BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Percaya Diri - UPAYA MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DAN PRES TAS BELAJAR SISWA MELALUI M ETODE ROLE PLAYING PADA MATERI MENGHARGAI JASA DAN PERANAN TOKOH PERJUANGAN DALAM MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN INDONESIA DI KELAS V

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Percaya Diri

  Percaya diri adalah salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin atas kemampuan

  Mustari (2014:51), mengemukakan bahwa percaya diri yang mereka miliki. merupakan keyakinan bahwa orang mempunyai kemampuan untuk melakukan sesuatu untukmencapai tujuan tertentu.percaya diri juga merupakan keyakinan orang atas kemampuannya untuk menghasilkan level-level pelaksanaan yang mempengaruhi kejadian-kejadian yang mempengaruhi kehidupan mereka. Sedangkan menurut Desmita (2009:164), percaya diri adalah konsep diri. Konsep diri yang dimaksud adalah gagasan, tentang diri sendiri yang mencangkup keyakinan, pandangan, dan penilaian seseorang terhadap diri sendiri. Konsep diri terdiri atas cara melihat diri sendiri sebagai pribadi, cara merasa diri sendiri, cara menginginkan diri sendiri menjadi manusia yang diharapkan. Kemudian menurut Aunillah (2011:60), percaya diri merupakan sebuah kekuatan yang luar biasa. Percaya diri laksana reactor yang membangkitkan segala energi yang ada pada diri seorang untuk mencapai sukses.

  Pada penelitian ini percaya diri digunakan untuk memberikan perasaan semangat dan bahagia pada siswa SDN 1 Pandak untuk mencapai kesuksesan. Selain itu percaya diri juga memberikan perasaan semangat dan bahagia pada diri seseorang untuk mencapai kesuksesan.

  7 Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa percaya diri pada intinya meyakinkan suatu kemampuan yang ada pada diri kita untuk melakukan suatu hal. Percaya diri juga akan menumbuhkan suatu sikap ketenangan dalam bertindak. Kepercayaan diri akan memastikan seseorang bahagia, mampu mencitai dan berkomunikasi dengan baik dengan orang lain dan dengan percaya diri pula seseorang bisa meraih segala yang diinginkan (Syaifullah 2009:11). Ciri-ciri orang yang memiliki sikap percaya diri, di antaranya adalah sebagai berikut :

  1) Tidak terlalu tergantung dengan orang lain Sosok percaya diri sangat erat kaitannya dengan sikap tidak terlalu bergantung dengan orang lain. Orang yang bergantung dengan orang lain merupakan orang yang tidak mampu mengambil inisiatif untuk menentukan yang terbaik bagi dirinya sendiri.

  2) Tidak mempunyai rasa takut dan khawatir Sikap khawatir dan takut adalah pikiran negatif yang timbul karena kita tidak yakin pada kemampuan diri. Sikap khawatir dan takut muncul akibat kebiasaan-kebiasaan mengembangkan sikap dan asumsi-asumsi negatif terhadap diri sendiri.

  3) Selalu berinteraksi dengan baik Untuk menjadi pribadi yang percaya diri seutuhnya, seseorang tidak bisa lepas dari interaksi. Seorang akan membangun cara berkomunikasi yang baik sehingga bisa diterima oleh orang lain. Dengan berkomunikasi, berarti memberi ruangh lain di luar dirinya untuk orang lain. Orang lain dianggap sebagai bagian dari dirinya, sehingga keduanya bisa menjalin relasi dan komunikasi yang baik. 4) Selalu bersikap tegas Sifat ketegasan berawal dari pembentukan mental yang kuat.

