan berlangsung demikian cepat
terjadi perbedaan yang mencolok antar generasi. Generasi pendidik (orang tua) adalah
generasi paper and pencil sementara generasi siswa adalah generasi smartphone. Tantangan
timbul dalam bentuk kesenjangan antar generasi.
Karena intensitas interaksi dan tingkat persaingan yang tinggi pembelajaran yang
terstandarisasi yang menekankan pada hafalan, menghasilkan orang seragam yang tidak
memiliki daya saing dan kebanggaan akan prestasi dalam wujud rangking, nilai rapor, belajar
dengan pola pasif menekankan pada isi (konten) dirasakan tidak lagi sesuai. Terjadi
perubahan pradigma yang memberi penekanan pada pengembangan potensi siswa, sehingga
menghasilkan siswasiswa dengan keunggulankeunggulan, mengembangkan kemampuan
berpikir dan rasa ingin tahu. Konten mata pelajaran tidak lagi cukup melainkan diperlukan
bagaimana memperoleh konten itu. Sumber informasi tidak lagi hanya pada guru dan sekolah,
tetapi di manamana: alam, google, pergaulan, perilaku dan pengalaman orang, pusatpusat
informasi dan dokumentasi, jurnal, web, dunia usaha, jejaring social dan sebagainya. Tantang
timbul dalam bentuk mencari cara baru pembelajaran.
Globalisasi adalah proses kompleks dan ambivalen yang konsekwensinya dapat
positif sekaligus negatif. Di antara konsekwensi yang positif adalah orang akan semakin
memiliki keluasan dalam: cakrawala pandang, akses terhadap pengetahuan dan produk ilmu
dan teknologi, pandangan lintas budaya, kesempatan dan peluang, perkembangan personal
dan sosial, kesempatan untuk berbagi ide, berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah
bersama.
Konsekwensi negatif terutama di tingkat sosial, ekonomi, dan lingkungan. Di satu sisi
terjadi peningkatan angka kemiskinan, timbulnya kesenjangan antara negara berkembasng
dengan negara maju dan di antara berbagai kelas di dalam masyarakat, rendahnya standar
hidup, penyakit, migrasi, pelanggaran hak azasi manusia, SARA, eksploitasi kelompok
lemah oleh kelompok kuat, xenophobia, konflik, rasa tidak aman, dan berkembangnya
individualisme. Sementara itu di sisi lain terdapat banyak sekali muncul masalah lingkungan
seperti efek rumah kaca, perubahan iklim, polusi, dan eksploitasi sumber daya alam secara
berlebihan. Pertanyaan yang muncul bagaimana mengurangi konsekwensi negatif dan
memaksimalkan konsekwensi positip. Tantangan berikut memunculkan usaha untuk
mengubah perilaku dengan mengarahkan pembelajaran agar tercapai tujuan akhir
terbentuknya manusia ber Karakter, memiliki ketahanan moral, pembelajar mandiri (self
regulated learner) yang berjiwa Entrepreneur.
Tantangan berikutnya adalah pendidik menghadapi ketidakpastian. Di
satu sisi pendidik bertugas menyiapkan siswa agar berhasil hidup di masa
depan, sementara di sisin lain masa depan itu masih tidak pasti. Sebagai
guru setiap kita bertugas:
1. Menyiapkan siswa/mahasiswa untuk bisa bekerja pada suatu
lapangan kerja, padahal boleh jadi pada saat sekarang pekerjaan itu
belum ada, belum ditemukan.
2. Menyiapkan siswa/mahasiswa untuk menggunakan teknologi yang
boleh jadi pula, teknologi yang dimaksud belum ditemukan.
3. Menyiapkan siswa/mahasiswa untuk terampil menyelesaikan
masalah yang boleh jadi masalahnya belum ada pada saat sekarang
atau tidak sama dengan masalah yang dihadapi pada masa
sekarang.
Globalisasi yang berciri perubahan dunia dengan cepat selain sisiwa diberdayakan
dengan pengetahuan dan keterampilan, merekapun harus dilengkapi dengan “kemudi” dan
“filter” . Siswa harus diberi peluang untuk membangun dirinya secara utuh. Beberapa bekal
yang perlu diberikan kepada siswa agar mereka berdaya dalam menghadapi kehidupan di
masa depan adalah kemampuan kolaborasi dan komunikasi (McIntyre, S., & Watson, K.
(2007), Sementara itu ITL Research (2012) menyatakan bahwa siswa perlu dibekali dengan
kemampuan untuk berkolaborasi, mengkontruksi pengetahuan, regulasi diri, inovasi dan
penyelesaian masalah dunia nyata, penggunaan TIK untuk belajar, dan kemampuan
komunikasi. A Vision of Student Today (2012) memperkuat pandangan 21st Century Skills,
Education, Competitiveness. Partnership for 21st Century (2008) menyatakan bahwa
pendidikan yang dilaksanaan pada situasi dunia yang berubah dengan cepat memunculkan
permasalahnpermasalahan baru sekaligus juga peluang baru. Oleh karena itu siswa harus
diberdayakan dengan memfasilitasi mereka menguasai content knowledge, keahlian, dan
literasi sebagai fondasi. Mereka juga harus diberdayakan dengan berbagai keterampilan dan
pengetahuan penting lainnya (Gambar 1).
