Analisis Kinerja RSUD Rantauprapat Kab. Labuhanbatu Berdasarkan Balanced Scorecard Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Rumah

Sakit

adalah

suatu

institusi

pelayanan

kesehatan

yang


menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat ( Permenkes,
2014 ).
Perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal dan internal
rumah sakit menyebabkan manajer rumah sakit harus mengubah paragdima atau
cara pandang bahwa rumah sakit saat ini berkembang menjadi suatu industri jasa
yang tidak bisa meninggalkan aspek komersial disamping peran sosialnya.
Berkembangnya teknologi kedokteran dengan komponen-komponen lainnya
memaksa manajer rumah sakit harus berfikir dan berusaha secara sosial-ekonomi
dalam mengelola rumah sakitnya. Pengelolaan rumah sakit yang padat modal,
padat karya dan teknologi meliputi pengelolaan pelayanan rawat jalan, rawat inap,
gawat darurat, pelayanan intensif, farmasi, gizi, rekam medis, administrasi
keuangan dan lain-lain.
Dengan perkembangan ilmu manajemen dan kemajuan teknologi
informasi, sistem pengukuran kinerja perusahaan yang hanya mengandalkan
prespektif keuangan dirasakan banyak memiliki kelemahan dan keterbatasan.
Oleh karena itu faktor keuangan tidak dapat lagi dijadikan sebagai satu-satunya
pedoman untuk menilai kinerja manajemen rumah sakit. Untuk itu diperlukan


1
Universitas Sumatera Utara

2

sebuah konsep yang nyata dan kompherensif bagi rumah sakit untuk dapat
meningkatkan kinerjanya baik secara keuangan dan non keuangan.
Salah satu metode pengukuran kinerja yang banyak dipergunakan karena
dinilai cukup kompherensif adalah metode Balanced Scorecard dari Kaplan dan
Norton. Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yaitu Balanced (berimbang) dan
Scorecard (kartu skor). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk
merencanakan skor yang hndak dicapai oleh personal di masa depan. Melalui
kartu skor, skor yang hendak diwujudkan personal di masa yang akan datang
dibandingkan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan ini digunakan untuk
melakukan evaluasi atas kinerja personal yang bersangkutan. Sedangkan kata
berimbang menunjukkan bahwa kinerja personal diukur secara berimbang dari
dua aspek : keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, serta
antara kinerja yang bersifat instern dan ekstern (Mulyadi, 2014). Keempat
perspektif yang dipandang pada metode Balanced Scorecard yaitu keuangan,
pelanggan, pembelajaran dan pertumbuhan karyawan serta proses bisnis internal.

Balanced Scorecard awalnya dirancang untuk digunakan pada organisasi
yang bersifat mencari laba, namun kemudian berkembang dan diterapkan pada
organisasi nirlaba. Terdapat perbedaan terhadap penggunaan Balanced Scorecard
pada organisasi laba dengan organisasi nirlaba, diantaranya: pada organisasi laba
perspektif keuangan adalah tujuan utama dari perspektif yang ada, sedangkan
pada organisasi nirlaba perspektif konsumen merupakan tujuan utama dari
perspektif yang ada. Perspektif keuangan dalam organisasi laba adalah berupa
keuntungan, sedangkan dalam organisasi nirlaba perspektif keuangan adalah

Universitas Sumatera Utara

3

pertanggungjawaban keuangan mengenai penggunaan sumber daya yang efektif
dan efisien dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat.
Penilaian kinerja sangat penting, sistem yang efektif dalam penilaian
kinerja mengandung indikator kinerja berdasarkan penilaian yang seksama
mengenai : (1) memperhatikan setiap aktivitas organisasi dan menekankan
prespektif pelanggan, (2) menilai aktivitas dengan menggunakan alat ukur kinerja
yang menerima pelanggan, (3) memperhatikan semua aktivitas kinerja secara

kompherensif yang mempengaruhi pelanggan, (4) menyediakan informasi berupa
umpan balik untuk membantu orang mengenali permasalahan dan peluang untuk
melakukan perbaikan (Atkinson, et all, 2009).
Penelitian Khadijah,(2002) tentang penilaian kinerja RS dengan perspektif
Balanced Scorecard. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari perspektif
keuangan mendapatkan laba bersih sangat rendah dan diketahui alur keuangan
bermasalah namun, berdasarkan diskriminan Altman, diketahui tidak ada tendensi
bangkrut, untuk kinerja pelayanan dapat dikatakan baik,dari perspektif pelanggan
kinerja rumah sakit dikatakan baik,dari perspektif internal bisnis baik
inovasi,proses maupun layanan purna jual kurang baik serta, dari perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran SDM tingkat kepuasaan pengawai masih rendah.
Penelitian Nur (2015) di RSU Tgk Chiek Ditiro Sigli Kabupaten Pidie
tentang kinerja badan layanan umum daerah berdasarkan balanced scorecard
dengan jenis penelitian kuantitatif dan kualitatif dan keempat perspektifdianalisis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari perspektif keuangan dikategorikan baik
karena perhitungan pendapatan rumah sakit dari tahun 2013 sampai 2014

Universitas Sumatera Utara

4


meningkat positif, dari perspektif pelanggan berdasarkan balanced scorecard
dikategorikan kurang baik karena tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
dokter berada dibawah 100%, dari perspektif bisnis internal kurang baik karena
fasilitas medis belum lengkap dan memadai, dari perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan sudah baik karena tingkat kepuasan pengawai rumah sakit berada di
atas 90% dan tingkat turn over karyawan rendah .
Rumah Sakit Umum Daerah Rantauprapat (RSUD) adalah rumah sakit
kelas B non pendidikan milik Pemerintah Daerah Kabupaten Labuhanbatu, yang
dibentuk dengan SK Permenkes No. 373/Menkes/SK/V/2009 tanggal 13 Mei
2009 tentang Peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Rantauprapat
Kabupaten Labuhanbatu. Sebagai instansi pemerintah yang melayani masyarakat
dibidang kesehatan, maka penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh RSUD Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu harus berpedoman pada
Keputusan

Menteri

Pendayagunaan


Aparatur

Negara

Nomor

63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan
Publik. Pedoman tersebut sebagai acuan bagi seluruh penyelenggara pelayanan
publik dalam pengaturan dan pelaksanaan kegiatan publik sesuai dengan
kewenangannya. Tujuannya adalah mendorong terwujudnya penyelenggaraan
pelayanan publik yang prima dalam arti memenuhi harapan dan kebutuhan baik
pemberi maupun penerima pelayanan.
Rumah sakit ini memiliki 225 buah tempat tidur. Jumlah tenaga kerja 525
orang (dokter PPDS 1 orang, dokter spesialis 22 orang, dokter gigi 7 orang,
perawat 239 orang, bidan 64 orang, SPK 21 orang, pengawai teknisi medis 29

Universitas Sumatera Utara

5


orang, pengawai khusus gizi 10 orang, petugas farmasi 15 orang, perawat gigi 4
orang, petugas Ro Optik 1 orang, petugas rekam medis 4 orang, petugas kesehatan
masyarakat 14 orang dan non kesehatan 94 orang). Pelayanan medis meliputi
spesialis rawat jalan, rawat inap dan penunjang pelayanan medis. (RSUD
Rantauprapat, 2015)
Dari data rumah sakit ini dapat dilihat kinerja pelayanan kesehatannya
melalui Bed Occupancy Rate (BOR) pada tahun 2015 yaitu 72,02% (standar
nasional 60%-85%). Berdasarkan jumlah kunjungan pasien tahun 2013 yaitu
12.651 (19,93%) orang, pada tahun 2014 sebanyak 13.322 (18,05%) orang/tahun
dan pada tahun 2015 sebanyak 11.864 (15,47%).Penerimaan PAD setelah menjadi
BLUD pada tahun 2013 target pendapatan rumah sakit sebesar Rp. 15 milyar
dengan pencapaian sebesar Rp. 22,9 (152,42%) milyar, pada tahun 2014 target
pendapatan rumah sakit sebesar Rp. 26 milyar dengan pencapaian sebesar Rp. 43
(165,23%) milyar dan pada tahun 2015 target pendapatan rumah sakit sebesar Rp.
47 milyar dengan pencapaian sebesar Rp. 45 (96,26%) milyar. Dari prespektif
keuangan maka kinerja pelayanan rumah sakit mengalami penurunan karena
pencapaian pendapatan tidak memenuhi target, dari prespektif internal bisnis
dinilai baik karena sistem rujukan pasien keluar dilakukan sesuai prosedur
berjenjang serta fasilitas rumah sakit cukup lengkap dan memadai, dari prespektif
pertumbuhan dan perkembangan SDM di tahun 2015 sudah dilakukan pengiriman

tenaga medis, perawat dan tenaga lainnya untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan dalam rangka meningkatkan pelayanan agar lebih prefesional (RSUD
Rantauprapat, 2015).

Universitas Sumatera Utara

6

Berdasarkan data jumlah kunjungan pasien rawat jalan tahun 2013
sebelum era JKN yaitu 50.825 (80,06%) orang dan setelah era JKN jumlah
kunjungan pasien meningkat pada tahun 2014 yaitu 60.477 (81,94%) terus
meningkat pada tahun 2015 yaitu 64.806 (84,52%) orang. Rumah sakit terus
berusaha meningkatkan pelayanan. Sarana dan prasarana terus ditambah sesuai
dengan kebutuhan pelayanan meski belum semua terpenuhi. Permasalahan yang
dihadapi di rumah sakit adalah SDM dan fasilitas. Dalam pengadaan peralatan
medis terus ditambah dari tahun ke tahun namun, ada yang harus diganti karena
kondisinya kurang baik. Pembangunan fisik gedung sangat diperlukan dan
direncanakan program tahun untuk meningkatkan kinerja pelayanan. Penambahan
dokter spesialis yang belum terealisasi dan sarana dan prasarana pendukung
seperti SIM RS dan system keamanan RS (security) serta pelatihan-pelatihan

khusus bagi perawat dan tenaga lainnya untuk meningkatkan pelayanan.
Rumah sakit umum Rantauprapat memiliki inovasi dengan pencapaian
yang diperoleh di tahun 2011 adalah terakreditasinya 16 (enam belas) Pelayanan
pada RSUD Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu pada bulan Desember 2011
oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Artinya pelayanan di RSUD
Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu sudah sesuai dengan standar pelayanan
yang sudah ditentukan. Di tahun 2013 RSUD Rantauprapat Kabupaten
Labuhanbatu telah menjadi Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan Surat
Keputusan Bupati Labuhanbatu nomor : 900/01/DPPKAD/2013 tanggal 3 Januari
2013 tentang Penetapan Status Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK-BLUD) Penuh.Program-program yang telah dicapai di tahun

Universitas Sumatera Utara

7

2015 adalah terealisasi nya pembangunan Sarana IPAL ( Instalasi Pengolahan Air
Limbah) dan terealisasinya Tenaga Kontrak Dokter Spesialis kardiologi (Jantung).
Namun disamping, inovasi yang dilakukan rumah sakit mengalami permasalahanpermasalahan yang memberikan dampak negatif seperti memberikan pelayanan
yang kurang baik contohnya pada pasien rawat jalan yang tanpa diperiksa oleh

