Hubungan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan peningkatan prestasi belajar fisika mengenai induksi elektromagnetik di SMP Bunda Maria Pamanukan - USD Repository

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang tak dapat dipisahkan dari

  kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara berkembang seperti Indonesia, sangat dipengaruhi oleh perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan martabat manusia. Melalui pendidikan itulah diharapkan dapat tercapai peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

  Peningkatan mutu pendidikan di sekolah berkaitan langsung dengan siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Keberhasilan pendidikan di sekolah dapat diketahui dari motivasi siswa dalam belajar. Keberhasilan siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya dari diri siswa, orang tua, dan guru.

  Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan untuk memperoleh hasil yang optimal. Menurut Sugandi, dkk. (2000: 27), kegiatan belajar dilakukan oleh siswa sehingga siswa harus aktif. Dengan bantuan guru, siswa harus mampu mencari, menemukan dan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dirangsang dan dengan mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa juga dapat berlatih untuk berfikir kritis dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

  Terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Gagne dan Briggs (dalam Yamin, 2007: 84) faktor-faktor tersebut di antaranya: 1.

  Memberikan dorongan atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

  2. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa).

  3. Meningkatkan kompetensi belajar kepada siswa.

  4. Memberikan stimulus (masalah,topik, dan konsep yang akan dipelajari).

  5. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

  6. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

  7. Memberi umpan balik (feed back).

  8. Melakukan tagihan-tagihan kepada siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.

  9. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pelajaran.

  Prestasi belajar merupakan hasil dari usaha-usaha yang telah dilakukan. Belajar Fisika memerlukan suatu strategi yang tepat supaya hasil yang dicapai maksimal dan berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Guru harus dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dan juga mempunyai cara-cara yang menarik sehingga peserta didik mempunyai minat yang tinggi terhadap pembelajaran fisika dan mendorong kemandirian siswa dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru, berlatih menjelaskan hasil pekerjaannya kepada teman yang lain, serta bekerjasama dan hubungan dengan siswa lain, keaktifan siswa dalam mengajukan ide pada guru, memberikan tanggapan atau komentar terhadap siswa lain, dan bertanya kepada guru tentang materi yang disampaikan.

  Guru sebagai pendidik dan pengajar bertugas untuk memberi kemudahan kepada siswa dalam menerima ilmu atau materi yang telah diajarkan. Menurut Isjoni (2007: 62), seorang guru harus memiliki sikap-sikap sebagai berikut: 1.

  Mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan.

  2. Membantu dan mendorong siswa untuk mengungkapkan dan menjelaskan keinginan dan pembicaraannya, baik secara individual maupun kelompok.

  3. Membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan serta membantu kelancaran belajar mereka.

  4. Membina siswa agar setiap orang merupakan sumber yang manfaat bagi yang lainnya.

  5. Menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran dalam bertukar pendapat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Dalam pembelajaran di kelas, siswa tidak hanya diam, tetapi aktif melakukan kegiatan, yang berhubungan dengan pembelajaran. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengambil judul skripsi tentang “Hubungan Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran dan Peningkatan Prestasi Belajar Fisika Mengenai Induksi Elektromagnetik di SMP Bunda Maria Pamanukan ”.

B. Perumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, secara umum masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan: “Apakah terdapat hubungan keaktifan belajar siswa dan peningkatan prestasi belajar fisika pada materi Induksi Elektromagnetik pada siswa kelas IX SMP Bunda Maria Pamanukan

  ?” Adapun perumusan masalah secara khusus dapat dirinci sebagai berikut: 1.

  Bagaimanakah keaktifan siswa dalam proses pembelajaran fisika pada materi Induksi Elektromagnetik?

  2. Bagaimanakah prestasi belajar awal siswa pada topik Induksi Elektromagnetik sebelum mengikuti pembelajaran? 3.

  Bagaimanakah prestasi belajar akhir siswa setelah mengikuti pembelajaran?

  4. Apakah ada peningkatan prestasi belajar siswa setelah mengikuti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  5. Adakah hubungan korelasional antara keaktifan dalam proses belajar dan prestasi belajar siswa?

C. Pembatasan Masalah

  Untuk mempermudah dan menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penafsiran judul, maka masalah ini dibatasi pada:

1. Aktif dalam belajar siswa dibatasi pada keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran fisika di sekolah.

  2. Prestasi belajar siswa dibatasi pada penguasaan materi terhadap pelajaran fisika yang berupa nilai pre tes dan pos tes pada pokok bahasan Induksi Elektromagnetik.

D. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

  Mengetahui hubungan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan peningkatan prestasi belajar fisika pada siswa kelas IX SMP Bunda Maria Pamanukan.