Gambar 1 Kecakapan Abad 21
C. Disain dan Strategi yang ditawarkan
Proses pendidikan bukanlah proses menyajikan pengetahuan jadi
secara instan, proses pendidikan bukanlah proses kompetisi menghafal
atau latihan mekanistik drill untuk berlatih menjawab soal. Sikap harus
dibangun secara sengaja sebagai kendali pengetahuan dan keterampilan.
Tawaran inovasi ini bermula dari dari fakta yang menyatakan bahwa
(1)
75%
hasil belajar siswa diperoleh melalui pengamatan; (2)
sikap/karakter tidak dapat diajarkan melainkan ditularkan; (3) penularan
sikap/karakter dilakukan lewat model atau contoh; (4) fenomena yang
terjadi di sekitar kita adalah model atau contoh bagi orang yang mau
berpikir (QS 2:190); (5) Tahapan pembelajaran seperti dimodelkan Tuhan:
Bangun fisik (QS 2:30) – beri pengetahuan (QS 2: 31) – beri kesempatan
magang agar memperoleh keterampilan/melihat model (QS 2: 35). Sampai
disini
saja
ternyata
manusia
masih
gagal–selanjutnya
Tuhan
membekalinya dengan norma dan sikap (QS 2: 38) –manusia yang utuh.
Inovasi
yang
ditawarkan
ini
dinamakan
model
pemaknaan,
ditunjukkan pada Gambar 2. Inovasi ini mengintegrasikan (1) cara
pembelajaran sains yang paling baik, yaitu melalui metode ilmiah dengan
(2) proses pemodelan karena belajar “perilaku” sebagian besar dilakukan
lewat pengamatan. Agar proses pengamatan berlangsung intensif, perlu
(3) usaha menyentuh/ mengolah hati. Oleh karena itu di dalam inovasi ini
proses pemodelan dilakukan dengan berbagai strategi dan media untuk
“mempengaruhi” hati siswa.
Pada bagian awal pembelajaran siswa diajak merumuskan masalah
atau pertanyaan yang bersumber dari fenomena yang diamati, melakukan
penyelidikan lewat pengamatan atau eksperimen, mengamati fenomena
alam lebih lanjut, mengumpulkan data, mengolah data sampai akhirnya
menarik
kesimpulan
yang
sekaligus
merupakan
jawaban
terhadap
masalah atau pertanyaan yang dirumuskan di awal pembelajaran.
Bagian kedua pembelajaran adalah proses pemodelan lewat strategi
mengolah hati. Fenomena yang telah diamati oleh siswa dimaknai untuk
dijadikan model sikap, perilaku positif yang harus dipupuk dan dibentuk
atau
model
perilaku/sikap
negatif
yang
harus
dihindari.
Strategi
pemodelan dilakukan sedemikian rupa seperti menggunakan musik,
menggunakan teknik membaca sedemikian rupa, melakukan “provokasi”
dan “dramatisasi” untuk mempengaruhi hati. Bukti penguat terhadap
perlunya perilaku itu dikembangkan atau perlu untuk dihindari oleh
seseorang, disajikan misalnya dalam bentuk kutipan fakta dari kearifan
lokal, ayat-ayat/norma-norma di dalam kitab suci atau fakta-fakta empirik
yang mendukung.
Kerangka berpikir model pemaknaan:
Fenomena IPA
Dilakukan melalui sintaks,
1, 2, 3, 4, dan 5 (Proses
penyelesaian masalah)
Capaian hasil
belajar
pengetahuan dan
keterampilan
Informasi, fakta,
konsep, teori
Domain Analog
(Penjelasan),
(Model)
deskripsi, tentang
Evaluasi & Refleksi
fenomena &
munculnya
Proses
fenomena baru
pemaknaan/
Internalisasi
(Sintaks 6 dan 7)
Capaian hasil
belajar Sikap dan
karakter
Berbagai perilaku
positip, karakter,
akhlak baik
Domain Target
Gambar 2 Alur Berpikir Model Pemaknaan (Ibrahim, 2014)
Tahap pertama:
Tunjukkan fenomena Ulat dan Kupu kepada siswa, melalui berbagai
media atau mengamati benda asli, motivasi siswa untuk melakukan
pengamatan dengan cermat memunculkan pertanyaan berdasarkan fakta
yang diamati. Beberapa contoh pertanyaan misalnya:
Bagaimana cara ulat berubah menjadi kupu-kupu?
Berapa lama waktu yang diperlukan?
Tahapan perubahannya apa saja yang terjadi? dan seterusnya
Tahap kedua:
Siswa diajak mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaannya.
Gunakan berbagai strategi, pertimbangkan kegiatan yang memungkinkan
siswa menggunakan sebanyak mungkin inderanya. Beberapa contoh
kegiatan seperti: membaca buku, mengamati perubahan bentuk dari telur
sampai menjadi kupu-kupu dalam bentuk proyek
(siswa membuat
perencanaan, melaksanakan rancangan, pelaporan hasil pelaksanaan).
