MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF id. docx
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah mengembangkan aktivitas peserta didik,
melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Arah pembelajaran seharusnya terfokus pada
belajar seperti: learning how to learn, learning how to do, learning to live together, dan learning to
be (a good citizen). Semua pembelajaran tersebut di atas dapat dibelajarkan melalui semua jenis
mata pelajaran dengan menggunakan model cooperative learning atau pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dikembangkan dari pemikiran nilai-nilai demokrasi, belajar aktif, prilaku
kerja sama dan menghargai pluralisme dalam masyarakat yang multikultural. Secara histories,
model pembelajaran kooperatif bukanlah sesuatu yang baru.
Arends (1989) mengemukakan bahwa setidaknya terdapat 3 (tiga) tujuan utama dari
pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) peningkatan prestasi akademis, (2) hubungan sosial, dan (3)
keterampilan bekerja sama dalam memecahkan permasalahan.
A. Pengertian, Hakikat, dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif merupakan gabungan teknik institusional dan filsafat mengajar
yang mengembangkan kerjasama antar peserta didik untuk memaksimalkan pembelajaran
peserta didik sendiri dan belajar dari temannya (Killen 1998). Ada 2 (dua) komponen
penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu “a co-poperative task” yaitu bekerja sama
dalam kelompok atas dasar tugas (which is a feature of most group work) dan “ a cooperative incentive structure” yaitu bekerja sama atas dasar latar belajar peserta didik
(which is unique to co-operative learning).
Pembelajaran kooperatif bukanlah suatu konsep yang baru. Selama ini, para guru sering
menggunakan strategi kerja kelompok dalam pembelajarannya. Namun, pada strategi
pembelajaran ini pembagian kelompok peserta didik masih kurang heterogen, tidak
memperhatikan tingkat kepandaian, atau latar belakang peserta didik. Untuk memahami
pengertian pembelajaran kooperatif sebaiknya kita membedakannya dengan pembelajaran
secara kelompok. Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang
menekankan pada sikap atau prilaku kerja sama dalam bekerja atau membantu di antara
sesame dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang
atau lebih. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota
kelompok itu sendiri. Cooperative Learning ini juga memandang bahwa keberhasilan dalam
belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan bisa juga dari pihak lain
yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya. Jadi keberhasilan belajar dalam
pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara uth, melainkan
perolehan itu akan baik bila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang
terstruktur dengan baik.
2. Hakikat Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Kagan dan Slavin, hakikat
pembelajaran kooperatif adalah adanya keterlibatan seluruh peserta didik dalam suatu
kelompok yang terstruktur. Struktur kelompok tersebut meliputi struktur tugas,. Struktur
tujuan, dan struktur penghargaan (reward).
Struktur tugas mengacu kepada organisasi kerja dalam kelompok yang tercermin salah
satunya dari pembagian kerja (peran dan tanggung jawab anggota kelompok).
Strukur tujuan mengacu kepada orientasi kelompok dalam mencapai tujuan (yaitu
prestasi dan keberhasilan kelompok). Struktur ini dapat terlihat dari adanya saling
ketergantungan dan kontribusi serta partisipasi yang merata. Mencapai
tujuan
merupakan semangat peserta didik untuk bekerja sama.
Struktur penghargaan mengacu pada prestasi kelompok sebagai prestasi setiap anggota
kelompok, prestasi kelompok merupakan keberhasilan bersama anggota kelompok,
bukan ditentukan oleh anggota tertentu.
Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling berinteraksi dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan. Agar peserta didik dapat memahami pentingnya pembelajaran
kooperatif dalammeningkatkan kompetensi dan kecakapan hidup, penekanan beriktu perlu
diinformasikan kepada peserta didik:
a. Peserta didik dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sepenanggungan
bersama”.
b. Peserta didik bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik
mereka sendiri.
c. Peserta didik harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang
sama.
d. Peserta didik harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota
kelompoknya.
e. Peserta didik akan dievaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan
untuk semua anggota kelompok.
f. Peserta didik berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar
bersama selama proses belajarnya.
g. Peserta didik diminta pertanggungjawabnya secara individu materi yang ditangani dalam
kelompok kooperatif.
3. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Kooperatif
Beberapa karakteristik pendekatan Cooperative Learning, antara lain:
a. Akuntabilitas individu, yaitu setiap individu di dalam kelompok mempunyai tanggung
jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok, sehingga
keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab setiap anggota.
b. Keterampilan Sosial, meliputi seluruh seluruh kehidupan sosial, kepekaan sosial, dan
mendidik peserta didik untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi
kepentingan kelompok. Keterampilan ini mengajarkan peserta didik untuk belajar
memberi dan menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab, menghormati hak
orang lain dan membentuk kesadaran diri.
c. Kesalingtergantungan secara positif, adalah sifat yang menunjukkan saling
ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif. Keberhasilan
kelompok sangat ditentukan oleh peran serta setiap anggota kelompok, karena anggota
kelompok dianggapmemiliki kontribusi. Jadi kolaborasi bukan berkompetensi.
d. Proses bekerja dalam kelompok, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan
oleh kelompok secara bersama-sama.
Untuk menciptakan “kebersamaan” dalam belajar, guru harus merancang program
pembelajarannya dengan mempertimbangkan aspek kebersamaan peserta didik, sehinggan
mampu mengkondisikan dan memformulasikan kegiatan belajar peserta didik dalam
interaksi yang aktif interaktif dalam suasana kebersamaan. Kebersamaan ini bukan saja di
dalam kelas, tetapi juga di luar lingkungan kelas.
B. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki tujuan, sintaks dan manfaat seperti yang diuraikan berikut
ini.
1. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pada awal pengembangannya, pembelajaran kooperatif dimaksudkan untuk
mengembangkan nilai-nilai demokrasi, aktivitas peserta didik, prilaku kooperatif dan
menghargai pluralisme. Akan tetapi sebenarnya aspek akademis juga msuk di dalamnya
walaupun tidak tersirat. Arends (1989) menyatakan setidaknya terdapat tiga tujuan yang
dapat dicapai dari pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. Peningkatan kinerja akademik;
b. Penerimaan terhadap keragaman (suku, sosial, budaya, kemampuan, dsb.);
c. Keterampilan bekerja sama atu kolaborasi dalam pemecahan masalah.
Tujuan pertama, yaitu membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang sulit.
Dengan strategi kooperatif diharapkan terjadi interaksi antar peserta didik untuk saling memberi
pengetahuannya dalam memecahkan suatu masalah yanmg disajikan oleh guru sehingga semua
peserta didik akan lebih mudah memahami berbagai konsep.
Tujuan kedua, yaitu membuat suasana penerimaan terhadap sesame peserta didik yang
berbeda latar belakang misalnya suku, sosial, budaya, dan kemampuan. Hal ini memberi
kesempatan yang sama kepada semua peserta didik terlepas dari latar belakang serta menciptakan
kondisi untuk bekerja sama dan saling ketergantungan yang positif satu sama lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
Tujuan ketiga, yaitu mengajarkan keterampilan bekerja sama atau kolaborasi dalam
memecahkan permasalahan. Keterampilan ini sangat penting bagi peserta didik sebagai bekal untuk
hidup bermasyarakat. Selain itu, para peserta didik belajar untuk saling menghargai satu sama lain.
2. Sintaks atau Tahap-tahap pada Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan kajian terhadap tipe-tipe pembelajaran kooperatif, Arends (1989)
mengidentifikasi sintaks umum dalam pembelajaran kooperatif. Umumnya terdapat enam
fase atau tahapan pembelajaran dalam pembelajaran kooperatif seperti yang tertera pada
tabel berikut.
Tabel 1
Fase/Tahapan Umum Model Pembelajaran Kooperatif
No.
