Hubungan Stres Kerja Dengan Prestasi Kerja Perawat Di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Sumber daya manusia merupakan salah satu kunci pokok yang harus

diperhatikan, dengan segala kebutuhannya dalam sebuah Rumah Sakit. Sumber
daya manusia yang dimiliki sangat mempengaruhi berhasil atau tidaknya
pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit (Johani,2002). Salah satu sumber
daya yang terpenting dalam rumah sakit adalah perawat, dimana jumlah perawat
merupakan jumlah terbesar dari seluruh petugas yang ada di rumah sakit.
Keberadaan perawat adalah sebagai ujung tombak pelayanan harus benarbenar diperhatikan dan dikelola secara profesional sehingga memberikan
kontribusi yang positif bagi masyarakat dan untuk kemajuan rumah sakit itu
sendiri (Depkes, 2003).
Berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI NO.938/Menkes/SK/XI/1992
menyebutkan bahwa rumah sakit adalah tempat yang memberikan pelayanan
kesehatan yang bersifat dasar spesialistik dan subspesialistik serta memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalm rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Rumah sakit juga sebagai organisasi dan perawat merupakan salah satu

sub sistem yang berhubungan erat dan saling bergantung dengan sub sistem
lainnya yang ada di rumah sakit. Pelayanan keperawatan mempunyai peran
penting dalam menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Salah satu faktor yang mendukung keyakinan di atas adalah kenyataan yang dapat

1
Universitas Sumatera Utara

2

dilihat di setiap instalasi pelayanan kesehatan rumah sakit, dimana tenaga-tenaga
kesehatan dituntut selama 24 jam siap siaga dalam pelayanan jasa pasien.
Stres kerja merupakan salah satu masalah yang serius didunia bahkan stres
ditempat kerja bisa membebani perusahaan dengan biaya yang mahal karena
menurunnya produktivitas sebagai efek stres karyawan. The SeventhAnnual
Labour Day Survey (2001) melaporkan bahwa 1 dari 5 orang penduduk Amerika

mengalami stres kerja disepanjang hidup mereka. Survei ini juga dilakukan oleh
Yale University and The Families Work Institute yang mengatakan bahwa 40%


pekerja di Amerika juga mengalami stres berat berkaitan dengan pekerjaan
mereka (Akramunnas, 2009).
Selye (1950, dikutip dari Hidayat, 2007) mengatakan bahwa stres
merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau
beban atasnya. Artinya bila seseorang yang mengalami beban atau tugas yang
berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka
tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, yang
menyebabkan orang tersebut dapat mengalami stres. Sebaliknya apabila seseorang
yang dengan beban tugas yang berat tetapi mampu mengatasi beban tersebut
dengan tubuh berespon dengan baik, maka orang itu tidak akan mengalami stres.
Rosiana (2008) mengatakan bahwa saat ini perawat merupakan salah satu
profesi yang rentan mengalami stres kerja. Stres kerja tersebut disebabkan karena
adanya tuntutan pekerjaannya yang semakin kompleks. Pernyataan ini didukung
juga oleh Robbins (1998, dalam Rosiana, 2008) yang mengatakan bahwa perawat
yang bekerja di dalam bidang kesehatan cenderung mempunyai tingkat stres yang

Universitas Sumatera Utara

3


tinggi, karena tugas dan tanggung jawab perawat bukanlah hal yang ringan untuk
dipikul hal inilah yang bisa menimbulkan stres kerja pada perawat. Tingkat stres
yang tinggi yang dihadapi oleh perawat didalam bekerja akan sangat
mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan
secara tidak langsung akan mempengaruhi ritme kinerja para perawat yang
dituntut untuk memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan skill,
knowledge dan kemampuan psikologis dalam menghadapi tantangan kerja

padaperawatan

pekerjaan

untuk

memberikan

layanan

yang


berkualitas

kepadapasien dan keluarganya.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan, perawat tidak terlepas dari
penilaian kinerja perawat untuk melihat prestasi kerja perawat sebagai bentuk
penghargaan atau reward kepada perawat yang kinerja nya baik.
Seorang pekerja dalam hal ini perawat dikatakan memiliki prestasi dalam
bekerja, jika beban kerja yang ditetapkan tercapai atau jika realisasi hasil lebih
tinggi daripada yang ditetapkan. Kondisi ini disebut prestasi dalam kategori
terbaik. Tuntutan yang tidak mampu dikendalikan oleh setiap perawat akan
menimbulkan ketegangan dalam diri perawat dan jika tidak dapat diatasi maka
perawat tersebut akan mengalami stress (Hariandja, 2002).
Prestasi kerja seorang tenaga kerja berkaitan dengan karakteristik
kepribadian tertentu yang harus dimiliki tenaga kerja dalam menyelesaikan tugastugasnya antara lain teliti, akurat, taat aturan dan prosedur, gesit atau cepat, penuh
konsentrasi dan ramah serta sopan. Enam karakteristik tersebut harus dimiliki oleh
semua tenaga kerja karena hal tersebut merupakan karakteristik inti kepribadian.

Universitas Sumatera Utara

4


Karakteristik inti tersebut menjadi perilaku dan sikap standar bagi semua tenaga
kerja dan dijadikan standar dalam menyeleksi calon tenaga kerja baru (Dharma,
1995).
Hampir setiap kondisi pekerjaan dapat menyebabkan stress, tergantung
reaksi pekerja bagaimana menghadapinya. Faktor di lingkungan kerja yang dapat
menyebabkan stress pada diri pekerja antara lain beban kerja yang berlebihan,
desakan waktu dalam menangani pasien yang membuat perawat tertekan,
beberapa tekanan juga datang dari sikap pimpinan, konflik dan ambiguitas peran
mampu menyebabkan stress bagi pekerja (Davis, 1996).
Seorang perawat yang dalam bidang pengabdiannya selalu bertemu
dengan orang lain dan berinteraksi sosial, komunikasi dengan teman sejawat dan
pasien. Dalam pengabdiannya, seorang perawat tidak dapat memilih pasien yang
dirawatnya. Dirumah sakit seorang perawat ditempatkan disuatu ruangan tertentu.
(Singgih D.Gurasa dan Ny.Singgih D.Gurasa, 2003).
Pasien yang dihadapi menderita penyakit yang berbeda-beda, mereka yang
berasal dari berbagai latar belakang dengan usia yang berbeda-beda pula.
Pekerjaan-pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi kehidupan manusia juga
mengakibatkan stres, contoh tenaga medis mempunyai beban kerja yang berat dan
harus menghadapi situasi kehidupan dan kematian setiap hari. (Bart Smet,1993).

Keadaan ini sama halnya dengan semakin besar tekanan yang dialami
seseorang maka makin besar stres yang dialami. (Abraham Charles,1997).
Layari tarigan (2004) yang melakukan penelitian di bagian ruang bedah
RSU Santa Elisabeth Medan bahwa perawat mengalami stres kerja disebabkan

Universitas Sumatera Utara

5

komunikasi dengan atasan dan teman kerja tidak baik, mudah bosan , merasa tidak
puas terhadap sesuatu yang salah dan beban kerja untuk gaji, merasa tidak
seefisien sebagaimana mestinya, merasa tidak mempunyai perasaan secara
emosional terhadap masalah dan kebutuhan orang lain dan frustasi dalam
melaksanakan pekerjaan.
Stress dapat membantu atau merusak prestasi kerja tergantung seberapa
besar tingkat stress itu. Bila tidak ada stress, tantangan kerja juga tidak ada dan
prestasi kerja cenderung menurun, sejalan dengan meningkatnya stress, prestasi
kerja cenderung naik karena stress kerja membantu perawat untuk mengarahkan
segala sumber daya dalam memenuhi kebutuhan kerja. Bila stress kerja terlalu
besar maka prestasi kerja cenderung menurun karena stress mengganggu

pelaksanaan pekerjaan.Pekerja kehilangan kemampuan untuk mengendalikannya,
menjadi tidak mampu mengambil keputusan, dan perilakunya menjadi tidak
menentu (Gitosudarmo, 2000).
Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar merupakan salah satu Rumah
Sakit yang dikelola oleh pihak swasta yang beroperasi selama 24 jam yang baru
saja menerima pelayanan kesehatan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan
yang mengakibatkan bertambahnya jumlah pasien dari hari ke hari yang
mengakibatkan beban kerja perawat pun meningkat. Rata-rata jumlah pasien di
ruang IGD pada bisa mencapai 30 orang setelah penerimaan pelayanan BPJS di
rumah sakit tersebut. Rumah Sakit ini memiliki 155 orang perawat, yang terdiri
dari 19 orang perawat di ruang OK (Operatie Kamer), 14 orang perawat di ruang