Pada tahap ini siswa belajar banyak tentang keterampilan dan
pengetahuan serta beberapa sikap sosial seperti bekerjasama, saling
membantu,
berkomunikasi,
menyelesaikan
seterusnya.
masalah,
membuat
rencana,
menyusun
menemukan
jawaban
dari
laporan,
masalah
dan
Tahap ketiga:
Siswa diajak untuk mengkritisi sekali lagi fenomena yang mereka
amati/temukan dari perspektif
“sebagai model” (atau domain analogi)
sikap dengan domain target adalah siswa melihat model tersebut sebagai
sesuatu yang harus ditiru, dikembangkan, jadikan pedoman berperilaku
atau sebalik perlu dicegah, dijauhi. Kesempatan ini digunakan oleh guru
untuk menularkan sikap pada model kepada siswa melalui pengenalan
pengetahuan dulu (moral knowledge), pengenalan dilakukan sedemikian
rupa menyentuh hati, ditunjukkan pula baik buruknya untuk memunculkan
(moral
feeling)
yang
kemudian
dengan
berjalannya
waktu
dan
pembiasaan melalui pengulangan-pengulangan dan pemberian penekanan
menggunakan realita sosial, kearifan local, kutipan ayat suci, kebiasaan
baik dikeseharian, pada akhirnya diharapkan sikap yang sudah dimiliki
dalam bentuk pengetahuan dan perasaan berubah menjadi moral acting
yang terwujud dalam perbuatan dan perilaku keseharian.
Tahap keempat
Siswa diajak untuk melakukan berbagai aktivitas untuk memperkuat
retensi,
misalnya
membuat
rangkuman
melalui
proses
menjawab
pertanyaan, mendiskusikan contoh penerapan dalam kehidupoan seharihari konsep-konsep yang sudah dipelajari dan ditemukan, mengjarkan
atau mengkomunikasikan hasil temuan kepada orang lain dan berbagai
bentuk kegiatan lain yang relevan.
Melalui scientific approach siswa belajar (Pengajaran)
(1) Konsep
metamorphosis: nama,
definisi, tahapan, lama
waktu, karakteristik tiap
tahap, contoh
(2) Keterampilan proses:
melakukan pengamatan,
mengumpulkan data,
menarik simpulan,
membuat laporan
(3) Keterampilan sosial:
bekerjasama, saling
membantu, komunikasi
(menyampaikan ide,
argumentasi)
Melalui pemaknaan siswa dididik (Pendidikan):
(1) Memaknai perilaku ulat
(2) Memaknai perilaku
yang rakus, makanan
kepompong melakukan
tidak terpilih, merugikan
pengendalian diri, makan
banyak pihak---perilaku
tidak makan (Puasa)
buruk perlu dihindari
(3) Memaknan perilaku kupukupu yang indah, makanan
terpilih, menyenangkan, model
perilaku yang perlu
dikembangkan
Pemantapan
Bagaimana Mencapainya
Hai orang yang beriman diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana
yang telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu
menjadi orang yang bertakwa (QS 2: 185)
D.
Penutup
Demikianlah satu inovasi yang coba dikenalkan, yaitu berupa model
pemaknaan yang mengintegrasikan scientific approach
pemodelan
sikap
melalui
strategi
analogi:
dengan proses
fenomen
ditemukan lewat scientific approach dijadikan model
Biologi
yang
(domain analog)
untuk mendidik sikap positip (domain target). Melalui strategi ini siswa
belajar secara komprehensif, selain konten (isi) pelajaran, mereka juga
belajar metode, sekaligus sikap yasng dapat menjadi pengendali dan filter.
Siswa
belajar
Biologi
berdasar
fenomen
dan
inovasi
ini
menggunakan fenomea alam sebagai model, sehingga tidak akan habis.
Semua fenomen alam dapat dijadikan model perilaku baik positif maupun
negatif . Tuhan sendiri pencipta alam mengatakan: sesungguhnya di
dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan
siang adalah ayat-ayat bagi orang yang mau berpikir.
Terimakasih
Referensi
Andreotti. (2012). Global Education, Social Change and Teacher Education in Jasskelained,
L.
Bourn, Douglas. (2014). The Theory and Practice of Global Learning.Research Paper No.
11, London: The Development Education Research Centre Institute of Education
Brown, E. (2013) Transformative Learning through Development Education NGOs.
Unpublished PhD Thesis, Nottingham: University of Nottingham.
GLEN. (2009). Global Education Guide. Global Education Network.
Hunt, F. (2012) Global Learning in Primary Schools: Practices and Impacts. DERC Research
Paper no. 9, London: IOE.
Ibrahim, Muslimin. “Dimensi Pendidikan dan Budi Pekerti di dalam Modelmodel Biologi
(Pidato Pengukuhan dalam rangka penerimaan Jabatan Guru Besar 1 Juli 2001), Sang
Profesor Kumpulan Pidato Pengukuhan Guru Besar. Surabaya: University Press, 2011 ISBN
9789790284593
Ibrahim, Muslimin, dkk (2008). Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif untuk
Mengembangkan sikap positif, kemampuan berpikir, dan hasil belajar kognitif melalui
Pelajaran IPA. Penelitian Inovatif Nasional yang dibiayai oleh Puslitjaknov Balitbang
Depdiknas. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas Pusat Penelitian
Kebijakan dan Inovasi.
