PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TPS Thi

“PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TPS (Think-Pair-Share)
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN
OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR KELAS VII SLTP GEMA’45
SURABAYA TAHUN PELAJARAN 2009/2010”

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang sangat pesat berpengaruh dalam dunia pendidikan.
Dengan berkembangnya teknologi ini mengakibatkan berkembangnya ilmu pengetahuan
yang memiliki dampak positif maupun negatif. Perkembangan teknologi ini dimulai dari
negara maju, sehingga sebagai negara berkembang seperti negara Indonesia ini perlu
menyamakan diri dengan negara maju lainnya.
Dengan perkembangan teknologi ini pemerintah perlu meningkatkan pembangunan di
bidang pendidikan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Peningkatan kualitas ini
dilakukan dengan peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan tenaga profesionalisme,
tenaga pendidik, dan peningkatan mutu anak didik. Dalam meningkatkan mutu pendidikan,
penguasaan materi merupakan salah satu unsur penting yang harus diperhatikan guru dan
siswa karena mencakup nilai – nilai aspek dalam pendidikan.
Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk membantu dalam mengembangkan
diri siswa dan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, sehingga manusia mampu

untuk menghadapi setiap perubahan

yang terjadi, menuju arah yang lebih baik. Pendidikan ini dapat berupa pembelajaran.
Pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi
interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa (Suyitno, 2004:1).
Salah satu komponen dalam pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai macam strategi dan
metode pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa, dan konteks
pembelajaran (Depdiknas, 2003:1). Inti dari pembelajaran adalah siswa yang belajar.
Dalam pembelajaran di sekolah aspek pemahaman suatu konsep termasuk pemahaman
konsep dan aplikasinya merupakan hal yang sangat penting yang harus dimiliki siswa. Jika
konsep dasar dimiliki murid secara salah, maka sukar untuk memperbaiki kembali, terutama
jika sudah diterapkan dalam menyelesaikan soal – soal matematika. Jika murid bersifat
terbuka masih ada harapan untuk memperbaikinya sebelum siswa menerapkannya dalam
menyelesaikan soal – soal matematika. Namun jika murid bersifat tertutup, maka kesalahan
itu akan dibawa terus sampai pada suatu saat mereka menyadari bahwa konsep – konsep yang
mereka miliki adalah keliru. Oleh karena itu yang terpenting adalah bagaimana siswa
memahami konsep matematika secara bulat dan utuh, sehingga jika diterapkan dalam
menyelesaikan soal – soal matematika siswa tidak mengalami kesulitan. Gambaran
permasalahan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika perlu diperbaiki guna

meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep – konsep matematika.
Kurikulum yang sedang digalakkan sekarang adalah KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan).KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) merupakan
penyempurnaan dari Kurikulum 2004 (KBK). Dimana KTSP di berlakukan secara bertahap
mulai tahun ajaran 2006 memberikan keleluasan kepada guru dan sekolah (Lembaga Tingkat
Satuan Pedidikan) untuk mengembangkannya. Guru dan sekolah di berikan kebebasan untuk
berkreasi dengan berpatokan pada standar isi, standar kompetensi lulusan, dan panduan

penyusunan kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, kegiatan belajarnya lebih mengacu peran aktif siswa. Sehingga diharapkan siswa
itu sendiri yang berusaha memperoleh pengetahuan.
Dalam hal ini Peneliti mengambil model pembelajaran kooperatif tipe Think-PairShare (TPS) dalam pembelajaran matematika untuk diterapkan. Karena dalam model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS), siswa dihadapkan pada masalahmasalah nyata yang ada di lingkungan serta mengajarkan mereka berdiskusi atau belajar
secara berkelompok, sedangkan guru sebagai fasilitator bagi siswa. Sehingga aktivitas belajar
siswa khususnya aktivitas mental siswa dapat teramati oleh guru. Melalui pembelajaran ini
diharapkan siswa memperoleh pengetahuan yang bermakna dan menumbuhkan motivasi
siswa sehingga pembelajaran matematika dapat terlaksana secara optimal.
Langkah dalam model pembelajaran tipe TPS ini adalah membagi kelompok yang
terdiri dari dua orang anggota dalam satu kelompok dengan tingkat kemampuan yang
berbeda. Model pembelajaran tipe Think-Pair-Share (TPS) ini dapat diterapkan dalam kelas

yang besar dan juga tidak perlu waktu yang lama untuk pembentukan kelompok. Dengan cara
mengelompokkan siswa secara berpasangan akan lebih mudah dan banyak waktu bagi siswa
dalam berpikir dan merespon serta berpartisipasi dalam pelajaran. Selain itu juga akan
memperkecil peluang siswa untuk tidak aktif dalam pelajaran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang maka dapat diidentifikasikan
rumusan masalah. Adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Apakah ketuntasan hasil belajar siswa dapat tercapai dengan diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe TPS ?

2. Bagaimana aktivitas guru dalam pembelajaran matematika melalui model kooperatif tipe
TPS terhadap siswa di SLTP Kelas VII ?
3. Bagaiman respon siswa di SLTP Kelas VII dengan di terapkannya model kooperatif tipe
TPS ?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pertanyaan rumusan penelitian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan :
1. Mendeskripsikan bahwa model kooperatif tipe TPS mampu diterapkan dalam

pembelajaran khususnya pada materi pokok bentuk aljabar di kelas VII SLTP
2. Mendeskripsikan apa yang menjadi argument siswa dari materi yang mereka dapatkan
pada materi pokok bentuk aljabar di kelas VII SLTP
3.

Respon siswa terhadap pembelajaran didefinisikan secara operasional sebagai pendapat

senang/tidak senang komponen pembelajaran yang dikembangkan, kesediaan siswa
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam pembelajaran matematika.

D. Pembatasan masalah
Adapun hal – hal yang membatasi penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Respon siswa adalah tanggapan siswa saat kegiatan belajar mengajar.
2. Kemampuan matematika siswa dalam pembelajaran dibatasi pada kemampuan untuk
menguasai materi pelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran koopertif tipe
TPS.

