PENGARUH PENGHIMPUNAN DANA PIHAK KETIGA

PENGARUH PENGHIMPUNAN DANA PIHAK KETIGA DAN NON
PERFORMING FINANCING TERHADAP PENYALURAN DANA
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
Hadiah Fitriyah*, Septi Virlinawati**
*Dosen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
**Alumni Mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah
Sidoarjo
Kampus 2 : Jl. Raya Gelam No. 250 Candi – Sidoarjo
email: hadiah_az@yahoo.com
Abstract
This research was conducted in order to determine the influence of third party
funds and non-performing financing on distribution funds of Islamic banking in
Indonesia. The research using survey approach, the kind of research are quantitative
inferensial and descriptive explanatory. Using purposive sampling method, from a
population of thirty-four banks consist of eleven Islamic banks and twenty-three Sharia
Business Units registered in Bank Indonesia. Taken twelve banks that have met the
sampling criteria, which provides financial reports from 2007 to 2010 on a regular
basis. Hypothesis testing is done by multiple linear regression. The results for the test
showed hypothesis terminated coefficient value (R²) by 96%, by using the confidential
interval of 95%. Simultaneous third party funds and non-performing financing has a
significant influence on the distribution of funds Islamic banking in Indonesia.

Partially non-performing financing which does not have significant influence on
distribution funds of Islamic banking in Indonesia.
Key Words: Distribution of Funds, Third Party Funds, Non Performing Financing

PENDAHULUAN
Dalam perkembangan perekonomian masyarakat yang semakin meningkat
banyak

jasa pembiayaan dan penghimpunan dana yang ditawarkan oleh lembaga

keuangan, baik bank maupun non bank.
Sebagai salah satu lembaga keuangan yang fungsinya menghimpun dan
menyalurkan dana kepada masyarakat, kegiatan perbankan merupakan salah satu aspek
yang diatur dalam syariah Islam, yakni aspek muamalah yaitu bagian yang mengatur
hubungan sesama manusia. Kemunculan

lembaga

keuangan


syariah

modern

dimulai tahun 1990-an ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada
tahun
1992. Pemikiran tentang pengembangan ekonomi Islam telah ada jauh sebelum masa

tersebut. Tetapi setelah terjadinya krisis moneter tahun 1997 banyak bank konvensional
yang dilikuidasi karena mengalami Negative Spread kecuali bank yang mendapat
bantuan rekapitulasi dari pemerintah melalui (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia)
yang jumlahnya sangat besar mencapai Rp 650 triliun (Bank Indonesia, 2011)
Sampai saat ini bank yang menjalankan prinsip syariah semakin bertambah,
hingga akhir Desember 2010 tercatat sudah terdapat 11 bank umum syariah, 23 bank
konvensional yang membuka unit usaha syariah (USS), dan 150 bank perkreditan
rakyat syariah (BPRS) dan masih banyak bank-bank konvensional yang merencanakan
membuka Unit Usaha Syariah. (Bank Indonesia, 2011).
Sebagai perbandingan di dunia perbankan konvensional indikator sejenis
dengan FDR disebut dengan Loan To Deposit Ratio (LDR) untuk 4 tahun belakangan
ini mengalami kenaikan, akan tetapi tidak sebesar FDR perbankan syariah, hal ini

menunjukkan bahwa fungsi intermediasi perbankan syariah lebih baik dibanding
perbankan
perbankan

konvensional. Meskipun

demikian

pembiayaan

yang

dikucurkan

syariah masih lebih banyak pada produk murabahah (jual beli) yang

sifatnya konsumtif dibanding dengan pembiayaan pada produk mudharabah dan
musyarakah yang sifatnya bagi hasil (Bank Indonesia, 2011). Pembiayaan yang
dikucurkan pada produk murabahah dari tahun ke tahun selalu lebih besar dibanding
pembiayaan lainnya, hal ini mencerminkan bahwa sumbangan perbankan syariah bagi

bergeraknya sektor riil masih sanagat minim, dan ini masih sangat jauh dari target yang
ingin dicapai, dimana diharapakan produk pembiayaan

berbasis bagi

hasil

(mudharabah dan musyarakah) lebih mendominasi, hal ini juga dipengaruhi oleh
kemampuan nasabah dalam membayar kembali pinjamannya. Unsur ini biasanya
tercermin pada pembiayaan bermasalah yang dikenal dengan Non Performing
Financing. Dalam
mengetahui : a)

kaitan

inilah

Dana Pihak Ketiga berpengaruh terhadap penyaluran dana

perbankan syariah di Indonesia, b)

terhadap

maka tujuan penelitian ini adalah untuk

penyaluran

Non

Performing

Financing

berpengaruh

dana perbankan syariah di Indonesia, c) Dana Pihak Ketiga

dan Non Performing Financing berpengaruh terhadap penyaluran dana perbankan
syariah di Indonesia.
Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya bedasarkan


prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS) dan
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Prinsip syariah adalah prinsip hukum
Islam dalam kegiatan perbankan

berdasarkan

fatwa

yang

dikeluarkan

oleh

lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa dibidang syariah.
Berdasarkan pengertian diatas maka bank syariah tidak mengenal istilah
bunga dalam kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat, tetapi
melaksanakan kegiatannya berdasarkan sistem bagi hasil atau Profit and Loss
Sharing, tidak hanya menghimpun dan meyalurkan serta memberikan jasa-jasa lainnya
tetapi bank syariah juga melaksanakan fungsi sosial yaitu menyalurkan dan mengelola

zakat dan dana sosial.

