TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN BARANG GADAI SEPEDA MOTOR (Studi Kasus Wanprestasi Di Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang) PROPOSAL SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

  

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP

PEMANFAATAN BARANG GADAI SEPEDA MOTOR

(Studi Kasus Wanprestasi Di Desa Kendal Jetak

Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang)

PROPOSAL SKRIPSI

  

Disusun Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh

Suprihati

  

NIM 21411036

JURUSAN SYARIAH

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

  

SALATIGA

2016

  

PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan dengan cinta dan ketulusan hati karya ilmiah berupa skripsi ini kepada :

  1. Kedua Orang tuaku Bapak Sumardiyono (Alm) dan Ibu Siti Mumfangati tercinta, yang telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta semangat kepadaku selama ini.

  2. Kakakku Mochamad Razi, yang telah mendoakan agar selalu tetap semangat dalam menuntut ilmu dan menjalani kehidupan di dunia ini.

  3. Para guru sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang penulis sayangi dan hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran.

  4. Sahabat-sahabat seperjuanganku, dan Keluarga besar Lingkar Studi S1Hukum Ekonomi Syariah 2011, yang selalu memberikan dorongan dan motivasi.

  5. Almamater Tercinta Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang penulis banggakan.

KATA PENGANTAR

  

   

  Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh Segala puji kami panjatkan hanya untuk Allah SWT. Rasa syukur yang tiada hingga kami haturkan kepada-Nya yang telah memberikan semua yang kami butuhkan dalam hidup ini. Terima kasih untuk semua limpahan berkah, rezeki rahmat, hidayat, kesehatan yang Engkau titipkan, dan kesempatan yang Engkau berikan kepada kami untuk menyelesaikan Laporan Penelitian ini dengan judul:

ZAKAT DAN

  

EKONOMI MASYARAKAT (Studi Kasus Amil Ainul Yaqin dan KBZ di

Dusun Bringin).

  Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Nabi, Kekasih, Spirit Perubahan, Rasulullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para sahabat-sahabatnya, syafa’at beliau sangat peneliti nantikan di hari pembalasan nanti.

  Laporan ini disusun untuk diajukan sebagai skripsi untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Syariah. Kami mengakui bahwa dalam menyusun Laporan Penelitian ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah di IAIN Salatiga, dan selaku Dosen Pembimbing yang selalu meberikan saran, pengarahan dan masukan berkaitan penulisan skripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.

  3. Bapak Ilya Muhsin, S.H.i., M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syari’ah Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang selalu memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar dan baik.

  4. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah di IAIN Salatiga.

  5. Ibu Lutfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang memberikan pemahaman, arahan dalam penulisan skripsi sehingga penulisan skripsi ini bisa saya selesaikan.

  6. Bapak Haji Ahmad Mughni, S. H. selaku pengurus Amil Ainul Yaqin, dan Bapak Susamto selaku pengurus KBZ yang telah berkenan memberikan izin penelitian di Amil Ainul Yaqin dan KBZ Bringin serta memberikan informasi berkaitan penulisan skripsi.

  7. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf adminitrasi Fakultas Syari’ah yang tidak bisa kami sebut satu persatu yang selalu memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan apapun.

  8. Sahabat-sahabatku tercinta Jannah, Suprihati, Munziroh, Dina, Tri Umi yang selalu mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini.

9. Teman-teman Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2011 di IAIN

  Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.

  Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada peneliti, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amin.

  Penulis menyadari bahwa karya ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritikan yang sifatnya membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian ini.

  Harapan peneliti, semoga penelitian ini bermanfaat khususnya bagi peneliti sendiri dan umumnya bagi pembaca.

  

ABSTRAK

  Kartika, Indri. 2015. Zakat dan Implikasinya terhadap Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat (Studi Kasus Amil Ainul Yaqin dan KBZ di Dusun Bringin).

Penelitian. Fakutas Syariah. Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syariah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.

  Kata Kunci : Zakat, Pemberdayaan, Ekonomi

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengelolaan zakat di Dusun Bringin yang dilaksanakan oleh Amil Ainul Yaqin dan KBZ, yaitu mengenai bagaimana upaya sosialisasi dan pentasharufan zakat, bagaimana tingkat pemberdayaan ekonomi masyarakat, serta bagaimana persepsi umat Muslim Bringin terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat.

  Penelitian ini dilakukan di amil Ainul Yaqin dan KBZ dengan mengambil lokasi di Dusun Bringin Desa Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Sumber data yang penulis gunakan adalah data primer, yaitu data diperoleh langsung dari pihak amil Ainul Yaqin dan KBZ Bringin, dan sumber data sekunder, yaitu data ini diambil dari hasil penelitian kepustakaan yakni dengan mempergunakan dan mengumpulkan buku-buku atau kitab-kitab bacaan yang ada hubungannya atau ada relevansinya dengan pembahasan penelitian ini, serta mempergunakan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian ini, misalnya dengan melalui penelitian lapangan yang dilakukan secara langsung terhadap obyek yang menjadi sampel penelitian.

