PENGARUH EARNING PER SHARE RETURN ON EQU

PENGARUH EARNING PER SHARE, RETURN ON EQUITY, NET
PROFIT MARGIN, INFLASI, DAN SUKU BUNGA TERHADAP
HARGA SAHAM
(Studi pada Perusahaan yang Masuk dalam Jakarta Islamic Index
Periode 2012-2015)
Reni Aulia
Fkultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh earning per share,
return on equity, net profit margin, inflasi dan suku bunga terhadap harga saham pada
perusahaan yang terdaftar di JII periode 2012-2015. Penelitian ini menggunakan data
skunder yang diperoleh dari laporan keuangan, annual report, company report, jurnaljurnal penelitian, dan data-data pustaka lainnya. Metode yang digunakan dalam
pemilihan sampel adalah purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 30 perusahaan yang terdaftar di JII tahun 2012 sampai dengan
2015. Data dianalisis menggunakan metode regresi linear berganda. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa Earning Per Share, Return on Equity, Net Profit Margin,
Inflasi, dan Suku Bunga secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap harga
saham.
Kata Kunci: Earning Per Share, Return On Equity, Net Profit Margin, Inflasi, Suku
Bunga, harga saham
PENDAHULUAN

Saham merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling populer
saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika
memutuskan untuk mendapatkan dana dari luar perusahan. Pada sisi yang lain, saham
merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham salah
satu indikator keberhasilan manajemen perusahaan. Jika harga saham suatu
perusahaan meningkat, investor atau calon investor menganggap bahwa perusahaan
sukses dalam mengelola bisnisnya. Dengan semakin meningkatnya permintaan
saham, harga saham pun akan semakin meningkat. Jika harga saham yang tinggi
dapat dipertahankan maka kepercayan investor atau calon investor terhadap emiten

juga lebih tinggi dan ini dapat meningkatkan nilai perusahan. Sebaliknya, jika harga
saham mengalami penurunan terus menerus berarti dapat menurunkan nilai emiten di
mata investor atau calon investor.
Earning PerShare (EPS) merupakan indikator yang paling sering
diperhitungkan oleh para investor sebelum mengambil keputusan berinvestasi karena
semua hasil yang dapat tercapai oleh perusahaan dapat memberikan dampak secara
langsung terhadap jumlah keuntungan yang didapat sesuai dengan jumlah saham
yang dimiliki. Semakin tinggi Earning Per Share (EPS), maka semakin tinggi juga
laba yang diterima investor. Hal tersebut akan menyebabkan investor akan tertarik
untuk membeli saham perusahaan tersebut. Ketertarikan para investor untuk membeli

saham di suatu perusahaan akan menyebabkan harga saham di suatu perusahaan
tersebut akan cenderung meningkat.
Retrun On Equity (ROE) adalah rasio penting bagi para pemilik dan
pemegang saham karena rasio tersebut menunjukan kemampuan perusahan dalam
mengelola modal dari pemegang saham untuk mendaptkan laba bersih. Kenaikan
Return on Equity biasanya diikuti oleh kenaikan harga saham perusahaan tersebut.
Semakin tinggi ROE berarti semakin baik kinerja perusahaan dalam pengelola
modalnya untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham.
Net Profit Margin (NPM) merupakan menunjukan seberapa besar persentase
laba bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Rasio ini menginterpretasikan
tingkat efisiensi perusahaan, yakni sejauh mana kemampuan perusahaan menekan
biaya-biaya operasionalnya pada periode tertentu. Semakin besar rasio ini semakin
baik karena kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui pendapatan
cukup tinggi serta kemampuan perusahaan dalam menekan biaya-biayanya cukup
baik. Sebaliknya, jika rasio ini semakin turun maka kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba melalui pendapatan dianggap cukup rendah. Selain itu,
kemampuan perusahan dalam menekan biaya-biayanya dianggap kurang baik sehinga
investor pun enggan untuk menanamkan dananya. Hal tersebut mengakibatkan harga
saham perusahaan ikut mengalami penurunan.
Perkembangan pasar modal syariah menunjukan kemajuan seiring dengan

meningkatnya indeks yang ditunjukan dalam Jakarta Islamic Index (JII). Peningkatan
indeks pada JII walapun tidak sebesar Indeks Harga saham (IHSG) tetapi kenaikan
secara persentase indeks pada JII lebih besar dari pada IHSG. Ini dikarenakan adanya
konsep, berkah dan bertambah pada pasar modal syariah mengunakan prinsip,
prosedur, asumsi, instrumentasi, dan aplikasi bersumber dari nilai epistemologi Islam.
Sejak Jakarta Islamic Index diluncurkan pada tahun 2000, trendyna terus meningkat.