E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan. Manfaat yang
diharapkan peneliti adalah:

1. Sebagai masukan kepada guru matematika tentang cara meningkatkan pembelajaran yang
efektif melalui pendekatan kooperatif tipe TPS.
2. Sebagai bahan pertimbangan dan acuan bagi sekolah dalam meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran agar dapat mewujudkan pembelajaran yang efektif.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Proses Belajar Mengajar
7
Menurut Morgan (Ratumanan, 2004: 1) belajar dapat didefinisikan setiap perubahan
tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Selanjutnya
ada yang mendefinisikan: “Belajar adalah berubah”. Dalam hal ini yang dimaksud belajar
berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada
individu-individu yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu
pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri,
minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah
laku pribadi seseorang. Dengan demikian, dapatlah di katakan bahwa belajar itu sebagai
rangkaian kegiatan jiwa raga, Psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia
seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kogitif, afektif, dan

psikomotorik (Sardiman, 2007: 21) Sementara itu menurut Usman (2007: 5) belajar diartikan
sebagai proses perubahan tingkah laku individu berkat adanya interaksi antara individu dan
individu dengan lingkungannya. Dalam pengertian ini terdapat kata “perubahan” yang berarti
bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku,
baik aspek pengetahuan, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa
menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak
sopan menjadi sopan.
Kata “Teach” atau mengajar berasal dari bahasa Inggris yaitu taecan. Kata ini berasal
dari bahasa Jerman kuno. Taikjan, yang berasal dari kata dasar teik, yang berarti
memperlihatkan. Dengan demikian To teach (mengajar) di lihat dari asal usul katanya berarti

perlihatkan sesuatu kepada seseorang melalui tanda atau symbol, penggunaan tanda atau
symbol itu dimaksudkan untuk membangkitkan atau menumbuhkan respon mengenai
kejadian (Sanjaya, 2006: 94). Selanjutnya ada yang mendefinisikan,” Mengajar adalah suatu
proses, yakni proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa
sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar” (Sudjana,
2005: 29). Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moral
yang cukup berat. Mengajar juga merupakan suatu perbuatan atau pekerjaan yang bersifat
“unik” tetapi “sederhana”. Dikatakan unik karena hal itu berkenaan dengan manusia yang
belajar, yakni siswa, dan yang mengajar, yakni guru, dan berkaitan erat dengan manusia di

dalam masyarakat yang semuanya menunjukkan keunikan. Dikatakan sederhana karena
mengajar dilaksanakan dalam keadaan praktis dalam kehidupan sehari-hari, mudah dihayati
oleh siapa saja (Usman, 2007:6). Jadi mengajar adalah suatu proses penyampaian informasi
atau pengetahuan kepada siswa dan diharapkan siswa aktif dan akan dapat memahami serta
melaksanakan apa yang diberikan oleh guru.
Proses dalam pengertiannya disini merupakan interaksi semua komponen yang
terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan dalam ikatan
untuk mencapai tujuan (Usman, 2007: 5). Dari definisi-definisi belajar dan mengajar tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar adalah suatu proses yang dilakukan
oleh dua pihak yaitu guru dan siswa dalam hal ini guru sebagai pembimbing dan siswa
sebagai obyek bimbingan saling berinteraksi yang mengakibatkan perubahan sikap dan
tingkah laku pada siswa sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru.

B. Model Pembelajaran
Sidarti (dalam Sony, 2006: 10) menyatakan bahwa model adalah cara yang teratur dan
memiliki sintaks tertentu dalam mencapai tujuan pembelajaran yang melibatkan semua

komponen dalam pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa model adalah kerangka yang
memiliki langkah-langkah atau prosedur tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas menurut Joyce (dalam Trianto,
2007: 5). Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita
ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga
tujuan tercapai.

Adapun jenis – jenis model pembelajaran dilihat dari segi keefektifannya yaitu :
1. Model pembelajaran klasikal
o guru menjelaskan definisi
o membuktikan rumus
o memberi contoh
o member soal latihan
2. Model pembelajaran individual
Model pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual.
Adapun pembelajaran individual mempunyai beberapa ciri:
o Siswa belajar secara tuntas.
o Setiap unit yang dipelajari memuat tujuan pembelajaran khusus yang jelas.
o Keberhasilan siswa diukur berdasarkan pada sistem yang mutlak.
o Siswa belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing.
Salah satu model pembelajaran individual yang sangat populer adalah modul.
Modul adalah suatu paket pembelajaran yang memuat suatu unit konsep pembelajaran yang

dapat dipelajari oleh siswa sendiri.

3. Model pembelajaran kooperatif
Model Pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk
bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas, atau
mengerjakan sesuatu untuk tujuan bersama
Jadi, model pembelajaran merupakan suatu kerangka yang memiliki prosedur yang
sistematis yang digunakan oleh para perancang pembelajaran dan pengajar dalam merancang
dan melaksanakan aktivitas pembelajaran berdasarkan pengalaman belajar perancang
pembelajaran dan pengajar guna mencapai tujuan pembelajaran.
Adapun definisi model pembelajaran menurut para ahli pendidikan antara lain:
a.

Menurut Suherman (2001: 8), “ model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi

siswa dengan guru didalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode dan teknik
pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dikelas
b. Menurut Kardi (2003: 11), “ model pembelajaran menggambarkan suatu sintaks yang
pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran”
c.


Menurut Nur (2003: 3), “ model pembelajaran yaitu model pembelajaran menunjukkan

suatu pembelajaran tertentu yang meliputi tujuannya, dan system pengelolaan
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu
pola, ragam atau rancangan yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk
menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di
kelas

C. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berasal dari kata kooperatif yang artinya mengerjakan
sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu

kelompok atau satu tim. Slavin (dalam Isjoni, 2007: 17) menyebutkan pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat
itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu
seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya. Dalam melakukan proses belajar
mengajar, guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa
dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar
sesama siswa.

