Prevalensi dan evaluasi interaksi farmakokinetik resep racikan pada lima PUSKESMAS di Kabupaten Sleman periode Desember 2013 - USD Repository

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PREVALENSI DAN EVALUASI INTERAKSI FARMAKOKINETIK RESEP
RACIKAN PADA LIMA PUSKESMAS DI KABUPATEN SLEMAN PERIODE
DESEMBER 2013

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Oleh:
I Dewa Ayu Dwi Komaladewi
108114026

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PREVALENSI DAN EVALUASI INTERAKSI FARMAKOKINETIK
RESEP RACIKAN PADA LIMA PUSKESMAS DI KABUPATEN SLEMAN
PERIODE DESEMBER 2013

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi


Oleh:
I Dewa Ayu Dwi Komaladewi
108114026

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Selama kita masih mempunya
TEKAD yang terpelihara
dalam SEMANGAT,
maka tiada kata
TERLAMBAT untuk
memulai SEBUAH
AWAL yang baru
Jangan berputus asa jika
mengalami kesulitan,
karena setiap tetes air
hujan yang jernih berasal
dari awan yang gelap


“Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi batas
kemampuan umatnya”

Sebuah karya kecil kupersembahkan kepada :
Ida Shang Hyang Widhi Wasa sebagai wujud rasa syukurku
Ibu Budhiari dan Ajunk Kawiyasa , sebagai wujud baktiku,
Kakakku Satya dan Sinta Adikku, sebagai tanda sayangku,
Joseph Singgih Dwilaksono yang selalu menghadirkan hujan dan
pelangi dalam hidupku
Semua teman Farmasi USD 2010 dan almamater tercinta
v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PRAKATA

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Ide Shang Hyang
Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan anugerah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Prevalensi dan
Evaluasi Interaksi Farmakokinetik Resep Racikan pada Lima Puskesmas di
Kabupaten Sleman Periode Desember 2013”. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
membantu, memberikan dukungan, bimbingan, kritik, dan saran selama proses
penyelesaian skripsi ini. Dalam kesempatan ini, penulis hendak mengucapkan
terima kasih kepada :
1.

Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., PhD. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma sekaligus selaku Dosen Pembimbing dan Dosen
Penguji yang telah banyak memberi bimbingan, arahan, dan masukan dalam
penyusunan skripsi ini sehingga dapat menjadi lebih baik.

2.


Ibu Dita Maria Virginia, S.Farm., Apt., M.Sc. selaku Dosen Penguji yang
telah memberikan masukan yang berarti terhadap skripsi ini.

3.

Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan yang berarti terhadap skripsi ini.

4.

Kepala Puskesmas Depok I serta Asisten Apoteker Puskesmas Depok I : Ibu
Rusmini yang memberikan bantuan selama penyusunan skripsi.

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI

TERPUJI

5.

Kepala Puskesmas Mlati II serta Apoteker Puskesmas Mlati II : Ibu Chrisna
Wardani yang memberikan bantuan selama penyusunan skripsi.

6.

Kepala Puskesmas Tempel I serta Asisten Apoteker Puskesmas Tempel I :
Ibu Ilmi Jazmiati yang memberikan bantuan selama penyusunan skripsi.

7.

Kepala Puskesmas Seyegan serta Asisten Apoteker Puskesmas Seyegan : Ibu
Noer Hidayati yang memberikan bantuan selama penyusunan skripsi.

8.

Kepala Puskesmas Kalasan serta Apoteker Puskesmas Kalasan : Nur Djanah

Alboneh yang memberikan bantuan selama penyusunan skripsi.

9.

Rekan-rekan tim skripsi : Harris Kristanto Setiadi, Lenny Aftalina Letlora,
Lelo Susilo, Vera Juniarta dan Septi Martiani Pertiwi atas segala kerjasama,
bantuan dan dukungan dalam pengerjaan skripsi.

10. Sahabat-sahabatku : Harris, Ayu, Yosri, Ci Puji, Rotua, Vivo, Gita, Sugi,
Hans, Intan, Lenny, Lelo dan Vera atas motivasi, kebersamaan dan
persahabatannya.
11. Seluruh dosen dan teman-teman FSM A 2010, FKK A 10 serta seluruh
angkatan 2010 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
12. Semua pihak yang penulis tidak dapat menyebutkan satu-persatu yang telah
ikut membantu selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi
informasi bagi pembaca.
Penulis


vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. iv
PRAKATA ................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. vii
DAFTAR ISI .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xiii
INTISARI .............................................................................................. xiv
ABSTRACT .............................................................................................. xv
BAB I. PENGANTAR .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
1. Perumusan masalah ....................................................................... 3
2. Keaslian penelitian ........................................................................ 3
3. Manfat penelitian ........................................................................... 5
B. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1. Tujuan umum ................................................................................ 6
2. Tujuan khusus ............................................................................... 6

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .................................................... 7
A. Pengertian Resep .................................................................................. 7
1. Definisi resep ................................................................................. 7
2. Resep racikan dan manfaat resep racikan ........................................ 8
3. Kombinasi obat ................................................................................ 8
B. Pola Resep Racikan ................................................................................ 9
C. Interaksi Obat ..................................................................................... 11
1. Definisi interaksi obat ................................................................... 11
2. Dampak klinis interaksi obat ........................................................ 11
3. Interaksi farmakokinetik ............................................................... 12
D. Keterangan Empiris ............................................................................ 20
BAB III. METODE PENELITIAN ......................................................... 21
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................... 21
B. Variabel Penelitian ............................................................................ 21
C. Definisi Operasional

........................................................................ 22

D. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 24
E. Obyek dan Subyek Penelitian ........................................................... 24
F. Metode Pengambilan Data ................................................................ 25
G. Instrumen Penelitian .......................................................................... 25
H. Tata Cara Penelitian ............................................................................ 26
I. Tata Cara Analisis Hasil ...................................................................... 31
J. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................... 33

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

A. Prevalensi Resep Racikan .................................................................... 33
B. Pola Peresepan Racikan ....................................................................... 35
C. Interaksi Farmakokinetik Resep Racikan ............................................ 42
D. Pendapat Apoteker dan Asisten Apoteker ........................................... 44
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 48
A. Kesimpulan ......................................................................................... 48
B. Saran ................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 50
LAMPIRAN ............................................................................................ 53
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................ 96

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I.