Ibrahim, Muslimin, Suhartono, Suyono, (2009). Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Inovatif Melalui Pemaknaan dalam Mapel IPA dan Bahasa. Penelitian Strategis Nasional
dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi.
Ibrahim, Muslimin, Wahyu Sukartiningsih. (2012, 2013, dan 2014). Pemberdayaan Siswa
Sekolah Dasar Untuk Berperilaku Positif Dan Berkemampuan Berpikir Melalui
Pengembangan Perangkat Dan Diseminasi Pembelajaran Berorientasi Pemaknaan.
Penelitian Hibah Bersaing Pascasarjana Dibiayai oleh Dir. Litabmas Depdikbud.
Kaivola, T., O’Loughlin, E., Wegimont, L., (eds.) Proceedings of the International
Symposium on Competencies of Global Citizens, Amsterdam, GENE.pp.1630.
Kevin, Hovland. (2014). Global Learning: Defining, Designing, and Demonstrating. A joint
publication of NAFSA: Association of International Educators and the Association of
American Colleges and Universities,
McIntyre, S., & Watson, K. (2007, 12 July 2007). Preparing Students for the Global
Workplace: An Examination of Collaborative Online Learning Approaches. Paper presented
at the ConnectED: International Conference on Design Education 2007, Sydney, Australia.
Pearlman, Bob (2006). Designing New Learning Environments to Support 21st Century Skills
DAN MENJAWAB TANTANGAN PENDIDIKAN GLOBAL
Muslimin Ibrahim
Universitas Negeri Surabaya
[email protected]
Makalah yang disampaikan pada Seminar Nasional dengan Tema: Peran
Biologi dan Pendidikan Biologi dalam Menyiapkan Generasi Unggul dan
Berdaya Saing Global di Universitas Muhammadiyah Malang, 21 Maret
2015
A. Pendahuluan
Dari judul yang diberikan oleh panitia di atas, terdapat kata kunci
yang
dapat disarikan,
yaitu
(1) Pendidikan
Global,
(2) Tantangan
Pendidikan Global, (3) Desain dan stategi pembelajaran biologi untuk
menghadapi tantangan dimaksud. Makalah ini mencoba memenuhi
permintaan tersebut.
Sebenarnya kerisauan mengenai perlunya pendidikan global sudah
lama disadari (Global Education Guidelines, 2008). Kerisauan itu muncul
sebagai akibat kemajuan pesat di bidang teknologi komunikasi & transportasi yang
dirasakan dunia semakin sempit, batas negara menjadi buram, proses universalisasi melanda
berbagai aspek kehidupan, masyarakat lokal menjadi anggota masyarakat dunia. Intensitas
interaksi dan kompetisi meningkat.
Kerisauan juga muncul sebagai akibat adanya ”ketidakpastian” tentang
“apa” yang diperlukan di masa depan. Dampak ikutan ketidakpastian itu
adalah sulitnya menetapkan arah dan merancang apa yang harus
dilakukan untuk menyiapkan siswa yang akan hidup pada masa itu.
Mengantisipasi fakta tersebut, perlu ada usaha nyata mencari persamaanpersamaan
di antara anggota masyarakat dunia berupa nilainilai universal yang perlu dikembangkan
bersama (Kevin, 2014; Brown, 2013; Andreotti, 2012). Perlu ada usaha yang
bertujuan membuka mata dan pikiran orang pada realitas globalisasi
dunia dan “membangunkan” serta menyadarkan mereka akan pentingnya
keadilan, kesetaraan, dan hak asazi manusia untuk semua orang.
Pendidikan
global
pengembangan,
adalah
pendidikan
pemahaman
hak
azasi,
tentang
pendidikan
pendidikan
&
perdamaian,
&
pencegahan konflik, pendidikan antar budaya, dan menjadikan pendidikan
kewarganegaraan berdimensi global; Perlunya pendidikan yang demikian
ini juga ditekankan oleh Global Education Guidelines (2008) dipublikasikan
oleh South North Centre of Europe, yang ditujukan kepada para pendidik
dan pembuat kebijakan dinyatakan antara lain bahwa (1) perlu ada
tindakan nyata memperkuat pendidikan global, (2) meningkatkan praktikpraktik pendidikan global melalui sharing dan menciptakan sinergisme di
antara stakeholder, melalui berbagai pendekatan, pemilihan konten, dan
kriteria evaluasi, serta (3) berbagi praktik-praktik dan pengalaman yang
sudah
dilakukan
di
berbagai
belahan
bumi.
(4)
Memahami
dan
mendiskusikan hubungan kompleks berkait isu-isu sosial, ekologi, politik,
dan ekonomi, sekaligus mampu memiliki cara baru di dalam berpikir dan
bertindak.
