Hubungan Modified Graeb Score Dengan Kematian Dalam 14 Hari Pertama Pada Penderita Stroke Perdarahan Intraventrikular

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika
Serikat (AS) setelah penyakit jantung dan kanker. Setiap tahun sekitar
795.000 orang mengalami stroke pertama kali ataupun ulangan. Sekitar
610.000 orang mengalami serangan pertama kali dan sekitar 185.000
orang mengalami stroke berulang. Angka kematian dari tahun 2007
mengindikasikan 1 dari 18 kematian disebabkan oleh stroke di AS. Rata–
rata setiap 40 detik seseorang di AS mengalami stroke. Dari tahun 19972007 rata-rata angka kematian stroke adalah 44,8% dan jumlah
sebenarnya menurun sebesar 14,7% (Roger dkk, 2011).
Dari seluruh kasus stroke, sekitar 87% merupakan stroke iskemik dan
sisanya merupakan perdarahan (Rosamond dkk, 2008). Perdarahan
intraventrikular primer merupakan bentuk dari perdarahan intraserebral
yang jarang dijumpai, dilaporkan sebesar 0,31% dari seluruh kasus stroke
dan sebesar 3,3% dari kasus perdarahan intraserebral. Prevalensi
perdarahan intraventrikuler bervariasi, yaitu sekitar 2%-7%. Hampir sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Flint dkk, dari 551 kasus stroke
perdarahan dilaporkan perdarahan intraventrikular primer dijumpai pada
15 pasien (2,7%) (Arboix dkk, 2012).


Angka kejadian

perdarahan

Universitas Sumatera Utara

22

intraventrikular primer lain yang pernah dilaporkan yaitu sebesar 3,1% dari
seluruh pasien dengan perdarahan intrakranial (Giray dkk, 2009).
Banyak faktor yang diduga berhubungan dengan perdarahan
intraventrikular primer, namun hipertensi merupakan faktor yang paling
sering ditemukan (Giray dkk, 2009). Faktor risiko lain yang pernah
dilaporkan adalah hipertensi (66,7%), penyakit katup jantung (16,7%),
atrial fibrilasi (41,7%), penyakit jantung iskemik (8,3%), penyakit vaskular
perifer (8,3%) dan penggunaan anti koagulan oral (16,7%) (Arboix dkk,
2012).
Perdarahan intraventrikular dapat terjadi dalam setiap rentang usia,
dengan puncak usia antara 40-60 tahun, dan rasio angka kejadian pada

pria : wanita adalah 1,4 : 1. Gambaran klinis pada kasus perdarahan
intraventrikular yang pernah dilaporkan adalah nyeri kepala (42,9%),
muntah (42,9%) dan kelemahan (14,2%). Durasi onset gejala pada
perdarahan intraventrikular berlangsung singkat, dimana onset < 1 hari
dijumpai sebesar 75% dan onset 1-7 hari sebesar 25% (Giray dkk, 2009;
Chiewvit dkk, 2009).
Perdarahan intraventrikular memiliki outcome yang lebih buruk
dibandingkan perdarahan non-intraventrikular.

Outcome buruk pada

perdarahan intraventrikular dijumpai sebesar 73%, sedangkan pada
perdarahan

non-intraventrikular

sebesar

27,2%.


Mortalitas

pada

perdarahan intraventrikular dijumpai sebesar 30,4% sedangkan pada
perdarahan non-intraventrikular sebesar 12,6% (Hallevi dkk, 2008).

Universitas Sumatera Utara

23

Rata-rata lama perawatan pasien perdarahan intraventrikular di
Rumah Sakit (RS) adalah 4 (1-8) hari. Sebanyak 13% mengalami
kematian selama perawatan, 53% menunjukkan perbaikan dan 34% tidak
menunjukkan

perbaikan

perawatan di RS


(Hameed

dkk,

2005).

Mortalitas

selama

dilaporkan sebesar 42%. Beberapa penelitian lain

menunjukkan angka mortalitas selama perawatan di RS sebesar 20%46%, dimana prognosis perdarahan intraventrikular primer dilaporkan
lebih baik dibandingkan dengan perdarahan intraventrikular sekunder
(Giray dkk, 2009).
Dari 12 pasien dengan perdarahan intraventrikular dilaporkan 5
pasien

mengalami


kematian,

dengan

rata-rata

mortalitas

selama

perawatan di RS sebesar 41,7% dan meningkat menjadi 60% pada pasien
yang berusia ≥ 85 tahun. Rata-rata waktu saat onset gejala menuju
kematian adalah 11 hari (6–13,5 hari), dimana penyebab kematiannya
adalah herniasi serebral, pneumonia, sepsis dan sisanya tidak diketahui
(Arboix dkk, 2012). Riwayat diabetes melitus, koagulopati sebagai faktor
etiologi yang mendasari dan akumulasi perdarahan pada seluruh ventrikel
dilaporkan dapat memprediksi terjadinya mortalitas dini selama perawatan
di RS (Hameed dkk, 2005).
Diagnosis klinis dari perdarahan intraventrikular primer sangat sulit
dan


jarang

dicurigai

sebelum

dilakukan

pemeriksaan

Computed

Tomography Scan (CT Scan) kepala, meskipun gejala klinis menunjukkan
diagnosis mengarah ke perdarahan intraventrikular namun pemeriksaan
CT Scan kepala diperlukan untuk konfirmasi. Menurut American Heart

Universitas Sumatera Utara

24


Association (AHA) Guidelines tahun 2015, CT Scan kepala sangat sensitif
dalam mengidentifikasi perdarahan akut dan dipertimbangkan sebagai
baku emas (Class I : Level of evidence A) (Hemphill III dkk, 2015).
Computed Tomography Scan dapat membantu dalam penegakan
diagnosa stroke hemoragik dan dalam membedakan antara perdarahan
intraserebral,

perdarahan

subarakhnoid,

perdarahan

subdural

dan

perdarahan intraventrikular. Uji reliabilitas interater pada pemeriksaan CT
Scan sangat baik (k = 0,862 untuk menentukan jenis perdarahan dan k =

0,866 untuk menentukan lokasi lesi). Hubungan antara gambaran CT
Scan kepala terhadap outcome yang menunjukkan hasil signifikan adalah
ukuran hematoma > 60 cm3 (p = 0,013) dan akumulasi perdarahan pada
intraventrikular (p = 0,003) (Chiewwit dkk, 2009).
Gambaran CT Scan kepala dari perdarahan intraventrikular primer
adalah terdapatnya darah

yang berupa gambaran hiperdens, hanya

terdapat dalam sistem ventrikel tanpa adanya ruptur atau laserasi dinding
ventrikel. Luasnya perdarahan di sistem ventrikel pada gambaran CT
Scan kepala dapat dinilai dengan beberapa sistem salah satunya adalah
Modified Graeb Score (mGS) (Hinson dkk, 2010).
Modified Graeb Score merupakan skala semikuantitatif untuk
menghitung volume perdarahan intraventikular. Pemeriksaan ini

dapat

diandalkan dalam menentukan prognosis yang dapat diaplikasikan secara
cepat dalam praktik klinis sehari-hari dan dapat digunakan dalam

penelitian (Morgan dkk, 2013).

Universitas Sumatera Utara

25

Menurut Husni dan Arifin (2013), mGS dapat digunakan oleh para
klinisi untuk menghitung secara cepat perkiraan dari volume perdarahan
intraventrikular, serta penambahan dari volume perdarahan meningkatkan
kekuatan prediksi dari hasil akhir klinis yang buruk dan kematian secara
signifikan.
Graeb Score memiliki tingkat akurasi yang baik dalam memprediksi
outcome (0,743, 95% Confidence Interval (CI) 0,601–0,886) bila dinilai
saat pasien masuk sampai onset hari ke-enam, dengan nilai sensitifitas
sebesar 76,3% dan spesifisitas sebesar 64,3% (Hwang dkk, 2011).
Sebuah studi yang mengambil data dari The Cloth Lysis : Evaluation
Accelerated Resolution Of Hemorrhage With rTPA B (CLEAR B)
menunjukkan bahwa nilai rata-rata mGS adalah 20 (16-32) dan

