Implementasi Terhadap Wajib Pajak Sarang Burung Walet Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2011

BAB I
PENDAHULUAN

H. Latar Belakang
Sejak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, maka terjadi perubahan paradigma pemerintahan dalam
sistem penyelenggaraan pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi. Sebagai
konsekuensi logis dari perubahan tersebut maka pemerintah daerah diberi
kewenangan yang luas untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Sejak diberlakukannya otonomi daerah, fenomena yang muncul adalah
kecenderungan pemerintah daerah yang ingin mengatur semua objek dan subjek
yang berada di wilayah teritorialnya sehingga harus tunduk kepada kemauan daerah
yang diatur dalam peraturan daerah. Apa yang terjadi kemudian semacam euphoria,
dimana daerah adakalanya tidak lagi memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku,
diantaranya dengan membuat peraturan daerah yang mengatur materi diluar
kewenangannya. Otonomi diartikan harus mampu mandiri dan memperoleh
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang setinggi-tingginya tanpa mempertimbangkan
persyaratan penertiban peraturan daerah yang dimaksud. Kondisi ini tercermin dari
banyaknya peraturan daerah yang berkaitan dengan penetapan pajak dan restribusi
yang tidak sejalan dengan kriteria yang telah ditetapkan dalam undang-undang. 1
Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat), yang berarti Indonesia

menjunjung tinggi hukum dan kedaulatan hukum. Hal ini sebagai konsekuensi dari
1

Adrian Sutedi. Hukum Pajak dan Retribusi Daerah. Bogor, Graha Indonesia, 2008, hlm

5
1
Universitas Sumatera Utara

ajaran kedaulatan hukum bahwa kekuasaan tertingi tidak terletak pada kehendak
pribadi penguasa, melainkan pada hukum. Jadi, kekuasaan hukum terletak di atas
segala kekuasaan yang ada dalam negara dan kekuasaan itu harus tunduk pada
hukum yang berlaku. Hakikatnya adalah segala tindakan atau perbuatan tidak boleh
bertentangan dengan hukum yang berlaku, termasuk untuk merealisasikan
keperluan atau kepentingan negara maupun untuk keperluan warganya dalam
bernegara. Keperluan atau kepentingan negara terhadap pajak tidak dapat dilakukan
oleh negara sebelum ada hukum yang mengaturnya. Pengenaan pajak oleh negara
kepada warganya (wajib pajak) harus berdasarkan pada hukum (undang-undang)
yang berlaku sehingga negara tidak dikategorikan sebagai negara kekuasaan. 2
Tujuan peletakkan kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi daerah

adalah peningkatan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan, demokrasi dan
penghormatan

terhadap

budaya

lokal

dan

memperhatikan

potensi

dan

keanekaragaman. Atas dasar itu, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung
jawab kepada daerah sehingga memberi peluang kepada daerah agar leluasa

mengatur dan melaksanakan kewenangannya atas prakarsa sendiri sesuai dengan
kepentingan masyarakat setempat dan potensi setiap daerah. Kewenangan ini pada
dasarnya merupakan upaya untuk membatasi kewenangan pemerintah dan
kewenangan provinsi sebagai daerah otonom, karena pemerintah dan provinsi
hanya diperkenalkan menyelenggarakan kegiatan otonomi sebatas yang ditetapkan

2

Muhammad Djafar Saidi. Pembaruan Hukum Pajak. Jakarta,Rajawali Pers, 2010, hlm 1

Universitas Sumatera Utara

dalam peraturan pemerintah ini. Dalam melaksanakan otonomi daerah ada beberapa
faktor yang yang harus diperhatikan.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah memberi kewenangan besar kepada provinsi untuk mengelola dan
memungut 5 (lima) jenis pajak yaitu pajak kendaraan bermotor, bea balik nama
kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak air permukaan,
pajak rokok. Kabupaten/kota mengelola dan memungut 11 (sebelas) jenis pajak
yaitu pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak penerangan jalan, pajak