B. Apa yang Dimaksud dengan Pendidikan Global?
Pendidikan global adalah sudut pandang yang muncul dari fakta
bahwa orang hidup dan berinteraksi pada saat yang sama dengan
munculnya kondisi semakin meningkatnya pengaruh globalisasi. Beberapa
sumber mendefinisikan bahwa pendidikan global adalah pendidikan yang
bertujuan membuka mata dan pikiran orang pada realitas globalisasi
dunia dan “membangunkan” serta menyadarkan mereka akan pentingnya
keadilan, kesetaraan, dan hak asazi manusia untuk semua orang.
Pendidikan
global
pengembangan,
adalah
pemahaman
pendidikan
hak
azasi,
tentang
pendidikan
pendidikan
&
perdamaian,
&
pencegahan konflik, pendidikan antar budaya, dan menjadikan pendidikan
kewarganegaraan berdimensi global;
GLEN (2009) mendefinisikan bahwa pendidikan global adalah
pendekatan kreatif yang membawa perubahan di dalam masyarakat kita.
Mereka
juga
pembelajaran
mengatakan
aktif
bahwa
berbasis
pendidikan
nilai-nilai
global
universal
adalah
seperti
proses
toleransi,
solidaritas, kesetaraan, keadilan, inklusi, kooperasi, dan tanpa kekerasan.
Sementara itu Hunt (2012) menyebutnya sebagai pembelajaran global
(global learning) yaitu istilah yang digunakan untuk mendefinisikan
berbagai aspek kurikulum sekolah yang relevan dengan setiap orang di
semua
tempat
di
permukaan
bumi
ini.
Dengan
perkataan
lain
pembelajaran global mencoba mengeksplorasi interkoneksi di antara
penduduk dan tempat di seluruh dunia. Hal ini menuntut kita untuk
melakukan observasi mengenai persaman dan perbedaan yang ada di
antara kita dan menghubungkannya dengan kehidupan kita.
Pendidikan global adalah proses pembelajaran transformatif. Pendidikan global
adalah pendekatan baru yang memusatkan perhatian untuk membantu menjawab pertanyaan
kita tentang masa depan. Pendidikan global memperlengkapi siswa agar mampu memahami
isu dunia seraya memberdayakan mereka dengan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap
yang diinginkan sebagai warga dunia untuk menghadapi masalahmasalah global. Berkait
dengan hal itu pendidikan global adalah proses individual dan pertumbuhan kolektif yang
memungkinkan terjadinya transformasi dan transformasi diri.
Pendidikan global tidak hanya berkenaan dengan tema global, masalah dunia, dan
bagaimana menemukan penyelesaian secara bersamasama, tetapi juga menyangkut
bagaimana merancang masa depan bersama dengan kondisi kehidupan yang lebih baik untuk
semua, menghubungkan pandangan lokal dengan global dan bagaimana mewujudkan visi
tersebut menjadi nyata, mulai dari sesuatu yang kecil yang kita lakukan.
Pendidikan global mengembangkan pengertian pada siswa bahwa keberadaan mereka
membentuk masyarakat dunia dan mereka merupakan anggota masyarakat manusia yang
menghuni planet bumi, dan kehidupannya tergantung pada planet bumi tersebut. Oleh karena
itu pendidikan global harus menyadarkan mereka betapa pentingnya mampu hidup secara
bijaksana dan bertanggung jawab, sebagai individu, umat manusia, penghuni planet bumi, dan
sebagai anggota masyarakat global.
B. Apakah Tantangan Pendidikan Global?
Globalisasi yang ditandai dengan abad 21 memiliki karakteristik perubahan
berlangsung amat cepat sehingga menimbulkan gejolak dan ketidakpastian, tingkat kompetisi
meningkat dengan drastis (compete or perish). Karena perubahan berlangsung demikian cepat
terjadi perbedaan yang mencolok antar generasi. Generasi pendidik (orang tua) adalah
generasi paper and pencil sementara generasi siswa adalah generasi smartphone. Tantangan
timbul dalam bentuk kesenjangan antar generasi.
Karena intensitas interaksi dan tingkat persaingan yang tinggi pembelajaran yang
terstandarisasi yang menekankan pada hafalan, menghasilkan orang seragam yang tidak
memiliki daya saing dan kebanggaan akan prestasi dalam wujud rangking, nilai rapor, belajar
dengan pola pasif menekankan pada isi (konten) dirasakan tidak lagi sesuai. Terjadi
perubahan pradigma yang memberi penekanan pada pengembangan potensi siswa, sehingga
menghasilkan siswasiswa dengan keunggulankeunggulan, mengembangkan kemampuan
berpikir dan rasa ingin tahu. Konten mata pelajaran tidak lagi cukup melainkan diperlukan
bagaimana memperoleh konten itu. Sumber informasi tidak lagi hanya pada guru dan sekolah,
tetapi di manamana: alam, google, pergaulan, perilaku dan pengalaman orang, pusatpusat
informasi dan dokumentasi, jurnal, web, dunia usaha, jejaring social dan sebagainya. Tantang
timbul dalam bentuk mencari cara baru pembelajaran.
Globalisasi adalah proses kompleks dan ambivalen yang konsekwensinya dapat
positif sekaligus negatif. Di antara konsekwensi yang positif adalah orang akan semakin
memiliki keluasan dalam: cakrawala pandang, akses terhadap pengetahuan dan produk ilmu
dan teknologi, pandangan lintas budaya, kesempatan dan peluang, perkembangan personal
dan sosial, kesempatan untuk berbagi ide, berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah
bersama.