2. Mengetahui prestasi belajar fisika siswa kelas IX SMP Bunda maria Pamanukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  3. Mengetahui ada tidaknya pengaruh postitif yang berarti (signifikan) dari keaktifan siswa dalam proses pembelajaran terhadap peningkatan prestasi belajar fisika siswa kelas IX SMP Bunda maria Pamanukan.

E. Manfaat atau Kegunaan Penelitian 1.

  Manfaat atau Kegunaan Teoritis a.

  Sebagai suatu karya ilmiah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya maupun masyarakat pada umumnya mengenai hubungan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan prestasi belajar fisika siswa kelas IX SMP Bunda maria Pamanukan.

  b.

  Menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai keaktifan siswa dalam proses pembelajaran maupun prestasi belajar fisika kelas

  IX SMP Bunda Maria Pamanukan.

  c.

  Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan penelitian yang sejenis pada waktu yang akan datang.

2. Manfaat atau Kegunaan Praktis a.

  Menyebarluaskan informasi mengenai arti pentingnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran untuk mendukung pencapaian prestasi belajar secara optimal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  b.

  Sebagai calon pendidik pelajaran pendidikan fisika, pengetahuan dan pengalaman selama mengadakan penelitian ini dapat diinformasikan kepada peserta didik pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II DASAR TEORI A. Pembelajaran Konstruktivistik 1. Arti Dari Pembelajaran Konstruktivistik Proses belajar konstruktivistik adalah pemberian makna oleh siswa

  kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran strktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas. Oleh sebab itu, pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan siswa dalam memproses gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan siswa dan lingkungan belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya dikaitkan dengan sistem penghargaan dari luar seperti nilai, ijasah, dan sebagainya (Sajarwo Anggai dalam http: //sajarwo87.wordpress.com).

  a.

  Peran siswa. Siswa harus aktif dalam melakukan kegiatan, aktif berfikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang dipelajari. Guru seharusnya dapat memberikan peluang optimal bagi terjadinya proses belajar. Namun, yang menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa sendiri. Paradigma konstruktivistik memandang siswa sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Kemampuan awal tersebut adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  menjadi dasar dalam mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu, meskipun kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan dasar pembelajaran dan pembimbingan.

  b.

  Peran guru. Guru membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut memahami jalan pikiran siswa dalam belajar.

  Guru tidak dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah sama dan sesuai dengan kemauannya.

  c.

  Sarana Belajar. Segala sesuatu seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan siswa dalam mengkonstruksikan pengetahuan sendiri. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya tentang sesuatu yang dihadapinya. Dengan demikian siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berfikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, dan mampu mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional.

  d.

  Evaluasi Belajar. Lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi pengetahuan, serta aktivitas-aktivitas lain yang didasarkan pada pengalaman. Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa realitas ada pada pikiran seseorang. Manusia mengkonstruksi dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Teori konstruktivistik mengakui bahwa siswa akan dapat menginterprestasikan informasi kedalam pikirannya, hanya pada konteks pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar belakang, dan minatnya.

  Bentuk-bentuk evaluasi konstruktivistik dapat diarahkan pada tugas- tugas autentik, mengkonstruksi pengetahuan yang menggambarkan proses berfikir yang lebih tinggi seperti tingkat “penemuan”.

2. Proses Mengkonstruksi Pengetahuan

  Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan menggunakan inderanya. Melalui interaksinya dengan objek dan lingkungannya, misalnya dengan melihat, mendengar, menjamah, membau, atau merasakan, seseorang dapat mengetahui sesuatu. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ditentukan melainkan sesuatu proses pembentukan. Semakin banyak seseorang berinteraksi dengan objek dan lingkungannya, pengetahuan, dan pemahamannya akan objek dan lingkungan tersebut akan meningkat dan lebih rinci.

  Von Galserfeld (dalam Paul Suparno, 1996) mengemukakan bahwa ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan, yaitu; a. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  b. Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan.

  c. Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya.

  Faktor-faktor yang juga mempengaruhi proses mengkonstruksi pengetahuan adalah konstruksi pengetahuan yang telah ada, domain pengalaman, dan jaringan struktur kognitif yang dimilikinya. Proses dan hasil konstruksi pengetahuan yang telah dimiliki seseorang akan menjadi pembatas konstruksi pengetahuan yang akan datang. Pengalaman akan fenomena yang baru menjadi unsur penting dalam membentuk dan mengembangkan pengetahuan. Keterbatasan pengalaman seseorang pada suatu hal juga akan membatasi pengetahuannya akan hal tersebut.

