PENYELESAIAN SENGKETA PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT HUBBUL WATHON SUMOWONO SKRIPSI Diajukanuntuk memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum islam

PENYELESAIAN SENGKETA PEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT HUBBUL WATHON SUMOWONO SKRIPSI

  Diajukanuntuk memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum islam Oleh Sri Lestari

  NIM : 21411035 JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI ’AH FAKULTAS SYARI ’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015

  

PENYELESAIAN SENGKETA PEMBIAYAAN MACET PADA

AKAD MURABAHAH DI BMT HUBBUL WATHON

SUMOWONO

SKRIPSI

Diajukanuntuk memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum islam

  

Oleh

Sri Lestari

NIM : 21411035

  JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI ’AH FAKULTAS SYARI ’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2015

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Penuhilah janji-janjimu, agar kamu tidak merugi di dunia dan akhirat

nanti !!!

  PERSEMBAHAN Untuk Ibukku, adekku tercinta yang menjadi motivasiku Untuk Keluarga besar Panti Putri Aisyiyah Tuntang Kak Andika yang telah memberikan fasilitas sehingga skripsi ini bisa selesai dengan tepat waktu Untuk Almamater Tercinta Fakultas Syari’ah IAIN

Salatiga dan teman-teman HES 2011

KATA PENGANTAR

  Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkatrahmat-Nya Penulisan Skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan yang diharapkan.Penulisjuga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan oleh-Nya sehingga penulisdapat menyusun penulisanskripsiini.

  Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Nabi, Kekasih,

  

Spirit Perubahan, Rasullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para

  sahabat- sahabatnya, syafa‟at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan nanti.

  Penulisanskripsiini disusun untuk diajukan sebagaisalahsatupersyaratanguna memperolehg elarSarjanaSyari‟ah (S.Sy) dalamilmusyari‟ah, FakultasSyari‟ah, JurusanS1 Hukum Ekonomi Syari‟ah yang berjudul:

  Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Macet Pada Akad MurabahahDi BMT Hubbul Wathon Sumowono ”.Penulismengakui

  bahwa dalam menyusun PenulisanSkripsiini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.

  BapakDr. RahmatHariyadi, M.Pd,selakuRektor IAIN Salatiga

  2. IbuDra. SitiZumrotun, M.Ag, selakuDekanFakultasSyari‟ah di IAIN Salatiga.

  3. BapakIlya Muhsin, M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syari‟ah Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama.

  4. IbuEviAriyani, M.H, selakuKetuaJurusanS1 Hukum Ekonomi Syari‟ahdi IAIN Salatiga.

  5. Ibu Luthfiana Zahriani, M.H, selaku Dosen Pembimbing dan juga selaku Kepala Lab. Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya dan selalu meberikan saran, pengarahan, pemahaman serta masukan berkaitan penulisan skripsi sehingga dapat selesai dengan tepat waktu dan maksimal sesuaiyang diharapkan.

  6. Bapak Ir. Fauzan dan Bapak Muhammadselakupengurus BMT Hubbul Wathon Sumowono yang telah berkenan memberikanizinpenelitian di BMT Hubbul Wathon Sumowonosertamemberikaninformasi berkaitanpenulisanskripsi.

  7. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf adminitrasi Fakultas Syari‟ah yang tidak bisa kami sebut satu persatu yang selalu memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan apapun.

  8. Kedua Orang tuakuBapakMarjan (Alm) danIbu Painitercinta, yang telahmendoakan dan memberi kasih sayang serta semangatkepadakuselama ini.

  9. Kel. Ibu Endang Wiratni, B.Sc, Kel. Ibu Alimah, B.A, Ibu-ibu Pengurus Panti Asuhan Putri aisyiyah Tuntang dan teman-teman, adik-adik seperjuangan terimakasih atas dukungan, inspirasi dan doa untuk penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

  10. Sahabat-sahabatku mbak Pipit, mbak Cenul, Tia, Mbak Ratih, Dek Sismi yang senantiasa memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  11. Teman-temanJurusanS1 Hukum Ekonomi Syari‟ahangkatan 2011 di IAIN Salatiga yang telahmemberikanbanyakceritaselamamenempuhpendidikan di IAIN Salatiga.

  12. Serta semua pihak yang telah ikut serta dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

  Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amiin.

  Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisanya. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya

  Salatiga, 16September 2015 Penulis

  ABSTRAK

  Lestari, Sri. 2015. Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Macet Pada Akad

  

Murabahah (Studi Kasus di BMT Hubbul Wathon Sumowono) Skripsi. Fakultas

  Syari‟ah. Jurusan. S1 Hukum Ekonomi Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Luthfiana Zahriani, M.H

  Kata Kunci : Penyelesaian Sengketa, Pembiayaan Macet, Akad, Murabahah

  BMT Hubbul Wathon Sumowono merupakan salah satu lembaga keuangan syari‟ah non bank yang banyak mengeluarkan produk pembiayaan. Salah satunya adalah pembiayaan dengan menggunakan akad murabahah.Pihak BMT dalam memberikan pembiayaan kepada anggota dibuatlah suatu akad atau perjanjian di mana dalam akad tersebut terdapat beberapa ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi antara kedua belah pihak.Apabila anggota memenuhi kewajibannya tidak sesuai dengan apa yang di harapkan pihak BMT, sebagaimana yang tertulis dalam akad murabahah yang pada akhirnya akan mengakibatkan penunggakan atau bahkan menghentikan sama sekali dari kewajibannya untuk membayar angsuran.Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :(1) Apa dasar hukum dan bagaimana penyelesaian sengketa pembiayaan macet pada akad murabahah di BMT Hubbul Wathon Sumowono? (2) Faktor-faktor apa yang menyebabkan pembiayaan macet di BMT Hubbul Wathon Sumowono?

