EFEK MEROKOK TERHADAP KESEHATAN RONGGA M

EFEK MEROKOK TERHADAP KESEHATAN RONGGA MULUT

Rokok merupakan benda yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Merokok sendiri
sudah menjadi kebiasaan yang sangat umum di masyarakat dan meluas
dilakukan baik dalam lingkungan berpendidikan tinggi maupun berpendidikan
rendah.
Menurut survei badan kese-hatan dunia WHO, tiga dari empat atau sekitar 75
persen pria dan 5 persen perempuan di Indonesia merupakan perokok.
Bahaya merokok terhadap kesehatan tubuh telah diteliti dan dibuktikan oleh
banyak orang. Efek-efek yang merugikan akibat merokok pun sudah diketahui
dengan jelas.
Sayang pada kenyataannya, kebiasaan merokok ini sulit dihilangkan dan jarang
diakui orang sebagai suatu kebiasaan buruk. Apalagi, orang yang me-rokok
untuk mengalihkan diri dari stres dan tekanan emosi, lebih sulit melepaskan
diri dari kebia-saan ini, dibandingkan perokok yang tidak memiliki latar
belakang depresi.
Penelitian terbaru juga me-nunjukkan adanya bahaya dari secondhand-smoke,
yaitu asap rokok yang terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada
di sekitar perokok, atau biasa disebut juga dengan perokok pasif. Di Amerika
Serikat, pada tahun 1991 dilaporkan 53 ribu perokok pasif meninggal karena
penyakit yang disebabkan oleh terisapnya asap rokok.

Kandungan Rokok

Bahan utama dari pembuatan rokok adalah tembakau. Asap rokok tembakau
mengandung gas dan bahan-bahan kimia yang bersifat racun atau
karsinogenik. Banyaknya komponen bahan kimia tergantung pada jenis
tembakau, temperatur pemba-karan, panjang rokok, porositas kertas
pembungkus, bumbu rokok serta ada tidaknya filter.
Sedangkan zat-zat yang ber-bahaya berupa gas-gas dan partikel-partikel. Asap
rokok yang kita hisap 90 persen me-ngandung berbagai gas seperti N2, O2,
CO2, 10 persen sisanya mengandung partikel tertentu seperti ter, Nikotin dan
lain-lain.
Efeknya ke rongga mulut
1. Bau mulut
Merokok dapat menyebabkan timbulnya bau mulut (halitosis). Bau mulut ini
tidak dapat diatasi dengan menyikat gigi atau meng-gunakan obat kumur.
2. Merubah warna gigi (stain)
Stain adalah perubahan warna yang terjadi pada gigi. Gigi yang tadinya
berwarna putih, maka akan menjadi lebih kuning. Jika merokok dalam waktu
yang lebih lama lagi, mungkin selama beberapa tahun, maka warna gigi akan
berubah menjadi cokelat. Hal ini akan sangat mengganggu estetik atau

penampilan.
3. Pengaruh Merokok Terha-dap Gusi.
Jumlah karang gigi pada perokok cenderung lebih banyak daripada yang bukan
perokok. Karang gigi yang tidak diber-sihkan dapat menimbulkan berba-gai
keluhan seperti gingivitis atau gusi berdarah. Disamping itu hasil pembakaran
rokok dapat menye-babkan gangguan sirkulasi pere-daran darah ke gusi
sehingga mudah terjangkit penyakit.
4. Pengaruh Merokok Terha-dap Lidah
Pada perokok berat, merokok menyebabkan rangsangan pada papilla filiformis
(tonjolan pada lidah bagian atas) sehingga menjadi lebih panjang (hiper-tropi).
Disini hasil pembakaran rokok yang berwarna hitam kecoklatan mudah
dideposit, sehingga perokok sukar mera-sakan rasa pahit, asin, dan manis,
karena rusaknya ujung sensoris dari alat perasa (tastebuds).
5. Efek Merokok Terhadap Mukosa Mulut
Rangsangan asap rokok yang lama dapat menyebabkan peru-bahan-perubahan
yang bersifat merusak bagian mukosa mulut yang terkena, yang bervariasi dan
penebalan menyeluruh bagian epitel mulut (smoker’s keratosis) sampai bercak

putih keratotik yang menandai leukoplakia dan kanker mulut. Leukoplakia
bervariasi dan lesi putih yang rata/halus sampai lesi yang tebal dan keras. Kirakira 3 -5 persen kasus yang didiagnosis leukoplakia akan berkembang menjadi

kanker. Oral leukoplakia merupakan lesi prekanker. Merokok mempunyai efek
karsinogenik pada mukosa mulut.
6. Merokok Terhadap Bakteri Mulut dan Kebersihan Mulut.
Perubahan variasi potensial reduksi-oksidasi (Eh) di daerah gusi dan rongga
mulut merupakan indikasi adanya anaenobiosis.
Merokok dapat menyebabkan penurunan Eh dan ini akan mengakibatkan
peningkatan bakteri plak yang anaerobik. Hipotesis ini telah diuji oleh Kenney
et al. pada tahun 1975. Efek penurunan tersebut tam-paknya mendorong
pertumbuhan mikroorganisme yang anaerobik.
Colman et at. 1976, me-nemukan bahwa Neissena (Gram negatif aerob) lebih
sedikit jumlahnya pada plak, lidah dan palatum dari 5 orang sampel laki-laki
muda yang merokok lebih dari 20 batang sigaret sehari bila dibanding dengan
4 orang sampel lainnya yang tidak merokok.
Bastian dan Waite (1978) melaporkan terdapat peningkatan persentase bakteri
Gram-positif terhadap bakteri Gram negatif yang bermakna secara statistik
daripada kelompok bukan pero-kok.
Pindborg et al menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi
tembakau dan deposisi kalkulus/karang gigi. Analisis selanjutnya dan data yang
sama oleh Kowalski menunjukkan bahwa bukan perokok mem-punyai kalkulus
supragingival (karang gigi yang berada diatas gusi) yang lebih kecil.

Akumulasi plak dalam rongga mulut juga lebih besar pada perokok daripada
bukan perokok Bradtzaeg, Jamison, Sheiham dan Ainamo, semuanya menyimpulkan bahwa orang-orang yang merokok mempunyai lebih ba-nyak kalkulus,
debris, gingivitis dan periodontitis daripada orang-orang yang tidak merokok,
tetapi bila perokok dan bukan perokok dengan tingkat kebersihan mulut yang
sama dibandingkan maka tidak ditemukan perbedaan yang bermakna secara
statistik antara status periodontal mereka.
7.Menyebabkan penyakit periodontal (periodontitis).
Periodontitis adalah penyakit radang kronis yang terjadi akibat aktivitas plak
bakteri, yang diawali oleh timbulnya radang pada gusi dan berlanjut hingga
terbentuknya poket/saku gigi, kehilangan perlekatan tulang dan berakhir pada
tanggalnya gigi.
Perokok mempunyai resiko yang besar untuk perkembangan penyakit
periodontal menjadi lebih parah dibandingkan dengan bukan perokok. Ini
dikaitkan dengan lemahnya mekanisme pertahanan tubuh para perokok

sehingga lebih rawan terkena penyakit periodontal.
8.Menunda proses penyem-buhan.
Merokok dapat menunda penyembuhan jaringan lunak rongga mulut anda
karena rokok mengurangi pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan gusi.
Termasuk disini adalah penyem-buhan luka akibat pencabutan gigi.

9. Resiko tinggi terhadap kanker rongga mulut.
Ini adalah resiko yang paling menakutkan dari efek merokok pada gigi dan
mulut. Dimana diketahui bahwa para perokok mempunyai resiko 6 kali lebih
banyak menderita kanker rongga mulut. Ini dikaitkan dengan bahan kimia yang
berjumlah sekitar 4.000 dalam sebatang rokok.
Kanker rongga mulut yang biasa dialami oleh para perokok adalah kanker
mulut, lidah, bibir, dan tenggorokan. Kebanyakan pasien dengan kanker rongga
mulut meninggal dalam waktu 5 tahun. Hal ini karena kanker rongga mulut
ditemukan setelah dalam tahap lanjut dan telah berkembang.
Oleh : drg. Nurlena Siregar dan Leni Susanti Hsb, SKG -ANALISA