  Temuan yang diperoleh dari penulisan ini diantara lain: Pertama, amil Ainul Yaqin sebagai penanggung jawab pengelolaan dana zakat di dusun Bringin telah melakukan upaya dalam mensosialisasikan pembayaran zakat kepada masyarakat dengan maksimal. Upaya ini menciptakan kondisi yang kondusif serta dapat menarik partisipasi masyarakat untuk menunaikan ibadah zakat yang dilakukan secara teratur dan terus-menerus. Hal tersebut didasari dari peningkatan dalam perolehan dana zakat tiap tahunnya. Kedua, tingkat pemberdayaan ekonomi

  

mustahiq di dusun Bringin cukup berkembang. Didasari dari jumlah muzakki yang

  mengeluarkan zakat selalu bertambah, serta dana zakat yang didistribusikan kepada mustahiq di Dusun Bringin juga menjadi lebih banyak pada tiap tahunnya, namun masih terdapat faktor-faktor yang menjadi kendala dan kekurangan, sehingga pemberdayaan ekonomi masyarakat belum dapat berkembang pesat. Seperti, ketergantungan mustahiq terhadap dana zakat, kelalaian yang disengaja oleh pedagang penerima bantuan modal usaha KBZ, dengan menyalahgunakan penggunaan dana sehingga dana zakat habis sia-sia. Ketiga, masyarakat Bringin terutama para muzakki dan mustahiq menyatakan, bahwa pengelolaan zakat oleh amil memberikan hasil yang positif. Amil Ainul Yaqin melaksanakan penerimaan dan pentasharufan zakat dengan profesional, transparan, dan amanah. Dan juga berbagai upaya yang dilakukan amil Ainul Yaqin dalam mensosialisasikan pembayaran zakat, dapat memberikan pemahaman bagi masyarakat mengenai pentingnya zakat.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................

  D.

  13 3. Lokasi Penelitian..................................................................

  Pendekatan dan Jenis Penelitian............................................ 12 2. Kehadiran Peneliti................................................................

  8 G. Metode Penelitian........................................................................ 12 1.

  7

  7

  7

  Tinjauan Pustaka.........................................................................

  F.

  Penegasan Istilah.........................................................................

  E.

  Kegunaan Penelitian....................................................................

  6 C. Tujuan Penelitian.........................................................................

  HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN....................................................

  1 B. Fokus Penelitian..........................................................................

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian...........................................................

  xi

  DAFTAR ISI.......................................................................................................

  vii x

  KATA PENGANTAR......................................................................................... ABSTRAK...........................................................................................................

  v vi

  HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................

  iii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................... iv HALAMAN MOTO............................................................................................

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................

  i ii

  14 4. Sumber Data Penelitian......................................................... 15

  5. Prosedur Pengumpulan Data................................................

  46

  68

  59

  57

  54

  54

  52

  48

  41

  16 6. Analisis Data........................................................................

  22

  22

  BAB III BAB IV ZAKAT DAN LEMBAGA PENGELOLA ZAKAT....................... A. Tinjauan Umum tentang Zakat..................................................... B. Tinjauan Umum tentang Pendayagunaan Zakat.......................... C. Problematika Pengumpulan Zakat............................................... D. Lembaga Pengelola Zakat............................................................ E. Kepercayaan Masyarakat terhadap Pengelola Dana Zakat.......... UPAYA AMIL AINUL YAQIN DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT.......................................................... A. Gambaran Umum Tentang Amil Ainul Yaqin............................. B. Gambaran Umum Tentang KBZ Bringin..................................... C. Upaya Amil Ainul Yaqin dan KBZ Bringin dalam Mensosialisasikan dan Mentasharufkan Zakat............................. ANALISIS UPAYA AMIL AINUL YAQIN DAN KBZ BRINGIN DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT.............................................................................. A. Analisis Upaya Amil Ainul Yaqin dan KBZ Bringin dalam Mensosialisasikan dan Mentasharufkan Zakat............................. B. Analisis Tingkat Pemberdayaan Ekonomi Mustahiq di Amil

  20 BAB II

  19 H. Sistematika Penulisan................................................................

  18

  8. Tahap-Tahap penelitian........................................................

  17 7. Pengecekan Keabsahan Data................................................

  68

  Ainul Yaqin dan KBZ Bringin.....................................................

  71 C. Persepsi Umat Muslim Bringin Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Mustahiq di Amil Ainul Yaqin dan KBZ Bringin........

  76 BAB V PENUTUP A.

  78 Kesimpulan.................................................................................

  B.