  Seseorang yang mempunyai mental yang kuat cenderung memegang prinsip hidupnya. Orang yang percaya diri akan menganggap bahwa ketegasan adalah bukti bahwa ketegasan adalah bukti bahwa dirinya memiliki satu pegangan dan landasan kepercayaan yang kuat, serta dengan ketegasan, ia mampu memutuskan suatu persoalan. 5) Dapat mengendalikan diri

  Sosok percaya diri sangat erat kaitannya dengan konsep mengendalikan diri. Seseorang akan selalu berpegang teguh pada prinsip dan kondisi emosional yang stabil, karena rasa percaya diri tanpa adanya pengendalian diri akan berubah kepada kepercayaan diri yang berlebihan.

  6) Memiliki Kreatifitas Orang yang percaya diri akan selalu berfikir bahwa kreatif tidak selalu identik dengan menemukan hal yang baru, tetapi selalu melihat sesuatu dengan cara berbeda dan baru, yang biasanya tidak dilihat oleh orang lain.

  7) Memiliki sifat yang dewasa Sosok orang dewasa adalah selalu ingin hidup yang terbaik bagi dirinya yaitu selalu berbuat baik dan tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.

  Ketujuh ciri sikap percaya diri di atas dapat diartikan siswa dalam pembelajaran tidak terlalu tergantung dengan orang lain karena telah memiliki seuatu keyakinan yang besar pada dirinya, sehingga tidak memiliki rasa takut dan khawatir untuk mengambil tindakan baik pada saat evaluasi maupun dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran, siswa dengan kepercayaan diri yang baik akan timbul suatu inisiatif untuk selalu belajar yang lebih banyak. Bersikap tegas dalam proses pembelajaran menjadikan siswa mampu menunjukan kemampuannya.

  Siswa dengan kepercayaan diri yang baik akan memudahkan guru pada saat pembelajaran karena dapat mengendalikan dirinya sehingga tahu waktu untuk bekerja sendiri dan untuk berdiskusi. Selalu berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapi karena siswa yang percaya diri sebagian memiliki kreatifitas yang tinggi dan memiliki sifat yang dewasa artinya selalu berusaha sendiri terlebih dahulu tidak tergantung pada guru.

  Menurut Lina dan Klara (2010:16), ciri-ciri individu yang tidak mempunyai rasa percaya diri yang proporsional, antara lain : 1) Berusaha menunjukan sikap konfirmasi, semata-mata demi mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok. 2) Menyimpan rasa takut atau kekhawatiran terhadap penolakan. 3) Sulit menerima realita diri, terlebih menerima kekurangan diri dan memandang rendah kemampuan diri sendiri, namun di lain pihak memasang harapan tidak realistis terhadap diri sendiri. 4) Pesimis, mudah menilai sesuatu dari sisi negatif. 5) Takut gagal, sehingga menghindari resiko dan tidak berani memasang target untuk berhasil. 6) Cenderung menolak pujian yang ditujukan secara tulus karena menilai rendah diri sendiri. 7) Selalu menempatkan atau memposisikan diri sebagai yang terakhir, karena menilai diri sendiri tidak mampu. 8) Mempunyai external locus of control yakni, mudah menyerah pada nasib, sangat tergantung pada keadaan dan pengakuan atau penerimaan serta bantuan orang lain.

2. Prestasi Belajar

  Prestasi Belajar merupakan ukuran yang diperoleh seseorang selama proses belajarnya, ukuran keberhasilan tersebutdapat dilihat dari seberapa jauh pemahaman siswa dalam penguasaan materi pembelajaran selama periode tertentu. Nilai rapot dapat mengetahui prestasi belajar siswa, siswa yang nilai rapotnya tinggi dapat dikatakan prestasinya tinggi, sedangkan siswa yang nilai rapotnya jelek dikatakan prestasinya rendah.

  Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan siswa selama proses pembelajarannya. Arifin (2013: 12) menyatakan bahwa prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”. Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan.Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.

  Prestasi belajar dalam pengertiannya mempunyai beberapa fungsi, Arifin (2013:12) menyebutkan bahwa fungsi prestasi belajar, antara lain:

  1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa. 2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.

  Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan”(couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia.

  3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan, asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. 5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap

  (kecerdasan) siswa. Dalam proses pembelajaran, siswa menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena siswalah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sangat penting bagi guru untuk mengetahui dan memahami prestasi belajar siswa, baik individu maupun kelompok.Prestasi belajar tolak ukur keberhasilan dalam bidang studi. Guru perlu mengetahui prestasi belajar siswa agar dapat mengukur seberapa banyak siswa menyerap materi yang telah diajarkan oleh gurunya, keberhasilan dari suatu pembelajaran tergantung prestasi belajar yang diperoleh siswa. Oleh karena itu, untuk meningkatkan prestasi belajar pada siswa, guru perlu mengupayakan penggunaan metode pembelajaran yang menyenangkan dan menarik bagi siswa. a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan suatu ukuran keberhasilan siswa dalam melaksanakan suatu pembelajaran.Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat membuat prestasi belajar siswa menurun.Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, Slameto (2010: 54), berpendapat bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.Faktor intern adalah faktor dari dalam diri siswa yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor ada di luar diri individu.Faktor intern dapat dikelompokan menjadi tiga faktor, yaitu 1) faktor jasmaniah yang terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh, 2) Faktor psikologi yang terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan, 3)Faktor kelelahan.

  Faktor ekstern dikelompokan menjadi tiga faktor, yaitu: 1)Fakor keluarga yang terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. 2)Faktor sekolah yang terdiri dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah,standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. 3)Faktor masyarakatyang terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. b. Prinsip-Prinsip Pretasi Belajar Prestasi belajar merupakan ukuran seseorang dalam hasil belajarnya, dalam prestasi belajar terdapat prinsip dasar pengukuran prestasi. Pengukuran prestasi belajar menurut Gronlund dalam Azwar (2013: 18), merumuskan beberapa prinsip dasar yaitu:

  1. Tes prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secara jelas dengan tujuan intrusional.

  2. Tes prestasi belajar harus mengukur suatu sampel yang representatif dari hasil belajar dan dari materi yang dicakup oleh program intruksional atau pengajaran.

  3. Tes prestasi harus berisi aitem-aitem dengan tipe yang paling cocok, guna mengukur hasil belajar yang di inginkan.

  4. Tes prestasi harus di rancang sedemikan rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya.

  5. Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukurnya harus ditafsirkan dengan hati-hati.

  6. Tes prestasi harus digunakan untuk meningkatkan belajar para anak didik.

3. Metode Role Playing

  Menurut Sagala (2010:213), Sosiodrama (role playing) berasal dari kata sosio dan drama. Sosio berarti sosial menuju pada objeknya yaitu masyarakat menunjukan pada kegiatan-kegiatan sosial, dan drama berarti mempertunjukan, mempertontonkan atau memperlihatkan. Metode sosidrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukan, mempertontonkan atau mendramatisasikan cara tingkah laku dalam hubungan sosial. Sedangkan menurut Djamarah (2010:88), metode role playing dan sosiodrama dapat dikatakan sama artinya, dan dalam pemakaiannya sering disilih gantikan. Sosiodrama dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubunganya dengan masalah sosial.

  Dari berbagai sumber di atas Role Playing dapat diartikan suatu metode pembelajaran yang berusaha melibatkan siswa dalam situasi tertentu. Situasi yang digambarkan dalam metode Role Playing adalah situasi yang diangkat dari permasalahan sosial. Kemudian metode Role

  Playing dalam pelaksanaannya siswa mendapat tugas dari guru untuk

  mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan suatu masalah yang muncul dari situasi sosial.

