PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN MUTU DAN KU

PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN MUTU DAN KUALITAS
PENDIDIKAN DALAM TINJAUAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

Oleh
Satrianawati
Mahasiswa Pendidikan Dasar UNY
[email protected] 0853-4058-1089

ABSTRAK
Pendidikan merupakan aspek yang menentukan majunya kualitas sumber daya
manusia. Peningkatan mutu dan kualitas pendidikan formal ditentukan oleh
kepemimpinan kepala sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah yang berhak
mengarahkan, menentukan, memutuskan, dan mengatur sistem sekolah, sehingga
majunya suatu sekolah sangat ditentukan oleh pimpinan sekolah. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepemimpinan kepala sekolah, serta kontribusinya terhadap
peningkatan dan pengembangan kualitas pendidikan menunjang terciptanya sumber
daya manusia yang kompeten dan mampu bersaing di bidangnya. Olehnya itu,
seberapapun profesionalnya guru-guru di sekolah, jika tidak ditunjang dengan
kepemimpinan kepala sekolah yang baik dan kompeten, maka sekolah tersebut tidak
dapat meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan secara keseluruhan.


Kata kunci: kepemimpinan, pengembangan dan peningkatan mutu dan kualitas
pendidikan

Telah di presentasekan pada Seminar Nasional tema SKETSA PENDIDIKAN INDONESIA
Semarang, 11 April 2015

Page 1

Pendahuluan
Saat ini Indonesia mengalami keuntungan yang luar biasa dalam menuju
pendidikan emas tahun 2045. Keuntungan ini terbaca melalui bonus demografi
bangsa Indonesia yang memberikan kontribusi bagi pendidikan, karena generasi
muda saat ini berada pada usia sekolah. Inilah yang menjadi keuntungan karena
ditahun 2020-2030, usia produktif akan lebih banyak dibanding yang tidak produktif.
Fenomena ini juga sejalan dengan berkembangnya masyarakat ekonomi ASEAN atau
yang lebih dikenal dengan MEA. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kalau saat ini
pendidikan di Indonesia mempersiapkan generasi yang kompeten, mampu
memberikan kontribusi dalam membangun Indonesia menjadi lebih baik.
Pendidikan sebagai penentu kemajuan suatu bangsa, termasuk Indonesia
sebagai bangsa yang besar dan sekaligus memberikan label bahwa pendidikan

merupakan investasi peradaban. Investasi peradaban yang diciptakan melalui proses
belajar agar kemandirian bangsa bisa tercipta. Tentunya untuk menuju bangsa yang
mandiri sekolah yang di dalamnya terdapat kurikulum tidak menginginkan
pembelajaran yang biasa-biasa saja.
Pendidikan di Indonesia hari ini menunjukkan masalah yang memprihatinkan,
guru-guru mengalami keterkejutan dengan perubahan kurikulum. Terkejutnya para
guru membuat sistem pembelajaran tidak jarang menjadi sebuah kegalauan.
Pembelajaran seperti apa yang diinginkan dengan perubahan kurikulum? Ini menjadi
faktor kebingungan utama, apakah sama seperti kemarin? Padahal pembelajaran yang
telah dilakukan juga sudah bagus. Nah apa sebenarnya yang diinginkan dalam
pembelajaran. Bagaimana kepala sekolah memimpin suatu sekolah untuk
meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan? Bagaimana sikap kepala sekolah
dengan para guru di sekolah? Inilah yang akan dibahas dalam makalah ini tentang
kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan dan mengembangkan sekolah
Telah di presentasekan pada Seminar Nasional tema SKETSA PENDIDIKAN INDONESIA
Semarang, 11 April 2015

Page 2

dalam menghadapi tantangan ASEAN community dan fenomena bonus demografi

yang menggiurkan bangsa Indonesia.
PEMBAHASAN
A. Kepala Sekolah dalam Menghadapi Perubahan Kurikulum
Kepala sekolah harus selalu siaga dalam menghadapi fenomena perubahan
kurikulum. Kepala sekolah sebagai pemimpin dalam sekolah, seharusnya
menunjukkan sikap yang care dan peduli terhadap perubahan kurikulum, karena
kurikulum ini dibuat untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di
Indonesia. Perubahan kurikulum dari waktu ke waktu hingga menjadi kurikulum
2013 saat ini menunjukkan perhatian pemerintah yang begitu besar terhadap
pendidikan. Pelaksanaan kurikulum 2013 merupakan bagian dari proses
peningkatan dan pengembangan kualitas pendidikan. Pendidikan yang di
dalamnya terdapat kurikulum dan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Secara
lebih ringkas dapat digambarkan sebagai berikut:
Kepemimpinan Kepala Sekolah
Pendidikan

Kurikulum

Pembelajaran


Gambar 1. Hubungan Pendidikan, Kurikulum, dan Pembelajaran (Ghufron, 2014)
Pendidikan erat kaitanya dengan kurikulum. Program pendidikan dibuat
dalam kurikulum dan dilaksanakan melalui proses pembelajaran. Artinya
kurikulum

sebagai

program

diimplementasikan

melalui

pembelajaran.

Pembelajaran sebagai terapan dari konsep kurikulum untuk meningkatkan mutu
dan kualitas pendidikan. Pembelajaran inilah yang berkaitan dengan majunya
pendidikan. Baik itu berproses dalam lingkungan formal, nonformal, maupun
Telah di presentasekan pada Seminar Nasional tema SKETSA PENDIDIKAN INDONESIA
Semarang, 11 April 2015


Page 3

informal. Pengembangan dan peningkatan mutu dan kualitas sekolah. Peningkatan
mutu dan kualitas sekolah sangat bergantung pada kinerja kepala sekolah. Kepala
sekolah sebagai pemimpin sekolah mengawali perubahan kurikulum dengan sikap
yang optimis bahwa kurikulum 2013 dapat dilaksanakan, tidak menunjukkan sikap
pesimis,

dan mampu membimbing guru-guru menerapkan

model-model

pembelajaran yang dibuat dalam kurikulum untuk kemajuan pendidikan.
B. Faktor Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mendukung Peningkatan
Mutu dan Kualitas Sekolah
Kepemimpinan kepala sekolah dalam menanggapi fenomena perubahan
kurikulum

ikut


mempengaruhi

mutu

dan

kualitas

pendidikan.

Faktor

kepemimpinan kepala sekolah memberikan kontribusi/mendukung keberhasilan
dalam meningkatkan mutu dan kualitas sekolah, karena:
1. Kepala sekolah memiliki kemampuan untuk memimpin upaya perubahan.
Perubahan kurikulum dan tantangan ASEAN community, memerlukan
manajemen sekolah yang baik. Kepala sekolah mempunyai wewenang dalam
memimpin perubahan yang terjadi dengan mengedepankan cara pandangnya
atau visi terhadap sekolah yang dipimpin. Visi sekolah, yang meliputi target

yang terukur jelas, strategi selaras dan rencana untuk memantau kemajuan dan
mengemudi perbaikan terus-menerus. Visi sekolah yang di dalamnya
mengembangkan kualitas sekolah melalui pembelajaran yang berkualitas.
Melalui cara pandang kepala sekolah yang berorientasi terhadap kemajuan
sekolah diharapkan dapat membuat guru-guru untuk memahami cara pandang
tersebut, sehingga guru-guru belajar melalui rekan guru yang lainnya untuk
menciptakan pembelajaran yang berkualitas. Melalui visi sekolah yang disetujui
oleh kepala sekolah yang berupaya meningkatkan pembelajaran yang
berkualitas.

Telah di presentasekan pada Seminar Nasional tema SKETSA PENDIDIKAN INDONESIA
Semarang, 11 April 2015

Page 4

Bender, et al. (2000) menjelaskan ada empat faktor penentu
keberhasilan peningkatan kualitas sekolah yaitu adanya visi, kerjasama,
pengendalian proyek, dan penyimpanan dan pengolahan informasi. Keempat
faktor tersebut dilaksanakan secara keseluruhan sehingga keberhasilan proyek
inovasi dapat dicapai. Satu diantara keempat faktor tersebut adalah misi, bahwa

dengan menggeneralisasi suatu pembuatan dan pelaksanaan visi dapat
menunjang keberhasilan proyek. Oleh karena itu, visi sekolah yang jelas
membuat para guru untuk melaksanakan tugas mengajar terutama di kelas,
tidak hanya sekedar untuk memenuhi kewajiban, tetapi lebih dari itu kewajiban
yang penuh rasa tanggungjawab, sehingga melalui pembelajaran yang
dilaksanakan dapat menimbulkan kesan bermakna bagi siswa. Inilah peran
kepala sekolah yang berorientasi pada visi sekolah sehingga menciptakan
sumber daya manusia yang handal dan kompeten.
2. Kepala sekolah sebagai pemimpin yang membangun komunikasi untuk
membuat guru menciptakan inovasi dalam proses pembelajaran.
Kepala sekolah berkomunikasi dengan para guru untuk dapat
mengefektifkan proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan permasalahan
ketiga dalam jurnal yang ditulis oleh Jurasaite-Harbison (2009) bahwa
kepemimpinan kepala sekolah pada permasalahan ketiga yang terjadi di sekolah
Lithuania memberikan kesempatan kepada para guru membentuk komunitas
belajar yang ditetapkan standar profesionalnya oleh kepala sekolah.
Komunikasi yang dibangun oleh kepala sekolah mampu menjadikan sekolah
sebagai tempat yang nyaman bagi siswa, sehingga siswa merasa sekolah
sebagai rumah sendiri. Inilah peran kepala sekolah yang menjalin komunikasi
dengan para guru, sehingga para guru bekerja lebih aktif, efektif, dan inovatif.

3. Kepala sekolah yang berhak mempekerjakan praktek kepegawaian (rekrutmen
dan seleksi, penugasan, kepemimpinan bersama, pengembangan profesional,
Telah di presentasekan pada Seminar Nasional tema SKETSA PENDIDIKAN INDONESIA
Semarang, 11 April 2015

Page 5

pengamatan dengan umpan balik, instruksional, evaluasi, review kepemilikan
untuk terus meningkatkan pembelajaran dan memenuhi tujuan belajar siswa.
4. Kebijakan yang dikeluarkan kepala sekolah.
Kepala sekolah berhak mengeluarkan kebijakan yang mengharuskan
para guru bereksplorasi dan mengubah proses pembelajaran yang mereka
lakukan. Jurasaite-Harbison (2009) menjelaskan tentang faktor kepemimpinan
kepala sekolah dari tiga sekolah yang berbeda dalam konteks belajar di
lingkungan informal. Kasus ketiga yang terjadi di sekolah Lithuanian
memberikan dampak bahwa belajar guru dalam konteks informal menjadikan
guru dapat melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan langkahlangkah class action research. Oleh karena itu, kebijakan kepala sekolah dapat
mempengaruhi cara guru dalam membelajarkan siswa untuk lebih kreatif dalam
pembelajaran.
5. Kepala sekolah berhak melakukan kerjasama dengan orang tua siswa.

Keterlibatan orang tua siswa.
Garry (Hornby & Witte, 2010) menjelaskan bahwa keterlibatan orang
tua dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Artinya sekolah memiliki
kerjasama dalam melibatkan orang tua melalui kegiatan sekolah. Hal ini juga
berkaitan dengan kebijakan yang dibuat oleh kepala sekolah. Kepala sekolah
sebagai pemimpin tertinggi di sekolah perlu mmengundang orang tua siswa
dalam melakukan sosialisasi untuk inovasi proses pembelajaran, dalam hal ini
kepala sekolah meminta kerelaan orang tua siswa untuk membantu sekolah
berproses meningkatkan proses pembelajaran.
C. Kepala Sekolah dalam Kontribusinya terhadap Kompetensi Guru
Perubahan kurikulum dan tantangan ASEAN commnunity memberikan
kontribusi yang besar bagi para guru untuk dapat bereksplorasi dalam
meningkatkan kompetensi yang dimilikinya. Hal ini juga ditunjang dengan
Telah di presentasekan pada Seminar Nasional tema SKETSA PENDIDIKAN INDONESIA
Semarang, 11 April 2015

Page 6

kepemimpinan kepala sekolah yang dapat mempengaruhi peningkatan kompetensi
guru dalam memberikan kinerja terbaiknya di sekolah untuk meningkatkan mutu

dan kualitas pendidikan. Adapaun empat kompetensi guru yang dipengaruhi oleh
kepemimpinan kepala sekolah yaitu:
1. Kompetensi pedagogy guru. Kepala sekolah yang memberikan saran dan arahan
dapat meningkatkan kompetensi pedagogy guru. Hal ini berkaitan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Lapalainen (2014) tentang proyek pembuatan
media pembelajaran yang berbasis pengetahuan. Bahwa dengan kompetensi
pedagogy yang dimiliki oleh guru, guru dapat membuat media pembelajaran
yang

ramah

lingkungan

dan

aplikatif.

Chimiliar

&

Cheung

(2007) menjelaskan bahwa kepala sekolah yang memberikan kesempatan pada
para guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menggunakan teknologi adaptif
dan mengaplikasikan teknologi dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan
profesionalisme guru.
2. Kompetensi sosial, bahwa kerjasama yang dilakukan oleh kepala sekolah dan
guru ikut mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Hal ini dijelaskan oleh
Jurasaite-Harbison (2009), Hornby & Witte (2010), Meirink, et al. (2009),
Bender, et al. (2000), Anderson & Minke (2007). Hasil kajian beberapa jurnal
dijelaskan bahwa kerjasama yang dilakukan oleh guru dengan sesama guru
perlu dilakukan terutama dalam konteks pendidikan yang informal. Selain itu,
kerjasama yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas sekolah selain
belajar dari sesama guru, tetapi juga belajar dari orang tua siswa sebagai guru
pertama bagi siswa. Jadi kerjasama atau keterampilan sosial guru juga
ditentukan oleh kepemimpinan kepala sekolah.
3. Kompetensi profesional guru yang didukung oleh kepemimpinan kepala
sekolah dapat mendukung pembelajaran yang efektif. Hal ini berpengaruh

Telah di presentasekan pada Seminar Nasional tema SKETSA PENDIDIKAN INDONESIA
Semarang, 11 April 2015

Page 7

karena kemampuan guru yang memiliki keterampilan profesional dan didukung
oleh kepala sekolah dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien.
4. Kompetensi kepribadian guru dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah.
Guru yang memiliki keterampilan kepribadian tidak dapat berbuat banyak jika
kepala sekolah tidak memberikan kesempatan kepada guru untuk berinovasi
dan berkreasi dalam pembelajaran, maka kepribadian tersebut hanya menjadi
keresahan dari guru itu sendiri. Hasil penelitian Jurasaite-Harbison (2009)
menjelaskan bahwa dari tiga sekolah yang ada, dua sekolah diantaranya tidak
memberikan kesempatan pada para guru untuk melaksanakan pembelajaran
yang sesuai dengan inisiatifnya atau pemikiran guru, karena sekolah pertama
selain dibatasi oleh kondisi ruang untuk pertemuan para guru, jadwal guru yang
padat tidak memungkinkan para guru untuk saling berkomunikasi satu sama
lain. adapun untuk sekolah yang kedua memiliki sistem sekolah yang top-down
sehingga para guru merasa tertekan berada di sekolah, para guru umumnya
tidak dapat melakukan inovasi yang sesuai dengan apa yang diinginkan, karena
semua berada dalam pantauan administrasi sekolah.
D. Upaya-upaya yang dilakukan Kepala Sekolah dalam Menghadapi Hambatan
Peningkatan dan Pengembangan Mutu dan Kualitas Pendidikan di Indonesia
Kajian beberapa jurnal internasional memperlihatkan bahwa peningkatan
dan pengembangan kualitas pendidikan di Indonesia jelas berbeda dengan negara
lain. adapun hambatan peningkatan mutu dan kualitas pendidikan dikarenakan
beberapa faktor:
1. Memperhatikan kepribadian individu. Kepala sekolah selama ini kurang
memperhatikan kepribadian para guru yang ada di sekolah. Guru-guru di
sekolah umumnya tidak memiliki keprbadian yang siap membuat terobosan
atau inovasi, sehingga yang terjadi guru-guru hanya mengikut apa yang
diprogramkan oleh pemerintah. Adanya perubahan kurikulum ini sudah
Telah di presentasekan pada Seminar Nasional tema SKETSA PENDIDIKAN INDONESIA
Semarang, 11 April 2015

Page 8

selayaknya kepala sekolah mendorong para guru untuk melakukan proses
pembelajaran yang tidak biasa-biasa saja. Artinya kepala sekolah mendorong
para guru untuk melakukan inovasi terhadapa cara pembelajaran yang
dilakukan di kelas. Motivasi dari kepala sekolah ini dapat mengurangi
kesenjangan kepribadian individu guru yang umumnya hanya menunggu
perintah dari atasan.
2. Memberikan remisi atau penghargaan kepada para guru yang melakukan
kegiatan dalam hal peningkatan kualitas dan mutu sekolah. Kepala sekolah
perlu memberikan remisi atau penghargaan kepada para guru yang melakukan
perubahan. Hal ini dikarenakan guru tidak berani menanggung resiko yang
besar dari segi materi. Pablos-Pons (2012) menyatakan bahwa “the study of
teacher well-being is supported by a scientific body that uses procedures aimed
at identifications: something that always take place in the professional context

of the teacher”. Maksud pendapat tersebut bahwa pengetahuan tentang
membangun

kesejahteraan

guru

didukung

oleh

badan

ilmiah

yang

menggunakan prosedur yang ditujukan untuk identifikasi; sesuatu yang selalu
terjadi dalam konteks profesional guru. Pendapat ini menjelaskan bahwa guru
dalam konteks ini didukung oleh badan ilmiah, hal ini berbeda dengan guruguru yang ada di Indonesia yang tidak didukung oleh badan ilmiah ketika
hendak meningkatkan kompetensi profesional yang dimiliki, sehingga para
guru di Indonesia ketika melakukan inovasi cenderung menunggu perintah dari
atasan, karena guru-guru yang ada di Indonesia umumnya merasa berada dalam
kesendirian ketika hendak melakukan inovasi pembelajaran di sekolah.
3. Mempercepat proses inovasi atau melakukan pembelajaran secara bersama.
Kepala sekolah perlu mengarahkan guru dalam melakukan inovasi yang di
dalamnya guru-guru menciptakan media, menerapkan model pembelajaran, dan
lain sebagainya yang dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran, karena di
Telah di presentasekan pada Seminar Nasional tema SKETSA PENDIDIKAN INDONESIA
Semarang, 11 April 2015

Page 9

negara lain berdasarkan penelitian yang dilakukan Yong-Zhao, Frank, &
Borman (2004) menjelaskan bahwa sekolah sebagai sistem sosial dalam
organisasi melakukan inovasi dalam sekolah tersebut dan inovasi dilakukan atas
inisiasi dari guru-guru yang ada di sekolah tersebut. Tentunya, hal ini berbeda
dengan guru-guru di Indonesia lebih banyak menunggu perubahan dari atas
atau tidak ada guru yang melakukan perubahan/inovasi dalam pembelajaran.
Oleh karena itu perubahan kurikulum merupakan momentum bagi kepala
sekolah melakukan inisiasi dengan para guru untuk melakukan inovasi terhadap
pembelajaran.
4. Membangun kerjasama dengan semua guru yang ada di sekolah. Kepala
sekolah di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia umumnya hanya bekerjasama
dengan salah satu orang guru, atau dalam hal ini tidak semua guru merasa dekat
dengan kepala sekolah, sehingga guru-guru merasa segan dan tidak bekerja
dengan kepala sekolah sebagai teman ataupun sahabat yang baik, tetapi hanya
sebatas penghormatan terhadap atasan. Padahal seharusnya, kepala sekolah
perlu menciptakan komunikasi yang baik dengan semua guru, sehingga diantara
para guru tidak terjadi kecemburuan sosial sesama guru, dan bersikap baik
dengan sesama guru dapat pula dicontoh oleh siswa. Jurasaite-Harbison (2009)
menjelaskan tentang kepemimpinan kepala sekolah in the American school in
the Midwest bahwa ”The efforts of the school principal seemed to be directed at
compensating the spatial isolation. He set an overall “tone”, “pattern”, or

“attitude” (Law, 1999) as well as organized and stimulated collaborative
learning. Bob’s answer to my question “What makes a school’s culture?” was
that “the principal has to do a lot with it. The principal sets the tone. The
teachers react to the principal; he would react to the teachers. So, if the

principal’s easy going and friendly, the teachers tend to be that way. They
follow him. And then the kids, in turn, will”. Maksud pendapat tersebut bahwa
Telah di presentasekan pada Seminar Nasional tema SKETSA PENDIDIKAN INDONESIA
Semarang, 11 April 2015

Page 10

kepala sekolah dituntut untuk melakukan kompensasi agar setiap guru tidak
menjadi terisolasi dengan guru lainnya dan perlunya menciptakan aturan dan
sikap untuk melakukan pembelajaran kolaboratif yang terorganisasi dan
motivatif. Jadi pimpinan sekolah yang memberikan contoh sikap akrab dan
ramah dengan para guru sebagai bawahannya dapat dicontoh oleh para siswa
untuk bersikap lebih baik. Jadi jelas bahwa kepemimpinan kepala sekolah perlu
memperhatikan keseluruhan para guru dengan tidak memilih-milih karena
kedekatan ataupun hal lainnya tetapi perlu berlaku baik dengan semua guru.
Penutup
Kepala sekolah dalam menghadapi perubahan kurikulum perlu menunjukkan
sikap yang care dan peduli terhadap peningkatan dan kualitas pendidikan di
Indonesia. Kepala sekolah perlu mendorong atau memberikan motivasi kepada para
guru untuk melakukan inovasi terhadap pendidikan yang ada di Indonesia. Karena
kepala sekolah memiliki wewenang dalam memimpin upaya perubahan di sekolah,
membangun komunikasi untuk membuat guru menciptakan inovasi dalam proses
pembelajaran, mempekerjakan praktek kepegawaian, mengeluarkan kebijakan,
melakukan kerjasama dengan orang tua siswa. Keterlibatan orang tua siswa.
Kepemimpinan kepala sekolah mempengaruhi kompetensi guru yaitu
kompetensi pedagogy, sosial, profesional, dan kompetensi kepribadian. Oleh karena
itu, ada beberapa upaya yang perlu dilakukan kepala sekolah dalam menghadapi
hambatan peningkatan dan pengembangan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia
yaitu: (1) memperhatikan kepribadian para guru; (2) memberikan remisi atau
penghargaan kepada para guru yang melakukan kegiatan dalam hal peningkatan
kualitas dan mutu sekolah;

(3) mempercepat proses inovasi atau melakukan

pembelajaran secara bersama para guru; (4) mengarahkan guru dalam melakukan
inovasi terhadap pembelajaran; (5) membangun kerjasama dengan semua guru yang

Telah di presentasekan pada Seminar Nasional tema SKETSA PENDIDIKAN INDONESIA
Semarang, 11 April 2015

Page 11

ada di sekolah. Jadi kepemimpinan sekolah mempengaruhi peningkatan dan
pengembangan mutu dan kualitas pendidikan.

Daftar Pustaka
Anderson & Minke. (2007). Parent involvement in Education: Toward an
Understanding of Parents’ Decision Making. The Journal Education of
Research. University of Delaware.
Bender, et al. (2000). Process Innovation-Case Studies of Critical Success Factor .
Engineering Management Journal; Dec, Vol. 12. No. 4.
Chimiliar, Linda & Cheung, Billy. 2007. Assistive Technology Training for Teachers
Innovation and Accessability on Line. Developmental Disabilities. Vol. 35.
No. 1 & 2.
Hornby & Witte. (2010). Parent Involment in Rural Elementary Schools in New
Zealand. Springer.
Jurasaite-Harbison, Elena. (2009). Teachers’ Workplace Learning within Informal
Contexts of School Cultures in the United States and Lithuania. Journal of
Workplace Learning. Vol. 21. No. 4.
Lappalainen, Harri. (2014). Global and Local Issues in Education: What Finland can
Offer to ASIAN Countries. Program book International Conference on
Fundamentals and Implementation of Education (ICFIE) 11 – 12 oktober.
2014. Proceeding. Universitas Negeri Yogyakarta.
Meirink, et al. (2009). How do Teachers Learn in The Workplace an Examination of
Teacher Learning Activities. Association for Teacher Education in Europe.
ISSN: 0261-9768 print/ISSN 1469-5928 on line.
Pablos-Pons, et al. (2012). Teacher Well-Being and Innovation with Information and
Communication Technologies; Proposal For a Structure Model . DOI
10.1007/s11135-012-9686-3.
Yong-Zhao., Frank, Kenneth. A., & Borman, Kathryn. (2004). Social Capital and
Diffusion of Innovations Within Organizations: Case of Computer Technology
in Schools. Sociology of Education. Vol. 77. No. 2.

Telah di presentasekan pada Seminar Nasional tema SKETSA PENDIDIKAN INDONESIA
Semarang, 11 April 2015

Page 12