  80 Saran........................................................................................... DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 82

  

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rekapitulasi pentasharufan dana zakat oleh Amil Ainul Yaqin pada tahun 2014...........................................................................................................

  64 Tabel 2.2 Data peningkatan keuntungan sebagian pedagang binaan KBZ.........

  65 LAMPIRAN-LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman, banyak kemajuan yang dicapai

  khususnya dalam bidang ekonomi. Manusia harus berusaha memenuhi kebutuhan sehari- hari tanpa mengenal putus asa. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia juga harus melakukan berbagai interaksi.

  Dalam Hukum Islam, Interaksi dibidang ekonomi disebut muamalah. Hukum Islam mengaturnya dalam berbagai aturan hukum yang disebut fikih

  muamalah. Adapun prinsip-prinsip dalam muamalat sebagai berikut: 1.

  Muamalat adalah urusan duniawi Dalam muamalat semua transaksi boleh dilaksanakan kecuali yang dilarang. Muamalat atau hubungan dan pergaulan antara sesama manusia di bidang harta benda merupakan urusan duniawi, dan pengaturannya diserahkan kepada manusia itu sendiri. Oleh karena itu, semua bentuk akad dan berbagai cara transaksi yang dibuat oleh manusia hukumnya sah dan dibolehkan, asal tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan umum dalam Hukum Islam.

2. Muamalat harus didasarkan kepada persetujuan dan kerelaan kedua belah pihak.

  Untuk menunjukkan adanya kerelaan dalam setiap akad atau transaksi dilakukan ijab dan kabul atau serah terima antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi.

  3. Adat kebiasaan dijadikan dasar hukum Adat dapat dijadikan dasar hukum dengan syarat diakui dan tidak bertentangan dengan ketentuan umum dalam syara'.

  4. Tidak boleh merugikan diri sendiri dan orang lain.

  Salah satu produk muamalat yang sering dilakukan adalah gadai

  (Rahn). Rahn atau gadai menurut syara' adalah menyandera sebuah harta

  yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan. Menurut Ahmad Azhar Basyir yang dikutip oleh Sudarsono (2003: 156) rahn berarti tetap berlangsung menahan suatu barang sebagaimana tanggungan utang.

  Menurut Muhamad Syafi'i Antonio yang dikutip oleh

   Zainuddin Ali

  (2008: 3) Gadai syari'ah(rahn) adalah menahan salah satu harta milik nasabah

  

(rahin) sebagai barang jaminan (marhun) atas utang atau pinjaman (marhun

bih) yang diterimanya.

  Dasar hukum Rahn adalah Surat Al- Baqarah : 283 yang berbunyi:

  

             

             

         

  

Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah secara tunai) sedang kamu

tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan

yang dipegang (oleh yang berpiutang).Akan tetapi, jika sebagian kamu

mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu

  

menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah

Tuhannya. Dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian.

  

Dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah

orang yang berdosa hatinya : dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

  Menurut Hukum Islam dalam melakukan Gadai (rahn) harus memenuhi rukun dan syarat nya. Adapun rukun rahn (gadai) yaitu Ar-Rahin (yang menggadaikan), Al-Murtahin (yang Menerima Gadai), Al-Marhun (barang yang digadaikan), Al-Marhun bih (Utang), dan sighat (Ali, 2008: 42).

  Apabila salah satu syarat dan rukunnya tersebut tidak terpenuhi, Maka menurut Hukum Islam Gadai yang dilakukan tidak sah. Menurut Hanafiah,

  

murtahin tidak boleh mengambil manfaat atas jaminan (borg) dengan cara

  apapun kecuali atas izin dari rahin. Hal tersebut dikarenakan murtahin hanya memiliki hak menahan borg bukan memanfaatkannya. Apabila rahin memberikan izin kepada murtahin untuk memanfaatkan borg, maka menurut sebagian Hanafiah, hal itu dibolehkan secara mutlak. Akan tetapi, sebagian dari mereka melarang secara mutlak, karena hal tersebut termasuk riba atau menyerupai riba. Syafi'yah secara global juga berpendapat bahwa murtahin tidak boleh mengambil manfaat atas barang yang digadaikan (Muslich, 2010: 308).

  Para Ulama juga bersepakat Gadai diperbolehkan dan tidak pernah mempertentangkan kebolehannya demikian juga dengan landasan Hukumnya.

  Namun demikian perlu dilakukan pengkajian ulang yang lebih mendalam bagaimana seharusnya praktek gadai dalam masyarakat (Sudarsono, 2003: 144).

