Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kajian Teori Perkembangan Iman James Fowler terhadap Spiritualitas Pemuda GPIB Jemaat Immanuel Semarang T1 712012008 BAB V
5. Penutup
5.1 Kesimpulan
Melalui penelitian di GPIB Jemaat Immanuel Semarang penulis
menemukan dua kesimpulan sebagai berikut:
1. Berada pada tahap perkembangan iman individuatif-reflektif membuat
kehidupan spiritualitas pemuda ditentukan oleh ego eksekutif yang ada pada
masing-masing individu. Pemahaman tentang pertumbuhan spiritualitas
cenderung kurang yang dapat dilihat dari dimensi kepercayaan, praktis dan etis
spiritualitas.
Mereka
cenderung
meragukan
dan
kecewa
terhadap
kemahakuasaan Allah dalam kehidupan mereka. Relasi dengan Tuhan yang
dapat ditemui dalam ibadah, doa, puasa, meditasi (ritual dan devosional) dapat
dikatakan sangat kering. Pemuda lebih tertarik untuk bertindak secara nyata
baik secara pribadi maupun kelompok dalam hal ini wadah persekutuan
Gerakan Pemuda (GP) GPIB Immanuel Semarang. Dalam pengambilan
keputusan mereka menggunakan suara hati yang acap kali dipandang sebagai
bukti dari kehadiran diri Allah dalam kehidupan mereka.
2. GPIB jemaat Immanuel Semarang sebagai wadah pemuda bertumbuh dan
berkembang secara iman belum memperhatikan kebutuhan spiritual pemuda.
Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya program non rutin yang dilakukan oleh
Majelis Jemaat untuk pembinaan pemuda, khususnya tentang bagaimana
membangun spiritualitas pemuda. Selama ini hanya sebatas materi-materi
katekisasi yang sudah pakem ditetapkan oleh Majelis Sinode. Pemuda sebagai
generasi masa depan gereja perlu disiapkan sebaik mungkin, terutama hal-hal
yang menyentuh ranah spiritual sehingga di masa mendatang gereja dapat
menghadapi kompleksitas kehidupan bermasyarakat.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan tentang kajian
kritis teori perkembangan iman James Fowler terhadap spiritualitas pemuda, maka
penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Gereja perlu menyiapkan tenaga khusus (mentor) untuk mendampingi
pelayanan kategorial dalam hal ini pemuda sesuai dengan bidangnya agar
dapat fokus mempersiapkan materi yang sesuai dengan perkembangan iman
dan spiritualitas pemuda. Jika belum bisa dihadirkan tenaga khusus tersebut
lebih baik ketua III dan pendeta berkoordinasi dengan lebih efisien sehingga
pelayanan yang ada tidak hanya menitikberatkan pada pelayanan kategorial
tertentu saja. Ke depannya agar Gereja lebih memperhatikan kebutuhan
pemuda seperti pembinaan yang berkesinambungan di tingkat jemaat agar
dapat diikuti oleh seluruh anggota pemuda.
2. Bagi Fakultas Teologi lebih memberikan banyak referensi baik berupa ilmu
Pendidikan Agama Kristen (PAK) maupun sumber-sumber mengenai
spiritualitas dalam perkembangan iman manusia secara menyeluruh.
3. Bagi peneliti selanjutnya jika akan meneliti tentang spiritualitas pemuda
dapat menggunakan teori-teori lainnya yang berkaitan dengan perkembangan
pemuda.
5.1 Kesimpulan
Melalui penelitian di GPIB Jemaat Immanuel Semarang penulis
menemukan dua kesimpulan sebagai berikut:
1. Berada pada tahap perkembangan iman individuatif-reflektif membuat
kehidupan spiritualitas pemuda ditentukan oleh ego eksekutif yang ada pada
masing-masing individu. Pemahaman tentang pertumbuhan spiritualitas
cenderung kurang yang dapat dilihat dari dimensi kepercayaan, praktis dan etis
spiritualitas.
Mereka
cenderung
meragukan
dan
kecewa
terhadap
kemahakuasaan Allah dalam kehidupan mereka. Relasi dengan Tuhan yang
dapat ditemui dalam ibadah, doa, puasa, meditasi (ritual dan devosional) dapat
dikatakan sangat kering. Pemuda lebih tertarik untuk bertindak secara nyata
baik secara pribadi maupun kelompok dalam hal ini wadah persekutuan
Gerakan Pemuda (GP) GPIB Immanuel Semarang. Dalam pengambilan
keputusan mereka menggunakan suara hati yang acap kali dipandang sebagai
bukti dari kehadiran diri Allah dalam kehidupan mereka.
2. GPIB jemaat Immanuel Semarang sebagai wadah pemuda bertumbuh dan
berkembang secara iman belum memperhatikan kebutuhan spiritual pemuda.
Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya program non rutin yang dilakukan oleh
Majelis Jemaat untuk pembinaan pemuda, khususnya tentang bagaimana
membangun spiritualitas pemuda. Selama ini hanya sebatas materi-materi
katekisasi yang sudah pakem ditetapkan oleh Majelis Sinode. Pemuda sebagai
generasi masa depan gereja perlu disiapkan sebaik mungkin, terutama hal-hal
yang menyentuh ranah spiritual sehingga di masa mendatang gereja dapat
menghadapi kompleksitas kehidupan bermasyarakat.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan tentang kajian
kritis teori perkembangan iman James Fowler terhadap spiritualitas pemuda, maka
penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Gereja perlu menyiapkan tenaga khusus (mentor) untuk mendampingi
pelayanan kategorial dalam hal ini pemuda sesuai dengan bidangnya agar
dapat fokus mempersiapkan materi yang sesuai dengan perkembangan iman
dan spiritualitas pemuda. Jika belum bisa dihadirkan tenaga khusus tersebut
lebih baik ketua III dan pendeta berkoordinasi dengan lebih efisien sehingga
pelayanan yang ada tidak hanya menitikberatkan pada pelayanan kategorial
tertentu saja. Ke depannya agar Gereja lebih memperhatikan kebutuhan
pemuda seperti pembinaan yang berkesinambungan di tingkat jemaat agar
dapat diikuti oleh seluruh anggota pemuda.
2. Bagi Fakultas Teologi lebih memberikan banyak referensi baik berupa ilmu
Pendidikan Agama Kristen (PAK) maupun sumber-sumber mengenai
spiritualitas dalam perkembangan iman manusia secara menyeluruh.
3. Bagi peneliti selanjutnya jika akan meneliti tentang spiritualitas pemuda
dapat menggunakan teori-teori lainnya yang berkaitan dengan perkembangan
pemuda.