Isjoni (2007: 16) menyatakan bahwa pembelajaran Kooperatif adalah suatu
pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar
yang berpusat pada siswa (studend oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang
ditemukan oleh guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang
lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada orang lain.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Pembelajaran
Kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara
kelompok dalam mencapai tujuan.
Agar pembelajaran kooperatif lebih efektif, maka perlu ditanamkan pula pada diri
siswa unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut:
1. Siswa harus dapat memiliki persepsi bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.
2. Siswa bertanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam kelompok seperti terhadap dirinya
sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapinya.
3. Siswa dalam kelompok harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang
sama.
4. Siswa haruslah membagi tugas dan juga tanggung jawab yang sama besarnya diantara
anggota kelompoknya.

5. Siswa akan diberikan suatu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap
evaluasi anggota kelompok.
6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama
belajar.
7. Siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individu materi dalam kelompok
kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif ini menekankan adanya kerja sama, saling
ketergantungan dan menghormati pendapat orang lain dalam menyelesaikan tugas untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan satu penghargaan bersama.
Berdasarkan unsur-unsur yang ada, maka pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar
mereka.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
3. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.
Menurut Ibrahim,(2000: 2) semua model mengajar termasuk di dalamnya model
pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur
penghargaan (reward).
1. Struktur Tugas
Struktur tugas mengacu pada dua hal, yaitu pada cara pembelajaran itu diorganisasikan
dan jenis kegiatan yang dilakukan oleh siswa di dalam kelas. Struktur tugas berbeda sesuai
dengan berbagai macam kegiatan yang terlibat di dalam pendekatan pengajaran tertentu:
misalnya beberapa pelajaran menghendaki siswa duduk pasif sambil menerima informasi dari
ceramah guru. Pelajaran lain menghendaki siswa mengerjakan LKS dan pelajaran lain lagi
menghendaki diskusi dan berdebat.

2. Struktur Tujuan
Struktur tujuan suatu pelajaran adalah jumlah saling ketergantungan yang dibutuhkan
siswa pada saat mereka mengerjakan tugas.
Terdapat 3 macam struktur yang telah diidentifikasi, yaitu:
a.

Struktur Tujuan Individualistik (Perorangan)

Pencapaian tujuan yang tidak memerlukan interaksi dengan orang lain dan tidak bergantung
pada baik buruknya pencapaian orang lain.
b. Struktur Tujuan Kompetitif (Persaingan)
Pencapaian tujuan yang terjadi bila seorang siswa dapat mencapai sudut tujuan dan hanya
jika siswa lain tidak mencapai tujuan tersebut. Dengan demikian setiap usaha-usaha yang
dilakukan oleh suatu individu untuk mencapai tujuan merupakan saingan bagi individu
lainnya.
c.

Struktur Tujuan Kooperatif (Kerjasama)

Pencapaian tujuan yang terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka. Hanya jika siswa
lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Tujuan akan tercapai
apabila semua anggota kelompok mencapai tujuan secara bersama-sama.
3. Struktur Penghargaan
a.

Struktur Penghargaan Individualistik (Perorangan)

Terjadi apabila suatu penghargaan itu bisa dicapai oleh siswa manapun tidak bergantung pada
pencapaian individu lain.

b. Struktur Penghargaan Kompetitif (Persaingan)

Terjadi apabila penghargaan itu diperoleh sebagai upaya individu melalui persaingan dengan
orang lain.
c.

Struktur Penghargaan Kooperatif (Kerja sama)

Situasi dimana upaya individu membantu individu lain mendapat penghargaan.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan, yaitu
(Ibrahim, 2000: 7):
1. Hasil Belajar Akademik
Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas akademik. Model ini dapat membantu siswa dalam memahami
konsep-konsep yang sulit. Siswa yang mempunyai kemampuan lebih akan menjadi tutor pada
siswa yang memiliki kemampuan kurang.
2. Penerimaan terhadap Perbedaan Individu
Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah penerimaan yang luas
terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, maupun
ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda latar
belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atau tugas-tugas
bersama.
3. Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif yang ketiga yaitu untuk mengajarkan kepada
siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki
karena di dalam masyarakat setiap manusia saling bergantung satu sama lainnya dan
kehidupan masyarakat secara budaya semakin beragam.
Tahap-Tahap Pembelajaran Kooperatif
Adapun tahap-tahap model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1

Tahap-Tahap Pembelajaran Kooperatif
Tahap
Tahap1
Menyampaikan
tujuan dan motivasi

Tingkah Laku Guru
Guru menyampaikan semua
pembelajaran yang ingin dicapai pada
pembelajaran tersebut dan memotivasi
siswa belajar.

Tahap 2
Guru menyajikan informasi kepada siswa
Menyajikan Informasi dengan jalan demokrasi atau lewat bahan
bacaan.
Tahap 3
Guru menjelaskan kepada siswa
Mengorganisasi siswa bagaimana caranya membentuk
ke dalam kelompokkelompok belajar dan membentuk setiap
kelompok belajar
kelompok agar melakukan secara efisien.
Tahap 4
Guru membimbing kelompok-kelompok
Membimbing
belajar pada saat mereka mengerjakan
kelompok bekerja dan tugas mereka.
belajar.
Tahap5
Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempersentasikan
hasil belajarnya.

Tahap 6
Memberikan
penghargaan.

Guru mencari cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil individu dan
kelompok.

