Studi kasus gambaran pengaruh sistem sekolah terhadap perilaku kenakalan siswa di sekolah X - USD Repository

  

Studi Kasus Gambaran Pengaruh Sistem Sekolah Terhadap

Perilaku Kenakalan Siswa di Sekolah X

  SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Oleh : Fera Elsarina Naipospos

  NIM : 069114020

  

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

  Halaman Motto Kamu tidak akan pernah bisa menyeberangi lautan apabila takut melupakan pantai

  (Christopher Columbus) Di setiap hembusan nafasmu, ingat selalu ada doa Mama disitu...

  (Love From Mom)

  

Halaman Persembahan

Karya ini kupersembahkan untuk :

Tuhan Allah Bapaku yang Maha Penyabar,

  

Papa, Mama, Adik-adikku,

Seluruh Keluarga besar,

Teman bertukar pikiran Rafael

Segenap Dosen dan seluruh warga Fakultas Psikologi

  

Teman-teman angkatan 2006

almamater kebanggaanku

Terima Kasih

  

STUDI KASUS GAMBARAN PENGARUH SISTEM SEKOLAH TERHADAP

PERILAKU KENAKALAN SISWA DI SEKOLAH X

Fera Elsarina Naipospos

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan ingin memahami kasus kenakalan remaja berdasarkan situasi yang alamiah dan sesuai dengan konteks dimana peristiwa itu terjadi sehingga dapat diperoleh gambaran menyeluruh mengenai pengaruh sistem sekolah terhadap perilaku kenakalan siswa di sekolah X. Narasumber dalam penelitian ini terdiri atas guru BK, guru mata pelajaran, anggota komite sekolah dan siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan desain studi kasus. Sedangkan data penelitian diperoleh dari proses wawancara, observasi dan dokumentasi data berupa catatan konseling serta transkrip nilai rapot salah satu narasumber siswa. Kemudian proses pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis tematik sehingga dapat mengarah pada pengembangan konsep yaitu mendapat data konkrit berupa kata kunci, tema, kategori, hubungan antar kategori serta mengembangkan teori. Tema–tema yang muncul dalam penelitian ini antara lain : adanya peluang ketidakdisiplinan, guru memberi contoh yang kurang baik, sistem kepemimpinan kepala sekolah, dampak sistem sekolah yang kurang maksimal, faktor penyebab kenakalan di sekolah, perwujudan sistem sekolah, adanya tuntutan pekerjaan dalam sistem, dan ketidakdisiplinan di dalam sekolah. Kata kunci : kenakalan remaja, remaja, sekolah

  

CASE STUDY OVERVIEW EFFECT SCHOOL SYSTEM AGAINST

DELIQUENCY STUDENT BEHAVIOR ON X SCHOOL

Fera Elsarina Naipospos

ABSTRACT

  This study aims to understand the case of juvenile delinquency based on the

natural situation and in accordance with the context in which it happened so as to obtain

an overall picture of the school system influence the behavior of students in X

delinquency school. Resource persons in this study consisted of teachers BK, subject

teachers, school committee members and students. The research method used is

descriptive qualitative approach to the design case studies. While the research data

obtained from the interviews, observation and documentation of data in the form of

counseling records and transcripts report one student speaker. Then the data processing

in the study done by the thematic analysis that could lead to the development of the

concept of getting concrete data in the form of keywords, themes, categories,

relationships between categories and developing theory. The themes that emerged in this

study include: the opportunity indiscipline, teachers gave examples of poor, school

leadership system, the impact of the school system less than the maximum, the factors

causing mischief at school, school system embodiment, the demands of work in the

system, and indiscipline in schools.

  Keywords: juvenile delinquency, juvenile, school

KATA PENGANTAR

  Pujian dan rasa syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan yang diberikan selama pengerjaan skripsi. Penulis menyadari banyak orang telah menjadi inspirasi selama pengerjaan skripsi. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih pada beberapa orang tersebut, yakni :

  1. Sylvia Carolina MYM, S.Psi, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi atas pengertian, waktu, energi, pembelajaran, dan tentunya doa selama pengerjaan skripsi.

  2. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani. S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  3. Bapak Prof. Dr. Augustinus Supratiknya selaku Dosen Pembimbing Akademik semester I-VIII atas pendampingannya selama ini.

  4. Ibu Agnes Indar Etikawati S.Psi. Psi. M.Si. atas kepercayaan dan bimbingan ketika penulis menjadi Asisten Mata Kuliah Tes Proyektif TAT / CAT.

  5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi atas pendidikan dan bimbingan selama penulis menjalankan masa studi.

  6. Karyawan Fakultas Psikologi (Mas Muji, Mas Doni, Mbak Nanik, Mas Gandung dan Pak Gi) dan seluruh karyawan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Terima kasih atas bantuan selama masa kuliah dan selama pengerjaan skripsi.