  Temuan penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Dasar hukum penyelesaian sengketa pembiayaan macet pada akad murabahah diatur dalam Akad Pembiayaan Murabahah di BMT Hubbul Wathon dan juga diatur dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) BMT Hubbul Wathon Sumowono dalam BAB

  XV Pasal 44 tentang sanksi anggota. Penyelesaian sengketa di BMT Hubbul Wathon ini diselesaikan dengan jalur non litigasi, karena proses penyelesaiannya dilakukan diluar pengadilan yaitu dengan cara musyawarah atau negosiasi yang dilakukan oleh pihak BMT dengan anggota BMT, dan pada sampai saat ini penyelesaiannya hanya sampai tingkat musyawarah, belum sampai ke Badan Arbitrase Syari‟ah. (2) Faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan macet di BMT Hubbul Wathon yaitu berasal dari faktor internal dan faktor eksternal.

  Faktor internal disebabkan oleh kurangnya BMT menerapkan prinsip kehati- hatian, yaitu pihak BMT kurang teliti menyeleksi pada saat anggota mendaftarkan diri untuk pembiayaan murabahah, sedangkan faktor eksternal disebabkan oleh faktor ekonomi anggota BMT yang pendapatannya tidak menentu.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL........................................................................................... i NOTA PEMBIMBING........................................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................... iv v HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAHAN……………..……………… KATA PENGANTAR......................................................................................... vi ABSTRAK........................................................................................................... ix DAFTAR ISI....................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………... xiii DAFTAR TABEL............................................................................................... xiv

  BAB I PENDAHULUAN A.

  1 Latar BelakangMasalah..............................................................

  B.

  4 FokusPenelitian...……………………………………………...

  C.

  4 Tujuan Penelitian.........................................................................

  D.

  5 Kegunaan Penelitian....................................................................

  E.

  6 Penegasan Istilah.........................................................................

  F.

  8 Tinjauan Pustaka.........................................................................

  G.

  12 MetodePenelitian........................................................................

  H.

  18 Sistematika Penulisan..................................................................

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A.

  20 Tinjauan Umum Tentang Akad-akad Pembiayaan......................

  1.

  20 Pengertian akad.................................……………………….

  2.

  24 Akad Pola Pinjaman...........………………………………… 3.

  25 Akad Pola Bagi Hasil.............................................................

  4.

  28 Akad Pola Jual Beli................................................................

  5.

  31 Akad Pola Sewa.....................................................................

  6.

  32 Akad Pola Lainnya.................................................................

  B.

  34 Konsep Dasar Pembiayaan Pada Akad Murabahah....................

  1.

  34 PengertianMurabahah………...........……………………… 2.

  35 Syarat Murabahah….........………………………………….

  3.

  37 RukunPada Akad Murabahah.........………………………..

  4.

  38 Proses Transaksi Jual Beli Murabahah.....………………….

  C.

  39 Lembaga Penyelesaian Sengketa Dalam Keuangan Syari‟ah....

  D.

  40 Alternatif Penyelesaian Sengketa...............................................

  E.

  43 Tinjauan Umum Mengenai BMT...............................................

  1.

  43 Pengertian BMT....................................................................

  2.

  44 Sejarah BMT.........................................................................

  3.

  45 Dasar Hukum dan Peraturan Hukum BMT..........................

  BAB III GAMBARAN UMUM BMT HUBBUL WATHON SUMOWONO DAN PROSEDUR PENGAJUAN PEMBIAYAAN DI BMT HUBBUL WATHON SUMOWONO A.

  47 Gambaran Umum Lokasi Dan Objek Penelitian..........................

  1.

  47 Profil BMT Hubbul Wathon Sumono.......……….................

  2.

  49 Manajemen BMT Hubbul Wathon Sumowono.....................

  3.

  51 Filosofi Kerja BMT Hubbul Wathon Sumowono ….............

  4.

  52 Struktur Organisasi BMT Hubbul Wathon Sumowono.........

  5.

  53 Produk-produk BMT Hubbul Wathon Sumowono................

  6.

  59 Standar Operating Procedures................................................

  B.

  Prosedur Pengajuan pembiayaan Di BMT Hubbul Wathon Sumowono...................................................................................