Konsekwensi negatif terutama di tingkat sosial, ekonomi, dan lingkungan. Di satu sisi
terjadi peningkatan angka kemiskinan, timbulnya kesenjangan antara negara berkembasng
dengan negara maju dan di antara berbagai kelas di dalam masyarakat, rendahnya standar
hidup, penyakit, migrasi, pelanggaran hak azasi manusia, SARA, eksploitasi kelompok
lemah oleh kelompok kuat, xenophobia, konflik, rasa tidak aman, dan berkembangnya
individualisme. Sementara itu di sisi lain terdapat banyak sekali muncul masalah lingkungan
seperti efek rumah kaca, perubahan iklim, polusi, dan eksploitasi sumber daya alam secara
berlebihan. Pertanyaan yang muncul bagaimana mengurangi konsekwensi negatif dan
memaksimalkan konsekwensi positip. Tantangan berikut memunculkan usaha untuk
mengubah perilaku dengan mengarahkan pembelajaran agar tercapai tujuan akhir
terbentuknya manusia ber Karakter, memiliki ketahanan moral, pembelajar mandiri (self
regulated learner) yang berjiwa Entrepreneur.
Tantangan berikutnya adalah pendidik menghadapi ketidakpastian. Di
satu sisi pendidik bertugas menyiapkan siswa agar berhasil hidup di masa
depan, sementara di sisin lain masa depan itu masih tidak pasti. Sebagai
guru setiap kita bertugas:
1. Menyiapkan siswa/mahasiswa untuk bisa bekerja pada suatu
lapangan kerja, padahal boleh jadi pada saat sekarang pekerjaan itu
belum ada, belum ditemukan.
2. Menyiapkan siswa/mahasiswa untuk menggunakan teknologi yang
boleh jadi pula, teknologi yang dimaksud belum ditemukan.
3. Menyiapkan siswa/mahasiswa untuk terampil menyelesaikan
masalah yang boleh jadi masalahnya belum ada pada saat sekarang
atau tidak sama dengan masalah yang dihadapi pada masa
sekarang.
Globalisasi yang berciri perubahan dunia dengan cepat selain sisiwa diberdayakan
dengan pengetahuan dan keterampilan, merekapun harus dilengkapi dengan “kemudi” dan
“filter” . Siswa harus diberi peluang untuk membangun dirinya secara utuh. Beberapa bekal
yang perlu diberikan kepada siswa agar mereka berdaya dalam menghadapi kehidupan di
masa depan adalah kemampuan kolaborasi dan komunikasi (McIntyre, S., & Watson, K.
(2007), Sementara itu ITL Research (2012) menyatakan bahwa siswa perlu dibekali dengan
kemampuan untuk berkolaborasi, mengkontruksi pengetahuan, regulasi diri, inovasi dan
penyelesaian masalah dunia nyata, penggunaan TIK untuk belajar, dan kemampuan
komunikasi. A Vision of Student Today (2012) memperkuat pandangan 21st Century Skills,
Education, Competitiveness. Partnership for 21st Century (2008) menyatakan bahwa
pendidikan yang dilaksanaan pada situasi dunia yang berubah dengan cepat memunculkan
permasalahnpermasalahan baru sekaligus juga peluang baru. Oleh karena itu siswa harus
diberdayakan dengan memfasilitasi mereka menguasai content knowledge, keahlian, dan
literasi sebagai fondasi. Mereka juga harus diberdayakan dengan berbagai keterampilan dan
pengetahuan penting lainnya (Gambar 1).
Gambar 1 Kecakapan Abad 21
C. Disain dan Strategi yang ditawarkan
Proses pendidikan bukanlah proses menyajikan pengetahuan jadi
secara instan, proses pendidikan bukanlah proses kompetisi menghafal
atau latihan mekanistik drill untuk berlatih menjawab soal. Sikap harus
dibangun secara sengaja sebagai kendali pengetahuan dan keterampilan.
Tawaran inovasi ini bermula dari dari fakta yang menyatakan bahwa
(1)
75%
hasil belajar siswa diperoleh melalui pengamatan; (2)
sikap/karakter tidak dapat diajarkan melainkan ditularkan; (3) penularan
sikap/karakter dilakukan lewat model atau contoh; (4) fenomena yang
terjadi di sekitar kita adalah model atau contoh bagi orang yang mau
berpikir (QS 2:190); (5) Tahapan pembelajaran seperti dimodelkan Tuhan:
Bangun fisik (QS 2:30) – beri pengetahuan (QS 2: 31) – beri kesempatan
magang agar memperoleh keterampilan/melihat model (QS 2: 35). Sampai
disini
saja
ternyata
manusia
masih
gagal–selanjutnya
Tuhan
membekalinya dengan norma dan sikap (QS 2: 38) –manusia yang utuh.