Fase
Prilaku Guru
1
Menyediakan obyek
Guru mengemukakan tujuan, memotivasi peserta didik
dan perangkat
untuk belajar, menyediakan obyek dan membuat perangkat pembelajar
2
Menghadirkan/menya Guru menghadirkan/menyajikan informasi untuk peserta
jikan informasi
didik baik secara presentasi verbal ataupun dengan
tulisan
Mengorganisasikan
Guru menjelaskan pada peserta didik bagaimana
peserta didik dalam
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
belajar kelompok
kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Membimbing bekerja Guru membimbing kelompok belajar ketika mereka
dan belajar
sedang bekerja menyelesaikan tugas bersama
Evalusi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-masing kelompok
menyajikan hasil kerjanya
Mengenali prestasi
Guru mencari cara untuk mengenali baik usaha, dan
prestasi individu juga kelompoknya dan memberi
penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun
individu.
3
4
5
6
C. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya tipe-tipe pembelajaran kooperatif adalah sama, yaitu lebih mengutamakan kerja
sama kelompok. Namun, dalam pengelompokkan tugas, tiap tipe tersebut berbeda. Slavin
(1995: 76) membagi pembelajaran kooperatif dalam beberapa tipe, di antaranya Student TeamAchievement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), Jigsaw, dan Team Assisted
Individualization (TAI) dan Group Investigation (GI).
1. Sintaks untuk Model Pembelajaran Students Team Achievment Divisions (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain
sampai mengerti.
Langkah-langkah:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut
prestasi, jenis kelamin, suku, dll.)
2) Guru menyajikan pelajaran.
3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota
kelompok yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.
4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh
saling membantu.
5) Memberi evaluasi.
6) Penutup.
Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerja sama dengan baik.
Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.
2. Sintaks untuk Model Pembelajaran Jigsaw
Jigsaw dalah model pembelajaran yang membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen lebih kecil.
Langkah-langkah:
1) Siswa dikelompokkan dengan anggota masing-masing kelompok 4 orang.
2) Setiap siswa dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
3) Setiap siswa dalam tim membaca bagian materi yang ditugaskan.
4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu
dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap kelompok kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab mereka kuasai dan tiap anggota
lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
6) Setiap tim ahli mendiskusikan hal tersebut.
7) Guru memberi evalusi.
8) Penutup.
3. Sintaks untuk Model Pembelajaran Group Investigation (Investigasi
Kelompok)
Model Investigasi kelompok sering dipandang sebagai model yang paling
kompleks
dan
paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif.
Model ini melibatkan sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui
investigasi. Model menuntut para
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun
dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Para
guru yang
menggunakan model investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik
yang
heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan
minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa
memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti
investigasi mendalam terhadap
berbagi sub topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan
dan menyajikan
suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.
Langkah-langkah:
a. Topik
Para siswa memilih berbagai sub topik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi
kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented of group) yang
beranggotakan 2 hinga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin,
etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan Kerja sama
Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan
umum yang konsisten dengan berbagai topik dan sub topik yang telah dipilih dari langkah a)
di atas.
c. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b).
Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan
dengan
variasi
yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan
berbagi sumber baik yang
terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap
kelompok dan memberikan
bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan Sintesisi
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah
c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan
kelas.
e. Penyajian Hasil Akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah
dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang
luas mengenai topik tersebut.
Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap
pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu
atau kelompok, atau keduanya.
4.
Sintaks untuk Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT)
Langkah-langkah :
1) Penyajian Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi penyajian kelas, biasanya
dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru.
Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi
yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja
kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2) Kelompok (Team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 hingga 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari
prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih
mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan
anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3) Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang
didapat siswa dari penyajian kels dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan
itu akan mendapat skor. Skor ini nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4) Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiao unit setelah guru melakukan
presentsi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru
membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya
dikelompokkan pada meja 1, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5) Team Recognize (Penghargaan Kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat
sertifikasi atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi criteria yang ditentukan. Team
mendapat julukan “Super Team” jika rata-rta skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila ratarata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40.
