KEEFEKTIFAN MODEL TEAM ASSISTED TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SDN GUGUS LARASATI GUNUNGPATI SEMARANG

(1)

KEEFEKTIFAN

MODEL

TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V

SDN GUGUS LARASATI GUNUNGPATI SEMARANG

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

ANISA ROHMAH 1401412133

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016


(2)

(3)

(4)

iv


(5)

v

MOTO:

Dengan ilmu kita menuju kemuliaan. (Ki Hajar Dewantara)

Jika orang lain bisa, saya juga bisa. Mengapa pemuda-pemuda kita tidak bisa jika mau berjuang. (Abdul Muis)

PERSEMBAHAN:

Skripsi ini dipersembahkan kepada: Ayah (Sugiyo) dan Ibu (Sulistyowati) yang selalu memberi semangat dan


(6)

vi

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti mendapat kemudahan menyelesaikan penyusunan Skripsi “Keefektifan Model Team Assisted Individualization terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang ”. Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada. 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas Negeri Semarang.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah membantu memperlancar jalannya penelitian.

4. Arif Widagdo, S.Pd., M.Pd., selaku dosen penguji utama skripsi yang telah menguji dengan teliti dan memberikan banyak masukan kepada peneliti.

5. Drs. Mujiyono, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi.


(7)

vii

6. Dra. Wahyuningsih, M.Pd., Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi.

7. Sugeng Setyadi, S.Pd., Kepala SDN Plalangan 01 yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengambil data dan mengadakan penelitian.

8. Hj. Wardiyah, S.Pd., SD., Kepala SDN Plalangan 02 yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengambil data.

9. Dra. Murdiyati, Kepala SDN Plalangan 03 yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengambil data.

10. Isrom Ismail, S.Pd., Kepala SDN Plalangan 04 yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengambil data dan mengadakan penelitian.

11. Wahyu Sri Sejati, S.Pd., M.Pd., Kepala SDN Sumurejo 01 yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengambil data.

12. Drs. Suyanto, M.S.I., Kepala SDN Sumurejo 02 yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk mengambil data dan melakukan uji coba soal.

13. Semua pihak yang telah banyak membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

Hanya kepada Allah SWT bertawakal dan memohon hidayah dan inayah-Nya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Semarang, 31 Agustus 2016 Peneliti,

Anisa Rohmah 1401412133


(8)

viii

ABSTRAK

Rohmah, Anisa. 2016. Keefektifan Model Team Assisted Individualization Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Gugus Larasati

Gunungpati Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembmbing I: Drs. Mujiyono, M.Pd., Pembimbing II: Dra. Wahyuningsih, M.Pd.

Latar belakang penelitian adalah rendahnya hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang. Ditemukan beberapa masalah: ada kecenderungan guru telah membentuk kelompok-kelompok diskusi dalam kegiatan belajar tetapi kurang mengetahui model apa yang digunakan, dalam pembelajaran hanya beberapa siswa saja yang aktif bertanya jawab, kurangnya pengawasan dalam aktivitas diskusi, kurangnya kerjasama yang baik antar siswa, dan pemanfaatan media belajar yang kurang optimal. Hal ini menyebabkan masih banyak siswa yang nilainya di bawah KKM. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: (1) keefektifan model TAI, (2) keefektifan model GI, (3) model TAI lebih efektif daripada model GI.

Desain penelitian eksperimen ini nonequivalent control group. Sampel penelitian adalah 34 siswa kelas V SDN Plalangan 04 sebagai kelompok eksperimen dan 37 siswa kelas V SDN Plalangan 01 sebagai kelompok kontrol. Pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan tes. Analisis data menggunakan uji Liliefors, uji Barlett, kesamaan rata-rata dengan uji tdua pihak, uji hipotesis 1 dan 2 dengan uji z, hipotesis 3 dengan uji t satu pihak, uji t gain, dan tgain ternormalisasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pada kelas eksperimen harga ݖ௛௜௧௨௡௚ ൐ ݖ௧௔௕௘௟ (2,57438 > 1,64), artinya model TAI efektif terhadap hasil

belajar IPS; (2) pada kelas kontrol harga ݖ௛௜௧௨௡௚ ൐ ݖ௧௔௕௘௟ (2,372895 > 1,64), artinya model GI efektif terhadap hasil belajar IPS; (3) harga ݐ௛௜௧௨௡௚ > ݐ௧௔௕௘௟ (2,254771 > 1,67), artinya model TAI lebih efektif daripada model GI. Simpulan penelitian adalah (1) model TAI efektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang, (2) model GI efektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang, (3) model TAI lebih efektif daripada model GI terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang.

Saran penelitian adalah (1) Guru hendaknya dapat menjadi fasilitator siswa dalam bekerja kelompok agar satu sama lain dapat aktif dalam berdiskusi, (2) guru diharapkan dapat memahami sintak model TAI dan dapat menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan baik, (3) guru diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran, termasuk melaksanakan bimbingan kelompok.


(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1 Kajian Teori ... 11

2.1.1 Belajar dan Pembelajaran ... 11

2.1.2 Hasil Belajar ... 17

2.1.3 Pendidikan IPS di SD ... 20

2.1.3.1 Hakikat IPS ... 20

2.1.3.2 Tujuan IPS ... 20

2.1.3.3 Karakteristik Pendidikan IPS SD ... 21

2.1.4 Model Pembelajaran ... 23

2.1.5 Model TAI ... 24

2.1.6 Model GI ... 26

2.2 Kajian Empiris ... 28


(10)

x

2.4 Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

3.1 Jenis dan Desan Penelitian ... 34

3.2 Prosedur Penelitian ... 35

3.3 Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

3.4.1 Populasi Penelitian ... 36

3.4.2 Sampel Penelitian ... 37

3.5 Variabel Penelitian ... 37

3.6 Metode pengumpulan Data ... 38

3.6.1 Dokumentasi ... 38

3.6.2 Tes ... 38

3.7 Uji Coba Instrumen, Validitas, Reliabilitas ... 39

3.7.1 Uji Coba Instrumen ... 39

3.7.2 Validitas ... 40

3.7.3 Reliabilitas ... 41

3.7.4 Daya Pembeda ... 42

3.7.5 Tingkat Kesukaran ... 43

3.8 Analisis Data ... 44

3.8.1 Analisis Data Awal ... 45

3.8.1.1 Data Nilai UAS ... 45

3.8.1.1.1 Uji Normalitas ... 45

3.8.1.1.2 Uji Homogenitas ... 46

3.8.1.2 Data Tes Awal ... 48

3.8.1.2.1 Uji Normalitas ... 48

3.8.1.2.2 Uji Homogenitas ... 48

3.8.1.2.3 Uji Kesamaan Rata-rata ... 48

3.8.2 Analisis Data Akhir ... 50

3.8.2.1 Uji Normalitas ... 50

3.8.2.2 Uji Homogenitas ... 50


(11)

xi

3.8.2.4 Uji Hipotesis 2 ... 51

3.8.2.5 Uji Hipotesis 3 ... 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 59

4.1 Hasil Penelitian ... 59

4.1.1 Analisis Data Awal ... 59

4.1.1.1 Data UAS ... 59

4.1.1.1.1 Uji Normalitas ... 60

4.1.1.1.2 Uji Homogenitas ... 61

4.1.1.2 Data Tes Awal ... 62

4.1.1.2.1 Uji Normalitas ... 63

4.1.1.2.2 Uji Homogenitas ... 63

4.1.1.2.3 Uji Kesamaan Rata-rata ... 64

4.1.2 Analisis Data Akhir ... 64

4.1.2.1 Uji Normalitas ... 65

4.1.2.2 Uji Homogenitas ... 65

4.1.2.3 Uji Hipotesis 1 ... 65

4.1.2.4 Uji Hipotesis 2 ... 66

4.1.2.5 Uji Hipotesis 3 ... 66

4.2 Pembahasan ... 69

4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian ... 69

4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian ... 77

4.2.2.1 Implikasi Teoretis ... 77

4.2.2.2 Implikasi Praktis ... 77

4.2.2.3 Implikasi Pedagogis ... 78

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 79

5.1 Simpulan ... 79

5.2 Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 36

Tabel 3.2 Hasil Penghitungan Validitas Soal Uji Coba ... 41

Tabel 3.3 Hasil Penghitungan Daya Beda Soal ... 43

Tabel 3.4 Kriteria Indeks Gain ... 55

Tabel 3.5 Kriteria Indeks Gain Ternormalisasi ... 56

Tabel 4.1 Data Nilai UAS ... 59

Tabel 4.2 Data Nilai Tes Awal ... 62

Tabel 4.3 Data Nilai Tes Akhir ... 64

Tabel 4.4 Data Uji t Gain ... 64

Tabel 4.5 Data Uji Gain Ternormalisasi ... 65


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ... 31 Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 34


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Nilai UAS ... 86

Lampiran 2 Uji Normalitas Data UAS ... 89

Lampiran 3 Uji Homogenitas ... 95

Lampiran 4 Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 97

Lampiran 5 Lembar Validasi ... 99

Lampiran 6 Validitas, Reliablitias, Tingkat Kesukaran, Daya Beda ... 105

Lampiran 7 Penghitungan Validitas ... 110

Lampiran 8 Penghitungan Reliabilitas ... 112

Lampiran 9 Uji Taraf Kesukaran ... 113

Lampiran 10 Uji Daya Beda ... 114

Lampiran 11 Kisi-kisi Soal Tes Awal dan Akhir ... 116

Lampiran 12 Uji Normalitas Data Tes Awal ... 118

Lampiran 13 Uji Homogenitas Data Tes Awal ... 121

Lampiran 14 Uji Kesamaan Rata-rata ... 122

Lampiran 15 Silabus Kelas Eksperimen ... 123

Lampiran 16 Silabus Kelas Kontrol ... 133

Lampiran 17 RPP Kelas Eksperimen ... 143

Lampiran 18 RPP Kelas Kontrol ... 157

Lampiran 19 Uji Normalitas Data Tes Akhir ... 174

Lampiran 20 Uji Homogenitas Data Tes Akhir ... 177

Lampiran 21 Uji Hipotesis 1 ... 178

Lampiran 22 Uji Hipotesis 2 ... 179

Lampiran 23 Uji Hipotesis 3 ... 180

Lampiran 24 Uji Gain Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 181

Lampiran 25 Uji Homogenitas Data Gain ... 184

Lampiran 26 Uji t Data Gain ... 185

Lampiran 27 Uji Gain Ternormalisasi Kelas Eksperimen ... 186

Lampiran 28 Uji Gain Ternormalisasi Kelas Kontrol ... 187


(15)

xv

Lampiran 30 Uji t Gain Ternormalisasi ... 189 Lampiran 31 Dokumentasi ... 190 Lampiran 32 Surat Bukti Penelitian ... 192


(16)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan pendidikan sangat berpengaruh terhadap perkembangan suatu negara dalam segala aspek sekaligus berperan dalam membentuk pola pikir, akhlak dan teknologi yang akan berguna bagi orang banyak. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 2, pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pemerintah melaksanakan berbagai srategi dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-undang, salah satu strategi yaitu dengan mengembangkan kurikulum pendidikan di Indonesia.Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman


(17)

2

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Ayat19).

Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: 1) pendidikan agama, 2) pendidikan kewarganegaraan, 3) bahasa, 4) matematika, 5) Ilmu Pengetahuan Alam, 6) Ilmu Pengetahuan Sosial, 7) seni dan budaya, 8) pendidikan jasmani dan olah raga, 9) keterampilan, dan 10) muatan lokal. Sesuai dengan muatan kurikulum tersebut, Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu aspek yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah (Pasal 37 Ayat 1).

Berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, mata pelajaran IPS perlu diberikan kepada semua peserta didik untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Melalui pembelajaran IPS siswa didorong secara aktif menelaah interaksi yang ada di lingkungannya, gejala-gejala lokal, regional dan global serta menelaah nilai-nilai proses demokratis kehidupan sosial. Melalui kegiatan tersebut siswa diharapkan mampu memahami dunia yang selalu berubah di sekelilingnya dari waktu ke waktu. Berbekal pengetahuan dan nilai-nilai tersebut diharapkan dapat mengambil keputusan sebagai warga yang aktif dan demokratis.


(18)

3

Tujuan mata pelajaran IPS di SD/MI juga disebutkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi yaitu: 1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; 2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; 3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; 4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

IPS memiliki ruang lingkup yang cukup luas. Seperti yang tertuang dalam Standar Isi (BSNP 2006: 583), ruang lingkup mata pelajaran IPSmeliputi beberapa aspek yaitu: 1) manusia, tempat, dan lingkungan; 2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan; 3) sistem sosial dan budaya; serta 4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan.Luasnya ruang lingkup mata pelajaran IPS membutuhkan strategi dan metode khusus dalam penyampaiannya. Namun pada kenyataannya pelaksanaan pembelajaran IPS masih menemui banyak kendala di lapangan.

Berdasarkan temuan Depdiknas (2007:6), materi cakupan IPS yang luas dengan alokasi waktu pembelajaran yang tidak proporsional mengakibatkan guru menjadi tergesa-gesa dalam menyampaikan materi sehingga kurang memperhatikan tingkat pemahaman siswa, selain itu adanya kecenderungan pemahaman yang salah bahwa IPS adalah pelajaran yang cenderung pada hafalan. Pemahaman seperti ini yang berakibat pada pembelajaran yang menekankan pada


(19)

4

verbalisme. Guru dalam pembelajaran lebih menerapkan metode yang lebih menekankan pada aktivitas guru, bukan aktivitas siswa. Pembelajaran yang dianggap sebagai proses transfer informasi menempatkan guru sebagai satu-satunya sumber informasi dan menempatkan siswa sebagai individu yang pasif sehingga potensi individualnya tidak berkembang secara optimal. Dalam hal ini guru hendaknya dapat memberi dorongan dan arahan kepada siswa untuk dapat turut aktif mencari sumber belajar dan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Permasalahan juga dijumpai di SD Negeri Gugus Larasati Gunungpati Semarang. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, ada kecenderungan guru telah menggunakan model inovatif dalam pembelajaran, tetapi belum dilaksanakan secara optimal. Awalnya guru membentuk kelompok-kelompok diskusi dalam kegiatan belajar tetapi kurang mengetahui model apa yang digunakan. Guru awalnya membentuk kelompok heterogen, kemudian guru menjelaskan tugas kelompok yang harus dikerjakan. Setelah itu siswa diminta untuk berdiskusi dan melakukan investigasi untuk menemukan informasi berkaitan dengan tugas yang diberikan dari berbagai literatur yang dimiliki untuk selanjutnya dipresentasikan hasilnya di depan kelas.

Secara garis besar langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru sesuai dengan langkah pembelajaran dalam model pembelajaran Group

Investigation(GI), yakni berupa pengerjaan tugas dengan diskusi dan siswa

melakukan investigasi untuk memperoleh informasi berkaitan dengan tugas masing-masing kelompok dari literatur yang mereka miliki.


(20)

5

Beberapa permasalahan lain juga ditemukan oleh peneliti, di antaranya adalah dalam pembelajaran hanya beberapa siswa saja yang aktif bertanya jawab di dalam kelas, kurangnya pengawasan dalam aktivitas diskusi membuat siswa bergantung pada teman sekelompoknya. Hal tersebut juga mengakibatkkan kurangnya kerjasama yang baik antar siswa yang membuat anak yang malas maupun kurang pandai tertinggal dalam penyerapan materi. Kurangnya kerjasama tersebut terjadi karena belum kondusifnya suasana belajar dalam kelompok. Pemanfaatan media belajar yang kurang optimal juga menghambat pembelajaran.

Pembelajaran yang sudah dilaksanakan oleh guru ternyata belum dibarengi dengan hasil belajar yang memuaskan, hal tersebut didukung dengan data hasil belajar berupa niai hasil UAS IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang. Data tersebut di antaranya, SDN Plalangan 01 dari 37 siswa sebanyak 18 siswa (49%) siswa telah mencapai KKM yaitu 68, sedangkan sisanya sebanyak 19 siswa (51%) belum mencapai KKM. SDN Plalangan 02 sebanyak 13 siswa (81%) dari jumlah keseluruhan 16 siswa telah mencapai KKM yaitu 65, sedangkan sisanya sebanyak 3 siswa (19%) belum mencapai KKM. SDN Plalangan 03 sebanyak 5 siswa (63%) dari jumlah keseluruhan 8 siswa telah mencapai KKM yaitu 61, sedangkan sisanya sebanyak 3 siswa (37%) belum mencapai KKM. SDN Plalangan 04 sebanyak 16 siswa (47%) dari jumlah keseluruhan 34 siswa telah mencapai KKM yaitu 66, sedangkan sisanya sebanyak 18 siswa (53%) belum mencapai KKM. SDN Sumurejo 01 sebanyak 10 siswa (50%) dari jumlah keseluruhan 20 siswa telah mencapai KKM yaitu 63, sedangkan sisanya sebanyak 10 siswa (50%) belum mencapai KKM. SDN


(21)

6

Sumurejo 02 sebanyak 12 siswa (45%) dari jumlah keseluruhan 31 siswa telah mencapai KKM yaitu 67, sedangkan sisanya sebanyak 19 siswa (55%) belum mencapai KKM. Hal ini membuktikan bahwa masih rendahnya hasil belajar siswa SDN Gugus Larasati dalam mata pelajaran IPS.

Untuk memecahkan masalah dan memperbaiki proses pembelajaran tersebut, guru perlu memilih model pembelajaran yang inovatif dan menerapkannya sesuai sintaks. Banyak model pembelajaran inovatif yang dapat dipilih, tetapi peneliti membatasi pada penggunaan model Team Assisted

Individualization (TAI). Model TAIdiharapkan mampu meningkatkan kerjasama

antar siswa dan menuntut siswa untuk bertanggungjawab atas diri sendiri dan kelompoknya. Hal tersebut membuat siswa mandiri sehingga tidak bergantung kepada siswa lain dalam kelompoknya dan mereka akan dapat berpikir secara kritis dalam menyelesaikan tugas dan mampu mendiskusikannya dengan teman satu kelompok.

Adapun langkah-langkah model TAI antara lain: 1) guru memberikan data awalkepada siswa atau bisa juga dengan mencermati nilai rata-rata harian atau nilai pada bab sebelumnya; 2) guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok heterogen; 3) guru memberikan materi secara singkat menjelang pemberian tugas kelompok; 4) guru menciptakan persepsi bahwa keberhasilan individu bergantung pada keberhasilan kelompoknya; 5) siswa belajar bersama menyelesaikan tugas, guru memberikan bantuan dalam penyelesaian tugas dibantu siswa sebagai tutor sebaya; 6) guru memberikan tes-tes kecil misalnya dengan memberikan kuis; 7) guru memberikan skor pada hasil kerja kelompok dan memberikan penghargaan.


(22)

7

Model TAI memiliki kelebihan dan kelemahan dalam penerapannya. Menurut Shoimin (2014:202-203), kelebihan yang dimiliki model TAIantara lain: (1) siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya; (2) siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya; (3) adanya tanggungjawab dalam menyelesaikan masalah; (4) siswa diajarkan bekerja sama dalam kelompok; (5) melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran; (6) mengurangi kecemasan; (7) melibatkan siswa untuk aktif dalam proses belajar; (8) mengajarkan siswa memiliki rasa peduli terhadap teman lain dalam proses belajar, dan dapat belajar untuk saling menghargai. Sedangkan kelemahan yang dimiliki model TAI antara lain: (1) tidak ada persaingan antar kelompok; (2) terhambatnya cara berpikir siswa yang mempunyai kemampuan lebih terhadap siswa yang kurang; (3) memerlukan periode yang lama; (4) sesuatu yang harus dipahami dan dipahami belum seluruhnya dicapai siswa; (5) bila kerja sama tidak dapat dilaksanakan dengan baik, yang akan bekerja hanyalah beberapa murid saja; (6) siswa yang pintar akan merasa keberatan karena nilai yang diperoleh ditentukan oleh pencapaian kelompok.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa model TAI dan GI sesuai digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran IPS di kelas V SDN Gugus Larasati Guunungpati Semarang. Kedua model tersebut menekankan pada tanggungjawab individu dan kerjasama yang baik di dalam kelompok yang akan membuat siswa lebih mudah dalam belajar dan memahami materi.


(23)

8

Untuk memperkuat penelitian, peneliti mencantumkan beberapa penelitian terdahulu, di antaranya yang telah dilaksanakan oleh Gede Elga Pranata (2015) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation dan siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran

konvensional pada siswa kelas V SD gugus IV kecamatan Klungkung Kabupaten Klungkung Bali Tahun ajaran 2014/2015 (P < 0,05). Hal ini ditunjukkan dengan data hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Merudewi dkk (2015). Hasil penelitian menunjukkan nilai rerata hasil belajar IPS kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol, yaitu 70,5>58,83.Dapat disimpulkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI berbasis peta konsep berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus VIII Sukawati Kabupaten Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014.

Akan tetapi, antara model pembelajaran TAI dan GI belum diketahui keefektifannya dan belum diketahui mana di antara kedua model tersebut yang lebih efektif. Oleh karena itu, peneliti ingin menguji keefektifan antara kedua model tersebut melalui penelitian eksperimen dengan judul Keefektifan Model Pembelajaran Team Assisted Individualization terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang.


(24)

9

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut.

1) Apakah model TAIefektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang?

2) Apakah model GIefektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang?

3) Apakah model TAI lebih efektif daripada model GIterhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Mengetahui keefektifan model TAIterhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang.

2) Mengetahui keefektifan model GI terhadap hasil belajar IPS siswa kelas VSDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang.

3) Membuktikan model TAI lebih efektif daripada model pembelajaran GI terhadap hasil belajar siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang.


(25)

10

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bersifat teoritis maupun praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi mengenai penggunaan model inovatif TAIdan GIdi dalam pembelajaran.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Siswa

Menumbuhkan minat belajar siswa, kekompakan, tanggungjawab dalam belajar dan menyelesaikan tugas serta membantu siswa memahami materi yang dipelajari.

1.4.2.2 Bagi Guru

Membantu guru mengenal dan mengaplikasikan model pembelajaran inovatif untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran sehingga setiap tujuan pembelajaran dapat tercapai.

1.4.2.3 Bagi Sekolah

Memberi masukan kepada pihak sekolah untuk senantiasa mengembangkan dan mengawasi kegiatan belajar mengajar di sekolah terutama dalam hal penggunaan model-model inovatif oleh guru agar pembelajaran dapat berjalan secara optimal.


(26)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran

Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan belajar. Setiap orang, baik disadari ataupun tidak, selalu melaksanakan kegiatan belajar. Dalam proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Diperlukan perubahan setiap harinya guna menghadapi tantangan era globalisasi seperti sekarang ini agar tantangan tersebut dapat dihadapi dengan baik sehingga bangsa Indonesia tidak menjadi bangsa yang tertinggal dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain.

Belajar apabila dikaitkan dengan dunia pendidikan akan merujuk pada proses pembelajaran. Belajar dan pembelajaran menunjuk kepada aktivitas yang berbeda, namun keduanya bermuara pada tujuan yang sama. Belajar mungkin saja terjadi tanpa pembelajaran, namun pengaruh aktivitas pembelajaran dalam belajar hasilnya lebih sering menguntungkan dan biasanya lebih mudah diamati (Aunurrahman, 2014:34).

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2013:2).

Menurut Hamalik (2015:27), belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan


(27)

12

dan bukan suatu hasil atau tujuan. Sedangkan menurut pendapat Hamdani (2011: 21), belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan. Misalnya, dengan membaca, mengamati, dan meniru. Selain itu, belajar akan lebih baik jika subjek belajar mengalami atau melakukannya.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku yang berlangsung dalam interaksi individu dengan lingkungannya melalui serangkaian kegiatan.Perubahan yang terjadi pada seseorang terjadi secara bertahap.

Belajar memiliki beberapa ciri-ciri yang dapat menandakan suatu kegiatan atau aktivitas tertentu merupakan suatu proses belajar atau tidak. Menurut Aunurrahman (2014:36), ciri-ciri belajar di antaranya adalah belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya, dan hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.

Hasil dari aktivitas belajar antara satu orang dengan yang lainnya akan berbeda-beda. Hasil tersebut tidak hanya ditentukan oleh masing-masing individu saja, tetapi ada banyak hal atau faktor yang turut mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang.

Menurut Dalyono (2015:55), faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar antara lain:

1. Faktor Internal a) Kesehatan


(28)

13

Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang sakit atau rohaninya kurang baik, dapat mengakibatkan tidak bergairah dalam belajar.

b) Intelegensi dan Bakat

Seseorang yang memiliki intelegensi yang baik umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik, begitupun sebaliknya. Bakat juga besar pengaruhnya dalam menentukan keberhasilan belajar.

c) Minat dan Motivasi

Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, dan seseorang yang belajar dengan motivasi yang kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh.

d) Cara Belajar

Seseorang perlu memperhatikan teknik-teknik belajar yang baik. Selain teknik-teknik tersebut, perlu juga diperhatikan waktu belajar, tempat, fasilitas, penggunaan media pengajaran dan penyesuaian bahan pelajaran.

2. Faktor Eksternal a) Keluarga

Faktor orangtua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Selain itu faktor keadaan rumah juga mempengaruhi keberhasilan belajar.

b) Sekolah

Kualitas guru, metode mengajar, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah turut mempengaruhi hasil belajar anak.


(29)

14

c) Masyarakat

Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak agar lebih giat belajar.

d) Lingkungan Sekitar

Keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal, juga sangat penting dalam mempengaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan, bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, dan iklim.

Pengaruh dari aktivitas belajar atau hasil belajar akan lebih mudah untuk diketahui dari proses pembelajarannya. Pembelajaran merupakan terjemahan dari

learning. Pembelajaran memiliki arti sebuah proses, cara, atau perbuatan

mempelajari (Suprijono, 2012:13). Pada pembelajaran, guru mengajar diartikan sebagai upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Subjek pembelajaran adalah peserta didik, sehingga pembelajaran berpusat pada peserta didik.

Menurut Rusman (2011:1), pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi.

Selain itu, pembelajaran juga diartikan sebagai usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkansiswanya(mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Trianto: 2010).

Berdasarkan uraian mengenai pengertian pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru,


(30)

15

lingkungan dan media pembelajaran yang dilakukan dengan sengaja sehingga memungkinkan seseorang belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu.

Pembelajaran dalam prosesnya akan melibatkan berbagai komponen. Komponen dapat diartikan sebagai unsur atau bagian dari keseluruhan. Menurut

Rifa’i (2012: 159), komponen-komponen pembelajaran meliputi: 1) Tujuan

Tujuan yang diupayakan pencapaiannya melalui kegiatan pembelajaran adalah berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dirumuskan eksplisit dalam TPK.

2) Subyek Belajar

Subyek belajar dalam pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subyek sekaligus objek. Sebagai subyek karena siswa adalah individu yang melakukan proses belajar-mengajar. Sebagai objek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subyek belajar.

3) Materi Pelajaran

Materi pelajaran yang komprehensif, terorganisasi secara sistematis dan dideskripsikan dengan jelas akan berpengaruh terhadap intensitas proses pembelajaran. Materi pelajaran dalam sistem pembelajaran berada dalam silabus, RPP, dan buku sumber. Maka pendidik hendaknya dapat memilih dan mengorganisasikan materi pelajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung intensif.


(31)

16

4) Strategi Pembelajaran

Dalam penerapan strategi pembelajaran, pendidik perlu memilih model-model pembelajaran yang tepat, metode mengajar yang sesuai dan teknik-teknik mengajar yang menunjang pelaksanaan metode mengajar.

5) Media Pembelajaran

Menurut Suparman (dalam Rifa’i, 2012:161), media digunakan dalam kegiatan instruksional antara lain karena: (1) media dapat memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata menjadi dapat dilihat dengan jelas, (2) dapat menyajikan benda yang jauh dari sumber belajar, (3) menyajikan peristiwa yang kompleks, rumit, dan berlangsung cepat menjadi sistemik dan sederhana, sehingga mudah diikuti.

6) Penunjang

Komponen penunjang yang dimaksud dalam sistem pembelajaran adalah fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran dan bahan pelajaran. Komponen penunjang berfungsi memperlancar, melengkapi, dan mempermudah terjadinya proses pembelajaran.

Seperti halnya belajar, pembelajaran juga memiliki ciri-ciri khusus. Menurut Darsono (dalam Hamdani, 2011:47), ciri-ciri pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis 2. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam


(32)

17

3. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik perhatian dan menantang siswa

4. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik 5. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan

menyenangkan bagi siswa

6. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara fisik maupun psikologi

7. Pembelajaran menekankan keaktifan siswa 8. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan sengaja

Oleh karena itu, pembelajaran pasti mempunyai tujuan yaitu membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman, dan dengan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah baik kuantitas maupun kualitasnya. Tingkah laku ini meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa.

2.1.2 Hasil Belajar

Menurut Rifa’i (2012: 85), hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep, begitu juga dengan hal lainnya.

Hasil belajar juga diartikan sebagai perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor


(33)

18

sebagai hasil dari kegiatan belajar. Untuk mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi (Susanto, 2013:5).Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif dan disadari (Anitah, 2008:2.19).

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang dialami oleh siswa dari berbagai aspek sebagai hasil dari proses belajar yang dialaminya.

Merujuk pemikiran Gagne dalam Suprijono (2012:6), hasil belajar berupa: 1. informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis

2. keterampilan intelektual,yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

3. strategi kognitif,yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. keterampilan motorik,yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. sikap,yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.


(34)

19

Menurut Bloom (dalam Rifa’i, 2012:70) ada tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor.

1. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahan, kemampuan, dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

2. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori tujuannya mencerminkan hirarkhi yang bertentangan dari keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup. Kategori tujuan peserta didikan afektif adalah penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup.

3. Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik adalah persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian, dan kreativitas.

Berdasarkan penggolongan ranah tersebut, yang berkaitan dengan pengetahuan dan pemahaman siswa adalah ranah kognitif. Ranah kognitif lebih ditekankan karena pada ranah tersebut tingkat pemahaman siswa dapat diukur dan diketahui. Oleh karena itu peneliti memfokuskan penelitian pada ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar IPS siswa.


(35)

20

2.1.3 Pendidikan IPS di Sekolah Dasar

2.1.3.1 Hakikat IPS

Bidang studi IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi atau terpadu. Pengertian terpadu, bahwa bahan atau materi IPS diambil dari Ilmu-Ilmu Sosial yang dipadukan dan tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu (Sadeli dalam Hidayati dkk., 2008: 1.26).

Selain itu, IPS juga diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah (Susanto, 2013: 137).

Hidayati dkk (2008:1.12) mengemukakan tiga rasionalisasi mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Rasionalisasi tersebut adalah agar siswa dapat: (1) mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telahdimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna, (2)lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab, serta (3)mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antarmanusia.

2.1.3.2 Tujuan IPS

IPS memiliki tujuan yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik. Mata pelajaran ini bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.(1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir


(36)

21

logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosialdan kemanusiaan, serta (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (BSNP, 2006:175).

Tujuan utama pengajaran IPS adalah untuk memperkaya dan mengembangkan kehidupan anak didik dengan mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan melatih anak didik untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang demokratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik (Taneo, 2010:1-27).

2.1.3.3 Karakteristik Pendidikan IPS di SD

IPS mempunyai ciri-ciri khusus atau karakterisitik tersendiri yang berbedadengan bidang studi lainnya.Untuk membahas karakteristik IPS, dapat dilihat dari berbagai pandangan. Menurut Hidayati dkk (2010: 1-26),karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya adalah sebagai berikut.

1. Materi IPS

Materi IPS digali darisegala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Pengetahuan konsep, teori-teori IPSyang diperoleh anak di dalam kelas dapat dicocokkan dan dicobakan sekaligusditerapkan dalam kehidupansehari-hari di masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat dan lingkunganselain menjadi sumber materiIPS sekaligus juga menjadi laboratoriumnya.


(37)

22

a. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.

b. Kegiatanmanusia misalnya:mata pencaharian,pendidikan, keagamaan,produksi, komunikasi, transportasi.

c. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi danantropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampaiyang terjauh.

d. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yangdimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokohdan kejadian-kejadian yang besar.

e. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian,permainan, keluarga.

2. Strategi Penyampaian IPS

Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan padasuatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan:anak (diri sendiri),keluarga,masyarakat/tetangga,kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum tersebut didasarkan pada asumsi bahwa anak pertama-tamadikenalkan atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan lingkunganterdekat atau diri sendiri. Selanjutnya secara bertahap dan sistematis bergerakdalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkaran tersebut, kemudianmengembangkan kemampuannya untuk menghadapai unsur-unsur dunia yanglebih luas.


(38)

23

2.1.4 Model Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran dibutuhkan langkah yang inovatif, di antaranya dengan menggunakan model pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, dan kurikulum (Joyce dalam Trianto, 2009: 22).

Menurut Suprijono (2009:46), model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas (Arrend dalam Suprijono, 2009:46).

Menurut Nieveen dalam Trianto (2009:24), suatu model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut.Pertama, sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu: 1) apakah model yang dikembangkan didsasarkan pada rasional teoritik yang kuat; dan 2) apakah ada konsistensi internal. Kedua, praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: 1) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan; dan 2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan. Ketiga, efektif. Berkaitan dengan aspek efektivitas ini, Nieveen memberikan parameter sebagai berikut. 1) ahli dan praktisi berdasar


(39)

24

pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan 2) secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

2.1.5 Model TAI

Menurut Slavin (dalam Huda, 2014:200), TAI merupakan sebuah program pedagogik yang berusaha mengadaptasikan pembelajaran dengan perbedaan individual siswa secara akademik. Tujuan TAI adalah untuk meminimalisasi pengajaran individual yang terbukti kurang efektif, selain juga ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, serta motivasi siswa dengan belajar kelompok.

TAI memiliki dasar pemikiran yaitu untuk mengadaptasi pembelajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan maupun pencapaian prestasi siswa. Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Dengan pemberian kelompok, diharapkan para siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi (Suyitno dalam Shoimin, 2014: 200).

Ada beberapa manfaat TAIyang memungkinkannya memenuhi kriteria pembelajaran efektif. Di antaranya adalah: 1) meminimalisasi keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin, 2) melibatkan guru untuk mengajar kelompok-kelompok kecil yang heterogen, 3) memudahkan siswa untuk melaksanakannya karena teknik operasional yang cukup sederhana, 4) memotivasi


(40)

25

siswa untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat, 5) memungkinkan siswa untuk bekerja dengan siswa-siswa lain yang berbeda sehingga tercipta sikap positif di antara mereka (Slavin dalam Huda, 2014: 200).

Menurut Shoimin (2014:200-202), langkah-langkah model TAI antara lain:

1. guru mencermati nilai data awalatau nilai rata-rata harian atau nilai pada bab sebelumnya,

2. guru membagi kelas menjadi beberpa kelompok heterogen,

3. guru memberikan materi secara singkat menjelang pemberian tugas kelompok,

4. guru menciptakan persepsi bahwa keberhasilan individu bergantung pada keberhasilan kelompoknya,

5. siswa belajar bersama menyelesaikan tugas, guru memberikan bantuan dalam penyelesaian tugas dibantu siswa sebagai tutor sebaya,

6. guru memberikan tes-tes kecil misalnya dengan memberikan kuis,

7. guru memberikan skor pada hasil kerja kelompok dan memberikan penghargaan.

Kelebihan model TAI antara lain:

1. siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalahnya,

2. siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, 3. adanya tanggungjawab dalam menyelesaikan masalah,

4. siswa diajarkan bekerja sama dalam kelompok, 5. melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran,


(41)

26

6. mengurangi kecemasan,

7. melibatkan siswa untuk aktif dalam proses belajar,

8. mengajarkan siswa memiliki rasa peduli terhadap teman lain dalam proses belajar, dan dapat belajar untuk saling menghargai.

Kelemahan model TAI antara lain: 1. tidak ada persaingan antar kelompok,

2. terhambatnya cara berpikir siswa yang mempunyai kemampuan lebih terhadap siswa yang kurang,

3. memerlukan periode yang lama,

4. sesuatu yang harus dipahami belum seluruhnya dicapai siswa,

5. bila kerja sama tidak dapat dilaksanakan dengan baik, yang akan bekerja hanyalah beberapa murid saja,

6. siswa yang pintar akan merasa keberatan karena nilai yang diperoleh ditentukan oleh pencapaian kelompok.

(Shoimin, 2014:202-203)

2.1.6 Model GI

Model GI adalah suatu model pembelajaran yang lebih menekankan pada pilihan dan kontrol siswa daripada menerapkan teknik-teknik pengajaran di ruang kelas. Selain itu juga memadukan prinsip belajar demokratis di mana siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik dari tahap awal sampai akhir pembelajaran.

Menurut Suprijono (2012), dalam penggunaan model GI, setiap kelompok akan bekerja melakukan investigasi sesuai dengan masalah yang mereka pilih.


(42)

27

Sesuai dengan pengertian tersebut, diketahui bahwa model GIadalah pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa sehingga tentu akan membangkitkan semangat serta motivasi mereka untuk belajar.

Menurut Shoimin (2014:81), langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model GIantara lain:

1. guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok heterogen,

2. guru menjelaskan maksut pembelajaran dan tugas kelompok yang akan dikerjakan,

3. guru mengundang masing-masing ketua kelompok untuk mengambil materi tugas secara kooperatif dalam kelompoknya,

4. masing-masing kelompok membahas materi tugas secara kooperatif, 5. perwakilan setiap kelompok maju mempresentasikan hasil diskusinya, 6. kelompok lain dapat memberi tanggapan terhadap hasil pembahasan, 7. guru memberikan klarifikasi bila terjadi kesalahan,

8. evaluasi.

Kelebihan model GIantara lain:

1. memberi semangat siswa untuk berinisiatif dan aktif,

2. dapat belajar untuk memecahkan dan menangani suatu masalah, 3. meningkatkan belajar bekerja sama,

4. belajar menghargai pendapat oranglain, dan

5. terlatih untuk mempertanggungjawabkan jawaban yang diberikan. Kekurangan model GI antara lain:


(43)

28

2. sulitnya memberikan penilaian secara personal, 3. tidak semua topik cocok dengan GI,

4. diskusi kelompok biasanya berjalan kurang efektif,

5. siswa yang kurang tidak tuntas memahami materi prasyarat akan mengalami kesulitan saat menggunakan model ini (Setiawan dalam Shoimin, 2014:82).

2.2 Kajian Empiris

Penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh para peneliti terdahulu dengan menggunakan model TAI dan GI. Adapun hasil penelitian tersebut antara lain sebagai berikut.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Adnyani dkk (2015) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dan Motivasi Berprestasi terhadap Hasil Belajar IPS Siswa.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TAI terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas IV di SD Negeri 4 Manukaya, 2) terdapat pengaruh motivasi berprestasi tinggi terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas IV di SD Negeri 4 Manukaya.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Pramana dkk (2014) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Team Assisted Individualization Berbasis Nilai-nilai Karakter terhadap Hasil Belajar IPS Kelas IV. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TAI (Team


(44)

29

pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV semester genap tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri 3 Dukuh. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualzation) berbasis nilai-nilai karakter berpengaruh terhadap hasil belajar IPS dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Asriningsih dkk (2014) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization

(TAI) terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Gugus V Kecamatan Banjar. Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

Team Assisted Individualization (TAI) berpengaruh terhadap hasil belajar IPA

siswa kelas IV semester ganjil di SD Gugus V kecamatan Banjar kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Dinata dkk (2014)dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Berbantuan Multimedia terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Raidengan hasil bahwa model pembelajaran Group Investigation

berbantuan multimedia berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai, Denpasar Selatan Tahun Ajaran 2013/2014.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Aristikawati dkk (2014) dengan judul Model Pembelajaran Group Investigation Berbasis Multikultural Bernuansa Kearifan Lokal Berpengaruh terhadap Hasil Belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara


(45)

30

siswa yang dibelajarkan melalui penerapan model pembelajaran group

investigation berbasis multikultural bernuansa kearifan lokal dengan siswa yang

dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus 7 Kompyang Sujana Denpasar Barat.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Awofala dkk (2013) dengan judul

Effects of Framing and Team Assisted Individualized Instructional Strategies on

Senior Secondary School Students Attitudes Toward Mathematics. Hasil

penelitian menunjukkan efek utama yang signifikan dari perlakuan dan jenis kelamin pada sikap siswa terhadap matematika dan bahwa 4,2% dan 2,7% dari varians dalam sikap siswa terhadapmatematika dapat dijelaskan dengan perlakuan dan jenis kelamin masing-masing. Hasil penelitian menunjukkan bahwasikap siswa yang sangat meningkat ketika mereka terkena strategi pengajaranframing dan TAI bila dibandingkan dengan metode tradisional.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Tarim (2012) dengan judul The Effects of Cooperative Learning on Turkish Elementary Students Mathematic Achievement and Attitude Towards Mathematics Using TAI and STAD Methods

yang menunjukkan bahwa model pembelajaran TAI memliliki efek yang lebih signifikan dibandingkan model STAD pada siswa kelas IV.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Pitoyo dkk (2014) dengan judulThe Effect of Group Investigation Learning Model, Accelerated Learning Team and Role Playing on Elementary School Students Writing Skills Viewed from

Cognitive Stylemenunjukkan hasil ada perbedaan dalam keterampilan menulis


(46)

31

Investigation dengan sekelompok siswa yang belajar model pembelajaran Accelerated Learning Team danRole Playing. Perbedaannya adalah dalam bentuk keterampilan menulis bahwa siswa yang belajar dengan Group Investigation membuktikan mempunyai keterampilan menulis lebih baik daripada siswa yang belajar dengan Accelerated Model Team Learning dan Role Playing, sedangkan siswa yang menggunakan model Accelerated Model Team dan Role Playing memiliki kemampuan menulis yang sama.

2.3 Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang dan hasil identifikasi masalah, diperoleh data bahwa selama ini dalam pembelajaran IPS di kelas V SD Negeri Gugus Larasati hasilnya kurang maksimal. Hal ini disebabkan adanya beberapa permasalahan yang ditemukan peneliti di antaranya dalam pembelajaran hanya beberapa siswa saja yang aktif bertanya jawab di dalam kelas, kurangnya pengawasan dalam aktivitas diskusi membuat siswa bergantung pada teman sekelompoknya. Hal tersebut juga mengakibatkkan kurangnya kerjasama yang baik antar siswa yang membuat anak yang malas maupun kurang pandai tertinggal dalam penyerapan materi. Kurangnya kerjasama tersebut terjadi karena belum kondusifnya suasana belajar dalam kelompok. Pemanfaatan media belajar yang kurang optimal juga menghambat pembelajaran. Guru telah menggunakan model pembelajaran yang sintaknya sesuai dengan model pembelajaran GItetapi belum sempurna. Data yang didapat menunjukkan hasil belajar IPS siswa kurang maksimal, sehingga guru perlu mengambil solusi dengan memilih model pembelajaran inovatif lain, solusi


(47)

32

untuk mencari alternatif pemecahan permasalahan tersebut adalah dengan mengujikeefektifan model pembelajaran TAI dalam pembelajaran IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang.

Berikut ini disajikan kerangka berpikir keefektifan model pembelajaran TAI terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang dalam bentuk bagan.

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir Data awal

Kelas Kontrol Model GI

Kelas Eksperimen Model TAI

Hasil tes kelas kontrol

Pengujian hasil belajar dengan model GI dan model TAI Data akhir Data akhir

Hasil tes kelas

eksperimen


(48)

33

2.4 HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

Ho : Model TAI tidak efektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang.

Ha : Model TAI efektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang.

Ho : Model GItidakefektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang.

Ha: : Model GIefektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang.

Ho : Model TAItidak lebih efektif daripada model pembelajaran GIterhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang.

Ha : Model TAI lebih efektif daripada model pembelajaran GI terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang.


(49)

79

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan mengacu pada rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model TAI pada kelas eksperimen efektif terhadap hasil belajar IPS siswa. Keefektifan model tersebut didukung dengan hasil pengujian terhadap data tes akhir menggunakan uji proporsi satu pihak yaitu pihak kanan didapat œ୦୧୲୳୬୥ = 2,57438. Pada α=5%

diperoleh œ୲ୟୠୣ୪ = 1,64. Karena œ୦୧୲୳୬୥୲ୟୠୣ୪, maka H0 ditolak dan Haditerima,

artinya besar proporsi siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah lebih dari 75 %. Hal ini dapat diartikan bahwa model TAI efektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang.

Penerapan model GI pada kelas kontrol efektif terhadap hasil belajar IPS siswa. Keefektifan model tersebut didukung dengan hasil pengujian terhadap data tes akhir menggunakan uji proporsi satu pihak yaitu pihak kanan didapat œ୦୧୲୳୬୥ =

2,372895. Pada α=5% diperoleh œ୲ୟୠୣ୪ = 1,64. Karena œ୦୧୲୳୬୥୲ୟୠୣ୪, maka H0

ditolak dan Ha diterima, artinya besar proporsi siswa yang memenuhi kriteria

ketuntasan minimal (KKM) adalah lebih dari 75 %. Hal ini dapat diartikan bahwa model GI efektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang besar proporsi siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah lebih dari 75 %. Hal ini dapat diartikan bahwa model GI


(50)

80

efektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang.

Model TAI pada kelas eksperimen dinilai lebih efektif daripada model GI pada kelas kontrol.Hal tersebut didukung dengan adanya uji t data tes akhir. Berdasarkan penghitungan diperoleh –୦୧୲୳୬୥ = 2,254771 dan –୲ୟୠୣ୪ = 1,67. Karena –୦୧୲୳୬୥>–୲ୟୠୣ୪ maka ୭ ditolak dan Ha diterima, artinya rata-rata hasil tes IPS

kelas eksperimen lebih baik dari rata-rata hasil tes IPS kelas kontrol. Sehinga model TAI pada kelas eksperimen lebih efektif daripada model GI pada kelas kontrol. Hasil tersebut diperkuat dengan uji t gain dan t gain ternormalisasi untuk mengetahui kenaikan nilai antara tes awal dan tes akhir. Setelah dilakukan penghitungan uji t diperoleh harga thitunggain3,037265188 lebih besar dari

ttabel1,67. Sedangkan harga thitunggain ternormalisasi 7,3554961 lebih besar dari

ttabel 1,67, maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen lebih efektif terhadap

hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah diuraikan, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut.

1. Model TAI terbukti efektif terhadap hasil belajar IPS siswa. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat menggunakan model TAI untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS selanjutnya maupun diterapkan pada mata pelajaran lain agar siswa dapat saling bekerjasama dan aktif dalam kelompok.


(51)

81

2. Pada proses pembelajaran yang menerapkan model TAI, diharapkan guru dapat melaksanakan bimbingan kepada setiap kelompok diskusi agar siswa dapat bekerjasama dengan baik serta saling membantu satu sama lain dalam memecahkan permasalahan yang diberikan.

3. Pada pelaksanaan model TAI, guru diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model TAI secara kreatif agar mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan tidak monoton.


(52)

82

DAFTAR PUSTAKA

Adnyani, dkk. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dan

Motivasi Berprestasi terhadap Hasil Belajar IPS Siswa. e-Journal

Mimbar PGSD Universitas PendidikanGanesha. Vol. 3, No.1.

Asriningsih, Komang, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Gugus V Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng Tahun

Pelajaran 2013/ 2014. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan

Ganesha. Vol.2, No.1.

Anitah, Sri W, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Pendidan Praktik. Jakarta: Bumi

Aksara.

. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Aristikawati. 2014. Model Pembelajaran Group Investigation Berbasis Multikultural Bernuansa Kearifan Lokal Berpengaruh terhadap Hasil

Belajar. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol.2,

No.1.

Aunurrahman. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

BSNP. 2006. Standar Isi: Standar Kompetensi dan Kompetensi DasarUntuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Dalyono. 2015. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPS. Jakarta: Depdiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

Dinata, Dwi Putra Surya, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Berbantuan Multimedia terhadap Hasil

Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai. Jurnal Mimbar

PGSD Universitas Pendidikan GaneshaVol.2, No.1.

Hamalik, Oemar. 2015. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.


(53)

83

Hidayati, dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lestari dan Yudhanegara. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: Refika Aditama.

Merudewi, I.G.A Kencana, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Berbasis Peta Konsep terhadap Hasil

Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus VIII Sukawati. e-Journal Mimbar

PGSD Universitas PendidikanGanesha. Vol. 2, No. 1

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI.

Pramana, Nyoman Arya, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Team Assisted Individualization Berbasis Nilai-nilai Karakter terhadap Hasil

Belajar IPS Kelas IV. e-Journal Mimbar PGSD Universitas

PendidikanGanesha. Vol. 2, No.1.

Pranata, Gede Elga. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation terhadap Sikap Sosial dan Hasil Belajar Siswa. e-Journal

PGSD Universitas PendidikanGanesha. Vol. 3, No. 1.

Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rifa’i, Achmad&Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pusat Pengembangan MKU/ MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang. Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT Tarsito.

Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

________. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


(54)

84

Taneo, Silvester Petrus. 2010. Kajian IPS SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional.

Tarim, Kamuran, dkk. 2012. The Effects of Cooperative Learning on Turkish Elementary Students Mathematic Achievement and Attitude Towards

Mathematics Using TAI and STAD Methods.Vol. 67:77-91.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.

. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Umar, Husein. 2011. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem


(1)

79

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan mengacu pada rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan model TAI pada kelas eksperimen efektif terhadap hasil belajar IPS siswa. Keefektifan model tersebut didukung dengan hasil pengujian terhadap data tes akhir menggunakan uji proporsi satu pihak yaitu pihak kanan didapat œ୦୧୲୳୬୥ = 2,57438. Pada α=5%

diperoleh œ୲ୟୠୣ୪ = 1,64. Karena œ୦୧୲୳୬୥୲ୟୠୣ୪, maka H0 ditolak dan Haditerima,

artinya besar proporsi siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah lebih dari 75 %. Hal ini dapat diartikan bahwa model TAI efektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang.

Penerapan model GI pada kelas kontrol efektif terhadap hasil belajar IPS siswa. Keefektifan model tersebut didukung dengan hasil pengujian terhadap data tes akhir menggunakan uji proporsi satu pihak yaitu pihak kanan didapat œ୦୧୲୳୬୥ =

2,372895. Pada α=5% diperoleh œ୲ୟୠୣ୪ = 1,64. Karena œ୦୧୲୳୬୥୲ୟୠୣ୪, maka H0

ditolak dan Ha diterima, artinya besar proporsi siswa yang memenuhi kriteria

ketuntasan minimal (KKM) adalah lebih dari 75 %. Hal ini dapat diartikan bahwa model GI efektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang besar proporsi siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah lebih dari 75 %. Hal ini dapat diartikan bahwa model GI


(2)

efektif terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang.

Model TAI pada kelas eksperimen dinilai lebih efektif daripada model GI pada kelas kontrol.Hal tersebut didukung dengan adanya uji t data tes akhir. Berdasarkan penghitungan diperoleh –୦୧୲୳୬୥ = 2,254771 dan –୲ୟୠୣ୪ = 1,67. Karena

–୦୧୲୳୬୥>–୲ୟୠୣ୪ maka ୭ ditolak dan Ha diterima, artinya rata-rata hasil tes IPS

kelas eksperimen lebih baik dari rata-rata hasil tes IPS kelas kontrol. Sehinga model TAI pada kelas eksperimen lebih efektif daripada model GI pada kelas kontrol. Hasil tersebut diperkuat dengan uji t gain dan t gain ternormalisasi untuk mengetahui kenaikan nilai antara tes awal dan tes akhir. Setelah dilakukan penghitungan uji t diperoleh harga thitunggain3,037265188 lebih besar dari

ttabel1,67. Sedangkan harga thitunggain ternormalisasi 7,3554961 lebih besar dari

ttabel 1,67, maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen lebih efektif terhadap

hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Gugus Larasati Gunungpati Semarang.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang telah diuraikan, peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut.

1. Model TAI terbukti efektif terhadap hasil belajar IPS siswa. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat menggunakan model TAI untuk diterapkan dalam pembelajaran IPS selanjutnya maupun diterapkan pada mata pelajaran lain agar siswa dapat saling bekerjasama dan aktif dalam kelompok.


(3)

2. Pada proses pembelajaran yang menerapkan model TAI, diharapkan guru dapat melaksanakan bimbingan kepada setiap kelompok diskusi agar siswa dapat bekerjasama dengan baik serta saling membantu satu sama lain dalam memecahkan permasalahan yang diberikan.

3. Pada pelaksanaan model TAI, guru diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model TAI secara kreatif agar mampu menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan tidak monoton.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adnyani, dkk. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dan Motivasi Berprestasi terhadap Hasil Belajar IPS Siswa. e-Journal Mimbar PGSD Universitas PendidikanGanesha. Vol. 3, No.1.

Asriningsih, Komang, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Gugus V Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2013/ 2014. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol.2, No.1.

Anitah, Sri W, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Pendidan Praktik. Jakarta: Bumi

Aksara.

. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Aristikawati. 2014. Model Pembelajaran Group Investigation Berbasis Multikultural Bernuansa Kearifan Lokal Berpengaruh terhadap Hasil Belajar. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol.2, No.1.

Aunurrahman. 2014. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

BSNP. 2006. Standar Isi: Standar Kompetensi dan Kompetensi DasarUntuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Dalyono. 2015. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2007. Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPS. Jakarta: Depdiknas Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

Dinata, Dwi Putra Surya, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Berbantuan Multimedia terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus 8 I Gusti Ngurah Rai. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan GaneshaVol.2, No.1.

Hamalik, Oemar. 2015. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.


(5)

Hidayati, dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Lestari dan Yudhanegara. 2015. Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: Refika Aditama.

Merudewi, I.G.A Kencana, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization Berbasis Peta Konsep terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus VIII Sukawati. e-Journal Mimbar PGSD Universitas PendidikanGanesha. Vol. 2, No. 1

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI.

Pramana, Nyoman Arya, dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Team Assisted Individualization Berbasis Nilai-nilai Karakter terhadap Hasil Belajar IPS Kelas IV. e-Journal Mimbar PGSD Universitas PendidikanGanesha. Vol. 2, No.1.

Pranata, Gede Elga. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation terhadap Sikap Sosial dan Hasil Belajar Siswa. e-Journal PGSD Universitas PendidikanGanesha. Vol. 3, No. 1.

Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rifa’i, Achmad&Catharina Tri Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Pusat Pengembangan MKU/ MKDK-LP3 Universitas Negeri Semarang. Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT Tarsito.

Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

________. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenada Media Group.


(6)

Taneo, Silvester Petrus. 2010. Kajian IPS SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional.

Tarim, Kamuran, dkk. 2012. The Effects of Cooperative Learning on Turkish Elementary Students Mathematic Achievement and Attitude Towards Mathematics Using TAI and STAD Methods.Vol. 67:77-91.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.

. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Umar, Husein. 2011. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.