Inovasi
yang
ditawarkan
ini
dinamakan
model
pemaknaan,
ditunjukkan pada Gambar 2. Inovasi ini mengintegrasikan (1) cara
pembelajaran sains yang paling baik, yaitu melalui metode ilmiah dengan
(2) proses pemodelan karena belajar “perilaku” sebagian besar dilakukan
lewat pengamatan. Agar proses pengamatan berlangsung intensif, perlu
(3) usaha menyentuh/ mengolah hati. Oleh karena itu di dalam inovasi ini
proses pemodelan dilakukan dengan berbagai strategi dan media untuk
“mempengaruhi” hati siswa.
Pada bagian awal pembelajaran siswa diajak merumuskan masalah
atau pertanyaan yang bersumber dari fenomena yang diamati, melakukan
penyelidikan lewat pengamatan atau eksperimen, mengamati fenomena
alam lebih lanjut, mengumpulkan data, mengolah data sampai akhirnya
menarik
kesimpulan
yang
sekaligus
merupakan
jawaban
terhadap
masalah atau pertanyaan yang dirumuskan di awal pembelajaran.
Bagian kedua pembelajaran adalah proses pemodelan lewat strategi
mengolah hati. Fenomena yang telah diamati oleh siswa dimaknai untuk
dijadikan model sikap, perilaku positif yang harus dipupuk dan dibentuk
atau
model
perilaku/sikap
negatif
yang
harus
dihindari.
Strategi
pemodelan dilakukan sedemikian rupa seperti menggunakan musik,
menggunakan teknik membaca sedemikian rupa, melakukan “provokasi”
dan “dramatisasi” untuk mempengaruhi hati. Bukti penguat terhadap
perlunya perilaku itu dikembangkan atau perlu untuk dihindari oleh
seseorang, disajikan misalnya dalam bentuk kutipan fakta dari kearifan
lokal, ayat-ayat/norma-norma di dalam kitab suci atau fakta-fakta empirik
yang mendukung.
Kerangka berpikir model pemaknaan:
Fenomena IPA
Dilakukan melalui sintaks,
1, 2, 3, 4, dan 5 (Proses
penyelesaian masalah)
Capaian hasil
belajar
pengetahuan dan
keterampilan
Informasi, fakta,
konsep, teori
Domain Analog
(Penjelasan),
(Model)
deskripsi, tentang
Evaluasi & Refleksi
fenomena &
munculnya
Proses
fenomena baru
pemaknaan/
Internalisasi
(Sintaks 6 dan 7)
Capaian hasil
belajar Sikap dan
karakter
Berbagai perilaku
positip, karakter,
akhlak baik
Domain Target
Gambar 2 Alur Berpikir Model Pemaknaan (Ibrahim, 2014)
Tahap pertama:
Tunjukkan fenomena Ulat dan Kupu kepada siswa, melalui berbagai
media atau mengamati benda asli, motivasi siswa untuk melakukan
pengamatan dengan cermat memunculkan pertanyaan berdasarkan fakta
yang diamati. Beberapa contoh pertanyaan misalnya:
Bagaimana cara ulat berubah menjadi kupu-kupu?
Berapa lama waktu yang diperlukan?
Tahapan perubahannya apa saja yang terjadi? dan seterusnya
Tahap kedua:
Siswa diajak mengumpulkan data untuk menjawab pertanyaannya.
Gunakan berbagai strategi, pertimbangkan kegiatan yang memungkinkan
siswa menggunakan sebanyak mungkin inderanya. Beberapa contoh
kegiatan seperti: membaca buku, mengamati perubahan bentuk dari telur
sampai menjadi kupu-kupu dalam bentuk proyek
(siswa membuat
perencanaan, melaksanakan rancangan, pelaporan hasil pelaksanaan).
Pada tahap ini siswa belajar banyak tentang keterampilan dan
pengetahuan serta beberapa sikap sosial seperti bekerjasama, saling
membantu,
berkomunikasi,
menyelesaikan
seterusnya.
masalah,
membuat
rencana,
menyusun
menemukan
jawaban
dari
laporan,
masalah
dan
Tahap ketiga:
Siswa diajak untuk mengkritisi sekali lagi fenomena yang mereka
amati/temukan dari perspektif
“sebagai model” (atau domain analogi)
sikap dengan domain target adalah siswa melihat model tersebut sebagai
sesuatu yang harus ditiru, dikembangkan, jadikan pedoman berperilaku
atau sebalik perlu dicegah, dijauhi. Kesempatan ini digunakan oleh guru
untuk menularkan sikap pada model kepada siswa melalui pengenalan
pengetahuan dulu (moral knowledge), pengenalan dilakukan sedemikian
rupa menyentuh hati, ditunjukkan pula baik buruknya untuk memunculkan
(moral
feeling)
yang
kemudian
dengan
berjalannya
waktu
dan
pembiasaan melalui pengulangan-pengulangan dan pemberian penekanan
menggunakan realita sosial, kearifan local, kutipan ayat suci, kebiasaan
baik dikeseharian, pada akhirnya diharapkan sikap yang sudah dimiliki
dalam bentuk pengetahuan dan perasaan berubah menjadi moral acting
yang terwujud dalam perbuatan dan perilaku keseharian.