Disisi lain, Indeks Harga Saham mengalami fluktuasi, begitu juga dengan indeks LQ45. Kondisi ini menunjukan bahwa kinerja Jakarta Islamic Index terus meningkat dan
lebih stabil walaupun relatif baru dibandingkan dengan IHSG dan LQ-45. JII
merupakan indeks yang berisi 30 perusahaan yang memenuhi kriteria investasi
berdasarkan syariah Islam. JII berisi saham-saham yang memenuhi kriteria syariah,
yaitu tidak mengandung unsur minum-minum keras, judi, serta tidak beroperasi pada
hal-hal yang dilarang dalam syariat Islam. Obyek dalam penelitian ini adalah pada
sektor perusahan yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII) karena perusahaan
yang terdaftar di JII kinerjanya terus meningkat.
KAJIAN TEORI
Harga Saham
Menurut Hendro (2014, hal. 357) saham merupakan penyertaan modal
seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan.
Pemegang saham dapat memperoleh keuntungan saham berupa 1) dividen yaitu

pembagian keuntungan yang dibagikan perusahaan; 2) Capital gain yaitu selisih
antara harga beli dan harga jual, terbentuk dari aktivitas perdagangan saham di pasar
sekunder. Maryanne (2009) mendefinisikan harga saham sebagai harga jual saham
sebagai konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli saham, sehingga
nilai pasar menunjukkan fluktuasi dari harga saham.
Harga saham adalah nilai dari penyertaan atau kepemilikan seseorang dalam
suatu perusahaan. Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan
suatu saham, maka harganya akan semakin naik. Dan sebaliknya jika semakin banyak
investor yang menjual atau melepaskan maka akan berdampak pada turunnya harga
saham (Aniesma, 2012).
Earning Per Share
Rasio ini menunjukan laba bersih yang berhasil diperoleh perusahaan untuk
setiap unit saham selama suatu periode tertentu. Menurut Gunawan (2011) Earning
Per Share (EPS) merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan kinerja
perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan ditentukan oleh laba perusahaan.
Apabila pemilik saham terdiri dari dua kelompok saham yaitu kelompok saham biasa
dan kelompok saham preferen, maka kelompok saham preferen akan memperoleh
bagian terlebih dahulu. Jadi laba bersih setelah dikurangi bunga dan hak-hak lain bagi
pemegang saham preferen merupakan laba yang tersedia untuk kelompok saham
biasa. Data laba per lembar saham sering dilaporkan dalam penerbitan laporan

keuangan perusahaan publik, dan digunakan secara luas oleh pemegang saham dan

penanam modal potensial dalam mengevaluasi kemampuan laba perusahaan.
Berdasarkan penelitian Pasaribu (2008), dan Tiningrrum (2011) bahwa EPS
berpengaruh positif terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur. Begitupula
dengan Priatinah dan Kusuma (2012) serta Ratih dkk. (2013) membuktikan bahwa
EPS pada perusahaan pertambangan berpengaruh positif terhadap harga saham.
Dengan memperhatikan kecendrungan dari hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan pada beberapa sektor perusahaan, maka dapat ditarik kesimpulan
sementara bahwa secara umum EPS berpengaruh signifikan atau berpengaruh positif
terhadap harga saham.
Suku Bunga
Suku bunga adalah harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu
atau harga dari penggunaan uang yang dipergunakan pada saat ini dan akan
dikembalikan pada saat mendatang (Herman (2003) dalam Rayun Sekar Meta (2005).
Keynes (Boediono, 1985) berpendapat bahwa tingkat suku bunga ditentukan
oleh permintaan dan penawaran uang. Dalam menghadapi kenaikan suku bunga, para
pemegang saham akan menahan sahamnya sampai tingkat suku bunga kembali pada
tingkat yang dianggap normal. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga jangka panjang
meningkat maka pemegang saham cenderung menjual sahamnya karena harga