  Dalam hal ini pengunaan metode Role playing di SDN 1 Pandak diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan merangsang kelas untuk berfikir dan memecahkan masalah. Kemudian siswa SDN 1 Pandak agar semangat dalam mengikuti pembelajaran, sehingga dapat memberikan pembelajaran yang bermakna. Tujuan Role Playing menurut Savage (1996:212), Role playing serves several purpose that care consistent with

  objectives of the elementary social studies program.The technique can help learners do the following.

  a) Develop their interpersonal relations skills. (mengembangkan hubungan interpersonal keterampilan) b) Appreciate perpectives of others.Menghargai perspektif lain)

  c) Recognize perspectives of others. Mengenali perspektif lain)

  d)

  Recognize the impact of one person’s decisions on others. Mengenali

  dampak dari satu keputusan pada orang lain)

  e) Master academic content by replicating roles of people who (Guru akademik berperan sebagai replikasi dari participated in real. orang-orang yang berpartisipasi dalam kehidupan nyata).

  Role playing is adaptanbel for use learners at all elementary grade

levels. It begins a with problem we oftehn find it useful to introduce pupils

to the technique by presenting with them a situation they or number of their

family might have faced. Role playing disesuaikan untuk digunakan pelajar

  di semua kelas tingkat dasar. Jadi pada dasarnya untuk melaksanakan role

  

playing guru memulai dengan memberikan permasalahan terlebih dahulu

  kepada siswa. Permasalahan yang kerap terjadi dalam kehidupan yang berguna bagi siswa untuk dijadikan permainan role playing.

  a. Langkah-langkah menggunakan metode role playing. Menurut Taniredja (2011:107) yaitu:

  a) Guru menyusun atau menyiapkan skenario yang akan ditampilkan

  b) Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM.

  c) Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang

  d) Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai

  e) Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakukan skenario yang sudah dipersiapkan.

  f) Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa dibeirkan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok.

  g) Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya h) Guru memberikan kesimpulan secara umum. i) Evaluasi j) Penutup

4. Ilmu Pengetahuan Sosial

  Daldjoeni (1981: 7) mengatakan bahwa IPS didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang manusia di dalam kelompok yang disebut masyarakat, dengan menggunakan ilmu politik, ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, antropologi dan sebagainya. Sedangkan Ahmadi (1991: 3) mengatakan bahwa IPS adalah bidang studi yang merupakan paduan (fusi) dari sejumlah mata pelajaran sosial.

  Pengertian di atas berbeda dengan Susanto (2014: 137) yang menambahkan bahwa pendidikan IPS merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada siswa, khususnya ditingkat dasar dan menengah. Luasnya kajian IPS ini mencakup berbagai kehidupan yang beraspek majemuk baik hubungan sosial, ekonomi psikologi, budaya, sejarah, maupun politik.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial yang memberi wawasan dan pemahaman mendalam kepada semua oran, tidak terkecuali siswa di sekolah dasar.

  a. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Tujuan dari adanya pembelajaran IPS di sekolah yang disebutkan BNSP. Susanto (2014: 149) yang menyatakan bahwa tujuan IPS, antara lain:

  1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan. 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial. 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkomunikasi dalam masyarakat yang majemuk, tingkat lokal, nasional, dan global. b. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ruang lingkup materi pelajaran IPS di sekolah dasar atau madrasah ibtidaiyah yang tercantum dalam kurikulum, Depdiknas dalam Susanto (2014: 160) menyatakan bahwa ruang lingkup IPS, antara lain:

  1) Manusia, tempat, dan lingkungan 2) Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 3) Sistem sosial dan buidaya 4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa ruang lingkup IPS menyangkut kegiatan dasar manusia dan segala kegiatan manusia. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata Pelajaran IPS pada jenjang SD/MI memuat materi geografi, sejarah, dan ekonomi. Melalui Mata Pelajaran

  IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga masyarakat yang menghargai nilai-nilai sosial, bertanggung jawab, mencintai lingkungan alam, dan menjadi warga dunia yang cinta damai.