reklame, pajak mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak
sarang burung walet, pajak bumi dan bangunan pedesaan perkotaan, serta bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan. Jenis retribusi daerah provinsi ataupun
kabupaten/kota diberi kewenangan untuk mengolah dan memungut retribusi jasa
umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan tertentu. 3
Kaho mengidentifikasi empat faktor yang dapat mempengaruhi jalannya
otonomi daerah, yaitu Faktor Manusia Pelaksana. Faktor Keuangan Daerah. Faktor
Peralatan. Faktor Organisasi dan Manajemen. 4 Pajak

merupakan

iuran

wajib

masyarakat kepada kas negara yang diatur sesuai undang- undang. Pemungutan
pajak dapat dipaksakan oleh setiap warga negara. Hasil dari pembayaran pajak
kemudian digunakan untuk pembiayaan nasional yang mungkin tidak secara
langsung dapat dirasakan oleh para pembayar pajak tersebut. Pemerintah memungut
pajak kepada masyarakatnya berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk


3

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,

Pasal 2.
4

Josef Riwu Kaho. Prospek Otonomi Daerah di Republik Indonesia, Jakarta, Rajawali
Press, 2000, hlm 60-63

Universitas Sumatera Utara

menutup biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah dalam mencapai
kesejahteraan bersama. Pajak dipungut untuk dikembalikan pada rakyat melalui
pengeluaran-pengeluaran dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dapat
dikatakan bahwa pajak adalah pembayaran kepada negara yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang dimana pembayaran pajak tidak mendapatkan balasan
secara langsung dan hasilnya digunakan untuk kepentingan umum.
Sarang burung walet merupakan salah satu potensi sumber daya alam hayati

yang cukup lama dikenal dan dikelola oleh masyarakat Kota Medan. Di samping
sebagai sumber pendapatan masyarakat, selama ini sarang burung walet juga
merupakan sumber pendapatan asli daerah (PAD) yaitu melalui penarikan pajak.
Sarang burung walet di Kota Medan berasal dari gedung walet dan gua yang cukup
banyak.
Burung walet adalah satwa liar yang termasuk marga collocalia yaitu
collocalia fuchliap haga, collocalia maxina, collocalia esculanta dan collocalia
lincha yang dapat hidup dan berkembang biak dalam lingkungan habitat alami
maupun buatan. 5 Habitat alami adalah lingkungan tempat burung walet hidup dan
berkembang biak di alam bebas. Habitat buatan adalah lingkungan tempat burung
walet hidup dan berkembang biak yang diusahakan dan dibudidayakan oleh
manusia. 6
Usaha budidaya burung walet adalah bentuk kegiatan dengan memanfaatkan
bangunan atau gedung bertingkat sebagai habitat buatan tempat hidup dan
berkembang biaknya burung walet. Pengusahaan budidaya burung walet adalah
5

http://dispendakabkuburaya.blogspot.co.id/p/pajak-sarang-burung-walet.html, diakses
tanggal 1 Juni 2016.


Universitas Sumatera Utara

upaya terpadu untuk mengembangbiakan burung walet, melindungi dan/atau
menjaga kesehatan manusia, melestarikan fungsi lingkungan hidup, menjaga
ketertiban umum, melakukan penataan ruang dan melakukan pembinaan serta
pengawasan usaha budidaya burung walet. Pengusaha budidaya burung walet yang
selanjutnya disebut pengusaha adalah orang pribadi dan atau badan yang mendapat
izin mengelola usaha budidaya burung walet yang merupakan usaha produksi
sarang burung walet sebagai salah satu sumber pendapatan atau mata pencaharian. 7
Untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak, pemerintah melakukan
berbagai upaya antara lain dengan menyederhanakan administrasi pajak dan
meningkatkan penegakan hukum bagi wajib pajak dan petugas pajak yang
melanggar ketentuan perundang-undangan perpajakan dan sudah selayaknya
masyarakat mengerti dan memahami kewajiban dalam membayar pajak.
Salah satu Pendapatan Asli Daerah (PAD) berasal dari pajak daerah. Pajak
menurut lembaga pemungutannya dibagi menjadi dua yaitu: pajak pusat dan pajak
daerah. Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat untuk
membiayai rumah tangga negara, meliputi: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak
Bumi