  61 C. Prosedur Pengajuan Pembiayaan Khusus Pada Akad Murabahah di BMT Hubbul Wathon Sumowono........................

  67

  BAB IV ANALISA PENYELESAIAN SENGKETAPEMBIAYAAN MACET PADA AKAD MURABAHAH DI BMT HUBBUL WATHON SUMOWONO A. Proses Penyelesaian Sengketa Terhadap Pembiayaan Macet Pada Akad Murabahah di BMT Hubbul Wathon Sumowono..................................................................................

  70 B. Faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan macet di BMT Hubbul Wathon Sumowono........................................................

  82 PENUTUP A.

  Kesimpulan.................................................................................

  B.

  Saran........................................................................................... DAFTAR PUSTAKA

  LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR GAMBAR

  Gambar 2.1: Struktur Organisasi BMT Hubbul Wathon

  DAFTAR TABEL

  Tabel 4.1: Tabel Jumlah anggota dan keterangan yang mengalami kemacetan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang mayoritas beragama Islam,

  membutuhkan sebuah lembaga keuangan yang berbasis syari‟ah salah satunya dengan berdirinya bank- bank berbasis syari‟ah ataupun koperasi yang berbasis syari‟ah yaitu BMT (Baitul Maal wa Tamwil). BMT adalah salah satu bentuk lembaga keuangan non bank yang beroperasi dengan prinsip syari

  ‟ah. Seperti halnya bank syari

  ‟ah, kehadiran BMT juga sedang mem-

  bomming di Indonesia semakin menunjukkan eksistensinya. Salah satu

  fungsi dari BMTadalah melakukan penyaluran dana kepada masyarakat, yaitu dengan cara mengeluarkan produk-produk pembiayaan dengan menggunakan prinsip bagi hasil (mudharabah), kerjasama (musyarakah) dan(murabahah) jual beli.

  Penyaluran dana dengan prinsip jual beli bisa dilakukan dengan akad murabahah, salam, ataupun istishna. Penyaluran dana dengan prinsip jual beli yang paling dominan adalah menggunakan akad murabahah. Secara nasional, bank syari

  ‟ah ataupun BMT di Indonesia saat ini menggunakan akad murabahah sebagai salah satu produk utama pembiayaannya.Padahal sebenarnya produk utama dari bank syari

  ‟ah atau BMT adalah profit and loss sharing (PLS) yang terdiri dari mudharabah atau musyarakah.Maka hal tersebut menjadi suatu permasalahan tersendiri sehingga perlu adanya penelitian khusus mengenai masalah tersebut.

  Allah berfirman dalam suratAl-Anfaal ayat 27: 

  

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan

Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-

amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”.

  Ayat tersebut menganjurkan bahwa setiap orang agar menghormatidan menepati janji serta amanah yang dipercayakan kepadanya.Jika anggota tidak dapat atau tidak mampu memenuhi atau mengingkari janji atau wanprestasi terhadap perjanjian yang telah disepakati bersama maka anggota dapat di kenakan sanksi.

  BMT dalam memberikan pembiayaan kepada anggota harus menggunakan prinsip kehati-hatian agar terhindar dari pembiayaan bermasalah atau pembiayaan macet. Sekiranya untuk menghindari hal tersebut maka BMT harus menerapkannya secara maksimal, agar tidak terjadi dengan hal-hal yang tidak diinginkan seperti halnya BMT mengalami kepailitan.

  Pihak BMT dalam memberikan pembiayaan kepada anggota dibuatlah suatu akad atau perjanjian di mana dalam akad tersebut terdapat beberapa ketentuan-ketentuan perjanjian yang harus dipenuhi antara kedua belah pihak. Meskipun fakta menunjukkan bahwa pembiayaan yang sering dilakukan dengan akad murabahah lebih banyak diminati oleh anggota karena sistem dan teknik perhitungannya lebih mudah dipahami.

  Apabila anggota tidak memenuhi kewajiban seperti apa yang tertulis pada akad murabahah, yang pada akhirnya akan mengakibatkan penunggakan atau bahkan menghentikan sama sekali dari kewajibannya untuk membayar angsuran. Dengan begitu BMT belum secara maksimal dalam menerapkan prinsip kehati-hatian.

  Hal tersebut juga dialami oleh BMT Hubbul Wathon Sumowono, menurut hasil survey pra penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa anggotayang lalai dalam memenuhi kewajibannya, baik itu karena disengaja maupun tidak disengaja.Beberapa anggota yang mengalami pembiayaan macet mengambil produk pembiayaan yang menggunakan akad murabahah.

  Dengan adanya kasus tersebut maka anggota dikatakan telah melakukan wanprestasi.Wanprestasiatau tidak dipenuhinya janji dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. Pihak yang tidak disengaja wanprestasi ini dapat terjadi karena memang tidak mampu untuk memenuhi prestasi tersebut atau juga karena terpaksa untuk tidak melakukan prestsai tersebut, (Miru, 2012:95) sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara pihak BMT Hubbul Wathon Sumowono dengan anggotanya.

  Dengan adanya kasus yang terjadi di BMT Hubbul Wathon Sumowono mengenai adanya pembiayaan macet, maka sangat mendorong penulis untuk melakukan kajian dalam bentuk penelitian mengenai bagaimana upaya penyelesaian sengketa pembiayaan macet pada akad

  murabahah di BMT Hubbul Wathon Sumowono. Sehingga penyusun

  tertarik akan melakukan penelitian dalam sebuah skripsi yang berjudul “Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Macet Pada Akad Murabahah Di

  BMT Hubbul Wathon Sumowono ”.