  Pengetahuan yang telah dimiliki orang tersebut akan membentuk suatu jaringan struktur kognitif dalam dirinya.

3. Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivisme

  Perspektif konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang lebih menekankan pada proses dari pada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai penting. Dalam proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Sebagai upaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan menggunakan pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan yang dimiliki.

  Dengan demikian, pemahaman atau pengetahuan dapat dikatakan bersifat subyektif oleh karena sesuai dengan proses yang digunakan seseorang untuk mengkonstruksi pemahaman tersebut.

  Teori belajar konstruktivisme disumbangkan oleh Jean Piaget (dalam http: //wong-q-to.blog.com), yang merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor konstruktivisme. Pandangan- pandangan Jean Piaget seorang psikolog kelahiran Swiss (1896-1980), percaya bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari, dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran yaitu:

  1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karenanya guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

  3. Bahan yang dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tapi tidak asing.

  4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

  5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-teman.

  Belajar, menurut teori belajar konstruktivisme bukanlah sekedar menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pen galaman. Pengetahuan bukanlah hasil ”pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari ”pemberian” tidak akan bermakna.

  Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam setiap individu (dalam http: //desyrahmawati48.blogspot.com).

B. Keaktifan Siswa

  Pembelajaran yang baik menurut tuntutan kurikulum adalah guru harus mampu melibatkan siswa, agar keadaan cara belajar siswa aktif dapat berlangsung sesuai dengan harapan. Untuk itu guru harus berupaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  pelaksaannya, seringkali dijumpai siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar kurang kondusif. Apabila hal tersebut dibiarkan, maka hal ini akan berdampak pada kualitas hasil pembelajaran yang dicapai siswa menjadi rendah.

  Menurut Sardiman (2001: 98), aktifitas belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Sedangkan Rohani (2004: 6-7) berpendapat bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik adalah siswa giat- aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain, ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat, atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktifitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Saat siswa aktif jasmaninya, dengan sendirinya juga aktif jiwanya, begitu juga sebaliknya.

  Guru dapat menciptakan suasana pembelajaran yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar si pembelajar ke arah belajar seumur hidup melalui komponen Belajar Aktif. Proses pembelajaran tidak akan terjadi dengan baik jika salah satu dari 3 hal ini tidak ada yaitu: Guru (pemberi pesan), pesan atau informasi, dan peserta didik (penerima pesan). Winarno Surahmad (1994) menjelaskan bahwa di dalam proses pembelajaran selalu ditekankan pengertian interaksi yaitu hubungan aktif multi arah antara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  pendidik dan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik yang lainnya, pendidik dan peserta didik dengan sumber belajar.

  Keaktifan belajar siswa adalah keikutsertaan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran di kelas, baik pada saat guru menerangkan maupun pada saat siswa berdiskusi. Keaktifan siswa dapat dilihat dari: 1.

  Perhatian siswa terhadap penjelasan guru.

  2. Kerjasama dalam kelompok.

  3. Kemampuan siswa mengemukakan pendapat.

  4. Saling membantu dalam memecahkan masalah.

C. Perubahan Konsep

  Belajar adalah proses mental dan emosional atau bisa disebut juga sebagai proses berfikir dan merasakan. Ada beberapa pendapat yang dipaparkan oleh para ahli mengenai belajar (dalam http: //proskripsi.blogspot.com).

  Hamalik (1995) berpendapat, belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Sedangkan menurut Nana Syaodih (1970), belajar adalah segala perubahan tingkah laku baik yang berbentuk kognitif, afektif maupun psikomotor dan terjadi melalui proses pengalaman. Konsep belajar juga dikemukakan oleh Robert dan Davies (1995) bahwa belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai suatu fungsi praktis atau pengalaman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang dilakukan sehingga membuat suatu perubahan perilaku yang berbentuk kognitif, afektif, maupun psikomotor. Dari pemahaman tentang pengertian belajar tadi, terdapat tiga atribut pokok (ciri utama) belajar, yaitu proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.

1. Proses Belajar Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif.

  Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi akan terasa oleh yang bersangkutan (orang yang sedang belajar itu). Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Yang dapat diamati oleh guru ialah manifestasinya, yaitu kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut. Sebagai contoh: siswa bertanya, siswa menjawab pertanyaan, siswa menanggapi, siswa melakukan diskusi, siswa menjawab soal, siswa mengamati sesuatu, siswa melaporkan hasil pekerjaannya, siswa membuat rangkuman, dan sebagainya. Kegiatan-keiatan tersebut hanya akan muncul jika adanya aktifitas mental (pikiran dan perasaan). Bila siswa tersebut duduk sambil menyimak pelajaran yang kita jelaskan, maka siswa itu belajar, karena pada saat menyimak pelajaran terjadi aktifitas mental. Tetapi apabila siswa duduk sambil melamun atau pikirannya melayang- layang kepada hal di luar pelajaran yang sedang diajarkan, jelas siswa tersebut tidak mempelajari pelajaran yang diajarkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2. Perubahan Perilaku Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku.

  Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan motorik, atau penguasaan nilai- nilai (sikap). Menurut para ahli psikologi tidak semua perubahan perilaku dapat digolongkan ke dalam hasil belajar. Perubahan perilaku karena kematangan (umpamanya seorang anak kecil dapat merangkak, duduk, atau berdiri, berjalan lebih banyak disebabkan oleh kematangan dari pada oleh belajar). Demikian pula perubahan perilaku yang tidak disadari karena meminum minuman keras, tidak digolongkan ke dalam perubahan perilaku hasil belajar.

  Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan), dimana proses mental dan emosional terjadi. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga ranah (kawasan), yaitu: pengetahuan (kognitif), keterampilan motorik (psikomotorik), dan penguasaan nilai-nilai atau sikap (afektif). Di dalam pembelajaran perubahan perilaku sebagai hasil belajar tersebut dirumuskan di dalam rumusan tujuan pembelajaran.

  Perubahan tingkah laku tidak dapat diamati dengan cepat, tapi membutuhkan waktu yang relatif lama. Misalnya seorang anak oleh kedua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  berkomunikasi, memiliki tanggung jawab, semua perilaku ini perubahannya memakan waktu yang relatif lama, namun perubahan tersebut akan relatif permanen menerap pada diri seorang anak. Perubahan hasil belajar juga dapat ditandai dengan perubahan kemampuan berfikir. Untuk itu seorang guru harus mampu mengembangkan proses pembelajaran yang melatih kemampuan berfikir kritis, misalnya biasa mengembangkan kemampuan memecahkan masalah melalui model pembelajaran problem solving dan masih banyak lagi model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis. Oleh karena perubahan perilaku siswa dalam proses pembelajaran sebagai sasaran satu tujuan yang harus dicapai, maka perubahan perilaku harus dirumuskan lebih dulu dalam suatu rumusan tujuan pembelajaran, sehingga dalam suatu proses pembelajaran akan lebih terukur pencapaian perubahan perilaku yang diharapkan.

  3. Pengalaman Belajar adalah mengalami, artinya belajar terjadi di dalam interaksi antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik, contohnya: buku, media, perpustakaan, alam sekitar. Lingkungan sosial contohnya: guru, siswa, pustakawan, kepala sekolah. Lingkungan pembelajaran yang baik adalah lingkungan yang dapat menstimulasi dan menantang siswa untuk belajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Induksi Elektromagnetik 1.

  Terjadinya GGL Induksi Michael Faraday (1991

  • –1867), seorang ilmuwan dari Jerman mengacu pada penemuan Oersted bahwa arus listrik dapat menghasilkan medan magnet. Karena termotivasi oleh gagasan tersebut kemudian pada tahun 1822, Faraday memulai melakukan percobaan-percobaan. Pada tahun 1831 Faraday berhasil membangkitkan arus listrik dengan menggunakan medan magnet. Hasil percobaan Faraday adalah sebagai berikut.

  a.

  Arus listrik terjadi ketika magnet bergerak mendekat atau menjauh dan tidak terjadi ketika magnet dalam keadaan diam.

  b.

  Gerakan magnet mendekat dan menjauh menimbulkan perubahan medan magnet. Dengan demikian arus listrik yang terjadi karena adanya perubahan medan magnet.

  c.

  Semakin cepat perubahan medan magnet terjadi, arus yang timbul semakin besar. Ini artinya kecepatan perubahan fluks magnetik mempengaruhi besar kecil arus listrik.

  d.

  Arus dan beda potensial akibat perubahan fluks magnetik dinamikan arus dan tegangan induksi.

  e.

  Gejala timbulnya arus dan tegangan akibat perubahan fluks magnetik dikenal dengan induksi elektromagnetik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Prinsip Kerja Dinamo dan Generator

  Terjadinya arus induksi dan GGL induksi antara lain dengan cara kutub magnet digerakkan di dekat kumparan atau kumparan digerakkan di dekat kutub magnet. Karena kita menggerakkan kutub magnet berarti terdapat energi gerak atau energi kinetik. Jadi, dalam proses terjadinya arus induksi terdapat perubahan energi gerak menjadi energi listrik. Akibat gerakan magnet di dalam suatu kumparan menimbulkan arus induksi yang secara langsung adanya energi lisrik yang ditimbulkan. dalam kehidupan sehari- hari berikut ini adalah peralatan yang menerapkan prinsip GGL induksi.

  a.