5. Sintaks untuk Model Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualy)
Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak)
dengan karakteristik bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Oleh
karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola
komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi. Sintaks menurut Slavin
(1985) adalah:
1) Buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupa modul.
2) Siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandfai anggota kelompok secara
individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi.
3) Penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.
Model-model yang lain
1. Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan
dipasangkan /diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Menyajikan materi sebagai pengantar.
3) Guru menunjukkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi
4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambargambar menjadi urutan logis
5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7) Kesimpulan/rangkuman
Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa
2. Melatih berpikir logis dan sistematis
Kekurangan:
1. Memakan banyak waktu
2. Banyak siswa yang pasif
2. Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor
kemudian dibuat suatu kelompok , kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengejakannya
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap kelompok dapat
mengerjakannya.
4) Guru memanggil salah satu nomor siswa kemudian nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerja sama mereka
5) Tanggapan dari teman lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6) Kesimpulan
Kelebihan:
1. Setiap siswa menjadi siap semua
2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3. Siswa yang pandai mengajari siswa yang kurang pandai
Kelemahan:
1. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
2. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru
3. Metode Debat
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro
dan kontra.
Langkah-langkah:
1) Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
2) Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok
di atas
3) Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk
berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai
sebagian besar siswa dapat mengemukakan pendapatnya.
4) Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap
pembicaraan di papan tulis. Sampai jumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
5) Guru menambah konsep/ide yang belum terungkap
6) Dari data di papan tulis tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman
yang mengacu pada indicator hasil belajar yang diinginkan
4. Artikulasi
Langkah-langkah:
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
2) Guru menyampaikan materi sebagaimana biasa
3) Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan 2 orang.
4) Surhlah seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan
pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil kemudian berganti pasang.
Begitu pula kelompok lainnya.
5) Suruh siswa secara bergiliran. Acak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman
pasangannya, sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancara.
6) Guru mengulang/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
7) Kesimpulan/penutup
5. Bertukar Pasangan
Langkah-langkah:
1) Setiap siswa mendapat seorang pasangan (pasangan bisa ditunjuk oleh guru atau ditunjuk
siswa sendiri)
2) Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3) Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain
4) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan masing-masing. Pasangan yang baru ini saling
menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka.
5) Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan
semula.
6. Kartu Arisan
Media:
Buat Kartu (10 x 10) cm sejumlah siswa untuk menulis jawaban dan
kartu/kertas
ukuran 5 x 5 cm untuk menulis
Gelas
Langkah-langkah:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya kira-kira 4 orang secara acak
2) Kertas jawaban bagikan kepada siswa masing-masing satu lembar kartu
3) Gelas yang telah berisi gulungan soal dikocok kemudian salah satu yang jatuh dibacakan
agar dijawab oleh siswa yang memegang kartu jawaban
4) Apabil jawaban benar, maka siswa dipersilakan tepuk tangan atau yel-yel lain
5) Setiap jawaban benar diberi satu poin sebagai nilai kelompok, sehingga nilai total kelompok
merupakan penjumlahan poin dari para anggotanya.
7. Dua Tamu Dua Tinggal (Spencer Hagan, 1992)
Langkah-langkah:
1) Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa
2) Setelah selesai dua dari orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan
kelompoknya dan masing-masing ke dua kelompok yang lain
3) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi
kepada kedua tamunya
4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka
dari kelompok lain
5) Semua kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka
8. TS-TS (Two Stay-Two Stay)
Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan
kelompok lain. Sintaksnya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua
siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja
kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok.
Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah mengembangkan aktivitas peserta didik,
melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Arah pembelajaran seharusnya terfokus pada
belajar seperti: learning how to learn, learning how to do, learning to live together, dan learning to
be (a good citizen). Semua pembelajaran tersebut di atas dapat dibelajarkan melalui semua jenis
mata pelajaran dengan menggunakan model cooperative learning atau pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dikembangkan dari pemikiran nilai-nilai demokrasi, belajar aktif, prilaku
kerja sama dan menghargai pluralisme dalam masyarakat yang multikultural. Secara histories,
model pembelajaran kooperatif bukanlah sesuatu yang baru.