  7. Semua teman-teman dalam berbagai kepanitian yang ada di Fakultas Psikologi

  8. Rafa, Iwel, Leo dan keluarga atas segala semangat yang membuat pengerjaan ini lebih mudah.

  9. Rateh, Rara, Devi, Emak, Cika, Nobi, Viany, Ari, Arya, Paimun, Komeng, Abe, Nita, Wayan, Coro, Adit, Satria, Windy, Berto, Aji, Liem, Herman, Tante, Mami, Endy, Piping, Wulan, Made, Wandan, Ely, Ike, Riani, Jina, Chris, Bruder Pras, Yoga, Erisa, Mia, Tari, Dita, Sha-Sha, Timo, Ance, Andin, Thea, Nita Sinaga, Tya, Melida, Lingga, Spy, Brijit, Jeny Wulandari, Hayu, Ayu, Manto, Guntur, Lisa “Mumun” dan semua teman-teman angkatan 2006. Keberadaan kalian membuat masa-masa kuliah menjadi indah dan selalu kompak.

  10. Kakak-kakak angkatan yang banyak membantu selama ini Mas Koen, Mbak Jesy, Mbak Matilda, Mbak Tyas (asisten kognitif), Mbak Asti (asisten grafis), Mbak Fera (asisten TAT), Mbak Galuh, Mbak Ucik, Mas Bagwan, Ko Ronald atas pinjaman bukunya, Mas Alit, Bang Printa, serta mas dan mbak lainnya yang belum disebut, terima kasih atas keceriaannya selama ini.

  11. Anak-anak kos putri “Ayu” Mbak Ocha, Mbok Esi, Mbok Eva, Mbok Ulik, Mbak Dewi, Mbak Desty, Mbak Tika, Mbak Tya, Mbak Rizka, Teta, Nuri, Dek Anggi Gendut, Dek Nisa, Dek Gita, Dek Anggita, Astie, Mbok Devi, Gek Ayu, Dini, Mbak Dwi, Tata, Mbak Vita, Mbak Ika, Mayang, Mas Sugi, Mas Mail, Mas Susilo dan semua mantan anak kos yang udah pada pindah.

  12. Khususnya pada kedua orangtua, adik Dewi, adik Jefri dan almarhum adik Cahya. Sepupu-sepupuku Mbak Ely, Mas Bagus, Mas Bayu, Mega, Nunuk,

  Eyang putri, Opung doli dan Opung boru, pakde, bude, om, tante dan semua kerabat. Terima kasih atas kesabaran dan dukungan baik secara langsung maupun dalam doa.

  13. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih pada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

  Penulis menyadari keterbatasan dalam penelitian. Oleh karenanya, penulis terbuka akan kritik, saran, dan informasi tambahan guna membuat penelitian ini lebih baik.

  Yogyakarta, 2011 Fera Elsarina Naipospos

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN......................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii HALAMAN MOTTO..................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................................... vi ABSTRAK.................................................................................................... vii ABSTRACT.................................................................................................... viii ix LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH....................... KATA PENGANTAR.................................................................................... x DAFTAR ISI................................................................................................... xiii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xix BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................

  1

  1 A. Latar Belakang Masalah.................................................................

  B. Rumusan Masalah..........................................................................

  5 C. Tujuan Penelitian............................................................................

  5 D. Manfaat Penelitian..........................................................................

  5

  BAB II. LANDASAN TEORI........................................................................

  17 2. Perkembangan Remaja............................................................

  25 E. Gambaran Sekolah X....................................................................

  24 5. Kepala Sekolah Sebagai Bagian dari Sistem..........................

  23 4. Karakteristik Sekolah..............................................................

  23 3. Pengertian Sekolah..................................................................

  22 2. Karakteristik Sistem................................................................

  22 1. Pengertian Sistem....................................................................

  21 D. Sistem Sekolah..............................................................................

  18 3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja.......................................

  17 1. Pengertian Remaja..................................................................

  7 A. Kenakalan Remaja........................................................................

  16 C. Remaja..........................................................................................

  14 2. Problema Sosial......................................................................

  14 1. Pranata Sosial..........................................................................

  11 B. Kontrol Sosial...............................................................................

  10 5. Latarbelakang Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja.......

  8 4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Nakal...........................

  7 3. Karakteristik Remaja yang Nakal...........................................

  7 2. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja.........................................

  7 1. Pengertian Kenakalan Remaja................................................

  28

  F. Pengaruh Sistem Sekolah terhadap Perilaku Kenakalan Siswa di

  33 Sekolah..........................................................................................

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN......................................................

  38 A. Pendekatan Penelitian................................................................

  38 B. Batasan Kasus............................................................................

  39 C. Subyek Penelitian......................................................................

  40 D. Metode Pengumpulan Data........................................................

  41 1. Teknik Wawancara...............................................................

  41 2. Teknik Observasi..................................................................

  44 3. Dokumentasi Data.................................................................

  45

  46 E. Teknik Analisis Data..................................................................

  1. Reduksi Data........................................................................

  46 2. Penyajian Data.....................................................................

  47 3. Menarik Kesimpulan............................................................

  47 F. Kredibilitas Data........................................................................

  48 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................

  50 A. Gambaran Setting Penelitian......................................................

  50

  55 B. Hasil Penelitian..........................................................................

  1. Adanya Peluang Ketidakdisiplinan.......................................

  55 2. Guru Memberi Contoh Kurang Baik....................................

  56 3. Sistem Kepemimpinan Kepala Sekolah................................

  56

  4. Dampak Sistem Sekolah yang Kurang Maksimal................

  57 5. Faktor Penyebab Kenakalan di Sekolah...............................

  57

  58 6. Perwujudan Sistem Sekolah.................................................

  7. Adanya Tuntutan Perkerjaan dalam Sistem..........................

  60 8. Ketidakdisiplinan dalam Sistem Sekolah.............................

  60 C. Pembahasan................................................................................

  62 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................

  68 A. Kesimpulan................................................................................

  68 B. Keterbatasan Penelitian..............................................................

  69 C. Saran..........................................................................................

  70

  71 DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... LAMPIRAN....................................................................................................

  73

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Wawancara.......................................................................................

  43 Tabel 2 Observasi..........................................................................................

  45 Tabel 3 Kode Organisasi Data.......................................................................

  48

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema Teoritis..................................................................................

  37

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Wawancara Guru BK 1............................................................

  75 Lampiran 2 Wawancara Korban..................................................................

  78 Lampiran 3 Wawancara Narasumber Siswa Bermasalah............................

  80 Lampiran 4 Wawancara Orangtua Narasumber...........................................

  86 Lampiran 5 Wawancara Latarbelakang Keluarga Narasumber Siswa.........

  88 Lampiran 6 Catatan Proses Konseling.........................................................

  89 Lampiran 7 Catatan Kejadian Konseling.....................................................

  95 Lampiran 8 Rangkuman Konseling.............................................................

  98 Lampiran 9 Observasi Lapangan................................................................. 101 Lampiran 10 Deskripsi Observasi Sekolah.................................................... 106 Lampiran 11 Wawancara Guru BK 2............................................................ 111 Lampiran 12 Wawancara Anggota Komite Sekolah..................................... 116 Lampiran 13 Wawancara Guru...................................................................... 125 Lampiran 14 Surat Keterangan Penelitian..................................................... 139

  Informed Concent

  Lampiran 15 ..................................................................... 140

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kenakalan remaja belakangan ini merupakan salah satu dari sekian

  banyak masalah sosial yang semakin merebak di kalangan masyarakat. Masalah sosial sering juga dikaitkan dengan masalah perilaku menyimpang dan bahkan pelanggaran hukum atau tindak kejahatan. Kenakalan remaja tidak hanya berbentuk perilaku bolos sekolah, mencuri kecil-kecilan, tidak patuh pada orang tua, tetapi dapat pula mengarah pada tindakan kriminal seperti, perkelahian antar pelajar atau tawuran yang menyebabkan kematian, perkosaan, pembunuhan dan lain-lain.

  Pelaku kenakalan pada umumnya adalah para remaja yang belum matang secara emosional dan berada pada masa pencarian identitas sehingga menyebabkan remaja cenderung sulit untuk dikontrol dan terkesan liar (Santrock, 2002). Banyak pihak menganggap bahwa perilaku kenakalan remaja disebabkan oleh pola pengasuhan dalam keluarga yang kurang baik, namun perlu disadari bahwa remaja juga berinteraksi secara luas di lingkungan sosialnya. Lingkungan keluarga bisa menjadi salah satu penyebab kenakalan remaja, namun penyebab lain yang dapat saling mempengaruhi adalah pola pergaulan, karakteristik remaja itu sendiri, lingkungan tempat tinggal dan tidak

  Lingkungan keluarga yang cenderung kurang perhatian terhadap anak dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya perilaku nakal. Akan tetapi karakteristik dari diri remaja yang mudah terpengaruh oleh pola pergaulan yang kurang baik pun menjadi penyebab lain terjadinya kenakalan remaja. Adapun karakteristik diri remaja yang suka melakukan tindak kenakalan diantaranya adalah memiliki fisik yang lebih kuat, memiliki emosi yang lebih labil, kurang memiliki kontrol diri serta rasa tanggunjawab terhadap diri sendiri, pada umumnya menyukai tantangan, memikirkan kesenangan sesaat dan lain sebagainya (Kartono, 2003).

  Soerjono Soekanto dalam (Herimanto & Winarno, 2010 : 192) mengatakan bahwa setiap masyarakat memiliki sejumlah norma-norma yang menyangkut kesejahteraan, kebendaan, kesehatan, dan penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Penyimpangan terhadap norma-norma tersebut memunculkan gejala abnormal yang mengarah pada terciptanya problema sosial yang salah satunya karena adanya faktor kebudayaan sehingga dapat menimbulkan tindak kenakalan anak. Oleh sebab itu, apabila lingkungan sekolah tidak kondusif dan kurang mampu menjalankan sistem dengan baik maka perilaku kenakalan dapat terjadi terutama di lingkungan sekolah karena remaja merasa tidak takut dan berani melawan aturan yang telah diberlakukan.

  Menurut Koentjaraningrat, kehidupan masyarakat memiliki beragam pranata sehingga apabila makin besar dan makin kompleks kehidupan Winarno, 2010 : 190). Pranata adalah sistem norma atau aturan yang menyangkut suatu aktivitas masyarakat yang bersifat khusus. Sedangkan dalam tatanan kehidupan masyarakat Bali yang menjadi lokasi diadakannya penelitian, pranata lebih dikenal dengan istilah awig-awig desa adat. Tatanan kehidupan desa adat diatur oleh perangkat hukum yang dikenal dengan hukum adat. Adapun hukum adat atau awig-awig dibuat seperti halnya tujuan hukum yaitu untuk mewujudkan kedamaian dalam masyarakat atau suasana yang tertib secara fisik dan tentram secara batin (Windia, 2010 : 31).

  Sekolah yang juga dapat berpotensi menjadi salah satu penyebab terjadinya perilaku kenakalan remaja, bagi sebagian orang menjadi tempat pendidikan sekunder yang setiap hari didatangi oleh remaja selain lingkungan rumah. Oleh sebab itu pengaruh sekolah diharapkan mampu membawa nilai positif bagi perkembangan jiwa remaja melalui pendidikan formal. Sebagai lembaga pendidikan, salah satu fungsi sekolah yaitu berkewajiban mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang ada di masyarakat disamping mengajarkan berbagai keterampilan dan kepandaian kepada para siswanya (Sarwono, 1994 : 121).

  Lingkungan sekolah pastinya memiliki suatu sistem yang berlaku umum dan bertujuan untuk mengatur banyak kepentingan di dalamnya. Apabila sistem dapat dijalankan dengan baik maka akan diperoleh ketertiban serta keteraturan di dalam lingkungan sekolah. Termasuk dalam hal ini tindak kenakalan remaja sistem tidak dapat dijalankan dengan baik oleh sekolah, maka hal tersebut dapat menjadi salah satu penyebab munculnya tindakan kenakalan remaja yang terjadi di lingkungan sekolah antara lain membolos, mengganggu teman, tidak mendengarkan pelajaran, mencontek, memalak, dan lain sebagainya karena siswa merasa dapat bersikap seenaknya tanpa takut akan mendapatkan teguran yang tegas.

  Karakteristik sekolah yang berada pada lingkungan desa adat juga menjadi situasi yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi sistem karena sekolah memiliki keterikatan dengan nilai kebudayaan desa adat setempat (banjar) yaitu dalam hal kegiatan persembahyangan keagamaan, sehingga muncul harapan dari salah satu anggota komite sekolah sebagai penyambung aspirasi warga masyarakat bahwa ketika berhadapan dengan tindak kenakalan siswa sebaiknya pihak sekolah tidak melupakan nilai-nilai keagamaan yang mengajarkan kebaikan (dharma) serta turut memperhatikan kaidah hukum adat setempat (awig-awig).

  Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di lingkungan sekolah X karena pada dasarnya sekolah memiliki karakteristik khusus yaitu berada pada lingkungan desa adat yang secara tidak langsung turut memperhatikan aturan adat atau awig-awig yang ada di daerah tersebut. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan ingin memahami kasus kenakalan remaja berdasarkan situasi yang alamiah dan sesuai dengan konteks mengenai pengaruh sistem sekolah terhadap perilaku kenakalan siswa di sekolah X.

  B. RUMUSAN MASALAH

  Bagaimana gambaran menyeluruh mengenai pengaruh sistem sekolah terhadap perilaku kenakalan siswa di sekolah X?

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Penelitian ini bertujuan ingin memahami kasus kenakalan remaja berdasarkan situasi yang alamiah dan sesuai dengan konteks dimana peristiwa itu terjadi sehingga dapat diperoleh gambaran menyeluruh mengenai pengaruh sistem sekolah terhadap perilaku kenakalan siswa di sekolah X.

  D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Manfaat Teoritis

  a. Memberikan tambahan informasi yang sesuai dengan batasan konteks serta situasi yang melatarbelakangi timbulnya perilaku kenakalan remaja di sekolah.

  b. Menambah wawasan pengetahuan terutama dalam bidang psikologi pendidikan dan kebudayaan yang terkait dengan karakteristik suatu sekolah.

  2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi atas penerapan sistem yang selama ini diberlakukan oleh pihak sekolah sehingga dapat membenahi sistem menjadi lebih baik lagi.

BAB II LANDASAN TEORI A. KENAKALAN REMAJA

  1. Pengertian Kenakalan Remaja

  Kenakalan remaja (juvenile delinquency) mengacu kepada suatu rentang perilaku yang luas, mulai dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial seperti bertindak berlebihan di sekolah, melakukan pelanggaran seperti melarikan diri dari rumah hingga tindakan-tindakan kriminal seperti mencuri (Santrock, 2002 : 22). Sedangkan kenakalan remaja yang dimaksud oleh Sarwono (1994 : 200) adalah perilaku yang menyimpang dari atau yang melanggar aturan hukum.

  Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa kecenderungan kenakalan remaja adalah mengacu pada perilaku atau tindakan yang melanggar aturan sehingga mengakibatkan kerugian terhadap diri sendiri maupun orang lain yang dilakukan oleh remaja.

  2. Bentuk-Bentuk Kenakalan Remaja

  Jensen dalam Sarwono (1994 : 200) membagi perilaku kenakalan remaja dalam 4 bentuk yaitu : a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain- lain.

  c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat, hubungan seks bebas.

  d. Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, minggat dari rumah, membantah perintah.

3. Karakteristik Remaja yang Nakal

  Menurut Kartono (2003), remaja nakal itu mempunyai karakteristik umum yang sangat berbeda dengan remaja tidak nakal. Perbedaan itu mencakup:

  a. Perbedaan struktur intelektual Mereka kurang toleran terhadap hal-hal yang ambigu biasanya mereka kurang mampu memperhitungkan tingkah laku orang lain bahkan tidak menghargai pribadi lain dan menganggap orang lain sebagai cerminan dari diri sendiri.

  b. Perbedaan fisik dan psikis Remaja yang nakal ini memiliki perbedaan ciri karakteristik yang jasmaniah sejak lahir jika dibandingkan dengan remaja normal. Bentuk tubuh mereka lebih kekar, berotot, kuat, dan pada umumnya bersikap c. Karakteristik individual Remaja yang nakal mempunyai sifat kepribadian khusus yang menyimpang seperti : 1) Rata-rata remaja nakal ini hanya berorientasi pada masa sekarang, bersenang-senang dan puas pada hari ini tanpa memikirkan masa depan. 2) Kebanyakan dari mereka terganggu secara emosional. 3) Mereka kurang bersosialisasi dengan masyarakat normal, sehingga tidak mampu mengenal norma-norma kesusilaan, dan tidak bertanggungjawab secara sosial. 4) Mereka senang menceburkan diri dalam kegiatan tanpa berpikir yang merangsang rasa kejantanan, walaupun mereka menyadari besarnya risiko dan bahaya yang terkandung di dalamnya. 5) Pada umumnya mereka sangat impulsif dan suka tantangan dan bahaya.

  6) Hati nurani tidak atau kurang lancar fungsinya. 7) Kurang memiliki disiplin diri dan kontrol diri sehingga mereka menjadi liar dan jahat.

4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Nakal

  Perilaku yang mendahului kenakalan remaja sebagaimana dijelaskan oleh Santrock (2002 : 24) adalah sebagai berikut : a. Identitas

  Erikson yakin apabila kenakalan remaja terjadi karena anak remaja gagal mengatasi identitas peran.

  b. Pengendalian diri Beberapa anak remaja gagal memperoleh pengendalian yang esensial yang pada umumnya dicapai orang lain selama proses pertumbuhan.

  c. Usia Penampakan awal perilaku antisosial berkaitan dengan pelanggaran- pelanggaran serius di kemudian hari pada masa remaja. Akan tetapi tidak semua anak yang bertindak berlebihan menjadi anak nakal.

  d. Jenis kelamin Anak laki-laki banyak terlibat dalam perilaku antisosial daripada anak perempuan, walaupun anak-anak perempuan lebih cenderung melarikan diri dari rumah. Anak laki-laki banyak terlibat dalam tindakan-tindakan kejahatan.

  e. Harapan dalam pendidikan dan nilai rapot sekolah Remaja yang menjadi nakal seringkali memiliki harapan-harapan pendidikan yang rendah dan nilai rapot yang rendah. Kemampuan- f. Pengaruh orangtua Remaja nakal seringkali berasal dari keluarga-keluarga dimana orangtua jarang memantau anak-anak mereka, memberi sedikit dukungan, dan mendisiplinkan mereka secara tidak efektif.

  g. Pengaruh teman sebaya Bergaul dengan teman-teman sebaya yang nakal menambah besar resiko menjadi nakal.

  h. Status sosioekonomi Pelanggaran-pelanggaran yang serius lebih sering dilakukan oleh kaum laki-laki kelas rendah. i. Kualitas lingkungan

  Masyarakat seringkali membiakkan kejahatan. Tinggal di suatu daerah yang tingkat kejahatannya tinggi, yang juga dicirikan oleh kondisi- kondisi kemiskinan dan kehidupan yang padat, menambah kemungkinan bahwa seorang anak akan menjadi nakal. Masyarakat ini seringkali memiliki sekolah-sekolah yang sangat tidak memadai.

5. Latarbelakang Penyebab Terjadinya Kenakalan Remaja

  Berdasarkan penelitian disertasi yang telah dilakukan oleh Puspitawati di tahun 2006 lalu dan dituliskan ke dalam bentuk buku mengenai keterkaitan sistem keluarga dan sekolah terhadap kenakalan perilaku kenakalan remaja yang menunjukkan bahwa (Puspitawati, 2009 : 90) :

  a. Karakteristik remaja atau pelajar yang cenderung berperilaku nakal adalah pelajar yang berkepribadian terlalu maskulin dan ekstrovert (baik laki-Iaki maupun perempuan), keadaan psikologinya kurang baik (kurangnya esteem dan kecerdasan emosi), mengalami stres, bersikap dan berperilaku agresif, terlalu solider dan terikat dengan teman-teman yang bermasalah, bersekolah di SMK-TI terutama swasta, tinggal di Kabupaten Bogor dan bergabung dengan kelompok Basis (barisan siswa).

  b. Karakteristik keluarga yang cenderung punya remaja nakal adalah ekonomi menengah ke bawah yang mempunyai tekanan ekonomi tinggi, keluarga yang bertempat tinggal di kabupaten, keluarga yang orangtuanya mempraktekkan pengasuhan dengan kecenderungan kasar dan keras, keluarga yang hubungan antar anggotanya tidak harmonis (tidak bahagia dan tidak puas), keluarga yang mempunyai hubungan antara orangtua dan anak yang cenderung kasar dan keluarga yang mempunyai komunikasi yang tidak terbuka dengan frekuensi yang mempunyai komunikasi dengan pihak sekolah sangat terbatas.

  c. Karakteristik sekolah yang cenderung mempunyai pelajar nakal adalah sekolah SMK-TI, terutama sekolah swasta, sekolah yang jumlah fasilitasnya terbatas dan tidak memadai terutama sarana dan prasarana olahraga, sekolah yang guru-gurunya tidak melakukan pembinaan dan pengawasan dengan baik serta jarang sekali melakukan home visit dan sekolah yang disiplinnya rendah.

  Maka dari itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa temuan-temuan analisis yang telah dilakukan oleh Puspitawati menunjukkan adanya suatu kesalahan pada sistem-sistem yang ada, baik pada sistem keluarga, sistem lingkungan sekolah, dan sistem lingkungan di masyarakat. Sistem lingkungan keluarga, sistem lingkungan masyarakat dan sistem lingkungan sekolah menimbulkan munculnya tindak kenakalan pelajar. Hal ini membuktikan bahwa terdapat kontrol sosial (social control) yang lemah termasuk kontrol dari pihak pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat.

  Kontrol sosial yang diharapkan mampu berjalan dengan baik, juga diatur melalui adanya aturan hukum yang lebih dikenal dalam masyarakat dengan istilah pranata sosial. Setiap pranata maupun aturan hukum pastinya memiliki keistimewaan dan haknya masing-masing dalam mengatur serta menentukan setiap hal yang berada di dalam cakupan aturan tersebut. Maka akan dijelaskan lebih lanjut mengenai sistem pranata sosial yang diatur secara umum, maupun pranata yang dikenal khusus dengan istilah awig-awig desa adat dimana penelitian ini berlangsung yaitu di salah satu kecamatan di Bali.

B. KONTROL SOSIAL

1. Pranata Sosial

  Dalam suatu lingkungan sosial masyarakat, tiap individu maupun suatu lembaga akan diatur oleh berbagai aturan yang secara tidak langsung ikut mengatur tatanan kehidupan. Aturan-aturan maupun norma-norma yang ada di masyarakat akan secara sadar dipatuhi karena merupakan wujud kesepakatan antar warga untuk menjaga kerukunan dan kenyamanan. Aturan maupun norma yang ada tidak hanya yang resmi tertulis dan diatur oleh undang-undang, namun juga ada yang tidak tertulis tetapi sudah menjadi kesepakatan yang dijalankan oleh masing-masing individu secara turun-temurun. Maka dari itu, lokasi yang dijadikan tempat penelitian yaitu salah satu wilayah kecamatan yang ada di Bali juga memiliki tatanan aturan yang berhubungan dengan adanya desa adat di masing-masing wilayah.

  Aturan tersebut dikenal dengan istilah awig-awig desa adat yang memiliki tujuan untuk mewujudkan kedamaian dalam masyarakat yaitu suasana yang tertib secara fisik dan tentram secara batin (Windia, 2010 : 31).

  Sedangkan dalam kehidupan bermasyakat secara umum, istilah awig-awig yang ada Bali, lebih dikenal dengan istilah pranata sosial.

  Menurut Koentjaraningrat dalam (Herimanto & Winarno, 2010 : 190), Pranata sosial (dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah institution) menunjuk pada sistem pola-pola resmi yang dianut suatu warga masyarakat menyangkut aktivitas masyarakat yang bersifat khusus. Kehidupan masyarakat memiliki beragam pranata, semakin besar dan kompleks kehidupan masyarakat maka makin banyak jumlah pranata yang ada. Penggolongan pranata berdasarkan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dibagi dalam beberapa ragam antara lain : a. Pranata-pranata untuk memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan, misal perkawinan, pengasuhan anak, pergaulan antar kerabat dan sistem istilah kekerabatan.

  b. Pranata-pranata ekomoni antara lain pertanian, peternakan, barter, industri dan perbankan.

  c. Pranata-pranata pendidikan misal model pendidikan, jenjang pendidikan, pers, pemberantasan buta aksara, dan perpustakaan.

  d. Pranata-pranata ilmiah antara lain metodologi ilmiah, penelitian, dan pengukuran.

  e. Pranata-pranata untuk memenuhi kebutuhan akan keindahan dan seni seperti olahraga, berbagai kesenian dan kesusastraan.

  f. Pranata-pranata keagamaan sebagai kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau alam gaib. Misal upacara, semedi, bertapa, penyiaran agama, dan ilmu gaib.

  g. Pranata-pranata untuk menjaga dan megatur kekuasaan di masyarakat, misal kepolisian, kehakiman, pemerintahan, demokrasi, tentara, dan h. Pranata-pranata untuk memenuhi kebutuhan akan kenyamanan hidup seperti pemeliharaan kecantikan, kebugaran, kesehatan, dan kedokteran.

2. Problema Sosial

  Adanya aturan atau pranata sosial di dalam masyarakat, tidak pula menjamin bahwa kehidupan dapat berjalan dengan teratur dan tertib sebab pada kenyataannya masing-masing individu memiliki pemikiran serta batas tanggungjawab yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, di dalam masyarakat sosial pastinya akan muncul permasalahan dan problema sosial yang harus menjadi fokus pemikiran bersama.

  Problema sosial merupakan persoalan karena menyangkut tata kelakuan yang abnormal, amoral, berlawanan dengan hukum, dan bersifat merusak. Problema sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral yang menyimpang sehingga perlu diteliti, ditelaah, diperbaiki, bahkan mungkin untuk dihilangkan. Problema-problema sosial timbul dari kekurangan dalam diri manusia atau kelompok manusia yang bersumber dari faktor ekonomi, biologis, biopsikologis, dan kebudayaan. Setiap masyarakat memiliki sejumlah norma-norma yang menyangkut kesejahteraan, kebendaan, kesehatan, dan penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Sesuai dengan faktor-faktor penyebabnya, maka problema sosial diklasifikasikan oleh Soerjono Sekanto sebagai berikut (dalam Herimanto & Winarno, 2010 : a. Problema sosial karena faktor ekonomi seperti kemiskinan, kelaparan dan pengangguran.

  b. Problema sosial karena faktor biologis seperti wabah penyakit.

  c. Problema sosial karena faktor psikologis seperti bunuh diri, sakit jiwa dan disorganisasi.

  d. Problema sosial karena faktor kebudayaan seperti perceraian, kejahatan, kenakalan anak, konflik ras, dan konflik keagamaan.