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah
Sebagaimana pada bank konvensional, penghimpunan dana di bank

umum

syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito, sedangkan BPRS hanya
dapat melayani tabungan dan deposito. Namun demikian mekanisme penghimpunan
dana ini harus disesuaikan dengan prinsip syariah. Prinsip operasional syariah yang
telah ditetapkan secara luas dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip
wadiah dan mudharabah (Siamat, 2001:190).
Prinsip Titipan atau Simpanan (Depository/Alwadiah)
Pada dasarnya ada 2 (dua) prinsip titipan (Antonio, 2001:85) yaitu:
1. Prinsip Yad al-Amanah (Tangan amanah)
Pada dasarnya, penerima simpanan adalah yad al-amanah (tangan amanah) artinya
dia tidak bertanggungjawab atas kehilangan atau kerusakan asset yang dititipka
selama

hal


ini bukan kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam

memelihara barang titipan (karena faktor-faktor diluar batas kemampuan) (Antonio,
2001).
2. Prinsip Yad Adh-dhamanah (Tangan Penanggung)
Penerima titipan (bank) tidak akan mungkin meng-idle-kan beberapa jenis asset
yang sudah dititipkan, tetapi menggunakannya dalam aktivitas perekonomian
tertentu, oleh karenanya si penerima titipan harus meminta izin dari si pemberi

titipan untuk kemudian mempergunakan hartanya tersebut dengan catatan si
penerima titipan menjamin akan mengembalikan asset tersebut secara utuh.
(Antonio, 2001)
Prinsip Mudharabah
Menurut Siamat (2001:191) bank syariah menerapkan akad mudharabah untuk
tabungan dan deposito, dalam hal ini nasabah bertindak sebagai Shahibul mal dan bank
sebagai mudharib.
Prinsip mudharabah dalam hal ini adalah dimana bank wajib memberi tahu
kepada pemilik dana mengenai nisbah dan tata cara perhitungan pembagian
keuntungan serta resiko yang dapat timbul dalam penyimpanan dana. Apabila terjadi

kesepakatan maka harus dicantumkan dalam akad untuk tabungan mudharabah, bank
dapat memberikan buku tabungan sebagai bukti penyimpanan serta kartu ATM sebagai
alat penarikan lainnya kepada penabung, dan penabung dapat menarik dananya kapan
pun, namun tidak boleh mengalami saldo negative (overdraft).

Dana pihak Ketiga Perbankan Syariah
Dana pihak ketiga bank syariah hampir sama jenisnya dengan bank
konvensional yang membedakan hanya pada imbalan yang diterima nasabah, dimana
pada bank konvensional dihitung berdasarkan bunga, dan pada bank syariah dihitung
berdasarkan bagi hasil. Menurut Susilo (2000:116) dan Muhammad (2004:53) Dana
Pihak Ketiga yang diperoleh dari masyarakat terdiri dari:
a. Giro Syariah
Pada umumnya, bank syariah menggunakan akad al-wadi’ah pada rekening
Nasabah

yang

membuka

rekening


giro

giro.

berarti melakukan akad wadiah

‘titipan’. Dalam fiqih muamalah, wadiah dibagi menjadi dua macam: 1) Wadiah
yad al-amanah adalah akad titipan yang dilakukan dengan kondisi

penerima

titipan (dalam hal ini bank) tidak wajib mengganti jika terjadi kerusakan,
2) Wadiah yad adh-dhamanah adalah titipan yang dilakukan dengan kondisi
penerima titipan bertanggung jawab atas nilai (bukan fisik) dari uang yang
dititipkan.

b. Tabungan syariah
Bank syariah menerapkan dua akad dalam tabungan, yaitu wadi’ah dan mudharabah.
Tabungan yang menerapkan akad wadi’ah mengikuti prinsip-prinsip wadi’ah yad

adh-dhamanah seperti yang dijelaskan di atas. Tabungan yang menerapkan akad
mudharabah mengikuti prinsip-prinsip akad mudharabah. Diantaranya sebagai
berikut: 1)

Keuntungan dari dana yang digunakan harus dibagi anatar

shahibul maal (dalam hal ini nasabah) dan muharib (dalam hai ini bank). 2)
Adanya

tenggang

waktu

antara

dana

yang

diberikan

dan pembagian

keuntungan, karena untuk melakukan investasi dengan memutarkan dana itu
diperlukan waktu yang cukup.
c. Deposito Syariah
Bank syariah menerapkan akad mudharabah untuk deposito. Seperti dalam
tabungan, dalam hal ini nasabah (deposan) bertindak sebagai shahibul maal dan
bank selaku mudharib. Penerapan mudharabah terhadap deposito dikarenakan
kesesuaian yang terdapat diantara keduanya.