Arends (1989) mengemukakan bahwa setidaknya terdapat 3 (tiga) tujuan utama dari
pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) peningkatan prestasi akademis, (2) hubungan sosial, dan (3)
keterampilan bekerja sama dalam memecahkan permasalahan.
A. Pengertian, Hakikat, dan Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif merupakan gabungan teknik institusional dan filsafat mengajar
yang mengembangkan kerjasama antar peserta didik untuk memaksimalkan pembelajaran
peserta didik sendiri dan belajar dari temannya (Killen 1998). Ada 2 (dua) komponen
penting dalam pembelajaran kooperatif yaitu “a co-poperative task” yaitu bekerja sama
dalam kelompok atas dasar tugas (which is a feature of most group work) dan “ a cooperative incentive structure” yaitu bekerja sama atas dasar latar belajar peserta didik
(which is unique to co-operative learning).
Pembelajaran kooperatif bukanlah suatu konsep yang baru. Selama ini, para guru sering
menggunakan strategi kerja kelompok dalam pembelajarannya. Namun, pada strategi
pembelajaran ini pembagian kelompok peserta didik masih kurang heterogen, tidak
memperhatikan tingkat kepandaian, atau latar belakang peserta didik. Untuk memahami
pengertian pembelajaran kooperatif sebaiknya kita membedakannya dengan pembelajaran
secara kelompok. Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang
menekankan pada sikap atau prilaku kerja sama dalam bekerja atau membantu di antara
sesame dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang
atau lebih. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota
kelompok itu sendiri. Cooperative Learning ini juga memandang bahwa keberhasilan dalam
belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan bisa juga dari pihak lain
yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya. Jadi keberhasilan belajar dalam
pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara uth, melainkan
perolehan itu akan baik bila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang
terstruktur dengan baik.
2. Hakikat Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Kagan dan Slavin, hakikat
pembelajaran kooperatif adalah adanya keterlibatan seluruh peserta didik dalam suatu
kelompok yang terstruktur. Struktur kelompok tersebut meliputi struktur tugas,. Struktur
tujuan, dan struktur penghargaan (reward).
Struktur tugas mengacu kepada organisasi kerja dalam kelompok yang tercermin salah
satunya dari pembagian kerja (peran dan tanggung jawab anggota kelompok).
Strukur tujuan mengacu kepada orientasi kelompok dalam mencapai tujuan (yaitu
prestasi dan keberhasilan kelompok). Struktur ini dapat terlihat dari adanya saling
ketergantungan dan kontribusi serta partisipasi yang merata. Mencapai
tujuan
merupakan semangat peserta didik untuk bekerja sama.
Struktur penghargaan mengacu pada prestasi kelompok sebagai prestasi setiap anggota
kelompok, prestasi kelompok merupakan keberhasilan bersama anggota kelompok,
bukan ditentukan oleh anggota tertentu.
Dalam penerapan pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling berinteraksi dan
bekerja sama untuk mencapai tujuan. Agar peserta didik dapat memahami pentingnya pembelajaran
kooperatif dalammeningkatkan kompetensi dan kecakapan hidup, penekanan beriktu perlu
diinformasikan kepada peserta didik:
a. Peserta didik dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka “sepenanggungan
bersama”.
b. Peserta didik bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik
mereka sendiri.
c. Peserta didik harus melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang
sama.
d. Peserta didik harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota
kelompoknya.
e. Peserta didik akan dievaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan
untuk semua anggota kelompok.
f. Peserta didik berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar
bersama selama proses belajarnya.
g. Peserta didik diminta pertanggungjawabnya secara individu materi yang ditangani dalam
kelompok kooperatif.
