INFLASI DAN PENGANGGURAN terhadap (2)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu permasalahan ekonomi sekarang adalah ilmu ekonomi tidak
mampu menginter-pretasikan secara jelas serta memberikan solusi yang tepat
untuk mencegah terjadinya dan dampak negative yang ditimbulkannya adalah
masalah inflasi. Semua Negara di dunia selalu menghadapi permasalahan
inflasi ini. Oleh karena itu, tingkat inflasi yang terjadi dalam suatu negara
merupakan salah satu ukuran untuk mengukur baik buruknya masalah
ekonomi yang dihadapi suatu negara.
Dalam sejarah moneter, awal munculnya inflasi adalah mulai
diberlakukannya dan beredar-nya mata uang dinar dan dirham campuran
(tidak murni) serta fulus sebagai mata uang pokok.
Pengangguran dan Inflasi merupakan dua masalah ekonomi utama yang
dihadapi setiap masyarakat. Kedua masalah ekonomi itu dapat mewujudkan
beberapa efek buruk yang bersifat ekonomi, politik, dan sosial. Untuk
menghindari berbagai efek buruk yang mungkin timbul, berbagai kebijakan
ekonomi perlu dijalankan. Analisis ini bertujuan untuk menerangkan tentang
bentuk-bentuk masalah pengangguran dan inflasi yang dihadapi suatu
perekonomian dan bentuk kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan untuk
mengatasi masalah tersebut. Dengan demikian pula pada hakikatnya akan

membincangkan dua hal : pengangguran dan inflasi yang dihadapi suatu
ekonomi dan bentuk kebijakan pemerintah yang dapat dijalankan untuk
mengatasi masalah tersebut.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
inflasi yang terjadi di negara Iran yang mencakup pengertian inflasi, penyebab
inflasi, macam inflasi, tingkat inflasi negara Iran, pertumbuhan ekonomi di
Iran dan masalah pengangguran di negara Iran.

1

BAB II
PEMBAHASAN
A. Inflasi
1. Pengertian Inflasi
Inflasi merupakan suatu gejala dimana tingkat harga umum
mengalami kenaikan secara terus-menerus. Venieris dan Sebold
mendefinisikan inflasi sebagai suatu kecenderungan meningkatnya tingkat
harga umum secara terus menerus sepanjang waktu. Berdasarkan definisi
tersebut, kenaikan tingkat harga umum yang terjadi sekali waktu saja,

tidak dapat dikatakan inflasi. Inflasi senantiasa merupakan ‘hantu’ yang
mencengkap perekonomian.
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara
umum dan terus menerus. Perkataan “kecenderungan“ dalam definisi
inflasi perlu digaris bawahi. Apabila seandainya harga-harga dari sebagian
besar barang diatur atau ditentukan oleh pemerintah, maka harga-harga
yang dicatat oleh Biro Statistik mungkin tidak menunjukkan kenaikan
apapun karena yang dicatat adalah harga-harga resmi pemerintah. Tetapi
mungkin dalam realita, ada kecenderungan bagi harga-harga untuk terus
menaik. Keadaan seperti ini tercermin dari , misalnya adanya harga-harga
resmi dan yang cenderung menaik. Dalam hal ini, masalah inflasi
sebetulnya ada, tetapi tidak diperkenankan untuk menunjukan dirinya.
Keadaan seperti ini disebut dengan “Suppresed Inflation” atau “Inflasi
yang ditutupi”, yang pada suatu waktu akan timbul dan menujukan dirinya
karena harga-harga resmi makin tidak relevan bagi kenyataan.
Dalam banyak literatur disebutkan bahwa inflasi didefinisikan
sebagai kenaikan harga umum secara terus menerus dari suatu
perekonomian. Sedangkan menurut Rahardja dan Manurung mengatakan
bahwa, inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat
umum dan terus menerus. Sedangkan menurut Sukirno inflasi yaitu

kenaikan dalam harga barang dan jasa, yang terjadi karena permintaan

2

bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang di pasar.
Dengan kata lain, terlalu banyak uang yang memburu barang yang sedikit.
2. Penyebab dari Inflasi
Ada banyak faktor yang menimbulkan inflasi. Diantaranya, kenaikan
harga bahan mentah yang diimpor, kenaikan harga bahan bakar, defisit
dalam anggaran belanja pemerintah, pinjaman sistem bank yang
berlebihan, dan kegiatan investasi yang sangat pesat perkembangan.
Berdasarkan kepada sumber penyebabnya inflasi dibedakan menjadi 3
bentuk:
a. Inflasi tarikan permintaan (demand-pull inflation)
Ini merupakan bentuk inflasi yang diakibatkan oleh perkembangan
yang tidak seimbang diantara permintaan dan penawaran barang dalam
perekonomian. Kenaikan harga-harga ini disebabkan oleh pertambahan
pengeluaran yang besar yang tidak dapat dipenuhi oleh kemampuan
memproduksi yang tersedia.
b. Inflasi desakan biaya (cost-push inflation)

Inflasi desakan adalah masalah kenaikan harga-harga yang disebabkan
oleh kenaikan dalam biaya produksi sebagai akibat kenaikan harga
bahan mentah atau kenaikan upah. Inflasi seperti ini biasanya berlaku
pada ketika kegiatan ekonomi telah mencapai kesempatan kerja penuh
c. Inflasi diimpor (imported inflation)
Kenaikan harga-harga ini disebabkan oleh kenaikan harga barang
impor yang digunakan sebagai bahan mentah produksi dalam negeri.
Inflasi ini pernah terjadi pada tahun 1970an, yaitu adanya kenaikan
harga minyak sebanyak tiga kali lipat pada tahun 1973-4 yang
dilakukan oleh negara-negara produsen minyak di Timur Tengah.
3. Macam Inflasi
Ada berbagai cara untuk menggolongkan macam inflasi dan penggolongan
mana yang kita pilih tergantung pada tujuan kita. Penggolongan pertama
didasarkan atas parah tidaknya inflasi tersebut. Disini ada beberapa macam
inflasi:

3

a.
b.

c.
d.

Inflasi ringan (di bawah 10% setahun)
Inflasi sedang (antara 10-30 % setahun)
Inflasi sedang (antara 30-100 % setahun)
hiperinflasi (diatas 100% setahun)

Penggolongan yang kedua adalah atas dasar sebab musabab awal dari
inflasi. Atas dasar ini ada dua macam inflasi:
a. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai
barang terlalu kuat. Inflasi semacam ini disebut deman inflation.
b. Inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi. Inflasi ini
disebut cost inflation.
4. Tingkat Inflasi Negara Iran
Pada tahun 2012 Tingkat inflasi Iran mencapai dua kali lipat dari
tahun lalu. Hal itu terjadi akibat reformasi biaya, lemahnya nilai mata uang
Rial, sanksi internasional, dan maraknya kritik terhadap presiden
Mahmoud Ahmadinejad.
Bank sentral Iran mengungkapkan, inflasi di daerah perkotaan

mencapai 21,5 persen pada 19 Maret lalu. Berdasarkan data yang dirilis
oleh pemerintah, harga barang dan jasa di negara tersebut naik 12,4 persen
selama tahun 2012.
Pelaksanaan manajemen ekonomi Ahmadinejad banyak
dipertanyakan oleh para pembuat undang-undang. Bulan lalu dia dipanggil
parlemen untuk dimintai keterangan terkait kebijakannya. Masyarakat Iran
percaya bahwa inflasi yang sesungguhnya lebih besar daripada angka
resmi yang diumumkan pemerintah. Para ulama dan pembuat undangundang memaksa pemerintah untuk membuktikan keaslian data infalsi
tersebut.
Inflasi di Iran terus meningkat dari yang awalnya di bawah 8.8
persen pada 2010 hingga mencapai 21,5 persen pada 2012 ini. penyebab
utamanya adalah keputusan pemerintah yang mulai mengurangi subsidi
pangan dan bahan bakar pada 2010 lalu dalam upaya untuk mengurangi
pengeluaran pemerintah.
Selain hal itu, inflasi yang tinggi merupakan dampak tidak langsung
dari pengetatan sanksi internasional terkait sengketa program nuklir Iran.
5. Pertumbuhan Ekonomi di Iran