  Produk sistem gadai yang dipraktekkan khususnya masyarakat Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang adalah gadai sepeda motor. Jadi, dari pihak rahin menggadaikan sebuah sepeda motor kepada pihak murtahin dengan diberikan sejumlah pinjaman uang. Pihak rahin dapat meminjam sejumlah uang dengan jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. Kesepakatan yang dilakukan dalam perjanjian secara lisan, yang mana pihak rahin mau menggadaikan barang jaminannya (borg) dengan syarat bahwa barang jaminan tersebut tidak boleh diambil manfaatnya tanpa ijin pihak rahin. Dengan demikian kesepakatan itu tentunya dapat mengikat kedua belah pihak. Akan tetapi dengan kesepakatan yang ada, ada salah satu pihak yang melakukan wanprestasi, dengan melakukan yang menurut kesepakatan tidak boleh dilakukan.

  Maka dari itu penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul "

  Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pemanfaatan Barang Gadai Sepeda Motor (Studi Kasus Wanprestasi Di Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang ) ."

B. Fokus Penelitian 1.

  Bagaimanakah praktek gadai sepeda motor masyarakat Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang?

  2. Bagaimanakah tanggapan masyarakat terhadap murtahin yang melakukan wanprestasi dari perjanjian atau kesepakatan yang sudah disepakati kedua belah pihak? 3. Bagaimanakah tinjauan hukum Islam terhadap pemanfaatan gadai?

C. Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui praktek gadai sepeda motor yang dilakukan masyarakat Kendal Jetak Kecamatan Getasan selama ini.

  2. Memberi pengertian kepada masyarakat yang melakukan gadai sepeda motor supaya tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan.

  3. Untuk memberikan wawasan dan penjelasan praktek gadai sepeda motor agar sesuai dengan syari'at Islam.

D. Kegunaan Penelitian 1.

  Sebagai penambah wawasan terhadap gadai motor yang sesuai dengan hukum Islam.

  2. Sebagai bahan pertimbangan masyarakat dalam melakukan praktek gadai motor tanpa adanya salah satu pihak yang dirugikan.

  3. Untuk memenuhi pengajuan proposal skripsi.

E. Penegasan Istilah

  Untuk mempermudah pemahaman serta menghindari kesalahpahaman terhadap judul, maka terlebih dahulu dijelaskan maksud istilah dalam judul tersebut.

  1. Gadai Menurut Syafi'i Antonio yang dikutip oleh Zainuddin Ali (2008:3)

  Gadai (Rahn) adalah: menahan salah satu harta milik nasabah (rahin) sebagai barang jaminan (marhun) atas utang atau jaminan (marhun bih) yang diterimanya.

  Gadai yang dimaksud dalam skripsi ini adalah gadai motor yang dilakukan khususnya warga Desa Kendal Jetak Kec. Getasan Kab.

  Semarang, yang dari salah satu pihak melakukan wanprestasi dan memanfaatkan barang gadai.

  2. Wanprestasi Wanprestasi adalah jika seorang debitur tidak melaksanakan sama sekali suatu prestasi atau keliru dalam melakukan suatu prestasi atau terlambat melakukan suatu prestasi (Ariyani, 2012: 19).

  Menurut Prof. Subekti SH wanprestasi ada empat macam bentuk yaitu: a.

  Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan b.

  Melaksanakan apa yang akan dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan c.

  Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat d.

  Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan (Ariyani, 2012: 20).

F. Telaah pustaka

  Penelitian gadai sepeda motor banyak dijumpai dalam bentuk karya ilmiah yang berupa skripsi. M Abadi Agung F (UIN Sunan Kali Jaga Yokyakarta) meneliti praktek gadai di Desa Krandon Lor Kecamatan Suruh dengan judul "Praktek Gadai Motor Kredit Dalam Tinjauan Sosiologi

  Hukum Islam (Studi Kasus di Dusun Krajan Krandon Lor Kecamatan Suruh)". Dia menyimpulkan bahwa menggadaikan barang yang masih

  berstatus kredit kepada orang yang menerima gadai. Hal itu sudah sering terjadi, dan perjanjian yang dilakukan secara lisan serta saling percaya. Orang yang menerima gadai biasanya sudah mengetahui status barang yang digadaikan.

  Abdul Ghofur (UIN Sunan Ampel Surabaya) meneliti praktek gadai di Desa Gadung Driyorejo dengan judul "Tinjauan Hukum Islam terhadap

  Praktek Gadai Melalui Makelar di Desa Gadung Driyorejo".

  Dia menyimpulkan bahwa praktek gadai yang dilakukan adalah praktek gadai sepeda motor melalui makelar. Penggadai menyerahkan kuasa kepada orang tertentu yang dikenal sebagai makelar untuk menggadaikan motor dari pihak rahin, demi mendapatkan pinjaman sejumlah uang yang diikuti penyerahan sepeda motor sebagai jaminan pelunasan. Apabila ingkar janji dan penyerahan gadai tersebut diperjanjikan secara lisan dengan memperoleh komisi 10% dari nilai pinjaman, dengan kewajiban menanggung resiko apabila barang gadai hilang atau rusak berat.