  Dinamo Sepeda Gambar 1. Dinamo Sepeda.

   ada yang menerapkan magnet sebagai stator (bagian yang diam) dan kumparan sebagai rotor (bagian yang berputar), tetapi pada umumnya menggunakan magnet sebagai rotor. Magnet berputar dekat kumparan yang berinti besi sebagai stator. Akibat perputaran magnet, garis gaya magnet yang memotong kumparan berubah-ubah akibatnya timbul GGL induksi pada ujung-ujung kumparan. Arus induksi akan mengalir sehingga lampu menyala, semakin cepat perputaran roda sepeda semakin terang nyala lampu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  b.

  Generator Arus Bolak-balik

  

Gambar 2. Generator Arus Bolak-balik

  Generator merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan energi listrik, generator terbagi menjadi generator arus bolak-balik dan generator arus searah.Generator arus bolak-balik disebut juga alternator terdiri dari magnet, kumparan yang berinti besi, cincin luncur dan sikat karbon. Pada PLTA, generator dihubungkan dengan sudu-sudu yang dapat diputar oleh aliran air terjun, putaran sudu-sudu menyebabkan kumparan berputar. Ketika kumparan berputar terjadi perubahan fluks magnet yang dilingkup oleh kumparan tersebut, akibatnya pada kumparan akan mengalir arus induksi. GGL induksi dari kumparan dihubungkan dengan cincin sikat karbon ke rangkaian di luar generator. Selanjutnya listrik yang dihasilkan generator bisa ditransmisikan ke rumah-rumah.

  c.

  Generator Arus Searah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

Gambar 3. Generator Arus Searah

  Generator arus searah (DC) memiliki satu cincin yang dibelah sehingga dinamakan cincin belah atau komutator. Kedua sikat karbon bersentuhan dengan kedua cincin belah secara bergantian, sehingga salah satu sikat karbon selalu berpolaritas positif dan yang lain berpolaritas negatif. Hal ini menyebabkan arus listrik induksi yang mengalir ke luar generator adalah searah (DC).

  3. Prinsip Kerja Transformator (Trafo) Transformator adalah sebuah alat untuk menaikkan atau menurunkan tegangan arus bolakbalik. Transformator sering disebut trafo. Sebuah transformator terdiri atas sebuah inti besi. Pada inti besi digulung dua lilitan, yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Gambar 4. Transformator Prinsip kerja tranformator adalah sebagai berikut.

  a.

  Kumparan primer dihubungkan kepada sumber tegangan yang hendak diubah besarnya. Karena tegangan primer itu tegangan bolak-balik, maka besar dan arah tegangan itu berubah-ubah.

  b.

  Dalam inti besi timbul medan magnet yang besar dan arahnya berubah- ubah pula. Perubahan medan magnet ini menginduksi tegangan bolak- balik pada kumparan sekunder. Dari sebuah percobaan dapat ditunjukkan, bahwa: a.

  Perbandingan antara tegangan primer Vp dengan tegangan sekunder Vs sama dengan perbandingan antara jumlah lilitan primer Np dan lilitan sekunder Ns.

  b.

  Perbandingan antara kuat arus primer Ip dengan kuat arus sekunder Is sama dengan perbandingan jumlah lilitan sekunder dengan lilitan primer.

  Dari kedua pernyataan tersebut dapat dituliskan secara singkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Ada dua hal perlu dipahami untuk transformator ini, yaitu: a.

  Transformator hanya digunakan untuk menaikkan atau menurunkan tegangan arus bolak balik (AC), tidak untuk arus searah (DC) b. Transformator tidak dapat memperbesar daya listrik yaitu tidak dapat memperbesar banyaknya daya yang masuk kedalam transformator tersebut.

4. Efisiensi Tranformator

  Efisiensi tranformator, adalah persentase harga perbandingan antara besar energi yang dilepas transformator tiap sekon pada kumparan sekunder dengan energi yang diterima transformator setiap sekon pada kumparan primer. Energi tiap sekon disebut daya. Oleh karena itu, efisiensi dapat dinyatakan dalam perbandingan daya sekunder, Ps dan daya primer, Pp, kali 100 % dan dapat ditulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5. Karakteristik Transformator dan penerapannya a.

  Trasformator Step-Up (Penaik tegangan) i.

  Jumlah lilitan kumparan primer selalu lebih kecil dari jumlah lilitan kumparan sekunder, (Np < Ns)

  ii.

  Tegangan primer selalu lebih kecil dari tegangan sekunder, (Vp < Vs).

  iii.