Universitas Sumatera Utara

6

IGD (Instalasi Gawat Darurat), 10 orang perawat di ruang ICU (Intensive Care
Unit) dan sisanya perawat yang diruang rawat inap dan di poliklinik rawat jalan.
Pada survey awal yang dilakukan penulis dengan melakukan wawancara
ke beberapa perawat, diperoleh informasi bahwa di ruang IGD dan ICU

merupakan lingkungan kerja yang memiliki kecenderungan stres yang tinggi. Hal
ini dimungkinkan karena perawat IGD dan ICU dihadapkan pada pasien dengan
kondisi jiwa yang terancam, sehingga membutuhkan perhatian, pengetahuan dan
keterampilan khusus untuk dapat memberikan tindakan dengan cepat dan tepat.
Hal lain juga sebagai penyebab stres bagi perawat IGD dan ICU berasal
dari keluarga pasien sehingga keluarga pasien sering mengeluh dan memberikan
kritikan–kritikan sepihak tanpa mempertimbangkan beban dan situasi kerja
perawat. Kondisi ini pula menjadi penyebab lain stres bagi perawat. Selain
kondisi pasien yang kritis, ruang IGD dan ICU yang dilengkapi dengan berbagai
fasilitas yang memerlukan keterampilan khusus seperti monitor jantung, respirator
dan suasana kerja yang tenang memberikan kesan yang serius, serta menuntut
ketrampilan khusus untuk dapat melaksanakan pekerjaan di ruang IGD dan ICU.
Kondisi kerja tersebut juga merupakan stressor yang kuat terhadap stres kerja
bagi Perawat IGD dan ICU.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin melakukan penelitian
lebih lanjut tentang hubungan stress kerja perawat dengan prestasi kerja pada
perawat di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar. Dan penelitian ini akan
dilakukan pada dua shift, yaitu shift pagi dan shift sore. Hal itu dilakukan

Universitas Sumatera Utara


7

berdasarkan izin pihak rumah sakit yang hanya mengizinkan peneliti melakukan
penelitian pada dua shift.
1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

masalah

yang

dikemukakan,


maka

permasalahan penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan stres kerja perawat
dengan prestasi kerja pada perawat di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar
tahun 2016.
1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan stres kerja perawat dengan prestasi kerja pada perawat di Rumah Sakit
Vita Insani Pematang Siantar tahun 2016.
1.3.2

Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :


1. Mengetahui tingkat stres kerja pada perawat di Rumah Sakit Vita Insani
Pematang Siantar tahun 2016.
2. Mengetahui tingkat prestasi kerja pada perawat di Rumah Sakit Vita Insani
Pematang Siantar tahun 2016.
3. Mengetahui hubungan stres kerja perawat dengan prestasi kerja pada
perawat di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara

8

1.4

Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ho :

Tidak ada hubunganstres kerja perawat dengan prestasi kerja pada
perawat di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar tahun 2016

2. Ha :

Ada hubungan stres kerja perawat dengan prestasi kerja pada
perawat di Rumah Sakit Vita Insani Pematang Siantar tahun 2016

1.5

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada rumah sakit
dalam mengatasi masalah stress kerja dan upaya meningkatkan prestasi
kerja perawat.
2. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pemikiran guna memperluas
cakrawala wawasan dalam bidang manajemen sumber daya manusia
khususnya dalam masalah stress kerja dan prestasi kerja perawat.
3. Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi yang menjadi
perbandingan dalam melakukan penelitian sejenisnya di masa yang akan
datang.

Universitas Sumatera Utara