C. REMAJA

1. Pengertian remaja

  Remaja atau dikenal dengan istilah adolescence berasal dari kata Latin adolescere (kata bendanya adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence yang sering digunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock 1997 : 206).

  Piaget (dalam Hurlock, 1997 : 206) mengatakan bahwa secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.

  Masa remaja itu sendiri adalah masa transisi atau peralihan dari masa perubahan-perubahan yang sangat cepat, baik dari segi fisik, psikis dan psikososial. Perkembangan remaja yang sering disebut sebagai masa “topan dan badai” memang kerapkali menimbulkan ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai suatu konsekuensi dari penyesuaian diri pada pola perilaku serta harapan sosial yang baru. Hal ini berkaitan dengan tugas perkembangan remaja yang harus dilaluinya dan merupakan masa tersulit sebab remaja harus bisa bahkan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan orang-orang dewasa di luar lingkungan rumah serta lingkungan sekolahnya.

  Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dengan adanya perubahan-perubahan yang sangat cepat dari segi fisik, psikis dan psikososial.

2. Perkembangan Remaja

  a. Aspek Fisik Menurut Santrock (2002 : 9) perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat nampak ketika masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh.

  b. Aspek Kognitif Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002 : 10) pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun.

  Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis daripada pemikiran operasional konkret. Piaget menekankan bahwa remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya termasuk penyesuaian diri biologis. Secara lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain. Mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih mendalam.

  Remaja berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak misalnya remaja dapat menyelesaikan persamaan aljabar abstrak.

  Remaja juga lebih idealistis dalam berpikir seperti dalam hal memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, orang lain dan dunia.

  Remaja berfikir secara logis dengan mulai berpikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk memecahkan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan. Oleh karena itu dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial. Hal ini menekankan pentingnya interaksi sosial dan budaya dalam perkembangan kognitif remaja.

  c. Aspek Sosial Santrock (2002) mengungkapkan bahwa pada transisi sosial, remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orangtua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja. John Flavell (dalam Santrock, 2002) juga menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai adanya kematangan dan kompetensi sosial mereka.

  Steinberg (dalam Santrock, 2002 : 42) mengemukakan bahwa masa remaja awal adalah suatu periode ketika konflik dengan orangtua meningkat melampaui tingkat masa anak-anak. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perubahan biologis pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan idealism dan penalaran logis, perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan kebijaksanaan pada orang tua, dan harapan-harapan yang

  Collins (dalam Santrock, 2002 : 42) menyimpulkan bahwa banyak orangtua melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menurut menjadi seseorang yang tidak mau menurut, melawan, dan menantang standar-standar orangtua. Bila ini terjadi, orangtua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan memberi lebih banyak tekanan kepada remaja agar mentaati standar-standar orangtua.

  Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti menyimpulkan bahwa proses perkembangan remaja meliputi masa transisi biologis yaitu pertumbuhan dan perkembangan fisik. Transisi kognitif yaitu perkembangan kognitif remaja pada lingkungan sosial dan juga proses sosio-emosional dan yang terakhir adalah masa transisi sosial yang meliputi hubungan dengan orangtua, teman sebaya, serta masyarakat sekitar.

3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja

  Havinghurst membagi tugas-tugas perkembangan remaja menjadi lima, yaitu (Zulkifli, 1992 : 76) : a. Bergaul dengan teman sebaya dari kedua jenis kelamin

  b. Mencapai peranan sosial sebagai pria dan wanita

  c. Menerima keadaan fisik sendiri

  d. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan

D. SISTEM SEKOLAH

1. Pengertian Sistem

  Pengertian sistem dalam kamus besar bahasa Indonesia (1995 : 950) adalah susunan perangkat yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Dalam dunia pendidikan, sistem menjadi satu kesatuan komponen yang saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, seperti halnya siswa, guru, kepala sekolah, gedung, sarana dan prasarana merupakan bagian dari sistem sekolah.

  Seperti salah satu tulisan dalam kolom opini pendidikan (Ichan, 2010) disebutkan bahwa pada praktek pendidikan sering ditafsirkan secara kurang bertanggungjawab oleh banyak sekolah. Melalui perbincangan dengan beberapa kolega, mereka mengakui bahwa praktik tim sukses guru dalam ujian kelulusan siswanya adalah sebagai sebuah ketidakberdayaan karena sistem yang ada, meskipun terkadang tidak sesuai dengan hati nurani. Sedangkan untuk problem kekerasan dan perilaku menyimpang siswa yang selalu terjadi dan hangat diperbincangkan setiap saat di tengah masyakarat adalah salah satu contoh perlunya mendaur ulang sistem pengajaran di sekolah.