dan

Bangunan

(khususnya

sektor

Perkebunan,

Perhutanan

dan

Pertambangan), dan Bea Materai. Sedangkan pajak daerah yaitu pajak yang
dipungut oleh Pemerintah Daerah baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten atau
Kota untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak tingkat Provinsi, meliputi:
Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan
6

7

Ibid
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Rokok dan Pajak Air Permukaan. Sedangkan
pajak tingkat Kabupaten atau Kota, meliputi: Pajak Reklame, Pajak Hiburan, Pajak
Hotel, Pajak Air Tanah, Pajak Parkir, Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan,
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Sarang Burung Walet, Pajak Bumi
dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2), dan Bea Perolehan Hak Atas
Tanah dan atau Bangunan (BPHTB). 8
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis memilih judul skripsi
Implementasi Terhadap Wajib Pajak Sarang Burung Walet Berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2011.

I. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan hukum terhadap wajib pajak sarang burung walet Kota
Medan?
2. Bagaimana implementasi pengawasan dan penegakan hukum bagi wajib pajak
sarang burung walet ?
3. Apa hambatan dan bagaimana mengatasinya dalam Implementasi Perda Kota
Medan Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pajak Burung Walet?

J. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan oleh penulis, maka
penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

8

http://www.pajak.go.id, (diakses tanggal 1 Juni 2016).

Universitas Sumatera Utara

1. Untuk mengetahui pengaturan hukum terhadap wajib pajak sarang burung walet
Kota Medan.
2. Untuk mengetahui implementasi pengawasan dan penegakan hukum bagi wajib

pajak sarang burung walet.
3. Untuk mengetahui hambatan dan bagaimana mengatasinya dalam Implementasi
Perda Kota Medan Nomor: 12 Tahun 2011 tentang Pajak Burung Walet.
Manfaat dan hasil yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan studi dan menjadi salah satu
sumbangsih pemikiran ilmiah dalam melengkapi kajian-kajian yang mengarah
pada pengembangan ilmu hukum administrasi negara.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi semua pihak
terkait khususnya pemerintah kota Medan sebagai dasar untuk peraturan daerah
tentang Pajak Sarang Burung Walet yang ada di Kota Medan.

K. Keaslian Penulisan
Judul penelitian ini adalah implementasi terhadap wajib pajak sarang
burung walet berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 tahun 2011,
telah disetujui oleh Ketua Jurusan Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara dan telah melalui tahap pengujian kepustakaan,
sehingga diketahui belum ada skripsi yang mengangkat permasalahan ini.
Penelitian ini dilakukan oleh penulis dengan mempelajari dan mengkaji buku-buku,
peraturan perundang-undangan dan literatur-literatur yang sesuai dengan kajian

Universitas Sumatera Utara

permasalahan dalam penulisan skripsi ini, sehingga hasil kajian dalam skripsi ini
dapat dikatakan aktual dan asli serta dapat dipertanggungjawabkan secara
akademik.