jualnya tinggi. Kenaikan suku bunga akan sangat berpengaruh bagi pelaku pasar
modal. Pergerakan suku bunga SBI yang fluktuatif dan cenderung meningkat akan
mempengaruhi pergerakan sektor riil yang dicerminkan oleh pergerakan return
saham. Akibat meningkatnya suku bunga, para pemilik modal akan lebih suka
menanamkan uangnya di bank dari pada 27 berinvestasi dalam bentuk saham
(Dornbusch & Fischer (1992) dalam Rayun Sekar Meta (2005).
Dalam penelitian ini digunakan tingkat suku bunga SBI. Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai
pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto/bunga.
Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh
mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang.
Net Profit Margin
Net Profit Margin merupakan perbandingan antara laba bersih dengan
penjualan. Menurut Sudana (2011) NPM digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan penjualan perusahaan
yang dicapai perusahaan.
Margin laba bersih merupakan ukuran keuntungan dengan membandingkan

antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan dengan penjualan. Rasio ini
menunjukan pendapatan bersih perusahaan atas penjualan. (Kasmir 2012:200). Net

profit margin atau margin laba bersih merupakan keuntungan penjualan setelah
menghitung seluruh biaya dan pajak penghasilan. Margin ini menunjukan
perbandingan laba bersih setelah pajak dengan penjualan. (Harjito&Martono
2011:60).
Return On Equity
Return on Equity (ROE) merupakan salah satu dari rasio profitabilitas yang
digunakan untuk mengetahui tingkat pengembalian atas investasi yang ditanamkan
oleh pemegang saham atau investor yang dapat dihitung dengan membagi laba
setalah pajak atau Net Income After Tax (NIAT) terhadap modal sendiri yang berasal
dari setoran modal pemilik. ROE digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian
perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Semakin
tinggi resiko ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat,
demikian pula sebaliknya. (Kasmir 2012: 204). Untuk melihat tingkat investasi
dengan menggunakan dana yang berasal dari pemilik perusahaan. (Prastowo
2011:92).
Inflasi
Inflasi adalah ukuran ekonomi yang memberikan gambaran tentang
meningkatnya harga rata-rata barang dan jasa yang diproduksi pada suatu sistem
perekonomian. Inflasi juga diartikan suatu keadaan yang ditandai dengan
peningkatan harga-harga pada umumnya atau turunya nilai mata uang yang beredar.

Indikator inflasi adalah sebagai berikut; a). Indeks Harga Konsumen (IHK),
Merupakan indikator yang umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan
harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari
paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Tingkat inflasi di Indonesia
biasanya diukur dengan Indeks Harga Konsumen. b). Indeks Harga Perdagangan
Besar, merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga dari komoditikomoditi yang diperdagangkan di suatu daerah.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif. Pendekatan
penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
statistik/kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang ditetapkan
(Sugiyono, 2011:8).
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang tercatat dalam
JII (Jakarta Islamic Indeks) pada tahun 2012-2015. Sampel penelitian diambil secara
purposive sampling yaitu metode dimana pemilihan sampel pada karakteristik

populasi yang sudah diketahui sebelumnya dengan kriteria sebagai berikut:
a.

Perusahaan yang terdaftar di JII berturut-turut pada tahun 2012-2015

b.

Perusahaan yang melaporkan secara publik laporan keuangan tahunan dalam
tahun fiskal yang berakhir 31 Desember yang telah diaudit untuk masa tahun
2012-2015

c.

Penelitian pengumpulan laporan keuangan menggunakan data-data yang dapat
dari Bursa Efek Indonesia dan mendownload situs di internet yaitu
http://www.idx.com dan harga saham yaitu http://www.finance.yahoo.com

Variabel Dependen
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel independen (Supomo 1999, h.63). Dalam penelitian ini variabel

dependennya adalah harga saham.
Variabel Independen
1. Earning Per Share
Earning per share diukur dengan membandingkan laba bersih dengan
jumlah saham yang beredar. Skala yang digunakan adalah skala rasio. Dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
EPS =

lababersih setelah pajak
jumlah saham yang beredar

2. Net Profit Margin

Net profit margin diukur dengan membandingkan laba bersih dengan
penjualan bersih. Skala yang digunakan adalah skala rasio dan satuan ukur
persentase. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
NPM =

laba bersih setelah pajak
Penjualan Bersih


x 100%

3. Return On Equity
Return on equity diukur dengan membandingkan laba bersih dengan ekuitas.
Skala yang digunakan adalah skala rasio dan satuan ukur persentase. Dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

ROE =

laba bersih setelah pajak
Ekuitas

x 100%

HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Tabel 1
Hasil Statistik Deskriptif

Variabel

N

Minimum

Maximum

Mean

Stad. Deviation

Harga saham

56

910.0000

37000.00

10604.66 8898.586

EPS

56

23.20000

1590.400

607.0879 465.7043

ROE

56

5.410000

125.8100

26.53286 28.01223

NPM

56

5.330000

35.52000

16.34786 7.153316

Inflasi

56

3.350000

8.380000

6.097500 2.317988

Suku Bunga

56

5.770000

7.540000

6.827500 0.752787

Variabel harga saham dengan jumlah data (N) sebanyak 56, memiliki nilai
terkecil atau minimum 910.0000 dan nilai terbesar atau maximum 37000.00. Nilai
rata-rata (mean) harga saham dari 56 pengamatan adalah 10604.66 dengan nilai
standar deviasi sebesar 8898.586.
Variabel EPS dengan jumlah data (N) sebanyak 56, memiliki nilai terkecil
atau minimum 23.20000 dan nilai terbesar atau maximum 1590.400. Nilai rata-rata
(mean) EPS dari 56 pengamatan adalah 607.0879 dengan nilai standar deviasi sebesar
465.7043.
Variabel ROE dengan jumlah data (N) sebanyak 56, memiliki nilai terkecil
atau minimum 5.410000 dan nilai terbesar atau maximum 125.8100. Nilai rata-rata
(mean) ROE dari 56 pengamatan adalah 26.53286 dengan nilai standar deviasi
sebesar 28.01223.
Variabel NPM dengan jumlah data (N) sebanyak 56, memiliki nilai terkecil
atau minimum 5.330000 dan nilai terbesar atau maximum 35.52000. Nilai rata-rata
(mean) NPM dari 56 pengamatan adalah 16.34786 dengan nilai standar deviasi
sebesar 7.153316.
Variabel inflasi dengan jumlah data (N) sebanyak 56, memiliki nilai terkecil
atau minimum 3.350000 dan nilai terbesar atau maximum 8.380000. Nilai rata-rata
(mean) inflasi dari 56 pengamatan adalah 6.097500 dengan nilai standar deviasi
sebesar 2.317988.
Variabel suku bunga dengan jumlah data (N) sebanyak 56, memiliki nilai
terkecil atau minimum 5.770000 dan nilai terbesar atau maximum 7.540000. Nilai
rata-rata (mean) suku bunga dari 56 pengamatan adalah 6.827500 dengan nilai
standar deviasi sebesar 0.752787.
Estimasi Uji Penelitian
Tabel 2
Hasil Olah Data Random Effect Model
Dependent Variable: HARGA SAHAM
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)

Date: 12/08/16 Time: 11:36
Sample: 2012 2015
Periods included: 4
Cross-sections included: 14
Total panel (balanced) observations: 56
Swamy and Arora estimator of component variances
Variabl
e
C

Coefficient Std. Error

-6984.945
EPS
11.60188
ROE
165.3776
NPM
-133.1011
INFLASI
18.15310
SUKU BUNGA 1204.473

4136.835
1.324346
25.46293
84.96962
147.5410
495.3227

t-Statistic
-1.688476
8.760456
6.494836
-1.566455
0.123038
2.431693

Prob.
0.0975
0.0000
0.0000
0.1235
0.9026
0.0187

Effects
Specification
S.D.