Tingkat Keparahan Interaksi Obat ......................................... 11

Tabel II.

Pemetaan Puskesmas Berdasarkan Kecamatan ...................... 27

Tabel III. Kelas Terapi dan Jenis Obat Resep Racikan .......................... 35
Tabel IV. Komposisi, Bentuk Sediaan dan Rute Pemberian Dua
Komposisi Racikan . ................................................................ 37
Tabel V.

Komposisi, Bentuk Sediaan dan Rute Pemberian Tiga
Komposisi Racikan . ................................................................ 38

Tabel VI. Komposisi, Bentuk Sediaan dan Rute Pemberian Empat
Komposisi Racikan . ................................................................ 38
Tabel VII.Komposisi, Bentuk Sediaan dan Rute Pemberian Dua
Komposisi Racikan dan Non Racikan . .................................. 39
Tabel VIII.Komposisi, Bentuk Sediaan dan Rute Pemberian Tiga
Komposisi Racikan dan Non Racikan . .................................. 39
Tabel IX. Komposisi, Bentuk Sediaan dan Rute Pemberian Empat
Komposisi Racikan dan Non Racikan . .................................. 40
Tabel X.

Komposisi, Bentuk Sediaan dan Rute Pemberian
Racikan Tunggal dan Racikan Campuran . ............................. 40

Tabel XI. Persentase Komposisi Resep Racikan …………................... 43

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Persentase Resep Racikan dan Non Racikan pada Lima
Puskesmas di Kabupaten Sleman Periode Desember 2013 ..... 33
Gambar 2. Persentase Masing-Masing Resep Racikan dan Non Racikan
pada Puskesmas di Kabupaten Sleman Periode Desember
2013 ....................................................................................... 34
Gambar 3. Penggunaan Komposisi Resep Racikan disertai Non Racikan
pada Lima Puskesmas di Kabupaten Sleman Periode
Desember 2013

.................................................................... 41

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Formulir Isian Permohonan Ijin Pra Penelitian ..................... 54
Lampiran 2. Surat Rekomendasi Kantor Kesatuan Bangsa ........................ 55
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA ..................................... 56
Lampiran 4. Sura Permohonan Informasi Data Dinas Kesehatan .............. 58
Lampiran 5. Informed Consent Puskesmas Seyegan ................................. 59
Lampiran 6. Informed Consent Puskesmas Mlati II .................................. 60
Lampiran 7. Informed Consent Puskesmas Depok I ................................. 61
Lampiran 8. Informed Consent Puskesmas Tempel I ............................... 62
Lampiran 9. Informed Consent Puskesmas Kalasan ................................. 63
Lampiran 10.Resep Racikan Puskesmas Seyegan ..................................... 64
Lampiran 11.Resep Racikan Puskesmas Mlati II ...................................... 67
Lampiran 12.Resep Racikan Puskesmas Depok I ...................................... 72
Lampiran 13.Resep Racikan Puskesmas Tempel I .................................... 77
Lampiran 14.Resep Racikan Puskesmas Kalasan ...................................... 81
Lampiran 15.Persentase Komposisi Resep Racikan .................................. 85
Lampiran 16.Wawancara Puskesmas Seyegan .......................................... 90
Lampiran 17.Wawancara Puskesmas Mlati II ........................................... 91
Lampiran 18.Wawancara Puskesmas Depok I ........................................... 92
Lampiran 19.Wawancara Puskesmas Tempel I ......................................... 93
Lampiran 20.Wawancara Puskesmas Kalasan ........................................... 94
Lampiran 21. Surat Keterangan Validasi .................................................... 95

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

INTISARI
Obat racikan merupakan bentuk sediaan kefarmasian yang dibuat dengan
cara mencampurkan, menggabungkan, atau mengubah bentuk obat untuk
disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Menurut beberapa ahli, obat racikan dapat
menimbulkan beberapa permasalahan. Hal inilah yang menjadi dasar tujuan untuk
mengetahui prevalensi dan evaluasi interaksi farmakokinetik resep racikan pada
lima puskesmas di Kabupaten Sleman periode Desember 2013.
Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental dengan rancangan
penelitian bersifat deskriptif cross sectional. Jenis data yang digunakan bersifat
retrospektif, pemilihan sampel menggunakan metode cluster random.
Prevalensi resep racikan pada lima puskesmas adalah sebanyak 4,8% dari
643 resep racikan. Jenis obat yang sering diresepkan adalah klorpeniramin maleat
sebanyak 145 (33%) dengan kelas terapi antihistamin. Pasien pengguna racikan
adalah anak-anak dengan kisaran umur 2 bulan - 9 tahun. Kombinasi resep
racikan yang paling sering diresepkan adalah klorpeniramin maleat dan
salbutamol sebanyak 26 (15%) dengan 2 kombinasi obat. Bentuk sediaan racikan
yang paling sering digunakan adalah pulveres sebanyak 169 (96%) dengan rute
pemberian oral. Tidak ditemukan interaksi farmakokinetik yang terjadi. Apoteker
dan asisten apoteker berpendapat bahwa penggunaan obat racikan masih dapat
digunakan. Permasalahan interaksi obat pada resep racikan dapat diminimalkan
dengan adanya komunikasi antara apoteker dengan dokter mengenai komposisi
campuran obat pada resep racikan.
Kesimpulan penelitian ini adalah prevalensi resep racikan pada lima
puskesmas di Kabupaten Sleman sebanyak 4,8% dan tidak ditemukannya interaksi
farmakokinetik pada kombinasi resep racikan periode Desember 2013.
Kata kunci: prevalensi, pola, interaksi farmakokinetik, pendapat

