T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Proses Adaptasi Interaksi Pemain Game Online Defense of The Ancients 2 di Team Cornerstone, Team Senate Dota Gaming, dan Team Friendship T1 BAB V

BAB V PROSES ADAPTASI INTERAKSI PEMAIN GAME ONLINE DEFENSE OF THE ANCIENTS 2 (DOTA 2) DI TEAM CORNERSTONE, TEAM SENATE DOTA GAMING DAN TEAM FRIENDSHIP

  Dalam bab ini penulis ingin menjelaskan hasil dari rumusan masalah di bab satu yaitu bagaimana proses adaptasi interaksi pemain game online Defense of the Ancients 2 (Dota 2) di Team. Seperti yang ada di dalam tujuan yang ingin penulis capai yaitu menjelaskan proses adaptasi interaksi pemain game online Defense of the Ancients 2 (Dota 2) di Team dalam bentuk kebutuhan, harapan dan keinginan pemain dalam beradaptasi interaksi dengan Team.

  Dalam Teori Adaptasi Interaksi yang dikembangkan oleh Jurde Burgoon dimana teori ini dimuat dalam Theories of Human Communication (Little John, Foss, 2011) mengungkapkan bahwa posisi interaksi ditentukan oleh kombinasi dari tiga factor yang dinamakan RED , yaitu :

  1. Requirements ( Kebutuhan ) yaitu segala hal yang seseorang perlukan dalam interaksi. Kebutuhan dapat bersifat biologis, seperti meminta makanan atau kebutuhan sosial, seperti kebutuhan untuk berafiliasi atau kebutuhan berteman. Ia seperti terminology sosial dari pemenuhan kebutuhan untuk berafiliasi, menjalin persahabatan atau sampai pada hal-hal yang lebih menarik dalm sebuah interaksi.

  2. Expectation ( Harapan) yaitu pola-pola yang seseorang perkirakan akan terjadi. Harapan berdiri untuk pola, yang diantisipasi untuk interaksi mendatang. Prediksi ini akan bergantung baik pada pengalaman masa lalu (jika orang lain akrab) atau norma-norma sosial (jika orang lain tidak dikenal).

  3. Desires ( Keinginan) yaitu suatu tujuan dan preferensi dari apa yang akan dicapai dengan bantuan interaksi individu itu sendiri.

  Di dalam teori ini juga dipaparkan bahwa dalam setiap interaksi yang dilakukan, perilaku seseorang akan berubah-ubah begitu pula perilaku seorang yang lain. Hal ini sangat saling mempengaruhi dan memberikan efek yang signifikan dan bahkan dapat mengubah rencana seseorang sebelumnya. Di dalam penelitian ini pun, peneliti akan menjelaskan adaptasi interaksi dari tiap pemain di team dota 2 yang di setiap team memiliki perbedaan yang cukup signifikan selama pemain berada di dalam masing – masing team .

5.1 Profil Demografis Informan

  Dari data yang diperoleh peniliti, tiap – tiap team memiliki usia, tingkat pendidikan, asal, agama, suku dan waktu bermain yang beragam. Hasil ini didapat dari masing-masing pemain di tiga team berbeda yaitu Team Cornerstone, Team Senate Dota Gaming dan Team FriendShip. Data ini diperoleh dari hasil wawancara secara langsung dengan masing-masing team dengan masing-masing waktu yang berbeda.

  Tabel 5.1 Profil Demografis Informan Team Cornerstone (CSE)

Sumber : Data Primer Peneliti Tahun 2017

  Data di atas merupakan data dari setiap pemain Team Cornerstone yang masih aktif hingga saat ini. Dari data di atas setiap pemain memiliki perbedaan dan yang cukup jelas terlihat di segi usia, keberagaman suku , waktu bermain dan asal setiap Data di atas merupakan data dari setiap pemain Team Cornerstone yang masih aktif hingga saat ini. Dari data di atas setiap pemain memiliki perbedaan dan yang cukup jelas terlihat di segi usia, keberagaman suku , waktu bermain dan asal setiap

  Terbentuknya Team Cornerstone bermula dari sebuah komunitas rohani gereja yang akhirnya membuat para pemain antusias untuk membuat sebuah Team Dota. Pemain di Team Cornerstone terdiri dari pemain yang beragama Kristen. Keempat pemain di Team Cornerstone yaitu Ade, Suhaile, Edwin, Elnatan merupakan pemain yang cukup aktif di gereja. Kedekatan keempat pemain berawal dari pertemanan mereka di gereja dan karena memiliki hobi yang sama yaitu bermain Dota membuat pemain semakin dekat dan akhirnya memutuskan untuk satu persatu tergabung di team ini. Keempat pemain ini menjadi Team Cornerstone sebagai suatu team yang mampu membangun mereka tidak hanya dari kemampuan saja, tapi dari agama pun para pemain berharap team ini bisa menjadi team yang bisa kuat dalam kerohanian.

  Para pemain yang ada di Team Cornerstone berasal dari suku dan asal yang berbeda-beda. Keberagaman ini dapat terlihat dari kelima pemain yang berasal dari suku Tionghoa yaitu Suhaile, Edwin, dan Elnatan. Sedangkan Ade dan Patrick berasal dari suku yang berbeda dengan ketiga pemain lainnya. Ade berasal dari suku Batak, sedangkan Patrick berasal dari suku Ambon Selain itu, para pemain di team ini memiliki daerah asal yang cukup beragam dimana Ade dan Elnatan berasal dari Bali. Walaupun berasal dari tempat yang sama, kedua pemain sebelumnya tidak saling Para pemain yang ada di Team Cornerstone berasal dari suku dan asal yang berbeda-beda. Keberagaman ini dapat terlihat dari kelima pemain yang berasal dari suku Tionghoa yaitu Suhaile, Edwin, dan Elnatan. Sedangkan Ade dan Patrick berasal dari suku yang berbeda dengan ketiga pemain lainnya. Ade berasal dari suku Batak, sedangkan Patrick berasal dari suku Ambon Selain itu, para pemain di team ini memiliki daerah asal yang cukup beragam dimana Ade dan Elnatan berasal dari Bali. Walaupun berasal dari tempat yang sama, kedua pemain sebelumnya tidak saling

  Walaupun kelima pemain berada dari suku dan asal yang berbeda, kelima pemain dipertemukan di tingkat pendidikan yang sama yaitu di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Meskipun menempuh pendidikan di universitas yang sama, kelima pemain berasal dari fakultas yang berbeda. Ade, Suhaile dan Patrick berasal dari fakultas yang sama yaitu Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Ketiga pemain pun sudah cukup saling mengenal satu sama lain sebelum mereka tergabung dengan team ini, karena mereka berasal dari fakultas sama. Sementara itu Edwin dan Elnatan berasal dari fakultas yang berbeda yaitu Fakultas Teknologi Informatika (FTI) dan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS).

  Team Cornerstone merupakan team yang cukup aktif dalam bermain Dota 2. Team ini memiliki waktu luang untuk bisa bermain bersama dengan pemain yang lain. Namun dari hasil wawancara yang dilakukan secara langsung dengan beberapa pemain, hanya ada tiga pemain aktif yang hingga saat ini masih bermain bersama dalam satu team yaitu Ade Raynaldi, Suhaile dan Patrick. Terlihat dari durasi lama waktu informan bermain yaitu 5 jam. “ 5 jam , kayak gini nih sampe pagi kita main haha ..” 13 . Menurut ketiga pemain, 5 jam merupakan waktu yang sangat efektif dan

  sangat sering mereka habiskan untuk bermain bersama. Namun Edwin dan Elnatan, kedua pemain di Team Cornerstone ini merupakan pemain yang tidak terlalu aktif dalam bermain Dota 2. Bahkan ketika Team Cornerstone bermain bersama pun, kedua pemain ini tidak terlihat ikut bermain secara bersama Team ini.

  Hasil Wawancara dengan Suhaile (Team CornerStone) pada tanggal 9 April 2017

  Tabel 5.2 Profil Demografis Informan Team Senate Dota Gaming (SDG)

Sumber : Data Primer Peneliti Tahun 2017

  Data di atas merupakan data yang di dapat secara langsung dari kelima pemain di Team Senate Dota Gaming (SDG). Berbeda dengan Team Cornerstone, pemain yang ada di Team Senate Dota Gaming (SDG) memiliki usia yang tidak terpaut jauh antar satu sama lain. Jarak usia yang tidak terlalu jauh ini tidak membuat masing – masing pemain di team menjadi canggung dan menjadi sulit untuk beradaptasi satu sama lain. Albert yang merupakan anggota yang cukup muda di dalam Team ini tidak merasa cukup kesulitan ketika berinteraksi dengan pemain yang lain. Usia tidak menghambat pemain yang ada di team menjadi sulit untuk beradaptasi interaksi satu sama lain.

  Kelima pemain yang ada di Team SDG sedang menjalankan studi mereka di salah satu Universitas di kota Salatiga yaitu Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Walaupun berasal dari lingkungan pendidikan yang sama, para pemain berasal dari fakultas yang beragam. Sebastian dan Christian berasal dari fakultas yang sama, yaitu Fakultas Teknologi Informatika (FTI). Kedua pemain sudah cukup saling mengenal satu sama lain dan kedua pemain cukup dekat jauh sebelum team SDG terbentuk. Sementara itu, Anka dan Nathanael berasal dari fakultas yang sama yaitu Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Walaupun berasal dari fakultas yang sama, kedua pemain sebelumnya tidak saling mengenal satu sama lain sebelum team ini Kelima pemain yang ada di Team SDG sedang menjalankan studi mereka di salah satu Universitas di kota Salatiga yaitu Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW). Walaupun berasal dari lingkungan pendidikan yang sama, para pemain berasal dari fakultas yang beragam. Sebastian dan Christian berasal dari fakultas yang sama, yaitu Fakultas Teknologi Informatika (FTI). Kedua pemain sudah cukup saling mengenal satu sama lain dan kedua pemain cukup dekat jauh sebelum team SDG terbentuk. Sementara itu, Anka dan Nathanael berasal dari fakultas yang sama yaitu Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Walaupun berasal dari fakultas yang sama, kedua pemain sebelumnya tidak saling mengenal satu sama lain sebelum team ini

  Setiap pemain yang ada di Team SDG berasal dari suku dan asal yang beragam. Sebastian, Nathanael, dan Christian berasal dari suku yang sama yaitu Tionghoa. Sedangkan, Ankaa dan Albert berasal dari suku Jawa dan Minahasa. Kelima pemain pun memiliki daerah asal yang berbeda satu sama lain. Sebastian berasal dari Semarang, sementara Nathanael dan Christian berasal dari daerah yang sama yaitu Lampung. Kedua pemain sudah cukup saling mengenal satu sama lain ketika keduanya masih berada di Lampung, dan cukup tidak sulit bagi mereka berdua untuk bisa berinteraksi dan mengenal dengan baik. Ankaa dan Albert juga berasal dari daerah yang sama yaitu Salatiga. Namun berbeda dengan Nathanael dan Christian, kedua pemain ini sebelumnya tidak saling mengenal satu sama lain. Kedua pemain saling mengenal sejak menempuh pendidikan di UKSW.

  Berbeda dengan Team Cornerstone, Team SDG merupakan team yang sangat aktif di dalam Dota 2. Walaupun cukup aktif dalam bermain, salah satu pemain yaitu Nathanael memiliki waktu yang tidak cukup lama bermain bersama dengan team dibandingkan dengan pemain aktif lainnya. Nathanael memiliki waktu bermain yang cukup sedikit dengan team karena waktu tersebut menurutnya tidak sesuai dengan kesibukkan yang dijalaninya saat ini. Walaupun waktu bermain Nathanel terhitung berbeda dengan pemain yang lain, Nathanael berusaha untuk bisa aktif bermain bersama dengan team ini. Dan waktu mereka bermain bersama ini lebih banyak mereka habiskan di Putra Abadi Center (PA) atau di kantor Senat Mahasiswa Universitas (SMU).

  Tabel 5.3 Profil Demografis Informan Team FriendShip

Sumber : Data Primer Peneliti Tahun 2017

  Data di atas merupakan data yang didapat secara langsung dari Team FriendShip. Team FriendShip (FS) perbedaan usia antar pemain ini tidak terhitung jauh, namun para pemain mampu beradaptasi dengan baik tanpa canggung satu dengan yang lain. Perbedaan usia yang hanya terhitung satu tahun, membuat para pemain cukup mampu untuk berkomunikasi satu sama lain dengan baik walaupun awal terbentuknya team ini bukan dari seorang yang saling mengenal satu sama lain. Dalam beradaptasi pun setelah mereka saling mengenal satu dengan yang lain, para pemain pun tidak mengalami kesulitas untuk berinteraksi dan kelima pemain beranggapan bahwa cukup mudah bagi mereka dengan perbedaan usia yang tidak terlalu jauh untuk bisa mengenal kepribadian masing – masing.