  Kuat arus primer selalu lebih besar dari kuat arus sekunder, (Ip> Is) b. Trafo step-down i.

  Jumlah lilitan kumparan primer selalu lebih besar dari jumlah lilitan kumparan sekunder, (Ip> Ns)

  ii.

  Tegangan primer selalu lebih besar dari tegangan sekunder (Vp > Vs) iii. Kuat arus primer selalu lebih kecil dari kuat arus sekunder, (Ip< Is)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, karena penelitian ini

  menggambarkan keadaan apa adanya, tanpa adanya perlakuan atau treatment khusus yang diberikan kepada subyek.

  Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitif. Metode analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data keaktifan belajar dan peningkatan prestasi belajar, sedangkan metode analisis kualitatif khusus digunakan untuk menganalisis data video keaktifan siswa selama belajar Induksi Elektromagnetik di kelas.

  Penelitian ini terfokus pada pengukuran hubungan antara dua fenomena, yakni keaktifan siswa dan peningkatan prestasi belajar siswa kelas IX SMP Bunda Maria Pamanukan. Data yang didapat dari analisis kuantitatif keaktifan dan peningkatan prestasi belajar adalah berupa angka yang akan di analisis korelasinya dengan menggunakan korelasi pearson.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  B. Desain Penelitian Tahap I Penyusunan Instrumen

  Pengambilan Data Analisis Data Tahap II Pre Tes

  Pre Tes Tahap III Data Prestasi Proses Pembelajaran

  Belajar Observasi keaktifan Siswa

  Analisis Data Tahap IV Pos tes

  Data Keaktifan Pos tes Siswa Analisis

  Korelasi Kesimpulan C. Subjek Penelitian

  Subjek penelitian adalah siswa kelas IX SMP Bunda Maria Pamanukan, dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Instrumen Penelitian

  Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen pengambilan data sebagai berikut: a.

  Observasi Observasi merupakan metode atau cara-cara yang menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung.

  Pada penelitian ini, peneliti mengobservasi aktifitas siswa selama pembelajaran fisika di kelas pada pokok bahasan induksi elektromagnetik.

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA DALAM KBM

  Nama sekolah : SMP Bunda Maria Pamanukan Mata pelajaran : Fisika Bahan kajian/konsep : Induksi Elektromagnetik Kelas/Semester : IX / Genap Hari/Tanggal :

  Aktivitas siswa selama KBM A.

  Mempersiapkan buku-buku dan perlengkapan belajar fisika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  B.

  Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru C. Membaca buku siswa dan LKS D.

  Mengerjakan tugas E. Mengajukan pertanyaan F. Menanggapi pertanyaan G.

  Berdiskusi bersama teman Aktifitas siswa selama KBM

  No A B C D E F G Jumlah siswa

  0 1 0 1 0 1 0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2 b.

  Pre Tes Pre tes diberikan sebelum pembelajaran. Pre tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan diajarkan. Kisi

  • – kisi soal yang digunakan pada soal pre tes dan pos tes adalah sama, yaitu sebagai berikut. Tabel 1. Format kisi-kisi soal Pre tes dan Pos tes No.

  Materi Konsep Soal Soal

  Induksi Pengertian

  1 Menjelaskan Elektromagnet induksi pengertian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  elektromagnetik Induksi

  2 Elektromagnetik Menjelaskan pengertian ggl induksi elektromagnetik

  Hubungan ggl Menjelaskan dengan induksi hubungan antara elektromagnetik ggl dengan medan

  4 magnet

  7 Menjelaskan perubahan bentuk energy

  Penerapan Menerapkan induksi induksi elektromagnetik elektromagnetik

  3,5 dalam kehidupan sehari-hari

  Mengetahui cara kerja alat yang 6 menggunakan prinsip induksi elektromagnetik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Perhitungan Menghitung besaran induksi besaran-besaran

  8 elektromagnetik pada transformator

  9,10 Menghitung efisiensi trafo c.

  Pos tes Soal pos tes merupakan soal yang diberikan kepada siswa setelah proses pengajaran berakhir (Sudjana, 1987: 117). Dalam penelitian ini, pos tes dilakukan setelah materi yang diberikan telah selesai. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan prestasi belajar yang diperoleh siswa.

  d.

  Video Video adalah teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan, dan menata ulang gambar bergerak.

  Video juga bisa dikatakan sebagai gabungan gambar-gambar mati (frame) yang dibaca berurutan dalam suatu waktu dengan kecepatan tertentu (frame rate) (Arif Pratama dalam http://putraarifxmmb.blogspot.com).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan video sebagai alat bantu untuk mengambil data pembelajaran, terutama data keaktifan siswa di kelas.