(Ibrahim, 2000: 10)
Dalam Model Pembelajaran kooperatif terdapat empat pendekatan yaitu: (Ibrahim,
2000:20)
1. STAD (Student Teams Achievement Dimension)
Dalam model ini terdiri dari kelompok-kelompok heterogen yang tiap kelompok terdiri dari
4-5 siswa dan setiap anggota dalam kelompok saling membantu satu sama lain belajar dengan
menggunakan materi pelajaran, kemudian secara berkala diadakan kuis individu, yang dapat
digunakan sebagai skor perkembangan.
2. JIGSAW

Dalam model ini terdiri dari kelompok-kelompok heterogen yang setiap kelompok terdiri dari
5-6 siswa setiap anggota tim bertanggung jawab untuk mempelajari materi pembelajaran
yang ditugaskan kepadanya, kemudian mengajarkan materi tersebut kepada teman
sekelompoknya yang lain.
3. Investigasi Kelompok (IK)
Dalam kelompok ini terdiri dari kelompok heterogen yang setiap kelompok terdiri dari 5-6
siswa, dalam model ini siswa tidak hanya bekerja sama namun terlibat merencakan baik topik
untuk dipelajari maupun prosedur yang digunakan.
4. Pendekatan Struktural
Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen, dkk (Ibrahim, 2000). Pendekatan ini
memberikan penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini
dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, dimana
guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberikan jawaban setelah
mengangkat tangan dan ditunjuk. Struktur ini menghendaki siswa bekerja saling membantu
dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif, dari pada
penghargaan individual. Dua macam struktur yang terkenal adalah think-pair-share (TPS)
dan numbered-head-together (NHT).
Dalam Think-Pair-Share (TPS), kelas dibagi dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 2
siswa. Prosedur dalam Think-Pair-Share (TPS) memberikan siswa waktu lebih banyak untuk
berpikir, menjawab dan saling bekerjsama.
Sehingga Think-Pair-Share (TPS) dapat digunakan oleh guru yang menginginkan siswa
mendalami apa yang telah dijelaskan atau dipahami.
Sedangkan Numbered-Head-Together (NHT), kelas dibagi dalam kelompok-kelompok yang
terdiri dari 3-5 siswa, yang setiap siswa diberi label. Numbered-Head-Together (NHT) dapat

digunakan guru untuk mengecek pemahaman mereka atas materi yang telah diajarkan.
Numbered-Head-Together (NHT) menunjukkan kesiapan setiap siswa, karena guru menunjuk
siswa secara acak berdasarkan label siswa.
Pada tabel 2.2 di bawah ini akan ditunjukkan perbedaan-perbedaan keempat
pendekatan dalam pembelajaran kooperatif (Ibrahim, 2000: 20):
Tabel 2.2.
Perbedaan 4 Pendekatan Pembelajaran Kooperatif
STAD

JIGSAW

KELOMPOK
PENYELIDIKAN

PENDEKATAN
STRUKTURAL

Tujuan
kognitif

Informasi
akademik
sederhana

Informasi
akademik
sederhana

Informasi akademik
tingkat tinggi dan
keterampilan inkuiri

Informasi akademik
sederhana

Tujuan
social

Kerja kelompok
dan kerjasama

Kerja kelompok
dan kerjasama

Kerjasama dalam
kelompok kompleks

Struktur
tim

Kelompok
belajar
heterogen
dengan 4-5
orang anggota

Kelompok belajar
heterogen dengan
5-6 orang
anggota
menggunakan
kelompok “asal”
dan kelompok
“ahli”

Kelompok belajar
dengan 5-6 orang
homogen

Keterampilan
kelompok dan
keterampilan sosial
Bervariasi berdua,
bertiga, kelompok
dengan 4-6 anggota

Pemilihan
topik
pelajaran

Biasanya guru

Biasanya guru

Biasanya siswa

Biasanya guru

Tugas
utama

Siswa dapat
menggunakan
lembar kegiatan
dan saling
membantu
untuk
menuntaskan
materi
belajarnya

Siswa menyelesaikan
inkuiri kompleks

Siswa mengerjakan
tugas yang diberikan
sosial dan kognitif

Penilaian

Tes mingguan

Siswa
mempelajari
materi dalam
kelompok “ahli”
kemudian
membantu
anggota
kelompok “asal”
mempelajari
materi itu
Bervariasi, dapat
berupa tes
mingguan

Menyelesaikan proyek
dan menulis laporan,
dapat menggunakan

Bervariasi

Pengakuan Lembar
pengetahuan
dan publikasi
lain

Publikasi lain

tes essay
Lembar pengetahuan
dan publikasi lain

Bervariasi

D. Model Pembelajaran Tipe TPS (Think-Pair-Share)
Strategi Think-Pair-Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan
jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Strategi Think-Pair-Share (TPS) ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu
tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frank Lymann dan koleganya di Universitas
Maryland. Arends (dalam Trianto, 2007: 61), menyatakan bahwa Think-Pair-Share (TPS)
merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas.
Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk
mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think-PairShare (TPS) dapat memberikan siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan
saling membantu. Selain itu interaksi dalam kelompok, makin besar kelompok, makin kurang
intensif interaksi dan makin lama kerja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Oleh karena
itu, pendekatan struktural tipe Think-Pair-Share (TPS) ini dipilih untuk diterapkan dalam
penelitian ini.
Dalam pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS), siswa di kelompokkan
secara berpasangan untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Adapun langkahlangkah pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) adalah sebagai berikut:a
Tahap 1

: Thinking (berfikir)

Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian meminta siswa
menggunakan waktu beberapa menit untuk memikirkan pertanyaan atau masalah tersebut
secara individu/ mandiri untuk beberapa saat.
Tahap 2

: Pairing (berpasangan)

Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan teman sebangkunya untuk mendiskusikan
permasalahan pada tahap pertama. Pada tahap ini diharapkan siswa berbagi jawaban bila
sudah diberi pertanyaan atau berbagi ide jika permasalahan yang ada telah teridentifikasi oleh
masing-masing siswa sehingga pada akhirnya mereka dapat menentukan kesepakatan.
Secara normal biasanya guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk
berpasangan.
Tahap3

: Sharing (berbagi)

Pada tahap ini guru meminta pasangan siswa untuk berbagi hasil diskusi yang telah mereka
bicarakan kepada teman satu kelas. Ini efektif dilakukan secara bergiliran sampai seperempat
pasangan mendapat kesempatan untuk melapor.