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Compounded drug is a pharmaceutical dosage form that made by
“combines, mixes, or alters ingredients to create a medication tailored to the needs
of an individual patients” in response to a prescription from a health care provider.
According to some experts, personalized medicine may cause some problems
because of drug concoction made by mixing several drugs into the composition of
pharmaceutical dosage forms. This is the basic aim to determine the prevalence
and evaluation of pharmacokinetic interactions compounded prescription at five
health centers in Sleman regency period in December 2013.
This study includes the design of non-experimental research is a
descriptive cross sectional study. Based on the type of data used, this study is
retrospective, sample selection in this study using cluster random.
Prevalence of compounded prescription at five health centers is 4,8% of
the 643 total compounded prescription. Types of drug are often prescribed as 145
chlorpheniramin maleate (33%) with class antihistamine therapy. Patients
concoction users are children with the age range of 2 months - 9 years. The
combination of compounded prescription is the most commonly prescribed
clorpheniramin maleate and salbutamol were 26 (15%) with 2 drug combinations.
Concoction dosage forms are most often used is pulveres were 169 (96%) with
oral route. Found no pharmacokinetic interactions that occur. Pharmacists and
assistant pharmacists argue that the use of personalized medicine can still be used.
Problems compounded prescription drug interactions can be minimized in the
presence of communication between pharmacists with a doctor about prescribed
drug interaction problems was also needed.
The conclusion of this study is the prevalence of compounded
prescription at five health centers in Sleman is 4,8% and not finding
pharmacokinetic interactions in combination compounded prescription period in
December 2013.
Keywords: prevalence, patterns, pharmacokinetic interactions, opinions

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENGANTAR

A. Latar Belakang
Pada awalnya obat racikan merupakan salah satu bentuk sediaan yang
digunakan di seluruh dunia. Obat racikan merupakan bentuk sediaan kefarmasian
yang digunakan untuk memberikan atau menyediakan obat sesuai kondisi dan
kebutuhan pasien. Obat racikan dibuat dengan menggerus atau mencampurkan
sediaan tablet yang biasanya terdiri atas sedikitnya dua macam obat. Bentuk obat
racikan bisa berupa bentuk padat, bentuk cair, bentuk injeksi, atau bentuk larutan
inhalasi (Glassgold, 2013).
Tahun 1930 hingga tahun 1940, sekitar 60% dari keseluruhan obat telah
diracik. Tahun 1970 di luar negeri penggunaan resep racikan hanya 1%, kurang
lebih 30-40 juta resep telah diracik setiap tahunnya (Than, 2009). Studi di Negara
bagian Illinois, Missouri, Kansas dan Iowa, tahun 2005 ditemukan bahwa jumlah
resep racikan yang dibuat sejumlah 2,3% dari keseluruhan resep yang ada
(McPherson, et al., 2006).
Di Indonesia bentuk obat racikan sering diresepkan oleh dokter. Alasan
dokter meresepkan resep racikan adalah: a). dapat menyesuaian dosis pemberian
dengan berat badan anak, b). biaya yang relatif lebih murah, c). dapat menutupi
rasa obat yang tidak enak, d). tidak menimbulkan kekhawatiran pasien bila
komponen obat terlalu banyak (Setiabudy, 2011). Wiedyaningsih (2003),
menemukan bahwa penggunaan resep racikan di apotek-apotek di kotamadya
Yogyakarta sebanyak 71% atau 900 jumlah resep. Hasil penelitian yang dilakukan

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

oleh Cahyo (2008), ditemukan terdapat sebanyak 78% atau 513 jumlah
penggunaan resep racikan untuk pediatri pada periode Juli 2007 di Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta.
Menurut beberapa ahli, obat racikan dapat menimbulkan beberapa
permasalahan. Salah satu masalah potensial pada obat racikan adalah
kemungkinan terjadinya interaksi antara obat yang diracik dalam satu bentuk
sediaan farmasi. Hal ini disebabkan karena obat racikan dapat dibuat dengan cara
mencampurkan lebih dari satu macam obat menjadi satu bentuk sediaan farmasi.
Interaksi obat dapat terjadi pada proses absorpsi, distribusi, metabolisme, dan
ekskresi yang dapat mempengaruhi kerja obat di dalam tubuh (Collet and Aulton,
1990). Penelitian yang dilakukan oleh Piliarta, dkk. (2009), di rumah sakit swasta
di Kabupaten Gianyar Bali ditemukan bahwa terjadi sebanyak 21 kejadian atau
sebesar 45,65% angka kejadian interaksi obat dari 96 resep racikan. Berdasarkan
penelitian-penelitian tersebut, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui dan
melihat potensi terjadinya interaksi pada resep racikan. Hal lain yang juga
mendukung dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui prevalensi
penggunaan resep racikan khususnya pada lima pusksmas di Kabupaten Sleman.
Penelitian ini terfokus pada penggunaan resep racikan, meliputi jumlah
resep racikan, pola resep racikan, interaksi farmakokinetik dan wawancara
terhadap apoteker dan asisten apoteker untuk mengetahui pendapat mereka
mengenai penggunaan resep racikan. Puskesmas dipilih sebagai tempat penelitian
ini karena puskesmas merupakan tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama
sebagai salah satu fasilitas kesehatan yang disediakan oleh pemerintah di suatu

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

kecamatan pada setiap kabupaten (Sulastomo, 2007). Hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai tambahan informasi terkait prevalensi resep racikan di
Kabupaten Sleman khususnya penggunaan resep racikan pada lima puskesmas di
Kabupaten Sleman periode Desember 2013.

1.

Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan diatas, permasalahan
yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini meliputi :
a. Berapa prevalensi resep racikan pada lima puskesmas di Kabupaten
Sleman periode Desember 2013?
b. Seperti apakah pola peresepan resep racikan?
c. Adakah interaksi farmakokinetik obat yang terjadi pada resep racikan dan
dengan non racikan?
d. Seperti apakah pendapat dari apoteker dan asisten apoteker terkait
penggunaan resep racikan?

2.

Keaslian penelitian
Penelitian mengenai prevalensi dan evaluasi interaksi farmakokinetik
resep racikan pada lima puskesmas di Kabupaten Sleman periode Desember
2013 belum pernah dilakukan. Penelitian terkait dengan penggunaan resep
racikan telah dilakukan oleh beberapa peneliti lain, akan tetapi terdapat
perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya. Perbedaan tersebut antara lain yaitu dalam hal tujuan penelitian,
lokasi penelitian, dan waktu penelitian.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

Beberapa penelitian yang terkait/tentang penggunaan resep racikan
antara lain :
a.

Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli
2007 (Kajian Kasus Gangguan Sistem Saluran Cerna) yang diteliti oleh
Marselin (2008). Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif
evaluatif. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa
penggunaan obat racikan sebesar 78% dan obat bukan racikan sebesar
22% di instalasi farmasi rawat jalan, sedangkan di bangsal anak
penggunaan obat racikan sebesar 52% dan bukan racikan sebesar 48%.
Terdapat 5 jenis racikan dengan 209 penggunaan untuk pasien pediatri
yang berpotensi untuk terjadi interaksi obat.

b.

Evaluasi Komposisi, Indikasi, Dosis, dan Interaksi Obat Resep Racikan
untuk Pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Juli 2007, yang
diteliti oleh Cahyo (2008). Rancangan penelitian yang digunakan adalah
deskriptif evaluatif. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa
sebanyak 54 kasus yang paling banyak menerima satu jenis racikan,
dengan jenis racikan paling banyak parasetamol dan fenobarbital.
Interaksi obat terjadi sebanyak 24 kasus, obat tanpa indikasi sebanyak 31
kasus, dosis terlalu tinggi sebanyak 2 kasus, dan dosis terlalu rendah
sebanayk 11 kasus.

c.

Evaluasi Peresepan Kasus Pediatri di Bangsal Anak Rumah Sakit
Bethesda yang Menerima Resep Racikan dalam Periode Juli 2007

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

(Kajian Kasus Gangguan Sistem Saluran Nafas) yang dilakukan oleh
Wibowo (2008). Rancangan penelitian yang digunakan adalah deskriptif
evaluatif. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan bahwa
penggunaan obat racikan sebanyak 54,5% dengan jenis racikan yang
paling sering digunakan adalah parasetamol dan fenobarbital 39,4%.
Penggunaan obat non racikan terdiri dari 8 kelas terapi. Kelas terapi yang
paling banyak digunakan adalah obat saluran cerna 91,9%.
3.

Manfaat penelitian
Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain :
a) Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya di
puskesmas Kabupaten Sleman mengenai prevalensi, pola, potensial
interaksi farmakokinetik dan pendapat apoteker dan asisten apoteker
terkait penggunaan resep racikan agar tetap meningkatkan mutu dan
kualitas pelayanan.
b) Bagi Calon Peneliti
Sebagai

tambahan

informasi

dan

referensi

pengembangan

penelitian prevalensi, pola, potensial interaksi farmakokinetik dan
pendapat apoteker dan asisten apoteker terkait penggunaan resep racikan.
c) Bagi Peneliti
Sebagai sarana belajar untuk mengintegrasikan pengetahuan dan
keterampilan dengan terjun langsung sehingga dapat melihat dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

mengetahui prevalensi, pola, potensial interaksi farmakokinetik dan
pendapat apoteker dan asisten apoteker terkait penggunaan resep racikan
pada lima puskesmas di Kabupaten Sleman.

B. Tujuan Penelitian
1.

Tujuan umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi dan
evaluasi interaksi farmakokinetik resep racikan pada lima puskesmas di
Kabupaten Sleman periode Desember 2013.

2.

Tujuan khusus
Tujuan khusus penelitian adalah untuk melihat hasil penelitian mengenai
masalah berikut:
a. Mengetahui prevalensi resep racikan pada lima puskesmas di Kabupaten
Sleman periode Desember 2013.
b. Menggambarkan pola peresepan dari resep racikan.
c. Mengetahui terjadinya potensial interaksi farmakokinetik pada resep
racikan dan dengan non racikan.
d. Mengeksplorasi pendapat dari apoteker dan asisten apoteker terkait
penggunaan resep racikan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA

A. Pengertian Resep
1. Definisi Resep
Menurut Kepmenkes RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004 resep adalah
permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker
pengelola apotek untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi penderita
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ada beberapa jenis resep, yaitu:
a.

Resep standar (R/. Officinalis)
Yaitu resep yang komposisinya telah dibakukan dan dituangkan ke
dalam buku farmakope atau buku standar lainnya. Penulisan resep
sesuai dengan buku standar

b.

Resep magistrales (R/. Polifarmasi)
Yaitu resep yang sudah dimodifikasi atau diformat oleh dokter (resep
racikan), bisa berupa campuran atau tunggal yang diencerkan dalam
pelayanannya harus diracik terlebih dahulu

c.

Resep medicinal
Yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merek dagang maupun
generik, dalam pelayanannya tidak mangalami peracikan

7

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

d.

8

Resep obat generik
Yaitu penulisan resep obat dengan nama generik dalam bentuk
sediaan dan jumlah tertentu. Dalam pelayanannya bisa atau tidak
mengalami peracikan (Jas, 2009).
Obat diresepkan untuk memperbaiki kualitas hidup pasien dengan

mengobati penyakit, mengurangi atau mengeliminasi gejala penyakit,
menghentikan atau memperlambat proses penyakit, atau mencegah penyakit
atau gejala sejak awal kejadian (Hepler and Strand,1990).
2. Resep Racikan dan Manfaat Resep Racikan
Obat

racikan

disebut

juga

resep

magistrales

dibuat

dengan

menghaluskan atau menghancurkan sediaan obat tablet yang biasanya terdiri
atas sedikitnya dua macam obat (Glassgold, 2013). Menurut U.S. Food and
Drug Administration (2007), sediaan racikan diresepkan bermanfaat untuk
pasien yang tidak dapat menelan tablet, sejumlah dosis dapat disesuaikan
terhadap pasiennya, dapat diperuntukkan kepada pasien yang tidak dapat
menerima rasa tidak enak dari obat.
3. Kombinasi Obat
Menurut American Medical Association (AMA) tahun 1994, peresepan
kombinasi obat secara umum perlu memperhatikan beberapa hal, meliputi :
a. Mengandung tidak lebih dari 3 macam obat dengan aksi farmakologis
yang berbeda dan tidak boleh mengandung lebih dari satu macam obat
dengan aksi farmakologis yang sama.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

b. Setiap komponen aktif terdapat dalam dosis yang efektif dan aman serta
mempunyai efek terapetik.
c. Kombinasi obat dapat diberikan untuk mengobati penyakit yang
kompleks.
d. Kombinasi obat mempunyai nilai terapetik untuk mengatasi gejala sesuatu
dengan tipe dan tingkat keparahannya.
e. Interaksi obat yang merugikan antara komponen sudah diperhitungkan.