Penyaluran Dana Perbankan Syariah
Menurut

Karim

(2006:97-112)

menyatakan

bahwa

dalam penyaluran

dana perbankan syariah dikenal beberapa prinsip, yaitu pertama ialah katagori
bagi hasil (Profit and Loss Sharing) dapat dilakukan atas prinsip musyarakah,
mudharabah. Katagori kedua ialah jual beli (Sale and Purchase) yang dilakukan yang
dilaksanakan atas prinsip murabah, salam dan istisna. Sementara katagori ketiga ialah
sewa (Operation lease and financial lease) yang dilaksanakan atas prinsip ijarah.
Sedangkan katagori keempat ialah jasa (fee based service) yang dilaksanakan atas
prinsip wakalah (Deputyship), Kafalah (Guaranty), hawalah (Transfer service), rahnu
(Mortgage) dana gardh (Soft and benevolen loan).

Pembiayaan Musyarakah
Prinsip musyarakah memberi manfaat dimana bank menikmati peningkatan
dalam jumlah tertentu jika keuntungan nasabah meningkat. Bank juga tidak

berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara
tetap, tetapi disesuaikan dengan hasil usaha bank, sehingga bank tidak pernah
mengalami negative spread. Dalam hal pengembalian pinjaman pokok, pembiayaan
akan disesuaikan dengan cash flow usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan
nasabah. Karena ini adalah usaha patungan maka prinsip kehati-hatian akan benar–
benar dipegang bank dalam mencari dan memilih nasabah yang akan dibiayai. (Rivai
dan Andria, 2008)
Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak
pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola (mudharib). Keuntungan yang diperoleh

dibagi

menurut

perbandingan (nisbah) yang sudah disepakati.
Prinsip bagi hasil dalam musyarakah dan mudharabah ini berbeda dengan
prinsip bunga tetap dalam perbankan konvensional, dimana bank akan menagih
penerimaan

pembiayaan (nasabah) dalam jumlah bunga yang tetap berapapun

keuntungan yang dihasilkan nasabah, bahkan ketika rugi. (Rivai dan Andria, 2008)

Pembiayaan Murabahah
Dan pembiayaan Murabahah adalah akad jual beli antara bank dan nasabah
atas suatu jenis barang tertentu dengan harga yang disepakati bersama. Bank akan
mengadakan barang yang dibutuhkan dan menjualnya kepada nasabah dengan
harga setelah ditambah keuntungan yang disepakati.
Dengan memperhatikan kemampuan mengangsur ataupun arus kas usahanya.
Pembayaran secara angsuran ini dikenal dengan istilah Bai’u Bitsaman Ajil (BBA). Baik
harga jual maupun besar angsuran yang telah disepakati tidak berubah hingga akad
pembiayaan berakhir dan tidak ada denda atas keterlambatan pembayaran angsuran.
( Rivai dan Andria, 2008) .

Pembiayaan Bai’u Salam
Pembiayaan salam adalah akad jual beli atas suatu barang dengan jenis dan
dalam jumlah tertentu yang penyerahannya dilakukan beberapa waktu

kemudian,

sedangkan pembayarannya segera dimuka.
Bank membeli barang dari produsen kemudian menjualnya kembali kepada
pihak lain yaitu nasabah yang memesan barang tersebut. Dalam istilah perbankan
Islam proses ini dikenal dengan nama salam pararel. ( Rivai dan Andria, 2008 ).

Pembiayaan Bai’u Istishna
Bai’u Istishna adalah kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang
atau juga pembiayaan modal kerja misalnya untuk modal kerja industri barang-barang
konsumsi, pembiayaan investasi misalnya untuk mengadakan barang-barang modal
seperti mesin-mesin, atau juga pembiayaan konstruksi.
Bank sebagai shani atau pihak yang siap membuat atau mengadakan barang,
bertanggung jawab kepada nasabah atas kelalaian pelaksanaan
jaminan

yang

timbul

darinya.

subkontrak

dan

Kewajiban inilah yang membenarkan keabsahan

istishna pararel, sebagai dasar bahwa bank boleh memungut keuntungan kalau ada.

Pembiayaan Ijarah
Transaksi ijarah dilandasi dengan adanya perpindahan manfaat (hak guna),
bukan perpindahan kepemilikan (hak milik) jadi pada dasarnya ijarah sama dengan
prinsip jual beli. Perbedaannya terletak pada objek transaksinya, pada jual beli objek
transaksinya barang, sedangkan pada ijarah objek transaksinya adalah barang atau jasa.
Kerusakan juga bisa mengakibatkan biaya pemeliharaan bertambah, apalagi
bila disebutkan dalam kontrak biaya pemeliharaan ditanggung oleh lembaga keuangan.
Demikain juga apabila nasabah berhenti
membeli

asset

ditengah

kontrak

dan

tidak

mau

tersebut. Akibatnya bank akan menghitung kembali keuntungannya

dan mengembalikan sebagian kepada nasabah.( Rivai dan Andria, 2008 )
Pembiayaan Qardh Al Hasan
Konsep perbankan Islam mengharuskan bank-bank Islam memberikan pelayanan
social apakah melalui dan qardh (pinjaman kebijakan) atau zakat dan dana sumbangan
sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Disamping itu konsep perbankan Islam
mengharuskan bank-bank

Islam

untuk

memainkan

peran

penting

di dalam

pengembangan sumber daya manusianya dan member kobtribusi bagi kesejahteraan
sosial (Harahap, Wirosodan Yusuf 2005 : 7)
Pembiayaan qardh hasan adalah merupakan pinjaman kebajikan yang diterapkan
sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang terbukti loyalitas dan bonafiditasnya,
yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relative pendek. Nasabah
tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang dipinjamn yaitu.

Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing)
Menurut Siamat ( 2001 :174) Pembiayaan bermasalah adalah pinjaman yang

mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya factor kesengajaan dan atau karena factor
eksternal diluar kemampuan kendali nasabah peminjam.
Dalam perbankan syariah pembiayaan bermasalah sering juga disebut Non
Performing Financing dan dapat diukur dari kolektifitasnya. Kolektibilitas merupakan
gambaran kondisi pembayaran pokok, bagi hasil dan

tingkat

kemungkinan

diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga. Menurut
Rivai dan Andria (2008 : 33) kualitas pembiayaan didasarkan atas beberapa criteria
antara lain sebagai berikut: 1) Pembiayaan Lancar (Pass) Pembiayaan yang digolongkan
lancar apabila memenuhi criteria antara lain: a. Pembayaran angsuran pokok dan / atau
bunga tepat waktu: dan b. Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau c.

Bagian dari

pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai(cash collateral), 2) Perhatian Khusus
(Spesial Mention) Pembiayaan digolongkan pembiayaan dalam perhatian khusus
apabila memenuhi kriteria: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan / atau bunga
bagi hasil yang belum, b. Melampaui Sembilan puluh hari; atau c.
terjadi cerukan; atau, d.Mutasi rekening rekening relative aktif; atau e.
pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau f.
baru. 3)

Kadang-kadang
Jarang terjadi

Didukung oleh pinjaman

Kurang Lancar (Substandard) Pembiayaan yang digolongkan kedalam

pembiayaan kurang lancer apabila memenuhi kriteria: a. Terdapat tunggakan angsuran
pokok dan / atau bagi hasil, b. Sering terjadi cerukan; atau c. Frekuensi mutasi rekening
relative rendah; atau d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih
dari sembilan puluh hari; atau e.

Dokumentasi pinjaman yang lemah, 4)

Diragukan

(Doubtfull) Pembiayaan yang digolongkan kedalam pembiayaan diragukan apabila
memenuhi kriteria: a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan /atau bunga, b. Terjadi
cerukan yang bersifat permanen; atau c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau d.
Terjadi kapitalisasi bunga; atau e.

Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk

perjanjian pembiayaan maupun yang pengikatan jaminan. 5) Macet (Loss) Pembiayaan
yang

digolongkan

kedalam

pembiayaan

maceta

pabila memenuhi kriteria: a.

Terdapat tunggakan angsuran pokok dan /atau bunga; b. Kerugian operasional ditutup
dengan pinjaman baru; atau c. Dari segi hokum maupun kondisi pasar, jaminan
tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.
Menurut Antonio (2001:29) pengendalian biaya mempunyai hubungan terhadap
kinerja lembaga perbankan, sehingga semakin rendah tingkat NPL (ketat kebijakan
kredit) maka akan semakin kecil jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank, dan
sebaliknya. Semakin ketat kebijakan kredit/analisis pembiayaan yang dilakukan
bank (semakin ditekan tingkat NPF) akan menyebabkan tingkat permintaan pembiayaan
oleh masyarakat turun.

METODE PENELITIAN
Rerangka Konseptual
Untuk melihat pengaruh DPK dan NPF terhadap penyaluran dana perbankan
syariah dapat dilihat pada kerangka konsep berikut ini:

DPK (Dana
Pihak Ketiga)
(X1)
Penyaluran Dana
Perbankan
Syariah (Y)
Non Performance
Financing (X2)

Regresi linier berganda

Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif inferensial dimana menurut Sugiyono
(2003:169) bahwa statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk
menganalisis

data

sampel

dan

hasilnya diberlakukan untuk populasi. Metode ini

digunakan untuk menguji :
1. Dana Pihak Ketiga berpengaruh terhadap penyaluran dana perbankan syariah di
Indonesia.
2. Non Performing Financing berpengaruh terhadap penyaluran dana perbankan
syariah di Indonesia.
3. Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Financing berpengaruh terhadap penyaluran
dana perbankan syariah di Indonesia.
Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah yang terdaftar pada Bank Indonesia. Adapun alasan pemilihan populasi hanya
pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dan tidak menyertakan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah dalam populasi karena :
1.

BPRS

dalam

opersionalnya

tidak

memberikan

pelayanan

dalam lalulintas

pembayaran.
2. Volume usaha BPRS masih terlalu kecil dibanding Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah.
Tabel

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
1
2
3
4
5

Data Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Yang
Terdaftar di Bank Indonesia Tahun 2007 – 2010
Kelompok Bank
Bank Umum Syariah
PT Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Syariah Mandiri
PT Bank Syariah Mega Indonesia
PT Bank Negara Indonesia
PT Bank BCA Syariah
PT Bank BRI Syariah
PT Bank Jabar Banten Syariah
PT Bank Panin Syariah
PT Bank Syariah Bukopin
PT Bank Victoria Syariah
PT Bank Maybank Syariah Indonesia
Bank Unit Usaha Syariah
PT Bank Tabungan Negara
PT Bank CIMB Niaga
PT Bank Danamon Indonesia
PT Bank Internasional Indonesia
PT Bank OCBC NISP

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

PT Bank Permata
PT Bank Sinarmas
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional
BPD Yogyakarta
BPD Kalimantan Timur
PT Bank DKI
PT Bank Aceh
PT BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat
PT BPD Riau dan Kepulauan Riau
PT BPD Sumatera Barat
PT BPD Jawa Barat dan Banten
PT BPD Jawa Tengah
PT BPD Jawa Timur

Sampel dipilih dengan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan tersebut berdasarkan kriteria- kriteria
sebagai berikut :
1.

Memberikan laporan keuangan setiap tahun, secara rutin kepada Bank Indonesia
selama periode 2007-2010.

2.

Bank yang tidak dalam kondisi dicabut izin usahanya atau dalam kondisi
peralihan kepemilikan.

3. Tersedia variabel data penelitian selama periode pengamatan.
Berdasarkan ketentuan tersebut diketahui bahwa jumlah Bank Umum Syariah dan
Unit Usaha Syariah yang terdaftar pada Bank Indonesia berjumlah 34 (tiga puluh
empat) bank. 11 (sebelas) Bank Umum Syariah dan 23 (dua puluh tiga) Unit Usaha
Syariah. Selanjutnya yang rutin memberikan laporan keuangan setiap tahun selama
periode 2007- 2010, ada 12 (dua belas) bank.
Ringkasan hasil penyeleksian sampel dapat dilihat pada populasi penelitian Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang memberikan laporan keuangannya kepada
Bank Indonesia. Sejak tahun 2007 sampai tahun 2010 yaitu berjumlah 34 (tiga puluh
empat) bank, tetapi dari jumlah tersebut yang memenuhi kriteria pengambilan sampel
berjumlah 12 (dua belas) bank. Jadi jumlah data sampel adalah (12x4=48) data sampel. 4
diambil dari laporan keuangan masing-masing bank selama 4 tahun pengamatan.

Tabel Pemilihan Sample
Keterangan
No.
1 Jumlah Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah

Jumlah
34
22

2

Jumlah bank yang tidak memenuhi kriteia : tidak
memenuhi data 2007-2010

3

Jumlah bank sesuai kriteria memenuhi data 2007-2010 dan
dijadikan sampel dalam penelitian ( 4 tahun amatan)

4

Total sampel yang digunakan (4 tahun amatan data 12 x 4 = 48
pertahun)

12

Sumber : Bank Indonesia 2011 (Data sekunder ekstenal diolah)

Sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan maka, sampel penelitian
adalah berjumlah 12 (dua belas bank).
Tabel Data Sampel Bank Syariah di Bank Indonesia
Nama Bank

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

PT. Bank Muamalat Indonesia
PT. Bank Syariah Mandiri
PT. Bank Nasional Indonesia Syariah
PT. Bank Bukopin
PT. Bank Syariah Mega
PT Bank Tabungan Negara
PT Bank CIMB Niaga
PT. Bank Permata
PT Bank DKI
PT. BPD Kalimantan Barat
PT. BPD Sumatera Utara
PT BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung

Bardasarkan Tabel

diatas, maka sampel bank syariah yang memenuhi

krtiteria terdiri dari 5 (lima) bank umum syariah dan dan 7 (tujuh) unit usaha
syariah.

Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan metode pengumpulan data
sebagai berikut:
1. Data
jalur

dikumpul dari
internet

publikasi

dengan

alamat

resmi
situs

bank

Indonesia

www.bi.go.id

melalui penelusuran

untuk memperoleh data

sekunder.
2. Studi literatur, yaitu dengan mengumpulkan data kepustakaan yang berhubungan
dengan penelitian.
Teknik Analisis Data
Dalam Penelitian ini digunakan analisis deskriptif dan analisis statistik dengan
model analisis regresi linear berganda. Model ini dipilih karena ingin mengetahui
seberapa besar pengaruh penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing
Financing (NPF) terhadap penyaluran dana atau pembiayaan pada bank syariah baik
secara serempak ataupun secara parsial.
Dengan menggunakan analisis regresi linear yang diolah dengan program
Software SPSS 16 maka besarnya pengaruh DPK dan Non Performing Financing
terhadap penyaluran dana dapat diketahui.
Adapun model regresi linear berganda tersebut adalah:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X1 + 2 + e
Keterangan:
Y = Penyaluran dana
X1 = Dana Pihak Ketiga
X2 = Non Performing Financing (NPF)
X1+2= Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Financing
a = Intersept
e = error term
b1, b2, b3 = Koefisien regresi
Kemudian persamaan diatas ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural
menjadi:
Ln Y = Ln a + Ln b1 X1 + Ln b2 X2 + Ln b3 X1+2 + e

Dalam menganalis data, metode analisis yang digunakan adalah metode
kuantitatif dan kualitatif untuk menjelaskan hubungan antara data yang diperoleh dengan
landasan teori yang dipakai. Untuk mengetahui diterima atau ditolak hipotesis yang
diajukan, dilakukan analisis secara kuantitatif dengan menggunkan regresi linear dan
selanjutnya dilakukan pengujian dengan menggunakan uji F untuk uji secara serempak
dan uji t untuk uji secara parsial dengan bantuan program SPSS.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskriptif Data Penelitian
Data yang dikumpulkan dari Bank Indonesia untuk penelitian adalah data dari
tahun 2007-2010 yang terdiri atas data mengenai, DPK dan NPF terhadap Penyaluran
Dana Perbankan Syariah. Deskriptif data penelitian ini seperti terlihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel Statistik Data Penelitian
N Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Dana Pihak Ketiga

48 24454.00 28998000.00 3562666.9792 6075922.83750

Non Performing Financing

48

.09

20.60

3.7388

4.13315

Penyaluran Dana Perbankan Syariah 48 64808.00 23968000.00 3165653.6042 5240491.64660
Valid N (listwise)

48

Sumber : data diolah
Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa pada variabel PYD (penyaluran dana)
dengan jumlah sampel N = 48 diperoleh rata - rata sebesar Rp 3.165.653,6042 dalam
jutaan setiap tahunnya dengan standart deviasi sebesar Rp. 5.240.491,64660 dalam
jutaan, menunjukkan selama tahun pengamataan kondisi PYD bank sampel sangat
berfluktuasi, jarak antara bank yang mempunyai PYD tinggi cukup jauh dengan jarak
antara bank yang memiliki PYD rendah.
Nilai tertinggi PYD bank sampel sebesar Rp.23.968.000,00 dalam jutaan
dimiliki PT. Bank Syariah Mandiri untuk tahun 2010, 2009, 2008 dan 2007. Nilai
terendah PYD bank sampel sebesar Rp.64.808.00 dalam jutaan dimiliki PT. BPD
Sumatera Selatan dan Bangka Belitung untuk tahun 2007 dan selama tahun pengamatan.
Penyaluran dana bank adalah jumlah total dana yang disalurkan kepada

masyarakat, dana ini sebagian besar diperoleh dari Dana Pihak Ketiga. Semakin tinggi
dana yang disalurkan maka fungsi intermediasi bank semakin baik, hal ini terlihat dari
FDR (finance To Deposit Ratio) bank tersebut. FDR adalah rasio antara jumlah dana
yang disalurkan dengan dana yang terhimpun. FDR perbankan syariah dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan.
Pada variabel NPF dengan jumlah sample N= 48 diperoleh rata-rata sebesar
3,3788 % dengan standart deviasi sebesar 4,13315% menunjukkan selama tahun
pengamataan kondisi NPF bank sampel sangat berfluktuasi, jarak antara bank yang
mempunyai NPF tinggi cukup jauh dengan jarak antara bank yang memiliki NPF rendah.
Nilai tertinggi NPF bank Sampel pada tahun 2010, 2009 dan 2008 dimiliki oleh
PT. BPD DKI sebesar 15,4%, 15,96% dan 20,6% sedangkan pada tahun
2007 dimiliki oleh PT. Bank Permata sebesar 10,1%. Nilai terendah NPF perusahaan
sampel sebesar 0,09%. Dimiliki PT. BPD Kalimantan Barat dan selama tahun
pengamatan. NPF merupakan rasio antar pembiayaan bermasalah yang dapat diukur dari
kolektivitasnya kurang lancar, diragukan dan macet dibandingkan dengan jumlah total
pembiayaan. Semakin rendah rasio NPF suatu bank menunjukkan semakin sehat bank
tersebut.
Pengujian Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis dari penelitian ini, terlebih dahulu
dilakukan pengujian asumsi klasik untuk memastikan bahwa alat uji regresi berganda
dapat digunakan atau tidak. Apabila uji asumsi klasik telah terpenuhi, maka alat uji
statistik regresi linier berganda dapat dipergunakan.

Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal
atau mendekati normal atau tidak. Uji ini dilakukan melalui analisis grafik (Histogram
dan normal P-Plot) dan analisis statistik dengan pengujian Kolmogorov-Smirnov test.
Menunjukkan bahwa penyebaran data berada pada sekitar garis diagonal dan
mengikuti garis arah diagonal, maka nilai residual terstandarisasi. Dengan demikian
maka model regresi hipotesis tersebut terbebas dari asumsi normalitas.

Berdasarkan h a s i l p e n g o l a h a n d a t a diketahui bahwa nilai KolmogorovSmirnov test sebesar 0.527 dan asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0.944 lebih besar dari
0.05. Dengan demikian model regresi hipotesis tersebut terbebas dari asumsi normalitas
sehingga dapat dilanjutkan dengan pengujian berikutnya.
Tabel Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parameters

48
a

Mean
Std. Deviation

Most Extreme Differences

.0000000
.34461426

Absolute

.076

Positive

.076

Negative

-.075

Kolmogorov-Smirnov Z

.527

Asymp. Sig. (2-tailed)

.944

a. Test distribution is Normal.

Sumber : data diolah

Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas. Sebaliknya, jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Berdasarkan
hasil uji heteroskedastisitas terlihat bahwa titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi
hipotesis terbebas dari asumsi heteroskedastisitas.

Hasil Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menginformasikan apakah terjadi hubungan
antara variabel-variabel bebas dan apakah hubungan yang terjadi cukup besar atau tidak,
Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa nilai VIF untuk variabel

bebas lebih kecil dari 10 (VIF < 10) dan Tolerance value > 0,1 (Ghozali, 2005 : 92).
Dengan demikian persamaan regresi hipotesis terbebas dari asumsi multikolinieritas.
Tabel Hasil Uji Multikolinieritas

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

Collinearity
Correlations

Std.