  Mata Pelajaran IPS di susun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut, diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

  Pembelajaran IPS memiliki tujuan yang sangat terarah dalam mewujudkan warga negara yang baik dan mewakili kemampuan dalam melakukan interaksinya sebagai bagian dari makhluk sosial. Meskipun demikian proses pembelajaran IPS terkadang masih memerlukan pembenahan. Pendidik dalam pembelajaran IPS sering mengalami masalah yang berkaitan denga prestasi dan rasa tanggung jawab siswa selama proses pembelajaran. Hal ini sering terjadi karena siswa menganggap bahwa pelajaran IPS terlalu banyak hafalan sehingga siswa merasa bosan dan jenuh. .6. Materi Pokok

  Materi Persiapan Kemerdekaan Indonesia merupakan materi yang diajarkan pada kelas V semester 2 Sekolah Dasar. Materi persiapan kemerdekaan Indonesia disajikan pada tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1. Perincian indikator materi jasa dan peranan tokoh perjuangan.

  Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator

  1. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahanka n kemerdekaan Indonesia

  1.2. Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

   Menjelaskan usaha dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan  Menjelaskan perlunya perumusan dasar Negara sebelum kemerdekaan  Mengidentifikasi peranan beberapa tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan  Menunjukkan sikap menghargai jasa para tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan.

  (Sumber : silabus kelas V 2011/2012)

  1. Kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik Perang Pasifik disebut juga Perang Asia Timur Raya. Perang ini terjadi antara Jepang dengan Sekutu (yang termasuk Tiongkok, Amerika

  Serikat, Britania, Raya, Belanda, dan Selandia baru). Dalam Perang Pasifik, Pulau Saipan jatuh ketangan pasukan Amerika Serikat. Keadaan ini terjadi pada bulan Juni 1944. Jatuhnya Pulau Saipan menyebabkan posisi Jepang semakin terancam, karena diberbagai wilayah peperangan Jepang selalau menemui kekalahan. Oleh karena itu, pada tanggal 9 September 1944 Perdana Menteri Koiso memberi janji kemerdekaan kepada rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan untuk menarik simpati rakyat Indonesia.

  2. Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia Menjelang akhir PD II, Jepang mengalami banyak kekalahan. Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 kota Hirosima dan Nagasaki dibom oleh

  Sekutu. Pada tanggal 11 Agustus 1945, Jepang memberikan janji kemerdekaan yang disampaikan kepada tiga orang pemimpin Indonesia, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Dr. Rajiman Wedyodiningrat. Ketiganya diminta mempersiapkan kemerdekaan. Dengan janji ini Jepang berharap, rakyat Indonesia mau memebantu Jepang yang semakin terdesak dan mengalami kekalahan di mana-mana.

B. Penelitian Yang Relevan

  Mengacu dari jurnal yang ditulis oleh Dimitrova (2005:17-19) yang berjudul The Role Play Training As a Means And Method Of Personal

  

Expression of Thge Students In The Fourth Grade in Their Training In “Style

And Skills of Living”.

  Since children mainly watch TV, films, video, and play computer games, this means that these are the forms in which we have to organise our educational messages for the children. The requirement for them is to be personality engagin g, amusing, and to leand to the development of the pupils’ personal qualities and skills. One of these forms is the use of the children’s natural oredisposition to playing games, provide that the term “playing’ will have a new meaning. The game / playing as a method and means of education, the playing but not of a game of a rule, whose main purpose is through pretended actions to prepare us for necessary, and important for us, living situations, as opposed to “playing a game”. And one more important thing-the simulation, which has the sense of role-play training determining the possibility for personal expression of each student in the process of training. Teachers are familiar with the contents of the didactic games.

