Pembuatan Tablet Parasetamol Untuk Anak-anak Secara Granulasi Basah Dengan Ekstrak Buah Stroberi (Fragaria vesca L. ) Sebagai Pewarna

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Uraian Tumbuhan
Stroberi (Fragaria vesca L.) bukan merupakan tanaman asli Indonesia.

Negara penghasil stroberi utama di dunia adalah Amerika Serikat. Negara
produsen kedua setelah Amerika Serikat adalah Eropa, kemudian disusul oleh
Jepang dan Meksiko. Di Amerika Serikat, terdapat 13 negara bagian penghasil
stroberi. Negara bagian penghasil terbesar adalah California, kemudian menyebar
ke Indonesia (Budiman dan Saraswati, 2005).
2.1.1

Sistematika tumbuhan
Sistematika buah stroberi (Fragaria vesca L.) sebagai berikut:

2.1.2

Kingdom


: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Kelas

: Dicotyledoneae

Bangsa

: Rosales

Suku

: Rosaceae

Marga


: Fragaria

Jenis

: Fragaria vesca L.

Morfologi tumbuhan
Tanaman stroberi merupakan tumbuhan menjalar dengan batang yang

bercabang-cabang, panjang batang berkisar 20 cm. Daun merupakan daun
majemuk ganjil, warna hijau, batang dan tangkai daun berwarna hijau, anak daun
sebanyak 4 sampai 6 lembar.

4
Universitas Sumatera Utara

Batang utama tanaman stroberi sangat pendek. Daun-daun terbentuk di
setiap buku. Pada ketiak daun terdapat pucuk aksilar. Daun stroberi merupakan
daun trifoliate dengan tepi bergerigi. Akar stroberi dewasa umumnya mempunyai

20- 35 akar primer dengan panjang akar sekitar 40 cm. Namun ada juga jenis
stroberi yang mempunyai 100 akar primer. Akar primer dapat bertahan lebih dari
satu tahun. Bunga tanaman stroberi mempunyai 5 kelopak, 5 daun mahkota, 2035 benang sari, dan ratusan pistil (putik) yang menempel pada dasar bunga
dengan pola melingkar. Bunga tersusun dalam infloresens (malai) yang terletak di
ujung tanaman. Pada kondisi pertumbuhan yang cocok, crown cabang yang
muncul dari ketiak daun terakhir akan membentuk bunga pada ujungnya sehingga
timbul kesan dua infloresens dalam satu tanaman. Buah stroberi berwarna merah
merupakan buah semu yang sebenarnya merupakan receptacle yang membesar.
Buah sejati yang berasal dari ovul yang telah diserbuki berkembang menjadi buah
kering dengan biji keras. Bunga primer mempunyai jumlah pistil terbanyak, yaitu
lebih dari 400 buah. Jumlah pistil pada bunga sekunder antara 200- 300 buah,
sedangkan pada buah tersier hanya 50- 150 buah,oleh karena itu, ukuran buah
terbesar adalah buah yang berasal dari bunga primer, kemudian disusul oleh
bunga sekunder, tersier, kuartener, dan kuiner. Stolon adalah batang yang tumbuh
horizontal sepanjang permukaan tanah (Budiman dan Saraswati, 2005).
2.1.3

Kandungan kimia dari stroberi
Kandungan kimia dari buah stroberi sangat banyak tetapi selain itu buah


stroberi mengandung gizi yang cukup lengkap antara lain

protein,

lemak,

karbohidrat, kalsium, fosfat, besi, energi, air dan vitamin. Kandungan gizi
(komposisi kimia) buah stroberi secara lengkap di tunjukkan dalam Tabel 2.1

5
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1. Kandungan gizi buah stroberi segar (Depkes,RI.,1979).
Kandungan Gizi

Nilai Satuan
37 kalori
0,8 g
0,5 g
8,0 g

28 mg
27 mg
0,8 mg
60 SI
0,03 g
60 mg
89,9 g

Energi
Protein
Lemak
Karbohidrat
Kalsium
Fosfat
Besi
Vitamin A
Vitamin B
Vitamin C
Air
2.1.4


Kegunaan tumbuhan
Buah stroberi pada zaman Yunani kuno diangkat sebagai lambang dewi

Cinta ini mampu mencegah jantung koroner dan menekan darah tinggi. Stroberi
juga bisa mengatasi masalah pencernaan, hati, rematik, radang, sendi dan encok.
Buah stroberi berguna membantu penyerapan zat besi dari sayuran yang
dikonsumsi. Selain itu, buah stroberi dapat membantu proses diet karena
mengandung antikarsinogen Buah yang hanya sedikit mengandung gula ini juga
sesuai untuk diet bagi penderita diabetes.
Buah stroberi dapat dimanfaatkan untuk kecantikan, diantaranya obat
jerawat, mempercantik kulit, menjadikan gigi putih, serta meningkatkan kekuatan
otak dan penglihatan (Budiman dan Saraswati, 2005).
2.1.5

Pewarna alami
Pewarna telah lama digunakan pada makanan untuk meningkatkan cita

rasanya. Pada mulanya zat warna yang digunakan adalah zat warna alami dari
tumbuhan dan hewan. Pewarna alami sebenarnya tidak semahal yang

diperikirakan masyarakat dan pembuatannya juga sangat mudah. Bahan-bahan
yang dapat digunakan sebagai pewarna ditumbuk (Saati dan Hidayat, 2006).

6
Universitas Sumatera Utara

Menurut Saati dan Hidayati, (2006) beberapa contoh pewarna alami yang
biasa digunakan untuk mewarnai makanan yaitu :
1. Karoten, memberikan warna jingga sampai merah. Dapat diperoleh dari
wortel, papaya dan sebagainya.
2. Kurkumin, berasal dari kunyit sebagai salah satu bumbu dapur dan
memberikan warna kuning.
3. Antosianin, memberikan warna merah, oranye, ungu, dan biru. Banyak
terdapat pada bunga dan buah-buahan seperti bunga mawar, pacar air,
kembang sepatu, bunga tasbih, anggur, apel, stroberi, manggis dan lain-lain.
4. Karamel, memberikan coklat gelap dan merupakan hasil dari hidrolisis
pemecahan karbohidrat, gula pasir, laktosa dan sirup malt.
5. Klorofil, memberikan warna hijau dan diperoleh dari daun. Pigtmen klorofil
banyak terdapat pada dedaunan seperti daun suji, daun pandan, daun katuk
dan sebagainya. Dedauna tersebut sebagai penghasil warna hijau untuk

berbagai jenis kue jajana pasar dan memiliki aroma yang khas (Saati dan
Hidayati, 2006).
6. Biksin, memberikan warna kuning seperti mentega. Biksin diperoleh dari biji
pohon Bixa orellana yang terdapat di daerah tropis.
7. Tanin, menghasilkan warna coklat, terdapat dalam getah.
2.16 Antosianin
Antosianin merupakan pewarna alami ang diperoleh dari buah stroberi
(Fragaria vesca L. ). Antosianin dapat dijadikan pewarna alami dibandingkan
dengan pewarna sintesis adalah antosianin yang tidak mengandung racun yang
berbahaya serta rendahnya kandungan trigliserida dan asam lemak bebas (Igarashi
et al., 1990).

7
Universitas Sumatera Utara

Antosianin ditemukan di alam pada berbagai tumbuhan baik pada buahbauhan maupun sauran, yang menyediakan berbagai warna ang bervariasi dari
merah sampai ungu. Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang memiliki
kemampuan sebagai antioksidan. Umumnya

senyawa flavonoid


berfungsi

sebagai antioksidan primer. Antosianin dalam bentuk aglikon lebih aktif daripada
nentuk aglikosidanya. Dalam buah stroberi antosianin dapat meningkatkan kadar
asam urat dalam tubuh, yang mana dapat berperan sebagai agen antioksidan dalam
tubuh (Koswara, 2009).
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dalam pelarut. Simplisia yang
diekstraksi mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak
dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain (Ditjen POM, 2000).
Beberapa metode ekstraksi yang sering digunakan dalam berbagai penelitian
antara lain yaitu:
a. Maserasi
Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman
menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperatur kamar.
Maserasi yang dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan
penyarian terhadap maserat dan seterusnya disebut remaserasi.
b. Perkolasi

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan alat perkolator
dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang
umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari

8
Universitas Sumatera Utara

tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahapan perkolasi
sebenarnya

(penetesan/penampungan

ekstrak)

terus-menerus

sampai

diperoleh perklorat.
c. Refluks

Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada
temperatur titik didihnya dalam waktu tertentu pelarut akan terkondensasi
menuju pendingin dan kembali ke labu.
d.

Dekoktasi
Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada
temperatur 900C selama 30 menit.

2.3 Parasetamol
2.3.1

Tinjauan umum

Rumus bangun :

Rumus molekul
Nama kimia
Berat molekul

: C8H9NO2
: 4-hidroksiasetanilida [ 103-90-2 ]
: 151,16

Kandungan : Tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 101,0%
C8H9NO2 dihitung terhadap zat anhidrat.
Pemerian
Kelarutan

: Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit.
: Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida
1 N; mudah larutan dalam etanol (Depkes RI., 1995).

9
Universitas Sumatera Utara

2.3.2

Farmakologi
Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik

ditimbulkan oleh gugus aminobenzene. Asetaminofen di Indonesia lebih dikenal
dengan nama parasetamol dan tersedia sebagai obat bebas (Wilmana, 1995).
Efek analgetik Parasetamol dapat menghilangkan atau mengurangi nyeri
ringan sampai sedang. Parasetamol menghilangkan nyeri, baik secara sentral
maupun secara perifer. Secara sentral diduga Parasetamol bekerja pada
hipotalamus sedangkan secara perifer, menghambat pembentukan prostaglandin di
tempat inflamasi, mencegah sensitisasi reseptor rasa sakit terhadap rangsangan
mekanik atau kimiawi (Ganiswara, 1995).
2.4

Uraian Sediaan Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, yang

mengandung satu jenis obat atau lebih, dengan atau tanpa bahan tambahan. Bahan
tambahan yang dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, bahan pengembang, bahan
pengikat, bahan pelicin, bahan pembasah atau bahan lain yang cocok (Depkes RI.,
1979).
Tablet dicetak dari serbuk kering, Kristal atau granulat, umumnya dengan
penambahan bahan pembantu, pada mesin yang sesuai, dengan menggunakan
tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder, kubus, batang atau cakram,
serta bentuk seperti telur atau peluru. Garis tengah tablet pada umumnya 5-17
mm, sedangkan bobot tablet 0,1-1 g (Voigt, 1995).
Menurut Banker dan Anderson, (1994), tablet yang dinyatakan baik harus
memenuhi syarat, yaitu:
1.Memenuhi kemampuan atau daya tahan terhadap pengaruh mekanis selama
proses produksi, pengemasan dan distribusi.

10
Universitas Sumatera Utara

2.Bebas dari kerusakan seperti pecah pada permukaan dan sisi-sisi tablet.
3.Dapat menjamin kestabilan fisik maupun kimia dari zat berkhasiat yang
terkandung di dalamnya.
4.Dapat membebaskan zat berkhasiat dengan baik sehingga memberikan efek
pengobatan seperti kehendaki.
Tablet dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan solid yang mengandung
satu atau lebih zat aktif dengan satu atau tanpa berbagai eksipien (yang
meningkatkan mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas,
kecepatan disintegrasi, dan sifat antilekat) dan dibuat dengan mengempa
campuran serbuk dalam mesin tablet (Siregar dan Wikarsa, 2010).
2.4.1

Bentuk tablet
Tablet terdapat dalam berbagai ragam bentuk, ukuran, bobot, kekerasan,

ketebalan, sifat disolusi dan disintegrasi dan dalam aspek lain, tergantung pada
pemggunaan yang dimaksudkan dan metode penggunaanya. Tablet biasanya
berbentuk bundar dengan permukaan datar, atau konveks. Bentuk khusus seperti
kaplet, segitiga, lonjong, empat segi dan segi enam dikembangkan oleh beberapa
pabrik untuk membedakan produknya terhadap produk pabrik lainnya. Tablet
dapat dihasilkan dalam berbagai bentuk, dengan membuat punch dan lubang
kempa cetakan yang didesain secara khusus.
Tablet adalah sediaan solid mengandung zat aktif yang dapat diberikan
secara oral dan ditelan, tablet yang hanya ditempatkan di dalam rongga mulut
tanpa ditelan, tablet oral yang dikunyah dulu lalu ditelan, atau hanya
dikulum/dihisap (Siregar dan Wikarsa, 2010).
2.4.2

Bahan pewarna tablet
Zat warna ditambahkan dalam seediaan tablet untuk memperindah tablet,

11
Universitas Sumatera Utara

membedakan dosis, spesifikasi dari pabrik, untuk memudahkan pengawasan
misalnya warna yang pudar menunjukkan bahwa tablet tersebut telah rusak.
Zat warna yang dipakai harus memenuihi persyaratan Dirjen Pengawasan
Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Koswara, 2009).
Ada 2 cara penambahan zat warna yaitu:
1.

Cara basah
Bahan warna dilarutkan dalam larutan bahan pengikat kemudian ditambahkan
kedalam serbuk yang akan digranulasi.

2. Cara kering
Bahan warna dicampurkan dalam keadaan kering ke dalam campuran serbuk
kemudian baru ditambahkan larutan bahan pengikat. Konsentrasi zat warma
yang biasa dipakai 0,33% (Soekemi, dkk., 1987).
2.4.3

Metode pembuatan sediaan tablet
Tablet dibuat dengan 3 cara umum, yaitu granulasi basah, granulasi kering

dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk
meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa (Depkes RI., 1995).
Metode pembuatan tablet didasarkan pada sifat fisika kimia dari bahan
obat, seperti stabilitas dari bahan aktif dalam panas atau terhadap air, bentuk
partikel bahan aktif dan sebagiannya.
Metode pembuatan sediaan tablet yaitu
a. Cetak langsung
Cetak langsung adalah pencetakan bahan obat atau campuran bahan obat
bahan pembantu tanpa proses pengolahan awal. Cara ini hanya dilakukan untuk
bahn-bahan tertentu saja yang berbentuk

butir-butir granul yang mempunyai

sifat-sifat yang diperlukan untuk membuat tablet yang baik.

12
Universitas Sumatera Utara

Keuntungan utama dari cetak langsung ini adalah untuk bahan obat yang
peka lembab dan panas, dimana stabilitasnya terganggu akibat pekerjaan
granulasi, tetapi dapat dibuat menjadi tablet (Voigt, 1995).
b. Granulasi kering
Granulasi kering disebut juga slugging atau prekompresi. Cara ini sangat
tepat untuk tabletasi zat-zat yang peka suhu atau bahan obat yang tidak stabil
dengan adanya air.
Obat dan bahan pembantu pada mulanya dicetak dulu, artinya mula-mula
dibua tablet yang cukup besar, yang massany tidak tertentu, selanjutnya terjadi
penghancuran tablet yang dilakukan dalam mesin penggranul kering, atau dalam
hal yang sederhana dilakukan diats sebuah ayakan. Granulat yang dihasilkan
kemudian dicetak dengan takaran yang dikehendaki (Voigt, 1995).
Metode ini digunakan pada keadaan dosis efektif terlalu tinggi untuk
pencetakan langsung, obatnya peka terhadap pemanasan, kelembaban atau
keduanya (Lachman, dkk., 1994).
c. Granulasi basah
Pada teknik ini juga memerlukan langkah-langkah pengayakan,
penyampuran dan pengeringan. Pada granulasi basah, granul dibentuk dengan
suatu bahan pengikat. Teknik ini membutuhkan larutan, suspense atau bubur yang
mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk.
Cara penambahan bahan pengikat tergantung pada kelarutannya dan
tergantung pada komponen campuran. Karena massa hanya sampai konsistensi
lembab bukan basah seperti pasta, maka bahan pengikat yang ditambahkan tidak
boleh berlebihan (Banker dan Anderson, 1994).

13
Universitas Sumatera Utara

Proses pengeringan diperlukan oleh seluruh cara granulasi basah untuk
menghilangkan pelarut yang dipakai pada pembentukan gumpalan-gumpalan
granul dan untuk mengurangi kelembaban sampai pada tingkat yang optimum
(Banker dan Anderson, 1994).
2.4.4

Komposisi tablet
Tablet oral umumnya disamping zat aktif mengandung, pengisi, pengikat,

penghancur dan pelicin.
Tablet tertentu mungkin pemacu aliran, zat warna, zat perasa dan pemanis
(Lachman, dkk., 1994).
Komposisi umum dari tablet adalah zat berkhasiat, bahan pengisi, bahan
pengikat atau perekat, bahan pengembang dan bahan pelicin. Kadang-kadang
dapat ditambahkan bahan pewangi, bahan pewarna dan bahan-bahan lainnya
(Ansel, 1989).
1. Pengisi
Digunakan agar telah memiliki ukuran dan massa yang dibutuhkan.
Sifatnya harus netral secara kimia dan fisiologi, selain itu juga dapat dicerna
dengan baik (Voigt, 1995).
2.

Pengikat
Bahan ini dimaksudkan agar tablet tidak pecah atau retak, dapat merekat

(Anief, 2003), untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet, juga untuk
menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam butir granulat (Voigt,
1995).Pengikat yang umum digunakan yaitu: amilim, gelatin, glukosa, gom arab,
natrium alginate, cmc, polivinilpirolidon, dan veegum (Soekemi, dkk., 1987).

14
Universitas Sumatera Utara

3.

Penghancur
Untuk memudahkan pecahnya tablet ketika terkontak dengan cairan

saluran pencernaan dan mempermudah absorpsi (Lachman, dkk., 1994). Bahan
ang digunakan sebagai pengembang yaitu: amilum, gom, derivate selulosa,
alginate, dan clays (Lannie dan achmad., 2013).
4.

Pelicin
Ditambahkan untuk meningkatkan daya alir granul-granul pada corong

pengisi, mencegah melekatnya massa pada punch dan die, mengurangi pergesekan
antara butir-butir granul, dan mempermudah pengeluaran tablet dari die. Bahan
pelican yaitu : metalik stearat, talk, asam stearat, senyawa lilin dengan titik lebur
tinggi, amilum maydis (Lannie dan Achmad., 2013).
2.5

Uji Preformulasi
Sebelum dicetak menjadi tablet, massa granul perlu diperiksa apakah

memenuhi syarat untuk dapat dicetak. Preformulasi ini menggambarkan sifat
massa sewaktu pencetakan tablet, meliputi waktu alir, sudut diam dan indeks tap
2.5.1 Waktu alir
Pengujian waktu alir dilakukan dengan mengalirkan massa granul melalui
corong. Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik, jika tidak maka akan
dijumpai kesulitan dalam hal keseragaman bobot tablet (Cartensen, 1977).
2.5.2 Sudut diam
Pengukuran sudut diam digunakan metode corong tegak, granul dibiarkan
mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Serbuk akan membentuk kerucut,
kemudian sudut kemiringannya diukur. Semakin dasar kerucut yang dihasilkan,
semakin kecil sudut diam, semakin baik aliran granul tersebut (Voigt, 1995).

15
Universitas Sumatera Utara

2.5.3

Indeks tap
Indeks tap adalah uji yang mengamati penurunan volume sejumlah

serbuk atau granul akibat adanya gaya hentakan. Indeks tap dilakukan dengan alat
volumenometer yang terdiri dari gelas ukur yang dapat bergerak secara teratur
keatas dan kebawah. Serbuk atau granul yang baik mempunyai indeks tap kurang
dari 20% (Cartensen, 1977).
2.6 Evaluasi Tablet
2.6.1 Kekerasan tablet
Kekerasan tablet terhadap goncangan saat pengangkutan, pengemasan dan
peredaran bergantung pada kekerasan tablet. Kekerasan yang lebih tinggi
menghasilkan tablet yang bagus, tidak rapuh tetapi ini mengakibatkan
berkurangna porositas dari tablet sehingga sukar dimasuki cairan ang
mengakibatkan lamanya waktu hancur. Kekerasan dinyatakan dalam kg tenaga
ang dibutuhkan untuk memecahkan tablet. Kekerasan untuk tablet secara umum
yaitu 4-8 kg tablet hisap 10-20 kg, tablet kunyah 3 kg (Lannie dan Achmad.,
2013).
Kekerasan tablet dipengaruhi oleh perbedaan massa granul yang mengisi
die pada saat pencetakan tablet dan tekanan kompressi. Selain itu, berbedanya
nilai kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi jenis jumlah bahan tambahan
yang digunakan pada formulasi. Bahan pengikat adalah contoh bahan tambahan
yang bisa menyebabkan meningkatnya kekerasan tablet bila digunakan terlalu
pekat (Lachman, dkk., 1994).
2.6.2 Friabilitas
Tablet mengalami capping atau hancur akibat adanya goncangan dan

16
Universitas Sumatera Utara

tablet mengalami capping atau hancur akibat adanya goncangan dan gesekan,
selain itu juga dapat menimbulkan variasi pada berat dan keseragaman isi tablet.
Pengujian dilakukan pada kecepatan 25 rpm, menjatuhkan tablet sejauh 6 inchi
pada setiap putaran, dijalankan sebanyak 100 putaran. Kehilangan berat yang
dibenarkan yaitu lebih kecil dari 0,5 sampai 1% (Lachman, dkk., 1994).
Kerenyahan tablet dapat dipengaruhi oleh kandungan air dari granul dan
produk akhir. Granul yang sangat kering dan hanya mengandung sedikit sekali
persentase kelembapan, sering sekali menghasilkan tablet yang renyah daripada
granul yang kadar kelembapannya 2 sampai 4% (Lachman, dkk., 1994).
2.6.3

Waktu hancur
Waktu hancur yaitu waktu yang dibutuhkan tablet pecah menjadi partikel-

partikel kecil atau granul sebelum larut dan diabsorpsi. Menyatakan waktu yang
diperlukan tablet untuk hancur di bawah kondisi yang ditetapkan dan lewatnya
seluruh partikel melalui saringan mesh-10 (Lachman, dkk., 1994).
Hancurnya tablet tidak berat sempurna larutnya bahan obat dalam tablet. Tablet
memenuhi syarat jika waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit (Lannie dan
Achmad., 2013).
Kebanyakan bahan pelican bersifat hidrofob, bahan pelican yang
berlebihan akan memperlambat waktu hancur. Tablet dengan rongga-rongga yang
besar akan mudah dimasuki air sehingga hancur lebih cepat daripada tablet yang
keras dengan rongga-rongga yang kecil (Lannie dan Achmad., 2013).
2.6.4

Kadar zat berkhasiat
Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam tablet

harus dipantau pada setiap tablet atau batch, begitu juga kemampuan tablet untuk

17
Universitas Sumatera Utara

Untuk mengevaluasi kemanjuran suatu tablet, jumlah obat dalam tablet
harus dipantau pada setiap tablet atau batch, begitu juga kemampuan tablet untuk
melepaskan zat atau obat yang dibutuhkan harus diketahui (Lachman, dkk., 1994).
Persyaratan kadar berbeda-beda, dan tertera pada masing-masing monografi
masing-masing bahan obat.
2.6.5 Keseragaman sediaan
Dapat ditentukan dengan salah satu dari dua metode :
a. Keseragaman bobot dilakukan terhadap tablet yang 50% bahan aktifnya lebih
besar atau sama dengan 50 mg.
b. Keseragaman kandungan dilakukan terhadap tablet yang 50% bahan aktifnya
kurang dari 50 mg (Depkes RI., 1995).
2.7 Uji Penilaian Organoleptik
2.7.1 Uji kesukaan
Uji kesukaan juga disebut uji hedonic. Dalam uji hedonic panelis
dimintakan

tanggapan

pribadinya

tentang

kesukaan

atau

sebaliknya

ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau
kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya.
Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya dalam hal
“suka atau tidak suka”, dapat mempunyai skala hedonic seperti: sangat suka, suka,
kurang suka, tidak suka. Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut
rentangan skala yang dikehendaki.
Dalam penganalisaan, skala hedonik ditransformasikan menjadi skala
numerik dengan angka menaik menuru tingkat kesukaan. Dengan data numeric ini
dapat dilakukan analisa-analisa statistic (Soekarto, 1985).

18
Universitas Sumatera Utara

2.7.2 Panel
Untuk melakukan suatu penilaian organoleptik diperlukan panel yang
bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel adalah satu atau kelompok orang
bertugas untuk menilai sifat atau mutu benda berdasarkan kesan subjektif, yang
menjadi anggota panel disebut panelis.
Dalam uji hedonik panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan
atau sebaliknya ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan tanggapan
senang,

suka

atau

kebalikannya,

mereka

juga

mengemukakan

tingkat

kesukaannya.
Dalam penilaian organoleptik dikenal ada macam-macam jenis panel.
Penggunaan panel-panel ini dapat berbeda tergantung dari tujuan (Soekarto,
1985).
Menurut Soekarto (1985) ada 5 macam panel yang biasa digunakan dalam
penilaian organoleptik yaitu:
1. panel pencicip perorangan (individual expert panel)
2. panel pencicip terbatas (small expert panel)
3. panel terlatih (trained panel)
4. panel konsumen (consumer panel)
5. panel tak terlatih (untrained panel)

19
Universitas Sumatera Utara