mGS


memiliki hubungan dengan volume perdarahan (R = 0,80, p < 0,0001, R2
= 0,65). Hubungan antara nilai mGS dan volume perdarahan lebih kuat
pada perdarahan intraventrikular yang lebih kecil (< 40 ml; R = 0,90
versus > 40 ml; R = 0,71). Perubahan nilai mGS memiliki hubungan
dengan perubahan volume perdarahan (R = 0,57, p < 0,001), tetapi tidak
signifikan (z = 0,63, p = 0,52). Nilai Area Under The Curve (AUC) dalam
memprediksi outcome yang buruk selama 180 hari pada mGS sebesar
0,74 (95% CI, 0,57-0,90). Nilai reliabilitas antara dua pembaca dalam
menentukan volume perdarahan sebesar 0,98 (95% CI, 0,98-0,98).
Konsistensi dan reproducibility antar dua pembaca cukup tinggi, yaitu
Intraclass Correlation Coefficient (ICC) > 0,94 (95% CI, 0,93–0,95) untuk

Universitas Sumatera Utara

26

konsistensi dan ICC 0,90 (95% CI, 0,85–0,95) untuk reproducibility
(Morgan dkk, 2013).
Studi yang mengambil data dari Virtual International Stroke Trials

Archive (VISTA) menunjukkan nilai rata-rata mGS adalah 6 (3-11), dimana
outcome yang buruk dijumpai sebesar 69,2% dan kematian sebesar
29,3% serta nilai reabilitas mGS antara dua pembaca adalah 73,7% (95%
CI, 71,0–76,2) dengan nilai korelasi koefisien sebesar 0,94 (95% CI, 0,93–
0,95) (Morgan dkk, 2013).

1.2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang penelitian-penelitian terdahulu seperti
yang telah diuraikan diatas, dirumuskanlah masalah sebagai berikut :
Apakah terdapat hubungan Modified Graeb Score dengan kematian
dalam 14 hari pertama pada penderita stroke perdarahan intraventrikular.

1.3. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan :
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan Modified Graeb Score dengan
kematian dalam 14 hari pertama pada penderita stroke perdarahan
intraventrikular.
1.3.2. Tujuan Khusus
1.3.2.1. Untuk

mengetahui

hubungan Modified Graeb Score

pada penderita stroke perdarahan intraventrikular yang

Universitas Sumatera Utara

27

mendapatkan tatalaksana konservatif dengan kematian
dalam 14 hari pertama yang dirawat di RS Umum Pusat
H. Adam Malik Medan dan RS jejaring.
1.3.2.2. Untuk

mengetahui

hubungan Modified Graeb Score

pada penderita stroke perdarahan intraventrikular yang
mendapatkan tatalaksana operatif dengan kematian
dalam 14 hari pertama yang dirawat di RS Umum Pusat
H. Adam Malik Medan dan RS jejaring.
1.3.2.3. Untuk mengetahui nilai rerata Modified Graeb Score
penderita stroke perdarahan intraventrikular yang dirawat
di RS Umum Pusat H. Adam Malik Medan dan RS
jejaring.
1.3.2.4. Untuk mengetahui karakteristik demografis penderita
stroke perdarahan intraventrikular yang dirawat di RS
Umum Pusat H. Adam Malik Medan dan RS jejaring.
1.4. HIPOTESIS
Ada hubungan Modified Graeb Score dengan kematian dalam 14
hari pertama pada penderita stroke perdarahan intraventrikular.
1.5. MANFAAT PENELITIAN
1.5.1. Manfaat Penelitian Untuk Peneliti
Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
kewajiban pada Program Pendidikan Dokter Spesialis di bagian

Universitas Sumatera Utara

28

Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/ RS
Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
1.5.2. Manfaat Penelitian Untuk Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara
keilmuan tentang hubungan antara Modified Graeb Score dengan
kematian dalam 14 hari pertama pada penderita stroke perdarahan
intraventrikular dan dapat dijadikan dasar bagi penelitian selanjutnya.
1.5.3. Manfaat Penelitian Untuk Masyarakat
Dengan mengetahui hubungan antara Modified Graeb Score
dengan kematian dalam 14 hari pertama
perdarahan

intraventrikular,

pada penderita stroke

diharapkan

masyarakat

dapat

mengetahui kemungkinan terjadinya outcome buruk berupa kematian
dari penderita stroke perdarahan intraventrikular.

Universitas Sumatera Utara