B. Fokus Penelitian 1.

  Apa dasar hukum dan bagaimana penyelesaian sengketa pembiayaan macet pada akad murabahah di BMTHubbul Wathon Sumowono?

2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan pembiayaan macet di BMT

  Hubbul Wathon Somowono? C.

   Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui dasar hukum dan penyelesaian sengketa pembiayaan macet pada akad murabahah di BMT Hubbul Wathon Sumowono.

  2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan macet pada akad murabahah di BMT Hubbul Wathon Sumowono

D. Kegunaan Penelitian

  Agar tulisan ini dapat memberikan hasil yang berguna secara keseluruhan, maka penelitian ini sekiranya dapat memberikan manfaat diantaranya: 1.

  Kegunaan Teoritis Untuk memberikan kontribusi pemikiran terhadap kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bidang hukum ekonomi syari

  ‟ah pada khususnya, yang memiliki kaitan dengan hal- hal yang berhubungan dengan penyelesaian sengketa terhadap akad

  murabahah di BMT Hubbul Wathon Sumowono, sehingga dapat

  mengungkap permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan dari akad murabahah seperti anggota yang melakukan pembiayaan macet.

2. Kegunaan praktis a.

  Bagi pengelola BMT Hubbul Wathon Cabang Sumowono Memberikan sumbangan pemikiran terhadap pentingnya ketegasan hukum positif dan hukum Islam dalam rangka menyelesaikan sengketa pembiayaan macet dalam akad murabahah di BMT Hubbul Wathon Sumowono.

  b. Bagi peneliti Menambah ilmu pengetahuan dan pembentukan pola berfikir dalam menganalisa proses penyelesaian sengketa pembiayaan macet dalam akad murabahah di BMT Hubbul Wathon Sumowono sehingga dapat mengetahui proses penyelesaian sengketa pembiayaan macet dan faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan macet pada akad murabahah di BMT Hubbul Wathon Sumowono.

E. Penegasan Istilah

  Agar tidak terjadi salah pengertian dalam pemahaman penelitian yang akan peneliti teliti ini, maka di pandang perlu untuk menjelaskan beberapa istilah yang ada hubungannya dengan judul penelitian ini yaitu: 1.

  Akad Akad adalah pertalian antara ijab dan qabul yang di benarkan oleh syara‟ yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya

  (Dewi, 2006:47). Sedangkan akad menurut Anwar (2010:68) yaitu pertemuan ijab dan qabul sebagai pernyataan kehendak dua pihak atau lebih untuk melahirkan suatu akibat hukum pada objeknya.

  Jadi maksud akad dalam pembahasan ini adalah suatu perjanjian antara anggota dengan BMT Hubbul Wathon Sumowono yang telah disepakati bersama dimana dengan akad tersebut menimbulkan akibat hukum terhadap objek yang diperjanjikan.

  2. Murabahah Murabahah adalah istilah dalam Fiqih Islam yang berarti suatu

  bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut dan tingkat keuntungan yang diinginkan (Ascarya, 2011:81).

  Adapun menurut Wiroso (2005:11) murabahah didefinisikan oleh para fuqaha sebagai penjualan barang seharga biaya atau harga pokok barang tersebut ditambah mark-up atau margin keuntungan yang disepakati.

  Murabahah yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah

  suatu produk yang berupa pembiayaandi BMT Hubbul Wathon Sumowono yang berbentuk jual beli ketika pihak BMT sebagai penjual barang dengan menyatakan harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati dengan pembeli, yang dimaksud pembeli disini adalah anggota BMT Hubbul Wathon Sumowono.

  3. Pembiayaan Pembiayaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain (Muhammad, 2002:304).

  4. Sengketa Pengertian sengketa dalam kamus Bahasa Indonesia, yaitu pertengkaran, perbantahan, pertikaian, perselisihan (Poerwadarminta,

  2006:1086).Yang dimaksud sengketa dalam penelitian ini adalah penyelesaian sengketa pembiayaan macet pada akad murabahah di BMT Hubbul Wathon Sumowono.

F. Tinjauan Pustaka

  Penelitian ini tidak merupakan duplikasi atau pengulangan dari penelitian yang ada, karena penelitian yang akan peneliti teliti ini mendiskripsikan analisis penyelesaian sengketa pembiayaan macet pada akad murabahah di BMT Hubbul Wathon Sumowono.

  Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan perbandingan bagi penelitian ini yaitu terdapat beberapa penelitian terkait yang membahas tentang upaya penyelesai sengketa pembiayaan macet pada akad murabahah di BMT Hubbul Wathon Sumowono dalam ruang lingkup yang berbeda, diantaranya adalah:

  Pertama, skripsi dari Wijayati, Mufliha. 2013. Pola Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Bermasalah di Kalangan Pegiat Ekonomi Syari

  ‟ah Kota Metro (Studi atas 5 BMT/LKS di Kota Metro). Jurnal dari STAIN Jurai Siwo Metro ini menjelaskan tentang upaya penyelesaian sengketa ekonomi syari

  ‟ah yang melalui jalur litigasi yang telah diatur dalam UU No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama pasal 49 dan diperkuat dengan putusan Mahkamah Konstitusi nomor 93/PUU- X/2012 yang menjelaskan bahwa hak opsional dalam UU Nomor 21 Tahun 2008 tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat, maka konsekuensi logisnya adalah: seluruh sengketa ekonomi syari

  ‟ah (dalam jalur litigasi) harus diselesaikan di Pengadilan Agama. Namun Para pegiat ekonomi syariah di Kota Metro, cenderung memilih penyelesaian sengketa/wan prestasi yang dilakukan anggota melalui jalur non-litigasi.Tulisan ini mencoba melakukan polarisasi bagaimana sengketa itu diselesaikan oleh para pegiat ekonomi syariah Kota Metro.Penelitian dilakukan terhadap 5 BMT/LKS melalui observasi dan wawancara.Secara keseluruhan BMT/LKS menempuh jalur non-litigasi untuk menyelesaikan sengketa/wan prestasi anggota dengan pertimbangan faktor ekonomis, kesederhanaan, dan menjaga hubungan baik dengan anggota.Adapun pola penyelesaiannya adalah melakukan teguran, restrukturisasi hutang, penjualan barang jaminan, dan penghapusan hutang.Masing-masing BMT/LKS yang menjadi subjek penelitian melakukan langkah-langkah ini dengan intensitas yang berbeda- beda.

  Kedua, skripsi dari Kabogi, Pemal. 2013. Tinjauan Hukum Islam

  

Terhadap Upaya Penyelesaian Wanprestasi Pengguna Jasa Dalam

Perjanjian Jual Beli Jasa Di Perusahaan Konstruksi Jaya Gypsum

Maguwarhajo Yogyakarta .Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan

  Kalijaga Yogyakarta.Dalam skripsi ini menjelaskan tentang upaya penyelesaian wanprestasi pengguna jasa dalam perjanjian jual beli jasa di perusahaan konstruksi jaya gypsum tidak sesuai dengan hukum Islam, karena upaya yang dilakukan perusahaan tersebut dengan cara pembongkaran terhadap konstruksi gypsum yang telah dikerjakan disebabkan oleh perilaku pengguna jasa yang tidak berkenaan melakukan prestasinya. Cara pembongkaran tersebut melanggar asas manfaat, asas keserasian, asas kemitraan dan asas keamanan serta asas keselamatan seperti yang sudah dijelaskan dalam pasal 2 UU NO 18 tahun 1999 tentang jasa konstruksi.

  Ketiga, skripsi dari Susilowati, Diana. 2011. Penyelesaian

  

Wanprestasi Dalam Produk Berbasis Akad Musyarakah Pada BMT Al-

Amiin Ditinjau Dari Fatwa Dewan Syariah Nasional (Dsn) Fakultas

  Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Dalam skripsi ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan penyelesaian wanprestasi dalam akad musyarakah ditinjau dari fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) di BMT Al-AMIIN Kecamatan Karanganom, kabupatenKlaten. Rumusan masalah yang diajukan yaitu : Bagaimanakah pelaksanaan dan penyelesaian wanprestasi dalam Akad Musyarakah di BMT AL-AMIIN Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten dan Bagaimanakah proses pelaksanaan dan penyelesaian wanprestasi dalam Akad Musyarakah di BMT AL-AMIIN Kecamatan Karanganom Kabupaten Klaten ditinjau dari fatwa Dewan Syariah Nasionnal (DSN).

  Data yang disajikan dianalisis secara deskriptif, yaitu dalam bentuk uraian yang menghubungkan antara ketentuan teori dan hasil penelitian di lapangan. Hasil studi ini menjelaskan bagaimana penyelesaian sengketa wanprestasi dalam Akad Musyarakah yang ditinjau dari fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) apakah sudah sesuai dengan syariat Islam serta telah memenuhi ketentuan dari Fatwa Dewan Syari

  ‟ah Nasional (DSN) yang dilakukan oleh BMT AL-AMIIN. Faktor-faktor terjadinya wanpertasi tersebut ialah: gagal usaha atau bangkrut;penyalahgunaan pinjaman BMT;karakter atau sifat manusia; Penelitian ini merekomendasikan perlunya dari pihak BMT AL-AMIIN dalam melaksanakan Akad Musyarakah kepada pihak nasabah agar tidak terjadi permasalahan persengketa antara kedua belah pihak dalam berakad. Serta dalam penyelesaian wanprestasi dalam BMT AL-AMIIN telah memenuhi ketentuan syariat Islam dan fatwa Dewan Syariah Nasional agar penyelesaian Akad, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan salah satu pihak, serta tercipta nya win-win solution.