L. Tinjauan Pustaka
1. Implementasi
Implementasi merupakan tahap yang sangat menentukan dalam proses
kebijakan karena tanpa implementasi yang efektif maka keputusan pembuat
kebijakan tidak akan berhasil dilaksanakan. Implementasi kebijakan merupakan
aktivitas yang terlihat setelah adanya pengarahan yang sah dari suatu kebijakan
yang meliputi upaya mengelola input untuk menghasilkan implementasi baru akan
dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, kemudian program kegiatan
telah tersusun dan dana telah siap untuk proses pelaksanaanya dan telah
disalurkan untuk mencapai sasaran atau tujuan kebijakan yang diinginkan.
Kebijakan biasanya berisi suatu program untuk mencapai tujuan, nilai-nilai yang
dilakukan melalui tindakan-tindakan yang terarah.
Apabila program atau kebijakan sudah dibuat maka program tersebut harus
dilakukan oleh para mobilisator atau para aparat yang berkepentingan. Suatu
kebijakan yang telah dirumuskan tentunya memiliki tujuan- tujuan atau targettarget yang ingin dicapai. Pencapaian target baru akan terealisasi jika kebijakan
tersebut telah diimplementasikan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
implementasi kebijakan adalah tahapan output atau outcomes bagi masyarakat.
Proses menghasilkan implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran
telah ditetapkan, kemudian program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap

Universitas Sumatera Utara

untuk proses pelaksanaanya dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran atau
tujuan kebijakan yang diinginkan.
Implementasi sebagai suatu proses tindakan Administrasi dan Politik.
Pandangan ini sejalan dengan pendapat Peter S. Cleaves dalam bukunya Solichin
Abdul Wahab, yang secara tegas menyebutkan bahwa: “Implementasi itu
mencakup “a process of moving toward a policy objective by means of
administrative and political steps”. Secara garis besar, beliau mengatakan bahwa
fungsi implementasi itu ialah untuk membentuk suatu hubungan yang
memungkinkan

tujuan-tujuan

ataupun

sasaran-sasaran

kebijakan

public

diwujudkan sebagai outcome hasil akhir kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah. 9
2. Wajib pajak
Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak,
pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban
perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 10
3. Peraturan Daerah
Peraturan Daerah adalah peraturan undang-undang yang ditetapkan oleh
Dewan Legislatif dengan kesepakatan bersama Kepala Daerah Gubernur atau
Bupati/Walikota. Peraturan daerah terdiri dari: Peraturan dan Peraturan Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota. 11

9

Abdul Wahab Solichin. Analisis Kebijakan dari Formulasi Kebijaksanaan Ke
Implementasi Kebijakan Negara, Jakarta, Bumi Aksara, 2008, hlm 187
10
https://azisturindra.wordpress.com/2010/09/26/apa-itu-wajib-pajak/diakses
tanggal
1Juni 2016
11
http://www.dosenpendidikan.com/pengertian-perda-dan-pergub-lengkap-denganperbedaan-serta-mekanismenya/diakses tanggal 12 Juli 2016.

Universitas Sumatera Utara

Peraturan daerah merupakan hasil kerja sama antar pihak Legislatif
(DPRD) dengan Eksekutif (Kepala Daerah) yang di dalamnya mengatur
kepentingan umum yang ada di daerah bersangkutan. Keputusan Kepala Daerah
adalah suatu bentuk keputusan yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah (Bupati dan
Walikota).
Bachsan

Mustafa

dalam

bukunya

tentang

Pokok-pokok

Hukum

Administrasi Negara mengatakan bahwa peraturan adalah Peraturan merupakan
hukum (in abstracto) atau (generalnorms) yang sifatnya mengikat umum atau
berlaku, sedangkan tugasnya mengatur hal-hal yang umum atau hal-hal yang
masih abstrak, agar peraturan ini dapat dilaksanakan haruslah dikeluarkan
ketetapan-ketetapan yang membawa peraturan ini ke dalam peristiwa konkrit,
yang nyata tertentu. 12
Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan
dan/atau pengusahaan sarang burung walet. 13 Sedangkan burung walet adalah
satwa yang termasuk marga collocalia, yaitu collocalia fuchliap haga/ collocalia
maxina, collocalia, esculanta, dan collocalia linchi. 14

M. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
hukum normatif dan data yang dipergunakan melalui buku-buku diperpustakaan

12

Bachan Mustafa. Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Bandung, Alumni, 2005,

hlm.97
13

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pajak Sarang Burung
Walet, Pasal 1 angka 10
14
Ibid, Pasal 10 angka 11.