Zero-

Error

B

Model

Statistics

Beta

T

Sig. order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant)

1.089

.201

5.408 .000

Ln_DPK

.848

.030

.970 27.978 .000

.977

.972 .888

.839 1.193

Ln_NPF

.022

.046

.017

.407

.072 .015

.839 1.193

.485 .630

a. Dependent Variable:
Ln_PYD

Sumber : data diolah

Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi kondisi ganguan yang berurutan yang dimasukkan dalam fungsi regresi.
Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa DW 2.007 dan nilai tersebut
berada diantara du (1.62) dan 4 – du (2.38) atau 2.007 lebih besar dari 1.62 dan 2.007
lebih kecil dari 2.38 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persamaan regresi
tidak terdapat autokorelasi positif atau negatif atau tidak terjadi korelasi diantara
kesalahan pengganggu maka alat uji statistik regresi linier berganda dapat dipergunakan.
Tabel Hasil Uji Autokorelasi
Model
1

R

R Square
a

.977

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

.955

a. Predictors: (Constant), Ln_NPF, Ln_DPK
b. Dependent Variable: Ln_PYD

Sumber : data diolah

.953

.35219

Durbin-Watson
2.007

Hasil Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis menyatakan bahwa DPK (X1 ) dan Non Performig
Financing (X2 ) berpengaruh terhadap penyaluran dana perbankan (Y) syariah di
Indonesia. Dari persamaan 4.5, dapat disimpulkan bahwa rata – rata penyaluran
dana perbankan akan naik sebesar Rp.848.000,00 dalam jutaan, jika dana pihak ketiga
naik sebesar Rp.1.000.000,00. dalam jutaan. Dan rata – rata penyaluran dana
perbankan akan naik sebesar Rp.22.000,00 dalam jutaan jika Non Performing
Financing naik sebesar 1%. dengan asumsi faktor-faktor lain konstan.
Dalam hal ini pelaku perbankan syariah di Indonesia telah berhasil dalam
meningkatkan penyaluran, pengelolaan serta pengawasan dana perbankan syariah
dengan melakukan pendekatan terhadap DPK dan Non Performing Financing.
Berdasarkan pada h a s i l u j i k o e f i s i e n r e g r e s i , maka persamaan
regresi linier berganda dalam penelitian adalah :
Ln Ŷ = Ln 1.089 + Ln 0.848X1+ Ln 0.022X2 + e
Atau,
Ln PYD = Ln 1.089 + Ln 0.848 DPK + Ln 0.022 NPF + e
Tabel Hasil Uji Koefisien Regresi
Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

Collinearity
Correlations

Std.
Model

B

Error

Statistics

ZeroBeta

T

Sig. order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant)

1.089

.201

5.408 .000

Ln_DPK

.848

.030

.970 27.978 .000

.977

.972 .888

.839 1.193

Ln_NPF

.022

.046

.017

.407

.072 .015

.839 1.193

a. Dependent Variable:
Ln_PYD

Sumber : data diolah

.485 .630

Pada persamaan tersebut
Performing
penyaluran

Financing
dana

NonPerforming

dapat

(X2 )

perbankan

Financing

dilihat

memiliki
(Y)

(X2 )

bahwa DPK (X1 )

kemampuan

syariah

di

mempunyai

untuk

Indonesia.
koefisien

Non

mempengaruhi

DPK

regresi

dan

(X1 )
positif

dan
yang

membuktikan kontibusinya terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia
(Y).
Tabel Hasil Uji Determinasi
Change Statistics

Model
1

R

R

Adjusted R

Std. Error of the

R Square

Square

Square

Estimate

Change

a

.977

.955

.953

.35219

F

Sig. F

Change df1 df2

.955 473.390

Change

2 45

.000

a. Predictors: (Constant), Ln_NPF, Ln_DPK
b. Dependent Variable: Ln_PYD

Sumber : data diolah

Nilai

koefisien

determinasi

(R2 )

dipergunakan

untuk

mengukur

kemampuan variabel bebas DPK (X1 ) dan Non Performing Financing (X2 )
menjelaskan variabel tidak bebas yaitu penyaluran dana perbankan (Y) syariah di
Indonesia. Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar
0.955. Hal ini menunjukan bahwa 96% variabel DPK (X1 ) dan Non Performing
Financing (X2 ) dapat menjelaskan variabel penyaluran dana perbankan (Y)
syariah di Indonesia.
Hasil Uji Serempak
Hasil pengujian hipotesis secara serempak diperoleh bahwa nilai Fhitung
(473.390) lebih besar dibandingkan dengan nilai Ftabel (3.20), dan sig. α (0.000 ) lebih
kecil dari

alpha 5% (0.05), hal ini mengindikasikan bahwa hasil penelitian menolak

Ho dan menerima Ha . Dengan demikian secara serempak DPK (X1 ) dan Non
Performing

Financing (X2 ) berpengaruh terhadap penyaluran dana perbankan

syariah (Y) diIndonesia, dengan tingkat pengaruh yang sangat signifikan, dalam hal ini
berarti perbankan syariah di Indonesia telah berhasil dalam menghimpun DPK
serta mengelola penyalurannya, tebukti dengan rendahnya rata-rata NPF perbankan
syariah.
Tabel Hasil Uji F
Model
1