4


Pengangguran, kemiskinan dan inflasi mengubah sepenuhnya hidup
banyak warga Iran. Negara harus berjuang lawan inflasi yang dramatis,
dan semakin terbenam dalam krisis ekonomi. Hampir setiap hari harga
bahan pangan dan barang-barang lainnya naik.
Akhir Maret 2012, badan statistik Iran menyatakan secara resmi,
kenaikan inflasi selama setahun --mulai dari akhir Maret 2012-- mencapai
30%. Itu menjadi rekor dalam sejarah Iran. Menurut keterangan resmi,
dalam setahun harga pangan naik 60%. Pakar ekonomi berpendapat,
jumlah sesungguhnya jauh lebih tinggi.
Sejak embargo minyak dari Uni Eropa mulai berlaku pertengahan
2012, mata uang Iran, Rial, kehilangan nilai. Nilai tukar satu Dolar kini
35.000, sementara sembilan bulan lalu masih 20.000 Rial. Para pedagang
di ibukota Teheran melaporkan berkurang drastisnya kemampuan beli
warga Iran. Seorang pedagang bercerita, krisis ekonomi ibaratnya bencana
bagi tokonya. Ia memperkirakan, tahun ini, penjual buah-buahan kering
dan kacang kemungkinan besar tidak akan beruntung.
Kekurangan Obat-Obatan
Walaupun obat-obatan dicabut dari daftar sanksi Uni Eropa dan AS
terhadap Iran, banyak perusahaan luar negeri menghindari bisnis dengan
Republik Islam itu. Alasannya adalah sanksi internasional terhadap bank

sentral Iran, yang mempersulit transfer dana.
Konsekuensinya, Iran kekurangan obat-obatan. Jika ada, harganya
terlalu mahal. Obat-obatan tiruan seperti dari Cina, Pakistan dan India kini
berhasil menguasai pasaran Teheran. Tapi obat tiruan kadang
membahayakan jiwa. Akhir Desember 2012, menteri kesehatan Marzieh
Vahid Dastjerdi dipecat, setelah menteri perempuan itu mengritik
pemerintah karena tidak mampu menyediakan dana bagi impor obatobatan. Akibat krisis ekonomi, banyak pabrik, terutama di sektor industri
mobil, tidak mempu membayar gaji. Ini menyebabkan aksi mogok. Negara
memberikan sokongan bagi biaya hidup, tetapi orang beranggapan itu
hanya propaganda saja, karena jumlahnya sangat kecil.
Krisis Sudah Ada Sebelum Sanksi
5

Memang jelas, sanksi-sanksi yang semakin ketat terhadap Iran
menyebabkan ekonomi negara tertekan. Tapi para pakar menekankan,
krisis ekonomi yang mendalam sudah ada sebelum sanksi. "Penyebab
inflasi adalah politik ekonomi pemerintah di bawah Ahmadinejad," kata
Shahin Fatemi, pakar Iran dan profesor ekonomi di Paris. Menurutnya,
baik pemerintah saat ini di bawah Ahmadinejad, maupun pemerintah
mendatang mampu membebaskan negara dari krisis.

Pemerintah Iran tahun 2011 mencoret subsidi bagi energi dan bahan
pangan. Langkah itu awalnya disambut baik Dana Moneter Internasional
(IMF), tapi dikritik banyak pakar, karena terlalu radikal. Di lain pihak,
milyaran dana dikeluarkan untuk tunjangan hidup untuk membayar ganti
rugi bagi warga miskin. Tunjangan ini tidak bermanfaat karena harga
bahan bakar dan bahan pangan melonjak naik akibat pengurangan subsidi.
Bank sentral lama berhasil mempertahankan nilai tukar Rial karena ada
pemasukan dari minyak. Namun sanksi yang mencakup embargo minyak
ibaratnya pukulan terakhir bagi perekonomian Iran.
Sanksi dan inflasi tidak berdampak besar bagi anggota pemerintahan
dan milyuner. Yang menderita adalah rakyat yang semakin miskin, di
negara dengan persediaan minyak ketiga terbesar di dunia.
B. Pengangguran
1. Tingkat Pengangguran Negara Iran
Sanksi Barat, kekurangan investasi asing langsung dan penurunan
produksi minyak telah melukai ekonomi Iran dan sangat berpengaruh pada
kondisi lapangan kerja negeri Timur Tengah ini. Menurut otoritas
berwenang, tahun 2012 sekitar 15% warga Iran usia aktif bekerja kini
menganggur. Namun karena banyak pekerjaan formal yang tidak
membayar upah layak untuk orang-orang Iran menghidupi kebutuhan

sehari-harinya, mungkin angka sebenarnya lebih tinggi.
Menurut Pusat Sensus Iran, tingkat pengangguran untuk usia di
bawah 25 tahun adalah 29,1%. Tapi analis mengatakan angka sebenarnya
mungkin bisa dua kali lipat dari yang disebutkan tadi. Menurut Menteri
Ketenagakerjaan, lulusan perguruan tinggi punya kemungkinan

6

menganggur 10 kali lipat lebih tinggi dibanding orang dengan kualifikasi
lebih rendah.
Tingginya angka pengangguran memicu berbagai protes yang
digerakkan kaum muda negeri tersebut. Seperti negara Timur Tengah
lainnya, Iran juga memiliki partisipasi ketenagakerjaan wanita yang
rendah. Pada 2012, hanya 740.000 wanita yang menganggur dibandingkan
pria yang mencapai 2,7 juta pengangguran. Di tahun yang sama, ada
sekitar 17,4 juta tenaga kerja pria dari total 21 juta orang dalam lapangan
kerja Iran.
2. Penyebab Inflasi di Iran
a. Pertumbuhan ekonomi menyusut
Pada Januari 2015, Wakil Menteri Keuangan untuk Intelijen

Keuangan dan Terorisme David Cohen melaporkan kondisi ekonomi
Iran 15 persen hingga 20 persen lebih kecil akibat sanksi pasca2010.
Pada 2013, pertumbuhan ekonomi Iran menyusut hingga 5 persen.
Penyusutan itu turut memukul sektor swasta. Bank-bank di Iran
mesti menanggung peningkatan kredit macet menjadi 15-30 persen.
Banyak pegawai Iran tidak menerima gaji. Sebagian mesti mengalami
penundaan panjang gaji.
Amerika Serikat mengklaim pengangguran di Iran mencapai 20
persen meski pemerintah hanya mengaku angka 13 persen.
Kesepakatan sementara memperingan sanksi Iran pada 2014.
Akibatnya, ekonomi negara itu tumbuh hingga 1-1,5 persen
berdasarkan data International Monetary Foundation (IMF). Sanksi
juga mengakibatkan nilai rial Iran turun hingga 56 persen di pasar
gelap pada Januari 2014 dibanding Januari 2012. Nilai rial di pasar
gelap anjlok menjadi 37 ribu rial per dolar AS.
Pemerintah terpaksa menyesuaikan dengan nilai keekonomian itu
dengan menurunkan nilai tukar resmi hingga menjadi 27 ribu rial per
dolar AS. Inflasi menjadi tak terbendung dengan anjloknya nilai tukar.
Pada Juli 2011 hingga 2013, Bank Sentral Iran mengaku inflasi negeri
itu mencapai 45 persen. Amerika Serikat tidak mempercayai laporan
resmi Iran itu.

7

Minyak dan industri tak lagi menguntungkan
Rendahnya nilai tukar rial berbuntut pada terpukulnya industri
Iran. Manufaktur Iran sangat bergantung pada impor bahan baku.
Rendahnya nilai rial mengakibatkan banyak manufaktur tidak dapat
memperoleh bahan baku dengan cara pasca bayar.
Manufaktur Iran mesti membayar terlebih dahulu sebelum
mendapatkan barang. Persoalan itu memukul industri otomotif hingga
produksi mobil turun 40 persen pada 2013 dibandingkan 2011. Ekspor
minyak Iran juga turun setelah mendapat sanksi. Pada 2010,
pendapatan ekspor minyak mentah Iran mencapai 100 miliar dolar AS.
Angka ini menyusut hingga 60 persen lebih menjadi hanya 35 miliar
dolar AS pada 2013.
Sumbangsih sektor minyak diperkirakan akan turun setelah harga
minyak anjlok pada paruh kedua 2015. Iran memperkirakan ekspor
minyak hanya akan memberi pendapatan 20 miliar dolar AS pada
2015. Sanksi juga menurunkan produksi minyak Iran dari 4 juta barel
per hari pada 2011 menjadi 2,6 – 2,8 juta barel per hari pada 2014
sebelum keringanan sanksi. Laporan Katzman menyebutkan, Iran
mengurangi produksi karena jumlah pembeli minyak Iran turun akibat
sanksi ekonomi.
3. Solusi Mengatasi Inflasi
Kemakmuran Produksi Nasional Solusi Kunci Atasi Inflasi
Mendukung produksi nasional merupakan kebutuhan mendesak karena
musuh-musuh Iran berfokus pada isu-isu ekonomi. Kerjasama antara
Majlis Iran dan pemerintah sangat diperlukan guna mendukung produksi
nasional dan melawan upaya dari para arogan dunia. Negara
membutuhkan usaha keras, dinamisme dan inovasi di berbagai bidang,
kolaborasi, kehati-hatian, dan kerja sama di antara para pejabat, terutama
antara pemerintah dan Majlis untuk mencapai tujuan ini.
Kemakmuran produksi nasional adalah kunci untuk menyelesaikan
masalah inflasi dan pengangguran serta akan memperkuat perekonomian
domestik