  Berdasarkan jurnal tersebut dikatakan bahwa penggunaan metode role

  playing dalam pembelajaran berawal dari kebiasaan anak-anak yang lebih sua

  menonton film, TV, dan bermain game kemudian menirukan tokoh-tokoh yang ada untuk dipeankan dalam kegiatan siswa sehari-hari. Dikatakan juga dalam jurnal tersebut peningkatan yang terjadi hidup melalui metode role

  playing adalah suasana kelas yang menjadi lebih hidup dan menyenangkan

  karena ada peran aktif siswa dalam pembelajaran. Kemudian karena siswa menirukan seorang tokoh yang sudah tidak ada dalam realita kehidupan siswa maka terjadi tokoh yang sudah tidak ada dalam realita kehidupan siswa maka terjadi peningkatan pada pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan daya imajinasi.

  Selanjutnya mengacu jurnal yang ditulis oleh H. Gholamrezayi, Dkk (2016)

  Yang berjudul ”The Impact of a Consolidated Teaching Method

  (Playing-Role and Story telling) On Developing Creative Thinking in Fourth- Grade Students in the “Heavenly Gifts “Lesson”.

  According to research results, it’s recommended that teachers use the

storytelling andplaying-role method in classes to result in developing creative

thinking of students. Keywords: Creative thinking, consolidated teaching

method, storytelling, playing role. Introduction Creative thinking is one

method of logical thinking. It is a type of thinking in which despite its unusual

solutions will be lead to acceptable results (Andrews, 2007). Creative

thinking is a process in which creativity is its product and more creativity has

been introduced related to novelty and usefulness of conceptions. It means

novelty and usefulness for producing an idea or a product has.

  Berdasarkan jurnal tersebut dikatakan bahwa itu disarankan agar guru menggunakan cerita dan metode bermain-peran dalam kelas untuk menghasilkan mengembangkan pemikiran kreatif siswa. Kunci kata: Berpikir kreatif, metode pengajaran konsolidasi, mendongeng, bermain peran. Pengantarberpikir kreatif merupakan salah satu metode pemikiran logis. Ini adalah jenis pemikiran dimana meskipun yang solusi yang tidak biasa akan menyebabkan hasil yang dapat diterima (Andrews, 2007). Berpikir kreatif adalah proses di mana kreativitas adalah produk dan kreativitas telah diperkenalkan terkait dengan hal-hal baru dan kegunaan konsepsi. Ini berarti baru dan kegunaan untuk memproduksi ide atau produk memiliki. Kemudian dari jurnal yang ditulis oleh Tien Kartini dengan menggunakan metode Role Playing ini siswa terlatih daya tangkapnya (termasuk intelegensi) terhadap materi pembelajaran, siswa terlatih konsentasinya dalam memerankan tokoh yang menjadi tugasnya, fantasi (daya improvisasi) siswa sudah baik dan yang terpenting minat siswa dalam pembelajaran sejarah meningkat dalam arti siswa senang belajar mata

  pelajaran IPS. Berdasarkan jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa Penggunaan metode

  pembelajaran role playing pada mata pelajaran IPS tepat karena ciri khas pembelajaran pendidikan IPS adalah menekankan pada aspek pendidikan, yaitu siswa diharapkan memperoleh pemahaman konsep dan mengembangkan serta melatih sikap, nilai, moral, dan keterampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya. Penggunaan metode role playing disebabkan karena keuntungan menggunakan metode itu sendiri, yaitu siswa lebih tertarik perhatianya pada pelajarannya; melalui bermain peran sendiri, mereka mudah memahami masalah- masalah sosial tersebut; melalui bermain peran sebagai orang lain, siswa dapat menempatkan diri seperti watak orang lain, dan siswa dapat merasakan perasaan orang lain sehingga menumbuhkan sikap saling perhatian.

  Berdasarkan ketiga penelitian di atas bahwa ketiga jurnal bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan metode Role Playing, namun dalam penelitian ini untuk meningkatkan percaya diri dan prestasi belajar dengan penerapan metode Role Playing pada mata pelajaran IPS di kelas V SDN 1 Pandak sehingga siswa mendapatkan pembelajaran yang lebih bermakna.

C. Kerangka Berpikir

  Kegiatan dalam dunia pendidikan sudah pasti ada proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar trersebut terjadi interaksi antara guru dan siswa. Guru sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan siswa dalam proses belajar terutama prestasi belajar yang dicapai oleh siswa tersebut.

  Suatu pencapaian keberhasilan dari guru tidak semata mata karena guru tersebut pandai, namun adanya suatu usaha inovatif dari guru untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Salah satu usaha inovatif tersebut ialah penggunaan metode role playing dalam proses belajar mengajar guna menciptakan suasana kelas yang menyenangkan untuk belajar.

  Berikut ini adalah kerangka berpikir yang telah disusun untuk pembeajaran IPS melalui metode role playing disajikan pada gambar 2.1 berikut ini :

  Percaya diri dan prestasi Kondisi awal belajar masih rendah

  Siklus I Pembelajaran menggunakan metode role

  Pembelajaran

  Kondisi awal

  playing dengan metode Role playing

  Siklus II Pembelajaran menggunakan metode role

  playing

  Percaya diri dan prestasi Kondisi awal belajar meningkat meningkat

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus, yang dalam setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan. Masing masing pertemuan dilaksanakan 3 jam pembelajaran, dalam setiap jam pelajaran ada 35 menit. Dalam setiap pembelajaran menggunakan metode Role Playing. Di setiap pertemuan dilakukan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

  Refleksi digunakan untuk memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan pertemuan selanjutnya. Penelitian dilakukan hingga hasil yang diinginkan tercapai.

D. Hipotesis

  1. Metode pembelajaran Role Playing dapat meiningkatkan percaya diri siswa kelas V SDN 1 Pandak pada mata pelajaran IPS.

  2. Metode pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas

  V SDN

  1 Pandakpada mata pelajaran IPS.

Dokumen yang terkait

ENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN PERJUANGAN MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN INDONESIA DALAM PELAJARAN IPS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

0 4 5

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN BANGSA INDONESIA MELAWAN PENJAJAH KELAS V SDN 6 TANJUNGREJO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

0 0 21

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MATERI JASA DAN PERANAN TOKOH PEJUANG DALAM MEMPROKLAMASIKAN KEMERDEKAAN MELALUI STRATEGI BERMAIN PERAN DI KELAS V MIS YPI BATANG KUIS DELI SERDANG

0 0 172

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI PROBLEM SOLVING DI KELAS V SEMESTER II TAHUN 20142015 SD NEGERI 2 SUMBERINGIN KECAMATAN KARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK

0 0 10

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI MENGHARGAI JASA DAN PERAN TOKOH DALAM MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V MI MUHAMMADIYAH BLAGUNG KECAMATAN SIMO TAHUN AJARAN 20142015 SKRIPSI

0 1 180

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN MELALUI STRATEGICROSSWORD (TEKA-TEKI SILANG) DAN MEDIA PEMBELAJARAN GAMBAR PADA SISWA KELAS V MI MA’ARIF BLOTONGAN SALATIGA PELAJARAN 2017/2018 - Test Repository

0 5 148

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MENGHARGAI JASA DAN PERANAN TOKOH PERJUANGAN DALAM MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN INDONESIA (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SD N Tawangmangu Tahun Pel

0 0 20

PENERAPAN METODE HYPNOTEACHING DENGAN MEDIA GRAFIS DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS TENTANG PERJUANGAN MEMPERSIAPKAN KEMERDEKAAN INDONESIA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KEBUMEN TAHUN AJARAN 20162017

0 0 18

PENERAPAN MODEL ROLE PLAYING DENGAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPS TENTANG PERISTIWA DAN TOKOH PROKLAMASI KEMERDEKAAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 TRIKARSO TAHUN AJARAN 2017/2018 - UNS Institutional Repository

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Harga Diri Rendah - LANI CAHYATI BAB II

0 0 18