B. Pola Resep Racikan
Menurut World Health Organization (2002), pengobatan yang rasional
adalah pemberian obat yang sesuai kebutuhan pasien, dalam dosis yang sesuai dan
periode waktu tertentu, serta dengan biaya serendah mungkin baik bagi pasien
maupun komunitasnya. Pola pengobatan yang tidak mengikuti kaidah-kaidah di
atas adalah pola pengobatan tidak rasional. Berikut adalah pola resep racikan
yaitu:
a. Jenis obat
Obat ialah suatu bahan yang digunakan dalam menyembuhkan penyakit
atau gejala penyakit. Ada bermacam-macam jenis obat yang dapat digunakan
sebagai obat racikan, kecuali jenis obat bersalut yang tidak dianjurkan
digunakan sebagai komposisi obat racikan. Pemilihan jenis obat biasanya
disesuaikan dengan kebutuhan pasien (Nugroho, 2012). Ada berbagai macam
jenis obat yang dapat digunakan sebagai komposisi resep racikan, salah

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10

satunya yaitu efedrin, parasetamol, salbutamol, dexametason, dll (Depkes RI,
2008).
b. Kelas terapi
Kelas terapi adalah suatu penggolongan obat baik sintesis maupun herbal
berdasarkan fungsinya yang khas dan spesifik dalam efek farmakologi.
Penggolongan obat ini bertujuan agar mempermudah dalam klasifikasi serta
pemahaman dalam hal mekanisme aksi dari obat yang bekerja pada reseptorreseptor tubuh guna menghasilkan sebuah efek farmakologi (Nugroho, 2012).
c. Pasien penerima obat racikan
Anak-anak dan lansia merupakan golongan usia yang sangat rentan
terserang penyakit. Dokter sering kali memberikan obat racikan untuk pasien
anak-anak dan lansia karena memudahkan pemberian obat yang sesuai
kebutuhan pasien dan sesuai dengan pelayanan kesehatan (Danish, 1996).
d. Bentuk obat racikan
Bentuk obat racikan dibuat berdasarkan tujuan penggunaan obat
sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasien. Bentuk obat racikan yang biasa
dijumpai antara lain seperti pulvis, pulveres, kapsul, larutan, suspensi, emulsi,
salep, suppositoria, krim dan gel (Syamsuni, 2006).
e. Rute pemberian
Rute pemberian adalah jalur pemberian obat. Jalur pemberian obat
tersebut disesuaikan berdasarkan bentuk sediaan yang digunakan. Obat dapat
diberikan melalui berbagai macam rute pemberian yang dikehendaki pasien.
Macam-macam rute pemberian obat antara lain yaitu pemberian obat secara

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

enteral (oral, sublingual, rektal), parenteral (intra vaskular, IM, SC), lain-lain
(inhalasi, intranasal, intratekal, topikal, transdermal) (Syamsuni, 2006).

C. Interaksi Obat
1. Definisi Interaksi Obat
Interaksi obat adalah modifikasi efek suatu obat akibat obat lain yang
diberikan bersamaan sehingga keefektifan atau toksisitas satu obat atau lebih
berubah. Efek yang terjadi bisa meningkatkan atau mengurangi aktifitas
sehingga menghasilkan efek baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Interaksi
bisa terjadi karena pencampuran obat satu dengan obat yang lainnya, obat
dengan makanan, obat dengan herbal, obat dengan mikronutrien, dan obat
injeksi dengan kandungan infus (Laurence, 1997).
2. Dampak klinis interaksi obat
Interaksi obat dapat mempengaruhi kondisi klinis pasien. Dampak klinis
ini dapat dilihat dengan mengetahui tingkat signifikansi dari interaksi obat
yang ditimbulkan. Tingkat keparahan akibat interaksi obat tersebut dapat
dilihat pada table I.
Tabel I. Tingkat Keparahan Interaksi Obat (Tatro, 2001).
Tingkat Skala Interaksi Obat
Tingkat
Signifikan
1
2
3
4
5

Keparahan

Laporan/Bukti

Berat (major)
Sedang (moderat)
Ringan (minor)
Berat/Sedang
(major/moderat)
Ringan (minnor)
Tidak terjadi

Terbukti
Terbukti
Terbukti
Mungkin terjadi
Mungkin terjadi
Tidak mungkin terjadi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12

Derajat keparahan akibat interaksi obat diklasifikasikan menjadi tiga
tingkat keparahan, yaitu ringan/minor, sedang/moderate, dan berat/major.
1. Keparahan minor
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan minor apabila interaksi
terjadi tetapi tidak mempengaruhi tujuan terapi secara signifikan, akibat
dari interaksi obat tidak diketahui dan tidak membutuhkan terapi tambahan
(Tatro, 2001).
2. Keparahan moderate
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan moderate jika satu dari
bahaya potensial terjadi pada pasien. Potensial bahaya yang terjadi
tergantung dari kondisi klinis pasien. Kondisi klinis pasien mempengaruhi
efek interaksi obat sehingga mempengaruhi proses penyembuhan, mulai
dari membutuhkan terapi tambahan, rawat inap di rumah sakit, sampai
memperlama proses penyembuhan (Tatro, 2001).
3. Keparahan major
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan major jika potensi yang
dapat menimbulkan kerusakan organ permanen sampai menyebabkan
kematian pada pasien tinggi (Tatro, 2001).
3. Interaksi Farmokokinetik
Interaksi farmakokinetik adalah perubahan farmakokinetik suatu obat
karena adanya interaksi dengan obat lain di dalam tubuh. Interaksi
farmakokinetik dapat terjadi akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada
absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi sesuatu obat karena obat lain.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13