8

9

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Inflasi merupakan suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami
kenaikan secara terus-menerus. Venieris dan Sebold mendefinisikan inflasi
sebagai suatu kecenderungan meningkatnya tingkat harga umum secara terus
menerus sepanjang waktu. Berdasarkan definisi tersebut, kenaikan tingkat
harga umum yang terjadi sekali waktu saja, tidak dapat dikatakan inflasi.
Inflasi senantiasa merupakan ‘hantu’ yang mencengkap perekonomian.
Inflasi di Iran terus meningkat dari yang awalnya di bawah 8.8 persen
pada 2010 hingga mencapai 21,5 persen pada 2012 ini. penyebab utamanya
adalah keputusan pemerintah yang mulai mengurangi subsidi pangan dan
bahan bakar pada 2010 lalu dalam upaya untuk mengurangi pengeluaran
pemerintah.
Menurut Pusat Sensus Iran, tingkat pengangguran untuk usia di bawah
25 tahun adalah 29,1%. Tapi analis mengatakan angka sebenarnya mungkin
bisa dua kali lipat dari yang disebutkan tadi. Menurut Menteri
Ketenagakerjaan, lulusan perguruan tinggi punya kemungkinan menganggur
10 kali lipat lebih tinggi dibanding orang dengan kualifikasi lebih rendah.

10

DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Lia, 2007, ekonomi internasional, Yogyakarta: Graha Ilmu
Boediono. 2014. Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi. Yogyakarta: BPFE
Karim, Adiwarman. 2007. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Mujahidin, Akhmad. 2007. Ekonomi Islam. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Nafis, Abdul Wadud. 2011. Ekonomi Makro Islam. Jakarta: Mitra Abadi Press
Nanga, Muana. 2001. Makroeknomi : Teori, Masalah, dan Kebijakan. Jakarta:
RajaGrafindo Persada
Putong, Iskandar. 2008, pengantar ekonomi mikro dan makro. Jakarta: Ghalia
Indonesia
Rahardja, Pratama. 2008. Pengantar Ilmu ekonomi (mikroekonomi dan makro
ekonomi). Jakarta: Mandala Manurung
Rosyidi Suherman, 2012. Pengantar teori ekonomi , Jakarta:RajaGrafindo Persada
Sukirno, Sadono. 2011. Makroekonomi. Jakarta: RajaGrafindo Persada
Wasana, Jaka dan Kirbrandoko. 1993. Makroekonomi. Jakarta: Gelora Aksara
Pratama
http://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/2012/04/09/183779/inflasi-iranmencapai-215-persen
http://www.dw.com/id/tercekiknya-perekonomian-iran/a-16876297
http://www.varia.id/2015/03/07/sanksi-as-pukul-ekonomi-iran/

11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayahNyalah sehingga, tugas ini dapat diselesaikan tanpa suatu halangan yang amat
berarti. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah yang telah
membimbing dan memberikan kesempatan kepada penyusun sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa juga penyusun ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya dalam
pembuatan makalah ini
Penyusun menyadari bahwa makalah ini kurang dari sempurna, untuk itu
penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran, baik dari dosen pembimbing
maupun teman-teman atau pembaca agar makalah ini dapat lebih sempurna..
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca, dan semoga dengan adanya tugas ini Allah SWT senantiasa
meridhoinya dan akhirnya membawa hikmah untuk semuanya.
Pekanbaru, Agustus 2017
Penyusun

i

12

DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................

i

Daftar Isi ..........................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................

1

A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Tujuan Penulisan ..................................................................................

1
1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................

2

A. Inflasi ...................................................................................................
1. Pengertian Inflasi ...........................................................................
2. Penyebab Inflasi .............................................................................
3. Macam Inflasi ................................................................................
4. Tingkat Inflasi Negara Iran ............................................................
5. Pertumbuhan Ekonomi di Iran .......................................................
B. Pengangguran ......................................................................................
1. Tingkat Pengangguran Negara Iran ...............................................
2. Penyebab Inflasi di Iran .................................................................
3. Solusi Mengatasi Inflasi ................................................................

2
2
3
3
4
5
6
6
7
9

BAB III PENUTUP ........................................................................................

10

A. Kesimpulan ..........................................................................................

10

DAFTAR PUSTAKA

ii

13

INFLASI DAN PENGANGGURAN
DI NEGARA IRAN

DISUSUN OLEH

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
PEKANBARU
2017

14