Persepsi siswa sekolah menengah atas terhadap perilaku bullying di sekolah : studi kasus di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.
ABSTRAK
PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS TERHADAP
PERILAKU
BULLYING
DI SEKOLAH
Studi Kasus di SMA Kolese De Britto dan Stella Duce 2 Yogyakarta
Benny Yuniarto Universitas Sanata Dharma
2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi siswa di SMA Kolese De Britto dan siswa di SMA Stella Duce 2 terhadap perilaku bullying di sekolah.
Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling. Subjek dari penelitian ini adalah siswa – siswi dari SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2. Sampel Penelitian dari SMA Kolese De Britto sebanyak 81 dari 701 siswa dan di SMA Stella Duce 2 sebanyak 87 dari 394 siswa. Teknik pengambilan yang digunakan adalah kuesioner.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan independent sample t-test. Secara deskriptif diperoleh hasil penelitian bahwa sebanyak 56,10% siswa di SMA Kolese De Britto mempersepsikan perilaku bullying yang terjadi di sekolah, baik dalam bentuk fisik, verbal, dan psikologis, termasuk peristiwa yang serius. Sedangkan di SMA Stella Duce 2, sebanyak 47,13% siswa mempersepsikan perilaku bullying yang terjadi di sekolah, baik dalam bentuk fisik, verbal, dan psikologis, termasuk peristiwa yang serius. Hasil uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2. (thit = 0,134 dengan Asymp.Sig = 0,894).
(2)
ABSTRACT
SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT’S PERCEPTION ON
BULLYING BEHAVIOR IN SCHOOL
A Case Study at “Kolese De Britto” Senior High School and “Stella Duce 2” Senior High School of Yogyakarta
Benny Yuniarto Sanata Dharma University
2007
The aim of this research was to know whether or not there was a difference in student perception at “Kolese De Britto” Senior High School and student perception in “Stella Duce 2” Senior High School on bullying behavior in school. The research was an explanatory research. The research samples were taken by the use of purposive sampling technique. The subject of this research was students of “Kolese De Britto” Senior High School and “Stella Duce 2” Senior High School. The samples taken in Kolese De Britto Senior High School were 81 from 701 students meanwhile in “Stella Duce 2” Senior High School were 87 from 394 students. The data collecting techniques used were questionare.
The data analysis of the research used were descriptive statistic and independent sample t-test. Based on the descriptive analysis, the result showed that 56,10% students in “Kolese De Britto” Senior High School have perception that bullying behavior (physical, verbal, and psychological bullying) in school, were considered as a serious problem. Whereas in “Stella Duce 2” Senior High School 47,13% students have perception that bullying behavior (physical, verbal, and psychological bullying) in school, were considered as a serious problem. The result of t-test showed that there’s no significant difference between student’s perception on bullying behavior in “Kolese De Britto” Senior High School and “Stella Duce 2” Senior High School (t-test = 0,134 with Asymp. Sig = 0,894).
(3)
PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS TERHADAP
PERILAKU
BULLYING
DI SEKOLAH
(Studi Kasus di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh : Benny Yuniarto NIM : 031334035
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2007
(4)
(5)
(6)
To Be Man and Women for Others…
To Be Man and Women for Our Familly…
Finally, To Be Man and Woman for Our Self…
(7)
Kupersembahkan Karya Kecilku Ini Untuk :
Bapakku yang selalu ingin yang terbaik untuk anak-anaknya
Ibuku yang selalu setia dan sabar
Kakakku yang sangat menyanyangi keluarganya
Mia yang selalu mendukung dan mengingatkanku dengan sabar
(8)
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 22 November 2007
Benny Yuniarto
(9)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan yang Mahakasih yang selalu memberikan rencana-Nya yang terindah tepat pada waktunya. Ia telah memberikan berkat dan semangat tiada henti hingga skripsi ini selesai dengan baik. Ia begitu besar dan begitu indah dengan segala kasih dan cinta-Nya.
Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjan Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik apabila hanya dikerjakan oleh peneliti seorang diri. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selamat bekerja pa, sukses selalu…
3. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi dan Dosen Pembimbing Akademik Angkatan 2003 T.A 2007/2008 yang sudah sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. “Thanks” 4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd. selaku Dosen Penguji atas
segala kritikan serta masukan untuk skripsi ini. Makasih ya bu Tuhan Memberkati…
(10)
5. Ibu E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A selaku Dosen Penguji yang selalu menjadi “rekan” bagi mahasiswa-mahasiswi khususnya angkatan 2003. “We’ll never forget you”
6. Pa Heri, Bu Rita, Bu Lina yang pernah menjadi dosen pembimbing akademik angkatan 2003. “Thanks”
7. Semua Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan semangat dan inspirasi dalam hidup…
8. Mba Aris, Mba Titin, dan Pa Wawiek yang selalu siap sedia membantu dan selalu melayani dengan senyuman. “Keep it”
9. Ibu Siwi (Stella Duce 2) dan Pa Arin (Kolese De Britto), dan semua siswa-siswi yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini …
10. Mas Agus, Gabby PBI “03” dan semua komponen Laboratorium Pengajaran Mikro FKIP USD…
11. Mas Anto, Mba Agnes di Dekanat FKIP dan seluruh tenaga administrasi yang telah banyak memberikan pelajaran dan pengalaman dalam melayani dan membantu sesama…
12. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan yang terbaik buat anaknya… 13. Kakaku yang selalu ingin terbaik...
14. Bude Lili buat subsidinya, ditunggu bantuan selanjutnya, he…
15. Bonny, Donny(alm), Simon(alm), Bella(almrh) dan Gabby dengan segala kelucuannya dari dulu sampai sekarang yang tidak pernah berubah
16. Mia…”^ o^”. “Thanks for give all the best for me”
(11)
17. Om dan Tante St.Soebantijo serta Mba Nike dan Ian yang selalu mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi ini.
18. Simbok, yang selalu mengingatkan untuk makan. Simon, Jerry, Patso, Jager, yang selalu menghibur dan memberikan inspirasi
19. Romo Hiro (PAK’03), Romo Fredi (PE’03) buat segala bimbingannya baik secara fisik dan spriritual…”wish you all the best”
20. Teman-temanku di Pendidikan Akuntansi angkatan 2003 kelas A, Yayik dan Amel (thanks udah ngebantuin penelitiannya y), Aci, Deni, Heni, Veni (nama kita jangan ketuker lagi ya), Ari ndut, Ari item, Agus gudel, Koko (selamat berjuang kawanku, jangan main mulu ya), “guys we made it…” 21. Panitia Kujungan Perusahaan “Surabaya-Bali” 2005, Panitia Olimpiade 2006
dan 2007, dan segenap Tim Tutorial PAK…Semangat ya...
22. Tim PPL SMK YPKK 1 Sleman periode Jan-Jul 2007 (Rino, Istadi, Yulius, Luci, Ari, Dwi dan Dewi), tetap semangat ya…
23. Teman-temanku seperjuangan dikontrakan (Danang, Wahyu, Shokamp, Bimo, Ryan) Ayo semangat…Jangan kelamaan di Yogya ya…
24. Anak-anak Strada’97 yang ada di Jogja…(Gpnk, Kumis, Udhay, Bejo, Sudung, Bibir, Otonk, dll)
25. Semua pihak yang tidak dapat saya sebut satu per satu, saya hanya bisa mengucapkan banyak terima kasih. Hanya Tuhan yang bisa membalas kebaikan kalian.
(12)
Akhir kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu peneliti dengan senang hati akan menerima segala kritik dan saran yang berkaitan dengan penelitian ini.
Yogyakarta, 12 Desemberr 2007
Penulis
(13)
ABSTRAK
PERSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS TERHADAP
PERILAKU
BULLYING
DI SEKOLAH
Studi Kasus di SMA Kolese De Britto dan Stella Duce 2 Yogyakarta
Benny Yuniarto Universitas Sanata Dharma
2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan persepsi siswa di SMA Kolese De Britto dan siswa di SMA Stella Duce 2 terhadap perilaku bullying di sekolah.
Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik purposive sampling. Subjek dari penelitian ini adalah siswa – siswi dari SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2. Sampel Penelitian dari SMA Kolese De Britto sebanyak 81 dari 701 siswa dan di SMA Stella Duce 2 sebanyak 87 dari 394 siswa. Teknik pengambilan yang digunakan adalah kuesioner.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan independent sample t-test. Secara deskriptif diperoleh hasil penelitian bahwa sebanyak 56,10% siswa di SMA Kolese De Britto mempersepsikan perilaku bullying yang terjadi di sekolah, baik dalam bentuk fisik, verbal, dan psikologis, termasuk peristiwa yang serius. Sedangkan di SMA Stella Duce 2, sebanyak 47,13% siswa mempersepsikan perilaku bullying yang terjadi di sekolah, baik dalam bentuk fisik, verbal, dan psikologis, termasuk peristiwa yang serius. Hasil uji t menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2. (thit = 0,134 dengan Asymp.Sig = 0,894).
(14)
ABSTRACT
SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT’S PERCEPTION ON
BULLYING BEHAVIOR IN SCHOOL
A Case Study at “Kolese De Britto” Senior High School and “Stella Duce 2” Senior High School of Yogyakarta
Benny Yuniarto Sanata Dharma University
2007
The aim of this research was to know whether or not there was a difference in student perception at “Kolese De Britto” Senior High School and student perception in “Stella Duce 2” Senior High School on bullying behavior in school. The research was an explanatory research. The research samples were taken by the use of purposive sampling technique. The subject of this research was students of “Kolese De Britto” Senior High School and “Stella Duce 2” Senior High School. The samples taken in Kolese De Britto Senior High School were 81 from 701 students meanwhile in “Stella Duce 2” Senior High School were 87 from 394 students. The data collecting techniques used were questionare.
