aMAKALAH HUKUM NEGARA DAN HAM a.docx (1)
MAKALAH
NEGARA HUKUM (RULE OF ROW) DAN HAM
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
Mata kuliah: Pancasila
Dosen Pengampu : Nety Hermawati
Disusun oleh:
POPPY REZA ALVINA (1702100069)
SEPTIANA RAHAYU (1704100245)
UMI ADILA (1704100255)
PROGRAM STUDI S-1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
2017
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................
i
ii
iii
I. PENDAHULUAN................................................................................... 1
I.1
I.2
I.3
I.4
Latar Belakang .............................................................................. 1
Rumusan Masalah ......................................................................... 1
Tujuan Penulisan............................................................................ 1
Manfaat Penulisan ......................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 2
II.1Konsep Dan Ciri Negara Hukum................................................... 2
II.2Negara Hukum Indonesia............................................................... 8
II.3Hakikat Hak Asasi Manusia........................................................... 13
II.4Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia................................... 17
II.5Hak Asasi Manusia di Indonesia.................................................... 20
III................................................................................................................ PENUTUP
III.1.......................................................................................................Kesimpulan
III.2.......................................................................................................Saran
24
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
23
23
iv
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara hukum tidak hanya berdasarkan pada kekuasaan
belaka, selain itu juga berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Hal ini berarti
Negara Indonesia menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin segala warga
negaranya bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, serta wajib
menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu tanpa ada kecualinya. Hak Asasi Manusia
merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
2.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Hukum Negara dan Hak Asasi Manusia (HAM) ?
2. Apa saja ciri-ciri Hukum Negara dan HAM
3. Bagaimana hubungan Negara hukum dan HAM
2.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian tentang Hukum Negara dan Hak Asasi Manusia (HAM).
2. Untuk mengetahui ciri, tujuan dari Hukum Negara dan HAM tersebut
3. Untuk mengetahui hubungan Negara Hukum dan HAM
2.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah memberikan pengetahuan dan
informasi mengenai negara hukum dan HAM kepada pembaca.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dan Ciri Negara Hukum
a. Pengertian Negara Hukum
Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechsstaat atau Rule Of Law.
Rechsstaat atau Rule Of Law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk perumusan
yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Oleh karena itu, konstitusi dan Negara (hukum)
merupakan dua lembaga yang tidak terpisahkan. Secara sederhana, yang dimaksud
dengan negara hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya
didasarkan atas hukum. Di dalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga lain dalam
melaksanakan
tindakan
apapun
harus
dilandas
oleh
hukum
dan
dapat
dipertanggungjawabkansecara hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan
pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum (supermasi hukum) dan bertujuan untuk
menyelenggarakan ketertiban hukum (Mustafa Kamal Pasha, 2003).
Negara berdasar atas hukum menempatkan hukun sebagai hal yang tertinggi
(supreme) sehingga ada istilah supermasi hukum. Supermasi hukum harus tidak boleh
mengabaikan tiga ide dasar hukum, yaitu keadilan, kemmanfaatan dan kepastian
(Achmad Ali; 2002). Oleh karenanya, Negara dalam melaksanakan hukum harus
memperhatikan tiga hal tersebut. Di negara hukum, hukum tidak hanya sekedar sebagai
“formalitas” atau “prosedur” belaka dari kekuasaan. Bila sekedar formalitas, hukum
dapat menjadi saran pembenaran untuk dapat melakukan tindakan yang salah atau
menyimpang. Contoh, pada masalalu presiden sering membuat “Keppres” sebagai tempat
terlindung dengan dalih telah berdasarkan hukum, padahal dengan Keppres tersebut
presiden dapat menyalahgunakankan kekuasaannya. Oleh karena itu di Negara hukum,
hukum harus tidak boleh mengabaikan “rasa keadilan masyarakat”.
Apabila Negara berdasar atas hukum, pemerintah Negara itu juga harus berdasar atas
suatu konstitusi ata undang-undang dasar sebagai landasan penyelengaraan pemerintahan.
4
Konstitusi
dalam
Negara
hukum
adalah
konstitusi
yang
bercirikan
gagasan
konstiitusionalisme yaitu adanya pembatasan atau kekuasaan dan jaminan hak
dasarwarga Negara. Tanpa adanya konstitusi yang demikian, sulit untuk disebut Negara
hukum. Negara-negara komunis atau Negara otoriter memiliki konstitusi tetapi menolak
gagasan tentang konstitusionalisme sehingga tidak dapat disebut Negara hukum dalam
arti yang sesungguhnya.
Negara hukum adalah unik, sebab Negara hendak dipahami sebagai suatu konsep
hukum (Jimly Asshiddiqie, 2004). Dikatakan sebagai suatu konsep yang unik sebab tidak
ada konsep misalnya Negara politik, Negara ekonomi dan sebagainya. Dalam Negara
hkum nantinya akan terdapat satu kesatuan system hukum yang berpuncak pada
konstitusi atau undang-undang dasar. Dengan adanya system hukum, penyelenggaraan
Negara dan rakyat dapat bersatu di bawah dan tunduk pada system yang berlaku. Dengan
demikian, dalam Negara yang berdasar atas hukum, konstitusi Negara merupakan sarana
pemersatu bangsa. Hubungan antar warga Negara dengan Negara, hubungan
antarlembaga negara dengan kinerja masing-masing elemen kekuasaan berada ada satu
system aturan yang disepakati dan dijunjung tinggi.
b. Negara Hukum Formil dan Negara Hukum Materiil
Salah satu cirri penting dalam Negara yang menganut konstitusionalisme yang hidup
pada abad ke-19 adalah sifat pemerintahannya yang pasif, artinya pemerintah hanya
sebagai wasit atau pelaksana dari berbagai keinginan rakyat yang dirumuskan para
wakilnya di parlemen. Disini peranan negara lebih kecil daripada peranan rakyat karena
pemerintah hanya menjadi pelaksana (tunduk pada) keinginan-keinginan rakyat yang
diperjuangkan secara liberal untuk menjadi keputusan parlemen.
Jika dikaitkan dengan Trias Politika dalam konsep Montesque, tugas pemerintah
terbatas pada tugas eksekutif, yaitu melaksanakan undang-undang yang dibuat oleh
parlemen. Pada waktu itu (abad ke-19) masih dikuasai gagasan bahwa pemerintah
hendaknya tidak turut ikut campur dalam urusan warga negaranya kecuali dalam hal
menyangkut kepentingan umum seperti bencana alam, hubungan luar negeri dan
pertahanan Negara (Mirriam Budiardjo, 1977). Aliran ini disebut liberalism yang
5
dirumuskan dalam dalil The Least Government Is The Best Government (pemerintah yang
paling sedikit mengatur adalah pemerintahan yang baik).
Negara dalam pandangan ini adalah Negara yang memiliki ruang gerak sempit.
Negara mengurusi hala-hala sedikit sedangkan yang banyak terutama dalam kepentingan
ekonomi diserahkan kepada warga secara liberal. Negara hanya mempunyai tugas pasif,
yaitu baru bertindak apabila hak-hak warga Negara dilanggar atau ketertiban keamanan
umum terancam. Konsepsi Negara demikian adalah Negara hukum dalam arti sempit atau
disebut Negara hukum formil, Negara hukum klasik. Negara dalam pandangan ini hanya
dianggap sebagai Negara penjaga malam (Nachtwacterstaat). Jadi Negara hukum formil
adalah Negara hukum dalam arti sempit yaitu Negara yang membatasi ruang geraknya
dan bersifat pasif terhadap kepentingan rakyat Negara. Negara tidak campur tangan
secara banyak terhadap urusan dan kepentingan warga Negara. Urusan ekonomi
diserahkan pada warga Negara dengan dalil Laissez faire, Laissez Aller yang berarti
bilawarga dibiarkan mengurus kepentingan ekonominya sendiri, maka dengan sendirinya
perekonomian Negara akan sehat.
Negara hukum formil dikecam banyak pihak karena mengakibatkan kesenjangan
ekonomi yang amat mencolok terutama setelah perang dunia kedua. Gagasan bahwa
pemerintah dilarang campur tangan dalam urusan warga baik dalam bidang ekonomi dan
sosial lambat laun berubah menjado gagasan bahwa pemerintah brtanggungjawab atas
kesejahteraan rakyat dan karenanya harus aktif mengatur kehidupan ekonomi dan sosial
(Mirriam Budiardjo, 1977). Untuk itu pemerintah tidak oleh pasif atau berlaku seperti
penjaga malam melainkan harus aktif melakikan upaya-upaya membangun kesejahteraan
rakyat.
c. Ciri-Ciri Negara Hukum
6
Negara hukum yang muncul pada abad ke-19 adalah Negara hukum formil atau
Negara hukum dalam arti sempit. Pada uraian sebelumnya telah dikemukakan bahwa
Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechtsstaat atau Rule Of Law. Istilah
Rechtsstaat diberikan oleh para ahli hukum Eropa Kontinental sedang istilah Rule Of
Law diberikan oleh para ahli hukum Anglo Saxon.
Friedrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental memberikan ciriciri Rechtsstaat sebagai berikut:
1. Hak asasi manusia
2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia yang biasa
dikenal sebagai Trias Politika
3. Pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan
4. Peradilan administrasi dalam perselisihan
Adapun AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon member ciri-ciri Rule Of
Law sebagai berikut:
1. Supermasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenng-wenangan. Sehingga
seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
2. Kedudukan yang sama didepan hukum, baik bagi rakyat biasa atau bagi pejabat.
3. Terjaminnya hak-hak manusia dala undang-undang atau keputusan pengadilan.
Ciri-ciri Rechtsstaat atau Rule Of Law di atas masih dipengaruhi oleh konsep Negara
hukum formil atau Negara hukum dalam arti sempit. Dari pencirian di atas terlihat bahwa
peranan pemerintah haynya seikit, karena ada dalil bahwa “pemerintah yang sedikit
adalah pemerintah yang baik”. Dengan munculnya konsep negara materiil pada abad ke20 maka perumusan ciri-ciri negara hukum sebagaimana dikemukakan oleh Stahl dan
Dicey di atas kemudian ditijau lagi sehingga dapat menggambarkan perluasan tugas
pemerintah yang tidak boleh lagi bersifat pasif,.
Sebuah komisi para juris yang tegabung dalam International Commission of Jurits
pada konferensinya di Bangkok tahun 1965 merumuskan ciri-ciri pemerintahan yang
demokratis di bawah Rule Of Law yang dinamis. Ciri-ciri tersebut adalah
1. Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi selain menjamin hak-hak
individu harus menentukan pula cara procedural untuk memperoleh perlindungan
hak-hak yang dijamin;
7
2.
3.
4.
5.
6.
Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
Kebebasan untuk menyatakan pendapat;
Pemilihan umum yang bebas;
Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi;
Pendidikan civics (kewarganegaraan).
Dari perincian seperti itu bahwa adanya pengakuan terhadap perluasan tugas
pemerintah (eksekutif) agar menjadi lebih aktif tidak hanya selaku penjaga malam.
Pemerintah diberi tugasdan tnggungjawab membangun kesejahteraan dan pemerstaan
yang adil bagi rakyatnya. Ciri-ciri negara hukum diatas sudah dipengaruhi oleh konsepsi
negara hukum materiil (modern). Disamping perumusan ciri-ciri negara hukum seperti di
atas ada pula berbagai pendapat mengenai ciri-ciri negara hukum yang dikemukakan ole
para ahli. Menurut Montesque, negara yang paling baik ialah negara hukum, sebab di
dalam konstitusi di banyak negara terkandung tiga inti pokok, yaitu
1. Perlindungan HAM,
2. Ditetapkannya ketatanegaraan suatu negara, dan
3. Membatasi kekuasaan dan weenang organ-organ negara.
Prof. Sudargo Gautama mengemukakan ada tiga ciri atau unsur dari negara hukum ,
yakni sebagai berikut
1. Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap perorangan, maksudnya negara tidak
dapat bertindak sewenang-wenang. Tindakan negara dibatai oleh hukum, individual
mempunyai hak terhadap negara atau rakyat mempunyai hak terhadap penguasa.
2. Asas legalias, setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang telah diadakan
terlebih dahulu yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau aparaturnya.
3. Pemisahan kekuasaan, agar asas itu betul-betul terlindungi, diadakan pemisahan
kekuasaan yaitu badan yang membuat peraturan perundang-undangan, melaksanakan
dan badan yang mangadili harus terpisah satu sama lain tidak berada dalam satu
tangan.
Franz Magnis Suseno (1997) mengemukakan adanya lima ciri negara hukum sebagai
salah satu ciri hakiki negara demokrasi. Kelima ciri negara hukum tersebut adalah
sebagai berikut
1. Fungsi kenegaraan dijalankan oleh lembaga yang bersangkutan sesuai dengan
ketetapan sebuah undang-undang dasar.
8
2. Undang-undang dasar menjamin hak asasi manusia yang paling penting. Karena
tanpa jaminan tersebut, hukum akan menjadi sarana penindasan. Jaminan hak asasi
manusia memastikan bahwa pemerntah tidak dapat menyalahgunakan hukum untuk
tindakan yang tidak adil atau tercela.
3. Bada-badan negara menjalankan kekuasaan masing-masing selalu dan hanya taat
pada dasar hukum yang berlaku.
4. Terhadap tindakan badan negara, masyarakt dapa menadu ke pengadilan dan putusan
pengadilan dilaksanakan oleh badan negara.
5. Badan kejhakiman bebas dan tidak memihak.
Mustafa Kamal Pasha (2003) menyatakan adanya tiga ciri khas negara huku, yaitu
1. Pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia
Di dalam ciri ini terkandung ketentuan bahwa di dalam suatu negara hukum dijamin
adanya perlindungan hak asasi manusia berdasarkan ketentuan hukum. Jaminan itu
umumnya dituangkan dalam konstitusi dnegara bukan pada peraturan perundangundangan di bawah konstitusi negara. Undang-undang dasar negara berisi ketentuanketentuan hak asasi manusia. Inilah salah satu gagasan konstitusional.
2. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak
Dalam ciri ini terkandung ketentuan bahwa engadilan sebagai lembaga peradilandan
badan kehakiman harus benar-benar independen dalam membuat putusan hukum,
tidak dipengaruhi oleh kekuasaan lain terutama kekuasaan eksekutif. Dengan
wewenang sebagai lembaga yang mandiri terbebas dari kekuasaan lain, diharapkan
negara dapat menegakkan kebenaran dan keadilan.
3. Legalitas dalam arti hukum segala bentuknya
Bahwa segala tindakan penyelenggara negara maupun warga negara dibenarkan oleh
kaidah hukum yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
2.2 Negara Hukum Indonesia
a. Landasan Yuridis Negara Hukum Indonesia
Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negar hukum sekarang ini tertuang
denan jelas pada pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan Ketiga, yang berbunyi “Negara
Indonesia adalah negara hukum”. Dimaksudkannya ketentuan ini kedalam bagian pasal
9
UUD 1945 menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanta negara,
bahwa negara Indonesia adalah dan harus merupakan negara hukum.
Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesiakita temukan dalam bagian Penjelasan
Umum UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai berikut
1. Indonesia ialah negara yang berdasar atas negara hukum (Rechtstaat). Negara
Indonesia berdasar atas hukum (Rechtstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka
(Machtsstaaat).
2. Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar),
tidak bersifat absolutism (kekuasaan yang tidak terbatas).
Berdasarkan perumusan di atas, negara Indonesia memiliki istilah Rechtsstaat yang
kemungkinan dipengaruhi oleh konsep hukum belanda yang termasuk dalam wilayah
Eropa Kontinental. Perumusan negara hukum Indonesia adalah
1. Negara berdasar atas hukum, bukan berdasar atas kekuasaan belaka;
2. Pemerintah negara berdasar atas suatu konstitusi dengan kekuasaan pemerintahan
terbatas, tidak absolute.
Dasar lain yang dapat dijadikan landasan bahwa Indonesia adalah negara hukum
dalam arti materiil terdapat dalam bagian pasal-pasal UUD 1945, sebagai berikut
1. Pada Bab XIV tentang perekonomian negara dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 dan
34 UUD 1945, yang menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggungjawab atas
prekonomian negara dan kesejahteraan rakyat. Adapun rumusan-rumusan tersebut
sebagai berikut.
Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4) Perekonoman nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasiekonomi dengan
prinsip
kebersamaan,
efesiensi
berkeadilan,
berkelanjutan,
berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undangundang.
10
Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
(3) Negara bertanggungjawab atas penyelidikan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umu yang layak.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur oleh undangundang.
b. Pada bagian Penjelasan Umum tentang Pokok-Pokok Pikiran dala Pembukaan juga
dinyatakan pelunya turut serta dalam kesejahteraan rakyat. Rumusan tersebut sebagai
berikut:
1. “Negara” –begitu bunyinya- “Melinduni segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah dara Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan meweujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam pembukaan ini diterima
aliran pengertian negara persatuan, negara yang melindungi dan meliputi segenap
bangsa seluruhnya. Jadi, negara mengatasi segala paham perseorangan. Negara,
menurut pengertian “pembukaan” itu menghendaki persatuan, meliputi segenap
bangsa Indonesia seluruhya. Inilah suati dasar negara yang tidak boleh dilupakan.
2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
b. Perwujudan Negara Hukum di Indonesia
Operasional dari konsep negara hukum Indonesia dituangksn dalam konstitusi negara,
yaitu UUD 1945. UUD 1945 merupakan hukum dasar negara yang menepati posisi
sebagai hukum negara tertinggi dalam tertib hukum (legal order) Indonesia. Di bawah
UUD 1945 terdapat berbagai aturan hukum peraturan perundang-undangan yang
bersumber dan berdasarkan pada UUD 1945.
Legal order yang merupakan satu kesatuan sistem hukum yang tersusun secara tertib
di Indonesia dituangkan dalam ketetapan MPR No. III/MPR/200 tentang Sumber Hukum
dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan. Dalam ketetapan tersebut dinyatakan
bahwa yang dimaksud sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk
11
penyusunan peraturan perundang-undangan. Sumber hukum terdiri atas sumber hukum
tertulis dan tidak tertulis. Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana
yang tertulis dalam Pembukaan Undang-undang Dasara 1945, yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijakasanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan batang tubuh
Undang-Undang asar 1945.
Adapun tata urutan perundang-undangan adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Undang-Indang Dasar 1945
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
Peraturan Pemerintah
1. Keputusan Presiden
2. Peraturan Daerah
Penjelasan dari masing-masing aturan perundang-undangan tersebut adalah sebagai
berikut:
(1) Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum dasar tertulis Negara Republik
Indonesia, memuat dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara.
(2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia merupakan putusan
Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai pengemban kedaulatan rakyat yang
ditetapkan dalam siding-sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(3) Udang-Undang dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat bersama Presiden untuk
melaksanakan Undang-Udang 1945 serta Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia.
(4) Peraturan pemerintah pengganti undang-undang dibuat oleh Presiden dalam hal ihwal
kepentingan memaksa, dengan ketentuan sebagai berikut.
- Peraturan pemerintah pengganti undang-undang harus diajukan ke Dewan
-
Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.
Dewan Perwakilan Rakyat apat menerima atau menolak peraturan pemerintah
pengganti undang-undang dengan tidak mengadakan perubahan. Jika ditolak
12
Dewan Perwakilan Rakyat paraturan pemerintah pengganti undang-undang
tersebut harus dicabut.
(5) Praturan pemerintah dibuat oleh Pemerintah untuk melaksanakan perintah undangundang.
(6) Keputusan presiden yang bersifat mengatur dibuat oleh Presiden untuk menjalankan
fungsi dan tugasnya berupa pengaturan pelaksanaan administrasi pemerintahan.
(7) Peraturan daerah merupakan peraturan untuk meelaksanakan aturan hukum di atasnya
dan menampung kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan.
Dengan keluarnya Undang-Undang No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan maka status hukum dari Ketetapan MPR No.
III/MPR/2000 dapat dikatakan tidak berlaku lagi. Hal ini dikarenakan berdasar Ketetapan
MPR No. I/MPR /2003 tentang peninjauan terhadap materi dan Status Hukum Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002, Ketetapan MPR No.
III/MPR/2000 termasuk dalam kategori Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia yang
tetap berlaku sampai dengan terbentuknya undang-undang. Karena sudah terbentuk
undang-undang No. 10 Tahun 2004 yang isinya juga mengatur perihal peraturan
perundang-undangan di Indonesia maka Ketetapan MPR tersebut sudah tidak berlaku
lagi.
Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip sebagai
berikut;
1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar nasional dan
adanya hierarki jenjang norma hukum (stufenbouwheorie-nya Hans Kelsen).
2. Sistemnya yaitu konstitusi.
3. Kedaulatan rakyat atau prinsip demokrasi
4. Prinsip persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (pasal 27 ayat (1)
5.
6.
7.
8.
UUD 1945)
Adanya Organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR)
Sistem pemerintahannya presidensiil
Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif)
Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
13
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial
9. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (pasal 28 A-J UUD
1945)
c. Hubungan Negara Hukum dengan Demokrasi
Hubungan antara negara hukum dengan demokrasi dapat dinyatakan bahwa negara
demokrasi pada dasarnya adalah negar hukum. Namun, negara hukum belum tentu
negara demokrasi. Negara hukum hanyalah
satu ciri dari negara demokrasi. Franz
Magnis Suseno (1997) menyatakan adanya lima gugus ciri hakiki dari negara demokrasi.
Kelima ciri negar tersebut adalah
1. Negara hukum;
2. Pemerintah di bawah control nyata masyarakat;
3. Pemilihan umum yang bebas;
4. Prinsip mayoritas, dan
5. Adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis.
Berdasarkan sejarah perkembangannya, tumbuhnya negara hukum, baik formal
maupun materiil bermula dari gagasan demokrasi konstitusional, yaitu negara demokrasi
yang berdasar atas konstitusi. Gagasan demokrasi konstitusional abad ke-20
menghasilkan Rule Of Law yang dinamis.
Demokrasi baik sebagai bentuk pemerintahan maupun suatu sistem politik berjalan
diatas dan tunduk pada koridor hukum yang disepakati bersama sebagai aturan main
demokrasi. Adapun demokrasin sebagai sikap hidup ditunjukkan dengan adanya perilaku
yang taat pada aturan main yang telah disepakati bersama pula. Aturan itu umumnya
dituangkan dalam bentuk norma hukum. Dengan demikian di negara demokrasi, hukum
menjadi sangat dibutuhkan sebagai aturan dan prosedur demokrasi. Tanpa aturan hukum,
kebebasan dan kompetisi sebagai ciri demokrasi akan liar tidak terkendalikan. Jadi, negar
demokrasi sangat membutuhkan hukum.
2.3 Hakikat Hak Asasi Manusia
a. Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap manusia
sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa. Musthafa Kemal Pasha (2002) menyatakan
bahwa yang dimaksud hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dibawa manusia
14
sejak lahir dan melekat pada esensinya sebagai anugrah Allah SWT. Pendapat lain yang
senada menyatakan bahwa dengan potensinya sebagai makhluk dan wakil Tuhan (Gazali,
2004). Rumusan “sejak lahir” sekarang ini dipertanyakan, sebab bayi yang ada dalam
kandungan sudah memiliki hak untuk hidup. Oleh karena itu, rumusan yang lebih sesuai
adalah hak dasar yang melekat pada manusia sejak ia hidup.
Kesadaran akan hak asasi manusia didasarkan pada pengakuan bahwa semua manusia
sebagai makhluk Tuhan memiliki derajat dan martabat yang sama. Dengan pengakuan
akan prinsip dasar tersebut, setiap manusia memiliki hak dasar yang disebut hak asasi
manusia. Jadi, kesadaran akan adanya hak asasi manusia tumbuh dari pengakuan manusia
sendiri bahwa mereka adalah sama dan sederajat. Pengakuan terhadap HAM memiliki
dua landasan, sebagai berikut:
1) Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manusia. Kodrat manusia adalah
sama derajat dan martabatnya.
2) Landasan yang kedua dan yang lebih dalam: Tuhan menciptkan manusia. Semua
manusia adalah makhluk dari pencipta yang sama yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan demikian, kesadaran manusia akan hak asasi manusia itu ada, karena
pengakuan atas harkat dan martabat yang sama sebagai manusia selama manusia belum
mengakui adanya persamaan harkat dan martabat manusia maka hak asasi manusia belum
bisa ditegakkan. Hak dasar seseorang atau kelompok tidak diakui dan dihargai selam
mereka dianggap tidak memiliki harkat dan derajat yang sama sebagai manusia. Bila hak
asasi manusia belum dapat ditegakkan maka akan terus terjadi pelanggaran dan
penindasan atas hak asasi manusia, baik oleh masyarakat, bangsa dan pemerintah suatu
negara.
Secara definit, hak artinya kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas
sesuatu di luar dirinya (Suria Kusuma, 1986). Kebalikan dari hak adalah kewajuban yang
berarti tugas yang harus dijalankan manusia untuk mengakui kekuasaan itu. Setiap orang
memiliki hak dasar memeluk agama, sedangkan orang lain memiliki kewajiban untuk
mngakui kewenangan orang tersebut. Hubungan ini akan terjadi bilamana ada pngakuan
yang sama antar manusia itu sendiri.
Istilah hak asasi manusia bermula dari barat yang dikenal dengan Right Of Man untuk
mnggantikan natural right. Karena istilah right of men tidak mencakup right of women
15
maka oleh Eleanor Roosevelt diganti dengan istilah human right yang lebih universal
dan netral 9Gazali,2004). Istilah natural right bersal dari konsep John Locke (1632-1704)
mengenai hak-hak alamiah manusia. John Locke menggambarkan bahwa kehidupan
manusia yang asli sebelum bernegara (state of nature) memiliki hak-hak dasar
perorangan yang alami. Hak-hak alamiah itu
meliputi hak untuk hidup, hak
kemerdekaan, dan hak milik. Setelah bernegara, hak-hak dasar itu tidak lenyap tetapi
justru dijamin dalam kehidupan bernegara.
b. Macam Hak Asasi Manusia
Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak asasi
Manusia, dinyatakan bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
meerupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan matabat manusia. Berdasarkan pengertian hak asasi manusia, ciri pokok dari
hakikat hak asasi manusia adalah (Tim ICCE UIN, 2003):
1. Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi.
2. Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, asalusul, ras, agama, etnik, dan pandangan politik.
3. Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar.
Hak asasi manusia merupakan hak dasar dari manusia. Apasaja yang termasuk hak
dasar manusia itu senantiasa berubah menurut ukuran zaman an perumusannya. Beberapa
contoh hak dasar tersebut sebagai berikut:
a. Hak asasi manusia menurut piagam PBB tentang Deklarasi University of Human
Right 1948, meliputi:
- Hak berfikir dan mengeluarkan pendapat
- Hak memiliki sesuatu
- Hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran
- Hak menganut aliran kepercaaan atau agama
- Hak untuk hidup
- Hak untuk memperoleh nama baik
- Hak untuk memperoleh pekerjaan
- Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum
b. Hak asasi manusia menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia, meliputi:
- Hak untuk hidup
16
-
Hek berkeluarga
Hak mengembangkan diri
Hak keadilan
Hak kemerdekaan
Hak berkomunikasi
Hak keamanan
Hak kesejahteraan
Hak perlindungan
Hak asasi manusia meliputi berbagai bidang, sebagai berikut.
1. Hak asasi pribadi (Personal Rights), missal hak kemerdekaan, hak menyatakan
pendapat, hak memeluk agama.
2. Hak asasi politik (Political Right), yaitu hak untuk diakui sebagai warga negara.
Misalnya, memilih dan dipilih, hak berserikat, hak berkumpul.
3. Hak asasi ekonomi (Property Right), missal hak memiliki sesuatu, hak mengadakan
perjanjian, hak bekerja.
4. Hak asasi sosial dan kebudayaan (Social and Cultural Right), misal mendapatkan
pendidikan.
5. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (Right Of
Legal Equaliti).
6.
Hak untuk mendapat perlakuan yang samadalam tata cara peradilan dan
perlindungan (Procedural right).
2.4 Sejarah Perkembangan Hak asasi Manusia
Perkembangan pengkuan hak asasi manusia ini berjalan secara perlahan dan beraneka
ragam. Perkembangannya dapat kita lihat sebagai berikut:
a. Perkembangan hak asasi manusia pada masa sejarah
1) Perjuangan Nabi Musa ddalam membebaskan umat Yahudi dari perbudakan (tahun
6000 SM)
2) Hukum Hammurabi di Babylonia yang mmberi jaminan keadilan bagi warga negara
(tahun 2000 SM)
3) Socrates (469-399 SM), Plato (429-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM) sebagai
filsuf Yunani peletak dasar diakuinya hak asasi manusia.
4) Perjuangan Nabi Muhammad SAW untuk membebaskan para bayi wanita dan wanita
dari bangsa Quraisy (tahun 600 M).
b. Perkembangan Hak Asasai Manusia
17
1) Tahun 1215, muncunya piagam “Magna Charta” atam Piagam Agumng. Terjadi pada
pemerintahan Raja John, yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat dan
terhadap kelampok bangsawan. Tindakan Raja John tersebut mengakibatkan rasa
tidak puas kaum bangsawan yang kemudian berhasil membuat suatu perjanjian yang
disebut Magna Charta.
2) Tahun 1628, keluarnya piagam “Petition of Right”. Dokumen ini berisi pertanyaan
mengenain hak-hak rakyat beserta jaminannya. Hak-hak tersebut adalah
- Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan
- Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara di rumahnya
- Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam keadaan damai
3. Tahun 1679, munculnya “Habeas Corpus act”. Dokumen ini merupakan undangundang yang mengatur tentang penahanan seseorang.
4. Tahun 1689, keluar “Bill of Right”. Merupakan undang-undang yang diterima
parlemen Inggris sebagai bentuk perlawanan terhadap aja James II. Bill of Right ini
merupakan undang-undang yang diterima parlemen Inggris, yaitu tentang
- Kebebasan dalam memilih anggota parlemen.
- Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat.
- Pajak, undang-undang, dan pembentukan tentara tetap harus seizin parlemen.
- Hak warga negara untuk memeluk agama menurut kepercayaan masing-masing.
- Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.
c. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Amerika
Perjuangan penegakan hak asasi manusia di Amerika didasari pemikiran Jonh Locke,
yaitu tentang hak-hak alam seperti hak hidup (life), hak kebebasan (liberty), dan hak
milik (property). Dasar istilah yang kemudian dijadikan landasan bagi pengakuan hakhak asasi manusia yang terlihat dalam Declaration of Independence of The United State.
Di Amerika Serikat perjuangan hak-hak asasi manusia itu adalah karena rakyat
Amerika Serikat yang berasal dari Eropa sebagai emigran merasa terlindas oleh
pemerintah Inggris, yang pada waktu itu merupakan jajahan Inggris. Amerika Serikat
berhasil mencapai kemerdekaannya pada tanggal 4 Juli 1776. Deklarasi kemerdekaan
Amerika Serikat dimasukkan dalam konstitusi negara tersebut. Dalam sejarah perjuangan
haka assi manusia, nagara Amerika Serikat dapat dikatakan sebagai negara pertama yang
menetapkan dan melindungi hak asasi manusia dalam konstitusinya.
d. Perkembangan Hak asasi Manusia di Prancis
18
Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu naskah pada awal
Revolusi Prancis pada tahun 1789, sebagai pernyataan tidak puas dari kaum borjuis dan
rakyat terhadap kesewenang-wenangan Raja Louis XVI. Naskah tersebut dikenal dengan
Declaration des Droits de L’ home et Du Citoye (pernyataan mengenai hak-hak asasi
manusia dan warga negara). Deklarasi ini menyatakan bahwa “hak asasi manusia ialah
hak-hak alamiah yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat daripada
hakikatnya dan karena itu bersifat suci”.
Revolusi Prancis ini terkenal sebagai perjuangan HAM di Eropa. Dalam revolusi ini,
muncul semboyan Liberty, Egality, dan Fraternity (kebebasan, persamaan, dan
persaudaraan). Pada tahun 1791, deklarasi ini dimasukkan dala konstitusi Prancis.
e. Atlantic Charter tahun 1941
Atlantic Charter muncul pada saa perang dunia II yang dipelopori oleh F.D Roosevelt,
yang menyebutkan The Four Freedom (empat macam kebebasan):
1. Kebebasan untuk beragam (freedom of religion)
2. Kebebasan untuk berbicara dan berpendapat (freedom of speech and thought)
3. Kebebasab dari rasa takut (freedom of fear)
4. Kebebasan dari kemelaratan (freedom of want)
f. Pengakuan Hak Asasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
Pada tanggal 10 Desember 1948, PBB telah berhasil merumuskan naskah yang dikenl
dengan Universal Declaration of Human Right, yaitu pernyataan sedunia tentang hak-hak
asasi manusia, sehingga tanggal 10 desember sering diperingati sebagai hak asasi
manusia. Isi pokok deklarasi itu tertuang pada Pasal 1 yang menyatakan:
“Sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang
sama. Mereka dikaruniai akal dan budi, dan hendaknya bergaul satu sama lain
dalam persaudaraan”
g. Hasil Sidang Majelis Umum PBB Tahun 1966
Tahun 1966, dalam siding Majelis Umum PBB, telah diakui convenant on Human
Right dalam hukum internasional dan diratifikasi oleh negara-negara anggota PBB.
Convenant tersebut adalah:
1. The International on Civil and Political Right, yaitu tentang hak sipil dan hak politik.
2. The internatonal Convenant on Economic, Social, and Cultural Right,yaitu berisi
syarat-syarat dan nilai-nilai bagi sistem demokrasi ekonomi, sosial, dan budaya.
19
3. Optional Protokol, adanya kemungkinan seorang warga negara yang mengadukan
pelanggaran hak asasi manusia kepada The Human right Comite PBB setelah melalui
upaya pengadilan di negaranya.
2.5 Hak Asasi Manusia Di Indonesia
a. Pengakuan Bangsa Indonesia akan Hak Asasi Manusia
Pengakuan akan hak asasi manusia di Indonesia telah tercantum dala UUD 1945 yang
sebenarnya lebih dahulu ada dibanding dengan Deklarasi Universal PBB. Pengakuan
akan hak asasi manusia dala UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya
adalah sebagai berikut:
1) Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alenia Pertama
“…Bahwan sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa…”
2) Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alenia Keempat
“kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia
yang melindungi sgenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan itu dalam suatu UndangUndang Dasar Negara Indonesia yan terbentuk dalam susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha
esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
3) Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945
Rumusan hak tersebut mencakup hak dalam bidang politik, ekonomi sosial, dan
budaya yang tersebar dari pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945. Namun
rumusan-rumusan dalam konstitusi itu amat terbatas jumlahnya dan dirimuskan
secara singkat dan dalam garis besarnya saja. Sampai pada berakhirnya orde baru
20
tahun 1998, pengakuan akn hak asasi manusia di Indonesia tidak mengalami
perkembangan dan tetap berandaskan pada rumusan yang ada dalam UUD 1945,
yaitu tentang tertuang pada hak dan kewajiban warga negara.
4) Ketetapan MPR
Ketetapan MPR mengenai hak asasi manusia Indonesia tertuang dalam ketetapan
MPR No.XVII/MPR/1998 tentang Hak asasi Manusia. Berdasarkan al itu, kemudian
keluarlah Undan-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia sebagai
undang-undang yang sangat penting kaitannya dalam proses jalannya Hak Asasi
Manusia di Indonesia.
5) Peraturan Perundang-Undangan
Undang-undang tentang HAM di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999. Adapun hak-hak yang ada dalam UUD Nomor 39 Tahun 1999 yaitu sebagai
berikut:
- Hak untuk hidup (pasal 4)
- Hak untuk berkeluarga (pasal 10)
- Hak untuk menembangkan diri (pasal 11, 12, 13, 14, 15, 16)
- Hak untuk memperoleh keadilan (pasal 17, 18, 19)
- Hak atas kebebasan pribadi (pasal 20-27)
- Hak atas rasa aman (pasal 28-35)
- Hak atas kesejahteraan (pasal 36-42)
- Hak turut serta dalam pemerintah (pasal 43-44)
- Hak wanita (pasal 45-51)
- Hak anak (pasal 52-66)
b. Penegakkan Hak Asasi manusia
1) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dibentuk berdasarkan Keppres
Nomor 5 Tahun 1993 pada tanggal 7 Juni 1993 yang kemudian dikukuhkan lagi
melalui UUD Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak asasi Manusia.
2) Pengadilan Hak Asasi Manusia dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 26
Tahun 200 tentang pengadilan hk asasi manusia. Pengadilan HAM adalah pengadilan
khusus terhadap pelanggarab hak asasi manusia yang berat.
3) Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc dibentuk atas usul dari DPR berdasarkan
peristwa tertentu dengan keputusan Presiden untuk memeriksa dan memutuskan
perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat yang terjadi sebelum
21
diundangkannya Undang-Undang nomir 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia.
c. Konvensi Internasional tentang Hak Asasi Manusia
Beberapa konvensi yang berhasil diciptakan adalah sebagai berikut
1) Universal Declaration of Human Right (pernyataan Hak Asasi Manusia sedunia)
dihasilkan dalam siding umum PBB 10 desember 1945.
2) International Convenant of Civil and Political Right (perjanjian Internasional tentang
Hak Sipil dan Politik) dan International Convenant of Economic, social and cultural
Right (Perjanjian Internasional tentang Hak ekonomi, Sosial, dan Budaya) pada tahun
1986.
3) Declaration on the Ringht of Peoples to Peace (Deklarasi Hak Bangsa Atas
Perdamaian) pada tahu 1984 dan Declaration on the Right to Development (Deklarasi
Hak atas Pembangunan) pada tahun 1986.
4) African Charter on Human and Peoples’ Right (Banjula Charter) oleh negara Afrika
yang tergabung dalam Persatuan Afrika (OAU) pada tahun 1981.
5) Cairo Declaration on Human Right in Islam oleh negara yang tergabung dalam OKI
(Organisasi Konferensi Islam) tahun 1990.
6) Bangkok Declaration, dalam deklarasi ini dipertegas beberapa prinsip tentang Hak
Asasi Manusia, antara lain:
Universality, Indivisibility,
Interdependence,
Nonselectivity, Objectivity, dan Right to development.
7) Vienna Declaration (deklarasi wina) 1993.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut
1. Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechsstaat atau Rule Of Law dapat
juga dikatakan bentuk perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme, sedangkan
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap manusia
sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa.
2. Friedrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental dan AV Dicey dari
kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberikan ciri-ciri Negara Hukum sebagai berikut:
1. Hak asasi manusia
2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia yang biasa
dikenal sebagai Trias Politika
3. Pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan
4. Peradilan administrasi dalam perselisihan
5. Supermasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenng-wenangan. Sehingga
seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
6. Kedudukan yang sama didepan hukum, baik bagi rakyat biasa atau bagi pejabat.
7. Terjaminnya hak-hak manusia dala undang-undang atau keputusan pengadilan
Sedangkan ciri pokok dari hakikat hak asasi manusia adalah
1. Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi.
2. Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, asalusul, ras, agama, etnik, dan pandangan politik.
Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar
3. Negara Hukum dan HAM tidak bisa dipisahkan. Indonesia sebagai Negara Hukum telah
menetapkan pengertian HAM yang sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 Undangundang nomor 39/1999.
3.2 Saran
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah memberikan pengetahuan dan
informasi mengenai negara hukum dan HAM kepada pembaca. Kita sebagai mahasiswa
sudah semestinya turut membantu pemerintah untuk terus menegakkan HAM di Indonesia.
Kondisi HAM di Indonesia sudah saatnya dibenahi dan ditata ulang agar terbentuk good
23
goverment. Segala jenis hambatan dan tantangan yang dapat mengganggu terwujudnya
pelaksanaan HAM harus segera dihilangkan
24
NEGARA HUKUM (RULE OF ROW) DAN HAM
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
Mata kuliah: Pancasila
Dosen Pengampu : Nety Hermawati
Disusun oleh:
POPPY REZA ALVINA (1702100069)
SEPTIANA RAHAYU (1704100245)
UMI ADILA (1704100255)
PROGRAM STUDI S-1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
2017
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..............................................................................
KATA PENGANTAR .............................................................................
DAFTAR ISI ..........................................................................................
i
ii
iii
I. PENDAHULUAN................................................................................... 1
I.1
I.2
I.3
I.4
Latar Belakang .............................................................................. 1
Rumusan Masalah ......................................................................... 1
Tujuan Penulisan............................................................................ 1
Manfaat Penulisan ......................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 2
II.1Konsep Dan Ciri Negara Hukum................................................... 2
II.2Negara Hukum Indonesia............................................................... 8
II.3Hakikat Hak Asasi Manusia........................................................... 13
II.4Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia................................... 17
II.5Hak Asasi Manusia di Indonesia.................................................... 20
III................................................................................................................ PENUTUP
III.1.......................................................................................................Kesimpulan
III.2.......................................................................................................Saran
24
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
23
23
iv
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara hukum tidak hanya berdasarkan pada kekuasaan
belaka, selain itu juga berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Hal ini berarti
Negara Indonesia menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin segala warga
negaranya bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, serta wajib
menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu tanpa ada kecualinya. Hak Asasi Manusia
merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.
2.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Hukum Negara dan Hak Asasi Manusia (HAM) ?
2. Apa saja ciri-ciri Hukum Negara dan HAM
3. Bagaimana hubungan Negara hukum dan HAM
2.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian tentang Hukum Negara dan Hak Asasi Manusia (HAM).
2. Untuk mengetahui ciri, tujuan dari Hukum Negara dan HAM tersebut
3. Untuk mengetahui hubungan Negara Hukum dan HAM
2.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah memberikan pengetahuan dan
informasi mengenai negara hukum dan HAM kepada pembaca.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dan Ciri Negara Hukum
a. Pengertian Negara Hukum
Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechsstaat atau Rule Of Law.
Rechsstaat atau Rule Of Law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk perumusan
yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Oleh karena itu, konstitusi dan Negara (hukum)
merupakan dua lembaga yang tidak terpisahkan. Secara sederhana, yang dimaksud
dengan negara hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan pemerintahannya
didasarkan atas hukum. Di dalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga lain dalam
melaksanakan
tindakan
apapun
harus
dilandas
oleh
hukum
dan
dapat
dipertanggungjawabkansecara hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan
pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum (supermasi hukum) dan bertujuan untuk
menyelenggarakan ketertiban hukum (Mustafa Kamal Pasha, 2003).
Negara berdasar atas hukum menempatkan hukun sebagai hal yang tertinggi
(supreme) sehingga ada istilah supermasi hukum. Supermasi hukum harus tidak boleh
mengabaikan tiga ide dasar hukum, yaitu keadilan, kemmanfaatan dan kepastian
(Achmad Ali; 2002). Oleh karenanya, Negara dalam melaksanakan hukum harus
memperhatikan tiga hal tersebut. Di negara hukum, hukum tidak hanya sekedar sebagai
“formalitas” atau “prosedur” belaka dari kekuasaan. Bila sekedar formalitas, hukum
dapat menjadi saran pembenaran untuk dapat melakukan tindakan yang salah atau
menyimpang. Contoh, pada masalalu presiden sering membuat “Keppres” sebagai tempat
terlindung dengan dalih telah berdasarkan hukum, padahal dengan Keppres tersebut
presiden dapat menyalahgunakankan kekuasaannya. Oleh karena itu di Negara hukum,
hukum harus tidak boleh mengabaikan “rasa keadilan masyarakat”.
Apabila Negara berdasar atas hukum, pemerintah Negara itu juga harus berdasar atas
suatu konstitusi ata undang-undang dasar sebagai landasan penyelengaraan pemerintahan.
4
Konstitusi
dalam
Negara
hukum
adalah
konstitusi
yang
bercirikan
gagasan
konstiitusionalisme yaitu adanya pembatasan atau kekuasaan dan jaminan hak
dasarwarga Negara. Tanpa adanya konstitusi yang demikian, sulit untuk disebut Negara
hukum. Negara-negara komunis atau Negara otoriter memiliki konstitusi tetapi menolak
gagasan tentang konstitusionalisme sehingga tidak dapat disebut Negara hukum dalam
arti yang sesungguhnya.
Negara hukum adalah unik, sebab Negara hendak dipahami sebagai suatu konsep
hukum (Jimly Asshiddiqie, 2004). Dikatakan sebagai suatu konsep yang unik sebab tidak
ada konsep misalnya Negara politik, Negara ekonomi dan sebagainya. Dalam Negara
hkum nantinya akan terdapat satu kesatuan system hukum yang berpuncak pada
konstitusi atau undang-undang dasar. Dengan adanya system hukum, penyelenggaraan
Negara dan rakyat dapat bersatu di bawah dan tunduk pada system yang berlaku. Dengan
demikian, dalam Negara yang berdasar atas hukum, konstitusi Negara merupakan sarana
pemersatu bangsa. Hubungan antar warga Negara dengan Negara, hubungan
antarlembaga negara dengan kinerja masing-masing elemen kekuasaan berada ada satu
system aturan yang disepakati dan dijunjung tinggi.
b. Negara Hukum Formil dan Negara Hukum Materiil
Salah satu cirri penting dalam Negara yang menganut konstitusionalisme yang hidup
pada abad ke-19 adalah sifat pemerintahannya yang pasif, artinya pemerintah hanya
sebagai wasit atau pelaksana dari berbagai keinginan rakyat yang dirumuskan para
wakilnya di parlemen. Disini peranan negara lebih kecil daripada peranan rakyat karena
pemerintah hanya menjadi pelaksana (tunduk pada) keinginan-keinginan rakyat yang
diperjuangkan secara liberal untuk menjadi keputusan parlemen.
Jika dikaitkan dengan Trias Politika dalam konsep Montesque, tugas pemerintah
terbatas pada tugas eksekutif, yaitu melaksanakan undang-undang yang dibuat oleh
parlemen. Pada waktu itu (abad ke-19) masih dikuasai gagasan bahwa pemerintah
hendaknya tidak turut ikut campur dalam urusan warga negaranya kecuali dalam hal
menyangkut kepentingan umum seperti bencana alam, hubungan luar negeri dan
pertahanan Negara (Mirriam Budiardjo, 1977). Aliran ini disebut liberalism yang
5
dirumuskan dalam dalil The Least Government Is The Best Government (pemerintah yang
paling sedikit mengatur adalah pemerintahan yang baik).
Negara dalam pandangan ini adalah Negara yang memiliki ruang gerak sempit.
Negara mengurusi hala-hala sedikit sedangkan yang banyak terutama dalam kepentingan
ekonomi diserahkan kepada warga secara liberal. Negara hanya mempunyai tugas pasif,
yaitu baru bertindak apabila hak-hak warga Negara dilanggar atau ketertiban keamanan
umum terancam. Konsepsi Negara demikian adalah Negara hukum dalam arti sempit atau
disebut Negara hukum formil, Negara hukum klasik. Negara dalam pandangan ini hanya
dianggap sebagai Negara penjaga malam (Nachtwacterstaat). Jadi Negara hukum formil
adalah Negara hukum dalam arti sempit yaitu Negara yang membatasi ruang geraknya
dan bersifat pasif terhadap kepentingan rakyat Negara. Negara tidak campur tangan
secara banyak terhadap urusan dan kepentingan warga Negara. Urusan ekonomi
diserahkan pada warga Negara dengan dalil Laissez faire, Laissez Aller yang berarti
bilawarga dibiarkan mengurus kepentingan ekonominya sendiri, maka dengan sendirinya
perekonomian Negara akan sehat.
Negara hukum formil dikecam banyak pihak karena mengakibatkan kesenjangan
ekonomi yang amat mencolok terutama setelah perang dunia kedua. Gagasan bahwa
pemerintah dilarang campur tangan dalam urusan warga baik dalam bidang ekonomi dan
sosial lambat laun berubah menjado gagasan bahwa pemerintah brtanggungjawab atas
kesejahteraan rakyat dan karenanya harus aktif mengatur kehidupan ekonomi dan sosial
(Mirriam Budiardjo, 1977). Untuk itu pemerintah tidak oleh pasif atau berlaku seperti
penjaga malam melainkan harus aktif melakikan upaya-upaya membangun kesejahteraan
rakyat.
c. Ciri-Ciri Negara Hukum
6
Negara hukum yang muncul pada abad ke-19 adalah Negara hukum formil atau
Negara hukum dalam arti sempit. Pada uraian sebelumnya telah dikemukakan bahwa
Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechtsstaat atau Rule Of Law. Istilah
Rechtsstaat diberikan oleh para ahli hukum Eropa Kontinental sedang istilah Rule Of
Law diberikan oleh para ahli hukum Anglo Saxon.
Friedrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental memberikan ciriciri Rechtsstaat sebagai berikut:
1. Hak asasi manusia
2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia yang biasa
dikenal sebagai Trias Politika
3. Pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan
4. Peradilan administrasi dalam perselisihan
Adapun AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon member ciri-ciri Rule Of
Law sebagai berikut:
1. Supermasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenng-wenangan. Sehingga
seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
2. Kedudukan yang sama didepan hukum, baik bagi rakyat biasa atau bagi pejabat.
3. Terjaminnya hak-hak manusia dala undang-undang atau keputusan pengadilan.
Ciri-ciri Rechtsstaat atau Rule Of Law di atas masih dipengaruhi oleh konsep Negara
hukum formil atau Negara hukum dalam arti sempit. Dari pencirian di atas terlihat bahwa
peranan pemerintah haynya seikit, karena ada dalil bahwa “pemerintah yang sedikit
adalah pemerintah yang baik”. Dengan munculnya konsep negara materiil pada abad ke20 maka perumusan ciri-ciri negara hukum sebagaimana dikemukakan oleh Stahl dan
Dicey di atas kemudian ditijau lagi sehingga dapat menggambarkan perluasan tugas
pemerintah yang tidak boleh lagi bersifat pasif,.
Sebuah komisi para juris yang tegabung dalam International Commission of Jurits
pada konferensinya di Bangkok tahun 1965 merumuskan ciri-ciri pemerintahan yang
demokratis di bawah Rule Of Law yang dinamis. Ciri-ciri tersebut adalah
1. Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi selain menjamin hak-hak
individu harus menentukan pula cara procedural untuk memperoleh perlindungan
hak-hak yang dijamin;
7
2.
3.
4.
5.
6.
Badan Kehakiman yang bebas dan tidak memihak;
Kebebasan untuk menyatakan pendapat;
Pemilihan umum yang bebas;
Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi;
Pendidikan civics (kewarganegaraan).
Dari perincian seperti itu bahwa adanya pengakuan terhadap perluasan tugas
pemerintah (eksekutif) agar menjadi lebih aktif tidak hanya selaku penjaga malam.
Pemerintah diberi tugasdan tnggungjawab membangun kesejahteraan dan pemerstaan
yang adil bagi rakyatnya. Ciri-ciri negara hukum diatas sudah dipengaruhi oleh konsepsi
negara hukum materiil (modern). Disamping perumusan ciri-ciri negara hukum seperti di
atas ada pula berbagai pendapat mengenai ciri-ciri negara hukum yang dikemukakan ole
para ahli. Menurut Montesque, negara yang paling baik ialah negara hukum, sebab di
dalam konstitusi di banyak negara terkandung tiga inti pokok, yaitu
1. Perlindungan HAM,
2. Ditetapkannya ketatanegaraan suatu negara, dan
3. Membatasi kekuasaan dan weenang organ-organ negara.
Prof. Sudargo Gautama mengemukakan ada tiga ciri atau unsur dari negara hukum ,
yakni sebagai berikut
1. Terdapat pembatasan kekuasaan negara terhadap perorangan, maksudnya negara tidak
dapat bertindak sewenang-wenang. Tindakan negara dibatai oleh hukum, individual
mempunyai hak terhadap negara atau rakyat mempunyai hak terhadap penguasa.
2. Asas legalias, setiap tindakan negara harus berdasarkan hukum yang telah diadakan
terlebih dahulu yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau aparaturnya.
3. Pemisahan kekuasaan, agar asas itu betul-betul terlindungi, diadakan pemisahan
kekuasaan yaitu badan yang membuat peraturan perundang-undangan, melaksanakan
dan badan yang mangadili harus terpisah satu sama lain tidak berada dalam satu
tangan.
Franz Magnis Suseno (1997) mengemukakan adanya lima ciri negara hukum sebagai
salah satu ciri hakiki negara demokrasi. Kelima ciri negara hukum tersebut adalah
sebagai berikut
1. Fungsi kenegaraan dijalankan oleh lembaga yang bersangkutan sesuai dengan
ketetapan sebuah undang-undang dasar.
8
2. Undang-undang dasar menjamin hak asasi manusia yang paling penting. Karena
tanpa jaminan tersebut, hukum akan menjadi sarana penindasan. Jaminan hak asasi
manusia memastikan bahwa pemerntah tidak dapat menyalahgunakan hukum untuk
tindakan yang tidak adil atau tercela.
3. Bada-badan negara menjalankan kekuasaan masing-masing selalu dan hanya taat
pada dasar hukum yang berlaku.
4. Terhadap tindakan badan negara, masyarakt dapa menadu ke pengadilan dan putusan
pengadilan dilaksanakan oleh badan negara.
5. Badan kejhakiman bebas dan tidak memihak.
Mustafa Kamal Pasha (2003) menyatakan adanya tiga ciri khas negara huku, yaitu
1. Pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia
Di dalam ciri ini terkandung ketentuan bahwa di dalam suatu negara hukum dijamin
adanya perlindungan hak asasi manusia berdasarkan ketentuan hukum. Jaminan itu
umumnya dituangkan dalam konstitusi dnegara bukan pada peraturan perundangundangan di bawah konstitusi negara. Undang-undang dasar negara berisi ketentuanketentuan hak asasi manusia. Inilah salah satu gagasan konstitusional.
2. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak
Dalam ciri ini terkandung ketentuan bahwa engadilan sebagai lembaga peradilandan
badan kehakiman harus benar-benar independen dalam membuat putusan hukum,
tidak dipengaruhi oleh kekuasaan lain terutama kekuasaan eksekutif. Dengan
wewenang sebagai lembaga yang mandiri terbebas dari kekuasaan lain, diharapkan
negara dapat menegakkan kebenaran dan keadilan.
3. Legalitas dalam arti hukum segala bentuknya
Bahwa segala tindakan penyelenggara negara maupun warga negara dibenarkan oleh
kaidah hukum yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
2.2 Negara Hukum Indonesia
a. Landasan Yuridis Negara Hukum Indonesia
Dasar pijakan bahwa negara Indonesia adalah negar hukum sekarang ini tertuang
denan jelas pada pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan Ketiga, yang berbunyi “Negara
Indonesia adalah negara hukum”. Dimaksudkannya ketentuan ini kedalam bagian pasal
9
UUD 1945 menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanta negara,
bahwa negara Indonesia adalah dan harus merupakan negara hukum.
Sebelumnya, landasan negara hukum Indonesiakita temukan dalam bagian Penjelasan
Umum UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, yaitu sebagai berikut
1. Indonesia ialah negara yang berdasar atas negara hukum (Rechtstaat). Negara
Indonesia berdasar atas hukum (Rechtstaat), tidak berdasar atas kekuasaan belaka
(Machtsstaaat).
2. Sistem Konstitusional. Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar),
tidak bersifat absolutism (kekuasaan yang tidak terbatas).
Berdasarkan perumusan di atas, negara Indonesia memiliki istilah Rechtsstaat yang
kemungkinan dipengaruhi oleh konsep hukum belanda yang termasuk dalam wilayah
Eropa Kontinental. Perumusan negara hukum Indonesia adalah
1. Negara berdasar atas hukum, bukan berdasar atas kekuasaan belaka;
2. Pemerintah negara berdasar atas suatu konstitusi dengan kekuasaan pemerintahan
terbatas, tidak absolute.
Dasar lain yang dapat dijadikan landasan bahwa Indonesia adalah negara hukum
dalam arti materiil terdapat dalam bagian pasal-pasal UUD 1945, sebagai berikut
1. Pada Bab XIV tentang perekonomian negara dan Kesejahteraan Sosial Pasal 33 dan
34 UUD 1945, yang menegaskan bahwa negara turut aktif dan bertanggungjawab atas
prekonomian negara dan kesejahteraan rakyat. Adapun rumusan-rumusan tersebut
sebagai berikut.
Pasal 33
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
(4) Perekonoman nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasiekonomi dengan
prinsip
kebersamaan,
efesiensi
berkeadilan,
berkelanjutan,
berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undangundang.
10
Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
(3) Negara bertanggungjawab atas penyelidikan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umu yang layak.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur oleh undangundang.
b. Pada bagian Penjelasan Umum tentang Pokok-Pokok Pikiran dala Pembukaan juga
dinyatakan pelunya turut serta dalam kesejahteraan rakyat. Rumusan tersebut sebagai
berikut:
1. “Negara” –begitu bunyinya- “Melinduni segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah dara Indonesia dengan berdasar atas persatuan dengan meweujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Dalam pembukaan ini diterima
aliran pengertian negara persatuan, negara yang melindungi dan meliputi segenap
bangsa seluruhnya. Jadi, negara mengatasi segala paham perseorangan. Negara,
menurut pengertian “pembukaan” itu menghendaki persatuan, meliputi segenap
bangsa Indonesia seluruhya. Inilah suati dasar negara yang tidak boleh dilupakan.
2. Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
b. Perwujudan Negara Hukum di Indonesia
Operasional dari konsep negara hukum Indonesia dituangksn dalam konstitusi negara,
yaitu UUD 1945. UUD 1945 merupakan hukum dasar negara yang menepati posisi
sebagai hukum negara tertinggi dalam tertib hukum (legal order) Indonesia. Di bawah
UUD 1945 terdapat berbagai aturan hukum peraturan perundang-undangan yang
bersumber dan berdasarkan pada UUD 1945.
Legal order yang merupakan satu kesatuan sistem hukum yang tersusun secara tertib
di Indonesia dituangkan dalam ketetapan MPR No. III/MPR/200 tentang Sumber Hukum
dan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan. Dalam ketetapan tersebut dinyatakan
bahwa yang dimaksud sumber hukum adalah sumber yang dijadikan bahan untuk
11
penyusunan peraturan perundang-undangan. Sumber hukum terdiri atas sumber hukum
tertulis dan tidak tertulis. Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila sebagaimana
yang tertulis dalam Pembukaan Undang-undang Dasara 1945, yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijakasanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan batang tubuh
Undang-Undang asar 1945.
Adapun tata urutan perundang-undangan adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Undang-Indang Dasar 1945
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Undang-Undang
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu)
Peraturan Pemerintah
1. Keputusan Presiden
2. Peraturan Daerah
Penjelasan dari masing-masing aturan perundang-undangan tersebut adalah sebagai
berikut:
(1) Undang-Undang Dasar 1945 merupakan hukum dasar tertulis Negara Republik
Indonesia, memuat dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara.
(2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia merupakan putusan
Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai pengemban kedaulatan rakyat yang
ditetapkan dalam siding-sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat.
(3) Udang-Undang dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat bersama Presiden untuk
melaksanakan Undang-Udang 1945 serta Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia.
(4) Peraturan pemerintah pengganti undang-undang dibuat oleh Presiden dalam hal ihwal
kepentingan memaksa, dengan ketentuan sebagai berikut.
- Peraturan pemerintah pengganti undang-undang harus diajukan ke Dewan
-
Perwakilan Rakyat dalam persidangan yang berikut.
Dewan Perwakilan Rakyat apat menerima atau menolak peraturan pemerintah
pengganti undang-undang dengan tidak mengadakan perubahan. Jika ditolak
12
Dewan Perwakilan Rakyat paraturan pemerintah pengganti undang-undang
tersebut harus dicabut.
(5) Praturan pemerintah dibuat oleh Pemerintah untuk melaksanakan perintah undangundang.
(6) Keputusan presiden yang bersifat mengatur dibuat oleh Presiden untuk menjalankan
fungsi dan tugasnya berupa pengaturan pelaksanaan administrasi pemerintahan.
(7) Peraturan daerah merupakan peraturan untuk meelaksanakan aturan hukum di atasnya
dan menampung kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan.
Dengan keluarnya Undang-Undang No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan maka status hukum dari Ketetapan MPR No.
III/MPR/2000 dapat dikatakan tidak berlaku lagi. Hal ini dikarenakan berdasar Ketetapan
MPR No. I/MPR /2003 tentang peninjauan terhadap materi dan Status Hukum Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002, Ketetapan MPR No.
III/MPR/2000 termasuk dalam kategori Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia yang
tetap berlaku sampai dengan terbentuknya undang-undang. Karena sudah terbentuk
undang-undang No. 10 Tahun 2004 yang isinya juga mengatur perihal peraturan
perundang-undangan di Indonesia maka Ketetapan MPR tersebut sudah tidak berlaku
lagi.
Negara Hukum Indonesia menurut UUD 1945 mengandung prinsip-prinsip sebagai
berikut;
1. Norma hukumnya bersumber pada Pancasila sebagai hukum dasar nasional dan
adanya hierarki jenjang norma hukum (stufenbouwheorie-nya Hans Kelsen).
2. Sistemnya yaitu konstitusi.
3. Kedaulatan rakyat atau prinsip demokrasi
4. Prinsip persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (pasal 27 ayat (1)
5.
6.
7.
8.
UUD 1945)
Adanya Organ pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR)
Sistem pemerintahannya presidensiil
Kekuasaan kehakiman yang bebas dari kekuasaan lain (eksekutif)
Hukum bertujuan untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
13
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial
9. Adanya jaminan akan hak asasi dan kewajiban dasar manusia (pasal 28 A-J UUD
1945)
c. Hubungan Negara Hukum dengan Demokrasi
Hubungan antara negara hukum dengan demokrasi dapat dinyatakan bahwa negara
demokrasi pada dasarnya adalah negar hukum. Namun, negara hukum belum tentu
negara demokrasi. Negara hukum hanyalah
satu ciri dari negara demokrasi. Franz
Magnis Suseno (1997) menyatakan adanya lima gugus ciri hakiki dari negara demokrasi.
Kelima ciri negar tersebut adalah
1. Negara hukum;
2. Pemerintah di bawah control nyata masyarakat;
3. Pemilihan umum yang bebas;
4. Prinsip mayoritas, dan
5. Adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis.
Berdasarkan sejarah perkembangannya, tumbuhnya negara hukum, baik formal
maupun materiil bermula dari gagasan demokrasi konstitusional, yaitu negara demokrasi
yang berdasar atas konstitusi. Gagasan demokrasi konstitusional abad ke-20
menghasilkan Rule Of Law yang dinamis.
Demokrasi baik sebagai bentuk pemerintahan maupun suatu sistem politik berjalan
diatas dan tunduk pada koridor hukum yang disepakati bersama sebagai aturan main
demokrasi. Adapun demokrasin sebagai sikap hidup ditunjukkan dengan adanya perilaku
yang taat pada aturan main yang telah disepakati bersama pula. Aturan itu umumnya
dituangkan dalam bentuk norma hukum. Dengan demikian di negara demokrasi, hukum
menjadi sangat dibutuhkan sebagai aturan dan prosedur demokrasi. Tanpa aturan hukum,
kebebasan dan kompetisi sebagai ciri demokrasi akan liar tidak terkendalikan. Jadi, negar
demokrasi sangat membutuhkan hukum.
2.3 Hakikat Hak Asasi Manusia
a. Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap manusia
sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa. Musthafa Kemal Pasha (2002) menyatakan
bahwa yang dimaksud hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dibawa manusia
14
sejak lahir dan melekat pada esensinya sebagai anugrah Allah SWT. Pendapat lain yang
senada menyatakan bahwa dengan potensinya sebagai makhluk dan wakil Tuhan (Gazali,
2004). Rumusan “sejak lahir” sekarang ini dipertanyakan, sebab bayi yang ada dalam
kandungan sudah memiliki hak untuk hidup. Oleh karena itu, rumusan yang lebih sesuai
adalah hak dasar yang melekat pada manusia sejak ia hidup.
Kesadaran akan hak asasi manusia didasarkan pada pengakuan bahwa semua manusia
sebagai makhluk Tuhan memiliki derajat dan martabat yang sama. Dengan pengakuan
akan prinsip dasar tersebut, setiap manusia memiliki hak dasar yang disebut hak asasi
manusia. Jadi, kesadaran akan adanya hak asasi manusia tumbuh dari pengakuan manusia
sendiri bahwa mereka adalah sama dan sederajat. Pengakuan terhadap HAM memiliki
dua landasan, sebagai berikut:
1) Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manusia. Kodrat manusia adalah
sama derajat dan martabatnya.
2) Landasan yang kedua dan yang lebih dalam: Tuhan menciptkan manusia. Semua
manusia adalah makhluk dari pencipta yang sama yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan demikian, kesadaran manusia akan hak asasi manusia itu ada, karena
pengakuan atas harkat dan martabat yang sama sebagai manusia selama manusia belum
mengakui adanya persamaan harkat dan martabat manusia maka hak asasi manusia belum
bisa ditegakkan. Hak dasar seseorang atau kelompok tidak diakui dan dihargai selam
mereka dianggap tidak memiliki harkat dan derajat yang sama sebagai manusia. Bila hak
asasi manusia belum dapat ditegakkan maka akan terus terjadi pelanggaran dan
penindasan atas hak asasi manusia, baik oleh masyarakat, bangsa dan pemerintah suatu
negara.
Secara definit, hak artinya kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas
sesuatu di luar dirinya (Suria Kusuma, 1986). Kebalikan dari hak adalah kewajuban yang
berarti tugas yang harus dijalankan manusia untuk mengakui kekuasaan itu. Setiap orang
memiliki hak dasar memeluk agama, sedangkan orang lain memiliki kewajiban untuk
mngakui kewenangan orang tersebut. Hubungan ini akan terjadi bilamana ada pngakuan
yang sama antar manusia itu sendiri.
Istilah hak asasi manusia bermula dari barat yang dikenal dengan Right Of Man untuk
mnggantikan natural right. Karena istilah right of men tidak mencakup right of women
15
maka oleh Eleanor Roosevelt diganti dengan istilah human right yang lebih universal
dan netral 9Gazali,2004). Istilah natural right bersal dari konsep John Locke (1632-1704)
mengenai hak-hak alamiah manusia. John Locke menggambarkan bahwa kehidupan
manusia yang asli sebelum bernegara (state of nature) memiliki hak-hak dasar
perorangan yang alami. Hak-hak alamiah itu
meliputi hak untuk hidup, hak
kemerdekaan, dan hak milik. Setelah bernegara, hak-hak dasar itu tidak lenyap tetapi
justru dijamin dalam kehidupan bernegara.
b. Macam Hak Asasi Manusia
Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak asasi
Manusia, dinyatakan bahwa hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan
meerupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh
negara hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan matabat manusia. Berdasarkan pengertian hak asasi manusia, ciri pokok dari
hakikat hak asasi manusia adalah (Tim ICCE UIN, 2003):
1. Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi.
2. Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, asalusul, ras, agama, etnik, dan pandangan politik.
3. Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar.
Hak asasi manusia merupakan hak dasar dari manusia. Apasaja yang termasuk hak
dasar manusia itu senantiasa berubah menurut ukuran zaman an perumusannya. Beberapa
contoh hak dasar tersebut sebagai berikut:
a. Hak asasi manusia menurut piagam PBB tentang Deklarasi University of Human
Right 1948, meliputi:
- Hak berfikir dan mengeluarkan pendapat
- Hak memiliki sesuatu
- Hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran
- Hak menganut aliran kepercaaan atau agama
- Hak untuk hidup
- Hak untuk memperoleh nama baik
- Hak untuk memperoleh pekerjaan
- Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum
b. Hak asasi manusia menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia, meliputi:
- Hak untuk hidup
16
-
Hek berkeluarga
Hak mengembangkan diri
Hak keadilan
Hak kemerdekaan
Hak berkomunikasi
Hak keamanan
Hak kesejahteraan
Hak perlindungan
Hak asasi manusia meliputi berbagai bidang, sebagai berikut.
1. Hak asasi pribadi (Personal Rights), missal hak kemerdekaan, hak menyatakan
pendapat, hak memeluk agama.
2. Hak asasi politik (Political Right), yaitu hak untuk diakui sebagai warga negara.
Misalnya, memilih dan dipilih, hak berserikat, hak berkumpul.
3. Hak asasi ekonomi (Property Right), missal hak memiliki sesuatu, hak mengadakan
perjanjian, hak bekerja.
4. Hak asasi sosial dan kebudayaan (Social and Cultural Right), misal mendapatkan
pendidikan.
5. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (Right Of
Legal Equaliti).
6.
Hak untuk mendapat perlakuan yang samadalam tata cara peradilan dan
perlindungan (Procedural right).
2.4 Sejarah Perkembangan Hak asasi Manusia
Perkembangan pengkuan hak asasi manusia ini berjalan secara perlahan dan beraneka
ragam. Perkembangannya dapat kita lihat sebagai berikut:
a. Perkembangan hak asasi manusia pada masa sejarah
1) Perjuangan Nabi Musa ddalam membebaskan umat Yahudi dari perbudakan (tahun
6000 SM)
2) Hukum Hammurabi di Babylonia yang mmberi jaminan keadilan bagi warga negara
(tahun 2000 SM)
3) Socrates (469-399 SM), Plato (429-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM) sebagai
filsuf Yunani peletak dasar diakuinya hak asasi manusia.
4) Perjuangan Nabi Muhammad SAW untuk membebaskan para bayi wanita dan wanita
dari bangsa Quraisy (tahun 600 M).
b. Perkembangan Hak Asasai Manusia
17
1) Tahun 1215, muncunya piagam “Magna Charta” atam Piagam Agumng. Terjadi pada
pemerintahan Raja John, yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat dan
terhadap kelampok bangsawan. Tindakan Raja John tersebut mengakibatkan rasa
tidak puas kaum bangsawan yang kemudian berhasil membuat suatu perjanjian yang
disebut Magna Charta.
2) Tahun 1628, keluarnya piagam “Petition of Right”. Dokumen ini berisi pertanyaan
mengenain hak-hak rakyat beserta jaminannya. Hak-hak tersebut adalah
- Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan
- Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara di rumahnya
- Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam keadaan damai
3. Tahun 1679, munculnya “Habeas Corpus act”. Dokumen ini merupakan undangundang yang mengatur tentang penahanan seseorang.
4. Tahun 1689, keluar “Bill of Right”. Merupakan undang-undang yang diterima
parlemen Inggris sebagai bentuk perlawanan terhadap aja James II. Bill of Right ini
merupakan undang-undang yang diterima parlemen Inggris, yaitu tentang
- Kebebasan dalam memilih anggota parlemen.
- Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat.
- Pajak, undang-undang, dan pembentukan tentara tetap harus seizin parlemen.
- Hak warga negara untuk memeluk agama menurut kepercayaan masing-masing.
- Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.
c. Perkembangan Hak Asasi Manusia di Amerika
Perjuangan penegakan hak asasi manusia di Amerika didasari pemikiran Jonh Locke,
yaitu tentang hak-hak alam seperti hak hidup (life), hak kebebasan (liberty), dan hak
milik (property). Dasar istilah yang kemudian dijadikan landasan bagi pengakuan hakhak asasi manusia yang terlihat dalam Declaration of Independence of The United State.
Di Amerika Serikat perjuangan hak-hak asasi manusia itu adalah karena rakyat
Amerika Serikat yang berasal dari Eropa sebagai emigran merasa terlindas oleh
pemerintah Inggris, yang pada waktu itu merupakan jajahan Inggris. Amerika Serikat
berhasil mencapai kemerdekaannya pada tanggal 4 Juli 1776. Deklarasi kemerdekaan
Amerika Serikat dimasukkan dalam konstitusi negara tersebut. Dalam sejarah perjuangan
haka assi manusia, nagara Amerika Serikat dapat dikatakan sebagai negara pertama yang
menetapkan dan melindungi hak asasi manusia dalam konstitusinya.
d. Perkembangan Hak asasi Manusia di Prancis
18
Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu naskah pada awal
Revolusi Prancis pada tahun 1789, sebagai pernyataan tidak puas dari kaum borjuis dan
rakyat terhadap kesewenang-wenangan Raja Louis XVI. Naskah tersebut dikenal dengan
Declaration des Droits de L’ home et Du Citoye (pernyataan mengenai hak-hak asasi
manusia dan warga negara). Deklarasi ini menyatakan bahwa “hak asasi manusia ialah
hak-hak alamiah yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat daripada
hakikatnya dan karena itu bersifat suci”.
Revolusi Prancis ini terkenal sebagai perjuangan HAM di Eropa. Dalam revolusi ini,
muncul semboyan Liberty, Egality, dan Fraternity (kebebasan, persamaan, dan
persaudaraan). Pada tahun 1791, deklarasi ini dimasukkan dala konstitusi Prancis.
e. Atlantic Charter tahun 1941
Atlantic Charter muncul pada saa perang dunia II yang dipelopori oleh F.D Roosevelt,
yang menyebutkan The Four Freedom (empat macam kebebasan):
1. Kebebasan untuk beragam (freedom of religion)
2. Kebebasan untuk berbicara dan berpendapat (freedom of speech and thought)
3. Kebebasab dari rasa takut (freedom of fear)
4. Kebebasan dari kemelaratan (freedom of want)
f. Pengakuan Hak Asasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
Pada tanggal 10 Desember 1948, PBB telah berhasil merumuskan naskah yang dikenl
dengan Universal Declaration of Human Right, yaitu pernyataan sedunia tentang hak-hak
asasi manusia, sehingga tanggal 10 desember sering diperingati sebagai hak asasi
manusia. Isi pokok deklarasi itu tertuang pada Pasal 1 yang menyatakan:
“Sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang
sama. Mereka dikaruniai akal dan budi, dan hendaknya bergaul satu sama lain
dalam persaudaraan”
g. Hasil Sidang Majelis Umum PBB Tahun 1966
Tahun 1966, dalam siding Majelis Umum PBB, telah diakui convenant on Human
Right dalam hukum internasional dan diratifikasi oleh negara-negara anggota PBB.
Convenant tersebut adalah:
1. The International on Civil and Political Right, yaitu tentang hak sipil dan hak politik.
2. The internatonal Convenant on Economic, Social, and Cultural Right,yaitu berisi
syarat-syarat dan nilai-nilai bagi sistem demokrasi ekonomi, sosial, dan budaya.
19
3. Optional Protokol, adanya kemungkinan seorang warga negara yang mengadukan
pelanggaran hak asasi manusia kepada The Human right Comite PBB setelah melalui
upaya pengadilan di negaranya.
2.5 Hak Asasi Manusia Di Indonesia
a. Pengakuan Bangsa Indonesia akan Hak Asasi Manusia
Pengakuan akan hak asasi manusia di Indonesia telah tercantum dala UUD 1945 yang
sebenarnya lebih dahulu ada dibanding dengan Deklarasi Universal PBB. Pengakuan
akan hak asasi manusia dala UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya
adalah sebagai berikut:
1) Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alenia Pertama
“…Bahwan sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa…”
2) Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alenia Keempat
“kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia
yang melindungi sgenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan itu dalam suatu UndangUndang Dasar Negara Indonesia yan terbentuk dalam susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha
esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”
3) Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945
Rumusan hak tersebut mencakup hak dalam bidang politik, ekonomi sosial, dan
budaya yang tersebar dari pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945. Namun
rumusan-rumusan dalam konstitusi itu amat terbatas jumlahnya dan dirimuskan
secara singkat dan dalam garis besarnya saja. Sampai pada berakhirnya orde baru
20
tahun 1998, pengakuan akn hak asasi manusia di Indonesia tidak mengalami
perkembangan dan tetap berandaskan pada rumusan yang ada dalam UUD 1945,
yaitu tentang tertuang pada hak dan kewajiban warga negara.
4) Ketetapan MPR
Ketetapan MPR mengenai hak asasi manusia Indonesia tertuang dalam ketetapan
MPR No.XVII/MPR/1998 tentang Hak asasi Manusia. Berdasarkan al itu, kemudian
keluarlah Undan-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia sebagai
undang-undang yang sangat penting kaitannya dalam proses jalannya Hak Asasi
Manusia di Indonesia.
5) Peraturan Perundang-Undangan
Undang-undang tentang HAM di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999. Adapun hak-hak yang ada dalam UUD Nomor 39 Tahun 1999 yaitu sebagai
berikut:
- Hak untuk hidup (pasal 4)
- Hak untuk berkeluarga (pasal 10)
- Hak untuk menembangkan diri (pasal 11, 12, 13, 14, 15, 16)
- Hak untuk memperoleh keadilan (pasal 17, 18, 19)
- Hak atas kebebasan pribadi (pasal 20-27)
- Hak atas rasa aman (pasal 28-35)
- Hak atas kesejahteraan (pasal 36-42)
- Hak turut serta dalam pemerintah (pasal 43-44)
- Hak wanita (pasal 45-51)
- Hak anak (pasal 52-66)
b. Penegakkan Hak Asasi manusia
1) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dibentuk berdasarkan Keppres
Nomor 5 Tahun 1993 pada tanggal 7 Juni 1993 yang kemudian dikukuhkan lagi
melalui UUD Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak asasi Manusia.
2) Pengadilan Hak Asasi Manusia dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 26
Tahun 200 tentang pengadilan hk asasi manusia. Pengadilan HAM adalah pengadilan
khusus terhadap pelanggarab hak asasi manusia yang berat.
3) Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc dibentuk atas usul dari DPR berdasarkan
peristwa tertentu dengan keputusan Presiden untuk memeriksa dan memutuskan
perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat yang terjadi sebelum
21
diundangkannya Undang-Undang nomir 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia.
c. Konvensi Internasional tentang Hak Asasi Manusia
Beberapa konvensi yang berhasil diciptakan adalah sebagai berikut
1) Universal Declaration of Human Right (pernyataan Hak Asasi Manusia sedunia)
dihasilkan dalam siding umum PBB 10 desember 1945.
2) International Convenant of Civil and Political Right (perjanjian Internasional tentang
Hak Sipil dan Politik) dan International Convenant of Economic, social and cultural
Right (Perjanjian Internasional tentang Hak ekonomi, Sosial, dan Budaya) pada tahun
1986.
3) Declaration on the Ringht of Peoples to Peace (Deklarasi Hak Bangsa Atas
Perdamaian) pada tahu 1984 dan Declaration on the Right to Development (Deklarasi
Hak atas Pembangunan) pada tahun 1986.
4) African Charter on Human and Peoples’ Right (Banjula Charter) oleh negara Afrika
yang tergabung dalam Persatuan Afrika (OAU) pada tahun 1981.
5) Cairo Declaration on Human Right in Islam oleh negara yang tergabung dalam OKI
(Organisasi Konferensi Islam) tahun 1990.
6) Bangkok Declaration, dalam deklarasi ini dipertegas beberapa prinsip tentang Hak
Asasi Manusia, antara lain:
Universality, Indivisibility,
Interdependence,
Nonselectivity, Objectivity, dan Right to development.
7) Vienna Declaration (deklarasi wina) 1993.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di atas adalah sebagai berikut
1. Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah Rechsstaat atau Rule Of Law dapat
juga dikatakan bentuk perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme, sedangkan
Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang melekat dan dimiliki setiap manusia
sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa.
2. Friedrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental dan AV Dicey dari
kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberikan ciri-ciri Negara Hukum sebagai berikut:
1. Hak asasi manusia
2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia yang biasa
dikenal sebagai Trias Politika
3. Pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan
4. Peradilan administrasi dalam perselisihan
5. Supermasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenng-wenangan. Sehingga
seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum.
6. Kedudukan yang sama didepan hukum, baik bagi rakyat biasa atau bagi pejabat.
7. Terjaminnya hak-hak manusia dala undang-undang atau keputusan pengadilan
Sedangkan ciri pokok dari hakikat hak asasi manusia adalah
1. Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi.
2. Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, asalusul, ras, agama, etnik, dan pandangan politik.
Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar
3. Negara Hukum dan HAM tidak bisa dipisahkan. Indonesia sebagai Negara Hukum telah
menetapkan pengertian HAM yang sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 Undangundang nomor 39/1999.
3.2 Saran
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah memberikan pengetahuan dan
informasi mengenai negara hukum dan HAM kepada pembaca. Kita sebagai mahasiswa
sudah semestinya turut membantu pemerintah untuk terus menegakkan HAM di Indonesia.
Kondisi HAM di Indonesia sudah saatnya dibenahi dan ditata ulang agar terbentuk good
23
goverment. Segala jenis hambatan dan tantangan yang dapat mengganggu terwujudnya
pelaksanaan HAM harus segera dihilangkan
24