3. Karakteristik Pendekatan Pembelajaran Kooperatif
Beberapa karakteristik pendekatan Cooperative Learning, antara lain:
a. Akuntabilitas individu, yaitu setiap individu di dalam kelompok mempunyai tanggung
jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok, sehingga
keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab setiap anggota.
b. Keterampilan Sosial, meliputi seluruh seluruh kehidupan sosial, kepekaan sosial, dan
mendidik peserta didik untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi
kepentingan kelompok. Keterampilan ini mengajarkan peserta didik untuk belajar
memberi dan menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab, menghormati hak
orang lain dan membentuk kesadaran diri.
c. Kesalingtergantungan secara positif, adalah sifat yang menunjukkan saling
ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif. Keberhasilan
kelompok sangat ditentukan oleh peran serta setiap anggota kelompok, karena anggota
kelompok dianggapmemiliki kontribusi. Jadi kolaborasi bukan berkompetensi.
d. Proses bekerja dalam kelompok, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan
oleh kelompok secara bersama-sama.
Untuk menciptakan “kebersamaan” dalam belajar, guru harus merancang program
pembelajarannya dengan mempertimbangkan aspek kebersamaan peserta didik, sehinggan
mampu mengkondisikan dan memformulasikan kegiatan belajar peserta didik dalam
interaksi yang aktif interaktif dalam suasana kebersamaan. Kebersamaan ini bukan saja di
dalam kelas, tetapi juga di luar lingkungan kelas.
B. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki tujuan, sintaks dan manfaat seperti yang diuraikan berikut
ini.
1. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pada awal pengembangannya, pembelajaran kooperatif dimaksudkan untuk
mengembangkan nilai-nilai demokrasi, aktivitas peserta didik, prilaku kooperatif dan
menghargai pluralisme. Akan tetapi sebenarnya aspek akademis juga msuk di dalamnya
walaupun tidak tersirat. Arends (1989) menyatakan setidaknya terdapat tiga tujuan yang
dapat dicapai dari pembelajaran kooperatif, yaitu:
a. Peningkatan kinerja akademik;
b. Penerimaan terhadap keragaman (suku, sosial, budaya, kemampuan, dsb.);
c. Keterampilan bekerja sama atu kolaborasi dalam pemecahan masalah.
Tujuan pertama, yaitu membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang sulit.
Dengan strategi kooperatif diharapkan terjadi interaksi antar peserta didik untuk saling memberi
pengetahuannya dalam memecahkan suatu masalah yanmg disajikan oleh guru sehingga semua
peserta didik akan lebih mudah memahami berbagai konsep.
Tujuan kedua, yaitu membuat suasana penerimaan terhadap sesame peserta didik yang
berbeda latar belakang misalnya suku, sosial, budaya, dan kemampuan. Hal ini memberi
kesempatan yang sama kepada semua peserta didik terlepas dari latar belakang serta menciptakan
kondisi untuk bekerja sama dan saling ketergantungan yang positif satu sama lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
Tujuan ketiga, yaitu mengajarkan keterampilan bekerja sama atau kolaborasi dalam
memecahkan permasalahan. Keterampilan ini sangat penting bagi peserta didik sebagai bekal untuk
hidup bermasyarakat. Selain itu, para peserta didik belajar untuk saling menghargai satu sama lain.
2. Sintaks atau Tahap-tahap pada Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan kajian terhadap tipe-tipe pembelajaran kooperatif, Arends (1989)
mengidentifikasi sintaks umum dalam pembelajaran kooperatif. Umumnya terdapat enam
fase atau tahapan pembelajaran dalam pembelajaran kooperatif seperti yang tertera pada
tabel berikut.
Tabel 1
Fase/Tahapan Umum Model Pembelajaran Kooperatif
No.