G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

  Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk mengungkap semaksimal mungkin data dari kasus yang diteliti dengan menggunakan pendekatan normatif dan sosiologis. Pendekatan normatif digunakan untuk mengetahui bagaimana status Hukum islam tentang akad yang dilakukan dari gadai motor. Pendekatan sosiologis digunakan untuk mengetahui praktek gadai motor yang selama ini dilakukan di Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

  2. Kehadiran Peneliti

  Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti merupakan hal yang utama karena peneliti secara langsung mengumpulkan data dilapangan. Status peneliti dalam pengumpulan data diketahui oleh informan secara jelas guna menghindari kesalahpahaman antara peneliti dan informan.

  3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Desa Kendal Jetak Kec.

  Getasan Kab. Semarang. Peneliti memilih di lokasi ini karena sudah beberapa kali terjadi praktek gadai motor yang salah satu pihak ada yang merasa dirugikan.

  4. Sumber Data

  Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) sumber data yan digunakan oleh peneliti yang terdiri dari: a.

  Sumber Data Primer Yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari informan, dan dari pihak yang terkait dari permasalahan yang diteliti.

  Termasuk di dalam sumber data ini adalah keterangan pihak rahin dan

  murtahin, mengenai praktek gadai motor yang dilaksanakan.

  b.

  Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder sebagai pelengkap dari sumber data primer meliputi buku-buku, laporan, arsip dan hasil penelitian lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

  5. Prosedur Pengumpulan Data a.

  Metode Wawancara Wawancara sebagai salah satu teknik dalam penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan keterangan atau data

  (Wiyarti,1991:1125).

  Dalam hal ini penulis melakukan wawancara terhadap beberapa warga masyarakat Desa Kendal Jetak yang melakukan Gadai Motor mengenai cara Gadai yang dilakukan selama ini. Dan Wawancara kepada pengelola Gadai motor mengenai perjanjian yang dilakukan antara pihak dan murtahin.

  rahin b.

  Metode Observasi Observasi atau pengamatan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mengadakan penjajakan tentang perikelakuan manusia atau kelompok manusia sebagaimana terjadi dalam kenyataannya. Pengamatan adalah melihat, mendengar, merasakan, menghayati, dalam kehidupan yang nyata (Wiyarti,1991:25).

  Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan pengamatan secara langsung mengenai obyek penelitian. Metode ini penulis gunakan sebagai langkah awal untuk megetahui kondisi subyek penelitian.

  Obyek yang diteliti adalah lokasi penelitian yaitu Desa Kendal Jetak Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dan keadaan wilayah khususnya masyarakat sebagai pelaku gadai motor.

6. Analisis Data

  Sejak awal pengumpulan, data yang diperoleh sudah mulai di analisis dengan cara mengklasifikasikannya sehingga bila ada kekurangan dapat segera dilengkapi. Setelah semua data terkumpul, selanjutnya dipaparkan berdasarkan klasifikasi secara lebih rinci sehingga tergambar pola dari fokus masalah yang dikaji kemudian diinterpretasikan sehingga mendapatkan jawaban dari fokus penelitian tersebut di atas.

  7. Pengecekan Keabsahan Data

  Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian sehingga untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik untuk memeriksa keabsahan suatu data.

  Keabsahan suatu data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber, menurut Patton berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yag diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Moleong,2002:178).

  8. Tahap-tahap Penelitian

  Setelah peneliti menentukan Tema yang akan diteliti, Maka penulis melakukan penelitian pendahuluan ke pihak pengelola Gadai Motor di Desa Kendal Jetak Kec. Getasan Kab. Semarang.

H. Sistematika Penulisan

  Adapun sistematika penulisan hasil laporan penelitian adalah, sebagai berikut, pada bab pertama berisi pendahuluan, mencakup akan latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

  Pada bab kedua berisi kajian pustaka, yang merupakan konsep atau teori. Disini, akan dituliskan mengenai uraian tentang gadai dalam hukum Islam meliputi: rukun, syarat, dan ketentuan- ketentuan yang berkaitan dengan gadai.

  Pada bab ketiga berisi paparan data dan temuan penelitian, yang berkaitan dengan Praktek Gadai Motor yang dilakukan masyarakat Desa Kendal Jetak Kec. Getasan Kab. Semarang.

  Pada bab keempat berisi pembahasan, bab ini merupakan inti dari penulisan penelitian, dimana peneliti mengemukakan hasil penelitian dan pembahasan terhadap praktek gadai motor di Desa Kendal Jetak kecamatan Getasan Kabupaten Semarang.

  Dan pada bab kelima berisi penutup, yang merupakan bagian akhir dari isi pokok penelitian, yang terdiri dari pembahasan yaitu pertama tentang kesimpulan, dan saran.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI (RAHN) A. Tinjauan Umum tentang Gadai 1. Pengertian Gadai Gadai atau dalam bahasa arab rahn menurut arti bahasa berasal

  dari kata rahana- rahnan yang sinonimnya: a.

