PROBLEMATIKA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARA. docx
PROBLEMATIKA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) DAN
ALTERNATIF PENYELESAIANNYA PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Problematika Pendidikan Matematika
Dosen Pengampu: Dr. Budi Usodo, M.Pd.
Oleh:
Farah Dzil Barr
S851502009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, pendidikan sudah mengalami perubahan yang sangat pesat.
Berbagai model pembelajaran telah banyak digunakan dalam proses
pembelajaran agar terwujud pembelajaran yang dapat menuntun peserta didik
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tugas guru adalah mengusahakan suasana kelas selama pembelajaran
berlangsung berada pada kondisi yang menyenangkan dan menarik perhatian
siswa. Hal ini dikarenakan belajar akan efektif apabila dilakukan dalam
keadaan yang menyenangkan.
Model kooperatif learning merupakan salah satu model pembelajaran
yang dijadikan alternative untuk memberikan inovasi dalam pembelajaran.
Model ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu memungkinkan siswa untuk
meraih keberhasilan dalam belajar, melatih ketrampilan, memunculkan
interaksi aktif antara siswa dengan guru dalam suasana belajar yang rileks dan
menyenangkan (Isjoni:2010)
Model pembelajaran kooperatif
merupakan
serangkaian
strategi
mengajar, dimana didalamnya melibatkan siswa untuk bekerja secara
berkolaborasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Tipe pembelajaran
kooperatif mempunyai tiga komponen esensial berikut: (1) tujuan-tujuan
kelompok; (2) akuntabilitas individual; dan (3) kesempatan untuk sukses yang
sama.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Teams Games
Tournaments (TGT).
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournaments (TGT ) dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keath
Edward pada tahun 1995. Pada model ini siswa memainkan permainan dengan
anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan point untuk skor tim
mereka. TGT dapat digunakan dalam berbagai macam pelajaran, dari ilmu
eksak, sosial maupun bahasa dari jenjang pendidikan dasar (SD,SMP) hingga
perguruan tinggi.
1
Slavin (2008), melaporkan beberapa hasil riset tentang pengaruh
pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara
inplisit mengemukakan keunggulan pembelajaran TGT, sebagai berikut: (1)
Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman
yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada
siswa yang ada dalam kelas tradisional; (2) Meningkatkan perasaan/persepsi
siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya
pada keberuntungan; (3) TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi
tidak untuk rasa harga diri akademik mereka; (4) TGT meningkatkan
kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal,
kompetisi yang lebih sedikit); (5) Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar
bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak; dan (6) TGT
meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan
gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
Model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournaments (TGT) dinilai
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Karena siswa dapat
belajar lebih menyenangkan, serta dapat menumbuhkan tanggung jawab,
kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Menurut Taniredja dalam Alawiyah (2013) selain memiliki kelebihan,
model ini juga memiliki beberapa kekurangan yaitu adanya kemungkinan
siswa tidak memberikan pendapat dalam diskusi, memerlukan waktu
pembelajaran yang cukup lama, kemungkinan menimbulkan kegaduhan di
kelas.
Hal tersebut didukung oleh penelitian yang pernah dilakukan oleh Irwanti
(2014), memperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dengan model
pembelajaran tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME) tidak menghasilkan prestasi belajar
yang lebih baik daripada model pembelajaran Numbered Head Together
(NHT) pada pokok bahasan program linier. Diduga dalam pelaksanaan model
pembelajaran tipe Teams Games Tournaments (TGT) terdapat permasalahan
sehingga kurang efektif.
2
Pemaparan permasalahan tersebut mendorong penulis dalam memberikan
alternatif solusi terhadap problematika dalam penerapan model pembelajaran
Teams Games Tournaments (TGT) pada pembelajaran matematika. Alternatif
solusi ini diharapkan dapat meminimalisir kendala yang terjadi sehingga
memberikan peluang keberhasilan yang lebih besar.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Teams Games
Tournaments (TGT)?
2. Problematika apa saja yang diduga terjadi dalam penerapan model
pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) pada pembelajaran
matematika?
3. Bagaimanakah alternatif solusi dari problematika penerapan pembelajaran
model Teams Games Tournaments (TGT)?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui model pembelajaran Teams Games Tournaments
(TGT).
2. Untuk mengetahui problematika yang diduga terjadi pada penerapan
model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) pada pembelajaran
matematika.
3. Untuk mengetahui alternatif solusi dari problematika pada penerapan
model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) pada pembelajaran
matematika.
D. Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada guru atau calon guru tentang penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
3
Menurut Huda (2013) Teams Games Tournaments (TGT) merupakan
salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin
(1995) untuk membantu siswa mereview dan menguasai materi pelajaran.
Slavin menemukan bahwa TGT berhasil meningkatkan skill-skill dasar,
pencapaian, interaksi positif antar siswa, harga diri, dan sikap penerimaan
pada siswa-siwa lain yang berbeda.
Dalam TGT, siswa mempelajari materi di ruang kelas. Setiap siswa
ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari 3 orang berkemampuan
rendah, sedang, dan tinggi. Komposisi ini dicatat dalam tabel khusus (tabel
turnamen), yang setiap minggunya harus diubah. Dalam TGT setiap anggota
ditugaskan untuk mempelajari materi terlebih dahulu bersama anggotaanggota nya, barulah mereka diuji secara individual melalui game akademik.
Nilai yang mereka peroleh dari game akan menentukan skor kelompok mereka
masing-masing (Huda: 2011).
Menurut Khuiru Ahmadi (2012) pembelajaran kooperatif model Teams
Games Tournaments (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan
permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams
Games Tournaments (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks
disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan
keterlibatan belajar.