Cross-section
random
Idiosyncratic
random

Rho

2282.722 0.4636
2455.408 0.5364
Weighted
Statistics

R-squared

0.693333

Mean dependent var

Adjusted R-squared 0.662666

S.D. dependent var

S.E. of regression

2734.372

Sum squared resid

F-statistic

22.60865

Durbin-Watson stat

Prob(F-statistic)

0.000000

5023.05
5
4707.90
4
3.74E+0
8
2.01718
6

Unweighted
Statistics
R-squared

0.841016

Mean dependent var

10604.6

Sum squared resid

6.92E+08

Durbin-Watson stat

6
1.42405
6

Sumber: data diolah dengan E-Views 8
Berdasarkan tabel 2 diatas, maka dihasilkan persamaan model
Random Effect sebagai berikut:
HARGA SAHAM

= -6984.94 + 11.60*EPS + 165.37*ROE
-133.10*NPM
18.15*INFLASI
+
1204.47*SUKU_BUNGA

Konstanta sebesar -6984,94 menyatakan bahwa jika semua variabel
independen (EPS, ROE, NPM, Inflasi, dan Suku Bunga) memiliki nilai nol, maka
nilai variabel dependen (Harga Saham) yang terjadi adalah sebesar -6984,94.
Koefisien regresi variabel Earning Per Share sebesar 11,60 dan bertanda
positif, ini menunjukan EPS memiliki hubungan yang searah dengan harga saham.
Hal ini menyatakan bahwa setiap kenaikan satu satuan EPS akan menaikan harga
saham sebesar 11,60 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lain dalam
model regresi ini dianggap tetap.
Koefisien regresi variabel Return on Equity sebesar 165,37 dan bertanda
positif, ini menunjukan ROE memiliki hubungan yang searah dengan harga saham.
Hal ini menyatakan bahwa setiap kenaikan satu satuan ROE akan menaikan harga
saham sebesar 165,37 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lain dalam
model regresi ini dianggap tetap.
Koefisien regresi variabel Net Profit Margin sebesar 133,10 dan bertanda
negatif, ini menunjukan NPM memiliki hubungan yang berlawanan dengan harga
saham. Hal ini menyatakan bahwa setiap kenaikan satu satuan NPM akan menurnkan
harga saham sebesar 133,10 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lain
dalam model regresi ini dianggap tetap.
Koefisien regresi variabel inflasi sebesar 18,15 dan bertanda positif, ini
menunjukan inflasi memiliki hubungan yang searah dengan harga saham. Hal ini
menyatakan bahwa setiap kenaikan satu satuan inflasi akan menaikan harga saham
sebesar 18,15 satuan dengan asumsi bahwa variabel independen lain dalam model
regresi ini dianggap tetap.
UJI HIPOTESIS

Koefisien Determinasi (��)
Besarnya nilai R-Square pada tabel 2 adalah sebesar 0,693333. Angka tersebut
menjadi dasar menghitung koefisien determinasi. Nilai koefisien determinasi adalah
sebesar 69% memiliki arti bahwa model regresi yang didapatkan mampu menjelaskan
hubungan antara variabel Earning Per Share, Return On Equity, Net Profit Margin,
Inflasi, dan Suku Bunga terhadap Harga Saham dan sisanya 31% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukan dalam model penelitian ini.
Uji Simultan (Uji F)
Berdasarkan tabel 2 diatas, nilai Prob. (F-Statistic) sebesar 0,000000 lebih
kecil dari tingkat signifikansi 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
Earning Per Share (X1), Return on Equity (X2), Net Profit Margin (X3), Inflasi (X4)
dan Suku Bunga (X5) secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap Harga
Saham (Y).
Uji T
1) Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Harga Saham
Hasil pengujian menunjukan bahwa Earning Per Share berpengaruh positif
terhadap harga saham yang berarti adanya hubungan yang searah antara nilai EPS
dengan harga saham perusahaan. Semakin meningkatnya nilai EPS maka harga
saham perusahaan juga mengalami peningkatan. Besarnya koefisien regresi variabel
EPS sebesar 11,60 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan EPS akan
menaikan harga saham sebesar 11,60 satuan dengan asumsi variabel independen yang
lain dianggap tetap. Hasil uji t nilai prob. t hitung sebesar 0,0000. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel EPS signifikan pengaruhnya terhadap
harga saham, hal ini dapat dilihat dari nilai prob. t hitung α 0,05 (0,0000 ≤ 0,05).
2) Pengaruh Return on Equity (ROE) terhadap Harga Saham
Berdasarkan hasil Pengujian menunjukan bahwa Return on Equity berpengaruh
positif terhadap harga saham yang berarti adanya hubungan yang searah antara nilai
ROE dengan harga saham perusahaan. Semakin meningkatnya nilai ROE maka harga
saham perusahaan juga mengalami peningkatan. Besarnya koefisien regresi variabel
ROE sebesar 165,37 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan ROE akan
menaikan harga saham sebesar 165,37 satuan dengan asumsi variabel independen
yang lain dianggap tetap. Hasil uji t nilai prob. t hitung sebesar 0,0000. Berdasarkan
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel ROE signifikan pengaruhnya
terhadap harga saham, hal ini dapat dilihat dari nilai prob t hitung α 0,05 (0,0000 ≤
0,05).
3) Pengaruh Net Profit Margin (NPM) terhadap Harga Saham