  2. Karakteristik Sistem

  Terdapat tiga hal penting yang menjadi karakteristik suatu sistem,

  pertama setiap sistem pasti memiliki tujuan. Tujuan merupakan ciri utama

  dari suatu sistem karena tidak ada sistem tanpa tujuan. Tujuan merupakan arah yang harus dicapai oleh suatu pergerakan sistem. Semakin jelas tujuan maka semakin mudah menentukan pergerakan sistem. Kedua, sistem selalu mengandung suatu proses. Proses adalah rangkaian kegiatan yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Semakin kompleks tujuan, maka semakin rumit juga proses kegiatan. Ketiga, proses kegiatan dalam suatu sistem selalu melibatkan dan memanfaatkan berbagai komponen atau unsur-unsur tertentu. Oleh sebab itu, suatu sistem tidak mungkin hanya memiliki satu komponen saja. Sistem memerlukan dukungan berbagai komponen yang satu sama lain saling berkaitan (Pengertian dan kegunaan sistem pendidikan, 2011).

  3. Pengertian Sekolah

  Sekolah merupakan suatu lembaga yang memiliki tujuan dan minat yang sama untuk memajukan pendidikan (Kamus lengkap psikologi, 2005 : 447). Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia (1995 : 892), sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran dasar, lanjutan serta tingkat tinggi menerima dan memberi pelajaran dalam hal dagang, guru, teknik, pertanian, dan sebagainya. Beberapa kalangan juga mengartikan bahwa sekolah merupakan tempat menuntut ilmu pengetahuan dan pengajaran untuk memperoleh kepandaian atau tujuan tertentu.

4. Karakteristik Sekolah

  Karakteristik sekolah yang cenderung mempunyai pelajar nakal adalah sekolah yang jumlah muridnya banyak dengan rasio guru / murid yang rendah, sekolah yang fasilitasnya terbatas dan tidak memadai terutama sarana dan prasarana olahraga, sekolah yang guru-gurunya tidak melakukan pembinaan dan pengawasan dengan baik serta jarang sekali melakukan home visit, dan sekolah yang disiplin siswanya rendah (Puspitawati, 2009 : 91).

  Dengan demikian berdasarkan uraian di atas, maka diperoleh kesimpulan bahwa definisi sistem sekolah adalah sejumlah susunan perangkat yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk totalitas dalam rangka memajukan serta mewujudkan tujuan dan minat yang sama pada suatu lembaga pendidikan.

5. Kepala Sekolah Sebagai Bagian dari Sistem

  Kepala sekolah merupakan pimpinan tertinggi di sebuah lembaga pendidikan yang dipilih oleh dinas terkait. Sebagai seorang pemimpin, peran kepala sekolah secara tidak langsung berpengaruh pada pertumbuhan prestasi belajar siswa. Hal ini berhubungan dengan adanya kepuasan guru terhadap pelaksanaan peranan profesional seorang kepala sekolah sehingga berdampak pula pada kinerja guru dalam mengajar. Dengan melakukan perbaikan sistem sekolah serta melalui penataan dan praktek pembelajaran, kepemimpinan seorang kepala sekolah lebih bersifat transaksional yang dicirikan dengan adanya pemenuhan kebutuhan guru dan murid berdasarkan tujuan sekolah yang telah disepakati bersama (Sulistyorini, 2009).

  Selain itu kepala sekolah adalah guru yang diberikan tambahan tugas struktural, dengan demikian jika masa tugas selesai maka dengan sendirinya akan kembali sebagai guru sepenuhnya. Seorang kepala sekolah juga merupakan birokrat, atasan, kepanjangan tangan departemen pendidikan atau yayasan sehingga perlu disadari bahwa kepala sekolah juga menjadi

  leader

  , bukan sekedar manager. Seorang manager yang baik cukup doing

  things right yang dapat diartikan sekedar melaksanakan petunjuk

Dokumen yang terkait

Hubungan sosialisasi dalam keluarga dan lingkungan sekolah dengan tingkat kenakalan siswa sekolah (Studi kasus di SMUN 7 dan SMU PGRI4, Kotamadya Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 9 152

Persepsi siswa sekolah menengah atas terhadap perilaku bullying di sekolah : studi kasus di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.

1 1 113

Persepsi siswa sekolah menengah atas terhadap perilaku bullying di sekolah : studi kasus di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta - USD Repository

0 0 111

Fungsi komite sekolah dalam pengembangan sekolah di SMU/K se-Kabupaten Sleman - USD Repository

0 2 177

Persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru akuntansi sekolah menengah kejuruan : studi kasus pada siswa SMK se-Kabupaten Bantul - USD Repository

0 0 136

Persepsi siswa terhadap kompetensi mengajar guru akuntansi sekolah menengah kejuruan : studi kasus pada siswa SMK se-Kabupaten Bantul - USD Repository

0 0 136

Perbedaan antara pengaruh ceramah dengan ceramah-testimoni tentang kanker serviks dan papsmear terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku guru wanita sekolah dasar di kota Yogyakarta - USD Repository

0 0 193

Kompetensi interpersonal siswa sekolah rumah dan siswa sekolah umum - USD Repository

0 1 150

Perbedaan pengaruh ceramah dan ceramah testimoni tentang kanker serviks dan papsmear terhadap perilaku guru wanita sekolah dasar di kota Yogyakarta - USD Repository

0 0 147

Perbedaan religiositas antara siswa Katolik di sekolah umum dengan sekolah Katolik - USD Repository

0 0 87