Tahap keempat
Siswa diajak untuk melakukan berbagai aktivitas untuk memperkuat
retensi,
misalnya
membuat
rangkuman
melalui
proses
menjawab
pertanyaan, mendiskusikan contoh penerapan dalam kehidupoan seharihari konsep-konsep yang sudah dipelajari dan ditemukan, mengjarkan
atau mengkomunikasikan hasil temuan kepada orang lain dan berbagai
bentuk kegiatan lain yang relevan.
Melalui scientific approach siswa belajar (Pengajaran)
(1) Konsep
metamorphosis: nama,
definisi, tahapan, lama
waktu, karakteristik tiap
tahap, contoh
(2) Keterampilan proses:
melakukan pengamatan,
mengumpulkan data,
menarik simpulan,
membuat laporan
(3) Keterampilan sosial:
bekerjasama, saling
membantu, komunikasi
(menyampaikan ide,
argumentasi)
Melalui pemaknaan siswa dididik (Pendidikan):
(1) Memaknai perilaku ulat
(2) Memaknai perilaku
yang rakus, makanan
kepompong melakukan
tidak terpilih, merugikan
pengendalian diri, makan
banyak pihak---perilaku
tidak makan (Puasa)
buruk perlu dihindari
(3) Memaknan perilaku kupukupu yang indah, makanan
terpilih, menyenangkan, model
perilaku yang perlu
dikembangkan
Pemantapan
Bagaimana Mencapainya
Hai orang yang beriman diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana
yang telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu
menjadi orang yang bertakwa (QS 2: 185)
D.
Penutup
Demikianlah satu inovasi yang coba dikenalkan, yaitu berupa model
pemaknaan yang mengintegrasikan scientific approach
pemodelan
sikap
melalui
strategi
analogi:
dengan proses
fenomen
ditemukan lewat scientific approach dijadikan model
Biologi
yang
(domain analog)
untuk mendidik sikap positip (domain target). Melalui strategi ini siswa
belajar secara komprehensif, selain konten (isi) pelajaran, mereka juga
belajar metode, sekaligus sikap yasng dapat menjadi pengendali dan filter.
Siswa
belajar
Biologi
berdasar
fenomen
dan
inovasi
ini
menggunakan fenomea alam sebagai model, sehingga tidak akan habis.
Semua fenomen alam dapat dijadikan model perilaku baik positif maupun
negatif . Tuhan sendiri pencipta alam mengatakan: sesungguhnya di
dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan
siang adalah ayat-ayat bagi orang yang mau berpikir.
Terimakasih
Referensi
Andreotti. (2012). Global Education, Social Change and Teacher Education in Jasskelained,
L.
Bourn, Douglas. (2014). The Theory and Practice of Global Learning.Research Paper No.
11, London: The Development Education Research Centre Institute of Education
Brown, E. (2013) Transformative Learning through Development Education NGOs.
Unpublished PhD Thesis, Nottingham: University of Nottingham.
GLEN. (2009). Global Education Guide. Global Education Network.
Hunt, F. (2012) Global Learning in Primary Schools: Practices and Impacts. DERC Research
Paper no. 9, London: IOE.
Ibrahim, Muslimin. “Dimensi Pendidikan dan Budi Pekerti di dalam Modelmodel Biologi
(Pidato Pengukuhan dalam rangka penerimaan Jabatan Guru Besar 1 Juli 2001), Sang
Profesor Kumpulan Pidato Pengukuhan Guru Besar. Surabaya: University Press, 2011 ISBN
9789790284593
Ibrahim, Muslimin, dkk (2008). Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif untuk
Mengembangkan sikap positif, kemampuan berpikir, dan hasil belajar kognitif melalui
Pelajaran IPA. Penelitian Inovatif Nasional yang dibiayai oleh Puslitjaknov Balitbang
Depdiknas. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas Pusat Penelitian
Kebijakan dan Inovasi.
Ibrahim, Muslimin, Suhartono, Suyono, (2009). Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Inovatif Melalui Pemaknaan dalam Mapel IPA dan Bahasa. Penelitian Strategis Nasional
dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi.
Ibrahim, Muslimin, Wahyu Sukartiningsih. (2012, 2013, dan 2014). Pemberdayaan Siswa
Sekolah Dasar Untuk Berperilaku Positif Dan Berkemampuan Berpikir Melalui
Pengembangan Perangkat Dan Diseminasi Pembelajaran Berorientasi Pemaknaan.
Penelitian Hibah Bersaing Pascasarjana Dibiayai oleh Dir. Litabmas Depdikbud.
Kaivola, T., O’Loughlin, E., Wegimont, L., (eds.) Proceedings of the International
Symposium on Competencies of Global Citizens, Amsterdam, GENE.pp.1630.
Kevin, Hovland. (2014). Global Learning: Defining, Designing, and Demonstrating. A joint
publication of NAFSA: Association of International Educators and the Association of
American Colleges and Universities,
McIntyre, S., & Watson, K. (2007, 12 July 2007). Preparing Students for the Global
Workplace: An Examination of Collaborative Online Learning Approaches. Paper presented
at the ConnectED: International Conference on Design Education 2007, Sydney, Australia.
Pearlman, Bob (2006). Designing New Learning Environments to Support 21st Century Skills