Berdasarkan hasil Pengujian menunjukan bahwa Net Profit Margin berpengaruh
negatif terhadap harga saham yang berarti adanya hubungan yang berlawanan antara
nilai NPM dengan harga saham perusahaan. Besarnya koefisien regresi variabel NPM
sebesar 133,10 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan NPM akan
menurunkan harga saham sebesar 133,10 satuan dengan asumsi variabel independen
yang lain dianggap tetap. Hasil uji t nilai prob. t hitung sebesar 0,1235. Berdasarkan
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel NPM tidak signifikan pengaruhnya
terhadap harga saham, hal ini dapat dilihat dari nilai prob t hitung α 0,05 (0,0014 ≤
0,05).
4) Pengaruh Inflasi terhadap Harga Saham
Berdasarkan hasil pengujian menunjukan bahwa inflasi berpengaruh positif
terhadap harga saham yang berarti adanya hubungan yang searah antara hubungan
inflasi dan harga saham perusahaan. Besarnya koefisien regresi variabel inflasi
sebesar 18,15 menyatakan bahwa setiap penambahan satu satuan inflasi akan
menaikan harga saham sebesar 18,15 satuan dengan asumsi variabel independen yang
lain dianggap tetap. Hasil Uji t prob. t hitung sebesar 0,9026. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak signifikan pengarunya
terhadap harga saham, hal ini dapat dilihat dari nilai prob. t hitung α 0,05 (0,9026 ≥
0,05).
5) Pengaruh Suku Bunga terhadap Harga Saham
Berdasarkan hasil pengujian menunjukan bahwa suku bunga berpengaruh positif
terhadap harga saham yang berarti adanya hubungan yang searah antara nilai suku
bunga dengan harga saham perusahaan. Semakin meningkatnya nilai suku bunga
maka harga saham perusahaan juga mengalami peningkatan. Besarnya koefisien
regresi variabel suku bunga sebesar 1204,47 menyatakan bahwa setiap penambahan
satu satuan suku bunga akan menaikan harga saham sebesar 1204,47 satuan dengan
asumsi variabel variabel independen yang lain dianggap tetap. Hasil uji t nilai prob. t
hitung sebesar 0,0000. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel
suku bunga signifikan pengaruhnya terhadap harga saham, hal ini dapat dilihat dari
nilai prob t hitung α 0,05 (0,0187 ≤ 0,05).
KESIMPULAN
1. Earning Per Share, Return on Equity, Net Profit Margin, Inflasi, dan Suku Bunga
secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap harga saham.
2. Earning Per Share berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham
perusahaan yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII) periode 2012-2015.
3. Return on Equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham

perusahaan yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII) periode 2012-2015.
4. Net Profit Margin berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Harga Saham
perusahaan yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII) periode 2012-2015.
5. Inflasi berepngaruh positif dan tidak signifikan terhadap Harga Saham perusahaan
yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII) periode 2012- 2015.
6. Suku Bunga berepngaruh positif dan signifikan terhadap Harga Saham perusahaan
yang masuk dalam Jakarta Islamic Index (JII) periode 2012- 2015.
REFERENSI
Ayu, Ida Made Aletheari dan I Ketut Jati. 2013. Pengaruh Price Earning Ratio,
Earning PerShare, dan Book Value Per Share pada Harga Saham. Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, Vol.17 No. 2 ISSN: 2302-8556
Fauziah, Karina dkk. 2014. Pengaruh Dividen Per Share, Return on Asset, dan Debt
To Equity Ratio Terhadap Harga Saham (Studi pada Perusahaan
Property, Real Estate And Building Contruction yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia 2010-2012). Jurnal Administrasi Bisnis, Vol.1 No. 1
Heri, Agung Setyawan. 2009. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan
Harga Saham pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Skripsi, Universitas Negeri Semarang.
Pangemanan, Vanessa. 2013. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Kurs Rupiah
Terhadap Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 20072011. Jurnal Dinamika Manajemen, Vol. 1 ISSN: 2338-123X
Pangestika, Styfanda. 2015. Analisis Estimasi Model Regresi Data Panel dengan
Pendekatan Common Effect Model, Fixed Effect Model (FEM), dan
Random Effect Model (REM). Skripsi, Universitas Negeri Semarang.
Ponggohong, Jaqualine O.Y. dkk. 2016. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap
Harga Saham (Studi Pada Perusahaan Ritel yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2010-2013). Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi.
Prakoso, Heri. 2014. Pengaruh Kinerja Keuangan dan Beta Saham Terhadap Harga
Saham Pada Perusahaan yang Masuk di JII Tahun 2008-2011. Skripsi,
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Suyati, Sri. 2015. Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Nilai Tukar Rupiah/Us
Dollar Terhadap Return Saham Properti yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang, Vol. 4 No.3 ISSN: 23022752

Atin Rianti, 2015. Pengaruh Roe, Eps, Tingkat Bunga Sbi, Tingkat Inflasi dan Nilai
Tukar Rupiah Terhadap Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal
Perbanas Review, Vol. 1, No. 1
Tri Hendra Purnomo, Nurul Widyawati, 2013. Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga,
dan Inflasi Terhadap Return Saham pada Perusahaan Properti. Jurnal
Ilmu & Riset Manajemen, Vol. 2 No. 10
Anak Agung Gde Aditya Krisna, Ni Gusti Putu Wirawati, 2013. Pengaruh Inflasi,
Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi Pada Indeks Harga Saham
Gabungan di Bei. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol. 3 No. 2:
421-435. ISSN: 2302-8556
Umi Mardiyati, Ayi Rosalina, 2013. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Tingkat Suku
Bunga dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Studi Kasus Pada
Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Riset
Manajemen Sains Indonesia (JRMSI), Vol. 4, No. 1
Sari Puspita Dewi, Rahmat Hidayat Ilman, 2014. Pengaruh Net Profit Margin dan
Return On Assets Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Otomotif
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal ILMAN, Vol. 1, No. 1, pp.
1-10. ISSN: 2355-14881
Azis Muhamad Subhan, 2016. Pengaruh Net Profit Margin, Return On Equity dan
Earning Per Share Terhadap Harga Saham Perusahaan Industri Barang
Konsumsi Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2011.
Jurnal Profita Edisi 3

Utami, Mudji dan Rahayu, Mudjilah. 2003. Peranan Profitabilitas, Suku Bunga,
Inflasi dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia
Selama Krisis Ekonomi. Jurnal Akuntansi dan Pasar Modal.
Setyawan, Aditya. 2010. Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga, Dan Nilai Tukar
Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Akuntansi Dan Pasar Modal.
Prihantini, Ratna, 2009. Analisis Pengaruh inflasi, nilai tukar, RO A, DER dan CR
Terhadap Return Saham Sektor properti di Bursa Efek Indonesia. Tesis.
Undip. Semarang.
Husaini, A. 2012. Pengaruh Variabel Return on Assets, Return on Equity, Net Profit
Margin dan Earning per Share terhadap Harga Saham. Jurnal Profi, Vol.
6, No. 1.