Universitas Sumatera Utara

(libary research). Penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian
ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan dipandang dari
sisi normatifnya. 15
2. Sifat penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif. Deskriptif berarti bahwa penelitian ini
menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia terkait
implementasi terhadap wajib pajak sarang burung walet berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pajak Sarang Burung Walet.
3. Pendekatan penelitian
Pendekatan undang–undang

(statute

approach)

dilakukan

dengan

menelaah semua undang–undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan
implementasi terhadap wajib pajak sarang burung walet berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2011. 16
4. Data penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang terbagi atas:
a. Bahan hukum primer yaitu berbagai bahan hukum yang bersifat mengikat
yang terdiri dari: Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pajak Sarang Burung Walet.

15

Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif Surabaya, Bayu
Media Publishing, 2005), hlm. 46.
16
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta, Prenanda Media Group, 2013,
hlm 7.

Universitas Sumatera Utara

b. Bahan hukum sekunder yaitu berbagai bahan kepustakaan berupa buku,
jurnal, bahan kuliah, hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini.
c. Bahan hukum tertier yaitu berbagai bahan yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti Kamus Hukum,
Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris, serta pencarian pada
website-website yang relevan.
5.

Tehnik pengumpulan data
Jenis data dalam penelitian ini meliputi data sekunder. Teknik

pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan data
melalui pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, literatur, tulisantulisan para pakar hukum, bahan kuliah, putusan-putusan hakim yang berkaitan
dengan penelitian ini.
6.

Analisis data
Analisis data yang dilakukan secara kualitatif yakni pemilihan teori-teori,

asas-asas, norma-norma, doktrin dan pasal-pasal di dalam perundang-undangan
terpenting yang relevan dengan permasalahan. Membuat sistematika dari datadata tersebut sehingga akan menghasilkan klasifikasi tertentu sesuai dengan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Data yang dianalisis secara
kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis pula,
selanjutnya semua data diseleksi, diolah kemudian dinyatakan secara deskriptif
sehingga dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang dimaksud.

Universitas Sumatera Utara

N. Sistematika Penulisan
Didalam penulisan skripsi ini dikemukakan sistematika agar dapat diperoleh
suatu kesatuan pembahasan yang saling berhubungan erat bab satu dengan bab
yang lainnya. Adapun sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan bab pendahuluan, dalam hal ini memuat subsub bab yaitu latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penelitian, keaslian penelitian, tinjauan pustaka,
metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II

PENGATURAN HUKUM TERHADAP WAJIB PAJAK SARANG
BURUNG WALET KOTA MEDAN
Bab ini menguraikan Pengertian Pajak dan Sarung Burung Walet,
Nama, Objek, Subjek dan Wajib Pajak dan Pengaturan Peraturan
Perundang-Undangan Terhadap Wajib Pajak Sarang Burung Walet.

BAB III

IMPLEMENTASI,
PENEGAKAN

PEMUNGUTAN,

HUKUM

BAGI

PENGAWASAN

WAJIB

DAN

PAJAK SARANG

BURUNG WALET
Bab ini berisikan implementasi pemungutan wajib pajak sarang
burung walet, pengawasan terhadap pemungutan wajib pajak sarang
burung walet dan penegakan hukum terhadap wajib pajak sarang
burung walet.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

HAMBATAN DAN BAGAIMANA MENGATASINYA DALAM
IMPLEMENTASI PERDA KOTA MEDAN NOMOR 12 TAHUN
2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET
Bab ini berisikan hambatan yang ditemukan dalam implementasi
terhadap wajib pajak sarang burung walet di Kota Medan dan upaya
mengatasi hambatan dalam implementasi terhadap wajib pajak
sarang burung walet di Kota Medan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab V ini merupakan bab terakhir dari isi skripsi ini. Pada bagian
ini, penulis mengemukakan kesimpulan dan saran yang didapat
sewaktu penulis mengerjakan skripsi ini mulai dari awal hingga
pada akhirnya.

Universitas Sumatera Utara