REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF P (1)

Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006

REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF
PENDIDIKAN ISLAM
Oleh : Hj. Rusdiana Hamid*

Abstrak
Reward dan punishment adalah penghargaan dan hukuman yang merupakan
reaksi pendidikan atas perbuatan yang telah dilakukan oleh anak didik,
penghargaan untuk perbuatan yang baik dan hukuman untuk perbuatan yang
salah yang telah dilakukan anak didik. Keduanya merupakan alat pendidikan
dan keduanya timbul sebagai usaha untuk memperbaiki kelakuan dan budi
pekerti anak didik. Penghargaan diberikan sebagai unggapan rasa senang dan
bangga atas perbuatan baik dan prestasi anak, tetapi jangan sampai
menebalkan sifat materialisnya. Sedang Hukuman dalam pendidikan diberikan
bertujuan untuk menuntun dan memperbaiki, bukan untuk menghardik atau
balas dendam, bahkan jiwa santun sangat diperlukan dalam siasat pendidikan.
Kata kunci : Reward, punishment dan Pendidikan Islam

A. Pendahuluan
Allah SWT. menginstruksikan, bagi masing-masing manusia mempunyai

tujuan, ke sanalah Ia mengarahkannya, maka berlombalah kamu mengejar
kebaikan. Dimanapun kamu berada, Allah akan menghimpun kamu karena Allah
berkuasa atas segalanya (QS.al-Baqarah :148) dan untuk kamu masing-masing
Kami tentukan suatu Undang-Undang dan jalan yang terang. Sekiranya Allah
menghendaki niscaya Ia menjadikan kamu suatu umat, tetapi Ia hendak menguji
kamu atas pemberian-Nya. Maka berlombalah kamu dalam kebaikan (QS AlMaidah :48). Manifestasi Ilahi ini mengisyaratkan adanya kompetensi yang harus
dijalankan manusia menuju kebaikan pribadi dan sosial. Hidup kompetitif adalah
sesuatu yang niscaya dalam pluralitas manusia yang menaik dan sengaja
dinaikkan. Hidup kompetitif ini akan senantiasa ditemui oleh manusia dalam
keadaan bagaimanapun, pada saat kapanpun, dan ditempat mana pun. Tentu
kompetisi itu harus mengacu kepada undang-undang (syir’ah) dan metode/jalan
(minhaj) konsensus bersama dalam kebaikan.

*Penulis adalah Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjarmasin

65

Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006

Hidup kompetitif menuju kebaikan pribadi dan sosial yang sesuai dengan

undang-undang memerlukan suatu metode atau jalan salah satunya adalah
dengan berlaku disiplin, disiplin dalam hidup dan kehidupan.
Pengertian disiplin (discipline)

dalam Dictionary of Education,

adalah
1)the process or result of derecting or subordinating immediate wishes,
impulses, desires, or interest for the sake of an ideal or for the purpose of
gaining more effective, dependable action; 2)persistent, active, and self,
directed pursuit of some considered course of action in the face of
distraction, confusion and difficulty; 3)direct authoritative control of
pupil behaviour through punishments and/or rewards; 4) negatively, any
restraints of inpulses, frequently through distatepul or painpul means;
5) a branch of knowledge; 6) a course of training designed to develop a
mental or physical ability or an attitude 1
Menurut pengertian di atas, secara garis besar disiplin adalah proses atau
hasil dari mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan tuntutan,
keinginan atau minat yang ideal atau untuk mencapai tujuan yang lebih efektif,
atau pengawasan otoriter langsung terhadap tingkah laku anak dengan

menggunakan hukuman dan ganjaran.
Menurut Hurlock, konsep umum dari disiplin adalah sama dengan
hukuman (punishment). Disiplin hanya digunakan apabila anak melanggar
peraturan dan tata tertib yang ditetapkan oleh orang tua, guru atau orang dewasa
sehubungan dengan tuntutan masyarakat dimana anak tersebut hidup. 2 Dengan
demikian disiplin terkait dengan peraturan dan hukuman akibat melanggar
peraturan tersebut. Tujuan disiplin sendiri adalah untuk membentuk tingkah laku
sehingga perilaku tersebut sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh budaya
dimana individu itu berada. 3 Disini terkandung pengertian bahwa disiplin
merupakan cara untuk mengajari anak bertingkah laku menuju kehidupan yang
lebih baik, kebaikan pribadi dan sosial.
Dalam mendisiplinkan anak, peraturan merupakan salah satu dari hal
yang diperlukan, menurut Clemes dan Bean, peraturan adalah: a) pernyataan
yang dimengerti anak tentang apa yang diharapkan dari dirinya; b) keterangan
1

Carter V. Good, Dictionary of Education (New York; McGrow Hill, Inc.,1973),
h. 185-185
2
Elizabeth B. Hurlock, Child Development, (New York; McGraw-Hill,

Inc.,1978) p. 393
3
Ibid., h. 394

66

Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006

yang memungkinkan anak untuk menentukan bagaimana dan bilamana sesuatu
harus dikerjakan; c) definisi yang memberi anak kesempatan untuk membedakan
mana yang benar dan yang salah, yang tepat , yang patut dan yang tidak patut ; d)
komunikasi yang memungkinkan anak untuk mengetahui apa yang diharapkan
dari dirinya, apa saja nilai-nilai orang tua, dan apa saja yang telah didefinisikan
orang tua sebagai perilaku yang baik. Sebaliknya, peraturan memungkinkan
orang tua mengetahui bilamana anak itu melanggarnya atau kalau perlu
memeriksa
apakah tugas telah dilakukan; e) metode mengorganisasikan
kehidupan keluarga dalam sebuah rumah tangga. Peraturan memungkinkan
mereka mengetahui tanggung jawabnya sendiri dan tanggung jawab orang lain
serta menetapkan definisi tentang pengaturan waktu dan peranan; dan f) sebuah

sarana untuk mengurangi ketegangan dengan mendifinisikan hal-hal secara jelas
dan memungkinkan semua pihak untuk mengetahui sebelumnya peristiwa yang
mungkin terjadi dan kapan terjadinya. Selanjutnya, peraturan memungkinkan
orang tua mengajar anak mereka tentang kedisiplinan, tanggung jawab, nilai,
sikap dan segala sesuatu yang harus dipelajari anak di rumah sebelum mereka
belajar dari luar. 4
Penanaman disiplin akan peraturan ini tentunya ada pengawasan, ada
reward dan ada funishment.Pemberian pahala (reward) bagi manusia unggul
dalam konteks pendidikan kiranya memperoleh pembenaran teologis (theologis
justivication). Agama Islam sendiri mengandung konsep pahala dan dosa untuk
mengukur kualitas hidup manusia beriman. Adalah konsep reward dan
punishment merupakan pengukuran pendidikan bagi kualitas fungsional edukatif
siswa yang berprestasi dan bermasalah. Hadiah, penghargaan, dan cenderamata
adalah urgen diberikan kepada mereka yang berprestasi. Sebaliknya, hukuman
sebagai vaksinasi dini dalam konteks pendidikanpun layak diberikan kepada
mereka yang bermasalah. 5
B. Pengertian Reward dan Punishment
Reward dalam kamus Bahasa Indonesiadiartikan dengan ganjaran dan
hadiah, upah dan pahala, membalas dan memberi penghargaan. Reward dalam
pendidikan adalah memberi penghargaan,memberi hadiah pada anak untuk

angka-angkanya atau prestasinya.. Reward adalah alat pendidikan refresif yang
bersifat menyenangkan dan membangkitkan atau mendorong anak untuk berbuat
sesuatu yang lebih baik terutama anak yang malas. Reward diberikan kepada
4

Haris Clemes dan Reynoll Bean, Cara Mendisiplinkan Anak Tanpa Merasa
Bersalah, (Jakarta;Binarupa Aksara, 1995), h. 48-49
5
A. Malik Fajar, Holistika Pemikiran Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2005, h. 201

67

Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006

anak yang mempunyai prestasi-prestasi dalam pendidikan, memiliki kerajinan
dan tingkah laku yang baik sehingga dapat dijadikan contoh teladan bagi kawankawannya. 6
Dalam memberikan reward, seorang pendidik harus menyesuaikan
dengan perbuatan-perbuatan atau pekerjaan anak didik dan jangan sampai
menebalkan sifat materialis pada anak didik, kemudian pendidik juga harus

menghilangkan anggapan anak didik terhadap upah atau balas jasa atas perbuatan
yang dilakukan. Menurut Wens Tanlain, reward adalah tindakan pendidik yang
berfungsi memperkuat penguasaan tujuan pendidikan tertentu yang telah dicapai
oleh anak didik. Tindakan ini merupakan pengakuan setuju terhadap yang telah
dilakukan dan dicapai oleh anak didik.
Reward harus diberikan pada saat yang tepat, yaitu segera sesudah anak
didik berhasil (jangan ditunda), jangan diberikan janji, karena akan dijadikan
sebagai tujuan kegiatan. 7 Reward diberikan pada anak dengan maksud sebagai
penghargaan dan rasa bangga atas pekerjaan dan prestasi anak, sekaligus dengan
niat agar anak melakukannya terus menerus, meningkatkan semangat dan
motivasi serta minatnya dalam bekerja dan belajar.
Sedangkan punishment dalam bahasa keseharian adalah pemberian
sanksi atau hukuman. Dalam pengertian terminologi punishment adalah suatu
perbuatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja yang menyebabkan
penderitaan terhadap seseorang yang menerima hukuman, sebagai akibat dari
kesalahan yang dibuatnya. Hubungannya dengan pendidikan,sebenarnya
punishment juga termasuk dalam alat pendidikan represif yang disebut juga alat
pendidikan kuratif atau koreksi.
Suwarno dalam bukunya Pengantar Ilmu Pendidikan mengemukakan,
punishment atau hukuman adalah memberikan atau mengadakan nestapa atau

penderitaan dengan sengaja kepada anak yang menjadi asuhan kita dengan
maksud supaya penderitaan itu betul-betul dirasakannya, untuk menuju ke arah
perbaikan. 8 Punisment ialah tindakan terakhir terhadap pelanggaran-pelanggaran
yang sudah berkali-kali dilakukannya. Setelah diberitahukan, ditegaskan dan
diperingatkan. 9
6

HM.Hofi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya,
1993, h.69
7
Wens Tanlain dkk, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, PT.Gramedia, Jakarta, 1989,
h.55
8
Suwarno, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Baru, Surabaya, 1985, h.115
9
Hori Anshari, Loc cit, h.69

68

Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006


C. Reward dan Punishment dalam Pendidikan Islam
1. Reward, Tujuan dan Bentuknya
Seorang guru yang bijaksana harus memulai pendidikan dengan
memberi hadiah dan segala macam jenisnya sebelum memberi sanksi. Reward itu
tidak harus berupa materi, apresiasi yang baik juga merupakan hadiah. Reward
diberikan dengan syarat : a) hanya diberikan pada anak yang telah mendapatkan
prestasi yang baik, b) jangan menjanjikan ganjaran/hadiah lebih dulu sebelum
anak berprestasi. c) diberikan dengan hati-hati jangan sampai anak
menganggapnya sebagai upah, d) jangan sampai menimbulkan kecemburuan bagi
anak yang lain, namun sebaiknya harus menimbulkan semangat dan motivasi
bagi anak didik yang lain.
Secara kongkret ganjaran atau reward dalam pendidikan tidak hanya
berupa materi, apresiasi yang baik juga merupakan reward yang bernilai tinggi.
Reward hendaknya diberikan dengan tujuan :
a. Membangkitkan dan merangsang belajar anak, lebih-lebih bagi anak yang
malas dan lemah.
b. Mendorong anak agar selalu melakukan perbuatan yang lebih baik lagi.
c. Menambah kegiatannya atau kegairahannya dalam belajar.
Menurut Muhammad Jameel Zeeno reward bisa berupa :

a. Pujian yang Mendidik
Seorang guru atau pendidik yang baik hendaknya memberi pujian kepada
siswa ketika ia melihat tanda-tanda yang baik dan terpuji pada diri dan perilaku
siswanya. Hal yang sama juga dilakukan pada saat pendidik melihat
kesungguhan siswanya. Saat ada siswa yang memberikan jawaban dari
pertanyaan yang diberikan si guru, ia harus mengatakan, “jawaban yang kamu
berikan baik sekali, semoga Allah memberkatimu”, kalimat-kalimat lembut
seperti ini selalu memberi motivasi bagi siswa dan memperkuat semangat
maknawi dalam jiwanya. Kalimat itu juga akan meninggalkan pengaruh yang
baik sekali dalam jiwanya, yang dapat menyebabkan ia menyukai guru dan
sekolahnya. Otaknyapun menjadi mudah menerima pelajaran.
Pada waktu yang sama, ia juga dapat memberi dorongan semangat pada
siswa-siswa yang lain untuk menjadi teladan mereka dalam etika, perilaku, dan
kesungguhan, agar mereka dapat juga memperoleh pujian. Hal ini lebih baik bagi
mereka daripada memberi sanksi fisik yang mereka dapati.

69

Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006


b. Memberi Hadiah
Seperti kita ketahui dan maklumi bersama, karakter anak pasti lebih
menyukai mendapat hadiah yang sifatnya berwujud materi. Ia pun pasti akan
berusaha keras untuk mendapatkannya. Oleh karena itu, seorang hendaknya
merespons apa yang disukai oleh seorang anak. Ia harus bisa menberikan hadiahhadiah tersebut pada kesempatan yang tepat. Seorang siswa yang rajin, berakhlak
baik, dan yang dapat menjalankan kewajibannya pada Tuhannya, seperti shalat
dan amal-amal baik, ia layak memperoleh hadiah dari gurunya. Kala itulah, anak
itu akan menemukan jiwanya senang sekali menerima itu di hadapan temantemannya. Untuk diketahui, pada usia pelajar, jiwa seorang anak telah dipenuhi
instink suka memiliki.
c. Mendo’akan
Seorang guru hendaknya memberi motivasi dengan mendo’akan
siswanya yang rajin dan sopan. Guru bisa saja mendoakannya dengan
mengatakan,” Semoga Allah selalu memberimu taufik dan hidayah,”Saya
berharap masa depanmu cemerlang.” Sebaliknya, untuk siswa yang kurang rajin
atau tidak melakukan hal yang baik, maka si guru mendoakannya dengan
mengatakan,”Semoga Allah memberi petunjuk dan memperbaikimu”.
d. Papan Prestasi
Papan prestasi yang ditempatkan di lokasi strategis pada lingkungan
sekolah merupakan salah satu hal yang bermanfaat. Pada papan itu, dicatat namanama siswa yang berprestasi baik dari prilaku, kerajinan, kebersihan, maupun
dalam pelajarannya. Pengumuman ini memberi motivasi pada siswa yang lain
untuk meneladani teman-temannya itu, agar para siswa yang lain juga
berkeinginan namanya bisa tercatat dalam papan itu.
e. Menepuk Pundak
Pada saat salah seorang siswa maju ke depan kelas untuk menjelaskan
pelajaran atau mengerjakan dan menyelesaikan soal dengan benar,
menyampaikan hafalannya dengan baik, memecahkan suatu masalah, atau
memperdengarkan salah satu surah dalam al-Qur’an, maka seorang guru sudah
sepantasnya bila menepuk pundak siswa tersebut sebagai reaksi rasa senang, rasa
bangga dan penghargaan kepadanya.

70

Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006

f. Menjadikan Acuan pada Siswa yang Berprestasi dalam Memberikan Semangat
Siswa yang Lain
Seorang guru sepantasnya bila menjadikan acuan pada siswa yang
berprestasi dalam memberikan semangat siswa yang lain. Ini merupakan
penghargaan yang besar dan patut dilakukan dalam rangka memberikan
semangat bagi siswa-siswa yang lain.
g. Berpesan pada yang Lain
Penghargaan model ini bisa dilakukan dengan cara seorang guru
memberikan pesan kepada siswa-siswanya dan guru-guru yang lain mengenai
seorang siswa yang berprestasi baik. Ini akan menjadikan motivasi bagi siswa
tersebut. Teman-temannyapun akan meneladani yang bersangkutan dalam
kesungguhan dan akhlaknya.
h. Berpesan pada Keluarga Siswa yang Bersangkutan
Seorang guru dapat saja menulis surat dan mengirimkannya lewat siswa
yang bersangkutan. Di dalam surat tersebut, si guru menyebutkan prestasiprestasi siswa dan memberi pujian padanya. Hal ini juga bermanfaat dalam
memberi motivasi kepada keluarga siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan
akan mereka melalui cara yang paling baik. Inipun bermanfaat bagi siswa itu
sendiri demi kemajuan serta kepribadiannya yang baik.
Sesederhana apapun sebenarnya reward sangat berarti bagi siswa untuk
meningkatkan motivasi dan semangat belajar dan prestasinya. Sebenarnya
reward bisa hanya dalam bentuk anggukan kepala, senyuman manis dan acungan
jempul. Akan tetapi yang penting sekali adalah reward diberikan dengan syarat :
a) hanya diberikan pada anak yang telah mendapatkan prestasi yang baik, b)
jangan menjanjikan ganjaran/hadiah lebih dulu sebelum anak berprestasi. c)
diberikan dengan hati-hati jangan sampai anak menganggapnya sebagai upah, d)
jangan sampai menimbulkan kecemburuan bagi anak yang lain, namun sebaiknya
harus menimbulkan semangat dan motivasi bagi anak didik yang lain.
2. Punishment yang Dilarang dan yang Mendidik
Seorang guru yang sukses tidak dibenarkan memberikan sanksi fisik.
Kalaupun itu terpaksa dilakukan, tidak boleh terlalu keras dan baru boleh
dilakukan jika memang benar-benar diperlukan. Dia juga diharapkan untuk selalu
mendahulukan memberi hadiah daripada memberi sanksi. Ini penting untuk

71

Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006

memberi motivasi kepada siswa untuk belajar. Sebaliknya, pemberian sanksi
selalu memberi pengaruh yang buruk bagi jiwa siswa. Hal ini juga dapat
membunuh semangat berprestasi dan maju dalam jiwa siswa.
Banyak siswa yang akhirnya meninggalkan bangku sekolah lantaran
melihat keras hati dan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh sebahagian
gurunya. Para siswa telah terbiasa memberi label seorang guru yang keras hati
sebagai guru yang sewenang-wenang. Seorang guru yang bijaksana sudah
sepatasnya menghindari memberikan banyak sanksi atau hukuman apalagi yang
berupa sanksi fisik. Ada beberapa resiko yang mungkin akan didapat oleh
seorang guru pada saat ia memberikan sanksi kepada anak didiknya. Antara
resiko tersebut adalah sebagai berikut :
- proses belajar mengajar mengalami kendala, tidak hanya bagi siswa yang
bersangkutan, tetapi juga menghambat proses belajar bagi siswa yang lain.
- Hubungan si guru dan siswa yang mendapat sanksi pastilah akan berdampak
buruk pada semua
- pemahaman pelajaran tidak bisa diterima sepenuhnya oleh siswa yang
mendapat sanksi
- pemikiran guru tidak berkembang lagi pada saat melaksanakan sanksi itu
- hal ini juga berimbas pada siswa yang lain pada saat menerima pelajaran
- guru sudah terlihat tidak terhormat dan tidak terhargai di depan para
muridnya.
a. Sanksi yang Dilarang
Satu peraturan atau tata tertib mungkin akan dilanggar anak, dan
pelanggaran menyebabkan adanya hukuman yang merupakan akibat atau
konsekuensi dari suatu kesalahan. Namun perlu diingat bahwa hukuman harus
bersifat mendidik, dan memberitahu kesalahannya serta menyadarkan dan
melatih anak-anak untuk tunduk serta patuh para peraturan yang telah ditetapkan.
Hukuman diberikan dengan maksud memperbaiki dan mendidik ke arah
yang baik, Abdullah Nashih Ulwan menyatakan “ diberikan kesempatan kepada
anak didik untuk bertobat dari apa yang dilakukannya, memberi kesempatan
untuk minta maaf dan untuk memperbaiki kesalahannya. 10

10

Abdullah Nashih Ulwan, terj. Jamaludin Miri, Tarbiyatul Aulad fil Islam,
Pustaka Amani, Jakarta, 1999, h.326

72

Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006

-

memperbaiki tingkah laku dan perbuatan anak
menimbulkan koreksi terhadap dirinya sendiri
mengarahkan anak agar dapat mengendalikan dan menginsyafi bahwa setiap
perbuatan yang menyebabkan dia terhukum itu tidak baik

Hukuman tidak boleh dilakukan dengan memperlihatkan kekerasan dan
sebagai tindakan balas dendam. Hukuman yang semacam itu menurut Djaka Cs
tidak memperbaiki, tetapi menyakiti hati anak, jadi tidak mendidik. Oleh karena
itu pendidik, harus dapat menahan hati dan bersabar. 11
Dalam dunia pendidikan ada beberapa syarat dalam memberikan
hukuman, yaitu :
- Hukuman harus sesuai dengan kesalahan anak didik
- hukuman harus adil
- Hukuman harus diberikan agar anak didik mengerti benar apa sebabnya ia
dihukum dan apa maksud hukuman itu
- Hukuman diberikan harus dalam keadaan tenang
- Hukuman harus disertai dengan penjelasan, sebab bertujuan untuk
memperbaiki akhlak
- Hukuman harus diakhiri dengan pemberian ampunan
- Hukuman diberikan jika terpaksa atau sebagai alat pendidikan terakhir
- Yang berhak memberikan hukuman hanyalah orang yang cinta pada anak
saja, kalau tidak berdasarkan cinta maka hukuman atau bersifat balas
dendam.
Untuk memperkuat uraian di atas, akan dikemukakan pendapat beberapa
ahli pendidikan tentang syarat-syarat dalam memberikan hukuman. Menurut
Ngalim Purwanto, ada empat syarat dalam memberikan hukuman :
- Hukuman harus ada hubungannya dengan kesalahan
- Hukuman harus disesuaikan dengan kepribadian dan usia anak
- Hukuman harus diberikan dengan adil
- Guru harus sanggup memberikan maaf setelah hukuman itu dijalankan. 12
Djaka Cs mengemukan beberapa syarat dalam memberikan hukuman
yaitu :
Agar hukuman itu
- Memberikan hukumanbersifat
hendaknya
dalam
tenang,
supaya dapat
sebagai
satukeadaan
perbuatan
paedagogik,
hendaknya mempunyai tujuan
mempertimbangkannya.sebagai berikut :
- Motif manakah yang mendorong anak itu melakukan perbuatan salah itu
11

Djaka Cs, Rangkuman Ilmu Mendidik, Mutiara, Jakarta, 1976, h.92
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Remaja Karya CV,
Bandung, 1985, h.245
12

73

Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006

-

Masuk tipe manakah anak itu? Adakah hukuman itu berkesesuaian
Adakah setimpal dengan pelanggarannya?
Adakah adil hukuman itu ?
Adakah hubungan antara pelanggaran dengan hukuman? 13

Muhammad Jameel Zeeno mengungkapkan, pada saat guru atau pendidik
terpaksa memberikan sanksi atau hukuman, ia sebaiknya dapat menghindari
beberapa hal sebagai berikut :
- Memukul wajah anak. Hal ini tidak jarang kita temui di masyarakat atau di
rumah-rumah tangga, juga di sekolah-sekolah, bahkan ada yang sampai
pukulan tersebut mengenai mata ada telinga dan mengakibatkan indra anak
terganggu. Oleh itu oleh para pemerhati pendidikan dan kesehatan ini satu
hal yang sangat dilarang dan harus dihindari.
- Terlalu keras, seorang pendidik yang keras pada saat memukul akan disebut
oleh murid-muridnya sebagai seorang yang kasar dan zalim. Sebutan dan
gelar demikian suatu tanda buruk dan ketidak senangan anak terhadap si
guru. Nabi Muhammad SAW mengatakan sesungguhnya pada kelemah
lembutan ada kebajikan, inilah yang mestinya ditampilkan.
- Kata-kata yang tidak pantas. Kata-kata yang tidak pantas adalah kata-kata
yang buruk dan sangat menyakitkan psikologi seorang anak, bahkan ada anak
yang mengatakan ia lebih baik dipukul daripada dikatakan dengan bahasabahasa yang buruk serta menyinggung perasaan. 14
Bila guru mengucapkan kata-kata yang tidak baik akan mengakibatkan si
anak tidak mau lagi mengikuti pelajaran, atau berlaku menyimpang dan
menyeleweng sebagai reaksi dari kekesalannya.
Ada sebagian guru yang suka mencela, mencaci dan mengatakan anak
dengan kata-kata yang kasar pada seorang siswa yang berbuat salah. Para siswa
yang lain merasa iba melihatnya, pastilah semua itu akan berpengaruh pada jiwa
siswa-siswanya. Kebiasaan itupun pada gilirannya akan tertanam dalam jiwa si
murid. Merekapun menginguti apa yang sering dilakukan oleh gurunya itu dalam
perilaku dan tindakan mereka. Merekapun menjadi orang yang serng marah ,
mencela, mencaci dan semacamnya.

13
14

Djaka Cs, Op cit, h.108
Muhammad Jameel Zeeno, Op cit, h. 109-115

74

Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006

B. Punishment yang Mendidik
Ada beberapa sanksi mendidik yang sekaligus dapat dipergunakan oleh
para pendidik untuk menghukum siswa-siswa yang melanggar peraturan dan
disiplin belajar. Sanksi-sanksi ini merupakan sanksi mendidik yang tidak
beresiko.
1) Bermuka Masam
Seorang guru dapat saja kadang-kadang bermuka masam di hadapan anak
didiknya jika mereka berbuat kegaduhan, atau terhadap anak yang melakukan
kesalahan dan melanggar peraturan. Tentu ini lebih baik daripada memukul
atau menendang si anak, dengan cemberut atau bermuka masam secara
psikologis sudah memukul perasaannya dan membuatnya malu dengan
kawan-kawannya yang lain.
2) Membentak
Pada waktu anak melakukan suatu pelanggaran atau kesalahan alangkah lebih
mendidiknya bila seorang guru menghukumnya dengan bentakan. Bentakan
dimaksud adalah dengan kata-kata keras dan mengejukkan dan tertuju kepada
dia yang melakukan kesalahan, bisa juga berbentuk kata-kata teguran akan
kelakuan yang salah yang dilakukannya.
3) Melarang Melakukan Sesuatu
Melarang melakukan sesuatu adalah hukuman yang ringan dan mendidik,
misalnya ada anak yang terlambat datang ke sekolah, dia dihukum untuk tidak
boleh ikut belajar pada jam pertama. Ini bentuk hukuman yang lebih
menyentuh dan memberikan kesadaran jika ini tetap dilakukan dia akan rugi
dengan sendirinya.
4) Berpaling dan Tidak Menyapa
Dengan segala kemungkinan yang dimiliki seorang pendidik, ia hendaknya
berpaling dari anak atau muridnya pada saat ia mengetahui anak atau
muridnya itu berdusta atau melakukan kesalahan. Dengan guru berpaling,
siswa akan merasa ia telah melakukan kesalahan.
Atau boleh juga guru tidak menyapa dan tidak menegur si anak dalam
beberapa waktu, sebagai konsekuensi dari kesalahan yang dilakukan anak.

75

Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006

D. PENUTUP
Penghargaan dan hukuman adalah alat pendidikan represif, dan kuratif
terhadap apa yang dilakukan dan diperbuat anak didik. Penghargaan dan
hukuman diberikan dengan maksud memperbaiki dan mempertinggi sifat, sikap
dan tingkah laku anak serta memberikan kesadaran akan segala kesalahan yang
dilakukannya dan bagaimana memperbaikinya.
Hukuman bukan sebagai balas dendam dan tampilan kekuasaan tapi
sebagai koreksi dan teguran. Sedang penghargaan jangan dijadikan sebagai upah
dan tujuan, tetapi sebagai alat membangkitkan minat dan motivasi belajar anak.

76

Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 4 No.5 April 2006

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Nashih Ulwan, Terj. Jamaludin Miri, Tarbiyatul Aulad Fil Islam,
Pustaka Amini, Jakarta, 1999
A. Malik Fadjar, Holistika Pemikiran Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2005
Carter V. Good, Dictionary of Education, Mc.Graw Hill, New York, 1973
Elizabeth B. Hurlock, Child Development, Mc.Graw Hill, New York, 1978
Djaka cs, Rangkuman Ilmu Mendidik, Mutiara, Jakarta, 1976
Haris Clemes dan reynooll Bean, Cara Mendipsilinkan Anak Tanpa Merasa
Bersalah, Binarupa, Aksara, Jakarta, 1995
HM. Hafi Anshari, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1993
M.Athiyah Al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang,
Jakarta, 1970
Muhammad Jameel Zeeno, Resep Menjadi Pendidik Sukses, Kelompok Mizan,
2005
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Remaja Karya CV,
Bandung, 1986
Suwarno, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Baru, Surabaya, 1985
Wens, Tantain dkk., Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, PT.Gramedia, Jakarta, 1989
.

77