  Berdasarkan tingkat pendidikan sendiri, para pemain sedang menyelesaikan pendidikan mereka di Sekolah Menengah Atas (SMA). Kelima pemain berasal dari sekolah yang berbeda yang dimana Adi , Hendrik dan Yosua berasal dari SMA Kristen 1 Salatiga. Walaupun memiliki sekolah yang sama, namun ketiga pemain bukan berasal dari teman yang saling mengenal satu dengan yang lain. Sementara itu, Surya dan Steven berasal dari SMA Laboratorium Kristen Satya Wacana. Kedua pemain ini pun bukan berasal dari teman dekat di sekolah mereka.

  Keduanya hanya saling mengetahui dan sebatas saling mengenal saja, sebelum akhirnya ikut bergabung dengan team ini.

  Berbeda dengan kedua team sebelumnya, Team Friendship memiliki keberagaman agama. Agama Muslim dianut oleh Adi dan Hendrik. Surya menganut agama Katolik dan Steven serta Yosua menganut agama Kristen. Meskipun memiliki agama yang beragam, kelima pemain di team ini dapat saling menghargai dan mentoleransi satu sama lain. Ketika para pemain tersebut bermain bersama, salah satu pemain mengingatkan pada pemain yang beragama muslim untuk terlebih dahulu menjalankan sholat jumat. Ini terlihat dari interaksi yang mereka lakukan pada saat team ini sedang berkumpul untuk bermain bersama. Tidak hanya mendukung untuk semakin baik dalam permainan saja, kelima pemain pun saling mendukung dalam segi kerohanian.

  Selain itu, Team FriendShip memiliki keberagaman suku dan asal. Steven dan Surya berasal dari suku Tionghoa. Adi dan Hendrik berasal dari suku Jawa. Sementara itu, kelima pemain pun memiliki daerah asal yang berbeda-beda. Adi berasal dari Salatiga, Surya berasal dari Surabaya. Hendrik berasal dari Yogyakarta, Steven berasal dari Jakarta dan Yosua berasal dari Bandung. Walaupun kelima pemain berasal dari beberapa suku yang sama dan daerah yang berbeda, interaksi mereka dapat terbangun dengan baik.

  Dalam durasi waktu bermain pun, Team FS memiliki waktu yang berbeda dalam bermain dibandingkan dengan Team Cornerstone dan Team SDG. Walaupun terhitung sebagai team baru di Dota 2, team ini memiliki waktu yang cukup lama dan semua pemain terhitung cukup aktif dalam bermain bersama team ini yaitu kisaran waktu antara 4-7 jam. Walaupun kelima pemain memiliki durasi waktu bermain yang berbeda, namun kelima pemain lebih banyak menghabiskan waktu bermain bersama dikisaran waktu 6 jam. Bagi kelima pemain, waktu ini cukup efektif untuk bisa berlatih bersama-sama.

5.2 Proses Adaptasi Interaksi Pemain Di Masing -Masing Team

  Setiap pemain di team masing-masing memiliki kriteria nya sendiri dan proses saat beradaptasi mereka pun bervariasi. Awal pertemuan para pemain di dalam team sangat mempengaruhi adaptasi interaksi para pemain dan karakter masing- masing pemain di team akan terlihat sangat jelas baik saat para pemain sudah tergabung di team dan ketika para pemain ikut bermain bersama dalam satu team. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengurai seperti apa Kebutuhan , Keinginan dan Harapan para pemain baik ketika pertama kali ikut tergabung di dalam team maupun sesudah ikut tergabung di dalam team.

5.2.1 Team Cornerstone (CSE)

  Team Cornerstone merupakan sebuah team yang dibentuk pada tahun 2013. Team ini beranggotakan lima orang pemain yang terdiri dari Ade (Leader), Suhaile (anggota), Patrick (anggota), Edwin (anggota) dan Elnatan (anggota). Awal mula terbentuknya team ini adalah ide dari Ade dan Suhaile .

  “Sebenarnya karna gua yang buat ini team dari awal sih sama sule juga jadinya kita yang nawarin ke mereka buat join sama team ini” 14

  Terbentuknya team merupakan siasat bagi mereka untuk bisa mengajak pemain lain tergabung dalam komunitas gereja. Mereka berharap dengan adanya team

  ini, akan menjadi wadah untuk saling membangun dalam hal yang positif baik secara rohani maupun secara skill. Setelah terbentuknya team ini, Ade dan Suhaile pun kemudian merekrut pemain lain yang juga merupakan pemain yang aktif dalam lingkungan gereja yaitu Elnatan dan Edwin.

  14 Hasil Wawancara dengan Ade Raynaladi Leader Team CornerStone pada tanggal 9 April 2017

  Menurut mereka ini juga merupakan cara yang cukup mudah untuk bisa saling mengerti dan mengenal kemampuan masing-masing. Ade, Suhaile, Elnatan dan Edwin merupakan pemain yang sudah saling mengenal satu sama lain dan awal permulaan mereka bertemu dan berkenalan di gereja tersebut. Karena dalam permainan Dota 2 dibutuhkan team yang beranggotakan lima orang dan Team CornerStone sendiri masing kekurangan satu anggota lainnya, akhirnya Ade pun mengajak Patrick untuk ikut masuk bersama Team ini. Patrick sebelumnya tidak mengenal anggota yang lain kecuali Ade dan Suhaile. Menurut Patrick tidak cukup sulit untuk beradaptasi di awal memasuki team ini. Komunikasi bagi Patrick sendiri merupakan kunci utama untuk membangun interaksi menjadi lebih baik.

  Kelima pemain di Team Cornerstone juga sepakat bahwa karakter menjadi awal bagi mereka untuk bisa beradaptasi interaksi dan mengenal lebih dalam satu sama lain. Kelima pemain di team ini memiliki karakter yang berbeda-beda. Ade yang merupakan Leader dari Team Cornerstone sendiri dianggap oleh keempat pemain sebagai seseorang yang memiliki karakter yang keras dan punya ego yang tinggi dan Ade memiliki karakter yang sama dengan Suhaile. Patrick sendiri digambarkan oleh pemain yang lain sebagai seseorang yang memiliki karakter yang pendiam, dan pintar. Patrick dianggap sebagai pemain yang cukup baik di dalam team dan mampu bergerak cepat. Ade, Suhaile dan Patrick setuju bahwa mereka adalah pemain yang sangat cocok di team karena mereka mampu menyeimbangi dan dalam berinteraksi pun mereka sepakat bahwa mereka tidak mengalami kesulitan ketika beradaptasi interaksi satu sama lain. Bahkan pada saat ketiga pemain ini bermain bersama pun, interaksi mereka dapat berjalan dengan baik dan tidak cukup sulit bagi mereka untuk menyamakan pendapat saat bermain.

  Berbeda dengan ketiga pemain yang lain, Edwin dan Elnatan merupakan karakter yang cukup tidak disukai di dalam team . Hal ini terlihat dari wawancara yang dilakukan secara langsung dengan ketiga pemain lainnya , Edwin memiliki Berbeda dengan ketiga pemain yang lain, Edwin dan Elnatan merupakan karakter yang cukup tidak disukai di dalam team . Hal ini terlihat dari wawancara yang dilakukan secara langsung dengan ketiga pemain lainnya , Edwin memiliki

  “Kalo HanHan (Edwin) dia tu mikirnya lama dan lemot..” 15

  “Gua paling suka sebel tu sama HanHan (Edwin) .. Soalnya kadang HanHan (Edwin) suka ngelakuin apa yang gak harus dilakuin dan suka bikin kita rugi .. jadi

  kalah gara – gara dia dan bikin sakit hati tuh hahaha..” 16

  Gambar 2.

  Suasana Team Cornerstone saat bermain di Putra Abadi Net Center

  Sumber : Dokumentasi Fiber Desy Wijaya , 9 April 2017

  Pada saat observasi di lapangan pun, ketiga pemain pun saling menertawai dan saling menyetujui karakter yang dimiliki Edwin. Bagi mereka karakter Edwin adalah karakter yang cukup unik dan membutuhkan penangan yang baik untuk bisa mengendalikan karakternya.

  Lemot = Lemah otak ( sebutan untuk orang yang lambat berpikir atau lambat bekerja) https:kitabgaul.comwordlemot

  15 Hasil wawancara dengan Suhaile (Team Cornerstone) pada 9 April 2017 16 Hasil wawancara dengan Patrick (Team Cornerstone) pada 10 April 2017

  Emosi ketiga pemain pun cukup terbawa ketika menceritakan cara bermain Edwin yang tidak bisa menyesuaikan dengan pemain yang lain bahkan salah satu pemain mengatakan kata-kata negative yang menggambarkan Edwin sebagai seorang yang rela berkorban, namun tidak bisa menempatkan dirinya dengan baik saat bermain dan membuat pemain lain cukup sulit untuk bisa bermain bersama dengannya.

  Berbeda dengan Patrick, Ade dan Suhaile memiliki pendapat sendiri mengenai Edwin. Walaupun memiliki sifat yang lama untuk berfikir tapi menurut kedua pemain ini, Edwin memiliki sifat yang baik dan rela berkorban. Hal ini yang dianggap oleh kedua pemain sebagai nilai positif dari Edwin. Sementara itu, Elnatan dianggap sebagai seseorang yang memiliki keras kepala dan suka semaunya sendiri. Para pemain mengaku cukup mengalami kesulitan dengan sifat Elnatan yang dianggap tidak mampu menyeimbangi permainan di Team ini. Hal inilah yang akhirnya terkadang memancing emosi para pemain di team dan mengubah interaksi pemain ketika permainan berlangsung.

  Keberadaan Elnatan di team yang cukup jarang untuk bermain bersama dengan Team membuat para pemain terbawa emosi saat bermain. Menurut para pemain, Elnatan merupakan pemain yang cukup penting di dalam team. Pemain pun cukup kesulitan saat bermain ketika Elnatan tidak berada di team pada saat team ini bermain. Ade yang merupakan ketua dari Team Cornerstone pun mengaku cukup kesusahan untuk mengajak Elnatan bermain bersama dengan team. Bahkan pada saat team sedang bermain pun, Ade menyempatkan diri untuk menelfon Elnatan dan mengajaknya untuk bermain bersama dengan Team. Pada saat ditanyakan pun, status Elnatan yang bukan lagi single menjadi pengaruh utama Elnatan menjadi jarang untuk bermain bersama lagi dengan Team. Bahkan salah satu pemain memberikan pendapat negative mengenai status Elnatan saat ini yang lebih banyak menutup diri dengan team.

  Kelima pemain memiliki tanggapan yang berbeda pada saat menjawab kesulitan yang mereka alami ketika beradaptasi dengan pemain yang lain di team. Menurut Ade dan Suhaile, bagi mereka tidak cukup sulit untuk beradaptasi dengan pemain lain karena awal permulaan dari sebuah pertemanan membuat kedua pemain ini saling mengerti karakter masing-masing. Bagi Patrick sendiri, adaptasi merupakan hal yang tidak terlalu sulit baginya ketika ikut tergabung dengan team ini. Namun Patrick menegaskan bahwa mengenal karakter dan kecocokan karakter menjadi kunci yang paling penting dalam beradaptasi.

  “Enggak sulit sulit amat sih, yang susah tu Ochu (Elnatan) tapi anaknya sebenarnya selow sih jadi gampang – gampang susah .. Kalo HanHan (Edwin) gua udah terlanjur emosi agak susah sama dianya haha . Kalo sama ade karna satu organisasi di kampus gampang terus sama sule ya dah kenal jadi gak susah sih” 17

  Edwin dan Elnatan memiliki pendapat yang sama mengenai kesulitan beradaptasi dengan pemain yang lain di team ini. Karakter yang berbeda – beda membuat Edwin dan Elnatan cukup sulit untuk menerima dan memahami setiap pemain yang ada di team ini. Disimpulkan bahwa kedua pemain ini cukup sulit untuk beradaptasi interaksi dengan pemain lain yang ada di team ini. Dengan karakter yang berbeda di tiap pemain, kelima pemain pernah mengalami “crash”. Kelima nya menyatakan bahwa hal tersebut terjadi jika mereka sedang bermain bersama. Bahkan pengakuan dari Leader Team Cornerstone sendiri yaitu Ade menyatakan bahwa salah satu anggota sempat memutuskan untuk tidak lagi tergabung di team ini.

  “Sampe ada dulu yang gak mau maen bareng gitu .. Ya walaupun sih akhirnya dia maen lagi sama kita hahaha..” 18

  17 Hasil wawancara dengan Patrick (Team Cornerstone) pada 10 April 2017

  18 Hasil wawancara dengan Ade (Leader Team Cornerstone) pada 9 April 2017

  Hal ini sempat terjadi di dalam team karena salah satu pemain menganggap bahwa para pemain tidak bisa saling memahami dan saling mengerti satu dengan yang lain. Pemain tersebut tidak bisa menerima apa yang salah satu pemain ucapkan padanya saat permainan berlangsung. Kata-kata kasar yang dilontarkan oleh salah satu pemain membuat pemain tersebut pada akhirnya memutuskan untuk sejenak tidak bermain bersama dengan Team Cornerstone. Namun jangka waktu yang cukup lama akhirnya pemain tersebut memutuskan untuk tergabung kembali dengan team.

  Selama permainan berlangsung pun, interaksi yang terjalin pun cukup baik diantara para pemain satu sama lain. Walaupun keberadaan Elnatan dan Edwin pada saat bermain tidak ada, ketiga pemain yang cukup aktif yaitu Suhaile, Ade dan Patrick cenderung mampu bisa saling menyeimbangi satu dengan yang lain. Namun ketika permainan tersebut mencapai puncaknya, emosi ketiga pemain semakin terbawa. Kata-kata kasar pun sering keluar dari ketiga pemain saat mereka bermain bersama. Walaupun ketiganya mengaku sebagi pemain yang cocok satu sama lain, namun tanpa mereka sadari berbagai kata-kata makian sering terlontar dari mulut mereka dan ditujukan untuk pemain yang lain. Namun hal ini dikondisikan dengan baik oleh ketiga pemain dan tahapan setiap permainan dapat mereka selesaikan dengan baik.

  Gambar 3.

  Ade danPatrick pada saat bermain Dota 2 di Putra Abadi Net Center

  Sumber : Dokumentasi Fiber Desy Wijaya , 9 April 2017

  Kondisi cukup tidak terkontrol pada saat team bermain denga dua pemain yang tidak mereka saling kenal satu dengan yang lain. Kata-kata kasar sempat terlontar oleh salah satu pemain karena melihat pemain lawan yang mengeluarkan kata-kata yang berisi makian dan cacian buat Team Cornerstone. Tanpa mereka sadari pun, Ade, Suhaile dan Patrick ikut terbawa suasana yang cukup memanas selama mereka bermain. Kata-kata kasar seperti “Babi, Asu, Bajingan” pun sempat dilontarkan oleh Patrick melihat team lawan yang memancing kemarahan Team Cornerstone pada saat bermain. Suhaile pun ikut terbawa suasana pada saat permainan hampir selesai, kemarahannya pun memuncak di akhir permainan. Tanpa Suhaile sadari pun, kata-kata kasar mulai disebutkan olehnya seperti kata “Goblok, Tolol, Asu” dan kata-kata cacian lainnya yang diperuntukkan untuk team lawannya. Namun di akhir pertandingan pun, Ade yang merupakan ketua dari team mulai mengontrol situasi dan kondisi para pemain dengan mulai membuat kelucuan yang akhirnya membuat suasana mulai kembali normal.

  Untuk bisa saling mengenal hingga saat ini, menurut Ade butuh waktu yang cukup lama dan tidak cukup mudah untuk para pemain untuk bisa saling menerima dan mengenal satu sama lain. Walaupun berawal dari sebuah pertemanan , tapi bukan berarti di dalam team ini para pemain dapat saling mengenal satu sama lain dengan baik. Menurutnya, butuh waktu untuk dari seseorang yang tidak dekat menjadi dekat sampai sekarang dan kekompakkan yang terjaga hingga saat ini diperlukan waktu sekitar 3 bulan. Bagi para pemain, waktu tersebut masih dianggap cukup untuk bisa saling mengenal dan beradaptasi interaksi dengan baik antar pemain di team.

  Dalam beradaptasi interaksi selama kelima pemain ada di team, para pemain pun juga me merasakan perubahan yang cukup besar dari sebelum mengenal hingga saling mengenal satu sama lain. Bahkan dari cara interaksi dan cara berpikir pun para pemain mengaku mengalami perubahan ketika mereka beradaptasi interaksi satu sama lain. Perubahan tersebut sangat dipengaruhi oleh interkasi mereka yang cukup sering antara satu sama lain dan beberapa pemain mengaku bahwa mereka cukup Dalam beradaptasi interaksi selama kelima pemain ada di team, para pemain pun juga me merasakan perubahan yang cukup besar dari sebelum mengenal hingga saling mengenal satu sama lain. Bahkan dari cara interaksi dan cara berpikir pun para pemain mengaku mengalami perubahan ketika mereka beradaptasi interaksi satu sama lain. Perubahan tersebut sangat dipengaruhi oleh interkasi mereka yang cukup sering antara satu sama lain dan beberapa pemain mengaku bahwa mereka cukup

  “… Misalkan saat kita udah berinteraksi di team ini trus habis itu kita berinteraksi ke orang lain pasti tetep

  kebawa yang di team tadi ..” 19

  Selain bermain bersama dalam satu team, kelima pemain pun juga saling menjaga hubungan mereka dengan baik yaitu dengan cara melakukan kegiatan secara bersama-sama atau sekedar jalan- jalan dan quality time 20 bersama dengan team. Hal

  ini diharapkan agar hubungan antar pemain tidak hanya terbangun di permainan saja, namun di luar permainan pun kelima pemain sepakat untuk semakin lebih mengenal dan semakin membangun interaksi antar pemain agar semakin lebih baik satu sama lain. Bertahannya para pemain di team pun disebabkan oleh pertemanan mereka yang sudah dimulai di awal sebelum mereka membentuk team ini dan kelima pemain merasa sudah cocok satu sama lain walaupun salah satu diantaranya sempat ditawarkan untuk masuk di team yang lebih baik lagi.

  “ Gua sempat sih diajakin buat gabung sama team lain dan team itu memang jago – jago semua .. Tapi percuma kalo kita punya personil dengan skill yang bagus tapi kita gak ngerti satu sama lain. Nah sama mereka gua kan dah paham jadi gua juga gak mau ninggalin mereka karna dah cocok dan udah pas sih kita

  -kitanya ..” 21 Bagi kelima pemain, rasa cocok dan saling mengenal adalah faktor yang

  membuat kelima pemain di team ini untuk bisa saling beradaptasi interaksi dengan lebih baik dan mampu bertahan di team dengan baik.

  19 Hasil wawancara dengan Edwin (Team Cornerstone) pada 11 April 2017

  20 Quality Time adalah menikmati waktu bersama dengan orang – orang terkasih (http:www.dorar.info201404arti-quality- time.html

  21 Hasil wawancara dengan Suhaile (Team Cornerstone) pada 9 April 2017

  Dengan berbeda karakter yang dimiliki tiap -tiap pemain di Team Cornerstone, tidak menghalangi mereka untuk semakin menjadi lebih baik dan saling membangun satu sama lain.

1. Kebutuhan Pemain Selama Tergabung Di Team Cornerstone

  Dalam Teori Adaptasi Interaksi yang dikembangkan oleh Judee Burgoon mengatakan bahwa Kebutuhan adalah segala hal yang seseorang perlukan dalam interaksi. Kebutuhan dapat bersifat biologis, seperti meminta makanan atau kebutuhan sosial, seperti kebutuhan untuk berafiliasi atau kebutuhan berteman. Di dalam buku Little John yang berjudul “Theories of Human Communication(10 th

  ed) ,

  Kebutuhan diibaratkan seperti terminology sosial dari pemenuhan kebutuhan untuk berafiliasi, menjalin persahabatan atau sampai pada hal – hal yang lebih menarik dalam sebuah interaksi. Di masing-masing team , beberapa pemain mengungkapkan pendapat yang berbeda-beda ketika ikut tergabung bersama di team.

  Team Cornerstone yang memiliki lima anggota memiliki kebutuhan yang hampir sama di team ini. Dasar utama para pemain membentuk team adalah sebuah kebutuhan pertemanan. Beberapa pemain mengungkapkan bahwa dengan adanya sebuah team, membuat permainan Dota menjadi terasa lebih mudah dan gampang. Kedekatan antar pemain yang sudah terjalin sejak sebelum team ini terbentuk membuat para pemain lainnya enggan untuk pindah ke team yang lain. Namun karena adanya anggota yang kurang cukup aktif di team, membuat beberapa pemain sangat menyayangkan hal ini.

  Beberapa pemain yang lain pun mengakui bahwa kurang terlibatnya dua anggota pemain di team ini karena kesibukkan menjadi faktor yang akhirnya membuat Suhaile, dan Patrick merasa cukup kesulitan untuk bermain dengan pemain lain yang tidak satu team dengan mereka mengingat bahwa permainan Dota adalah permainan team yang menuntut pemain untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik agar team bisa memenangkan team lawan sebelumnya. Menurut kelima pemain, Beberapa pemain yang lain pun mengakui bahwa kurang terlibatnya dua anggota pemain di team ini karena kesibukkan menjadi faktor yang akhirnya membuat Suhaile, dan Patrick merasa cukup kesulitan untuk bermain dengan pemain lain yang tidak satu team dengan mereka mengingat bahwa permainan Dota adalah permainan team yang menuntut pemain untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan baik agar team bisa memenangkan team lawan sebelumnya. Menurut kelima pemain,

  “Kesenangan sih gue karna game yang lain tu lebih banyak individual dan gua gak senang kalo main yang

  sendirian” 22 Suhaile pun juga menyetujui bahwa kelengkapan pemain di team saat bermain secara bersama, sangat diperlukan. Sudah mengenal karakter masing-masing dan

  mampu saling membangun dengan baik merupakan kunci utama yang dibutuhkan oleh sebuah Team Dota. Menurutnya, cukup sulit di dalam permainan ini untuk bermain dengan karakter orang yang tidak mereka kenal dan hal inilah yang terkadang membuat team menjadi tidak seimbang dan sering kalah dalam bermain. Selain itu, sebuah pertemanan menurut Patrick, Edwin dan Elnatan merupakan kunci yang paling mereka butuhkan dalam sebuah team. Bagi ketiga pemain ini kebutuhan dalam sebuah game tidak hanya dibutuhkan oleh team ini, namun sebuah pertemanan yang cukup baik pun sangat mereka butuhkan dalam team ini. Menurut mereka, menjadi lebih dekat satu sama lain tidak hanya di dalam permainan saja, namun di pertemanan pun mereka saling membangun hubungan yang lebih baik satu dengan yang lainnya. Patrick yang merupakan anggota termuda dan sebelumnya kurang mengenal tiap-tiap pemain satu sama lain, merasa bahwa di dalam team ini ia pun sangat dibutuhkan dalam sebuah pertemanan.

  Hasil wawancara dengan Ade (Leader Team Cornerstone) pada 9 April 2017

  “Gua dapet sebuah pertemanan tu disini .. Jadi menurut gua mereka tu gak butuh gua di game doang, tapi

  mereka juga butuh gua dalam pertemanan ..” 23

2. Keinginan Pemain Selama Tergabung Di Team Cornerstone

  Di dalam buku Little John yang berjudul “Theories of Human Communication(10 th ed), Jurde Burgoon menjelaskan bahwa keinginan adalah suatu

  tujuan dan preferensi dari apa yang akan dicapai dengan bantuan interaksi individu itu sendiri. Preferensi dan tujuan personal yang menggambarkan hal yang kita inginkan dalam suatu interaksi. Keinginan tersebut dapat terjadi ketika seseorang berinteraksi satu dengan yang lain. Di dalam Team Dota pun, masing – masing pemain memiliki keinginannya sendiri selama ikut tergabung di dalam team. Berbagai pendapat disampaikan oleh para pemain dengan tujuan mereka dan keinginan yang sudah dicapai oleh para pemain selama ikut tergabung dengan team ini.

  Pemain di Team Cornerstone memiliki keinginannya sendiri selama ikut tergabung di dalam team. Team Cornerstone memiliki keinginan untuk bisa menjadikan team ini sebagai tempat untuk bisa berbagi,saling belajar dan saling mendekatkan diri satu dengan yang lain. Namun secara individu pun kelima pemain memiliki keinginan tersendiri untuk bisa mempertahankan team dengan baik. Bagi Ade, team ini merupakan sebuah wadah untuk menyalurkan kesenangan dari hobi yang dimilikinya dan bisa memenangkan pertandingan Dota bersama dengan Team. Selain itu, Ade juga menjelaskan sejak pertama kali terbentuknya team ini Ade membentuk team ini dari sebuah pelayanan gereja yang mereka lakukan bersama.

  23 Hasil wawancara dengan Patrick (Team Cornerstone) pada 10 April 2017

  Ade berharap ini juga akan menjadi suatu tempat yang bisa menumbuhkan para pemain secara rohani dan pertumbuhan tersebut juga dapat dilakukan secara bersama-sama dengan pemain di team ini dan hal-hal positif pun sangat diinginkan ada di dalam team ini. Memiliki pendapat yang hampir sama, Suhaile juga menyetujui bahwa ia berkeinginan mempunyai sebuah komunitas yang sehat seperti team ini. Hal tersebut sangat bermanfaat bagi Suhaile, daripada hanya melakukan kegiatan yang tidak membangun satu dengan yang lain. Selain itu, Suhaile juga berharap setidaknya team ini mempunyai orang-orang yang bisa saling memberikan semangat dan dukungan satu dengan yang lain dengan begitu mereka dapat memenangkan pertandingan secara bersama dengan team ini.

  Patrick dan Elnatan memiliki komentarnya sendiri mengenai keinginannya selama tergabung di team ini. Bagi Patrick dan Elnatan, sebuah keinginan untuk menyalurkan kesenangan bersama dalam bermain Dota 2 merupakan keinginannya secara individu. Hal ini disetujuinya melihat susahnya untuk mendapatkan hal ini di team lain. Selain itu, Patrcik secara individu memiliki keinginan untuk bisa menjuarai pertandingan dunia Dota 2 yang setiap tahun diselenggarakan oleh Valve Corporation yang merupakan pengembang dari game online Dota 2. Hal ini pernah dilakukan oleh Patrick dan pemain yang lain untuk bisa masuk ke dalam kejuaran dunia Dota2. Namun hal tersebut gagal dilakukan oleh team mereka, namun baginya tidak menutup kemungkinan untuk bisa memenangkan perlombaan tersebut bersama dengan team ini.

  Sementara bagi Edwin sendiri keinginannya untuk tergabung di team ini bukan hanya sebagai kesenangan saja, tapi Edwin sendiri meyakinkan bahwa lewat permainan ini ada suatu keinginan untuk menjadikan team ini sebagai tempat pengenalan yang membuat para pemain bisa semakin dekat di team. Permainan ini baginya mengajarkan seseorang untuk saling dekat satu sama lain dan mampu berinteraksi dengan lebih baik antar pemain untuk bisa memenangkan sebuah perlombaan di permainan ini. Selain itu, sebuah pertemanan yang cukup erat sangat Sementara bagi Edwin sendiri keinginannya untuk tergabung di team ini bukan hanya sebagai kesenangan saja, tapi Edwin sendiri meyakinkan bahwa lewat permainan ini ada suatu keinginan untuk menjadikan team ini sebagai tempat pengenalan yang membuat para pemain bisa semakin dekat di team. Permainan ini baginya mengajarkan seseorang untuk saling dekat satu sama lain dan mampu berinteraksi dengan lebih baik antar pemain untuk bisa memenangkan sebuah perlombaan di permainan ini. Selain itu, sebuah pertemanan yang cukup erat sangat

  Ketika ditanya mengenai keinginan yang sudah tercapai selama tergabung di team ini, Ade, Patrick, Edwin dan Elnatan memberikan jawaban yang sama yaitu keinginan mereka sudah cukup terpenuhi selama tergabung dengan team ini. Bagi keempat pemain ini, keinginan untuk bisa menyalurkan hobi mereka bersama team ini sudah mereka capai sampai saat ini. Bisa menjuarai pertandingan bersama team ini bagi mereka sudah cukup membuat keempat pemain ini merasa senang, walaupun bagi Patrick sendiri untuk memenangkan sebuah kejuaran dunia Dota 2 merupakan hal yang cukup sulit bagi team mereka. Namun melihat perkembangan team yang cukup baik hingga saat ini, membuat Patrick cukup senang bisa tergabung dengan team ini. Bagi Edwin sendiri, keakraban antar pemain di team ini pun sangat membuat dirinya sangat senang dan bisa bertahan di team ini hingga saat ini.

  Berbeda dengan keempat pemain di atas, Suhaile memiliki pendapatnya sendiri keinginan yang sudah tercapai selama pemain ini ikut tergabung di team. Menurutnya, Pencapaian tersebut belum sempurna untuk team ini. Mendapatkan peringkat pertama dalam sebuah perlombaan merupakan hal yang sangat diinginkannya selama ikut tergabung di team. Mengingat team ini hanya memenangkan perlombaan Dota 2 di POM UKSW dengan peringkat 3 selama 2 tahun berturut- turut. Pencapaian ini masi terasa sangat kurang bagi Suhaile karna menurutnya team ini bisa memenangkan peringkat pertama di turnaman POM bulan lalu. Namun hal ini cukup di syukuri oleh Suhaile walaupun baginya keinginan untuk mendapatkan peringkat pertama cukup besar.

3. Harapan Pemain SelamaTergabung Di Team Cornerstone

  Menurut Jurde Burgoon Di dalam buku Little John yang berjudul “Theories of Human Communication(10 th ed), Harapan adalah pola-pola yang seseorang

  perkirakan akan terjadi. Harapan berdiri untuk pola, yang diantipasi untuk interaksi mendatang. Prediksi ini akan bergantung baik pada pengalaman masa lalu (jika orang lain akrab) atau norma-norma sosial (jika orang lain tidak dikenal). Ketiga team memiliki pendapat nya masing-masing saat ditanya mengenai harapan yang mereka miliki saat tergabung dengan masing-masing team.

  Team Cornerstone memiliki pendapat masing-masing mengenai harapan mereka saat tergabung dengan team ini. Ade sebagai Leader dari team ini memiliki harapan yang cukup unik selama ikut tergabung dengan team ini. Bisa bermain Dota menggunakan toga merupakan harapan yang ia miliki sejak membentuk team ini. Hal ini diungkapkannya secara serius karna melihat beberapa pemain yang akan menyelesaikan perkuliahan mereka di tahun ini, membuat Ade memiliki harapan untuk bisa menggunakan pakaian wisuda secara bersama-sama. Hal ini pun dianggapnya sebagai motivasi untuk para pemain bisa menyelesaikan perkuliahan lebih cepat walaupun team ini masi bermain Dota hingga saat ini.

  Sementara itu, Suhaile memiliki harapan agar team ini bisa mendapatkan sesuatu yang cukup bermakna bagi tiap individu. Sesuatu tersebut tidak hanya dalam bentuk kemenangan juara saja tapi hal lain yang bisa membuat team ini semakin lebih baik. Walaupun baginya, harapan terbesarnya adalah bisa menjuarai pertandingan Dota dengan tingkatan yang lebih tinggi lagi bersama team ini.

  Memiliki harapan yang hampir sama dengan Suhaile, Patrick sendiri mengharapkan sebuah kemenangan yang lebih besar lagi untuk team ini yaitu menjuarai pertandingan Dota 2 tingkat dunia bersama team ini.

  Selain itu Patrick berharap ketika para pemain sudah menyelesaikan pendidikan mereka dan memiliki karir masing-masing, team ini tetap bertahan dan ketika para pemain berada di kota yang berbeda tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk bisa bermain secara bersama-sama.

  Edwin dan Elnatan memiliki harapan yang sama mengenai team ini. Hubungan antar pemain baginya sangat penting selama dirinya tergabung dengan team ini. Edwin berharap team ini akan selalu bertahan walaupun para pemain nantinya akan berada di kota yang berbeda. Harapan untuk bisa bermain secara bersama-sama dengan team ini menjadi harapan bagi Edwin dan Elnatan walaupun pada akhirnya para pemain satu sama lain akan berpisah dan berada di tempat yang berbeda – beda.

  Selain memiliki harapan masing-masing bagi team, para pemain juga memiliki harapan bagi setiap individu yang ada di Team Cornerstone. Elnatan memiliki harapan agar setiap individu yang ada di team ini menjadi seseorang yang semakin baik, tidak hanya di game saja namun di luar game pun para pemain bisa

  menjadi semakin lebih baik lagi dan menjadi pemain-pemain yang tetap solid 36 satu

  sama lain. Edwin juga memiliki harapan agar setiap pemain yang ada di team ini lebih mengerti dan terbuka lagi satu dengan yang lain. Menurutnya, pemain yang ada di team ini sudah saling mengerti dan saling memahami satu sama lain. Namun, Edwin berharap tidak adanya perselisihan antar pemain supaya pemain di team dapat saling belajar dan bisa mempraktekkannya di luar team.

  Patrick sendiri memiliki harapan agar pemain di team bisa saling mengontrol diri ,seperti emosi yang lebih dikontrol lagi. Selain itu, para pemain mampu menjadi pendengar yang baik bagi pemain yang ada di team dan lebih memiliki inisiatif untuk berbagai hal.

  Solid = kuat, kukuh (http:kbbi.web.idsolid)

  Ade memiliki pendapat yang berbeda mengenai harapannya bagi setiap pemain yang ada di team ini. Setiap pemain memiliki awal kedekatan yang berbeda-beda satu sama lain, Ade memiliki harapan ketika para pemain sudah menyelesaikan pendidikan mereka ataupun para pemain tidak berada di satu kota yang sama tidak membuat para pemain saling melupakan satu sama lain. Ade berharap agar tetap bisa menyalurkan hobi dengan team ini dan bisa tetap selalu bersama di dalam game ini. Suhaile pun memiliki harapan agar para pemain menjadi pemain yang semakin oke baik saat bermain bersama atau secara individu para pemain menjadi pribadi yang semakin baik.

5.2.1 Team Senate Dota Gaming (SDG)

  Team Senate Dota Gaming (SDG) dibentuk pada tahun 2015. Team ini terdiri dari lima pemain aktif yaitu Sebastian (Leader), Nathanael (anggota), Ankaa (anggota), Christian (anggota), dan Albert (anggota). Awal mula terbentuknya team ini merupakan ide dari Sebastian dan Christian yang merupakan anggota Senat Mahasiswa Universitas (SMU) UKSW.

  Ide tersebut muncul karna melihat begitu tingginya minat anggota SMU akan Dota dan ini menjadi wadah bagi anggota SMU untuk lebih dekat lagi satu sama lain dan untuk mengajak mahasiswa lainnya untuk ikut tergabung di SMU.Setelah terbentuknya team ini, Sebastian dan Christian pun mengajak anggota SMU lainnya yaitu Ankaa dan Albert untuk ikut tergabung dengan team ini. Bagi kedua pemain ini tidak cukup sulit bagi mereka untuk beradaptasi dengan Christian dan Sebastian karna dari awal pun mereka sudah saling mengenal di lingkungan Senat Mahasiswa Universitas (SMU).

  Namun karena kurangnya orang di team ini , akhirnya Christian pun mengajak Nathanael yang bukan anggota SMU untuk ikut gabung bersama team ini. Sebelum tergabung dengan team ini, Nathanael pun juga ditawarkan untuk ikut bergabung dengan Team Cornerstone. Namun karena jumlah pemain yang sudah cukup dan Namun karena kurangnya orang di team ini , akhirnya Christian pun mengajak Nathanael yang bukan anggota SMU untuk ikut gabung bersama team ini. Sebelum tergabung dengan team ini, Nathanael pun juga ditawarkan untuk ikut bergabung dengan Team Cornerstone. Namun karena jumlah pemain yang sudah cukup dan

  Saat ditanyakan perihal karakter tiap pemain, kelima pemain memiliki pendapatnya masing – masing. Karakter ini mempengaruhi mereka di awal beradaptasi interaksi dengan pemain lain hingga tergabung bersama team ini sampai sekarang. Sebastian yang merupakan leader dari team ini dianggap oleh keempat pemain sebagai seseorang yang pendiam, kritis, dan ketika bermain bersama pun Sebastian dianggap sebagai seseorang yang tidak bisa mengontrol emosi dengan baik. Hal ini sempat membuat interaksi dengan salah satu anggota yaitu Nathanael menjadi tidak berjalan dengan baik.

  “ Kalo bastian (Sebastian) di game dia susah gak ke control kalo ngomong di game dan pas di POM

  kemaren aku sempat badmood 25 juga dengan

  omongannya dia ..”

  Christian memiliki karakter yang hampir sama dengan Sebastian yaitu pendiam dan kritis. Namun menurut keempat pemain, Christian dianggap sebagai seseorang yang cukup baik dan mampu memahami anggota lain yang ada di team. Nathanel yang merupakan anggota terkahir yang ikut bergabung dengan team ini dianggap oleh anggota lain sebagai seseorang yang cukup aktif, baik dalam bermain dan seseorang yang cukup welcome.

  25 Badmood = Susana hati yang buruk (https:kitabgaul.comwordbm)

  Pemain lain mengganggap Nathanael sebagai seseorang yang cukup aktif untuk mengajak pemain lainnya untuk ikut bermain bersama. Namun menurut Anka sendiri, Nathanael sering terbawa emosi ketika sedang bermain bersama. Ini membuat Nathanael sering melakukan kesalahan dan membuat anggota menjadi terbawa emosi.

  “Dia ngelakuin kesalahan karena emosionalnya sendiri dan ego nya sendiri jadi akunya juga greget sama

  dia..” 26

  Albert yang merupakan anggota termuda di Team SDG dianggap oleh para pemain sebagai seseorang yang baik, pintar, jenis dan mampu mengkoordinir dengan baik saat bermain. Bagi keempat pemain, tidak cukup sulit untuk beradaptasi interaksi dengan Albert pada saat bermain bersama. Albert mampu menyeimbangi permainan setiap pemain. Di luar permainan pun, Albert merupakan seseorang yang lebih banyak memberikan saran kepada pemain yang lain.

  Gambar 4.

  Suasana Team SDG saat bermain di Ruang LKU UKSW

  Sumber : Dokumentasi Fiber Desy Wijaya , 12 April 2017

  Dari kelima pemain yang ada di team ini, sosok Anka menjadi sosok yang kurang disukai di dalam Team. Menurut keempat pemain, Anka memiliki karakter yang terkadang kurang bisa menerima, emosi yang tinggi, unik, kurang mampu mengatur diri, dan suka bermasalah dalam bermain.

  26 Hasil wawancara dengan Ankaa (Team SDG) pada 12 April 2017

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24