Fase
Prilaku Guru
1
Menyediakan obyek
Guru mengemukakan tujuan, memotivasi peserta didik
dan perangkat
untuk belajar, menyediakan obyek dan membuat perangkat pembelajar
2
Menghadirkan/menya Guru menghadirkan/menyajikan informasi untuk peserta
jikan informasi
didik baik secara presentasi verbal ataupun dengan
tulisan
Mengorganisasikan
Guru menjelaskan pada peserta didik bagaimana
peserta didik dalam
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
belajar kelompok
kelompok agar melakukan transisi secara efisien
Membimbing bekerja Guru membimbing kelompok belajar ketika mereka
dan belajar
sedang bekerja menyelesaikan tugas bersama
Evalusi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-masing kelompok
menyajikan hasil kerjanya
Mengenali prestasi
Guru mencari cara untuk mengenali baik usaha, dan
prestasi individu juga kelompoknya dan memberi
penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun
individu.
3
4
5
6
C. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya tipe-tipe pembelajaran kooperatif adalah sama, yaitu lebih mengutamakan kerja
sama kelompok. Namun, dalam pengelompokkan tugas, tiap tipe tersebut berbeda. Slavin
(1995: 76) membagi pembelajaran kooperatif dalam beberapa tipe, di antaranya Student TeamAchievement Division (STAD), Team Games Tournament (TGT), Jigsaw, dan Team Assisted
Individualization (TAI) dan Group Investigation (GI).
1. Sintaks untuk Model Pembelajaran Students Team Achievment Divisions (STAD)
Siswa dikelompokkan secara heterogen kemudian siswa yang pandai menjelaskan anggota lain
sampai mengerti.
Langkah-langkah:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut
prestasi, jenis kelamin, suku, dll.)
2) Guru menyajikan pelajaran.
3) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota
kelompok yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampai semua anggota dalam
kelompok itu mengerti.
4) Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh
saling membantu.
5) Memberi evaluasi.
6) Penutup.
Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerja sama dengan baik.
Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.
2. Sintaks untuk Model Pembelajaran Jigsaw
Jigsaw dalah model pembelajaran yang membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen lebih kecil.
Langkah-langkah:
1) Siswa dikelompokkan dengan anggota masing-masing kelompok 4 orang.
2) Setiap siswa dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
3) Setiap siswa dalam tim membaca bagian materi yang ditugaskan.
4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu
dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
5) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap kelompok kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab mereka kuasai dan tiap anggota
lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
6) Setiap tim ahli mendiskusikan hal tersebut.
7) Guru memberi evalusi.
8) Penutup.
3. Sintaks untuk Model Pembelajaran Group Investigation (Investigasi
Kelompok)
Model Investigasi kelompok sering dipandang sebagai model yang paling
kompleks
dan
paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif.
Model ini melibatkan sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui
investigasi. Model menuntut para
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi maupun
dalam keterampilan proses kelompok (group process skills). Para
guru yang
menggunakan model investigasi kelompok umumnya membagi kelas menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan karakteristik
yang
heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan
minat terhadap suatu topik tertentu. Para siswa
memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti
investigasi mendalam terhadap
berbagi sub topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan
dan menyajikan
suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan.
Langkah-langkah:
a. Topik
Para siswa memilih berbagai sub topik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi
kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented of group) yang
beranggotakan 2 hinga 6 orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin,
etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan Kerja sama
Para siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan
umum yang konsisten dengan berbagai topik dan sub topik yang telah dipilih dari langkah a)
di atas.
c. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b).
Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan
dengan
variasi
yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan
berbagi sumber baik yang
terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap
kelompok dan memberikan
bantuan jika diperlukan.
d. Analisis dan Sintesisi
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah
c) dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan
kelas.
e. Penyajian Hasil Akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah
dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang
luas mengenai topik tersebut.
Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap
pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu
atau kelompok, atau keduanya.
4.
Sintaks untuk Model Pembelajaran Team Games Tournament (TGT)
Langkah-langkah :
1) Penyajian Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi penyajian kelas, biasanya
dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru.
Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi
yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja
kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2) Kelompok (Team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 hingga 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari
prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih
mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan
anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3) Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang
didapat siswa dari penyajian kels dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan
itu akan mendapat skor. Skor ini nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4) Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiao unit setelah guru melakukan
presentsi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru
membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya
dikelompokkan pada meja 1, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5) Team Recognize (Penghargaan Kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat
sertifikasi atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi criteria yang ditentukan. Team
mendapat julukan “Super Team” jika rata-rta skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila ratarata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40.