dokter klinik, pasien selalu diberi pengantar untuk rontgen dan sementara petugas
kasir rontgen keluar ruangan sampai satu setengah jam baru kembali ke pos
sehingga keluarga pasien yang ingin membayar mengalami kesulitan kemudian
hasil rontgen baru selesai di siang hari dan menyerahkan kepada pasien
sementara, pada siang hari dokter klinik sudah tidak ada di poliklinik. Akhirnya,
banyak keluarga pasien kecewa karena tidak tahu harus kemana menyerahkan
hasil rontgen tersebut. Padahal, para pasien yang berobat jalan ke rumah sakit
banyak berasal dari ke luar kota yang cukup jauh. (Metro Andalas. com)
Pada bulan desember 2014 para dokter di RSUD rantauprapat melakukan
aksi mogok pelayanan pasien dengan melibatkan perawat dan bidan sehingga
membuat sebagian pelayanan pasien rawat inap tidak terlayani dan pasien rawat
jalan terganggu. Aksi mogok kerja yang dilakukan karena tidak puas terhadap
manajemen RSUD Rantauprapat yang belum merealisasikan jasa medik bagi para
dokter, perawat dan bidan serta non medis dari dana BPJS. Dan membuat para
pasien dan keluarga pasien kecewa karena tidak mendapat pelayanan. (Harian
Andalas.com )
Pada bulan mei 2015 sejumlah dokter spesialis pindah ke luar daerah yang
membuat pelayanan kesehatan tidak maksimal di rumah sakit. Bupati telah

Universitas Sumatera Utara


8

menyetujui dan menandatangani perpindahan para dokter spesialis sehingga hanya
tinggal satu dokter spesialis di RSUD. Menurut Permenkes no. 56 tahun 2014
tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit bahwa Rumah Sakit tipe B
minimal memiliki dokter spesialis untuk tiga bidang spesialis. Untuk tindakan
endoskopi tidak bisa lagi dilakukan karena dokter spesialisnya pindah dan alatnya
yang sudah ada di rumah sakit terbengkalai dan cepat rusak Karena tidak
difungsikan lagi. (Sindo News.com)
Berdasarkan fenomena-fenomena di atas maka peneliti berminat untuk
“Menganalisis Kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Rantauprapat Kabupaten
Labuhanbatu Berdasarkan Balanced Scorecard Tahun 2016”.
1.2

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang adalah :
1. Bagaimana kinerja RSUD Rantauprapat dalam perspektif keuangan
berdasarkan balanced scorecard ?
2. Bagaimana kinerja RSUD Rantauprapat dalam perspektif pelanggan
berdasarkan balanced scorecard ?
3. Bagaimana kinerja RSUD Rantauprapat dalam perspektif internal bisnis
berdasarkan balanced scorecard ?
4. Bagaimana kinerja RSUD Rantauprapat dalam perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan SDM berdasarkan balanced scorecard ?

Universitas Sumatera Utara

9

1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian yang ingin dicapai

adalah :
1.

Untuk menganalisis dan mendeskripsikan kinerja RSUD Rantauprapat
dalam perspektif keuangan berdasarkan balanced scorecard.

2.

Untuk menganalisis dan mendeskripsikan kinerja RSUD Rantauprapat
dalam perspektif pelanggan berdasarkan balanced scorecard.

3.

Untuk menganalisis dan mendeskripsikan kinerja RSUD Rantauprapat
dalam perspektif internal bisnis berdasarkan balanced scorecard.

4.

Untuk menganalisis dan mendeskripsikan kinerja RSUD Rantauprapat
dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan SDM berdasarkan
balanced scorecard.

1.4

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sbagai berikut:

1. Bahan informasi dan masukandalam peyusunan program dan kebijakan
menyangkut kinerja RSUD Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu.
2. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis
dibidang manajemen

khususnya

mengenai

penilaian

kinerja

dengan

menggunakan Balanced Scorecard.
3. Bagi FKM USU Medan menjadi bahan referensi dan menjadi bahan
perbandingan bagi mahasiswa yang tertarik melakukan penelitian dengan
metode balanced scorecard di perusahaan/rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara