PENERAPAN JIT JUST IN TIME UNTUK PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA SISTEM LOGISTIK DI PERUM BULOG SUB DIVISI REGIONAL SURABAYA

PENERAPAN JIT (JUST IN TIME ) UNTUK PENGENDALIAN PERSEDIAAN PADA
SISTEM LOGISTIK DI PERUM BULOG SUB DIVISI REGIONAL SURABAYA
Burhan, Iffan Maflahah, RP. Wildan M.I.
Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo
Korespondensi : Jl. Raya Telang PO BOX 2 Kamal-Bangkalan

ABSTRAK
Persediaan identik dengan penumpukan sejumlah uang atau investasi yang akan
mengganggu aliran kas suatu perusahaan, terlebih jika persediaan tersebut tidak bergerak dan
menumpuk. Peningkatan jumlah persediaan perusahaan rentan menyebabkan terjadinya dead stock.
Just In Time merupakan suatu filosofi yang berfokus pada upaya untuk menghasilkan produk dalam
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, pada tempat dan waktu yang tepat. Kanban adalah
suatu istilah dalam bahasa jepang yang artinya serupa dengan visual record or signal (catatan yang
kelihatan atau tanda). Pada umumnya alat kanban yang dipergunakan adalah kartu, sehingga sering
disebut sebagai kartu kanban. Perhitungan kartu kanban digunakan untuk mengontrol banyaknya
persediaan yang dibutuhkan. Perum BULOG Sub Divisi Regional Surabaya merupakan lembaga
negara yang bertugas untuk menjaga stabilitas pangan dan ketahanan pangan nasional. Secara
aktual BULOG menyerap semua persediaan yang ada pada petani ataupun supplier. Tentunya hal ini
merupakan suatu pemborosan. Usulan Penerapan sistem JIT dengan menggunakan kanban pada
penelitian ini untuk pengendalian persediaan menunjukkan penurunan rata-rata 72,76% untuk setiap
bulannya. Hasil yang didapatkan untuk penggunaan kartu kanban, rata-rata sebanyak 13 kartu.

Selain itu aliran informasi menjadi lebih jelas dan tidak membingungungkan. Sehingga tidak ada
penumpukan barang yang berlebihan di dalam gudang.

Kata kunci :`JIT (Just In Time), kanban, Pengendalian Persediaan
PENDAHULUAN
Beras memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia dipandang
dari aspek ekonomi, tenaga kerja, lingkungan hidup, sosial, budaya dan politik. Masalah beras bukan
hal yang sederhana dan sangat sensitif sehingga penanganannya harus dilakukan secara hati-hati
mengingat beras merupakan kebutuhan pangan utama masyarakat Indonesia. Perum BULOG
merupakan salah satu lembaga pemerintah yang berfungsi untuk mengendalikan stabilitas harga dan
penyediaan beras, terutama pada tingkat konsumen. Sistem persediaan pada Perum BULOG
merupakan salah satu hal yang sangat penting mengingat fungsi dari BULOG sendiri adalah sebagai
buffer stock.
Secara umum sistem persediaan yang ada di Perum BULOG saat ini adalah sistem FIFO
(First In First Out) barang yang dihasilkan/diperoleh terlebih dahulu dikeluarkan/dijual terlebih
dahulu dan LIFO (Last In First Out) barang yang dihasilkan/diperoleh terlebih dahulu
dikeluarkan/dijual terakhir. Dalam sistem ini, BULOG menggunakan kartu staffle sebagai alat
informasi persediaan di dalam gudang.
Prinsip FIFO dan LIFO ini dipandang memiliki beberapa kelemahan yang dapat
mengakibatkan timbulnya inefisiensi dan ketidaktepatan informasi yang diterima yaitu besarnya biaya

perawatan dan besarnya jumlah persediaan beras. Ketidaktepatan saluran informasi pemesanan
diakibatkan oleh banyaknya kartu informasi pada saat kegiatan operasional di gudang. Banyaknya
jumlah persediaan dan kartu informasi merupakan suatu waste (pemborosan).
Just In Time merupakan suatu filosofi yang berfokus pada upaya untuk menghasilkan produk
dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, pada tempat dan waktu yang tepat. Tujuan
utama Just In Time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai
melalui usaha pengendalian persediaan, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.
Melihat pokok permasalahan yang dihadapi oleh Perum BULOG khususnya di Sub Divisi
Regional Surabaya, peneliti berkeinginan mengkaji penerapan sistem JIT (Just In Time) atau sistem

produksi tepat waktu untuk pengendalian persediaan pada sistem logistik Perum BULOG Sub Divisi
Regional Surabaya.
METODE PENELITIAN
Tahapan penelitian ini adalah suatu kerangka penelitian yang berisikan pendekatan
metodologi dan langkah-langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu masalah. Salah satu
bagian penting yang mendukung keberhasilan penelitian adalah kejelasan metode yang menjadi
kerangka acuan dalam tata aturan pelaksanaan penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, yaitu studi untuk mengadakan perbaikan
terhadap suatu keadaan terdahulu. Penelitian dilakukan terhadap suatu permasalahan yang ada dengan
tujuan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Pada penelitian ini, untuk

memperoleh data, dilakukan eksperimen nyata dilapang serta pengkajian literatur dari berbagai sumber
baik dari buku, jurnal maupun tugas akhir atau hasil penelitian lainnya.
Secara garis besar pelaksanaan penelitian ini dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, adapun
tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1.
Mulai

Pemilihan Judul:
Penerapan JIT (JUST IN TIME) Untuk Pengendalian Persediaan Pada Sistem
Logistik Di Perum BULOG SUB Divisi Regional Surabaya

Penyusunan Program Penelitian Dengan
Metode JIT (JUST IN TIME)

Tahap I
Persiapan

Persetujuan

Tidak


Perbaikan

Ya

Studi Lapang

Studi Literatur

Identifikasi Masalah

Metode FIFO di
BULOG

Tahap II
Pengumpulan Data

Data Logistik
Jumlah Persediaan
Jumlah Pengadaan
Jumlah Pengiriman dan Permintaan


Sistem Tumpukan Beras

Penerapan Metode JIT (JUST IN TIME)
Dengan menggunakan kartu KANBAN

Ya

Perancangan Kartu
KANBAN

Hasil Perancangan Perbaikan
dengan KANBAN
Tidak
Tahap III
Interprestasi Data dan
Pengambilan Keputusan

Rancangan Sistem
KANBAN


Ya
Penerapan

Selesai

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Persediaan Perum Bulog
Sebagian besar sistem penyimpanan yang dianut Gudang Bulog Buduran II adalah sistem
penyimpanan jangka pendek (Short Term Storage System – masa simpan paling lama 1 tahun). Hanya
pada kondisi tertentu, aplikasi penyimpanan non-konvesional jangka panjang (Long Term Storage
System) dilakukan dan tidak bersifat permanen.
Perum BULOG menjalankan persediaan barang simpan berdasarkan prinsip sistem FIFO
(First In First Out). Komoditas yang terlebih dahulu masuk, maka pengeluarannya pun akan segera
didahulukan. Apabila dalam keadaaan tertentu, yang dimungkinkan adanya permasalahan khusus akan
dilakukan dengan sistem prioritas yang disebut sistem LIFO (Last In First Out). Terdapat dua jenis
sistem FIFO yaitu:
Penyimpanan

Selama masa penyimpanan di dalam gudang, komoditas yang disimpan akan mengalami
gangguan fisik, mekanis, biologis, sosiologis dan proses kimia. Kerusakan yang terjadi akibat
gangguan tersebut dapat berupa kehilangan kandungan nutrisi dan harga.
Perum BULOG dinilai cukup baik dalam mengelola dan melakukan pengaturan
penyimpanan sedemikian rupa sesuai dengan sifat dan karakteristik komoditas yang disimpan, agar
dapat mencegah atau menekan sekecil mungkin timbulnya kerusakan dan kerugian terhadap barang itu
sendiri maupun barang lain yang berada di dalam gudang.
Sistem Penumpukan Barang
Teknik penumpukan barang di dalam gudang Perum BULOG merupakan salah satu faktor
yang cukup berpengaruh terhadap ketahanan komoditas yang disimpan. Sistem penumpukan
komoditas gudang Perum BULOG, lebih dikenal dengan istilah sistem penstafelan yaitu menyusun
tumpukan komoditas beras secara manual yang dikerjakan oleh pekerja/buruh gudang yang dipimpin
oleh seorang mandor dibawah pengawasan Kepala Gudang.
Dalam penumpukan barang, komoditas yang baik dipisahkan dengan komoditas yang rusak.
Penyusunan tumpukan dilakukan secara teratur di atas alas yang dikenal pallet (flonder ) dengan
ukuran panjang 1,5 m dan lebar 1 m yang diatur secara rapi. Penumpukan dengan menggunakan pallet
bertujuan untuk mempermudah proses perhitungan jumlah barang/koli setiap tumpukan dalam stafel
serta kelembaban lantai tidak mempengaruhi kualitas tumpukan beras.
Pengeluaran
Pergudangan Bulog Buduran II mempunyai tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan

usaha logistik pangan. Salah satu kegiatannya ialah mengadakan Program Beras untuk Keluarga
Miskin (Raskin). Meskipun tergolong program yang terbaik diantara program pengentasan kemiskinan
yang ada, namun masih perlu disempurnakan pelaksanaannya khususnya dalam hal pengendalian.
Sehingga sudah selayaknya jika program Raskin dapat dilaksanakan secara efektif dan
menyalurkannya kepada sasaran yang tepat.
Alokasi daerah yang telah mendapat bantuan Raskin antara lain mencakup daerah
Kabupaten/Kota Surabaya, Sidoarjo dan Gresik. Program penyaluran Raskin oleh Perum Bulog untuk
setiap RTM mendapatkan jatah Raskin sebanyak satu karung yang berisi 15 kg dari kelurahan tiap-tiap
daerah dengan rekomendasi Bupati/Walikota.

Penerapan Metode JIT (just in Time) terhadap Sistem Pengendalian Persediaan di
Pergudangan Bulog
Langkah-langkah persiapan tersebut harus dilakukan secara bertahap agar rantai sistem
kanban dapat terintegrasi dengan baik mulai dari pengadaan beras, penyimpanan beras dipergudangan
sampai pada penyaluran kepada konsumen.
langkah-langkah penting yang harus dilakukan antara lain:
Analisis Sebab-akibat dari target pebaikan sesuai kondisi yang ada pada lini pergudangan.
Dalam melakukan perubahan ataupun evaluasi sebuah sistem hendaknya mengetahui
penyebab dan akar permasalahan yang ditimbulkan oleh sistem tersebut. Penerapan sistem JIT adalah
salah satu sistem yang memiliki kelebihan untuk mengidentifikasi permasalahan dengan cepat. Karena

jika kesalahan terjadi sistem akan seketika berhenti dan melakukan perbaikan pada kesalahan tersebut

sehingga didapatkan produk yang bebas cacat pada akhirnya dan pemborosan dapat segera
dihilangkan.
Hal ini membutuhkan kerjasama dan koordinasi yang baik oleh seluruh pekerja sehingga
sistem JIT dapat berjalan dengan baik dan tercipta continues flow production. Beberapa sebab dan
akibat permasalahan yang ada pada lini pergudangan Bulog tersaji pada Gambar 3.1.

Gudang

Mitra kerja
Mutu beras

Terlalu Cepat

Proses Pengiriman

Sistem FIFO
Kunci Salah


Lama Sewa

Penumpukan

Barang lama

Penjadwalan

Transportasi

Tinggi Tumpukan
Macet

Pemborosan (Waste)

Konsentrasi
Ketelitian

Tidak Teratur


Pendidikan

Rusak

Kesehatan

Banyak

Aliran Informasi

Keahlian
Kecapekan

Kartu Stafle
Tidak tepat

Pengalaman
Terselip

Staf Gudang

Sistem Informasi

Gambar 2. Diagram tulang ikan terjadinya pemborosan (waste)
Perancangan Sistem Kanban
Perancangan merupakan tahap awal yang sangat penting dan sulit dilakukan karena di dalam
gambaran perancangan sistem harus terlihat secara jelas dan detail berbagai aktivitas yang harus
dilakukan dalam sistem kanban.
Perancangan sistem dilakukan agar seluruh rantai proses dalam sistem kanban dapat
dijabarkan secara detail mulai dari proses pengadaan per hari, dan pengiriman penerimaan beras dari
masing-masing mitra kerja serta mengetahui dengan jelas kebutuhan informasi dan cara mendapatkan
informasi, peralatan dan pelengkapan, operator pelaksana serta lokasi aktivitas. Dalam penelitian ini
tipe kanban yang digunakan yaitu kanban tarik, karena mengingat tidak ada proses yang dilakukan di
gudang produk jadi. Sehingga diperkirakan jika menggunakan kanban perintah produksi malah akan
memakan waktu yang lama. Penyelesaian pekerjaan menjadi tidak efisien dan membuat biaya
produksi lebih tinggi akibat penggunaan kanban yang tidak diperlukan.

Kanban tarik

Pada dasarnya kanban tarik bergerak di antara pusat-pusat kerja dan digunakan sebagai alat
yang sah untuk memindahkan part atau material dari satu pusat kerja ke pusat kerja yang lain dalam
sistem kanban, kanban tarik harus selalu mengikuti aliran material dari satu proses ke proses yang lain
(dari proses sebelum ke proses sesudahnya). Kanban tarik berfungsi untuk mengambil material atau
part.
Kotak kanban

Kotak kanban digunakan untuk menempatkan kanban yang mana operator telah
mengeluarkan beras pada staffle. Box kanban ditempatkan di dekat ruang masing-masing pengawas
gudang yang berada di setiap lini pergudangan. Kotak dirancang sedemikian rupa agar kanban mudah
dimasukkan ke dalamnya dan dikeluarkan kembali.

Papan Informasi Untuk Antrian Kanban

Papan Informasi digunakan untuk menempatkan antrian kanban yang barangnya belum
diproses oleh masing-masing petugas. Papan Informasi ditempatkan di dekat ruang masing-masing
pengawas gudang yang berada di setiap lini pergudangan. Papan Informasi dirancang sedemikian rupa
agar kanban mudah dimasukkan ke dalamnya dan dikeluarkan kembali. Hal ini akan membantu
petugas atau operator gudang untuk mengontrol serta mengetahui jumlah barang dan persediaan yang
ada.
Aliran Proses Permintaan barang dengan Kanban
Data jumlah rumah tangga miskin (RTM) digunakan oleh Bupati/Walikota untuk
mengajukan Surat Permintaan Alokasi (SPA) beras kepada Kadivisi regional/Kasubdivisi regional
dengan dilampiri rencana distribusi dan jumlah keluarga miskin per Kecamatan/Kelurahan/Desa.
Berdasarkan SPA beras tersebut, Kepala Sub Divisi regional Perum BULOG menerbitkan
(SPPB)/Delivery Order (DO) beras kepada Satgas sesuai jumlah dan jadwal permintaan alokasi yang
diajukan oleh Bupati/Walikota.
Pada mulanya BULOG akan mencari pemasok dengan melakukan lelang terlebih dahulu,
baik melalui media elektonik, media cetak ataupun media massa lain. Dalam proses pelelangan ini
BULOG mempunyai tujuan untuk mencari pemasok yang dapat memenuhi kebutuhan logistik
BULOG terutama beras/gabah sesuai dengan permintaan dan pesanan yang ada.
Dalam rangka kelancaran pelaksanaan pendistribusian ini Satgas Sub Divisi regional Perum
BULOG harus selalu membawa kartu kanban pada semua penarikan barang sebagai alat informasi
yang sah. Setelah melakukan proses pengambilan, kartu kanban harus diletakkan ke papan informasi
kanban sebagai sinyal untuk melakukan proses selanjutnya dan proses sebelum agar dapat meminta
kembali barang yang dibutuhkan dengan tepat waktu sesuai dengan pesanan/kebutuhan. selanjutnya
satgas mengadakan kegiatan koordinasi dengan Pemda setempat untuk disalurkan langsung kepada
konsumen yang telah terdaftar.
Proses Pemesanan dan Pengiriman dengan kartu kanban dan Implementasi JIT

Pengiriman part dari proses sebelum harus sesuai dengan informasi pemesanan yang
diberikan melalui kanban tarik yang diberikan. Beberapa informasi penting yang harus diperhatikan
oleh proses sesudah antara lain adalah nama dan nomor tumpukan yang dipesan, jumlah pemesanan,
dan kelengkapan kanban.
Dalam Gambar 3.2 dapat dijelaskan bahwa proses pengadaan dan pengeluaran beras dengan
menggunakan kartu kanban harus mengalir secara terus menerus dengan selalu menggunakan kartu
kanban sebagai alat informasi mulai dari pemesanan barang hingga pada pengeluaran barang.
Sehingga perputaran barang dapat dengan cepat tersalur pada waktu yang tepat, jumlah yang tepat dan
kondisi barang yang masih fresh.
Pertama pesanan muncul dari pemerintah setempat berdasarkan SPA yang ada, kemudian
pemerintah akan melakukan order kepada Bulog. Setelah itu bulog harus segera meminta barang
kepada mitra kerja dengan menggunakan kartu kanban. Mitra kerja akan segera melakukan pengadaan
sesuai dengan kanban tarik yang telah diterima dan kanban harus selalu di sertakan dalam setiap
proses pengadaan.
Proses pengiriman barang dilakukan dengan menggunakan truk sebagai alat angkut yang
akan dibawa menuju gudang Bulog untuk melakukan uji timbang. Sistem aktual yang ada dalam
sistem persediaan Bulog adalah sistem FIFO, barang yang masuk pertama akan keluar terlebih dahulu.
Tentunya prinsip ini sudah cukup bagus untuk melakukan tindakan pengendalian terhadap persediaan
tetapi sistem ini justru akan merugikan jika arus perputaran stock tidak bergerak secara cepat karena
barang yang datang terlebih dahulu akan mengalami kerusakan dan penurunan kualitas akibat dari
lamanya penumpukan. Oleh sebab itu digunakan sistem JIT (Just In Time) dengan kartu kanban
sebagai alat kontrol sehingga barang akan bergerak sesuai dengan jumlah pesanan dan jadwal
permintaan.
Disamping itu, BULOG harus juga menyediakan buffer stock untuk pemerintah guna
cadangan pangan dan sebagai anticipation stock jika terjadi bencana alam ataupun peningkatan jumlah
penduduk. Oleh sebab itu dalam melakukan pesanan dengan menggunakan kartu kanban, safety stock
yang ditetapkan pemerintah akan dihitung pula sebagai permintaan. Setelah pengadaan dalam gudang

selesai BULOG akan segera menyalurkan beras sesuai dengan SPA yang telah diterbitkan. Sehingga
konsumen mendapatkan beras tepat waktu dan sesuai dengan jumlah yang dipesan.
Proses Pengadaan dan Pengeluaran beras dengan KANBAN pada pergudangan BULOG
BULOG
Pemerintah

Mitra Kerja
KANBAN
tarik

KANBAN
tarik

konsumen

Distribusi

Pengeluaran

FIFO
Pengadaan

gudang

Truk beras

Safety
stock

Gambar 3.2 Proses Pengadaan dan Pengeluaran Beras dengan Kanban
Proses pemeriksaan kelengkapan pengiriman barang

Proses ini diawali dengan menerima kanban pengiriman dari proses sebelum. Beberapa hal
penting yang perlu diperiksa oleh petugas penerimaan antara lain:
1.
2.
3.

4.

Memeriksa kesesuaian tanggal dan jam kedatangan sesuai yang tertulis pada kanban dan jadwal
produksi perhari.
Memeriksa kelengkapan pengiriman sesuai dengan spesifikasi dan jumlah barang yang tertulis
pada kanban.
Memeriksa kelengkapan jumlah kanban dan memastikan kanban ditempatkan pada sisi luar box
atau kantung kanban.
Mengisi jadwal produksi perhari sebagai tanda bukti kelengkapan penerimaan.

Proses Pemakaian dan Penempatan Kanban Pada Gudang

Perancangan dari proses ini sangat penting dibuat dan untuk kemudian disosialisasikan pada
masing-masing operator agar dilakukan, karena proses ini menjadi salah satu faktor penting agar
kanban dapat bersirkulasi dengan baik. Pada saat barang pertama kali diambil kartu kanban
dimasukkan dalam box kanban yang terdapat pada ruang kepala bagian. Apabila kanban tidak diambil
dan diletakkan di dalam box kanban oleh operator pada saat barang pertama kali digunakan, maka
dapat menyebabkan kanban hilang maka tidak akan ada kanban tarik. Proses perhitungan jumlah yang
terjadi pada sistem nyata dihilangkan, karena dianggap pemborosan kerja.
Jika produk yang dinginkan tidak ada maka pihak gudang produk jadi akan meminta produk
tersebut kepada mitra kerja ataupun UPGB milik Bulog dengan menggunakan kanban pengambilan
yang terletak di pos kanban pengambilan di gudang produk jadi diangkut dengan buruh angkut.
Seharusnya pengangkutan menggunakan forklift atau conveyor lebih disarankan dalam sistem JIT
untuk memudahkan dalam pengambilan barang ataupun melakukan penumpukan.
Perhitungan Jumlah Kartu kanban
Dalam Perusahaan, penentuan kartu kanban biasanya dilakukan oleh perencana material
(material planner ) yang bertanggung jawab untuk mengeluarkan banyaknya kartu-kartu kanban.
Perencana material, bagaimanapun tidak dapat menentukan ukuran lot (lot sizes) tanpa memperhatikan
kapasitas pabrik dan kontainer yang digunakan untuk mengangkut barang.

Perhitungan dilakukan di lini pergudangan pada proses penerimaan barang dan pengiriman
barang. Kanban yang akan digunakan adalah kanban tarik (Withdrawal Kanbans).
Banyaknya kanban yang dikeluarkan untuk mengontrol persediaan pada lot tertentu biasanya
dihitung dengan menggunakan formula berikut:
Banyaknya kanban =

Permintaan Harian x Waktu Tunggu X Faktor …….(3.1)
pengaman
Ukuran Kontainer

Permintaan harian (units daily demand) merupakan tingkat produksi harian untuk suatu
barang. Waktu tunggu merupakan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu barang atau
waktu tunggu untuk memperoleh yang dibeli. faktor pengaman (safety factor ) biasanya merupakan
peningkatan persentase dalam banyakya kartu informasi yang dikeluarkan dan diberlakukan sebagai
ukuran persediaan pengaman (buffer inventories). Koefisien untuk faktor pengaman ditentukan
berdasarkan kebijakan manajemen. Sedangkan ukuran kontainer adalah kuantitas barang yang
diotorisasi untuk kanban tarik pada saat pengambilam material atau barang, ditentukan berdasarkan
kapasitas alat angkut atau pertimbangan lainnya.
Dalam perum BULOG kebutuhan beras yang diminta adalah sebesar 145, 462 ton/hari untuk
bulan januari. Hasil ini didapatkan dari pembagian jumlah kebutuhan yang diminta dengan banyaknya
hari kerja yaitu 20 hari. Waktu tunggu untuk pemesanan beras dari pemasok selama dua hari dan
kapasitas dari kontainer untuk mengankut beras yaitu 30 ton. Kemudian dari hasil wawancara yang
dilakukan kepada kepala gudang Perum BULOG faktor pengaman yang ditetapkan oleh Sub Divisi
regional adalah 1,1. Berdasarkan informasi dan data tersebut, maka banyaknya kartu kanban yang
akan dikeluarkan tersebut adalah:
Banyaknya kanban =

145,462 . 2
 10
30

Perhitungan diatas menunjukkan bahwa Perum BULOG membutuhkan sepuluh kartu kanban
dengan masing-masing kanban memiliki ukuran kontainer 30 ton pada bulan januari. Dari sepuluh
kartu kanban ini, sembilan kartu kanban digunakan untuk menjalankan proses dan satu kanban
tambahan digunakan sebagai pengaman yang disediakan sampai proses produksi telah menjadi stabil
dan dapat diperkirakan dengan baik. Jika faktor pengaman telah menjadi 1,0 berarti telah mencapai
kondisi ideal dari JIT (Just In Time), karena tidak ada lagi stok pengaman yang digunakan.
Berdasarkan hasil tersebut, kartu kanban tambahan (additional kanban card) yang beredar
atau berada dalam sirkulasi digunakan sebagai indikator perbaikan proses, dimana semakin sedikit
kartu kanban tambahan yang beredar atau berada dalam sirkulasi berarti proses semakin baik.
Perhitungan kanban untuk bulan selanjutnya dapat dilihat dalam Tabel.1.

Tabel 1 Perhitungan Kartu Kanban
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember

Permintaan
145,462
200,981
190,172
161,112
143,228
178,919
155,566
323,044
65,829
244.277
194,075
324,393

Waktu
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

Faktor
1,1
1,1
1,1
1,1
1,1
1,1
1,1
1,1
1,1
1,1
1,1
1,1

Kapasitas
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30

Banyaknya
10
15
13
12
11
13
11
23
5
16
14
23

Analisis Tingkat Perbandingan Sistem Persediaan JIT dengan Sistem Aktual
Tingkat persediaan material di lini pergudangan adalah salah satu parameter utama yang
diestimasikan dalam penelitian ini. Pada tahapan ini dianalisis tingkat persediaan dalam gudang

dengan sistem yang ada saat ini dan persediaan dalam gudang dengan sistem informasi kanban yang
dirancang. Data yang diamati dalam penelitian ini merupakan kuantitas beras yang tersedia pada saat
pengadaan dan permintaan beras yang ada pada Perum BULOG selama satu tahun. Perbandingan
tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.2. Stok aktual merupakan jumlah sisa persediaan dari
pengadaan sebelumnya, dibandingkan dengan jumlah maksimum tingkat persediaan sistem
kanban . Sehingaa dapat dikatakan bahwa stok adalah pengadaan dikurangi dengan permintaan,
dapat dituliskan secara definisi sebagai berikut: Pengadaan – Permintaan = Stok (persediaan).
Kapasitas tumpukan merupakan batas maksimal penumpukan yang ada pada gudang
BULOG. Untuk setiap satu tumpukan atau satu staffle dalam gudang BULOG memuat barang dengan
berat 135.000 kg. Stok maksimum sistem kanban merupakan jumlah kanban yang beredar dikalikan
dengan kapasitas staffle atau tumpukan pada gudang.
Menurut definisi JIT (Just In Time) adalah upaya untuk menghasilkan produk dalam jumlah
yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan pada tempat dan waktu yang tepat. Tentunya jika sistem JIT
ini diterapkan jumlah pengadaan haruslah sesuai pula dengan banyaknya permintaan. Sehingga
BULOG dapat meminimasi persediaan yang berlebih yang tidak memiliki nilai tambah. Persediaan
yang berlebihan dianggap sebagai waste/pemborosan dalam sistem JIT. Dalam gudang BULOG
terdapat kartu staffle yang berfungsi sebagai kartu informasi dan alat pengendalian persediaan.
Penggunaan kartu staffle ini berjumlah 32 lembar untuk setiap harinya, dimana kartu ini
diletakkan pada 16 tumpukan dan masing-masing tumpukan memiliki dua kartu staffle, tentunya
hal ini merupakan suatu pemborosan dan kemungkinan kesalahan pemberian informasi lebih
besar.
Tabel 3.2. Perbandingan Antara Stok Aktual dengan Stok Sistem Kanban
Bulan

