Strategi Urbanis dalam Mempertahankan Hidup Di Kelurahan Cinta Damai Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan

(1)

11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Krisis global 2008 yang berawal dari Amerika Serikat ternyata memiliki pengaruh negatif yang merambat ke hampir seluruh belahan dunia. Akibat utama yang sangat mengkhawatirkan dari krisis global tersebut antara lain adalah terjadinya kelesuan ekonomi. Selanjutnya kelesuan ekonomi antara lain mengakibatkan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara besar-besaran. Sebagai contoh, data pemerintah Amerika Serikat pada bulan Oktober 2008 mengindikasikan bahwa secara kuantitas, jumlah pekerja yang mengalami PHK di Amerika Serikat mencapai 478.000 orang. Selanjutnya pada bulan Desember di tahun yang sama, Wall Street kembali mengumumkan tambahan tenaga kerja yang mengalami PHK sebanyak 152.000 orang. Kondisi di atas jauh di luar prakiraan semula, dimana para pakar ekonomi Amerika Serikat memprediksikan jumlah tenaga kerja yang mengalami PHK hanya sebanyak 85.000 orang (Modjo, 2008).

Krisis global, terutama krisis di bidang ekonomi di Amerika Serikat tentu berdampak cukup signifikan bagi Indonesia. Hal tersebut terjadi karena salah satu negara tujuan ekspor dari berbagai komoditi Indonesia adalah Amerika Serikat. Oleh karena itu, krisis global yang berawal di Amerika Serikat secara signifikan tentu mengurangi daya beli masyarakat di sana. Kondisi ini tentu akan mengurangi permintaan masyarakat atas komoditi dari Indonesia yang seterusnya secara signifikan akan mengurangi volume ekspor Indonesia. Kondisi tersebut pada gilirannya akan mengakibatkan gangguan dalam bentuk pengurangan atas volume produksi. Selanjutnya, pengurangan volume produksi ini akan pula mengurangi


(2)

12 penggunaan jam kerja maupun jumlah tenaga kerja di Indonesia. Akibat dari kondisi ini, tentu akan mengurangi pendapatan yang akan berimbas pada penurunan daya beli masyarakat (Gie, 2009: 12).

Ketua Asosiasi Pengusaha Cold Storage Indonesia, Johan Suryadarma mengemukakan, krisis global telah antara lain mengakibatkan menurunnya volume ekspor udang. Bahkan dari target 2014 sebesar 800.000 ton, yang dapat direalisasi hanya 550.000 ton. Kondisi ini tentu diakibatkan kelesuan ekonomi di berbagai negara tujuan ekspor, karena memang tujuan utama produksi komoditi udang unggulan adalah ekspor (Suryadarma, dalam Kompas, 20 Januari 2015).

Hingga saat ini dampak krisis global masih nyata. Antara lain terlihat pada pertumbuhan yang sangat lambat atas permintaan tenaga kerja. Pengurangan penggunaan dan pemanfaatan jumlah tenaga kerja dan jam kerja tentu akan mengakibatkan makin mengecilnya sumber pendapatan bagi rumah tangga-rumah tangga konsumen. Padahal sektor riil hanya akan mungkin bergairah jika didukung oleh daya beli masyarakat yang memadai sehingga aktivitas produksi akan menemukan gairahnya. Kondisi seperti ini sangat nyata, antara lain pada sektor industri, yang antara lain ditandai dengan PHK pekerja di berbagai pabrik.

Masalah perlambatan ekspor terutama mengakibatkan masalah ekonomi masyarakat perkotaan. Hal ini terjadi karena pusat-pusat industri di berbagai daerah di Indonesia pada umumnya berada di daerah perkotaan. Oleh karena itu perlambatan pertumbuhan ekonomi sebagai salah dampak perlambatan ekspor tentu mengurangi permintaan tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja yang jauh lebih tinggi atau tidak seimbang dibandingkan dengan permintaan tenaga kerja sebagai salah satu dampak krisis global mengakibatkan posisi tawar tenaga kerja atas manajemen perusahaan tempat mereka bekerja sangat rendah. Hal ini antara lain berakibat pada rendahnya


(3)

13 upah buruh, bahkan tidak sedikit perusahaan yang memberikan upah bagi pekerja di bawah upah minimum yang ditetapkan oleh Pemerintah (Tatang, dalam Waspada, 12 Oktober 2014).