5. Sintaks untuk Model Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualy)
Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak)
dengan karakteristik bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Oleh
karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola
komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi. Sintaks menurut Slavin
(1985) adalah:
1) Buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupa modul.
2) Siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandfai anggota kelompok secara
individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi.
3) Penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.
Model-model yang lain
1. Picture and Picture
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan
dipasangkan /diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2) Menyajikan materi sebagai pengantar.
3) Guru menunjukkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi
4) Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambargambar menjadi urutan logis
5) Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
6) Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai
dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7) Kesimpulan/rangkuman
Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa
2. Melatih berpikir logis dan sistematis
Kekurangan:
1. Memakan banyak waktu
2. Banyak siswa yang pasif
2. Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah suatu metode belajar dimana setiap siswa diberi nomor
kemudian dibuat suatu kelompok , kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa.
Langkah-langkah:
1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengejakannya
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap kelompok dapat
mengerjakannya.
4) Guru memanggil salah satu nomor siswa kemudian nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerja sama mereka
5) Tanggapan dari teman lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6) Kesimpulan
Kelebihan:
1. Setiap siswa menjadi siap semua
2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh
3. Siswa yang pandai mengajari siswa yang kurang pandai
Kelemahan:
1. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
2. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru
3. Metode Debat
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro
dan kontra.
Langkah-langkah:
1) Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
2) Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok
di atas
3) Setelah selesai membaca materi, guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk
berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai
sebagian besar siswa dapat mengemukakan pendapatnya.
4) Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap
pembicaraan di papan tulis. Sampai jumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
5) Guru menambah konsep/ide yang belum terungkap
6) Dari data di papan tulis tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman
yang mengacu pada indicator hasil belajar yang diinginkan
4. Artikulasi
Langkah-langkah:
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
2) Guru menyampaikan materi sebagaimana biasa
3) Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan 2 orang.
4) Surhlah seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan
pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil kemudian berganti pasang.
Begitu pula kelompok lainnya.
5) Suruh siswa secara bergiliran. Acak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman
pasangannya, sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancara.
6) Guru mengulang/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
7) Kesimpulan/penutup
5. Bertukar Pasangan
Langkah-langkah:
1) Setiap siswa mendapat seorang pasangan (pasangan bisa ditunjuk oleh guru atau ditunjuk
siswa sendiri)
2) Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3) Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain
4) Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan masing-masing. Pasangan yang baru ini saling
menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka.
5) Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan
semula.
6. Kartu Arisan
Media:
Buat Kartu (10 x 10) cm sejumlah siswa untuk menulis jawaban dan
kartu/kertas
ukuran 5 x 5 cm untuk menulis
Gelas
Langkah-langkah:
1) Membentuk kelompok yang anggotanya kira-kira 4 orang secara acak
2) Kertas jawaban bagikan kepada siswa masing-masing satu lembar kartu
3) Gelas yang telah berisi gulungan soal dikocok kemudian salah satu yang jatuh dibacakan
agar dijawab oleh siswa yang memegang kartu jawaban
4) Apabil jawaban benar, maka siswa dipersilakan tepuk tangan atau yel-yel lain
5) Setiap jawaban benar diberi satu poin sebagai nilai kelompok, sehingga nilai total kelompok
merupakan penjumlahan poin dari para anggotanya.
7. Dua Tamu Dua Tinggal (Spencer Hagan, 1992)
Langkah-langkah:
1) Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa
2) Setelah selesai dua dari orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan
kelompoknya dan masing-masing ke dua kelompok yang lain
3) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi
kepada kedua tamunya
4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka
dari kelompok lain
5) Semua kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka
8. TS-TS (Two Stay-Two Stay)
Pembelajaran model ini adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan
kelompok lain. Sintaksnya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua
siswa lainnya tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja
kelompok, kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok.