MARXISME DAN SEJARAH PEMIKIRAN MARXISME

MARXISME DAN SEJARAH PEMIKIRAN MARXISME DI INDONESIA
‘’Ada hantu berkeliaran di eropa, hantu komunisme”, begitulah kata-kata pembukaan
Manifesto Komunis, dokumen Marxisme paling termasyhur yang di tulis oleh Fredrich Engels
dan Karl Marx pada akhir tahun 1847. Dan betul, dalam abad ke-20 komunisme menjadi hant
umat manusia. Selama sebagian besar abad ini komunisme menjadi salah satu kekuataan politik
dan ideologis paling dasyhat di dunia’’.
A. Definisi Marxisme
Istilah Marxisme sendiri adalah sebutanbagi pembakuan ajaran resmi Karl Marx yang
terutama di lakukan oleh temannya Fredrich Engels (1820-1895) dan oleh tokoh teori
Marxis Karl Kautsky (1845-1938). Dalam pembakuan ajaran ini ajaran Marx yang
sebenarnya cukup sulit di mengerti sehingga di sederhanakan agar cocok untuk
perjuangan kaum buruh. Kita dapat merangkum bahwa melalui beragam pemikirannya,
Marx mencapai ajarannya yang resmi, yang dengan persetujuannya terutama oleh Engels
di bakukan menjadi Marxisme (juga teori resmi Karl Marx dan teori sosialmisme ilmiah)
Apabila kita ingin mengenali apa yang sebenarnya di pikirkan oleh Marx, kita tidak
boleh berfokus pada Marxisme melainkan harus menelusuri proses perkembangannya.
Karena itu tahap utama pemikiran Karl Marx untuk kemudian melihat ajarannya yang
mantap serta bagaimana ajarannya itu menjadi Marxisme, ideology perjuangan kaum
buruh industry.
B. Teori Kelas
Kesulitan pertama yang langsung kita jumpai adalah bahwa meskipun , Marx sering

berbicara tentang kelas-kelas social, namun ia tidak pernah mendefinisikan apa yang di
maksud dengan istilah kelas. Pada umumnya, mengikut sebuah definisi Lenin, Kelas
social dianggap sebagai golongan social dalam sebuah tatanan masyarakat yang di
tentukan oleh posisi tertentu dalam proses produksi. Pada gilirannya, kelas-kelas sosial
inilah yang membentuk sejarah. Sejarah, menurut Marx, tidaklah terbentuk oleh gagasangagasan ataupun individu-individu manusia tertentu, melainkan oleh pertentangan antar
kelas-kelas sosial di masyarakat. Dalam moda produksi kapitalisme, kelas-kelas yang
bertentangan secara vis-a-vis adalah kelas borjuis, yaitu para pemilik alat produksi,
dengan kelas proletar, yaitu kelas buruh atau sekelompok orang yang menjual tenaga

kerjanya karena tidak memiliki alat produksi (the propertyless). Hubungan-hubungan
dalam pertentangan kelas ini bukanlah dimaksud untuk menghasilkan survival of the
fittest, karena pada dasarnya revolusi-revolusi hasil dari pertentangan kelas yang telah
menjadi motor sejarah tidaklah dihasilkan oleh kelas-kelas yang lebih kuat. Ambilah
contoh transisi dari masyarakat feodal menuju masyarakat kapitalis. Masyarakat kapitalis
lahir dari pertentangan antara kelas borjuis dangan kelas feodal. Pada masa itu, kelas
feodal adalah kelas yang kuat karena mereka terdiri dari para pemilik tanah, bangsawanbangsawan, hingga gereja. Sedangkan kelas borjuis merupakan kelas pinggiran yang
tidak termasuk dalam tatanan kelas feodal. Di masa-masa awal formasi sosial feodalisme,
malah kelas borjuis ini memiliki kedudukan lebih rendah dibanding petani dan hamba.
Mengapa demikian? Karena bagi masyarakat feodal yang mendasarkan panduan
moralnya kepada ajaran Nasrani semata, para peminjam uang yang memperoleh

kekayaan dari bunga-pinjaman dan para pedagang yang mengambil untung di luar harga
adil dari selisih pembelian dan penjualan yang dibesar-besarkan adalah jahat secara
moral, sehingga secara kultural mereka di pinggiran
Revolusi-revolusi yang dilakukan oleh kaum borjuis seperti revolusi Perancis dilakukan
karena saat itu kelas feodal telah menjadi ruling-class atau kelas yang berkuasa, yang
mengakibatkan posisi kelas borjuis tersubordinat terhadapnya. Disinilah letak tesis Marx,
bahwa dalam setiap periode sejarah selalu ada pertentangan kelas : antara kelas yang
menindas dan kelas yang ditindas. Kelas yang ditindas selalu berusaha untuk merubah
keadaan, sedangkan kelas yang menindas berlaku sebaliknya, selalu berusaha menjaga
agar keadaan tetap seperti apa adanya. Perbedaan kepentingan inilah yang mengakibatkan
pertentangan kelas dan akhirnya menjadi motor sejarah.
Dalam tatanan masyarakat kapitalis, pertentangan kelas terjadi antara kelas borjuis dan
kelas proletar. Kelas borjuis berkepentingan untuk mengusahakan laba sebanyak
mungkin, yang berarti menambah jam kerja buruh dengan upah sesedikit mungkin. Hal
ini dilakukan bukan karena mereka itu rakus atau asosial, melainkan karena hanya
dengan mencapai laba mereka dapat mempertahankan diri dalam persaingan di pasar
bebas. Sedangkan kelas proletar berkepentingan untuk mendapat upah sebanyakbanyaknya, untuk mengurangi jam kerja, untuk menguasai sendiri kondisi-kondisi

pekerjaan mereka, dan untuk mengambil alih pabrik tempat mereka bekerja dari tangan
kelas pemilik. Selain masalah kesejahteraan, para pekerja disini juga berkehendak

demikian karena pada diri mereka masing-masing terjadi alienasi (pengasingan) yang
disebabkan oleh proses produksi. Menurut Marx, hakikat eksistensi manusia adalah sifat
untuk berproduksi. Berproduksi adalah sifat yang otonom dan digunakan untuk
menghidupi dirinya sendiri. Ketika proses berproduksi ditujukan untuk orang lain,
manusia akan kehilangan makna eksistensinya. Hubungan antara ia dengan orang yang
mempekerjakannya tidaklah produksionis, melainkan dilihat oleh seberapa banyak ia
dapat memproduksi, atau dengan kata lain keuntungan yang dapat dihasilkan. Hal inilah
yang dikemudian hari dikenal dengan istilah exploitation d’lhomme par l’homme, atau
eksploitasi manusia oleh manusia.
Agar tidak ada lagi alienasi, maka posisi antara semua manusia haruslah sama dan
egaliter, yang berarti tidak boleh lagi adanya hubungan buruh-majikan. Dan hal ini
mengindikasikan bahwa hak milik pribadi haruslah dihapuskan. Gerakan penghapusan
hak milik pribadi inilah yang dikenal dengan istilah komunisme. Komunisme
menghendaki agar semua macam sumber daya dikelola bersama-sama, sehingga proses
produksi dapat terjadi secara sama derajat.
C. Marxisme dan Agama
Apakah mempelajari Marxisme mensyaratkan, dan menggiring orang pada, ateisme?
Tentunya pertanyaan inilah yang paling sering mendengung di setiap kepala orang ketika
berhadapan dengan teks-teks marxisme. Hal ini diperkuat oleh salah satu quotes terkenal
dari Marx, “Religion is the opium of the people” atau agama adalah candu masyarakat.

Dalam mengembangkan pemikirannya, Marx memang sangat dipengaruhi oleh
Feurerbach, seorang filsuf yang mengeluarkan kritik atas agama. Bagi Feurerbach, Tuhan
adalah alasan absolut proyeksi atas pemikiran manusia, sehingga agama adalah produk
pemikiran manusia. Dengan logika tersebut maka agama, menurut Feurbach, menggiring
manusia pemeluknya kepada keterasingan terhadap dirinya sendiri. Dari sinilah Marx
mengembangkan teori tentang keterasingan manusia. Selain itu, dari Feurerbach juga
Marx mengembangakan ide tentang Materialisme Historis. Dalam pandangan
materialisme historis, lingkungan kehidupan manusia terbagi atas dua bagian besar, yaitu
basis dan suprastruktur. Basis adalah bidang produksi kehidupan material yang terdiri

atas dua faktor : tenaga-tenaga produktif dan hubungan-hubungan produksi. Disinilah
letak dari pertentangan kelas terjadi. Sedangkan suprastruktur adalah proses kehidupan
sosial, politik dan spiritual. Menurut Marx, basislah yang menentukan suprastruktur, yang
berarti kehidupan sosial, politik dan spiritual masyarakat ditentukan oleh proses-proses
produksi yang terjadi di dalam tubuh masyarakat itu sendiri. Ketika proses-proses
produksi dikuasai oleh kaum borjuis, maka unsur-unsur dari suprastruktur, yaitu tatanan
institusional dan tatanan kesadaran kolektif, merepresentasikan kepentingan-kepentingan
dari kaum borjuis pula. Dari sinilah berawal tesis bahwa agama adalah candu dari
masyarakat. Bagi Marx, agama, sebagai bagian dari suprastruktur, merupakan buah hasil
pemikiran kelas yang berkuasa. Sehingga agendanya pun memiliki maksud untuk

melegitimasi kepentingan kelas yang berkuasa. Marx melihat, agama memberikan
kepuasan kepada masyarakat, tetapi kepuasan itu semu karena tidak mengubah situasi
mereka yang beragama. Agama, dan bagian-bagian dari suprastruktur lainnya seperti
seni, ideologi, filsafat, dan nilai-nilai budaya selalu menguntungkan kepentingan kelas
yang berkuasa. Oleh karena itu agama harus dibuang agar para pekerja dapat melihat
realitas yang sesungguhnya dan mengubah kondisi hidup mereka.
SEJARAH PEMIKIRAN MARXISME DI INDONESIA
Pada tahun 1905 berdirilah serikat buruh kereta-api yang bernama SS-Bond (Staats-Spoor
Bond). Dalam tahun 1908 berdirilah Perkumpulan Pegawai Spoor dan Trem (Vereniging
van Spoor en Tram Personeel - VSTP), suatu serikat buruh kereta-api yang militan ketika
itu. Serikat buruh - serikat buruh ini merupakan sekolah-sekolah politik bagi massa kaum
buruh. Tetapi, perjuangan serikat buruh adalah perjuangan yang terbatas untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan langsung daripada para anggotanya, untuk perbaikan upah dan
syarat-syarat kerja, suatu perjuangan yang terbatas pada soal-soal sosial ekonomi.
Kesadaran yang diperoleh lewat aksi-aksi dan pemogokan-pemogokan belumlah
mencapai tingkat kesadaran-klas yang sempurna, tetapi baru pada tingkat kesadaran
pertentangan antara mereka sebagai buruh-upahan terhadap majikannya itu sendiri yang
memeras tenaganya, tingkat kesadaran yang elementer, kesadaran yang masih terbatas
untuk memperjuangkan nasibnya sendiri, nasib golongannya.
Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan gerakan buruh, kesadaran politik dan

orgarisasi klas buruh pun meningkat pula. Klas buruh menghendaki suatu organisasi yang

tidak hanya membatasi diri pada perjuangan serikat buruh, sebab hanya dengan
organisasi serikat buruh, sistim kapitalisme, yang merupakan sumber kemiskinan dan
kesengsaraan bagi seluruh massa pekerja, tidaklah dapat diitumbangkan. Untuk
menumbangkan sistim kapitalisme, klas buruh harus menjalankan perjuangan politik
yang revolusioner, klas buruh harus mempunyai partai politik.
Tingkat kesadaran klas buruh inilah yang mendorong berdirinya suatu partai politik, yang
merupakan alat untuk memperjuangkan cita-cita dan politik daripada klas buruh. Partai
politik klas buruh ini tidaklah hanya untuk memimpin perjuangan klas buruh guna
perbaikan upah dan syarat-syarat kerja kaum buruh, akan tetapi sampai dengan untuk
merombak susunan masyarakat yang memaksa seseorang yang tidak bermilik harus
menjual tenaganya kepada kaum kapitalis.
Pada bulan Mei tahun 1914 di Semarang telah berdiri Perkumpulan Sosial-Demokratis
Indonesia (Indiskhe Sociaal Democratiskhe Vereniging -- ISDV), suatu organisasi politik
yang menghimpun intelektual-intelektual revolusioner bangsa Indonesia dan Belanda.
Tujuannya ialah untuk menyebarkan Marxisme di kalangan kaum buruh dan Rakyat
Indonesia. Perkumpulan Sosial-Demokratis Indonesia inilah yang pada tanggal 23 Mei
tahun 1920 berubah nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Lahirnya PKI merupakan peristiwa yang sangat penting bagi perjuangan kemerdekaan

Rakyat Indonesia. Pemberontakan kaum tani yang tidak teratur dan bersifat perjuangan
sedaerah atau sesuku dalam melawan imperialisme Belanda, yang terus menerus
mengalami kegagalan, sejak PKI berdiri, menjadi diganti dengan perjuangan proletariat
yang terorganisasi dan yang memimpin perjuangan kaum tani dan gerakan revolusioner
lainnya.
Pecahnya Revolusi Oktober di Rusia tahun 1917 sangat berpengaruh pada proletariat
Indonesia. Lahirnya PKI dan perkembangannya tidaklah dapat dipisahkan dari pengaruh
kemenangan Revolusi Oktober itu. Kemenangan Revolusi Oktober Besar di Rusia itu
telah membangkitkan kesadaran Rakyat-Rakyat jajahan. Revolusi Oktober, memberi
keyakinan kepada Rakyat Indonesia, bahwa imperialisme Belanda pasti dapat
digulingkan, dan Rakyat Indonesia akan dapat mendirikan negara Indonesia yang bebas
dan merdeka.

Jadi Partai Komunis Indonesia lahir dalam zaman imperialisme, sesudah di Indonesia ada
klas buruh, sesudah di Indonesia berdiri serikatburuh-serikatburuh dan Perkumpulan
Sosial Demokratis Indonesia, yaitu organisasi politik yang pertama daripada kaum
Marxis Indonesia, sesudah Revolusi Oktober tahun 1917.Lahirnya PKI bukanlah suatu
hal yang kebetulan, melainkan suatu hal yang sesuai dengan perkembangan sejarah, suatu
hal yang wajar. PKI adalah anak zaman yang lahir pada waktunya
Hendricus Josephus Fransiscus

Kemunculan paham Komunisme diawali dengan datangnya kaum komunis dari Belanda
bernama lengkap Hendricus Josephus Fransiscus atau dikenal dengan Sneevliet. Proses
berpolitiknya dimulai ketika tahun 1901 pada usia 20-an, dia mulai berkenalan dengan
gelanggang politik. Ia bergabung dalam Sociaal Democratische Arbeid Partij (Partai
Buruh Sosial Demokrat) di Belanda. Sneevliet memimpin pemogokan-pemogokan buruh
di Belanda lewat federasi serikat buruh yang dibuat oleh Pemerintah Belanda mulai
melakukan penekanan terhadap Sneevliet. Pada tahun 1912 ia mengundurkan diri setelah
terjadi konflik antara serikat buruh yang dipimpinnya dengan federasi serikat buruh.
Tahun 1913 pertama kali ia menginjakkan kaki ke Indonesia, tepat setelah dunia
pergerakan di Hindia Belanda (baca : Indonesia) sedang bersemi. Pada tahun 1914, ia
mendirikan sebuah organisasi politik yang diberi nama Indische Sociaal Democratische
Vereniging (ISDV) pada tahun 1914, dalam waktu setahun perkembangan organisasi
mengalami perkembangan pesat menjadi ratusan anggotanya.
Usaha Sneevliet yang meletakkan pondasi bagi perkembangan PKI adalah : membentuk
nekleus kaum sosialis (dimulai dari para pekerja asing berkebangsaan Belanda),
membangun gerakan serikat buruh, dan melakukan intervensi ke dalam gerakan
nasionalis. Dengan mengangkat isu perlawanan terhadap imperealis-kolonial isme
sehingga komunisme keberadaannya dapat diterima oleh para pemuda di Indonesia,
seperti Semaun, Alimin, Darsono, Tan Malaka bahkan Soekarno dengan Nasakomnya.
PEMBERONTAKAN 1926, MADIUN 1948 DAN G 30 S

Tanggal 25 Desember 1925, PKI melakukan konferensi di Candi Prambanan. Ini unik,
rapat partai komunis dilakukan di lingkungan candi sisa feodal. Mungkin tempat ini yang
paling aman. PKI kala itu memang sedang main umpet-umpetan dengan kekuasaan

penjajah. Dalam pertemuan, semua anggota Hoofd Bestuur (Komite Sentral) yang ada di
Indonesia hadir. Ditambah anggota dari daerah. Hasilnya mengejutkan: PKI akan
melakukan pemberontakan bersenjata terhadap kekuasaan Belanda.
Situasi sebelum pemberontakan memang mendidih. Pemogokan buruh terjadi di berbagai
lokasi. Di Semarang, Surabaya, Jakarta dan Medan, buruh melumpuhkan pabrik. Sampai
Mei 1925, tercatat 65 kali pemogokan dengan melibatkan tiga ribu anggota komunis.
Surat kabar revolusiner seperti Api, Merdeka, Proletar, Halilintar, dan Guntur, semakin
gencar menyerang pemerintahan. Pun, kaum tani tak ketinggalan.
Setahun bersiap, 12 Nopember 1926 pemberontakan pecah. Ini tercatatat sebagai
pemberontakan pertama yang dipimpin oleh sebuah organisasi.
Jalannya pemberontakan cukup mencekam.
Paling awal terjadi di Batavia. Dari Kampung Karet, 200 orang menuju Jakarta Kota.
Mereka begitu percaya diri. Massa yang lain muncul dari Mangga Dua. Sementara,
serombongan orang dari Tanah Abang berpapasan dengan dua orang reserse Belanda.
Terjadi duel. Dua reserse itu mengalami nasib sial: tewas. Rata-rata pemberontak
membawa senjata berupa golok, pedang, tombak dan senjata api rampasan. Kantor

telepon mereka duduki. Pos polisi diserbu. Sasaran bukan hanya milik pemerintah, tapi
juga penguasa feodal. Di Meester-Conerlis, rumah Asisten Wedana diobrak-obrak.
Setelah berlangsung dua hari, pemberontakan baru bisa dipadamkan.
Tak hanya di Batavia. Tangerang, Banten, Priangan, Solo, Banyumas, Pekalongan, Kediri
dan Sumatra Barat juga terjadi hal serupa. Mereka seolah muncul begitu saja. Massa
berbondong-bondong membawa senjata. Tak takut bermuka-muka dengan aparat
kolonial.