  Tsabata, yang artinya tetap.

  b.

  Dama, yang artinya kekal atau langgeng.

  c.

  Habasa, yang artinya menahan (Muslich, 2010:286).

  Rahn atau gadai menurut syara' adalah menyandera sebuah harta

  yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan. Menurut Ahmad Azhar Basyir rahn berarti tetap berlangsung menahan suatu barang sebagaimana tanggungan utang (Sudarsono, 2003:156).

  Menurut Muhamad Syafi'i Antonio yang dikutip oleh Ali (2008: 3) Gadai syari'ah (rahn) adalah menahan salah satu harta milik nasabah (rahin) sebagai barang jaminan (marhun) atas utang atau pinjaman (marhun bih) yang diterimanya.

  Gadai yang ada dalam syari'at Islam agak berbeda dengan pengertian yang ada dalam hukum positif kita sekarang ini, cenderung kepada pengertian gadai yang ada dalam kitab undang- undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Gadai menurut KUHPerdata pasal 1150 adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang yang berhutang atau oleh orang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada si beriutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang- orang yang berpiutang lainnya , dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang dikeluarkan untuk menyelamatkan setelah barang itu digadaikan, biaya- biaya mana harus didahulukan (Mulyadi, dkk, 2007:74).

  Pengertian rahn yang merupakan perjanjian utang piutang antara dua atau beberapa pihak mengenai persoalan benda dan menahan sesuatu barang sebagai jaminan utang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara' sebagai jaminan atau ia bisa mengambil sebagian manfaat barangnya itu. Allah berfirman:

       

Tiap tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya (QS.

  Al- Mudatstsir:38).

  Semua perbuatan muamalah khususnya dalam kaitannya dengan gadai (rahn) disebabkan oleh manusia itu sendiri. Dan semua perbuatan yang dilakukan akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT (Nawawi, 2012:198).

  2. Dasar Hukum Gadai Dasar hukum rahn adalah Surat Al- Baqarah: 283 yang berbunyi:

  

             

            

          

  “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah secara tunai) sedang

  kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang).Akan tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (utangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya. Dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya: dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan” ( Q.S al- Baqarah:283).

  3. Rukun gadai Menurut Hukum Islam dalam melakukan gadai (rahn) harus memenuhi rukun dan syarat nya. Adapun rukun gadai (rahn ) dapat diuraikan sebagai berikut: a.

  Ar-Rahn (yang menggadaikan) b.

  Al-Murtahin (yang Menerima Gadai) c. Al-Marhun (barang yang digadaikan)

  Marhun adalah harta yang dipegang oleh murtahin (penerima

  gadai) atau wakilnya, sebagai jaminan utang.Para ulama menyepakati bahwa syarat yang berlaku pada barang gadai adalah syarat yang berlaku pada barang yang dapat diperjual belikan (Ali, 2008: 22).

  Marhun itu hanya sebagai jaminan atau kepercayaan atas murtahin . Kepemilikan marhun tetap melekat pada rahin. oleh karena

  itu, manfaat atau hasil dari marhun itu tetap berada pada rahin kecuali manfaat atau hasil dari marhun itu diserahkan kepada murtahin. Selain itu, perlu diungkapkan bahwa manfaat marhun oleh murtahin yang mengakibatkan turun kualitas marhun tidak diperbolehkan kecuali diizinkan oleh rahin (Ali, 2008:42).

  d.

  Al-Marhun bih (Utang) Utang (Marhun bih ) mempunyai pengertian bahwa:

  1) Utang adalah kewajiban bagi pihak berhutang untuk membayar kepada pihak yang memberi piutang.

  2) Merupakan barang yang dapat dimanfaatkan. 3) Barang tersebut dapat dihitung jumlahnya (Ali, 2008:22).

  e.

  Sighat (akad Gadai) Yang dimaksud dengan shigat akad adalah pernyataan yang timbul dari dua orang melakukan akad yang menunjukkan kesungguhan kehendak batin keduanya untuk mengadakan akad. Kehendak batin tersebut diketahui melalui lafal, ucapan, atau semacamnya, seperti perbuatan, isyarah, atau kitabah (tulisan). Shigat akad ini dalam istilah lain disebut ijab dan qabul (Muslich, 2010:138).

  Dalam al- Qur’an ada dua istilah yang berhubungan dengan perjanjian, yaitu al-

  ‘aqdu (akad) dan al-‘ahdu (janji). Pengertian akad

  secara bahasa adalah ikatan, mengikat. Para ahli hukum Islam (jumhur ulama) memberikan definisi akad sebagai “Pertalian antara ijab dan

  qabul yang dibenarkan oleh syara’ yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya” (Dewi dkk, 2006:45-46).