Dampak selanjutnya dari rendahnya upah pekerja adalah munculnya masyarakat miskin baru di perkotaan. Masyarakat miskin perkotaan juga terjadi karena adanya fenomena Pemutusan Hubungan Kerja seperti telah disajikan sebelumnya. Fenomena pengangguran penuh dan pengangguran tidak kentara (jam kerja di bawah 35 jam per minggu) selanjutnya ikut memberikan kontribusi terhadap membengkaknya masyarakat miskin atau kaum marginal perkotaan.

Kondisi kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat marjinal yang terlihat dari daya beli masyarakat yang sangat rendah tidak hanya mendapat pukulan dari gangguan pada proses produksi yang mengakibatkan penurunan pendapatan. Pukulan telak juga datang dari laju inflasi, khususnya dari sektor pangan, tegasnya yang menyangkut kebutuhan pokok rakyat banyak. Sebagai contoh, kenaikan harga beras yang cukup tajam belakangan ini, misalnya beras kualitas menengah dari semula Rp. 8.500 menjadi Rp. 9.300 hingga Rp.10.500 per kilogram sesungguhnya sudah di luar kemampuan masyarakat (Kompas, 14 Pebruari 2015).

Bahan kebutuhan pokok lain yang mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan adalah ikan. Sebagai contoh, di Medan, harga ikan laut, khususnya tongkol mengalami kenaikan yang cukup signifikan, yaitu dari semula Rp. 23.000,- per kilogram menjadi Rp. 25.000,- per kilogram. Kenaikan yang hampir sama persentasenya juga terjadi pada jenis ikan lain, bahkan bahan kebutuhan pokok lainnya (Kompas, 8 Juni 2015).

Terjadinya kenaikan harga dari berbagai kebutuhan pokok terutama di daerah perkotaan di satu pihak dan penurunan daya beli masyarakat sebagai akibat dari


(4)

14 penurunan pendapatan tentu akan mengakibatkan masalah kemiskinan perkotaan semakin parah. Masalah kemiskinan perkotaan yang sudah parah ternyata semakin diperparah lagi oleh urbanisasi. Banyak pemerhati masalah perkotaan berpendapat bahwa pertumbuhan kaum marginal perkotaan tidak terlepas dari arus urbanisasi yang senantiasa deras. Kaum marginal perkotaan, yang di dalamnya termasuk kaum urbanis bahkan sering divonis sebagai pihak yang menimbulkan pemukiman kumuh di perkotaan.

Dalam thesisnya berjudul “Pemukiman Kumuh sebagai Dampak dari Urbanisasi di Kota Medan, Studi Kasus di Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Medan Maimun Kota Medan”, Wan Zulkarnain (2004: 185) antara lain menyimpulkan bahwa pemukiman kumuh dihuni banyak kaum urbanis. Mereka pada umumnya memiliki pendidikan yang rendah, tidak memiliki keterampilan yang memadai, tidak memiliki pekerjaan tetap. Salah satu kesimpulan mendasar dari penelitian tersebut adalah bahwa urbanisasi memberikan kontribusi secara signifikan terhadap kemiskinan perkotaan pada umumnya dan pertumbuhan pemukiman kumuh pada khususnya.

Kepergian penduduk desa ke kota untuk mengadu nasib tidaklah menjadi masalah jika mereka mempunyai keterampilan tertentu yang dibutuhkan di kota. Namun, kenyataannya ialah banyak di antara mereka yang datang ke kota tanpa keterampilan kecuali bertani. Akibatnya sulit bagi mereka untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Terpaksa mereka bekerja sebagai buruh harian, penjaga malam, pembantu rumah tangga, tukang becak, dan pekerjaan lain yang sejenis. Bahkan, mereka yang gagal memperoleh pekerjaan sejenis itu menjadi tunakarya, tunawisma, dan tunasusila. Hal itu mendorong mereka melakukan perbuatan yang


(5)

15 kurang benar. Misalnya, mendirikan gubuk-gubuk liar di tepi jalur kereta api, di daerah-daerah jalur hijau, dan di daerah-daerah bantaran sungai (Andi, 2013: 15).

Badaruddin, seorang sosiolog yang juga Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa urbanisasi antara lain menjadi penyebab "warga miskin kota" Medan. Sejumlah masyarakat yang melaksanakan urbanisasi ke kota Medan, diduga salah satu penyebab terjadinya "warga miskin kota", dan menjadi beban bagi pemerintah daerah setempat. Kota Medan saat ini, terus didatangi warga dari berbagai pedesaan di Sumatera Utara untuk tujuan mengubah nasib dan penghidupan yang lebih layak, namun akhirnya mereka terbentur, serta hidup terkatung-katung yang tidak tentu arah dan tujuan. Warga yang hidup terlunta-lunta itu akhirnya tinggal dimana saja, inilah salah satu penyebab terjadinya gelandangan dan pengemis (gepeng) yang terus "menjamur" di ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Semakin terus meningkatnya gepeng setiap tahun di kota Medan, tidak hanya menjadi beban bagi pemerintah di kota itu, tetapi juga sudah sangat meresahkan masyarakat di daerah tersebut. "Aktivitas para gepeng itu, secara terang-terangan sudah mau memasuki perkantoran, rumah makan, hotel, mesjid, dan tempat-tempat lainnya. Bahkan para gepeng yang beroperasi di persimpangan jalan, ada yang mencoba memaksa masyarakat untuk memberikan sumbangan. Jika warga tidak mau memberikan bantuan berupa uang, maka para gepeng itu tidak segan-segan memaki dan mengeluarkan ucapan kotor terhadap masyarakat. Selain itu, ada juga gepeng yang meludahi mobil masyarakat, karena tidak diberi bantuan. Fenomena seperti ini, sering terjadi di persimpangan lampu merah di beberapa Jalan Protokol di Kota Medan (Antara, 2 April 2014).

Jika kita kaji secara mendalam, apa yang dipaparkan Badaruddin sesungguhnya bukan hanya masalah perkotaan yang disebabkan oleh urbanisasi,


(6)

16 tetapi juga sudah menggambarkan strategi urbanis dalam mempertahankan hidup. Antara lain dalam pemilihan lokasi tempat tinggal mereka, yang secara ekonomis memiliki harga atau biaya yang rendah, walaupun harus melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti menempati bantaran sungai maupun jalur rel kereta api. Juga dalam pemilihan pekerjaan, yang tentu pada umumnya adalah di sektor informal, bahkan menjadi pengemis, yang merupakan aktivitas yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu, mereka terpaksa mengerahkan seluruh anggota keluarga untuk terlibat dalam aktivitas ekonomi, termasuk di dalamnya adalah anak-anak.

Marbun (2003: 18) mengemukakan bahwa pengerahan anak untuk ikut bekerja merupakan salah satu strategi keluarga miskin perkotaan dalam menghadapi sulitnya menjalani hidup di daerah perkotaan. Oleh karena itu, anak memiliki nilai ekonomi bagi keluarga miskin. Anak bukan golongan konsumtif seperti yang terjadi pada keluarga tidak miskin, melainkan menjadi golongan produktif.

Kelurahan Cinta Damai adalah salah satu dari tujuh kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan. Hasil prasurvey penulis antara lain

menginformasikan bahwa Kelurahan Cinta Damai berpenduduk 24.060 jiwa. Secara

geografi dapat dikemukakan bahwa wilayah kelurahan Cinta Damai tergolong daerah pinggiran kota Medan. Kelurahan ini antara lain berbatasan dengan desa Tanjung Gusta Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

Sebagai daerah pinggiran kota Medan, maka wilayah kelurahan Cinta Damai merupakan salah satu alternatif tujuan bagi kaum urbanis. Alasannya adalah bahwa bermukim wilayah kelurahan ini tidak menuntut biaya yang sudah tentu tinggi, namun masih jauh di bawah wilayah yang tergolong pusat kota Medan.


(7)

17 Salah satu kharakteristik wilayah kelurahan Cinta Damai adalah bahwa sebagian wilayahnya merupakan jalur rel kereta api. Pra survey yang penulis lakukan juga menginformasikan bahwa pinggiran jalur rel kereta api yang sering disebut jalur hijau ternyata dan sebenarnya tidak untuk pemukiman ternyata digunakan penduduk sebagai pemukiman. Di sepanjang pinggiran jalur rel kereta api yang ada di wilayah kelurahan Cinta Damai berdiri rumah-rumah penduduk yang pada umumnya sederhana.

Berdasarkan pengamatan penulis antara lain diketahui, bahwa pada umumnya penghuni pinggiran jalur rel kereta api tersebut bekerja di sektor informal, seperti pengumpul barang bekas, berdagang di persimpangan jalan, penarik becak, supir angkutan kota, dan bekerja serabutan (tidak menetap). Dilihat dari kondisi tempat tinggal mereka antara lain dapat dikemukakan bahwa mereka memiliki kualitas hidup yang cukup rendah.

Sebagian dari wilayah kelurahan Cinta Damai masih berupa lahan kosong. Lahan kosong tersebut antara lain milik Kodam I Bukit Barisan, milik perusahaan swasta, maupun milik pribadi yang tidak dikelola pemilik. Sebagian dari lahan tersebut digunakan penduduk sebagai lahan pertanian. Mereka bercocok tanam padi layaknya penduduk desa. Di atas lahan yang terkesan terlantar tersebut juga berdiri beberapa rumah sederhaana atau berupa gubuk yang dihuni penduduk.

Data sekunder yang diperoleh antara lain menginformasikan bahwa terdapat 275 kepala keluarga penduduk kelurahan Cinta Damai yang tergolong kaum urbanis. Mereka melakukan urbanisasi sekitar 1 hingga sembilan tahun yang lalu. Jumlah kaum urbanis yang cukup banyak tersebut antara lain bermukim di wilayah jalur rel kereta api, maupun lahan lain yang secara umum dapat digolongkan sebagai pemukiman kumuh.


(8)

18 Pada umumnya mereka memiliki pendidikan yang rendah dan tidak memiliki keterampilan yang dapat diandalkan untuk memperoleh pekerjaan di sektor formal atau melakukan aktivitas ekonomi secara profesional. Oleh karena itu mereka pada umumnya bekerja di sektor informal dan secara umum dapat dikategorikan sebagai kelompok marginal perkotaan.

Selain menimbulkan berbagai masalah perkotaan sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, kondisi pendidikan dan keterampilan yang mereka miliki tentu secara khusus menjadi hambatan bagi mereka untuk mempertahankan hidup, terlebih meningkatkan kesejahteraan mereka. Tantangan dan persaingan hidup di perkotaan yang tentu lebih sulit dan ketat dibandingkan dengan tantangan dan persaingan hidup yang ada di perdesaan yang menjadi wilayah asal mereka, tentu membutuhkan strategi tersendiri agar mereka dapat tetap eksis dan jika memungkinkan memperoleh kondisi hidup yang lebih baik dari sebelum.

Kajian para ahli, hasil penelitian, dan komentar dari berbagai pihak berkenaan dengan urbanisasi dan masalah perkotaan, ditambah lagi hasil prasurvey penulis, menjadikan penulis merasa tertarik untuk melakukan kajian khusus, dalam bentuk penelitian, yang hasilnya akan dituangkan dalam skripsi berjudul: Strategi Urbanis dalam Mempertahankan Hidup di Kelurahan Cinta Damai Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Masalah merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, maka yang menjadi permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Strategi apa saja yang dilakukan urbanis dalam mempertahankan hidup dan bagaimana kondisi


(9)

19 sosial ekonomi urbanis di Kelurahan Cinta Damai Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan?”.

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk lebih menjamin fokus dan ketajaman kajian tentang strategi urbanis dalam mempertahankan hidup, maka penulis membatasi materi kajian sebagai berikut :

a. Objek kajian dibatasi pada keluarga urbanis yang bekerja bukan sebagai PNS/TNI/POLRI.

b. Erat kaitannya dengan point a, bahwa keluarga urbanis yang menjadi objek kajian dibatasi pada keluarga yang melakukan urbanisasi atas inisiatif sendiri dan/atau ajakan orang lain, bukan karena mutasi kerja dari suatu instansi atau lembaga tempat mereka bekerja.

c. Keluarga urbanis yang menjadi obyek kajin dibatasi pada keluarga yang daerah asalnya adalah berstatus desa, bukan kelurahan. Jika daerah asal mereka berupa ibukota kecamatan, maka daerah tersebut harus berstatus desa, dan secara sosiologis memiliki ciri-ciri pedesaan, terutama ditandai dengan sektor pertanian sebagai mata pencaharian pokok penduduknya. d. Kondisi sosial ekonomi urbanis di kelurahan Cinta Damai Kecamatan


(10)

20 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan masalah penelitian yang dirumuskan sebelumnya, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui strategi yang dilakukan urbanis dalam mempertahankan hidup dan kondisi sosial ekonomi urbanis di Kelurahan Cinta Damai Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan”.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Temuan yang diperoleh melalui penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :

1) Memberikan kontribusi keilmuan berupa pengetahuan mengenai kemampuan bertahan hidup kelompok masyarakat yang merupakan kaum urbanis.

2) Sebagai bahan referensi dalam memahami kondisi sosial ekonomi masyarakat marginal yang berstatus urbanis sekaligus merumuskan suatu kebijakan dan model pemberdayaan masyarakat miskin pada umumnya dan kaum urbanis pada khususnya..

1.5 Sistematika Penulisan

Rancangan dan hasil penelitian ini akan dilaporkan menurut sistematika penulisan sebagai berikut.


(11)

21 Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian teoritis tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran yang kemudian dituangkan dalam bentuk bagan alir pikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian serta teknik penarikan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data yang digunakan.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan uraian tentang gambaran lokasi penelitian, yaitu wilayah desa Mulyo Rejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, yang meliputi: sejarah singkat, gambaran umum masyarakat, sarana dan prasarana yang ada, serta uraian aspek pemerintahan.


(12)

22 Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari pengumpulan data penelitian, yaitu melalui kuesioner yang dibagikan kepada keluarga sampel yang kemudian diisi oleh responden penelitian, kemudian dianalisis sehingga dapat dipahami data yang ada serta makna yang ada di balik data penelitian tersebut. Uraian analisis diawali dengan informasi tentang kharakteristik umum responden, kondisi sosial ekonomi keluarga sampel, yang kemudian diakhiri dengan analisis strategi yang diterapkan keluarga responden dalam menghadapi kesulitan ekonomi yang ada.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan penelitian yang dirumuskan dari hasil analisis data, kemudian dilanjutkan dengan saran yang direkomendasikan berdasarkan kesimpulan penelitian yang diperoleh.


(1)

17 Salah satu kharakteristik wilayah kelurahan Cinta Damai adalah bahwa sebagian wilayahnya merupakan jalur rel kereta api. Pra survey yang penulis lakukan juga menginformasikan bahwa pinggiran jalur rel kereta api yang sering disebut jalur hijau ternyata dan sebenarnya tidak untuk pemukiman ternyata digunakan penduduk sebagai pemukiman. Di sepanjang pinggiran jalur rel kereta api yang ada di wilayah kelurahan Cinta Damai berdiri rumah-rumah penduduk yang pada umumnya sederhana.

Berdasarkan pengamatan penulis antara lain diketahui, bahwa pada umumnya penghuni pinggiran jalur rel kereta api tersebut bekerja di sektor informal, seperti pengumpul barang bekas, berdagang di persimpangan jalan, penarik becak, supir angkutan kota, dan bekerja serabutan (tidak menetap). Dilihat dari kondisi tempat tinggal mereka antara lain dapat dikemukakan bahwa mereka memiliki kualitas hidup yang cukup rendah.

Sebagian dari wilayah kelurahan Cinta Damai masih berupa lahan kosong. Lahan kosong tersebut antara lain milik Kodam I Bukit Barisan, milik perusahaan swasta, maupun milik pribadi yang tidak dikelola pemilik. Sebagian dari lahan tersebut digunakan penduduk sebagai lahan pertanian. Mereka bercocok tanam padi layaknya penduduk desa. Di atas lahan yang terkesan terlantar tersebut juga berdiri beberapa rumah sederhaana atau berupa gubuk yang dihuni penduduk.

Data sekunder yang diperoleh antara lain menginformasikan bahwa terdapat 275 kepala keluarga penduduk kelurahan Cinta Damai yang tergolong kaum urbanis. Mereka melakukan urbanisasi sekitar 1 hingga sembilan tahun yang lalu. Jumlah kaum urbanis yang cukup banyak tersebut antara lain bermukim di wilayah jalur rel kereta api, maupun lahan lain yang secara umum dapat digolongkan sebagai pemukiman kumuh.


(2)

18 Pada umumnya mereka memiliki pendidikan yang rendah dan tidak memiliki keterampilan yang dapat diandalkan untuk memperoleh pekerjaan di sektor formal atau melakukan aktivitas ekonomi secara profesional. Oleh karena itu mereka pada umumnya bekerja di sektor informal dan secara umum dapat dikategorikan sebagai kelompok marginal perkotaan.

Selain menimbulkan berbagai masalah perkotaan sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, kondisi pendidikan dan keterampilan yang mereka miliki tentu secara khusus menjadi hambatan bagi mereka untuk mempertahankan hidup, terlebih meningkatkan kesejahteraan mereka. Tantangan dan persaingan hidup di perkotaan yang tentu lebih sulit dan ketat dibandingkan dengan tantangan dan persaingan hidup yang ada di perdesaan yang menjadi wilayah asal mereka, tentu membutuhkan strategi tersendiri agar mereka dapat tetap eksis dan jika memungkinkan memperoleh kondisi hidup yang lebih baik dari sebelum.

Kajian para ahli, hasil penelitian, dan komentar dari berbagai pihak berkenaan dengan urbanisasi dan masalah perkotaan, ditambah lagi hasil prasurvey penulis, menjadikan penulis merasa tertarik untuk melakukan kajian khusus, dalam bentuk penelitian, yang hasilnya akan dituangkan dalam skripsi berjudul: Strategi Urbanis dalam Mempertahankan Hidup di Kelurahan Cinta Damai Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Masalah merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, maka yang menjadi permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “Strategi apa saja yang dilakukan urbanis dalam mempertahankan hidup dan bagaimana kondisi


(3)

19 sosial ekonomi urbanis di Kelurahan Cinta Damai Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan?”.

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk lebih menjamin fokus dan ketajaman kajian tentang strategi urbanis dalam mempertahankan hidup, maka penulis membatasi materi kajian sebagai berikut :

a. Objek kajian dibatasi pada keluarga urbanis yang bekerja bukan sebagai PNS/TNI/POLRI.

b. Erat kaitannya dengan point a, bahwa keluarga urbanis yang menjadi objek kajian dibatasi pada keluarga yang melakukan urbanisasi atas inisiatif sendiri dan/atau ajakan orang lain, bukan karena mutasi kerja dari suatu instansi atau lembaga tempat mereka bekerja.

c. Keluarga urbanis yang menjadi obyek kajin dibatasi pada keluarga yang daerah asalnya adalah berstatus desa, bukan kelurahan. Jika daerah asal mereka berupa ibukota kecamatan, maka daerah tersebut harus berstatus desa, dan secara sosiologis memiliki ciri-ciri pedesaan, terutama ditandai dengan sektor pertanian sebagai mata pencaharian pokok penduduknya. d. Kondisi sosial ekonomi urbanis di kelurahan Cinta Damai Kecamatan


(4)

20 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan masalah penelitian yang dirumuskan sebelumnya, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui strategi yang dilakukan urbanis dalam mempertahankan hidup dan kondisi sosial ekonomi urbanis di Kelurahan Cinta Damai Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan”.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Temuan yang diperoleh melalui penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :

1) Memberikan kontribusi keilmuan berupa pengetahuan mengenai kemampuan bertahan hidup kelompok masyarakat yang merupakan kaum urbanis.

2) Sebagai bahan referensi dalam memahami kondisi sosial ekonomi masyarakat marginal yang berstatus urbanis sekaligus merumuskan suatu kebijakan dan model pemberdayaan masyarakat miskin pada umumnya dan kaum urbanis pada khususnya..

1.5 Sistematika Penulisan

Rancangan dan hasil penelitian ini akan dilaporkan menurut sistematika penulisan sebagai berikut.


(5)

21 Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian teoritis tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran yang kemudian dituangkan dalam bentuk bagan alir pikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian serta teknik penarikan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data yang digunakan.

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan uraian tentang gambaran lokasi penelitian, yaitu wilayah desa Mulyo Rejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, yang meliputi: sejarah singkat, gambaran umum masyarakat, sarana dan prasarana yang ada, serta uraian aspek pemerintahan.


(6)

22 Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari pengumpulan data penelitian, yaitu melalui kuesioner yang dibagikan kepada keluarga sampel yang kemudian diisi oleh responden penelitian, kemudian dianalisis sehingga dapat dipahami data yang ada serta makna yang ada di balik data penelitian tersebut. Uraian analisis diawali dengan informasi tentang kharakteristik umum responden, kondisi sosial ekonomi keluarga sampel, yang kemudian diakhiri dengan analisis strategi yang diterapkan keluarga responden dalam menghadapi kesulitan ekonomi yang ada.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan penelitian yang dirumuskan dari hasil analisis data, kemudian dilanjutkan dengan saran yang direkomendasikan berdasarkan kesimpulan penelitian yang diperoleh.