Permintaan

Sebelum JIT
Stok Aktual

Setelah JIT

Jumlah

Kapasitas

Penurunan
Awal

Stok

1

2

3

4

5

6=4*5

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember

969.745
1.315.575
1.928.875
1.222.227
1.734.567
1.378.385
1.411.316
1.260.875
2.864.597
891.316
2.042.225
1.803.434

7.619.414,55
4.627.912,55
1.854.693,55
13.744.861,55
19.688.384,55
22.079.654,55
19.904.473,55
13.507.109
12.347.043,55
7.617.844,00
3.800.844,00
10.548.524,00

10
15
13
12
11
13
11
23
5
16
14
23

135.000
135.000
135.000
135.000
135.000
135.000
135.000
135.000
135.000
135.000
135.000
135.000

1.350.000
2.025.000
1.755.000
1.620.000
1.485.000
1.755.000
1.485.000
3.105.000
675.000
2.160.000
1.890.000
3.105.000

7=(36/3)*100%
82,28
56,24
5,38
88,21
92,46
92,05
92,53
77,01
94,53
71,64
50,27
70,56

Dalam sistem JIT, kartu kanban digunakan sebagai alat yang sah dalam melakukan
semua kegiatan ataupun proses. Rata-rata hasil pengeluaran kartu kanban yang didapatkan dari
Tabel 4.1. adalah 13 kartu kanban. Sehingga aliran informasi bisa lebih tepat dan mengurangi
penggunaan kertas.
Stok antara persedian aktual dan kanban pada Tabel 3.2 mengalami rata-rata penurunan
sekitar 72,76% untuk setiap bulannya dan rata-rata persediaan dengan menggunakan kartu kanban
sebesar 1.867.500 kg/bulan. Kondisi ini tentunya melibatkan semua sumber daya yang ada pada Perum
BULOG dan para stake holder mengingat penerapan sistem JIT membutuhkan fleksibilitas dan
ketransparan informasi yang benar-benar tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Arwani A. 2009. Warehouse Check Up: Menjadikan Gudang Sebagai Keunggulan Kompetitif, cetakan
pertama. PT. Mitra Kerjaya Indonesia. Jakarta.
Bowersox DJ, RA Edwards, M Wooton. 2005. Supply Chain Logistics Management. MacGraw-Hill
Companies. New York.

Dhewanto W, Falahah. 2007. ERP Menyelaraskan Teknologi Informasi Dengan Strategi Bisnis,
INFORMATIKA. Bandung.
Furqon A. 2006. Penerapan sistem Just in time pada perusahaan Otomotif. [Tesis yang tidak
dipublikasikan, program studi magister manajemen agribisnis sekolah pasca sarjana Institut
Pertanian Bogor. Jawa barat].
Gaspersz. V. 2005. Production Planning and Inventory Control: Berdasarkan Pendekatan Sistem
Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufakturing 21, edisi revisi, cetakan kelima. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Halim A dan BA Riyanto. 2005. Mengenal Sistem Produksi JIT Dan Pengaruhnya Pada Sistem
Akutansi Biaya. Kelola 4:2-5.
Harington HJ. 1991. Business P rocess Improvement . McGraw-Hill. New York
Heizer J and B Render. 2006. Operations Management. Pearson Education. New Jersey
Indrajit ER dan R Djokopranoto. 2002. Konsep Supply Chain Management, cetakan kedua. PT.
Grasindo. Jakarta.
Shofari B. 2006. Just In Time dalam manajemen logistik. Jurnal: 21.
Wijaya BS dan A Darudiato. 2009. Aplikasi Just In Time Pada Perusahaan Indonesia. Universitas
Sebelas Maret. Surabaya.