Menurut Slavin (2005) Komponen-komponen model pembelajaran TGT
ada lima, yaitu: tahap presentasi di kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi
tim. Adapun prosedur dalam model pembelajaran Teams Games Tournaments
(TGT) menurut Huda (2013) adalah sebagai berikut:
1. Tim Studi
Siswa memperdalam, mereview dan mempelajari materi secara kooperatif
dalam tim ini. Penentuan kelompok dilakukan secara heterogen dengan
langkah-langkah berikut:
a. Membuat daftar ranking akademik siswa
4
b. Membatasi jumlah maksimal anggota setiap tim adalah 4 siswa.
c. Menomori siswa mulai dari yang paling atas (misalnya 1, 2, 3, dst)
d. Membuat setiap tim heterogen.
2. Turnamen
Setelah membentuk tim, siswa mulai berkompetisi dalam turnamen.
Penentuan turnamen dilakukan secara homogen dengan langkah sebagai
berikut:
a. Menggunakan daftar rangking yang telah dibuat sebelumnya
b. Membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri dari 3
atau 4 siswa
c. Menentukan setiap anggota-anggota dari masing-masing kelompok
berdasarkan kesetaraan kemampuan akademik
Format yang diterapkan adalah:
a. Memberikan kartu-kartu yang telah dinomori (misalnya dari 1-30)
kepada setiap kelompok
b. Memberi pertanyaan pada setiap kartu sebelum dibagikan pada siswa
c. Membuat lembar jawaban juga yang sudah dinomori.
d. Membagikan satu amplop pada masing-masing tim yang berisi kartukartu, lembar pertanyaan, dan lembar jawaban.
e. Menginstruksikan siswa untuk membuka kartu
f. Menunjuk pemegang nomer tertinggi untuk membacakan pertanyaan
terlebih dahulu
g. Mengarahkan siswa pertama untuk mengambil sebuah kartu dari
amplop dan membacakan nomornya, lalu siswa kedua (yang memiliki
lembar pertanyaan) membaca pertanyaan dengan keras, lalu siswa
pertama menjawab pertanyaan tersebut, kemudian siswa ketiga (yang
memiliki lembar jawaban mengkonfirmasi apakah jawabannya benar
atau salah
h. Menggunakan aturan jika jawaban benar, maka siswa pertama
mengambil kartu itu, namun jika jawabannya salah, maka siswa kedua
dapat membantu menjawabnya. Jika benar, kartu tetap mereka pegang.
Namun jika tetap salah, kartu itu harus dibuang.
3. Scoring
Scoring dilakukan untuk semua tabel turnamen. Setiap pemain bisa
menyumbangkan 2 hingga 6 poin kepada tim studinya masing-masing.
Poin tim studi akan ditotal secara keseluruhan.
5
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai
berikut:
1. Model TGT tidak
hanya
membuat
peserta
didik
yang
cerdas
(berkemampuan akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran,
tetapi peserta didik yang berkemampuan akademi lebih rendah juga ikut
aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam kelompoknya.
2. Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa kebersamaan
dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya.
3. Dalam model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih bersemangat
dalam mengikuti pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru
menjanjikan sebuah penghargaan pada peserta didik atau kelompok
terbaik.
4. Dalam pembelajaran ini membuat peserta didik menjadi lebih senang
dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa
tournamen dalam model ini.
Sedangkan kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT
adalah sebagai berikut:
1. Dalam model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang sangat
lama.
2. Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan.
Misalnya membuat soal untuk setiap meja turnamen atau lomba, dan guru
harus tahu urutan akademis peserta didik dari yang tertinggi hingga
terendah.
3. Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit
memberikan penjelasan kepada siswa lainnya.
B. Problematika Penerapan Model pembelajaran tipe
Teams Games
Tournaments (TGT) pada Pembelajaran Matematika
Dalam penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
maka dapat dianalisis dugaan problematikanya, sebagai berikut:
1. Waktu yang diperlukan dalam penerapan model TGT tidak bisa
dilaksanakan dalam waktu yang singkat.
6
2. Timbul
kegaduhan,
karena
permainan/games
pada
model
TGT
memungkinkan siswa menjadi lebih ramai di kelas.
3. Timbul ketegangan antar siswa, karena persaingan dalan games/turnamen.
4. Tahap presentasi di kelas
Pada tahap ini diduga guru hanya menyampaikan materi kepada
siswa dengan pengajaran langsung melalui ceramah sehingga kurang
bermakna. Selain menyajikan materi, pada tahap ini guru juga diduga
menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa/
instruksi dalam memperkenalkan TGT yang kurang jelas. Jika dalam
memaparkan TGT tidak dipahami siswa maka dalam penerapan TGT pada
tahap selanjutnya tidak dapat berjalan dengan lancar. Pada tahapan ini
penting bagi seorang guru untuk dapat mentransfer informasi mengenai
TGT.
Pemberian motivasi yang terkadang dilupakan juga mempengaruhi
minat serta ketertarikan siswa dalam mengikuti pelajaran.
5. Tim
Tim terdiri dari 3-4 siswa yang heterogen dalam hal kinerja
akademik, jenis kelamin maupun ras. Problematika yang diduga adalah
dalam tahapan belajar tim ini para anggota tim tidak seluruhnya benarbenar belajar. Problematika lain yang diduga terjadi adalah anggota
dengan kemampuan akademik tinggi kurang terbiasa dan sulit dalam
memberi penjelasan kepada siswa lainnya.
6. Turnamen
Dalam tahap ini problematika yang diduga muncul adalah
pengkondisian kelas yang cukup lama karena harus mengatur meja
turnamen sedemikian hingga menyita waktu jika tidak dilakukan
persiapan. Siswa hanya mengandalkan anggota kelompok yang mewakili.
Jadi tidak seluruh anggota kelompok ikut aktif. Hanya yang siswa yang
mewakili yang terlihat menonjol. Padahal seharusnya game dirancang
untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi kelas
dan pelaksanaan kerja tim.
Pada saat turnamen berlangsung, kemungkinan pada kelompok
homogen terdapat siswa yang salah penempatan sehingga permainan
7
kurang seimbang. Kurang telitinya guru dalam penempatan ini merupakan
permasalahan.
Permasalahan lainnya yang muncul adalah siswa kurang fokus
terhadap materi, namun hanya fokus terhadap peraturan permainan yang
diberikan karena peraturan yang terlalu rumit/ kurang sederhana jika bagi
tingkatan sekolah dasar. Selain itu waktu terbuang untuk pencatatan skor
siswa sendiri.
7. Langkah-langkah yang belum rinci sehingga sulit dalam menerapkannya.
C. Alternatif Solusi
1. Waktu yang diperlukan dalam model pembelajaran Teams Games
Tournaments (TGT) tidak dapat dilakukan secara singkat sehingga perlu
penjadwalan kegiatan. Hal ini berarti persiapan harus lebih matang.
2. Agar kelas tidak gaduh, guru dapat menerapkan peraturan di dalam kelas
yang ditulis dipapan tulis seperti “Siswa boleh berbicara kepada teman
dengan suara pelan” atau dengan modifikasi permainan.
3. Agar tidak menimbulkan ketegangan, modifikasi turnamen dapat berupa
games atau permainan yang biasa dimainkan oleh siswa namun tetap
menyajikan soal yang perlu dijawab siswa.
4. Pada presentasi kelas, dapat menggunakan presentasi audiovisual.
Sehingga siswa dapat lebih memberikan perhatian penuh selama presentasi
kelas, karena dengan demikian akan sangat membatu mereka dalam
mengerjakan diskusi, game, dan turnamen.
5. Pada tahap kerja tim, guru sebaiknya memberikan penjelasan apa artinya
bekerja dalam tim. Jika perlu, dapat diterapkan aturan tim yang ditulis di
papan tulis sebagai berikut:
a. Setiap siswa mempunyai tanggungjawab untuk memastikan bahwa
teman satu ti telah mempelajari materi
b. Tidak ada yang boleh berhenti belajar samapi semua tim menguasai
materi
8
c. Mintalah bantuan semua tim terlebih dahulu sebelum bertanya kepada
guru
6. Pada tahapan turnamen yaitu pemilihan permainan yang digunakan harus
didesain untuk menguji pemahaman siswa yang disusun dalam
pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi. Disamping itu agar
didalam proses pembelajaran model TGT dapat memperoleh gambaran
perkembangan siswa, dari setiap individu maka harus dirancang sebuah
permainan yang nantinya dapat menilai kemampuan individu sekaligus
kelompoknya. Sehingga dapat dilakukan modifikasi dalam turnamen.
D. Modifikasi Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
Problematika dan alternatif solusi yang disajikan sebelumnya akan
dijelaskan secara rinci dalam modifikasi langkah model pembelajaran Teams
Games Tournaments (TGT). Modifikasi ini diharapkan dapat menjadi
pedoman bagi guru dalam menerapkan pembelajaran Teams Games
Tournaments (TGT) sehingga dapat meminimalisir problematika pada
penerapan pembelajaran tersebut. Berikut ini disajikan modifikasi model
pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT).
1. Presentasi Kelas
Materi dalam TGT pertama-tama diperkanalkan dalam presentasi
di dalam kelas. Pengajaran langsung diberikan oleh guru, dan dapat
menggunakan presentasi audiovisual. Sehingga siswa dapat lebih
memberikan perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan
demikian akan sangat membatu mereka dalam mengerjakan diskusi, game,
dan turnamen.
Sampaikan pada siswa apa yang akan mereka pelajari dan
mejelaskan mengapa hal itu penting. Tumbuhkan rasa ingin tahu siswa
dengan cara penyampaian masalah dalam kehidupan nyata. Hal yang perlu
diperhatikan dalam presentasi kelas ini berbeda dengan presentasi biasa,
karena presentasi kelas pada pembelajaran kooperatif tipe TGT yang
disampaikan hanya menyangkut pokok-pokok materi dan penjelasan
tentang teknik pembelajaran yang akan digunakan. Aktivitas proses
9
pembelajaran dibangun oleh interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan
guru, siswa dengan lingkungan.
2. Tim
Penentuan kelompok dilakukan secara heterogen oleh guru yang telah
disiapkan sebelumnya dengan langkah-langkah berikut:
a. Membuat daftar ranking akademik siswa
b. Membatasi jumlah maksimal anggota setiap tim adalah 4 siswa.
c. Menomori siswa mulai dari yang paling atas sesuai dengan level
kinerjanya (misalnya 1, 2, 3, 4, 5, 6, dst)
d. Membuat setiap tim heterogen.
Kemudian siswa memperdalam, mereview dan mempelajari materi secara
kooperatif dalam tim ini. Setiap tim diberikan lembar kegiatan dan lembar
jawaban yang dapat mereka gunakan untuk melatih dan menilai
kemampuan mereka sendiri.
3. Turnamen (berupa Games)
Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor yang kontennya
relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh
dari presentasi di kelas dan kerja tim.
Turnamen berlangsung pada akhir minggu atau akhir bab. Turnamen ini
memungkinkan semua siswa berkontribusi secara maksimal terhadap skor
tim mereka. Gambar 4.1 mengilustrasikan hubungan antara tim heterogen
dan meja turnamen yang homogen.
Gambar 4.1 Pemempatan meja turnamen
Sumber: Slavin (2008)
10
Pemilihan turnamen/permainan yang digunakan harus didesain untuk
menguji pemahaman siswa dan disusun dalam pertanyaan-pertanyaan yang
relevan dengan materi. Disamping itu agar didalam proses pembelajaran
model TGT dapat memperoleh gambaran perkembangan siswa, dari setiap
individu maka harus dirancang sebuah permainan yang nantinya dapat
menilai kemampuan individu sekaligus kelompoknya. Permainan tersebut
harus
disesuaikan
dengan
keadaan
siswa,
agar
dalam
proses
pelaksanaannya bisa efektif. Permainan yang dimodifikasi agar tidak
terlalu menegangkan adalah seperti model monopoli. Monopoli dianggap
familiar dengan siswa sehingga dalam pelaksanaannya siswa tidak terlalu
bingung dalam aturannya dan tidak terlalu menegangkan. Berikut adalah
langkah-langkah permainannya:
Nama Permainan: GET POINT!!!
a. Siswa ditempatkan pada meja turnamen homogen dengan jumlah
anggota dalam setiap meja 4-5 orang siswa dan pada setiap kelompok
anggotanya di beri nomor urut sesuai dengan jumlah siswa kelompok.
b. Pada setiap meja dibagikan 1 paket permainan berisi papan permainan
dari bahan kertas, dadu, pion pemain dan sejumlah kartu soal yang
sudah dilengkapi jawaban dibalik kartu soal tersebut.
1
2
GET POINT!!!
3
4
5
20
6
7
Ambil kartu
19
18
8
Tumpukan
Kartu soal
bernomor
9
17
16
10
15
14
13
11
12
11
Gambar 4.2 Papan Permainan
c. Permainan dimulai dari nomor urut satu, pada masing-masing anggota
kelompok yang bernomor urut satu dapat memulai mengocok dadu dan
melangkah. Di nomor mana ia berhenti, pemain harus mengambil satu
kartu soal sesuai nomor dan diletakkan di tengah meja agar setiap
anggota dalam kelompok dapat mengerjakan. Setelah waktu yang
diberikan habis, siswa dengan nomor urut satu membalik kartu soalnya
yang berisi kunci jawaban dan mencocokannya. Jika jawabannya benar
maka siswa yang bernomor urut satu tersebut mendapat nilai 1 point,
akan tetapi apabila jawabannya salah maka akan dilempar ke siswa
yang mempunyai nomor urut dua dan jika jawabannya benar maka
siswa yang bernomor urut dua tersebut
yang mendapat 1 point,
begitupun seterusnya. Jika dalam satu kelompok tidak ada yang dapat
mengerjakan maka taruhlah kartu tersebut dibuang.
d. Jika pemain selanjutnya melembar dadu dan berhenti ditempat yang
nomor kartunya sudah diambil, maka pemain mundur satu langkah.
e. Permainan berlanjut sampai kartu yang disediakan habis atau waktu
yang telah ditentukan.
f. Penilaian individu dinilai dari point tournament yang didapatkan siswa
semakin banyak point maka semakin bagus, sedangkan penilaian
kelompok dapat dilihat dari rata-rata dari perolehan tim heterogen.
4. Rekognisi Tim/ Penghargaan Tim
Segera setelah turnamen selesai, tentukanlah jumlah perolehan dari
tim heterogen. Dan kepada tim super (skor paling tinggi) diberikan
penghargaan. Bentuk penghargaan dapat bermacam-macam, misalnya hasil
permainan dapat dipajang di kelas, pemberian sertifikat pemenang pada
tim super, dan sebagainya.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) merupakan model
pembelajaran kooperatif yang secara garis besar dimulai dari presentasi
kelas oleh guru, pembagian tim, games, turnamen dan rekognisi tim
2. Permasalahan yang diduga terjadi pada penerapan model pembelajaran
Teams Games Tournaments (TGT) di antaranya, (1) tidak bisa
dilaksanakan dalam waktu yang singkat; (2) tidak semua materi
matematika sesuai untuk penerapan model pembelajaran tersebut; (3) guru
dalam presentasi kurang jelas dan kurang menarik; (5) siswa dengan
kemampuan akademik tinggi kurang terbiasa dan sulit dalam memberi
penjelasan kepada siswa lainnya. (6) kurang telitinya guru dalam
penempatan siswa dalam
meja turnamen (7) langkah-langkah dalam
model pembelajaran belum dijelaskan secara rinci sehingga menyulitkan
guru dalam penerapannya.
3. Alternatif solusi permasalahan pada penerapan model pembelajaran Teams
Games Tournaments (TGT)
secara garis besar adalah memodifikasi
langkah dan waktu pembelajaran.
B. Saran
1. Penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
membutuhkan waktu yang relatif lama dan perlu persiapan yang matang,
sehingga diperlukan perencanaan yang matang untuk meminimalisir
permasalahan yang timbul.
2. Model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) yang sebagian
besar berupa permainan dapat menimbulkan kegaduhan, oleh karena itu
guru harus lebih mampu dalam mengkoordinir kelas agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik
13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Khoiru, dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta:
Prestasi Pustaka
Huda, M. 2011. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Huda, M. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis
dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Irwanti, Cahyani Gama. 2014. “Implementasi Pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME) dengan Model Numbered Head Together dan Teams
Games Tournament Dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau dari
Keaktifan Siswa (Eksperimen pada siswa kelas X TKJ SMK Batik
Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014)”. Skripsi: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Paramawarti, Luh. 2013. “Eksperimentasi Pembelajaran Team Game Tournament
dan Realistics Matematic Education terhadap Hasil Belajar ditinjau dari
Kemandirian Siswa (Pada siswa Kelas IX MTs Suniyyah Selo
Tawangrejo tahun 2013/2014)” . Skripsi: Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Slavin. R. 2008. COOPERATIVE LEARNING Teori, Riset, Dan Praktik. Bandung:
Nusa media
Sugiyanto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Mata Padi
Presindo
Wijaya, Ariyadi. 2011. Pendidikan Matematika Realistis. Yogyakarta: Graha Ilmu
14
KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) DAN
ALTERNATIF PENYELESAIANNYA PADA PEMBELAJARAN
MATEMATIKA
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Problematika Pendidikan Matematika
Dosen Pengampu: Dr. Budi Usodo, M.Pd.
Oleh:
Farah Dzil Barr
S851502009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, pendidikan sudah mengalami perubahan yang sangat pesat.
Berbagai model pembelajaran telah banyak digunakan dalam proses
pembelajaran agar terwujud pembelajaran yang dapat menuntun peserta didik
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Tugas guru adalah mengusahakan suasana kelas selama pembelajaran
berlangsung berada pada kondisi yang menyenangkan dan menarik perhatian
siswa. Hal ini dikarenakan belajar akan efektif apabila dilakukan dalam
keadaan yang menyenangkan.
Model kooperatif learning merupakan salah satu model pembelajaran
yang dijadikan alternative untuk memberikan inovasi dalam pembelajaran.
Model ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu memungkinkan siswa untuk
meraih keberhasilan dalam belajar, melatih ketrampilan, memunculkan
interaksi aktif antara siswa dengan guru dalam suasana belajar yang rileks dan
menyenangkan (Isjoni:2010)
Model pembelajaran kooperatif
merupakan
serangkaian
strategi
mengajar, dimana didalamnya melibatkan siswa untuk bekerja secara
berkolaborasi guna mencapai tujuan pembelajaran. Tipe pembelajaran
kooperatif mempunyai tiga komponen esensial berikut: (1) tujuan-tujuan
kelompok; (2) akuntabilitas individual; dan (3) kesempatan untuk sukses yang
sama.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Teams Games
Tournaments (TGT).
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games
Tournaments (TGT ) dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keath
Edward pada tahun 1995. Pada model ini siswa memainkan permainan dengan
anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan point untuk skor tim
mereka. TGT dapat digunakan dalam berbagai macam pelajaran, dari ilmu
eksak, sosial maupun bahasa dari jenjang pendidikan dasar (SD,SMP) hingga
perguruan tinggi.
1
Slavin (2008), melaporkan beberapa hasil riset tentang pengaruh
pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara
inplisit mengemukakan keunggulan pembelajaran TGT, sebagai berikut: (1)
Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman
yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada
siswa yang ada dalam kelas tradisional; (2) Meningkatkan perasaan/persepsi
siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya
pada keberuntungan; (3) TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi
tidak untuk rasa harga diri akademik mereka; (4) TGT meningkatkan
kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal,
kompetisi yang lebih sedikit); (5) Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar
bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak; dan (6) TGT
meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan
gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
Model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournaments (TGT) dinilai
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Karena siswa dapat
belajar lebih menyenangkan, serta dapat menumbuhkan tanggung jawab,
kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.
Menurut Taniredja dalam Alawiyah (2013) selain memiliki kelebihan,
model ini juga memiliki beberapa kekurangan yaitu adanya kemungkinan
siswa tidak memberikan pendapat dalam diskusi, memerlukan waktu
pembelajaran yang cukup lama, kemungkinan menimbulkan kegaduhan di
kelas.
Hal tersebut didukung oleh penelitian yang pernah dilakukan oleh Irwanti
(2014), memperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dengan model
pembelajaran tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan pendekatan
Realistic Mathematic Education (RME) tidak menghasilkan prestasi belajar
yang lebih baik daripada model pembelajaran Numbered Head Together
(NHT) pada pokok bahasan program linier. Diduga dalam pelaksanaan model
pembelajaran tipe Teams Games Tournaments (TGT) terdapat permasalahan
sehingga kurang efektif.
2
Pemaparan permasalahan tersebut mendorong penulis dalam memberikan
alternatif solusi terhadap problematika dalam penerapan model pembelajaran
Teams Games Tournaments (TGT) pada pembelajaran matematika. Alternatif
solusi ini diharapkan dapat meminimalisir kendala yang terjadi sehingga
memberikan peluang keberhasilan yang lebih besar.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran Teams Games
Tournaments (TGT)?
2. Problematika apa saja yang diduga terjadi dalam penerapan model
pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) pada pembelajaran
matematika?
3. Bagaimanakah alternatif solusi dari problematika penerapan pembelajaran
model Teams Games Tournaments (TGT)?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui model pembelajaran Teams Games Tournaments
(TGT).
2. Untuk mengetahui problematika yang diduga terjadi pada penerapan
model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) pada pembelajaran
matematika.
3. Untuk mengetahui alternatif solusi dari problematika pada penerapan
model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) pada pembelajaran
matematika.
D. Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada guru atau calon guru tentang penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
3
Menurut Huda (2013) Teams Games Tournaments (TGT) merupakan
salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Slavin
(1995) untuk membantu siswa mereview dan menguasai materi pelajaran.
Slavin menemukan bahwa TGT berhasil meningkatkan skill-skill dasar,
pencapaian, interaksi positif antar siswa, harga diri, dan sikap penerimaan
pada siswa-siwa lain yang berbeda.
Dalam TGT, siswa mempelajari materi di ruang kelas. Setiap siswa
ditempatkan dalam satu kelompok yang terdiri dari 3 orang berkemampuan
rendah, sedang, dan tinggi. Komposisi ini dicatat dalam tabel khusus (tabel
turnamen), yang setiap minggunya harus diubah. Dalam TGT setiap anggota
ditugaskan untuk mempelajari materi terlebih dahulu bersama anggotaanggota nya, barulah mereka diuji secara individual melalui game akademik.
Nilai yang mereka peroleh dari game akan menentukan skor kelompok mereka
masing-masing (Huda: 2011).
Menurut Khuiru Ahmadi (2012) pembelajaran kooperatif model Teams
Games Tournaments (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran
kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan
permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model Teams
Games Tournaments (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks
disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan
keterlibatan belajar.
Menurut Slavin (2005) Komponen-komponen model pembelajaran TGT
ada lima, yaitu: tahap presentasi di kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi
tim. Adapun prosedur dalam model pembelajaran Teams Games Tournaments
(TGT) menurut Huda (2013) adalah sebagai berikut:
1. Tim Studi
Siswa memperdalam, mereview dan mempelajari materi secara kooperatif
dalam tim ini. Penentuan kelompok dilakukan secara heterogen dengan
langkah-langkah berikut:
a. Membuat daftar ranking akademik siswa
4
b. Membatasi jumlah maksimal anggota setiap tim adalah 4 siswa.
c. Menomori siswa mulai dari yang paling atas (misalnya 1, 2, 3, dst)
d. Membuat setiap tim heterogen.
2. Turnamen
Setelah membentuk tim, siswa mulai berkompetisi dalam turnamen.
Penentuan turnamen dilakukan secara homogen dengan langkah sebagai
berikut:
a. Menggunakan daftar rangking yang telah dibuat sebelumnya
b. Membentuk kelompok-kelompok yang masing-masing terdiri dari 3
atau 4 siswa
c. Menentukan setiap anggota-anggota dari masing-masing kelompok
berdasarkan kesetaraan kemampuan akademik
Format yang diterapkan adalah:
a. Memberikan kartu-kartu yang telah dinomori (misalnya dari 1-30)
kepada setiap kelompok
b. Memberi pertanyaan pada setiap kartu sebelum dibagikan pada siswa
c. Membuat lembar jawaban juga yang sudah dinomori.
d. Membagikan satu amplop pada masing-masing tim yang berisi kartukartu, lembar pertanyaan, dan lembar jawaban.
e. Menginstruksikan siswa untuk membuka kartu
f. Menunjuk pemegang nomer tertinggi untuk membacakan pertanyaan
terlebih dahulu
g. Mengarahkan siswa pertama untuk mengambil sebuah kartu dari
amplop dan membacakan nomornya, lalu siswa kedua (yang memiliki
lembar pertanyaan) membaca pertanyaan dengan keras, lalu siswa
pertama menjawab pertanyaan tersebut, kemudian siswa ketiga (yang
memiliki lembar jawaban mengkonfirmasi apakah jawabannya benar
atau salah
h. Menggunakan aturan jika jawaban benar, maka siswa pertama
mengambil kartu itu, namun jika jawabannya salah, maka siswa kedua
dapat membantu menjawabnya. Jika benar, kartu tetap mereka pegang.
Namun jika tetap salah, kartu itu harus dibuang.
3. Scoring
Scoring dilakukan untuk semua tabel turnamen. Setiap pemain bisa
menyumbangkan 2 hingga 6 poin kepada tim studinya masing-masing.
Poin tim studi akan ditotal secara keseluruhan.
5
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai
berikut:
1. Model TGT tidak
hanya
membuat
peserta
didik
yang
cerdas
(berkemampuan akademis tinggi) lebih menonjol dalam pembelajaran,
tetapi peserta didik yang berkemampuan akademi lebih rendah juga ikut
aktif dan mempunyai peranan yang penting dalam kelompoknya.
2. Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa kebersamaan
dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya.
3. Dalam model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih bersemangat
dalam mengikuti pelajaran. Karena dalam pembelajaran ini, guru
menjanjikan sebuah penghargaan pada peserta didik atau kelompok
terbaik.
4. Dalam pembelajaran ini membuat peserta didik menjadi lebih senang
dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa
tournamen dalam model ini.
Sedangkan kelemahan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT
adalah sebagai berikut:
1. Dalam model pembelajaran ini, harus menggunakan waktu yang sangat
lama.
2. Guru harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan.
Misalnya membuat soal untuk setiap meja turnamen atau lomba, dan guru
harus tahu urutan akademis peserta didik dari yang tertinggi hingga
terendah.
3. Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit
memberikan penjelasan kepada siswa lainnya.
B. Problematika Penerapan Model pembelajaran tipe
Teams Games
Tournaments (TGT) pada Pembelajaran Matematika
Dalam penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
maka dapat dianalisis dugaan problematikanya, sebagai berikut:
1. Waktu yang diperlukan dalam penerapan model TGT tidak bisa
dilaksanakan dalam waktu yang singkat.
6
2. Timbul
kegaduhan,
karena
permainan/games
pada
model
TGT
memungkinkan siswa menjadi lebih ramai di kelas.
3. Timbul ketegangan antar siswa, karena persaingan dalan games/turnamen.
4. Tahap presentasi di kelas
Pada tahap ini diduga guru hanya menyampaikan materi kepada
siswa dengan pengajaran langsung melalui ceramah sehingga kurang
bermakna. Selain menyajikan materi, pada tahap ini guru juga diduga
menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa/
instruksi dalam memperkenalkan TGT yang kurang jelas. Jika dalam
memaparkan TGT tidak dipahami siswa maka dalam penerapan TGT pada
tahap selanjutnya tidak dapat berjalan dengan lancar. Pada tahapan ini
penting bagi seorang guru untuk dapat mentransfer informasi mengenai
TGT.
Pemberian motivasi yang terkadang dilupakan juga mempengaruhi
minat serta ketertarikan siswa dalam mengikuti pelajaran.
5. Tim
Tim terdiri dari 3-4 siswa yang heterogen dalam hal kinerja
akademik, jenis kelamin maupun ras. Problematika yang diduga adalah
dalam tahapan belajar tim ini para anggota tim tidak seluruhnya benarbenar belajar. Problematika lain yang diduga terjadi adalah anggota
dengan kemampuan akademik tinggi kurang terbiasa dan sulit dalam
memberi penjelasan kepada siswa lainnya.
6. Turnamen
Dalam tahap ini problematika yang diduga muncul adalah
pengkondisian kelas yang cukup lama karena harus mengatur meja
turnamen sedemikian hingga menyita waktu jika tidak dilakukan
persiapan. Siswa hanya mengandalkan anggota kelompok yang mewakili.
Jadi tidak seluruh anggota kelompok ikut aktif. Hanya yang siswa yang
mewakili yang terlihat menonjol. Padahal seharusnya game dirancang
untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi kelas
dan pelaksanaan kerja tim.
Pada saat turnamen berlangsung, kemungkinan pada kelompok
homogen terdapat siswa yang salah penempatan sehingga permainan
7
kurang seimbang. Kurang telitinya guru dalam penempatan ini merupakan
permasalahan.
Permasalahan lainnya yang muncul adalah siswa kurang fokus
terhadap materi, namun hanya fokus terhadap peraturan permainan yang
diberikan karena peraturan yang terlalu rumit/ kurang sederhana jika bagi
tingkatan sekolah dasar. Selain itu waktu terbuang untuk pencatatan skor
siswa sendiri.
7. Langkah-langkah yang belum rinci sehingga sulit dalam menerapkannya.
C. Alternatif Solusi
1. Waktu yang diperlukan dalam model pembelajaran Teams Games
Tournaments (TGT) tidak dapat dilakukan secara singkat sehingga perlu
penjadwalan kegiatan. Hal ini berarti persiapan harus lebih matang.
2. Agar kelas tidak gaduh, guru dapat menerapkan peraturan di dalam kelas
yang ditulis dipapan tulis seperti “Siswa boleh berbicara kepada teman
dengan suara pelan” atau dengan modifikasi permainan.
3. Agar tidak menimbulkan ketegangan, modifikasi turnamen dapat berupa
games atau permainan yang biasa dimainkan oleh siswa namun tetap
menyajikan soal yang perlu dijawab siswa.
4. Pada presentasi kelas, dapat menggunakan presentasi audiovisual.
Sehingga siswa dapat lebih memberikan perhatian penuh selama presentasi
kelas, karena dengan demikian akan sangat membatu mereka dalam
mengerjakan diskusi, game, dan turnamen.
5. Pada tahap kerja tim, guru sebaiknya memberikan penjelasan apa artinya
bekerja dalam tim. Jika perlu, dapat diterapkan aturan tim yang ditulis di
papan tulis sebagai berikut:
a. Setiap siswa mempunyai tanggungjawab untuk memastikan bahwa
teman satu ti telah mempelajari materi
b. Tidak ada yang boleh berhenti belajar samapi semua tim menguasai
materi
8
c. Mintalah bantuan semua tim terlebih dahulu sebelum bertanya kepada
guru
6. Pada tahapan turnamen yaitu pemilihan permainan yang digunakan harus
didesain untuk menguji pemahaman siswa yang disusun dalam
pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi. Disamping itu agar
didalam proses pembelajaran model TGT dapat memperoleh gambaran
perkembangan siswa, dari setiap individu maka harus dirancang sebuah
permainan yang nantinya dapat menilai kemampuan individu sekaligus
kelompoknya. Sehingga dapat dilakukan modifikasi dalam turnamen.
D. Modifikasi Model Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
Problematika dan alternatif solusi yang disajikan sebelumnya akan
dijelaskan secara rinci dalam modifikasi langkah model pembelajaran Teams
Games Tournaments (TGT). Modifikasi ini diharapkan dapat menjadi
pedoman bagi guru dalam menerapkan pembelajaran Teams Games
Tournaments (TGT) sehingga dapat meminimalisir problematika pada
penerapan pembelajaran tersebut. Berikut ini disajikan modifikasi model
pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT).
1. Presentasi Kelas
Materi dalam TGT pertama-tama diperkanalkan dalam presentasi
di dalam kelas. Pengajaran langsung diberikan oleh guru, dan dapat
menggunakan presentasi audiovisual. Sehingga siswa dapat lebih
memberikan perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan
demikian akan sangat membatu mereka dalam mengerjakan diskusi, game,
dan turnamen.
Sampaikan pada siswa apa yang akan mereka pelajari dan
mejelaskan mengapa hal itu penting. Tumbuhkan rasa ingin tahu siswa
dengan cara penyampaian masalah dalam kehidupan nyata. Hal yang perlu
diperhatikan dalam presentasi kelas ini berbeda dengan presentasi biasa,
karena presentasi kelas pada pembelajaran kooperatif tipe TGT yang
disampaikan hanya menyangkut pokok-pokok materi dan penjelasan
tentang teknik pembelajaran yang akan digunakan. Aktivitas proses
9
pembelajaran dibangun oleh interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan
guru, siswa dengan lingkungan.
2. Tim
Penentuan kelompok dilakukan secara heterogen oleh guru yang telah
disiapkan sebelumnya dengan langkah-langkah berikut:
a. Membuat daftar ranking akademik siswa
b. Membatasi jumlah maksimal anggota setiap tim adalah 4 siswa.
c. Menomori siswa mulai dari yang paling atas sesuai dengan level
kinerjanya (misalnya 1, 2, 3, 4, 5, 6, dst)
d. Membuat setiap tim heterogen.
Kemudian siswa memperdalam, mereview dan mempelajari materi secara
kooperatif dalam tim ini. Setiap tim diberikan lembar kegiatan dan lembar
jawaban yang dapat mereka gunakan untuk melatih dan menilai
kemampuan mereka sendiri.
3. Turnamen (berupa Games)
Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor yang kontennya
relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperoleh
dari presentasi di kelas dan kerja tim.
Turnamen berlangsung pada akhir minggu atau akhir bab. Turnamen ini
memungkinkan semua siswa berkontribusi secara maksimal terhadap skor
tim mereka. Gambar 4.1 mengilustrasikan hubungan antara tim heterogen
dan meja turnamen yang homogen.