E. Validitas

  Validitas dapat menentukan apakah suatu tes dapat mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan. Validitas menunjuk pada kesesuaian, penuh arti, berguna kesimpulan yang dibuat peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulanya valid bila sesuai dengan tujuan penelitian (Suparno, 2000).

  Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan validitas isi, yaitu derajat dimana sebuah tes evaluasi mengukur cakupan substansi yang ingin diukur. Untuk mendapatkan validitas isi memerlukan dua aspek penting, yaitu validitas isi dan validitas teknik sampling.Validitas isi mencakup khususnya, hal-hal yang berkaitan dengan apakah item-item evaluasi menggambarkan pengukuran dalam cakupan yang ingin diukur.

  Sedangkan validitas teknik sampling pada umumnya berkaitan dengan bagaimanakah baiknya suatu sampel tes mempresentasikan total cakupan isi (Sukardi, 2008).

  Lembar observasi digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keaktifan siswa pre tes dan pos tes dibuat berdasarkan kisi-kisi soal. Soal pre tes dan pos tes untuk mengukur prestasi belajar siswa pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dari 10 soal uraian yang sama, tetapi pada soal perhitungan angka diubah. Soal pre tes, pos tes, dan lembar observasi dikatakan telah valid, karena telah dikonsultasikan dan disetujui oleh dosen pembimbing.

  Uji normalitas dilakukan kepada data keaktifan dan data prestasi belajar. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua data tersebut sudah terdistribusi dengan normal ataukah belum, karena untuk melakukan uji korelasi data keaktifan dan prestasi belajar, kedua datanya harus terdistribusi secara normal.

F. Metode Analisis Data

  Langkah-langkah dalam menganalisis data dapat dilakukan sebagai berikut.

1. Analisis Lembar Observasi

  Data keaktifan siswa didapat dengan menganalisis lembar pengamatan siswa. Aktifitas yang diamati terdiri dari 7 (tujuh) kegiatan, dimana masing-masing kegiatan mempunyai tingkat gradasi yang berbeda.

  Data keaktifan siswa adalah berupa skor ordinal. Agar data keaktifan tersebut dapat dikorelasikan dengan prestasi belajar, maka data tersebut diubah menjadi data skor. Penskoran keaktifan siswa dapat dilakukan dengan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  No siswa Aktifitas siswa selama KBM

  Jumlah A B C D E F G 0 1 0 1 0 1 0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2 Untuk aktifitas A,B, dan C, gradasi nya adalah 0 dan 1, dimana 0 adalah YA dan 1 adalah TIDAK.

  Sedangkan untuk aktifitas D, E, F, dan G, gradasinya adalah 0, 1, 2. Untuk aktifitas D: 0 = Tidak melakukan tugas.

  1 = Mengerjakan tugas, tetapi tidak semua tugas dikerjakan.

  2 = Mengerjakan semua tugas yang diberikan. Untuk aktifitas E: 0 = Tidak mengajukan pertanyaan.

  1 = Mengajukan pertanyaan hanya satu kali. 2 = Mengajukan pertanyaan lebih dari satu kali. Untuk aktifitas F: 0 = Tidak menanggapi pertanyaan.

  1 = menanggapi pertanyaan hanya satu kali. 2 = menanggapi pertanyaan lebih dari satu kali. Untuk aktifitas G: 0 = Tidak berdiskusi dengan teman.

  1 = Hanya sekali berdiskusi dengan teman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  2 = Lebih dari sekali berdiskusi dengan teman. Skor akhir keaktifan setiap siswa didapat dengan menjumlahkan skor tiap-tiap aktifitas.

  Jumlah = skorA+skorB+skorC+skorD+skorE+skorF+skorG 2.

  Analisis pemahaman awal sebelum pembelajaran dan pemahaman akhir setelah pembelajaran.

  Data hasil pre tes dan pos tes menggunakan teknik weight

  system , yaitu pemberian angka untuk setiap nomor soal tidaklah sama,

  bergantung pada tingkat kesukaran yang dimiliki oleh setiap soal (Sudjana, 1987: 119).

  Berdasarkan bobot soal yang digunakan, maka data hasil penelitiannya dianalisis dengan cara sebagai berikut.

  a.

  Memberi skor berdasarkan kebenaran jawaban yang diberikan siswa untuk setiap soal.