  Sedangkan menurut istilah fiqh, akad adalah sesuatu yang menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak maupun dua pihak. Secara khusus akad berarti keterkaitan antara ijab (pernyataan penawaran/pemindahan kepemilikan) dan

  qabul (pernyataan penerimaan kepemilikan) dalam lingkup yang

  disyaratkan dan berpengaruh pada sesuatu (Ascarya, 2011:35) Macam macam akad yang sah dapat dibagi atau diuraikan sebagai berikut :

  1) Akad Nafiz ialah akad yang terjadi antara pihak- pihak yang mempunyai kecakapan dan mempunyai kekuasaan itu asli atau atas nama orang lain.Misalnya, akad yang dilakukan orang berakal sehat dan telah dewasa atas nama diri sendiri menyangkut harta benda milik sendiri pula atau dibawah perwaliannya atau akad yang dilakukan oleh wali yang mendapat kuasa dari orang yang mewakilkan. 2)

  Akad maukuf ialah akad yang tejadi dari orang yang mempunyai kecakapan, tetapi tidak mempunyai kekuasaan melakukan akad, seperti akad yang dilakukan orang lancang, atau anak tamyiz yang diperlakukan sama apabila yang dilakukan termasuk yang memerlukan pendapat walinya ( Basyir, 1982:117)

  Syarat sighat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan waktu yang akan datang. Misalnya, orang yang menggadaikan hartanya memperisyaratkan tenggang waktu utang habis dan utang belum terbayar, sehingga pihak penggadai dapat diperpanjang satu bulan tenggang waktunya. Kecuali jika syarat itu mendukung kelancaran akad maka diperbolehkan. Sebagai contoh, pihak penerima gadai meminta supaya akad itu disaksikan oleh dua orang saksi (Ali, 2008:21).

  Pengertian ijab menurut Muhammad Abu Zahra sebagaimana yang dikutip oleh Muslich (2010:130) adalah pernyataan yang timbul pertama dari salah seorang yang melakukan akad. Sedangkan qabul adalah pernyataan kedua yang timbul dari pelaku akad yang kedua.

  Ijab adalah suatu pernyataan janji atau penawaran dari pihak

  pertama untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu

  

(rahin). Kabul adalah suatu perryataan menerima dari pihak kedua

  atas penawaran yang dilakukan oleh pihak pertama . Para ulama fikih mensyaratkan tiga hal dalam melakukan ijab dan kabul agar memiliki akibat hukum, yaitu sebagai beikut: 1)

  Jala'ul ma' na, Yaitu tujuan yang terkandung dalam pernyataan itu jelas, sehingga dapat dipahami jenis akad yang dikehendaki.

2) Tawafuk yaitu adanya kesesuaian antara ijab dan kabul.

  3) Jazmul iradataini yaitu antara ijab dan kabul menunjukkan kehendak para pihak secara pasti, tidak ragu, dan tidak terpaksa (Dewi dkk,

  2006:63)

  Ijab dan kabul dapat dilakukan dengan empat cara sebagai

  berikut: 1)

  Akad secara lisan Cara alami untuk menyatakan keinginan bagi seseorang untuk melakukan akad dengan kata- kata. Akad dipandang telah terjadi jika ijab dan kabul dilakukan secara lisan oleh pihak- pihak yang bersangkutan (rahin dan murtahin).

  2) Akad dengan tulisan

  Jika dua pihak yang akan melakukan akad tidak berada disatu tempat, maka dapat dilakukan melalui surat yang dibawa oleh seseorang utusan atau melalui pos. 3)

  Akad dengan isyarat

  Apabila seseorang tidak mungkin menyatakan ijab dan kabul dengan perkataan karena bisu dan tidak dapat menulis untuk melakukan akad secara tertulis. 4)

  Akad dengan perbuatan Dalam jual beli yang seorang pembeli saling menyerahkan dan menerima barang secara bersamaan (Basyir, 2000:70).

  Ulama Syafi'iyah berpendapat bahwa gadai bisa sah dengan dipenuhi tiga syarat: a.

  Harus berupa barang, karena utang tidak bisa digadaikan.

  b.

  Penetapan kepemilikan gadai atas barang yang digadaikan tidak terhalang, seperti musyaf.

  c.

  Barang yang digadaikan bisa dijual manakala masa pelunasan hutang gadai (Sudarsono, 2003: 149).

4. Syarat rahn (gadai)

  Adapun yang menjadi syarat-syarat dalam rahn, yaitu: a. Berakal b.

  Baligh.

  c.

  Bahwa barang yang dijadikan borg (jaminan) itu ada pada saat akad sekalipun tidak satu jenis.

  d.

  Bahwa barang tersebut dipegang oleh orang yang menerima gadaian (murtahin) atau wakilnya (Pasaribu, Lubis, 1994:152).

  Orang yang berkuasa untuk menerima borg atau barang gadaian adalah murtahin atau wakilnya. Orang yang mewakili murtahin harus orang selain rahin. Apabila yang mewakili itu rahin maka hukumnya tidak sah, karena tujuan penerimaan (qabdh) adalah untuk menimbulkan rasa aman bagi murtahin atas utang yang ada pada rahin. Dan apabila rahin merasa keberatan borg dipegang oleh murtahin atau murtahin itu sendiri tidak mau memegang dan menyimpannya, maka borg boleh dititipkan kepada seseorang yang dipilih dan disepakati oleh rahin dan murtahin. Orang itu disebut 'adl sebagai seseorang menurut kesepakatan kedua belah pihak untuk menerima gadaian serta menyimpan dan menjaganya (Muslich, 2010:300).

5. Akibat tidak terpenuhinya syarat dan rukun gadai

  Adapun beberapa kemungkinan yang terjadi apabila salah satu syarat dan rukunnya tersebut tidak terpenuhi, maka menurut Hukum Islam Gadai yang dilakukan tidak sah. Yaitu adanya salah satu pihak yang melanggar adanya kesepakatan ataupun memberikan kelebihan yang mengandung riba ataupun menyerupai riba.

  Menurut bahasa, riba memiliki beberapa pengertian, yaitu: a. Bertambah (Az Ziadah), karena salah satu perbuatan riba adalah meminta tambahan dari suatu yang dihutangkan.

  b.

  Berkembang, berbunga, karena salah satu perbuatan riba adalah menggunakan harta uang atau yang lainnya yang dipinjamkan kepada orang lain.

  c.

  Berlebihan atau menggembung.

  Menurut syara' riba adalah akad atas iwadh (penukaran) tertentu yang tidak diketahui persamaannya dalam ukuran syara' pada waktu akad atau dengan mengakhirkan (menunda) kedua penukaran tersebut atau salah satunya. Dasar hukum riba sebagaimana dalam Q.S Ali Imran ayat 130:

  

          

  

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan

berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat

keberuntungan.

  Dari ayat diatas alangkah baiknya kita juga harus memahami tentang macam- macam riba. Secara garis besar, riba dikelompokkan menjadi dua. Masing -masing adalah riba utang piutang dan riba jual- beli. Adapun macam-macam riba tersebut sebagai berikut: a.

  Riba qardhl, yaitu suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap yang berutang (muqdaridh).

  b.

  Riba jahiliyyah, yaitu utang yang pengembaliannya lebih dari pokoknya karena si peminjam tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan. Riba jahiliyyah dilarang karena setiap mengambil manfaat adalah riba. Dari segi penundaan waktu penyerahannya, riba jahiliyyah tergolong riba nasi'ah dari segi kesamaan objek yang dipertukarkan tergolong riba fadhl.

  c.

  Riba fadhl, yang juga disebut riba buyu yaitu riba yang timbul akibat pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya, sama kuantitasnya, dan sama waktu penyerahannya. Pertukaran semacam ini mengandung sistem gharar yaitu ketidakjelasan ini dapat menimbulkan tindakan dhalim dari salah satu pihak, kedua belah pihak dan pihak-pihak yang lain.

  d.

Dokumen yang terkait

PENGELOLAAN ZAKAT FITRAH BERDASARKAN KONSEP MASLAHAT LIL UMMAT (Studi Kasus di Dusun Kaliwaru, Desa Tengaran, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

0 0 141

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI MEMBANGUN KIJINGNGIJING (Studi Deskriptif Di Dusun Siwal Desa Siwal Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Semarang) SKRIPSI

0 0 144

PENERAPAN SYARIAH ISLAM DI INDONESIA (Studi Kasus Gerakan Negara Islam Indonesia di Wilayah Salatiga) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah

0 0 162

NIKAH DENGAN NIAT TALAK DAN RELEVANSINYA DENGAN KHI PASAL 3 (Studi Kasus Di Desa Wonoyoso Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar S1 Dalam Ilmu Syari’ah

0 0 116

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL SAWAH TAHUNAN (STUDI KASUS DI DESA PURWOREJO KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 90

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH BERJANGKA (Studi Kasus di BMT Tumang Cabang Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 150

REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 1 122

NILAI-NILAI PENDIDIKAN MORAL MENURUT SYEKH JA’FAR AL-BARZANJI (STUDI ANALISIS TENTANG KITAB AL-BARZANJI) SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 98

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB TAISIRUL KHALAK KARYA HAFIDZ HASAN AL MAS’UD SKRIPSI Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

1 3 104

IMPLIKASI KEGIATAN DZIKIR TERHADAP NILAI- NILAI PENDIDIKAN SIKAP SOSIAL MASYARAKAT (Studi Pada Majlis Dzikir Kalimahsodo Dusun Babadan Desa Duren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang) Tahun 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 127