Interaksi yang terjadi antara lain dapat mengubah salah satu kerja dari
komposisi obat yang dicampur, meningkatkan toksisitas dan/atau mengurangi
efektifitas obat atau menyebabkan efek samping yang tidak terduga. Interaksi
farmakokinetik dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok :
a. Mempengaruhi absorpsi
Obat-obat yang digunakan secara oral biasanya diserap dari saluran
cerna ke dalam sistem sirkulasi. Ada banyak kemungkinan terjadi interaksi
selama obat melewati saluran cerna. Absorpsi obat dapat terjadi melalui
transport pasif maupun aktif, di mana sebagian besar obat diabsorpsi
secara pasif. Proses ini melibatkan difusi obat dari daerah dengan kadar
tinggi ke daerah dengan kadar obat yang lebih rendah. Pada transport aktif
terjadi perpindahan obat melawan gradien konsentrasi (contohnya ion-ion
dan molekul yang larut air) dan proses ini membutuhkan energi. Absorpsi
obat secara transport aktif lebih cepat dari pada secara tansport pasif. Obat
dalam bentuk tak-terion larut lemak dan mudah berdifusi melewati
membran sel, sedangkan obat dalam bentuk terion tidak larut lemak dan
tidak dapat berdifusi (Harkness and Richard, 1989).
Bila kecepatan absorpsi berubah, interaksi obat secara signifikan akan
lebih mudah terjadi, terutama obat dengan waktu paro yang pendek.
Berikut adalah beberapa interaksi akibat gangguan absorpsi antara lain :

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14

1. Efek perubahan pH
Cairan saluran cerna yang alkalis, misalnya akibat adanya antasid,
akan meningkatkan kelarutan obat yang bersifat asam yang sukar larut
dalam saluran cerna, misalnya aspirin. Dengan demikian percepatan
disolusi aspirin oleh basa akan mempercepat absorpsinya. Akan tetapi,
suasana alkalis di saluran cerna akan mengurangi kelarutan beberapa
obat yang bersifat basa (misalnya tetrasiklin) dalam cairan saluran
cerna, sehingga mengurangi absorpsi. Berkurangnya keasaman lambung
oleh antasida akan mengurangi pengrusakan obat yang tidak tahan asam
sehingga meningkatkan bioavailabilitas (Harkness and Richard, 1989).
Ketokonazol yang diminum per oral membutuhkan medium asam
untuk

melarutkan

sejumlah

yang

dibutuhkan

sehingga

tidak

memungkinkan diberikan bersama antasida, obat antikolinergik,
penghambatan H2, atau inhibitor pompa proton (misalnya omeprazol)
(Harkness and Richard, 1989).
2. Pembentukan senyawa kompleks tak larut atau khelat dan adsorpsi
Interaksi antara antibiotik golongan fluorokinolon (siprofloksasin,
enoksasin, levofloksasin, lomefloksasin, norfloksasin, ofloksasin dan
sparfloksasin) dan ion-ion divalent dan trivalent (misalnya ion Ca2+,
Mg2+ dan Al3+ dari antasida dan obat lain) dapat menyebabkan
penurunan yang signifikan dari absorpsi saluran cerna, bioavailabilitas
dan efek terapetik, karena terbentuknya senyawa kompleks. Interaksi ini
juga sangat menurunkan aktivitas antibiotik fluorokuinolon. Efek

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15

interaksi ini dapat secara signifikan dikurangi dengan memberikan
antasida beberapa jam sebelum atau setelah pemberian fluorokuinolon
(Harkness and Richard, 1989).
3. Perubahan mortilitas gastrointestinal
Kebanyakan obat sebagian besar diserap di bagian atas usus kecil,
obat-obatan yang mengubah laju pengosongan lambung dapat
mempengaruhi

absorpsi.

Propantelin

misalnya,

menghambat

pengosongan lambung dan mengurangi penyerapan parasetamol
(asetaminofen), sedangkan metoklopramid memiliki efek sebaliknya
(Baxter and Karen, 2008).
4. Induksi atau inhibisi protein transporter obat
Ketersediaan hayati beberapa obat dibatasi oleh aksi protein
transporter obat. Transporter obat yang terkarakteristik paling baik
adalah P-glikoprotein. Digoksin adalah substrat P-glikoprotein, dan
obat-obatan yang menginduksi protein ini, seperti rifampisin, dapat
mengurangi ketersediaan hayati digoksin (Baxter and Karen, 2008).
b. Mempengaruhi distribusi
Setelah obat diabsorpsi ke dalam sistem sirkulasi, obat di bawa ke
tempat kerja di mana obat akan bereaksi dengan berbagai jaringan tubuh
dan atau reseptor. Selama berada di aliran darah, obat dapat terikat pada
berbagai komponen darah terutama protein albumin. Obat-obat larut lemak
mempunyai afinitas yang tinggi pada jaringan adiposa, sehingga obat-obat
dapat tersimpan di jaringan adiposa ini. Rendahnya aliran darah ke

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16

jaringan lemak mengakibatkan jaringan ini menjadi tempat untuk obatobat larut lemak. Hal ini memperpanjang efek obat. Obat-obat yang sangat
larut lemak misalnya golongan fenotiazin, benzodiazepin dan barbiturate
(Harkness and Richard, 1989).
Sejumlah obat yang bersifat asam mempunyai afinitas terhadap protein
darah terutama albumin. Obat-obat yang bersifat basa mempunyai afinitas
untuk berikatan dengan asam-α-glikoprotein. Ikatan protein plasma (PPB :
plasma protein binding) dinyatakan sebagai persen yang menunjukkan
persen obat yang terikat. Obat yang terikat albumin secara farmakologi
tidak aktif, sedangkan obat yang tidak terikat, biasa disebut fraksi bebas,
aktif secara farmakologi. Bila dua atau lebih obat yang terikat protein
digunakan bersama-sama, terjadi kompetisi pengikatan pada tempat yang
sama, yang mengakibatkan terjadi penggeseran salah satu obat dari ikatan
dengan protein, dan akhirnya terjadi peninggatan kadar obat bebas dalam
darah. Bila satu obat tergeser dari ikatannya dengan protein oleh obat lain,
akan terjadi peningkatan kadar obat bebas yang terdistribusi melewati
berbagai jaringan. Pada pasien dengan hipoalbuminemia kadar obat bebas
atau bentuk aktif akan lebih tinggi. Obat-obat yang cenderung berinteraksi
pada proses distribusi adalah obat-obat yang :
a. persen terikat protein tinggi ( lebih dari 90%)
b. terikat pada jaringan
c. mempunyai volume distribusi yang kecil
d. mempunyai rasio ekskresi hepatik yang rendah