  Tabel 3. Pemberian Skor untuk masing

  • – masing Kriteria Rentang Skor Skor Kriteria Jumlah Soal Setiap Soal Maksimum Pengertian induksi

  2 – 10

  20 elektromagnetik Hubungan ggl

  2

  20

  • – 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  elektromagnetik Penerapan induksi

  3

  30

  • – 10 elektromagnetik Perhitungan besaran induksi

  3

  60

  • – 20 elektromagnetik

  Jumlah Skor 130 Pemberian rentang skor pada soal perhitungan besaran induksi elektromagnetik lebih besar dibandingkan dengan soal lain, karena soal ini mempunyai tingkat kesukaran yang lebih tinggi. Sedangkan soal lainnya mempunyai tingkat kesukaran yang sepadan, yakni dengan rentang skor 0 – 10.

  b.

  Menjumlahkan skor dari jawaban yang diperoleh siswa dalam setiap soal.

  c.

  Mengkonversikan jumlah skor pre tes dan pos tes dalam bentuk persentase.

  Skor yang diperoleh setiap siswa (%): Keterangan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  S = Skor setiap siswa (%) Ss = Jumlah skor yang diperoleh siswa Sm = Skor maksimum = 130 Prestasi belajar adalah selisih dari skor pos tes dengan pre tes dengan rumus sebagai berikut:

  

Prestasi belajar = nilai pos tes

  • –nilai pre tes 3.

  Koefisien korelasi Pearson Untuk mencari apakah ada hubungan atau kaitan antara variabel X

  (keaktifan siswa) dan variabel Y (prestasi belajar), kita menggunakan alat dalam statistik yang disebut korelasi (Suparno, 2006: 45).

  Korelasi diukur dengan koefisien korelasi, yang nilai terbesarnya adalah 1. Koefisien korelasi Pearson dicari dengan rumusan matematis berikut:

  Dimana, r xy = koefisien korelasi pearson

  x i = variabel X (Keaktifan Siswa)

  = rata-rata variabel X

  y i = variabel Y (Prestasi Belajar)

  = rata-rata variabel Y

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi

  ρ tidak sama dengan nol

  dan apakah memang ada korelasi antara keaktifan belajar dengan prestasi belajar, maka dilakukan tes sebagai berikut (Suparno, 2006).

  1) = 0 (hipotesa nol), ada korelasi antara keaktifan siswa dengan

  xy

  Ho: ρ prestasi belajar siswa.

  2)

  xy ≠ 0 (hipotesa alternatif), tidak ada korelasi antara keaktifan

  Hi: ρ siswa dengan prestasi belajar siswa.

  3) Significant level α = 0.05

  4) Df = derajat kebebasan N – 2 (N = jumlah pasangan) 5) crit (koefisien critical) dicari dari tabel korelasi dan daerah rejeksi. r 6) Menghitung koefisien korelasi (r ) dengan rumus perhitungan di atas.

  obs

  7) (koefisien korelasi perhitugan) jatuh dalam

  obs

  Kesimpulan: jika r daerah rejeksi, maka hipotesa nol di tolak. Bila tidak, maka diterima.

  Bila |r | > |r | maka signifikan.

  obs crit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data penelitian dilakukan selama 2 hari, dimana hari

  pertama adalah pengambilan data pos tes dan observasi keaktifan siswa dan hari kedua pengambilan data pos tes. Pre tes dilakukan sebelum siswa menjalankan kegiatan belajar, dilakukan selama 30 menit. Kemudian kegiatan pembelajaran dilakukan selama 2x40 menit (2 jam pelajaran). Pos tes dilakukan di pertemuan berikutnya, dengan lama pos tes adalah 1 jam pelajaran (40 menit).

  Penelitian dilaksanakan pada tanggal 8 dan 10 Januari 2013. Berikut ini adalah kegiatan yang dilakukan selama penelitian: Pre tes, observasi siswa : Selasa, 8 Januari 2013 Pos tes : Kamis, 10 Januari 2013 B.

   Data 1.

  Data keaktifan siswa selama pembelajaran di kelas Dari hasil penelitian, berikut adalah skor keaktifan yang diperoleh oleh masing-masing siswa selama proses pembelajaran dengan materi induksi elektromagnetik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Tabel 4. Skor keaktifan siswa.

  No Siswa Skor Keaktifan

  1

  3

  2

  4

  3

  4

  4

  4

  5

  5

  6

  6

  8

  4

  9

  2

  10

  3

  11

  7

  12

  5

  13

  5

  14

  3

  15

  4

  16

  5

  17

  5

  18

  4

  19

  4

  20

  6

  21

  4

  22

  3

  23

  5

  24

  7

  25

  5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Data Prestasi Belajar Siswa

  60

  18

  88

  83

  17

  80

  38

  16

  76

  21

  15

  36

  25

  14

  60

  19

  45

  42

  58

  20

  50

  70

  21

  47

  63

  22

  50

  85