The data analysis of the research used were descriptive statistic and independent sample t-test. Based on the descriptive analysis, the result showed that 56,10% students in “Kolese De Britto” Senior High School have perception that bullying behavior (physical, verbal, and psychological bullying) in school, were considered as a serious problem. Whereas in “Stella Duce 2” Senior High School 47,13% students have perception that bullying behavior (physical, verbal, and psychological bullying) in school, were considered as a serious problem. The result of t-test showed that there’s no significant difference between student’s perception on bullying behavior in “Kolese De Britto” Senior High School and “Stella Duce 2” Senior High School (t-test = 0,134 with Asymp. Sig = 0,894).
(15)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……….... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………. iii
MOTTO ……….………. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ………. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. vi
KATA PENGANTAR ………. vii
ABSTRAK ……….. xi
ABSTRACT ………... xii
DAFTAR ISI ……… xiii
DAFTAR TABEL ……… xvi
DAFTAR GRAFIK………... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .………... xviii
BAB I PENDAHULUAN .……… 1
A. Latar Belakang Masalah …………..……….. 1
B. Rumusan Masalah ……...………... 6
C. Tujuan Penelitian ……….……….. 6
D. Manfaat Penelitian ……….………. 6
1. Secara Teoritik ...…...….………. 6
2. Secara Praktis……...………. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .……… 8
A. Persepsi……… ………... 8
1. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Persepsi ……… 9
2. Ciri-Ciri dan Proses Terjadinya Persepsi ………...…... 11
3. Aspek-Aspek yang Membentuk Persepsi……… 12
B. Masa Remaja………. ………..………. 13
1. Ciri-Ciri Masa Remaja...………... 14
2. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja………... 15
(16)
C. Perilaku Bullying di Sekolah………..……… 17
1. Bentuk-Bentuk Perilaku Bullying di Sekolah……….. 19
2. Dampak Perilaku Bullying di Sekolah………. 20
3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Bullying………….. 20
D. Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Bullying di Sekolah………….…… 22
E. Hipotesis……… 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ….……… 26
A. Jenis Penelitian ……….. 26
B. Tempat dan Waktu Penelitian…...………. 26
1. Tempat Penelitian… ……… 26
2. Waktu Penelitian……….. 26
C. Subjek dan Objek Penelitian………….………. 27
1. Subjek Penelitian…..………. ….. 27
2. Objek Penelitian………. ……….. 27
D. Populasi dan Sampel………... 27
1. Populasi Penelitian……… 27
2. Sampel Penelitian……….. 27
E. Variabel Penelitian dan Pengukuran.……….. 28
F. Metode Pengumpulan Data……… 30
G. Pengujian Instrumen Penelitian.……….……… 31
1. Pengujian Valilditas………. 31
2. Pengujian Reliabilitas……….. 32
3. Seleksi Item………. 33
H. Teknik Analisis Data….. ………... 34
1. Statistik Deskriptif……… 34
2. Uji Prasyarat Analisis……… 34
a) Uji Normalitas…....………. 34
b) Uji Homogenitas………….………..……….. 35
3. Pengujian Hipotesis……….. 35
BAB IV HASIL ANALISIS DANAPEMBAHASAN ………. 37
A. Orientasi Kancah ……… 37
(17)
B. Persiapan Penelitian ………... 37
1. Persiapan Kusioner ……….. 37
2. Perijinan ………... 38
3. Jadwal Penelitian ………. 38
C. Pelaksanaan Penelitian ………... 39
1. Try Out Penelitian ……… 39
2. Pelaksanaan Penelitian ………. 40
a. Penelitian di SMA Stella Duce 2……… 40
b. Penelitian di SMA Kolese De Britto………. 41
D. Hasil Penelitian ……….. 42
1. Deskripsi Variabel Penelitian ……….. 42
2. Uji Prasyarat Analisis……… 44
c) Uji Normalitas…....………. 44
d) Uji Homogenitas………….………..……….. 45
3. Uji Hipotesis ………... 45
E. Pembahasan ………... 46
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN……….. 55
A. Kesimpulan ………... 55
B. Saran ……….. 55
C. Keterbatasan Penelitian……….. 56
DAFTAR PUSTAKA ………... 57
SUMBER GAMBAR ……… 60
LAMPIRAN ………. 61
(18)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Blue Print……… ……….. 29 Tabel 3.2. Distribusi Butir-Butir Skala Persepsi terhadap Perilaku Bullying... 29 Tabel 3.3. Skor Item untuk Skala Persepsi Siswa terhadap Perilaku Bullying.. 30 Tabel 3.4. Validitas……….. ………. 32 Tabel 3.5. Reliabilitas………..………... 33 Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian……….………. 39 Tabel 4.2. Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Bullying
di SMA Kolese De Britto ……… 42 Tabel 4.3. Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Bullying
di SMA Stella Duce 2…... ……….. 43 Tabel 4.4. Uji Normalitas Data di SMA Kolese De Britto……….. ………… 44 Tabel 4.5. Uji Normalitas Data di SMA Stella Duce 2…..……….. ………… 44 Tabel 4.6. Hasil Uji Beda………...……….. ………… 46 Tabel 4.7. Uji Beda Tiga Bentuk Perilaku Bullying……...……….. ………… 50 Tabel 4.8 Nilai Mean dan Standar Deviasi Skenario………... 51 Tabel 4.9. Uji Beda Skenario..………...………..…………. 53
(19)
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Perbandingan Nilai Mean Skor Total di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 ………...……… 47 Grafik 4.2. Perbandingan Nilai Mean Tiga Bentuk Perilaku Bullyingl di
SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 ….……….. 49
(20)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian………...………. 61
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian……… ………... 64
Lampiran 3. Data dan Hasil Analisis Data Try Out………... 67
Lampiran 4. Data dan Hasil Analisis Data Penelitian…. ……… 75
Lampiran 5. Surat Keterangan Penelitian……….. ………….. 98
(21)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setelah sekolah usai, Jared bersembunyi di dalam sekolah selama satu jam sambil berharap Tom tidak sedang mencari dirinya. Mungkin ini akan menjadi hari pertamanya bisa pulang ke rumah tanpa ada rasa takut dipukul dan diajak berkelahi. Jared perlahan-lahan melangkah keluar dari persembunyiannya, ia mengambil tasnya dengan cepat lalu berlari keluar sekolah. Jared terus berlari dan berlari menjauhi sekolah. Hingga di tengah jalan ia merasa sakit perut, namun ia masih tetap percaya bahwa ia akan sampai di rumah dengan selamat. Lalu secara tiba-tiba, Tom muncul di perempatan jalan dengan wajah yang sangat kesal dan siap mengajaknya untuk berkelahi (Milsom & Gallo, 2006:12)
Kenyamanan dan keamanan bagi seluruh anggota sekolah, khususnya siswa dan siswi sekolah, baik di dalam maupun di sekitar sekolah sangat diperlukan untuk menciptakan kondisi sekolah yang menunjang untuk kegiatan belajar mengajar. Tindakan kekerasan di sekolah atau yang lebih populer disebut bullying, memiliki dampak negatif yang besar bagi kelancaran maupun kesuksesan kegiatan belajar mengajar. Bullying di negara-negara maju seperti Amerika Serikat sudah menjadi keprihatinan tersendiri (Bauman & Del Rio, 2004:1). Bahkan di Australia ada dua pemerintahan negara bagian, Queensland dan Victoria, sudah mencanangkan program melawan perilaku bullying di sekolah (www.bullyresearch.com).
Sementara itu di Indonesia, kasus yang terjadi di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang menyebabkan seorang praja meninggal akibat
(22)
2
dari penyiksaan yang dilakukan senior-seniornya (Samhadi, 2007) hingga kasus gantung diri yang dilakukan oleh Fifi Kusrini, gadis 13 tahun siswi SMP 10 Bantar Gebang Bekasi yang berawal dari korban sering diejek sebagai anak tukang bubur oleh teman-teman sekolahnya (www.kpai.go.id). Kasus Linda Utami, 15 tahun siswi kelas dua SLTPN 12 Jakarta, yang juga gantung diri karena tidak tahan diejek teman-temannya karena pernah tidak naik kelas (Samhadi, 2007) sampai kasus yang menimpa siswa Pangudi Luhur Jakarta yang juga mengalami kekerasan yang dilakukan oleh kakak kelasnya (www.kompas.com), memperlihatkan bahwa sebenarnya perilaku bullying terjadi pada semua tingkatan pendidikan di Indonesia mulai dari yang dasar hingga Perguruan Tinggi (Samhadi, 2007). Bahkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Semai Jiwa Amini pada tiga SMA di Semarang dan Jakarta menunjukkan bahwa 18,3% guru menganggap penggencetan, olok-olok antar teman merupakan hal yang biasa dalam kehidupan remaja. Sekitar 27,5% guru beranggapan bahwa sesekali siswa mengalami penindasan dari senior terhadap yunior tidak akan berdampak buruk pada kondisi psikologis siswa tersebut. Sebanyak 10% guru berpendapat bahwa hukuman fisik merupakan cara menegur yang paling efektif. Oleh karena itu, 10% guru juga melakukan kekerasan dengan cara menghukum siswa yang melakukan kesalahan dengan hukuman fisik (Elisabeth, 2006). Hal ini tentu saja sangat mengejutkan karena tampaknya baik guru maupun siswa-siswi di sekolah belum memiliki kesadaran akan bahaya perilaku bullying.
(23)
Olweus (www.wikipedia.com) seorang pemerhati masalah bullying yang berasal dari Norwegia mengatakan bahwa bullying adalah perilaku negatif yang dilakukan oleh seseorang ataupun lebih yang dilakukan kepada individu lain atau kelompoknya dimana perilaku ini dilakukan secara berulang-ulang. Perilaku negatif tersebut dapat berupa tindakan verbal, tindakan fisik, dan juga secara psikologis. Beberapa peneliti mengartikan bullying sebagai perilaku yang dilakukan oleh orang yang lebih besar dan lebih kuat, dengan cara mengintimidasi orang lain melalui perbuatan yang negatif secara berulang-ulang (Pellegrini & Bartini, 2000:2). Selain itu ada juga yang mengatakan bahwa bullying menggambarkan kekerasan fisik, verbal, dan psikologis oleh seseorang atau kelompok yang terjadi di sekolah maupun antar sekolah dimana di dalamnya termasuk pengucilan dari kelompok, intimidasi, pengrusakan, dan kekerasan (www.kidhelp.com).
Bullying telah dikenal sebagai masalah sosial yang terjadi di kalangan anak-anak sekolah (Krahe, 2005:198). Di Indonesia, penelitian Tim Fakultas Psikologi UI, menunjukkan bahwa bullying banyak terjadi di kalangan SMA (Elisabeth, 2006). Fenomena ini terjadi karena siswa dan siswi di SMA sedang berada pada masa perkembangan remaja, yaitu masa transisi antara masa anak menjadi dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio emosional (Santrock, 2003:26). Pada masa transisi ini, remaja memiliki potensi untuk melakukan perilaku bullying. Bullying yang dilakukan oleh remaja adalah salah satu cara mereka untuk mencari identitas diri serta mencapai peran sosial di antara teman sebayanya. Banyak remaja
(24)
4
yang menganggap bahwa teman sebaya merupakan aspek terpenting dalam kehidupan mereka sehingga mereka berusaha untuk diterima dalam sebuah pergaulan bersama teman sebayanya (Santrock, 2003:219).
Perilaku bullying menjadi sangat serius karena memiliki dampak yang besar bagi perkembangan manusia yang mengalaminya. Berbagai penelitian menunjukan adanya korelasi antara bullying dengan naiknya tingkat depresi, agresi, penurunan nilai akademis hingga tindakan bunuh diri (Samhadi, 2007). Korban bullying juga mengalami kesepian dalam hidupnya, memiliki kesulitan untuk menyelesaikan masalah sosial, kesulitan untuk mengontrol emosinya (www.ncjrs.gov) dan penghargaan yang rendah terhadap dirinya sendiri (Rogers, 1995:179). Akibat-akibat ini sebaiknya dihindarkan dengan cara meminimalkan terjadinya perilaku bullying. Untuk meminimalkan terjadinya perilaku bullying diperlukan pemahaman yang mendalam tentang perilaku bullying itu sendiri.
Menurut Smith dan Thompson (Rogers, 1995:178) suatu tindakan bukan dikategorikan sebagai perilaku bullying jika dua siswa atau kelompok mempunyai kekuatan yang sama atau seimbang. Hal tersebut ditegaskan lagi oleh Diena (www.kpai.go.id) dalam workshop nasional bertema “Intervensi Efektif untuk Mengurangi Bullying di Sekolah-Sekolah” yang memaparkan bahwa bullying itu bukan tentang apa yang ‘saya’ lakukan kepada orang lain, melainkan apa persepsi si korban terhadap sikap ‘saya’. Bullying terjadi ketika apapun yang dilakukan seseorang membuat orang lain merasa kecil, takut dan tertindas. Oleh karena itu persepsi seseorang
(25)
terhadap perilaku bullying memiliki peran yang penting dalam mengkategorikan tindakan tersebut termasuk bullying atau tidak. Penelitian yang dilakukan oleh Morita (Taki, 2001:1) di negara Jepang, ditemukan bahwa bullying yang terjadi di Jepang memiliki perbedaan dengan yang ditemukan di Norwegia. Bullying yang terjadi di Jepang biasanya terjadi di dalam kelas, sedangkan di Norwegia bullying terjadi di lingkungan sekolah (Taki, 2001:1). Bullying di Jepang lebih dikenal dengan nama Ijime dimana perilaku ini bisa terjadi kapan saja namun tetap di kalangan siswa-siswi sekolah (Taki, 2001:2). Hal ini juga memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan persepsi terhadap perilaku bullying di setiap negara.
Bullying merupakan stimulus dari luar diri siswa dimana hal ini sangat berkaitan dengan persepsi siswa itu sendiri. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera (Walgito, 2002:71). Bullying sebagai stimulus akan diorganisasikan dan diinterpretasikan oleh siswa sehingga siswa menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera olehnya. Dalam mempersepsi suatu stimulus, hasil persepsi tiap orang mungkin akan berbeda. Menurut Davidoff dan Rogers, hal ini dapat terjadi karena persepsi itu bersifat individual (Walgito, 2002:72). Ketika persepsi siswa terhadap perilaku bullying berbeda dengan siswa yang lain, maka perilaku bullying yang terjadi di sekolah juga bisa berbeda-beda. Selain itu, apabila siswa tidak menyadari bahwa perilakunya merupakan perilaku bullying maka pencegahan terhadap terjadinya perilaku bullying menjadi
(26)
6
terhambat. Kesadaran siswa terhadap terjadinya perilaku bullying dan akibat yang ditimbulkan dari perilaku tersebut menjadi salah satu kunci untuk mengurangi korban bullying di masa mendatang.
Fenomena-fenomena inilah yang membuat peneliti sangat tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang bagaimana persepsi siswa terhadap perilaku bullying di sekolah khususnya di Sekolah Menengah Atas yang ada di Yogyakarta.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah apakah persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 berbeda.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa terhadap perilaku bullying di sekolah.
D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan secara umum pada dunia pendidikan tentang perilaku bullying di
(27)
sekolah khususnya yang terjadi di kalangan siswa-siswi Sekolah Menengah Atas.
2. Secara Praktis a. Bagi Siswa
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu siswa untuk mengetahui perilaku bullying yang terjadi di lingkungan sekolahnya dan dampak yang diakibatkan sehingga mereka dapat mengurangi terjadinya perilaku bullying.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu guru memahami perilaku bullying yang terjadi di antara siswa sehingga dapat meminimalkan bahaya yang terjadi akibat perilaku tersebut.
(28)
BAB II KAJIAN TEORI
Pada bagian ini diuraikan kajian teori dari variabel serta hipotesis dalam penelitian ini. Pembahasan tentang variabel penelitian meliputi persepsi, masa remaja, dan perilaku bullying di sekolah.
A. Persepsi
Kebanyakan orang menganggap sangatlah mudah untuk melakukan perbuatan melihat, mendengar, membau, merasakan, dan menyentuh. Namun informasi atau stimulus yang datang dari organ-organ indera kiranya perlu diorganisasikan dan diinterpretasikan terlebih dahulu sebelum dapat dimengerti oleh pikiran manusia (Malcom & Steve, 1988:83). Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera yang kemudian oleh individu diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindera (Walgito, 1992:69).
Irwanto, dkk (1988:55) berpendapat bahwa persepsi adalah proses diterimanya rangsang seperti objek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Persepsi biasanya dimengerti sebagai bagaimana informasi yang berasal dari organ yang terstimulasi diproses, termasuk bagaimana informasi tersebut diseleksi, ditata, dan ditafsirkan (Matsumoto, 2004:59-60). Menurut Mahmud (1989:41), persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam
(29)
otak. Menurut Chaplin (2005:358), persepsi adalah proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera.
Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses penerimaan, pengorganisasian, serta penafsiran stimulus yang dapat berupa objek dan kejadian objektif dengan bantuan alat indera.
1. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Persepsi
Menurut Walgito (1992:70), ada beberapa faktor yang berperan dalam persepsi yaitu sebagai berikut.
a. Objek yang dipersepsi
Suatu objek dapat menimbulkan stimulus yang diterima oleh alat indera. Stimulus dapat datang dari luar maupun dari dalam diri individu yang bersangkutan. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar individu.
b. Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf
Alat indera digunakan sebagai alat untuk menerima stimulus. Di samping itu harus ada syaraf sensoris yan berfungsi untuk meneruskan stimulus. Stimulus tersebut lalu diterima oleh pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
c. Perhatian
Perhatian diperlukan untuk membentuk atau menyadari persepsi yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.
(30)
10
Irwanto, dkk (1978:70) mengatakan bahwa persepsi lebih bersifat psikologis daripada proses penginderaan saja. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, antara lain sebagai berikut.
a. Perhatian yang selektif
Dalam kehidupan, individu akan banyak sekali menerima rangsang atau stimulus dari lingkungannya. Tidak semua rangsang itu diterima sebagai sesuatu hal yang penting. Individu akan memusatkan perhatian pada rangsang-rangsang yang menarik bagi dirinya saja.
b. Ciri-ciri rangsang
Jika kita melihat suatu objek yang lebih besar dan memiliki keunikan, maka rangsang yang ada pada objek tersebut tentu saja berbeda dari rangsang yang lain. Jadi sesuatu hal yang menarik yang terdapat dalam suatu rangsang, dapat mempengaruhi persepsi terhadap rangsang tersebut.
c. Nilai-nilai dan kebutuhan hidup
Setiap individu tentu saja memiliki pandangan yang berbeda satu sama lain. Pandangan yang berbeda tentang nilai maupun kebutuhan hidup akan menyebabkan perbedaaan penafsiran tentang rangsang yang diterima oleh setiap individu.
d. Pengalaman terdahulu
Pengalaman-pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan dunianya. Dengan
(31)
pengalaman tersebut, tentu saja setiap individu memiliki suatu perbedaan mengenai rangsang yang diterimanya.
Persepsi secara umum diperlakukan sebagai satu variabel campur tangan, bergantung pada faktor-faktor perangsang, cara belajar, perangkat, keadaan jiwa atau suasana hati, dan faktor motivasional (Chaplin, 2005:358). Apa yang kita persepsi pada suatu waktu tertentu akan tergantung bukan saja pada stimulusnya sendiri, tetapi juga pada latar belakang beradanya stimulus, seperti pengalaman-pengalaman sensoris kita yang terdahulu, perasaan kita pada waktu itu, prasangka-prasangka, keinginan-keinginan, sikap dan tujuan kita (Mahmud, 1989:42).
2. Ciri-Ciri dan Proses Terjadinya Persepsi a. Ciri-Ciri Persepsi
Menurut Irwanto, dkk (1988:56), ciri-ciri umum persepsi adalah:
1) rangsang-rangsang yang diterima harus sesuai dengan sifat sensoris dasar dari masing-masing indera;
2) dunia persepsi mempunyai sifat ruang seperti atas bawah, tinggi rendah;
3) dunia persepsi mempunyai dimensi waktu;
4) objek dan gejala dalam dunia persepsi mempunyai struktur yang menyatu dengan konteksnya;
(32)
12
5) dunia persepsi adalah dunia yang penuh arti. Kita cenderung mempersepsikan sesuatu yang kita anggap memiliki makna bagi diri kita.
b. Proses Terjadinya Persepsi
Menurut Walgito (1992:70), proses persepsi diawali saat suatu objek menimbulkan stimulus, lalu stimulus tersebut mengenai alat indera yang berfungsi sebagai reseptor. Lalu stimulus itu diteruskan oleh syaraf sensoris menuju otak. Terjadi proses di otak yang berfungsi sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, dirasa ataupun diraba.
Proses terjadinya diawali dengan penerimaan suatu rangsang atau stimulus dari lingkungan sekitar yang bisa berupa energi, suara, cahaya, dan getaran (Santrock, 2001:170). Lalu stimulus tersebut sampai ke otak untuk diolah dan diinterpretasikan yang akan menjadi persepsi terhadap stimulus ataupun rangsang tersebut.
3. Aspek-Aspek yang Membentuk Persepsi
Irwanto, dkk (1988:55) menegaskan bahwa persepsi sebagai proses penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima sehingga menumbuhkan pengertian terhadap lingkungan, dengan demikian persepsi adalah penafsiran terhadap pengalaman. Hal ini menunjukan bahwa dalam persepsi terdapat aktivitas kognitif yang pada akhirnya menentukan individu dalam sikap dan tingkah laku.
(33)
Melalui persepsi individu dapat menjadi sadar, dapat mengerti keadaan lingkungan sekitar dan juga dapat mengerti keadaan diri individu yang bersangkutan. Oleh karena itu perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acuan dan aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu akan ikut berperan. Jadi dalam persepsi sekalipun stimulus yang diterima sama tetapi karena pengalaman, kerangka acuan, kemampuan berpikirnya tidak sama ada kemungkinan hasil persepsi antara individu satu dengan yang lain juga tidak sama (Walgito, 1994:53).
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa proses persepsi terbentuk karena adanya 2 aspek, yaitu sebagai berikut.
1. Aspek kognitif yang berupa kemampuan berpikir, kerangka acuan dan pengalaman.
2. Aspek afektif yang berupa perasaan dan penilaian.
B. Masa Remaja
Siswa yang berada di Sekolah Menengah Atas berusia rata-rata berusia 19 tahun. Menurut beberapa ahli, pada saat individu berusia 15-19 tahun, mereka memasuki masa remaja. Remaja menurut WHO (Sarwono, 2005:9) adalah suatu masa ketika:
a. individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual;
(34)
14
b. individu mengalami perkembangan psikologis dan pola indentifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa;
c. terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri;
Dalam kebanyakan budaya, remaja dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir kira-kira usia 18-22 tahun (Santrock, 2003:26). Remaja sendiri diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio emosional. Menurut Piaget (Hurlock, 1980:206), secara psikologis masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Erikson seorang ahli psikologi mengatakan, masa remaja merupakan suatu tahapan perkembangan yang kelima, yaitu identitas versus kekacauan identitas dimana pada saat ini individu dihadapkan pada pertanyaan siapa mereka, mereka itu sebenarnya apa, dan kemana mereka menuju dalam hidupnya (Santrock, 2003:46).
Jadi dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah suatu tahap perkembangan dimana individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi orang dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio emosional
(35)
1. Ciri-Ciri Masa Remaja
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, secara umum masa remaja memiliki ciri-ciri (Hurlock, 1980:207) sebagai berikut:
a. perkembangan fisik yang cepat;
b. terjadinya periode peralihan sehingga terdapat keraguan dan ketidakjelasan peran yang harus dilakukan;
c. kesulitan untuk menyelesaikan masalah-masalah pribadi; d. adanya krisis identitas;
e. emosi yang mudah meninggi;
f. adanya perubahan minat, lalu disertai perubahan nilai-nilai. 2. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja
Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut Havighurst (Hurlock , 1980:10), yaitu:
a. mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria dan wanita;
b. mencapai peran sosial pria dan wanita;
c. menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif;
d. mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab;
e. mencapai kemandirian emosional dari orang-orang tua dan orang-orang dewasa lainnya;
(36)
16
f. mempersiapkan karir ekonomi;
g. mempersiapkan perkawinan dan keluarga;
h. memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi.
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi penguasaan tugas-tugas perkembangan seperti dikemukakan Hurlock (1980:11). Faktor-faktor yang menghalangi penguasaan tugas-tugas perkembangan adalah :
a. tingkat perkembangan yang mundur;
b. tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan atau tidak ada bimbingan untuk dapat menguasainya;
c. tidak ada motivasi; d. kesehatan yang buruk; e. cacat tubuh;
f. tingkat kesehatan yang rendah.
Selain itu ada juga faktor-faktor yang membantu penguasaan tugas perkembangan (Hurlock , 1980:11) adalah :
a. tingkat perkembangan yang normal atau yang diakselerasikan; b. kesempatan-kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas dalam
perkembangan dan bimbingan untuk menguasainya; c. motivasi;
(37)
e. tingkat kecerdasan yang tinggi; f. kreativitas.
Dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas perkembangan pada masa remaja di antaranya mencapai peran sosial sebagai pria maupun wanita, agar tercipta suatu hubungan baru yang lebih matang dalam mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab untuk mempersiapkan tahap kehidupan selanjutnya.
C. Perilaku Bullying di Sekolah
Bullying telah dikenal sebagai masalah sosial yang terjadi di kalangan anak-anak sekolah (Krahe, 2005: 198). Bullying dalam Kamus Inggris-Indonesia (Echols & Sadili, 1996:87) adalah kegiatan menggertak yang dilakukan oleh seseorang untuk mengganggu orang yang lemah. Olweus (www.wikipedia.com) seorang peneliti dan pemerhati masalah bullying dari Norwegia mengatakan bahwa:
Bullying as when a person is exposed, repeatedely and over time, to negative action on the part of one or more other persons. The negative action is when a person intentionally inflicts injury or discomfort upon another person, through physical contact, through words or in other ways.
Bullying adalah perilaku negatif yang dilakukan kepada seseorang oleh satu atau sekelompok orang secara berulang-ulang. Perilaku negatif tersebut terjadi pada saat seseorang merasa terluka dan tidak nyaman karena orang lain akibat perlakuan kasar secara fisik, kata-kata atau melalui cara lain.
(38)
18
Sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh Olweus, Smith dan Thompson (Rogers, 1995:179) memaparkan pengertian yang lebih spesifik tentang perilaku bullying, yaitu:
a student is being bullied, or picked on, when another student, or a group of student, say nasty or unpleasant things to him or her. It is also bullying when a student is hit, kicked, threatened, locked inside a room, sent nasty notes, when no-one ever talks to them and thing like that. These things can happen frequently and it is difficult for the student being bullied to defend himself or herself. It also bullying when a student is teased repeatedely in a nasty ways.
Bullying terjadi saat seseorang atau sekelompok orang melakukan tindakan yang tidak menyenangkan terhadap orang lain. Hal tersebut dilakukan baik secara fisik seperti memukul, menendang, mengancam dengan kata-kata dan melakukan pengucilan terhadap seseorang yang dilakukan berulang kali, hingga membuat orang tersebut tidak berdaya untuk melakukan perlawanan.
Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (www.popsy.wordpress.com) bullying di sekolah sebagai perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seorang/sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan menyakiti orang tersebut. Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh orang yang lebih besar dan lebih kuat, dengan cara mengintimidasi orang lain melalui perbuatan yang negatif secara berulang-ulang (Pellegrini & Bartini, 2000:2; Ma, 2001: 2).
Mcmahon dan Estes (Mash, & Wolf , 1999:185) mengatakan bahwa bullying adalah termasuk conduct problems dan perilaku antisosial menunjuk pada tingkah laku dan sifat yang tidak sesuai dengan usia, dimana
(39)
tejadi pelanggaran terhadap harapan orang tua, norma sosial, dan hak personal dan properti yang dimiliki oleh orang lain.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa bullying adalah suatu tindakan agresi oleh seorang/kelompok yang berupa penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seorang/kelompok lain, dilakukan secara berulang-ulang, sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
1. Bentuk-Bentuk Perilaku Bullying di Sekolah
Menurut Diena (Samhadi, 2007), bullying di lingkungan sekolah bisa terjadi dalam bentuk tidakan fisik seperti menampar, memukul, menendang, meludah. Bisa berupa tindakan verbal seperti ejekan, hinaan, fitnah, mengancam, membuat komentar berbau rasis, dan bisa secara psikologis seperti mengucilkan, mempermalukan di depan umum, meneror dan sebagainya.
Berdasarkan berbagai definisi tentang bullying, Berikut dibedakan tiga kategori dari perilaku bullying (www.wikipedia.com; Bauman & Rio, 2006:1-2) yaitu :
a. bullying secara fisik;
Termasuk meninju, mencekik, menjambak rambut, memukul, menggigit, dan menggelitiki dengan keterlaluan.
b. bullying secara verbal;
Termasuk perbuatan seperti nama panggilan yang menyakitkan, mengusik, dan.menghina.
(40)
20
c. bullying secara psikologis;
Termasuk menolak, memeras, memfitnah, membuat gosip mendaftarhitamkan, memanipulasi teman, mengisolasi, membuang, dan menekan teman sebaya.
2. Dampak Perilaku Bullying di Sekolah
Berbagai penelitian menunjukan adanya korelasi antara bullying dengan naiknya tingkat depresi, agresi, penurunan nilai akademis hingga tindakan bunuh diri (Samhadi, 2007; www.wikipedia.com). Korban bullying juga mengalami kesepian dalam hidupnya, memiliki kesulitan untuk menyelesaikan masalah sosial, kesulitan untuk mengontrol emosinya (www.ncjrs.gov). Penelitian yang dilakukan Riauskina (www.popsy.wordpress.com), ketika korban mengalami bullying maka akan timbul banyak emosi negatif seperti marah, kesal, dendam, tertekan, sedih, malu, terancam, namun tidak berdaya untuk menghadapinya. Dampak jangka panjang dari emosi-emosi negatif tersebut (Rogers, 1995, 179) akan memunculkan perasaan rendah diri bahwa dirinya tidak berharga.
3. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Bullying
Bullying adalah termasuk perilaku agresi sebagai bagian dari conduct behavior problems pada anak. Oleh karena itu ada beberapa faktor pembentuk perilaku agresi, antara lain sebagai berikut.
(41)
a. Frustasi dan Kemarahan
Frustasi adalah gangguan atau kegagalan dalam mencapai tujuan (Sears, et all,2004:6). Dalam perspektif frustrasi-agresi, Dollar, dkk (Berkowitz, 1995:44) menyebutkan bahwa frustrasi dapat menimbulkan perilaku agresi. Apabila frustasi meningkat maka akan cenderung membuat seseorang semakin marah dan kemarahan itu merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan munculnya perilaku agresi (Sears, et all,2004:6).
Jadi seseorang bisa melakukan tindakan bullying karena dipicu oleh kemarahan dan rasa frustasi kepada seseorang yang tidak disukainya.
b. Proses Belajar Masa Lalu
Sears, dkk (2004:11) mengungkapkan bahwa mekanisme utama yang menentukan perilaku agresi manusia adalah proses belajar masa lampau. Misalnya, ketika masih bayi, seorang anak akan menunjukan perasaan agresinya yaitu dengan cara menangis keras-keras, memukul-mukulkan tangannya. Hal itu terjadi karena seorang bayi belum menyadari kehadiran orang lain, sehingga perasaan agresinya belum diarahkan pada diri seseorang. Berbeda ketika seseorang sudah memasuki masa dewasa, individu akan semakin mampu untuk mengendalikan sifat agresinya.
(42)
22
c. Penguatan
Proses munculnya perilaku agresi ditunjang pula dengan adanya proses penguatan / reinforcement (Sears, et all, 2004:12). Penguatan atau peneguhan yang diberikan pada perilaku seseorang dan mendapatkan ganjaran yang menyenangkan, maka akan menimbulkan kecenderungan akan mengulangi perilaku yang sama. Jadi jikalau perilaku agresi dikuatkan oleh seseorang, maka akan ada kecenderungan perilaku tersebut diulangi kembali, karena mendapat keyakinan bahwa tindakan yang dilakukannya adalah tindakan biasa saja. d. Modeling
Adanya contoh-contoh yang diberikan oleh orang lain atau modeling kepada seseorang, juga bisa mempengaruhi kencenderungan agresi dari seseorang tersebut (Sears, et all, 2004:13). Seseorang dapat melakukan tindakan bullying karena ia meniru atau melihat orang lain melakukan hal yang sama, sehingga ia tertarik untuk melakukannya juga.
e. Perasaan Negatif dan Kejadian Tidak Menyenangkan
Berkowitz (Sears, et all, 2004:13) mengungkapkan bahwa semua perasaan negatif dan tidak enak adalah dorongan dasar bagi perilaku agresi. Pengaruh rasa tersinggung atau ancaman terhadap harga diri seseorang mengakibatkan munculnya dorongan agresi.
(43)
D. Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Bullying di Sekolah
Walgito (1992:69) mengemukakan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera yang kemudian oleh individu diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindera olehnya. Interpretasi seseorang tentang stimulus yang ia terima akan sangat berpengaruh pada perilakunya. Setiap individu memiliki perbedaan persepsi terhadap suatu stimulus tertentu. Perbedaan persepsi itu timbul karena adanya perbedaan pada pengalaman, kerangka acuan, kemampuan berpikir setiap individu (Walgito, 2004 : 53).
Ketika individu berada pada rentang usia 15 – 19 tahun, mereka berada pada masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang sering disebut dengan masa remaja. Individu tersebut mengalami masa transisi yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio emosional. Pada masa transisi ini, remaja memiliki potensi untuk melakukan perilaku bullying. Perilaku bullying menurut Smith dan Thompson (Rogers, 1995,179) terjadi saat seseorang atau sekelompok orang melakukan tindakan yang tidak menyenangkan terhadap orang lain. Hal tersebut dilakukan baik secara fisik seperti memukul, menendang, mengancam dengan kata-kata dan melakukan pengucilan terhadap seseorang yang dilakukan berulang kali, hingga membuat orang tersebut menjadi tidak berdaya untuk melakukan perlawanan.
(44)
24
Bullying yang dilakukan oleh siswa di sekolah adalah salah satu cara mereka untuk mencari identitas diri serta mencapai peran sosial di antara teman sebayanya. Menurut Santrock (2003: 219) banyak remaja yang menganggap bahwa teman sebaya merupakan aspek terpenting dalam kehidupan mereka sehingga mereka berusaha untuk diterima dalam sebuah pergaulan bersama teman sebayanya.
Bullying merupakan stimulus dari luar diri siswa dimana hal ini sangat berkaitan dengan persepsi siswa itu sendiri. Bullying dibedakan menjadi tiga kategori yaitu bullying secara fisik, bullying secara verbal, bullying secara psikologis. Menurut Diena (www.kpai.go.id), bullying itu bukan tentang apa yang ‘saya’ lakukan kepada orang lain, melainkan apa persepsi si korban terhadap sikap ‘saya’ (Samhadi, 2007). Bullying terjadi ketika apapun yang dilakukan seseorang membuat orang lain merasa kecil, takut dan tertindas. Oleh karena itu persepsi seseorang terhadap perilaku bullying memiliki peran yang penting dalam mengkategorikan tindakan tersebut termasuk bullying atau tidak.
Ketika persepsi siswa terhadap perilaku bullying berbeda dengan siswa yang lain, maka perilaku bullying yang terjadi di sekolah juga bisa berbeda-beda. Orang Jepang menganggap bullying yang terjadi di negaranya berbeda dengan yang terjadi Norwegia. Bullying dalam masyarakat Indonesia sebenarnya bukan menjadi sesuatu hal yang baru, namun cenderung tidak diperhatikan atau bahkan diabaikan. Hal ini disebabkan
(45)
karena belum diketahui bahaya dan dampaknya bagi perkembangan individu, khususnya siswa, dalam proses belajar di sekolah.
Di samping itu, untuk lebih jelasnya mengenai persepsi terhadap perilaku bullying dapat dilihat pada skema di bawah ini.
MASA REMAJA
PERSEPSI ¾ Aspek Kognitif
¾ Aspek Afektif
Perilaku Bullying
• Bullying secara Verbal
• Bullying secara Fisik
• Bullying secara Psikologis
- masa peralihan
- kesulitan menyelesaikan masalah pribadi
- krisis identitas
- emosi tinggi
- perubahan minat
- perubahan nilai-nilai
- masa transisi
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
H0 : Persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto dan
SMA Stella Duce 2 identik.
H1 : Persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto dan
(46)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bagian ini diuraikan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan tentang metodologi penelitian meliputi jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian dan pengukuran, metode pengumpulan data dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya (Sugiyono, 2005:21). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode explanatory research. Penelitian ini bermaksud untuk
mendeskripsikan bagaimana persepsi siswa terhadap perlaku bullying yang terjadi di sekolah.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus s.d September 2007.
(47)
C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa dan siswi SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah persepsi siswa tehadap perilaku bullying
di sekolah.
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.
2. Sampel Penelitian
a. Teknik Penarikan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive
sampling, yaitu pemilihan sampel penelitian berdasarkan ciri-ciri spesifik yang dimiliki (Nasution, 2004).
b. Sampel Penelitian
Sampel dari penelitian ini adalah siswa dan siswi dari SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 kelas XI yang berjumlah 169 siswa. Alasan pemilihan sampel adalah subjek memenuhi karakteristik masa remaja yaitu memiliki rentang usia
(48)
28
15 – 19 tahun dan berada pada masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
E. Varibel Penelitian dan Pengukuran
Persepsi siswa terhadap perilaku bullying merupakan sebuah proses dimana siswa mengorganisasi dan menginterpretasi stimulus-stimulus dari perilaku bullying. Adapun indikator perilaku bullying yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. bullying secara fisik,
termasuk meninju, mencekik, menjambak rambut, memukul, menggigit, dan menggelitiki dengan keterlaluan.
2. bullying secara verbal,
termasuk perbuatan seperti nama panggilan yang menyakitkan, mengusik, dan.menghina.
3. bullying secara psikologis,
termasuk menolak, memeras, memfitnah, membuat gosip mendaftarhitamkan, memanipulasi teman, mengisolasi, membuang, dan menekan teman sebaya.
Ketiga indikator tersebut akan dijabarkan dengan gambar dan disertai dengan suatu skenario dengan tujuan supaya siswa dapat mengorganisasi dan menginterpretasi perilaku bullying yang disajikan dalam gambar dan skenario tersebut. Skala yang digunakan dinamakan skala persepsi siswa terhadap perilaku bullying.
(49)
Hasil dari pengukuran diharapkan dapat menunjukkan bagaimana persepsi siswa terhadap perilaku bullying di sekolah. Berikut dapat dilihat
blue print distribusi butir skala persepsi siswa terhadap perilaku bullying
pada tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 3.1 Blue Print
No. Komponen Bobot
1. Bullying secara fisik 33,3 % (4 pertanyaan) 2. Bullying secara verbal 33,3 %
(4 pertanyaan) 3. Bullying secara psikologis 33,3%
(4 pertanyaan)
JUMLAH : 100 %
(12 pertanyaan)
Tabel 3.2
Distribusi Butir-Butir Skala Persepsi terhadap Perilaku Bullying
(sebelum diuji kesahihannya)
No. Komponen Skenario No. Item Jumlah
Item
1. Bullying secara fisik
Skenario B Skenario C Skenario H Skenario I
2 3 8 9
4
2. Bullying secara verbal
Skenario D Skenario E Skenario F Skenario J 4 5 6 10 4
3. Bullying secara psikologis
Skenario A Skenario G Skenario K Skenario L 1 7 11 12 4
(50)
30
F. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data
mengenai persepsi siswa terhadap perilaku bullying. Kuesioner akan
disajikan dalam bentuk gambar dan disertai dengan skenario yang menggambarkan perilaku bullying yang terjadi baik fisik, verbal maupun psikologis. Untuk setiap indikator akan disajikan empat gambar dan skenario sehingga jumlah gambar dan skenario yang disajikan berjumlah 12. Setiap gambar dan skenario yang disajikan akan diakhiri dengan satu pertanyaan yang mengarah pada bagaimana persepsi siswa ketika ia berada pada situasi yang digambarkan dalam skenario.
Alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan menggunakan metode
summated ratings atau model Likert. Skala ini memiliki empat alternatif jawaban. Skala ini juga tidak memakai alternatif jawaban di tengah untuk menghindari subjek memberikan jawaban netral atau tidak bisa menentukan adanya pilihan dan adanya central tendency effect, terutama bagi respon ragu-ragu dalam menentukan jawaban. Alternatif jawaban yang digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.3
Skor item untuk skala persepsi siswa terhadap perilaku bullying
Jawaban Skor
Sangat Serius 4
Serius 3
Tidak Serius 2
(51)
G. Pengujian Instrumen Penelitian
1. Pengujian Validitas
Validitas adalah tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk mengungkapkan data sesuai dengan yang hendak diungkapkannya. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Daftar pertanyaan ini pada umumnya mendukung suatu kelompok variabel tertentu. Rumus dari uji validitas adalah dengan menggunakan teknik
Product Moment Co-Efficient Of Correlation dari Pearson (Hadi, 2000: 289). Rumusnya:
(
)
{
∑
Χ −∑
∑
Χ}
∑ ∑
{
∑
Υ −( )
∑
Υ}
Υ Χ − ΧΥ = 2 2 2 2 n n n rxy Keterangan:rxy = koefisien korelasi Product moment, uji satu arah
dengan taraf signifikasi (α) = 5%
n = jumlah sampel
X = jumlah nilai (skor) pertanyaan responden
Y = total nilai (skor) pernyataan responden
ΣY2 = jumlah skor kuadrat variabel y
ΣX2 = jumlah skor kuadrat variabel x
Jika r hitung > r table maka pengukuran tersebut valid. Hasil dari pengujian validitas dapat dilihat pada table berikut.
(52)
32
Tabel 3.4 Validitas
r hitung
skenario A 0.553
skenario B 0.528
skenario C 0.625
skenario D 0.547
skenario E 0.655
skenario F 0.718
skenario G 0.610
skenario H 0.659
skenario I 0.611
skenario J 0.585
skenario K 0.632
skenario L 0.545
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa hasil r hitung dari setiap skenario > 0, 235 (r tabel df=48 alpha=0,05). Hal ini berarti semua item dalam kuesioner penelitian ini valid.
2. Pengujian Reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas dan didapat kesimpulan bahwa pengukuran tersebut valid, maka langkah selanjutnya adalah mengukur reliabilitasnya. Reliabilitas adalah tingkat kestabilan dari alat pengukur terhadap suatu gejala atau kejadian. Dalam pengukuran
reliabilitas (Anwar, 1997:78) ini menggunakan rumus Alpha dari
Cronbach : ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − = ) 1 ( 11 k k r ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡
−
∑
22 1 t b σ σ Keterangan: 11
r = reliabilitas instrument
(53)
∑
2b
σ = jumlah varians butir
2
t
σ = varians total
Menurut Nunnally (Ghozali, 2005:42) jika koefisien α> 0,6 maka kuesioner yang akan digunakan sebagai alat pengukur dalam penelitian telah memenuhi syarat reabilitas. Hasil perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 3.5 Reliabilitas 0,844 Alpha Cronbach 11 r
Skenario A 0,439
Skenario B 0,433
Skenario C 0,545
Skenario D 0,444
Skenario E 0,552
Skenario F 0,624
Skenario G 0,513
Skenario H 0,578
Skenario I 0,523
Skenario J 0,487
Skenario K 0,535
Skenario L 0,427
Hasil perhitungan menunjukkan koefisien α > 0,6, yaitu sebesar 0,844 yang menurut kriteria Nunnally (Ghozali, 2005:42) bisa dikatakan reliabel.
3. Seleksi Item
Berdasarkan pengujian validitas dan reliabilitas di atas maka tidak ada item yang digugurkan, sehingga 12 item tersebut akan digunakan dalam penelitian.
(54)
34
H. Teknik Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
persepsi siswa tehadap perilaku bullying di sekolah. Statistik
deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean, median dan standar deviasi (SD).
2. Uji Prasyarat Analisis
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang terjaring berdistribusi normal atau tidak. Apabila data yang terjaring berdistribusi normal maka analisis untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Asumsi mengenai normalitas perlu dicek keberadaannya agar langkah-langkah selanjutnya dapat dipertanggungjawabkan. Selanjutnya uji normalitas ini menggunakan rumus Tes Satu Sampel Kolmogorov – Smirnov (Sugiyono, 2005:69). Adapun persamaan rumusnya sebagai berikut :
D = Maksimum [ Fo(x) – Sn(x) ]
Keterangan :D = Deviasi atau penyimpangan
Fo(x) = Distribusi frekuensi kumulatif teoritis Sn(x) = Distribusi frekuensi yang diobservasi
(55)
Apabila probabilitas (p) yang diperoleh melalui perhitungan lebih kecil dari taraf signifikansi 5% dikatakan signifikan, artinya ada beda antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data variabel adalah tidak normal pada taraf signifikansi 5%. Apabila probabilitas (p)
yang diperoleh melalui perhitungan lebih besar dari taraf signifikansi 5% dikatakan tidak signifikan, artinya tidak ada beda antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data variabel adalah normal.
b) Uji Homogenitas
Uji homogenitas menggunakan Levin’s test dengan SPSS
for windows untuk menguji homogenitas kedua varian. Jika probabilitas > 0.05, maka H0 tidak dapat ditolak atau memiliki varians yang sama (Ghozali, 2005:58).
3. Pengujian Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
H0 : Persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 identik.
H1 : Persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 tidak identik.
Pengujian hipotesis menggunakan independent sample t test
dengan SPSS for windows untuk membandingkan nilai rata-rata dua
(56)
36
0.05, maka H0 ditolak atau terdapat perbedaan yang signifikan diantara dua kelompok subjek.
(57)
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Orientasi Kancah
Penelitian ini dilakukan di SMA Stella Duce 2 dan SMA Kolese De Britto Yogyakarata. Subjek penelitian adalah siswa dan siswa kelas XI dari masing-masing sekolah. Alasan pemilihannya adalah karena karakteristik subjek penelitian sesuai dengan karakteristik subjek yang ingin diteliti. Adapun karakteristik subjek yang dipilih adalah:
1. memenuhi karakteristik masa remaja yaitu memiliki rentang usia 15 – 19 tahun dan berada pada masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa;
2. siswa-siswi kelas XI dianggap telah lebih baik mengenal lingkungan sekolahnya.
B. Persiapan Penelitian 1. Persiapan Kuesioner
Peneliti mengumpulkan gambar-gambar yang memperlihatkan perilaku bullying dari internet melalui situs pencarian gambar www.google.com dan www.yahoo.co.id. Setelah memperoleh beberapa gambar, kemudian peneliti membuat skenario yang menceritakan kisah yang terjadi di dalam gambar. Skenario tersebut disusun sesuai dengan
(58)
38
tiga indikator perilaku bullying, yaitu secara fisik, verbal dan psikologis. Di akhir skenario, terdapat sebuah pertanyaan yang mengarah pada bagaimana persepsi siswa ketika ia berada pada situasi yang ada pada gambar dan yang diceritakan dalam skenario.
2. Perijinan
Peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian dengan membawa surat ijin penelitian yang telah ditanda tangani oleh Ketua Jurusan kepada Kepala SMA Kolese De Britto dan Kepala SMA Stella Duce 2 dengan melampirkan proposal penelitian yang telah disetujui oleh pembimbing. Setelah menyampaikan surat ijin penelitian, pihak sekolah meminta waktu untuk mempelajari penelitian yang akan dilakukan. Sekolah membutuhkan waktu kurang lebih 3 hari. Setelah itu peneliti kemudian bertemu dengan pihak yang berwenang untuk menyampaikan secara lisan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Setelah pihak sekolah menyetujui, peneliti kemudian dipersilahkan untuk membuat jadwal serta melaksanakan penelitian kepada guru pendamping yang ditunjuk oleh pihak sekolah. Secara keseluruhan peneliti tidak menemukan kesulitan dan hambatan yang berarti dalam proses perijinan yang telah dilakukan.
3. Jadwal Penelitian
Jadwal dari penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
(59)
Tabel 4.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No. Pelaksanaan Tempat Jenis
Penelitian
Jumlah Subjek 1. Rabu, 5-09-2007 SMA Pangudi
Luhur Sedayu
Try out 23 orang 2. Jumat, 7 -09- 2007 SMA Santa
Maria
Try out 27 orang 3. Senin, 17 -09- 2007
11.30 – 12.50
SMA Stella Duce 2
Penelitian 50 orang 4. Kamis,20- 09- 2007
12.10 – 12.50
SMA Stella Duce 2
Penelitian 37 orang 5. Sabtu, 22 -09-2007
07.45-10.15
SMA Kolese De Britto
Penelitian 82 orang
C. Pelaksanaan Penelitian 1. Try out Penelitian
Peneliti melaksanakan try out dengan maksud untuk menguji validitas dan reliabilitas dari kuesioner yang telah dibuat. Try out dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 5 September 2007 di SMA Pangudi Luhur Sedayu dan 7 September 2007 di SMA Santa Maria Yogyakarta. Peneliti menyebarkan 30 kuesioner di SMA Pangudi Luhur Sedayu. Dari 30 kuesioner yang disebarkan, kuesioner yang kembali dan terisi sebanyak 23 kuesioner. Peneliti kemudian melaksanakan try out di SMA Santa Maria Yogyakarta. Tujuan dari try out ini selain untuk menguji validitas dan reliabilitas kuesioner yaitu untuk menghitung waktu yang
(60)
40
kira-kira dibutuhkan untuk mengisi kuesioner. Subjek penelitian berjumlah 27 orang dengan waktu pengisian kurang lebih 15 menit.
Ketika subjek sudah selesai mengerjakan, peneliti meminta mereka untuk memeriksa kembali pekerjaannya apakah ada yang terlewati atau tidak. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada subjek penelitian yang sudah bersedia untuk membantu try out dan memberikan kenang-kenangan kepada mereka sebagai tanda terima kasih.
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Penelitian di SMA Stella Duce 2
Penelitian dilaksanakan pada hari Senin tanggal 17 September 2007 pukul 11.30-12.50 di kelas XI IPS 2 dan XI Bahasa dan hari Kamis tanggal 20 September 2007 pukul 12.10-12.50 di kelas XI IPS 1. Subjek penelitian seluruhnya berjumlah 87 orang. Untuk pelaksanaan penelitian, peneliti mendapatkan kesempatan untuk masuk ke dalam kelas untuk membagikan kuesioner. Hal pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah memperkenalkan diri serta menyampaikan maksud dan tujuan dari pelaksanaan penelitian ini. Kemudian peneliti membagikan kuesioner dan meminta subjek penelitian untuk mengisi data yang ada. Peneliti membebaskan subjek penelitian untuk tidak menuliskan nama mereka. Ketika subjek penelitian telah selesai menuliskan data yang diperlukan, peneliti kemudian menjelaskan bagaimana cara mengisi kuesioner
(61)
sesuai dengan petunjuk yang telah tersedia. Ada beberapa pertanyaan yang muncul yaitu mengenai cara mengisi apakah harus disilang atau dicentang, untuk hal tersebut akhirnya peneliti memberikan kebebasan kepada subjek. Secara keseluruhan tidak ada pertanyaan mengenai isi dan kata-kata maupun gambar yang ada dalam kuesioner. Peneliti memberikan waktu 15 menit kepada subjek untuk mengisi kuesioner yang diberikan.
Setelah selesai mengisi kuesioner, peneliti meminta subjek untuk memeriksa kembali kuesioner yang telah diisi untuk memastikan tidak ada yang telewati. Sebagai penutup peneliti mengucapkan terima kasih kepada subjek penelitian yang telah bersedia dan membantu peneliti untuk melaksanakan penelitian ini. Selain itu peneliti juga memberikan kenang-kenangan sebagai tanda terima kasih kepada subjek penelitian.
b. Penelitian di SMA Kolese De Britto
Penelitian dilaksanakan pada hari Sabtu 22 September 2007 di kelas XI IPA 3, XI IPA 4 dan XI IPA 5 pukul 07.45- 10.30. Subjek penelitian secara keseluruhan berjumlah 82 orang. Untuk pelaksanaan penelitian di SMA Kolese De Britto, peneliti mendapatkan banyak bantuan dari guru yang telah ditunjuk oleh pihak sekolah. Guru memberikan waktu jam pelajaran yang dimilikinya untuk meminta subjek penelitiaan mengisi kuesioner
(62)
42
yang telah disediakan oleh peneliti. Secara keseluruhan penelitian yang dilakukan berjalan dengan lancar. Tidak ada pertanyaan yang berarti mengenai isi dan kata-kata yang ada dalam kuesioner.
D. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Variabel Penelitian
Tabel 4.2
Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Bullying di SMA Kolese De Britto
Jumlah Skor
f fr (%) Kriteria
42 - 48 12 14,63 Sangat Serius
36 - 41 46 56,10 Serius
32 - 35 18 21,96 Cukup Serius
29 - 31 6 7,31 Tidak Serius
12 - 28 - - Sangat Tidak Serius Jumlah 82 100
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa tingkat persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto terperinci sebagai berikut 12 orang atau 14,63% mempersepsikan perilaku bullying di sekolah berkategori sangat serius, 46 orang atau 56,10% mempersepsikan perilaku bullying di sekolah berkategori serius, 18 orang atau 21,96% mempersepsikan perilaku bullying di sekolah berkategori cukup serius, dan 6 orang atau 7,31% mempersepsikan perilaku bullying di sekolah berkategori tidak serius. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
(63)
persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto yang terbesar berkategori serius. Hal ini didukung hasil perhitungan rata-rata =37,77, median =38, modus =40, dan standar deviasi =4,307
Tabel 4.3
Persepsi Siswa Terhadap Perilaku Bullying di SMA Stella Duce 2
Jumlah Skor
f fr (%) Kriteria
42 - 48 18 20,69 Sangat Serius
36 - 41 41 47,13 Serius
32 - 35 21 24,14 Cukup Serius
29 - 31 6 6,89 Tidak Serius
12 - 28 1 1,15 Sangat Tidak Serius Jumlah 87 100
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa tingkat persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Stella Duce 2 terperinci sebagai berikut. 18 orang atau 20,69% mempersepsikan perilaku bullying di sekolah berkategori sangat serius, 41 orang atau 47,13% mempersepsikan perilaku bullying di sekolah berkategori serius, 21 orang atau 24,14% mempersepsikan perilaku bullying di sekolah berkategori cukup serius, 6 orang atau 6,89% mempersepsikan perilaku bullying di sekolah berkategori tidak serius dan 1 orang atau 1,15% mempersepsikan perilaku bullying di sekolah berkatagori sangat tidak serius. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Stella Duce 2 yang terbesar berkategori serius. Hal ini didukung
(64)
44
hasil perhitungan rata-rata =37,68, median =38, modus =40, dan standar deviasi =4,453
2. Uji Prasyarat Analisis a) Uji Normalitas
Penelitian ini menggunakan uji normalitas One Sample Kolmogorov – Smirnov. Hasil dari uji normalitas yang dilakukan :
Tabel 4.4
Uji Normalitas Data di SMA Kolese De Britto Skor
Kolmogorov – Smirnov Z 0,726 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,667
Uji Kolmogorov – Smirnov untuk data hasil penelitian di SMA Kolese De Britto terlihat bahwa nilai K-S 0,726 dengan probabilitas signifikansi (Asymp.Sig) 0,667. Oleh karena probabilitas > 0,05 maka dapat dikatakan tidak signifikan. Hal ini berarti tidak ada beda antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data variabel adalah normal.
Tabel 4.5
Uji Normalitas Data di SMA Stella Duce 2 Skor Kolmogorov – Smirnov Z 0,821 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,511
(65)
Uji Kolmogorov – Smirnov untuk data hasil penelitian di SMA Stells Duce 2 terlihat bahwa nilai K-S 0,821 dengan probabilitas signifikansi (Asymp.Sig) 0,511. Oleh karena probabilitas > 0,05 maka dapat dikatakan tidak signifikan. Hal ini berarti tidak ada beda antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data variabel adalah normal. b) Uji Homogenitas
Berdasarkan hasil uji Levin’s test, diperoleh nilai F hitung sebesar 0,477 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,491. Oleh karena probabilitas > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 tidak
dapat ditolak. Pernyataan ini menunjukkan bahwa kedua varian homogen, yang berarti sampel yang digunakan mempunyai varian yang sama.
3. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
H0 : Persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto
dan SMA Stella Duce 2 identik.
H1 : Persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto
dan SMA Stella Duce 2 tidak identik.
Uji hipotesis dilakukan dengan independent sample t test menggunakan SPSS 15.0 for Windows. Hasil uji yang dilakukan tampak sebagai berikut.
(66)
46
Tabel 4.6 Hasil Uji Beda
Skor
t 0,134
Sign. (2-tailed) 0,894 Mean
Kolese De Britto Stella Duce 2
37,77 37,68
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis di atas, nilai t hitung sebesar 0,134 dengan probabilitas signifikansi 0,894 (two tail). Oleh karena probabilitas signifikansi > 0,05 maka H0 tidak dapat ditolak. Pernyataan
tersebut mengandung arti bahwa persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto dan Stella Duce 2 identik atau tidak memiliki perbedaan secara signifikan. Hasil perhitungan nilai mean pada tabel juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi siswa di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2.
E. Pembahasan
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 identik tidak dapat ditolak. Pernyataan ini berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara
(67)
persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data dalam bentuk grafik sebagai berikut :
Grafik 4.1
Perbandingan Nilai Mean Skor Total di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2
Sekolah
Stella Duce 2 Kolese De Brito
Mean T
o
tal
_
s
k
or
40
30
20
10
0
Grafik 4.1 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan skor yang signifikan antara SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2. Hal ini juga menunjukkan tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap perilaku bullying di kedua sekolah.
Deskripsi persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (56,10%) mempersepsikan perilaku bullying berkategori serius. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa
(68)
48
di SMA Kolese De Britto mempersepsikan perilaku bullying di sekolah yang terjadi baik dalam bentuk fisik, verbal dan psikologis termasuk peristiwa yang serius.
Deskripsi persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Stella Duce 2 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa (47,13%) mempersepsikan perilaku bullying berkategori serius. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa di SMA Stella Duce 2 mempersepsikan perilaku bullying di sekolah yang terjadi baik dalam bentuk fisik, verbal dan psikologis termasuk peristiwa yang serius.
Persepsi terhadap perilaku bullying merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus yang berupa perilaku bullying oleh individu melalui alat indera yang kemudian oleh individu diorganisasikan dan diinterpretasikan, sehingga individu menyadari dan mengerti tentang perilaku bullying yang diindera olehnya. Oleh karena itu, persepsi seseorang tentang perilaku bullying yang ia terima akan berpengaruh terhadap perilakunya. Siswa di SMA Kolese De Britto dan di SMA Stella Duce 2, mempersepsikan perilaku bullying sebagai perilaku yang serius. Persamaan persepsi ini timbul karena adanya persamaan proses penginderaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian perilaku bullying yang pernah terjadi di sekolah masing-masing. Selain itu, persamaan persepsi yang terjadi dikarenakan adanya faktor pengalaman, kerangka acuan, dan kemampuan berpikir setiap siswa yang ada di masing-masing sekolah.
(69)
Berikut ini disajikan data perbandingan nilai mean diantara tiga bentuk
perilaku bullying baik di SMA Kolese De Britto maupun di SMA Stella Duce 2. Grafik 4.2
Perbandingan Nilai Mean Tiga Bentuk Perilaku Bullying di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2
Sekolah
Stella Duce 2 Kolese De Brito
Mean
12.5
10
7.5
5
2.5
0
Bull_psiko Bull_verbal Bull_fisik
Grafik 4.2 menunjukkan perbandingan nilai mean diantara tiga bentuk
perilaku bullying yaitu fisik, verbal, dan psikologis. Di SMA Kolese De Britto,
persepsi terhadap perilaku bullying fisik memiliki skor lebih tinggi daripada
perilaku bullying verbal dan psikologis. Kecenderungan serupa juga terjadi di
SMA Stella Duce 2. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku bullying yang
dianggap paling serius adalah perilaku bullying secara fisik seperti memukul,
meninju serta perlakuan kasar secara fisik lainnya. Persepsi terhadap perilaku bullying secara verbal seperti menghina, membuat nama panggilan yang menyakitkan dan berbagai perkataan yang tidak mengenakan, memiliki skor
(70)
50
tertinggi kedua. Sedangkan perilaku bullying secara psikologis seperti membuat gosip, menekan, menolak, memfitnah teman sebaya dipersepsikan siswa sebagai perilaku yang tidak terlalu serius dibandingkan bentuk perilaku bullying yang berupa fisik dan verbal.
Untuk mengetahui lebih lanjut apakah ada perbedaan persepsi siswa di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 terhadap tiga bentuk perilaku bullying, dilakukan uji beda dengan independent sample t test. Berikut disajikan data hasil uji beda yang telah dilakukan.
Tabel 4.7
Uji Beda Tiga Bentuk Perilaku Bullying
Bentuk Perilaku Bullying t Sign. (2-tailed) Keterangan Bullying secara fisik 0,618 0,537 Identik
Bullying secara verbal 1,386 0,168 Identik Bullying secara psikologis 0,501 0,617 Identik
Hasil dari uji beda pada tabel 4.9 menunjukkan bahwa probabilitas signifikansi untuk ketiga bentuk perilaku bullying > 0,05. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara persepsi siswa di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 terhadap tiga bentuk perilaku bullying. Hasil ini sejalan dengan hasil pengujian hipotesis yang menyatakan bahwa persepsi siswa terhadap perilaku bullying di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2 identik.
(71)
Berikut disajikan data perbandingan nilai mean dari setiap skenario yang menggambarkan perilaku bullying baik di SMA Kolese De Britto maupun di SMA Stella Duce 2.
Tabel 4.8
Nilai Mean dan Standar Deviasi Skenario SMA Kolese De Britto SMA Stella Duce 2 Skenario Nilai
Mean Std.Deviasi
Nilai
Mean Std.Deviasi
Bentuk Bullying
Skenario A 2,24 0,600 2,59 0,724 Psikologis
Skenario B 3,23 0,654 3,28 0,604 Fisik
Skenario C 3,38 0,601 3,49 0,608 Fisik
Skenario D 2,96 0,637 2,93 0,643 Verbal
Skenario E 3,28 0,774 2,93 0,846 Verbal
Skenario F 3,55 0,612 3,41 0,620 Verbal
Skenario G 3,01 0,619 2,91 0,676 Psikologis
Skenario H 3,45 0,591 3,37 0,649 Fisik
Skenario I 3,50 0,614 3,60 0,655 Fisik
Skenario J 2,76 0,658 2,87 0,696 Verbal
Skenario K 2,90 0,780 2,84 0,626 Psikologis
Skenario L 3,50 0,614 3,46 0,661 Psikologis
Hasil dari perhitungan mean dan standar deviasi pada tabel 4.10 menunjukkan bahwa di SMA Kolese De Britto, persepsi tehadap skenario yang menggambarkan perilaku bullying secara verbal memiliki nilai mean yang tertinggi. Sedangkan di SMA Stella Duce 2, persepsi terhadapa skenario yang menggambarkan perilaku bullying secara fisik memiliki nilai mean yang tertinggi. Namun baik di SMA Kolese De Britto dan SMA Stella Duce 2, persepsi terhadap skenario yang menggambarkan perilaku bullying secara psikologis memiliki nilai mean yang terendah diantara skenario yang lain. Hal
(72)
52
ini menunjukkan bahwa perilaku bullying secara psikologis cenderung dianggap sebagai perilaku yang tidak terlalu serius dibandingkan dengan perilaku bullying yang lainnya.
Saat siswa mempersepsikan perilaku bullying merupakan perilaku yang serius dan membahayakan, maka seseorang akan cenderung menghindari dan tidak melakukan perilaku tersebut. Begitu pula sebaliknya, saat siswa menganggap perilaku bullying sebagai perilaku yang biasa saja dan tidak berbahaya, maka seseorang akan cenderung membiarkan perilaku tersebut terjadi atau bahkan melakukannya. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa siswa di SMA Kolese De Bitto dan SMA Stella Duce 2 mempersepsikan perilaku bullying secara psikologis sebagai perilaku yang tidak terlalu serius dibandingkan dengan perilaku bullying yang lainnya. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian yang dilakukan oleh Bauman dan Del Rio (2006) yang memaparkan bahwa perilaku bullying secara psikologis cenderung dianggap hal yang biasa terjadi dibandingkan dengan perilaku bullying yang lain. Hal ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Fakta menunjukkan bahwa kejadian bunuh diri yang dilakukan oleh Fifi Kusrini (www.kpai.go.id) dan Linda Utami (Samhadi, 2007) terjadi karena korban sering mengalami perilaku bullying secara psikologis yaitu berupa ejekan dan dijauhi oleh teman-temannya yang terjadi secara terus menerus.
Untuk mengetahui lebih lanjut apakah ada perbedaan persepsi siswa terhadap skenario-skenario yang menggambarkan perilaku bullying di SMA
(1)
Group Statistics
Sekolah N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
Kolese De Brito 82 2.24 .600 .066
skenarioA
Stella Duce 2 87 2.59 .724 .078
Kolese De Brito 82 3.23 .654 .072
skenarioB
Stella Duce 2 87 3.28 .604 .065
Kolese De Brito 82 3.38 .601 .066
skenarioC
Stella Duce 2 87 3.49 .608 .065
Kolese De Brito 82 2.96 .637 .070
skenarioD
Stella Duce 2 87 2.93 .643 .069
Kolese De Brito 82 3.28 .774 .085
skenarioE
Stella Duce 2 87 2.93 .846 .091
Kolese De Brito 82 3.55 .612 .068
skenarioF
Stella Duce 2 87 3.41 .620 .067
Kolese De Brito 82 3.01 .619 .068
skenarioG
Stella Duce 2 87 2.91 .676 .072
Kolese De Brito 82 3.45 .591 .065
skenarioH
Stella Duce 2 87 3.37 .649 .070
Kolese De Brito 82 3.50 .614 .068
skenarioI
Stella Duce 2 87 3.60 .655 .070
Kolese De Brito 82 2.76 .658 .073
skenarioJ
Stella Duce 2 87 2.87 .696 .075
Kolese De Brito 82 2.90 .780 .086
skenarioK
Stella Duce 2 87 2.84 .626 .067
Kolese De Brito 82 3.50 .614 .068
skenarioL
Stella Duce 2 87 3.46 .661 .071
(2)
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference
F Sig. t df Upper Lower
skenarioA Equal variances
assumed 10.211 .002 -3.336 167 .001 -.342 .103 -.545 -.140
Equal variances
not assumed -3.355 164.309 .001 -.342 .102 -.544 -.141
skenarioB Equal variances
assumed .208 .649 -.456 167 .649 -.044 .097 -.235 .147
Equal variances
not assumed -.455 163.882 .649 -.044 .097 -.236 .147
skenarioC Equal variances
assumed .106 .745 -1.249 167 .213 -.116 .093 -.300 .067
Equal variances
not assumed -1.249 166.599 .213 -.116 .093 -.300 .067
skenarioD Equal variances
assumed .137 .712 .329 167 .743 .032 .099 -.162 .227
Equal variances
not assumed .329 166.582 .743 .032 .099 -.162 .227
skenarioE Equal variances
assumed .065 .800 2.796 167 .006 .349 .125 .103 .596
Equal variances
not assumed 2.803 166.856 .006 .349 .125 .103 .596
skenarioF Equal variances
assumed .431 .512 1.423 167 .157 .135 .095 -.052 .322
Equal variances
not assumed 1.424 166.657 .156 .135 .095 -.052 .322
skenarioG Equal variances
assumed 3.643 .058 1.043 167 .298 .104 .100 -.093 .301
Equal variances
(3)
skenarioH Equal variances
assumed .715 .399 .872 167 .385 .083 .096 -.105 .272
Equal variances
not assumed .874 166.809 .383 .083 .095 -.105 .272
skenarioI Equal variances
assumed .004 .949 -.999 167 .319 -.098 .098 -.291 .095
Equal variances
not assumed -1.001 166.994 .318 -.098 .098 -.290 .095
skenarioJ Equal variances
assumed .002 .961 -1.126 167 .262 -.117 .104 -.323 .089
Equal variances
not assumed -1.128 166.996 .261 -.117 .104 -.323 .088
skenarioK Equal variances
assumed 1.354 .246 .584 167 .560 .063 .108 -.151 .278
Equal variances
not assumed .580 155.391 .563 .063 .109 -.152 .279
skenarioL Equal variances
assumed .624 .431 .409 167 .683 .040 .098 -.154 .234
Equal variances
not assumed .410 166.961 .682 .040 .098 -.153 .234
(4)
LAMPIRAN 5
(5)
(6)