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17

e. mempunyai rentang terapetik yang sempit
f. mempunyai onset aksi yang cepat
g. digunakan secara intravena.
Obat-obat yang mempunyai kemampuan tinggi untuk menggeser obat
lain dari ikatan dengan protein adalah asam salisilat, fenilbutazon,
sulfonamid dan anti-inflamasi nonsteroid (Harkness and Richard, 1989).
c. Mempengaruhi metabolisme
Obat akan melewati membran plasma menuju reseptor dalam bentuk
larut lemak untuk menghasilkan efek sistemik dalam tubuh. Metabolisme
dapat mengubah senyawa aktif yang larut lemak menjadi senyawa larut air
yang tidak aktif, yang nantinya akan diekskresi terutama melalui ginjal.
Obat dapat melewati dua fase metabolisme, yaitu metabolisme fase I dan
II. Metabolisme fase I, terjadi oksidasi, demetilasi, hidrolisa, dsb. Oleh
enzim mikrosomal hati yang berada di endotelium, menghasilkan
metabolit obat yang lebih larut dalam air. Metabolisme fase II, obat
bereaksi dengan molekul yang larut air (misalnya asam glukuronat, sulfat,
dsb) menjadi metabolit yang tidak atau kurang aktif, yang larut dalam air.
Suatu senyawa dapat melewati satu atau kedua fase metabolisme di atas
hingga tercapai bentuk yang larut dalam air. Sebagian besar interaksi obat
yang signifikan secara klinis terjadi akibat metabolisme fase I dari pada
fase II (Baxter and Karen, 2008).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

18

Berikut adalah beberapa interaksi akibat gangguan metabolisme antara
lain:
1. Peningkatan metabolisme
Beberapa obat bisa meningkatkan aktivitas enzim hepatik yang
terlibat dalam metabolisme obat-obat lain. Misalnya fenobarbital
meningkatkan metabolisme warfarin sehingga menurunkan aktivitas
antikoagulannya. Peningkatan dosis warfarin perlu dilakukan pada
kasus ini, tapi setelah pemakaian fenobarbital dihentikan dosis warfarin
harus diturunkan untuk menghindari potensi toksisitas. Sebagai
alternatif dapat digunakan sedatif selain barbiturate, misalnya golongan
benzodiazepine. Fenobarbital juga meningkatkan metabolisme obatobat lain seperti hormon steroid (Harkness and Richard, 1989).
2. Penghambatan metabolisme
Suatu obat dapat juga menghambat metabolisme obat lain, dengan
dampak

memperpanjang

atau

meningkatkan

aksi

obat

yang

dipengaruhi. Sebagai contoh, alopurinol mengurangi produksi asam urat
melalui penghambatan enzim kasantin oksidase, yang memetabolisme
beberapa obat yang potensial toksik seperti merkaptopurin dan
azatioprin. Penghambatan kasantin oksidase dapat secara bermakna
meningkatkan efek obat-obat ini. Sehingga jika dipakai bersama
alopurinol, dosis merkaptopurin atau azatioprin harus dikurangi hingga
1/3 atau 1/4 dosis biasanya (Harkness and Richard, 1989).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

19

d. Mempengaruhi ekskresi ginjal
Kecuali obat-obat anestetik inhalasi, sebagian besar obat diekskresi
lewat empedu atau urin. Darah yang memasuki ginjal sepanjang arteri
renal, mula-mula dikirim ke glomeruli tubulus, dimana molekul-molekul
kecil yang cukup melewati membran glomerular (air, garam dan beberapa
obat tertentu) disaring ke tubulus. Molekul-molekul yang besar seperti
protein plasma dan sel darah ditahan. Aliran darah kemudian melewati
bagian lain dari tubulus ginjal dimana transport aktif yang dapat
memindahkan obat dan metabolitnya dari darah ke filtrat tubulus. Sel
tubulus kemudian melakukan transport aktif maupun pasif (melalui difusi)
untuk mereabsorpsi obat. Interaksi bisa terjadi karena perubahan ekskresi
aktif tubuli ginjal, perubahan pH dan perubahan aliran darah ginjal
(Harkness and Richard, 1989).
1. Perubahan pH urin
Pada nilai pH tinggi (basa), obat yang bersifat asam lemah (pKa 37,5) sebagai besar terdapat sebagai molekul terionisasi larut lipid, yang
tidak dapat berdifusi ke dalam sel tubulus sehingga akan tetap dalam
urin dan akan dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, perubahan pH
yang

meningkatkan

jumlah

obat

dalam

bentuk

terionisasi,

meningkatkan hilangnya obat (Baxter and Karen, 2008).
2. Perubahan ekskresi aktif tubuli ginjal
Obat yang bekerja pada sistem transport aktif yang sama di tubulus
ginjal dapat bersaing satu sama lain dalam hal ekskresi. Sebagai contoh,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

20

probenesid mengurangi ekskresi penisilin. probenesid menghambat
sekresi ginjal akibat meningkatnya protein transporter pada ginjal
(Baxter and Karen, 2008).
3. Perubahan aliran darah ginjal
Aliran darah melalui ginjal dikendalikan oleh vasodilator
prostaglandin ginjal. Jika sintesis prostaglandin ini dihambat, maka
ekskresi beberapa obat dari ginjal dapat berkurang (Baxter and Karen,
2008).