E. Gambar Pendekatan Kooperatif TPS (Think-Pair-Share)

F. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (ThinkPair-Share)
Menurut Ranak Lince model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan TPS
mempunyai kelebihan dan kekurangan diantaranya:
Tabel 2.3
Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatuf Tipe
Think-Pair-Share (TPS)
Kelebihan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TPS

Kelemahan Model Pembelajaran
Koopertif Tipe TPS

 Memberikan lebih banyak waktu
kepada siswa untuk berpikir dan saling
membantu dalam menuntaskan materi
sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
 Membantu meningkatkan
hubungan yang lebih diantara siswa,
juga secara bersamaan dapat
meningkatkan kemampuan akademik
siswa.

 Memerlukan biaya dan waktu yang
relatif banyak.

 Apabila banyak siswa dalam kelas
sangat besar, maka guru akan kesulitan
dalam membimbing siswa secara
keseluruhan.

G. Contoh Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think-PairShare) Pada Materi Operasi Hitung Bentuk Aljabar
Pada dasarnya penerapan pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah sebagai berikut:

mpaikan tujuan dam memotivasi siswa
Dalam fase ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan tentang kegiatan
belajar yang akan dilakukan dan guru menjelaskan pada siswa bahwa mereka akan belajar
dan bekerja dalam kelompok. Kemudian guru memberikan contoh dalam kehidupan seharihari yang dapat diselesaikan dengan menggunakan sub pokok bahasan yang akan dibahas
(pokok bahasan operasi hitung bentuk aljabar), dengan harapan siswa akan merasa bahwa
kegiatan pembelajaran yang akan mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi
kehidupan mereka.
Fase II: Guru menerangkan materi secara singkat
Pada fase 2 guru menerangkan materi secara singkat kemudian guru memberikan pertanyaan
yang berhubungan dengan materi operasi hitung bentuk aljabar yang telah dijelaskan kepada
siswa, dan guru menyuruh siswa untuk memikirkan jawaban daripada pertanyaan itu secara
mandiri dalam beberapa saat (tahap 1 atau Thinking).
Fase III: Guru mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar. Setiap anggota
terdiri dari dua orang anggota/berpasangan. (Tahap Pairing)

Fase IV: Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Saat para siswa bekerja dalam kelompok guru membimbing siswa bekerja dan belajar
Fase V: Evaluasi
Guru mengadakan evaluasi bagi siswa dengan cara menyuruh setiap pasangan untuk
mempresentasikan apa yang telah dibicarakan dengan pasangannya (Tahap Sharing).
Fase VI: Memberikan penghargaan
Setelah sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk menyajikan hasil
diskusinya, guru menerapkan fase terakhir dari pembelajaran kooperatif yaitu memberikan
penghargaan. Sehingga siswa akan merasa bangga atau puas atas hal yang telah dicapai.

H. Teori yang Melandasi Pembelajaran Kooperatif
1. Teori Motivasi
Dalam Ratumanan (2004: 84), “Motivasi adalah sebagai dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku. Siswa yang mempunyai motivasi tinggi dalam
belajar memiliki dorongan yang besar untuk melakukan aktifitas belajar atau memberikan
respon positif terhadap aktifitas pembelajaran yang diikuti. Sebaliknya siswa yang memiliki
motivasi rendah akan mengikuti aktifitas pembelajaran dengan tidak serius.
Menurut teori motivasi, tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang didorong oleh
sesuatu kekuatan dari dalam diri seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan
demikian, motivasi dipandang sebagai suatu proses dalam diri individu yang menyebabkan
individu tersebut melakukan sesuatu.
Adapun motivasi di bagi menjadi dua bagian kalau dilihat dari faktor kemunculannya
yaitu motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
Contoh motivasi Intrinsik adalah seorang siswa dengan senang hati belajar matematika
karena merasa sangat berguna bagi siswa tersebut. Hal ini berarti siswa tersebut dimotivasi

oleh suatu kebutuhan yang datangnya dari dalam diri siswa tersebut. Sedangkan contoh
motivasi Ekstrinsik dapat berupa pujian, nilai, pengakuan, hadiah atau penghargaan orang
lain. Misalnya seorang siswa sekuat tenaga berusaha untuk mencapai nilai ujian yang terbaik
karena ingin dipuji oleh teman-teman dan gurunya.
Pada pembelajaran kooperatif dengan pendekatan Think Pair Share (TPS), pujian dan
pemberian skor merupakan bentuk motivasi ekstrinsik yang mendorong siswa untuk
melakukan usaha belajar dan mencapai hasil belajar.
2. Teori Konstruktivis
Menurut Martin, et al (1994) dalam Ratumanan (2004: 105), “Elemen kunci dari teori
konstruktivis adalah bahwa orang belajar secara aktif mengkonstruksikan pengetahuan
mereka sendiri, membandingkan informasi baru dengan pemahaman sebelumnya dan
menggunakanannya untuk menghasilkan pemahaman yang lebih baru.
Piaget (dalam Budiningsih, 2005: 35), juga mengatakan bahwa siswa secara aktif
bertanggung jawab dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka
sendiri sebagai pengembangan intelektualnya. Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus
menerus tumbuh dan berubah pada siswa menghadapi pengalaman baru yang memaksa
mereka membangun dan memodifikasi pengetahuan awal mereka.