  Keempat, penelitian dari Hidayah, Nurul dan Ariy Khaeruddin. 2015. Wanprestasi dan Model Penyelesaiannya di LKMS (Studi Pada

  

Lembaga KSPS BMT Bina Ummat Sejahtera) Fakultas Hukum UNIBA

  Surakarta. Jurnal ini menjelaskan Masalah klasik yang dihadapi lembaga keuangan mikro syariah seperti koperasi adalah adanya pembiayaan yang macet karena adanya pihak yang wanprestasi. Tak terkecuali di Koperasi SimpanPinjam Syariah (KSPS) BUS (BINA UMMAT SEJAHTERA) khususnya pada pembiayaan murabahah. Hasil penelitian ditemukan bahwa dalam akad murabahah belum secara sempurna mengikuti prinsip- prinsi p akad dan akad Murabahah dalam syari‟at Islam.faktor-faktor penyebab wanprestasi meliputi faktor internal dan eksternal. Untuk penyelesaian sengketa mengedepankan musyawarah melalui model pendampingan dengan pendekatan secara kekeluargaan dalam menyelesaikan masalah. Namun jika tidak berhasil, maka akan ditempuh dengan melakukan somasi bahkan untuk jumlah pembiayaan tertentu akan dibebaskan dan dibantu dengan skema Qardhul Hasan.

  Sedangkan di dalam skripsi ini penulis lebih menekankan pada penyelesaian sengketa pembiayaan macet pada akad murabahah di BMT Hubbul Wathon Sumowono.

  G.

  Metode Penelitian 1)

  Pendekatan dan Jenis Penelitian a.

  Pendekatan Dalam penelitian yang akan peneliti teliti ini, peneliti menggunakan pendekatan yuridis sosiologis, artinya dengan melihat apa dasar hukum dan bagaimana penyelesaian sengketa pembiayaan macet pada akad murabahah di BMT Hubbul Wathon Sumowono dan apa faktor-faktor yang menjadi penyebab pembiayaan macet di BMT Hubbul Wathon Sumowono.

  b.

  Jenis penelitian Jenis penelitian yang akan peneliti teliti adalah penelitian analitis deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan serta mendeskripsikan permasalahan apa yang terjadi di BMT Hubbul Wathon Sumowono mengenai penyelesaian sengketa pembiayaan macet pada akad murabahah dan faktor-faktor penyebab pembiayaan macet pada akad murabahah di BMT Hubbul Wathon Sumowono.

  2) Kehadiran Peneliti

  Dalam penelitian yang akan peneliti teliti ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dilapangan dengan menggunakan alat penelitian aktif dalam mengumpulkan data-data dilapangan. Selain itu alat yang dijadikan untuk pengumpulan data bisa berupa dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan hasil penelitian nanti serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat perekam.

  3) Lokasi Penelitian

  Lokasi penelitian adalah tempat dimana lokasi penelitian itu akan dilakukan. Dalam penelitian yang akan peneliti teliti adalah di BMT Hubbul Wathon Sumowono yang beralamat di Jalan Sukorono No.7A Sumowono Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

  4) Kebutuhan dari Sumber Data

  Yaitu kebutuhan peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan. Adapun sumber data penelitian berupa: a.

  Sumber Data Primer Adalah sumber data yang langsung didapatkan dari lapangan atau lokasi penelitian.

  1. Informan Informan adalah orang yang dapat memberikan informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan penelitian yang akan peneliti diteliti. Dalam penelitian nanti yang menjadi informan adalah manager dan para pegawai di BMT Hubbul Wathon Sumowono.

  2. Dokumen Dalam hal dokumen penelitian yang akan peneliti teliti yaitu berupa data-data yang berhubungan dengan BMT Hubbul

  Wathon Sumowono, yang diantaranya adalah struktur organisasi dan data-data yaitu berupa Anggaran Rumah Tangga (ART), Anggaran Dasar (AD), dan tentang akad pembiayaan murabahah dari BMT Hubbul Wathon Sumowono.

  b.

  Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari berbagai bacaan atau hasil penelitian sebelumnya yang bertema sama. Jadi sumber data lain yang bisa mendukung penelitian ini adalah dengan telaah pustaka seperti buku-buku, undang-undang, fatwa MUI, jurnal ataupun hasil penelitian sebelumnya yang meneliti hal serupa.

  5) Metode Pengumpulan Data

  Dalam penelitian yang akan peneliti teliti nanti ada tiga metode dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan laporan penelitian yaitu sebagai berikut: a.

  Observasi Observasi adalah pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara langsung dan sistematis terhadap fenomena yang diselidiki (Hadi, 1994:139).Dalam observasi nanti, data yang ingin peneliti telitidiperoleh secara langsung dariBMT Hubbul Wathon Sumowono.

  b.

  Interview Interview yaitu cara memperoleh keterangan atau data dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung kepada pihak BMT Hubbul Wathon Sumowono dalam hal ini adalah manager dan para pegawai diBMT Hubbul Wathon Sumowono.

  c.

  Dokumentasi Yaitu mengumpulkan, menyusun dan mengelola dukumen kegiatan yang dianggap berguna untuk dijadikan bahan keterangan yang berhubungan dengan penelitian nanti. 6)

  Metode Analisis Data Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif analisis.Analisis data yang digunakan adalah pendekatan kualitatif terhadap data primer dan sekunder.Selanjutnya diuraikan dan disimpulkan dengan memakai metode berfikir deduktif yaitu menganalisa data-data yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. 7)

  Pengecekan Keabsahan Data Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian sehingga untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik untuk memeriksa keabsahan data.

  Dalam penelitian nanti, peneliti menggunakan pengecekan keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi . Menurut Sugiyono (2010:274) Triangulasi dalam pengujian kredibilitas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu sebagai berikut: 1)

  Triangulasi Sumber yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. 2)

  Triangulasi teknik yaitu untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. 3)

  Triangulasi waktu yaitu pengecekan data dengan wawancara observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

  8) Tahap- Tahap Penelitian

  Dalam penelitian yang akan peneliti teliti nanti akan dilakukan dengan berbagai tahap yaitu: a.

  Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum melakukan penelitian seperti peneliti menentukan topik penelitian, mencari informasi tentang adanya penyelesaiansengketadalam akad murabahah di BMT Hubbul Wathon Sumowono, pembuatan proposal penelitian, menetapkan fokus penelitian dan sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan penelitian.

  b.

  Tahap pekerjaan lapangan yaitu peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mencari data-data yang diperlukan seperti wawancara kepada informan, melakukan observasi dan dokumentasi.

  c.

  Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data- data tersebut dan menggambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada objek yang akan diteliti.

  d.

  Tahap penulisan laporan yaitu apabila semua data telah terkumpul dan dianalisis serta dikonsultasikan kepada pembimbing maka yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah menulis hasil penelitian tersebut sesuai dengan pedoman penulisan yang telah ditentukan

G. Sistematika Penulisan

  Adapun sistematika penulisan hasil laporan penelitian nanti adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, yang merupakan garis-garis besar pembahasan isi pokok penelitian yang terdiri atas: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodelogi penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.

  Bab II Kajian Pustaka yaitu menguraikan tinjauan umum tentang akad-akad pembiayaan, konsep dasar dari pembiayaan pada akad murabahah, dasar hukum mengenai penyelesaian sengketa pembiayaan macet, menjelaskan tentang alternatif penyelesaian sengketa, dan tinjauan umum mengenai BMT (Baitul Maal wa Tamwil).

  Bab III Paparan Data dan Temuan Penelitian yaitu mendiskripsikan tentang gambaran umum mengenai BMT Hubbul Wathon Sumowono dan prosedur pengajuan pembiayaan di BMT Hubbul Wathon Sumowono.

  Bab IV Pembahasan yaitu membahas tentang dasar hukum dan proses penyelesaian sengketa terhadap pembiayaan macet pada akad

  murabahah di BMT Hubbul Wathon Sumowono dan faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan macet di BMT Hubbul Wathon Sumowono.

  Bab V adalah Penutup yang merupakan kesimpulan dan saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Akad-akad Pembiayaan 1. Pengertian akad Akad (ikatan, keputusan, atau penguatan) atau perjanjian atau

  kesepakatan atau transaksi dapat diartikan sebagai komitmen yang terbingkai dengan nilai-nilai syari‟ah (Ascarya, 2006:35)

  Dalam istilah Fiqih, secara umum akad berarti sesuatu yang menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak, seperti wakaf, talak, dan sumpah, maupun muncul dari dua pihak, seperti jual beli, sewa, wakalah, dan gadai (Ascarya, 2006:35).

  Secara khusus akad menurut Santoso yang dikutip dalam bukunya Ascarya (2006:35) berarti keterkaitan antara ijab (pernyataan penawaran/pemindahan kepemilikan) dan qabul (pernyataan penerimaan kepemilikan) dalam lingkup yang disyariatkan dan berpengaruh pada sesuatu.

  Rukun dalam akad ada 3, yaitu: 1) pelaku akad; 2) objek akad; dan 3) shighah atau pernyataan pelaku akad, yaitu ijab dan qabul.

  Pelaku akad haruslah orang yang mampu melakukan akad untuk dirinya (ahliyah) dan mempunyai otoritas syari‟ah yang diberikan pada seseorang untuk merealisasikan akad sebagai perwakilan dari yang lain

  (wilayah). Objek akad harus ada ketika terjadi akad, harus sesuatu yang disyariatkan, harus bisa diserahterimakan ketika terjadi akad, dan harus sesuatu yang jelas antara dua pelaku akad. Sementara itu, ijab qabul harus jelas maksudnya, sesuai antara ijab dan qabul, dan bersambung antara ijab dan qabul (Ascarya, 2006:35).

  Syarat dalam akad ada empat, yaitu: 1) syarat berlakunya akad (

  

In’qoid); 2) syarat sahnya akad (Shighah); 3) syarat terealisasikannya

  akad (Nafadz); dan 4) syarat lazim. Syarat

  In’qoid ada yang umum ada

  yang khusus. Syarat umum harus selalu ada pada setiap akad, seperti syarat yang harus ada pada pelaku akad, objek akad dan shighah akad, akad bukan pada sesuatu yang diharamkan, dan akad pada sesuatu yang bermanfaat. Sementara itu, syarat khusus merupakan sesuatu yang harus ada pada pada akad-akad tertentu, seperti syarat minimal dua saksi pada akad nikah. Syarat shighah, yaitu syarat yang diperlukan secara syari‟ah agar akad berpengaruh, seperti dalam akad perdagangan harus bersih dari cacat. Syarat nafadz ada dua, yaitu kepemilikan (barang yang dimiliki oleh pelaku dan berhak menggunakannya) dan wilayah. Syarat lazim, yaitu bahwa akad harus dilaksanakan apabila tidak ada cacat (Ascarya, 2006:35-37).

  Berbagai jenis akad yang diterapkan oleh bank syariah dapat dibagi ke dalam enam kelompok pola, (Ascarya, 2006:41), yaitu:

  1. pola titipan, seperti wadi’ah yad amanah dan wadi’ah yad

  dhamanah ;

  2. pola pinjaman, seperti qardh dan qardhul hasan; 3. pola bagi hasil, seperti mudharabah dan musyarakah; 4. pola jual beli, seperti murabahah, salam, dan istishna; 5. pola sewa, seperti ijarah dan ijarah wa iqtina; dan 6. pola lainnya, seperti wakalah, kafalah, hiwalah, ujr, sharf, dan rahn .

1. Akad Pola titipan

  Akad berpola titipan (

  Wadi’ah) ada dua, yaitu Wadi’ah yad Amanah dan wadi’ah yad Dhamanah. Pada awalnya, Wadi’ah

  muncul dalam bentuk yad al-amanah „tangan amanah,‟ yang kemudian dalam perkembangannya memunculkan yadh-dhamanah

  “tangan penanggung”. Akad Wadi’ah yad Dhamanah ini akhirnya banyak dipergunakan dalam aplikasi perbankan syariah dalam produk-produk pendanaan.

  a.

  Titipan Wadi’ah yad Amanah Secara umum

  Wadi’ah adalah titipan murni dari pihak

  penitip (

  muwaddi’) yang mempunyai barang atau aset kepada

  pihak penyimpan ( yang diberi

  mustawda’)

  amanah/kepercayaaan, baik individu maupun badan hukum, tempat barang yang dititipkan harus dijaga dari kerusakan, kerugian, keamanan, dan keutuhannya, dan dikembalikan kapan saja penyimpan menghendaki (Ascarya, 2006:42)

  Barang/aset yang dititipkan adalah sesuatu yang berharga yang dapat berupa uang, barang, dokumen, surat berharga, atau barang berharga lainnya (Ascarya, 2006:42). Dengan prinsip ini, pihak penyimpan tidak boleh menggunakan atau memanfaatkan barang/aset yang dititipkan, melainkan hanya menjaganya. Selain itu, barang/aset yang dititipkan tidak boleh dicampuradukkan dengan barang/aset penitip. Karena menggunakan prinsip yad al-amanah, akad titipan seperti biasa disebut

  wadi’ah yad amanah (Ascarya, 2006:43).

  b.

  Titipan Wadi’ah yad Dhamanah Dari prinsip yad al-amanah

  „tangan amanah‟ kemudian berkembang prinsip yadh-dhamanh „tangan penanggung‟ yang berarti bahwa pihak penyimpan bertanggung jawab atas segala kerusakan atau kehilangan yang terjadi pada barang/aset titipan. Hal ini berarti bahwa pihak penyimpan atau custodian adalah trustee yang sekaligus guarantor „penjamin‟ keamanan barang/aset yang dititipkan (Ascarya, 2006:43).

  Menurut Ascarya, (2006:43) hal ini juga berarti bahwa pihak penyimpan telah mendapatkan izin dari pihak penitip untuk mempergunakan barang/aset yang dititipkan tersebut untuk aktivitas perekonomian tertentu, dengan catatan bahwa pihak penyimpan akan mengembalikan barang/aset yang dititipkan secara utuh pada saat penyimpan menghendaki. Hal ini sesuai dengan anjuran dalam Islam agar aset selalu diusahakan untuk tujuan produktif (tidak idle atau didiamkan saja).

  Dengan prinsip ini, penyimpan boleh mencampur aset penitip dengan aset penyimpan atau aset penitip yang lain, dan kemudian digunakan untuk tujuan produktif mencari keuntungan. Pihak penyimpan berhak atas keuntungan yang diperoleh dari pemanfaatan aset titipan dan bertanggung jawab penuh atas resiko kerugian yang mungkin timbul. Selain itu, penyimpan diperbolehkan juga atas kehendak sendiri, memberikan bonus kepada pemilik aset tanpa akad perjanjian yang mengikat sebelumnya. Dengan menggunakan prinsip

  

yadh dhamanah , akad titipan seperti ini biasa disebut

wadi’ah yad dhamanah (Ascarya, 2006:44) 2.

   Akad pola pinjaman

  Satu-satunya akad berbentuk pinjaman yang diterapkan dalam perbankan syariah adalah Qardh dan turunannya Qardhul

  Hasan . Karena bunga dilarang dalam Islam maka pinjaman Qardh