D. Keterangan Empiris
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang prevalensi
dari resep racikan, pola dari resep racikan, interaksi farmakokinetik, dan pendapat
apoteker dan asisten apoteker terhadap penggunaan resep racikan pada lima
puskesmas di Kabupaten Sleman periode Desember 2013.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian tentang prevalensi dan evaluasi interaksi farmakokinetik resep
racikan pada lima puskesmas di Kabupaten Sleman periode Desember 2013
termasuk penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian bersifat
deskriptif cross sectional.
Penelitian ini disebut penelitian non ekperimental karena hanya
melakukan pengamatan terhadap sejumlah ciri (variabel) yang ada pada objek
penelitian tanpa adanya manipulasi atau intervensi dari peneliti. Penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriptif karena pada penelitian ini menggambarkan kejadian
atau fenomena yang terjadi tanpa menganalisis bagaimana dan mengapa
fenomena tersebut terjadi. Rancangan penelitian cross sectional karena hanya
melakukan observasi dan pengukuran variabel pada satu saat tertentu.
Berdasarkan jenis data yang digunakan, penelitian ini bersifat retrospektif karena
data yang digunakan diambil berdasarkan data terdahulu/lampau (Saryono, 2011).

B. Variabel Penelitian
1. Prevalensi resep racikan pada lima puskesmas di Kabupaten Sleman periode
Desember 2013
2. Pola peresepan resep racikan
3. Interaksi farmakokinetik resep racikan
4. Pendapat apoteker dan asisten apoteker terkait penggunaan resep racikan

21

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

22

C. Definisi Operasional
1. Resep racikan adalah permintaan (R/) yang berisikan nama obat, dimana obat
tersebut akan dibuat dengan cara merubah bentuk sediaan semula menjadi
bentuk sediaan farmasi yang lain (misal: tablet dirubah bentuk sediaannya
menjadi serbuk) yang disiapkan/diracik di instalasi/bagian obat pada lima
puskesmas di Kabupaten Sleman periode Desember 2013. Contoh resep
racikan:
R/ Parasetamol
CTM
Salbutamol

1500 mg
12 mg
12 mg

m.f. pulv. No. X
S 3.d.d.pulv I
2. Resep non racikan adalah permintaan (R/) yang berisikan nama obat, dimana
obat tersebut tidak dibuat dengan cara merubah bentuk sediaan semula
menjadi bentuk sediaan farmasi yang lain. Contoh resep non racikan :
R/ Parasetamol 500 mg No.X
S 3.d.d. Tab. I
3. Racikan campuran adalah racikan dengan komposisi dua obat atau lebih.
Racikan tunggal adalah racikan dengan komposisi hanya satu obat.
4. Lembar resep adalah catatan yang berisikan identitas pasien berupa nama,
umur dan permintaan obat yang ditulis oleh dokter. Dalam satu lembar resep
dapat berisi resep racikan dan resep non racikan, misalnya dalam satu lembar
resep untuk pasien A terdapat 3 peresepan (R/1; R/2; R/3), dimana R/1
merupakan resep racikan tunggal dan R/2 merupakan resep racikan campuran,
R/3 merupakan resep non racikan, maka jumlah resep racikan dalam satu

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

23

lembar resep sebanyak 2 permintaan, dan jumlah total permintaan pada satu
lembar resep adalah 3 permintaan.
5. Prevalensi resep racikan adalah jumlah resep racikan bulan Desember 2013
(racikan tunggal dan racikan campuran) dibagi dengan total jumlah resep
bulan Desember 2013 (resep racikan dan non racikan) dikali seratus persen.
6. Pola resep racikan yang dimaksudkan adalah gambaran penggunaan obat
racikan meliputi jenis obat (misal: vitamin, parasetamol, chlorpheniramin
maleat, glyceryl guaiacolate, salbutamol, dll.); kelas terapi (misal: obat
saluran nafas, antihistamin, mempengaruhi nutrisi, obat penurun demam,
antibiotik, kortikosteroid, obat saluran cerna, dan lain-lain); pasien pengguna
(misal: anak-anak, dewasa); kombinasi racikan (misal: 2 komposisi obat, 3
komposisi obat, 4 komposisi obat, dan lain-lain); bentuk sediaan (misal:
pulvis, pulveres, kapsul, larutan, suspensi, emulsi, salep, suppositoria, krim
dan gel); dan rute pemberian seperti enteral (misal: oral, sublingual, rektal),
parenteral (misal: intra vaskular, IM, SC), lain-lain (misal: inhalasi, intranasal,
intratekal, topikal, transdermal). Kategori jenis obat dan kelas terapi
diidentifikasi dengan menggunakan bantuan pustaka acuan dari Depkes RI
(2008), dan Lacy et al. (2006).
7. Interaksi obat adalah reaksi antara obat dengan obat lainnya di dalam tubuh
maupun yang dapat mempengaruhi kerja obat jika digunakan bersamaan pada
pengobatan dalam bentuk racikan dan non racikan. Interaksi yang dievaluasi

Dokumen yang terkait

Prevalensi dan evaluasi potensial interaksi farmakokinetik peresepan racikan di Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap RSUD Kabupaten Magelang periode Desember 2013.

0 3 117

Medication error dalam fase dispensing dan fase administration pada resep racikan (studi kasus) di empat apotek di Kabupaten Sleman periode Februari dan Maret 2014.

3 20 115

Persepsi dokter, apoteker dan pasien mengenai kelengkapan resep dan kemudahan pembacaan tulisan dalam resep [legibility] di Kabupaten Sleman periode Januari-Februari 2007 - USD Repository

0 1 105

Evaluasi komposisi, indikasi, dosis, dan interaksi obat resep racikan untuk pasien pediatri Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli 2007 - USD Repository

0 0 148

Medication error dalam fase prescribing dan transcribing pada resep racikan : studi kasus di empat apotek di Kabupaten Sleman - USD Repository

0 1 123

Medication error fase prescribing dan fase transcribing pada resep racikan untuk pasien pediatrik di rawat inap di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Februari 2014 - USD Repository

0 1 119

Studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien diabetes melitus tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember 2013 - USD Repository

0 1 205

Studi literatur interaksi obat pada peresepan pasien hipertensi di Instalasi Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta periode Desember tahun 2013 - USD Repository

0 0 144

Medication error resep obat racikan pasien pediatri rawat inap di RSUP Dr. Sardjito pada periode Februari 2014 (tinjauan fase dispensing dan fase administration) - USD Repository

0 1 116

Prevalensi dan evaluasi interaksi farmakokinetik peresepan racikan pada pasien rawat jalan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Desember 2013 - USD Repository

0 3 100