I. Keefektifan Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif berarti ada efeknya
(akibatnya,pengaruhnya,kesannya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil.
Menurut Mulyasa (2004: 82) keefektifan adalah adanya kesesuaian antara orang yang
melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju, serta bagaimana suatu organisasi berhasil
mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasioanl.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat di kemukakan bahwa keefektifan berkaitan dengan
terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, dan adanya
partisipasi aktif dari anggota. Dengan demikian keefektifan merupakan suatu konsep yang
sangat penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseoarang
dalam mencapai tujuan.
Ketercapaian keefektifan model pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS)
dalam penelitian ini di dasarkan pada 4 aspek, yaitu 1) ketuntasan hasil belajar siswa tercapai,
2) Aktivitas siswa Aktif, 3) Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dapat di
kategorikan baik dan 4) respon siswa positif. (Depdiknas, 2004: 38)
keefektifan pembelajaran dapat ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Kualitas pembelajaran, adalah seberapa besar informasi yang disajikan sehingga siswa
dengan mudah dapat menpelajarinya
2. Kesesuaian tingkat pembelajaran, adalah sejauh mana guru memastikan tingkat kesiapan
siswa untuk mempelajari materi baru
3. Insentif, adalah seberapa besar usaha guru dalam memotivasi siswa untuk mengerjakan
tugas dan mempelajari materi yang diberikan
4. Waktu, lamanya waktu yang diberikan kepada siswa untuk mempelajari materi yang
diberikan. Pembelajaran akan efektif jika siswa dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan
waktu yang ditentukan
Keempat faktor tersebut harus diterapkan dengan baik oleh guru dalam pembelajaran, agar
kegiatan pembelajaran dapat berjalan baik.

Dalam penelitian ini keefektifan difokuskan pada aspek dibawah ini :
1)

Ketuntasan Belajar

Guru merupakan salah satu peran aktif yang mempengaruhi hasil belajar siswa, sebab guru
adalah pelaksana utama pembelajaran dikelas.
2)

Aktivitas Siswa
Dalam pembelajaran Kooperatif, siswa dituntut untuk aktif mengambil bagian agar
pengetahuan dari materi yang diajarkan menjadi informasi miliknya sendiri. Aktivitas siswa
sendiri adalah kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran baik bersifat fisik
maupun mental.

3)

Pengelolaan Pembelajaran
Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan
memberi fasilitas belajar bagi siswa yang mencapai tujuan.
Adapun peranan guru dalam pembelajaran kooperatif/kelompok terdiri dari 1) pembentukan
kelompok, 2) perencanaan tugas kelompok, 3) pelaksanaan dan 4) evaluasi hasil belajar
kelompok.


Kegiatan Pembelajaran

I. Persiapan
II. Pelaksanaan
a) Pendahuluan
 Menyampaikan sub indikator pembelajaran
 Memotivasi siswa
 Menjelaskan pembelajaran yang akan dilakukan
b) Kegiatan Inti
 Mempresentasikan materi pelajaran
 Tahap Think (berpikir) : Mengajukan LKS kepada siswa dan meminta siswa memikirkan
jawabannya secara mandiri.

 Tahap Pair (berpasangan) : Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar secara
berpasangan.
 Membimbing siswa mengerjakan LKS
 Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran dan mendorong dilakukannya keterampilan
kooperatif oleh siswa.
 Memberi petunjuk dan membimbing kepada kelompok yang mengalami kesulitan.
 Tahap Share (berbagi) : Membimbing siswa dalam menyajikan hasil diskusi kelompok.
 Membimbing siswa untuk mengajukan pertanyaan.
 Memberikan resitasi atau umpan balik
c). Penutup
 Mengumumkan pengakuan atau penghargaan.
 Membimbing siswa membuat rangkuman.

III. Pengelolaan Waktu
IV. Suasana kelas
 Siswa antusias
 Guru antusias
 Berpusat pada siswa
 Berpusat pada guru
4)

Respon atau Minat Siswa
Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai oleh tes, baik bentuk tes uraian
maupun objektif. Alat-alat bukan tes yang sering digunakan antara lain angket dan
wawancara. Angket atau wawancara pada umumnya digunakan untuk menilai
pendapat/pandangan seseorang serta harapan dan aspirasinya.

Kelebihan angket dari pada wawancara adalah sifatnya yang praktis, hemat waktu,
tenaga dan biaya. Sedangkan kelemahannya adalah jawaban sering tidak objektif, lebih-lebih
bila pertanyaan kurang tajam memungkinkan siswa berpura-pura.

J. Ruang Lingkup Materi
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar dari materi operasi hitung bentuk aljabar adalah:

mpetensi

: memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel

i Dasar

: memahami bentuk aljabar dan unsur – unsurnya
Melalui pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pada materi bentuk
aljabar yang disampaikan di kelas VII SLTP Gema ‘45 Surabaya.
Indikator Hasil Pembelajaran:
 Menyelesaikan operasi hitung (penjumlahan dan pengurangan) suku sejenis dan tak sejenis.
K. Penelitian Terdahulu
Penulisan sebelumnya yang terkait dengan pembelajaran kooperatif tipe Think-PairShare (TPS) diantaranya :
1. ”Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi pokok statistika siswa
kelas IX SMP Islam Darussalam Surabaya” oleh Amik Sunarlijah
Pada skripsi tersebut, dikatakan efektif karena keempat komponen ketuntasan belajar,
aktivitas siswa, pengalaman pembelajaran dan respon siswa dikatakan tuntas atau baik
2. ”Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan Think pair share materi
pokok lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 5 Surabaya” oleh Endang Sutrasmi
Pada skripsi tersebut, dikatakan efektif karena keempat komponen ketuntasan belajar,
aktivitas siswa, pengalaman pembelajaran dan respon siswa dikatakan tuntas atau baik

3. ”Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi fungsi di kelas VIII
SMP Negeri 4 Sidoarjo” oleh Heni Iliyanti
Pada skripsi tersebut, dikatakan efektif karena keempat komponen ketuntasan belajar,
aktivitas siswa, pengalaman pembelajaran dan respon siswa dikatakan tuntas atau baik
Berdasarkan penelitian diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa memberikan
suatu gambaran pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) efektif untuk
menguatkan penelitian ini.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Prosedur penelitian
1) Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif dan kualitatif yang
bertujuan untuk menggambarkan data yang berupa angka-angka hasil perhitungan rata-rata
maupun presentase dari hasil yang diperoleh dari pengamatan aktivitas siswa, kemampuan

guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam
pembelajaran matematika, hasil belajar dan respon siswa dengan kata-kata atau kalimat untuk
memperoleh kesimpulan.
2) Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tahap 1 : Persiapan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1. Permohonan izin ke sekolah yaitu SLTP Gema ’45 Surabaya
a.

Materi yang akan diteliti yaitu materi operasi hitung bentuk aljabar

b. Waktu yang digunakan dalam penelitian
c.

Yang bertindak sebagai guru dalam kegiatan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-

Share (TPS) adalah teman sejawat dari program studi pendidikan matematika, sedangkan
peneliti bertindak sebagai pengamat. Peneliti juga dibantu oleh dua pengamat yaitu satu
pengamat untuk mengamati pengelolahan pembelajaran dan satu pengamat lagi untuk
mengamati aktivitas siswa.
3. Menyusun sendiri instrumen penelitian yang tersedia dari lembar pengamatan
pengelolahan pembelajaran kooperatif dengan pendekatan kontekstual, lembar aktivitas
siswa, angket respon siswa dan soal tes hasil belajar siswa.
4. Menyusun sendiri perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pembelajaran (RP)
dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS).

Tahap 2 : Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1. Penerapan perangkat pembelajaran dan pengisian lembar pengamatan dalam proses
pembelajaran.

2. Pemberian tes dan lembar angket siswa

Tahap 3 : Analisis Data
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1. Menganalisis data yang diperoleh pada tahap pelaksanaan dengan menganalisa data tes
evaluasi, pengelolahan pembelajaran, aktivitas siswa selama pembelajaran dan respon siswa
dalam pembelajaran
2. Menyimpulkan data analisis

Tahap 4 : Pelaporan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah :
1. Mengumpulkan hasil data yang diperoleh pada tahap analisis, yang terdiri dari data hasil
tes akhir, pengelolaan pembelajaran, aktivitas siswa selama pembelajaran dan respon siswa
dalam pembelajaran.
2. Menyusunan laporan yang berisi hasil data tersebut, kemudian dilaporkan dalam bentuk
tulisan dalam skripsi ini
B. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SLTP Gema ‘45 Surabaya dengan subyek penelitiannya
adalah siswa kelas VII SLTP Gema ‘45 Surabaya tahun ajaran 20010/2011.

C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dengan desain “One Shoot Case
Study” yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan tertentu kepada
subyek penelitian, kemudian dilanjutkan dengan pendeskripsian hasil pengamatan terhadap
pengelolahan pembelajaran, aktivitas siswa dalam perlakuan, serta respon siswa dan hasil
belajar siswa sesudah perlakuan tersebut.
Desain penelitian ini dapat digambarkan dalam pola berikut :
X

====>

O

Keterangan :
X : treatment atau perlakuan
O : hasil observasi selama dan sesudah treatment
Treatment atau perlakuan yang dimaksud yaitu penerapan model pembelajaran
kooperatif dengan pendekatan kontekstual. Sedangkan hasil observasinya yaitu pengamatan
terhadap pembelajaran kooperatif dengan pendekatan kontekstual serta aktivitas siswa selama
perlakuan dan pemberian tes hasil belajar serta angket respon siswa sesudah perlakuan.

D. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah :
1. Rencana Pembelajaran (RP)
Rencana pembelajaran disusun untuk digunakan guru sebagai skenario pembelajaran
yang akan dilaksanakan dikelas yang telah di tentukan dalam penelitian ini. RP ini terdiri dari
Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Indikator pencapaian hasil belajar, kelengkapan
materi pembelajaran, dan kegiatan belajar mengajar yang akan dilaksanakan di kelas. Dalam
penelitian ini menggunakan 3 Rencana Pembelajaran (RP) selama penelitian.RP ini disusun

oleh peneliti dan dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing dan guru bidang
studi matematika yang bersangkutan.
2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
Lembar kegiatan siswa ini digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk membantu
siswa mencapai indikator pembelajaran. LKS diberikan setelah guru menerangkan materi
yang akan dipelajari dan peneliti membuat 3 LKS selama penelitian. LKS ini disusun oleh
peneliti sesuai dengan materi yang akan diteliti dan dikonsultasikan terlebih dahulu kepada
dosen pembimbing dan guru bidang studi matematika yang bersangkutan.
E. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Lembar Pengamatan
a. Lembar Pengamatan Pengelolahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS)
dalam Pembelajaran matematika.
Lembar pengamatan ini digunakan untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS)
dalam pembelajaran matematika.
Aspek - aspek pada istrumen ini meliputi aspek persiapan, pelaksanaan, pengelolaan waktu,
teknik bertanya guru, dan suasana kelas
b. Lembar Pengamatan Aktifitas Siswa
Lembar pengamatan ini digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam
pembelajaran matematika
Kategori pengamatan aktivitas siswa :
1.

Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru atau teman.

2.

Membaca atau memahami masalah dalam LKS.

3.

Menulis yang relevan dengan KBM.

4.

Mengerjakan LKS untuk menemukan pemecahan masalah yang terkait dalam materi
(Inkuiri).

5.

Bertanya atau berdiskusi antar siswa dalam kelompok secara berpasangan (masyarakat
beloajar, bertanya).

6.

Bertanya atau berdiskusi antara siswa dengan guru (bertanya).

7.

Menyajikan hasil diskusi kelompok (pemodelan).

8.

Menanggapi pertanyaan atau pendapat atau jawaban hasil diskusi kelompok lain.

9.

Merangkum materi yang telah dipelajari.

10.

Berperilaku yang tidak sesuai dengan KBM.
2. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam pembelajaran matematika. Bentuk angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket terbuka dimana siswa menjawab pertanyaan
pada angket dengan disertai alasannya
3. Soal Tes Hasil Belajar
Tes hasil belajar ini digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan siswa terhadap
materi pembelajaran dan untuk memperoleh ketuntasan belajar siswa. Tes ini diberikan
kepada siswa setelah pelaksanaan dengan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share
(TPS) dalam pembelajaran matematika. Soal tes disusun dalam bentuk subjektif dengan
tujuan untuk menghindari adanya spekulasi dalam menjawab soal, mengurangi adanya
kerjasama antar siswa dan melatih siswa menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan
ide-ide mereka sendiri.
F. Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis data yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, maka perolehan
data dalam penelitian ini dilakukan dengan :
1.