Gambar 4.1 Pemempatan meja turnamen
Sumber: Slavin (2008)
10
Pemilihan turnamen/permainan yang digunakan harus didesain untuk
menguji pemahaman siswa dan disusun dalam pertanyaan-pertanyaan yang
relevan dengan materi. Disamping itu agar didalam proses pembelajaran
model TGT dapat memperoleh gambaran perkembangan siswa, dari setiap
individu maka harus dirancang sebuah permainan yang nantinya dapat
menilai kemampuan individu sekaligus kelompoknya. Permainan tersebut
harus
disesuaikan
dengan
keadaan
siswa,
agar
dalam
proses
pelaksanaannya bisa efektif. Permainan yang dimodifikasi agar tidak
terlalu menegangkan adalah seperti model monopoli. Monopoli dianggap
familiar dengan siswa sehingga dalam pelaksanaannya siswa tidak terlalu
bingung dalam aturannya dan tidak terlalu menegangkan. Berikut adalah
langkah-langkah permainannya:
Nama Permainan: GET POINT!!!
a. Siswa ditempatkan pada meja turnamen homogen dengan jumlah
anggota dalam setiap meja 4-5 orang siswa dan pada setiap kelompok
anggotanya di beri nomor urut sesuai dengan jumlah siswa kelompok.
b. Pada setiap meja dibagikan 1 paket permainan berisi papan permainan
dari bahan kertas, dadu, pion pemain dan sejumlah kartu soal yang
sudah dilengkapi jawaban dibalik kartu soal tersebut.
1
2
GET POINT!!!
3
4
5
20
6
7
Ambil kartu
19
18
8
Tumpukan
Kartu soal
bernomor
9
17
16
10
15
14
13
11
12
11
Gambar 4.2 Papan Permainan
c. Permainan dimulai dari nomor urut satu, pada masing-masing anggota
kelompok yang bernomor urut satu dapat memulai mengocok dadu dan
melangkah. Di nomor mana ia berhenti, pemain harus mengambil satu
kartu soal sesuai nomor dan diletakkan di tengah meja agar setiap
anggota dalam kelompok dapat mengerjakan. Setelah waktu yang
diberikan habis, siswa dengan nomor urut satu membalik kartu soalnya
yang berisi kunci jawaban dan mencocokannya. Jika jawabannya benar
maka siswa yang bernomor urut satu tersebut mendapat nilai 1 point,
akan tetapi apabila jawabannya salah maka akan dilempar ke siswa
yang mempunyai nomor urut dua dan jika jawabannya benar maka
siswa yang bernomor urut dua tersebut
yang mendapat 1 point,
begitupun seterusnya. Jika dalam satu kelompok tidak ada yang dapat
mengerjakan maka taruhlah kartu tersebut dibuang.
d. Jika pemain selanjutnya melembar dadu dan berhenti ditempat yang
nomor kartunya sudah diambil, maka pemain mundur satu langkah.
e. Permainan berlanjut sampai kartu yang disediakan habis atau waktu
yang telah ditentukan.
f. Penilaian individu dinilai dari point tournament yang didapatkan siswa
semakin banyak point maka semakin bagus, sedangkan penilaian
kelompok dapat dilihat dari rata-rata dari perolehan tim heterogen.
4. Rekognisi Tim/ Penghargaan Tim
Segera setelah turnamen selesai, tentukanlah jumlah perolehan dari
tim heterogen. Dan kepada tim super (skor paling tinggi) diberikan
penghargaan. Bentuk penghargaan dapat bermacam-macam, misalnya hasil
permainan dapat dipajang di kelas, pemberian sertifikat pemenang pada
tim super, dan sebagainya.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) merupakan model
pembelajaran kooperatif yang secara garis besar dimulai dari presentasi
kelas oleh guru, pembagian tim, games, turnamen dan rekognisi tim
2. Permasalahan yang diduga terjadi pada penerapan model pembelajaran
Teams Games Tournaments (TGT) di antaranya, (1) tidak bisa
dilaksanakan dalam waktu yang singkat; (2) tidak semua materi
matematika sesuai untuk penerapan model pembelajaran tersebut; (3) guru
dalam presentasi kurang jelas dan kurang menarik; (5) siswa dengan
kemampuan akademik tinggi kurang terbiasa dan sulit dalam memberi
penjelasan kepada siswa lainnya. (6) kurang telitinya guru dalam
penempatan siswa dalam
meja turnamen (7) langkah-langkah dalam
model pembelajaran belum dijelaskan secara rinci sehingga menyulitkan
guru dalam penerapannya.
3. Alternatif solusi permasalahan pada penerapan model pembelajaran Teams
Games Tournaments (TGT)
secara garis besar adalah memodifikasi
langkah dan waktu pembelajaran.
B. Saran
1. Penerapan model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT)
membutuhkan waktu yang relatif lama dan perlu persiapan yang matang,
sehingga diperlukan perencanaan yang matang untuk meminimalisir
permasalahan yang timbul.
2. Model pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) yang sebagian
besar berupa permainan dapat menimbulkan kegaduhan, oleh karena itu
guru harus lebih mampu dalam mengkoordinir kelas agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai dengan baik
13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Khoiru, dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu. Jakarta:
Prestasi Pustaka
Huda, M. 2011. Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur dan Model
Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Huda, M. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis
dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Irwanti, Cahyani Gama. 2014. “Implementasi Pendekatan Realistic Mathematic
Education (RME) dengan Model Numbered Head Together dan Teams
Games Tournament Dalam Pembelajaran Matematika Ditinjau dari
Keaktifan Siswa (Eksperimen pada siswa kelas X TKJ SMK Batik
Surakarta Tahun Ajaran 2013/2014)”. Skripsi: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Paramawarti, Luh. 2013. “Eksperimentasi Pembelajaran Team Game Tournament
dan Realistics Matematic Education terhadap Hasil Belajar ditinjau dari
Kemandirian Siswa (Pada siswa Kelas IX MTs Suniyyah Selo
Tawangrejo tahun 2013/2014)” . Skripsi: Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Slavin. R. 2008. COOPERATIVE LEARNING Teori, Riset, Dan Praktik. Bandung:
Nusa media
Sugiyanto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Mata Padi
Presindo
Wijaya, Ariyadi. 2011. Pendidikan Matematika Realistis. Yogyakarta: Graha Ilmu
14