Metode Pengamatan
Data ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah data aktivitas siswa dan data pengelolaan
pembelajaran. Untuk memperoleh data pengelolahan pembelajaran, ditempuh dengan
melakukan pengamatan terhadap guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Think-Pair-Share (TPS) dalam pembelajaran matematika. Pengamatan dilakukan oleh dua
pengamat yang masing-masing membawa lembar pengamatan pengelolahan pembelajaran
kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dalam pembelajaran matematika.
2. Metode Angket
Pengumpulan data dengan metode angket dilakukan dengan cara menyiapkan lembar angket
respon siswa untuk dibagikan kepada siswa. Lembar angket dibagikan dan diisi oleh siswa
setelah kegiatan pembelajaran dan tes akhir dalam rencana materi yang akan diajarkan.
3. Metode Tes
Pengumpulan data dengan metode tes digunakan untuk memperoleh data berupa skor tes
hasil belajar siswa. Cara pengambilan skor, adalah sebagai berikut :
1) Bila jawaban benar dan setiap langkah sesuai dengan alternative jawaban maka akan
diberikan skor siswa dengan skor setiap langkah pada alternatif jawaban.
2) Bila langkah penyelesaian tidak sama dengan alternatif jawaban tetapi jawaban benar
maka tetap diberi skor penuh.
3) Bila soal dikerjakan dengan cara yang benar tetapi tidak sempurna atau salah seperti
kesalahan dalam menghitung, maka skor dikurangi sesuai dengan skor pada langkah yang
salah.
4) Bila tidak dikerjakan sama sekali, maka akan mendapat skor 0.

Data ini diperoleh dari tes akhir yang dilakukan setelah proses pembelajaran materi
yang selesai diterapkan.
G. Metode Analisis Data
Data hasil penelitian ini akan diolah dengan analisis kualitatif.
1. Analisis Ketuntasan Hasil Belajar
Untuk menganalisa data hasil belajar digunakan pernyataan sebagai berikut : secara individu
seorang siswa dikatakan telah berhasil menyerap pelajaran apabila skor yang diperoleh paling
sedikit 75. Apabila tingkat keberhasilan siswa kurang dari 75 maka dikatakan siswa tersebut
belum berhasil menyerap pelajaran yang diberikan (Depdiknas, 2004: 39).
Berdasarkan peryataan berikut, maka peneliti dapat menyatakan rumus sebagai berikut :
P=

Keterangan :
P = Persentase keberhasilan belajar
Suatu kelas dinyatakan telah mencapai tingkat keberhasilan dalam belajar jika P ≥ 75%
Seorang siswa dinyatakan berhasil dalam belajar jika skor yang diperoleh
≥ 65%
Seorang siswa dinyatakan belum berhasil dalam belajar jika skor yang diperoleh ≤ 65%.
2. Analisis Data Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif tipe Think-Pair-Share
(TPS) dalam Pembelajaran Matematika.
Data hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran dianalisis dengan mendiskripsikan
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Skala penelitian kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran ini dibuat peneliti dengan rentangan dari 1 sampai dengan 4 dengan
ketentuan sebagai berikut :

a. Nilai 1 untuk kategori tidak baik.
b. Nilai 2 untuk kategori kurang baik.
c. Nilai 3 untuk kategori baik.
d. Nilai 4 untuk kategori sangat baik.
Data yang diperoleh dianalisis dengan cara menghitung rata-rata

setiap aspek dari banyak pertemuan yang dilaksanakan. Kemudian nilai rata-rata tersebut
dikonfersikan dengan kriteria sebagai berikut :
Keterangan :
Ps : persentase aktivitas siswa setiap aspek
A : banyaknya aktivitas siswa setiap aspek
n : banyaknya aktivitas siswa secara keseluruhan
3. Analisis Data Aktivitas Siswa
Data hasil pengamatan siswa dianalisis dengan mendeskripsikan aktifitas selama
kegiatan pembelajaran berlangsung dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a.

Menghitung rata-rata frekuensi setiap kategori pada setiap pertemuan dari laporan

pengamat
b. Mencari presentase setiap kategori dengan cara membagi besarnya frekuensi dengan
jumlah frekuensi, kemudian dikalikan 100% untuk setiap kategori.
c.

Mencari rata-rata presentase untuk semua pertemuan

Adapun kategori pengamatan aktifitas siswa tersebut yaitu :
a.

Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru atau teman

b. Membaca atau memahami masalah dalam LKS
c.

Menulis yang relevan dengan kegiatan belajar mengajar

d. Mengerjakan LKS untuk menemukan pemecahan masalah yang terkait dalam materi
e.

Bertanya atau berdiskusi antar siswa dalam kelompok secara berpasangan

f.

Bertanya atau berdiskusi antar siswa dengan guru

g. Menyajikan hasil diskusi kelompok
h. Menanggapi pertanyaan atau pendapat atau jawaban hasil diskusi kelompok lain
i.

Merangkum materi yang akan dipelajari

j.

Berperilaku yang tidak sesuai dengan kegiatan belajar mengajar

Selanjutnya ditentukan kriteria aktivitas siswa :
a.

Aktivitas aktif
Indikator aktivitas siswa aktif adalah mendengarkan / memperhatikan penjelasan
guru, mengerjakan LKS, berdiskusi / bertanya antara siswa dengan guru, berdiskusi /
bertanya antar siswa, menyajikan hasil diskusi kelompok dan menangga

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

ANALISA BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN PENGANGKUT SAMPAH KOTA MALANG (Studi Kasus : Pengangkutan Sampah dari TPS Kec. Blimbing ke TPA Supiturang, Malang)

24 196 2

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN PUTUSAN REHABILITASI TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGGUNA NARKOTIKA (STUDI KASUS PUTUSAN NO : 130/Pid.B/2011/PN.LW)

7 91 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62