Sum of Squares
Regression
Residual

Df

Mean Square

117.436

2

58.718

5.582

45

.124

F
473.390

Sig.
.000a

123.018
Total
a. Predictors: (Constant), Ln_NPF, Ln_DPK

47

b. Dependent Variable: Ln_PYD

Sumber : data diolah

Dari hasil pengujian secara serempak diperoleh bahwa variabel DPK dan
Variabel NPF berpengaruh signifikan terhadap penyaluran dana perbankan
syariah di Indonesia, sementara itu untuk uji determinasi diperoleh hasil 96% variabel
DPK dan NPF dapat menjelaskan penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia,
sisanya sebesar 4%, dipengaruhi faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model
penelitian ini. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi penyaluran dana adalah
kompetitor, baik dari kalangan perbankan syariah sendiri maupun dari kalangan
perbankan konvensional, belum lagi persaingan dari lembaga keungan lainnya yang
bukan bank. Kondisi perekonomian yang kadang tidak dapat dikontrol. Serta
perubahan peraturan dan perundang-undangan dari pemerintah khususnya pasca krisis
moneter, dimana pengawasan perbankan terus diperketat. Dalam menghimpun dana
perbankan, bank diwajibkan menyediakan giro wajib minimum, cadangan primer,
cadangan sekunder, bagi kelancaran operasional bank dan kesehatan bank tersebut.
Penelitian ini sama dengan hasil penelitian dari Sulistyani (2002), dimana secara
serempak Dana Pihak Ketiga yang terdiri dari giro, tabungan, deposito berpengaruh
signifikan terhadap penyaluran kredit pada PT. Bank Pembangunan Jawa Timur.

Hasil Uji Parsial
Tabel. Hasil Uji Parsial
Model

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

Collinearity
T

Sig.

Correlations

Statistics

ZeroB

Std. Error

order Partial Part Tolerance

Beta

VIF

1 (Constant)

1.089

.201

5.408 .000

Ln_DPK

.848

.030

.970 27.978 .000

.977

.972 .888

.839 1.193

Ln_NPF

.022

.046

.017

.407

.072 .015

.839 1.193

.485 .630

a. Dependent Variable: Ln_PYD

Sumber : data diolah
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka menolak Ho dan menerima Ha untuk
variabel DPK dan menolak Ha dan menerima Ho untuk variable NPF. Secara parsial
variabel DPK berpengaruh signifikan terhadap penyaluran dana perbankan syariah di
Indonesia (Y), sedangkan variabel NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap
penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia (Y). Perbankan syariah di Indonesia

telah berhasil dalam menghimpun DPK serta mengelola penyalurannya. terbukti
dengan tingginya rasio FDR perbankan syariah, akan tetapi tingginya FDR tidak diikuti
arah kebijakan kepada pengembangan sektor riil dan investasi jangka panjang, terbukti
masih tingginya persentase penyaluran dana perbankan syariah pada produk yang
menggunakan akad Murabahah (jual beli) dibanding dengan akad Musyarakah dan
Mudharabah yang sifatnya modal kerja dan Investasi. Secara parsial

variable

DPK

berpengaruh dalam meningkatkan penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia.
Sumber utama dana perbankan adalah dana yang berasal dari pihak keriga, yaitu
masyarakat, tak terkecuali dengan perbankan syariah. Dana yang berasal dari
masyarakat ini merupakat titipan ataupun penyertaan yang sewaktu-waktu akan ditarik
kembali. Setelah dana pihak ketiga, dikumpulkan, maka sesuai dengan fungsi
intermediary-nya, maka bank berkewajiban menyalurkan dana tersebut untuk
pembiayaan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pratami (2011) yang meneliti analisis
DPK, CAR, NPF dan ROA terhadap pembiayaan pada perbankan syariah (studi kasus
pada Bank Muamalat Indonesia periode 2001-2011). Dalam penelitiannya variabel dana
pihak ketiga berpengaruh pada pembiayaan Bank Muamalat periode 2001-2011. Dan ini
juga sesuai dengan UU No.10 tahun 1998 menyebutkan bahwa dana yang terhimpun
dari masyarakat akan digunakan untuk pendanaan sektor riil melalui penyaluran kredit
dan untuk meningkatkaan taraf hidup masyarakat banyak.
Sedangkan variabel NPF secara parsial menunjukkan hubungan negatif tetapi
tidak berpengaruh signifikan terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia,
walaupun NPF tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial tetapi
bank dalam penyaluran dana tidak boleh mengabaikan NPF karena berpengaruh pada
tingkat likuiditas bank serta cadangan yang ingin disisihkan. Hasil ini sama dengan
penelitian Duddy dan Nurul (2008) yang berjudul Variabel- variabel Yang
Mempengaruhi Pembiayaan Pada Perbankan Syariah Di Indonesia Ditinjau Dari Sisi
Penawaran

,dimana

variabel

NPF

tidak

berpengaruh

dalam besar kecilnya

pembiayaan. Tinggi rendahnya NPF suatu bank dipengaruhi oleh kehati-hatian dalam
menganalisis pembiayaan yang akan dikucurkan bank. Dalam hal ini bank harus
memperhatikan dan menganalisis secara akurat karakter nasabah, kualitas dan
stabilitas cashflow nasabah, partisipasi dan kecukupan modal, serta kecukupan
jaminan ( Surbakti: 2005).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan atas hasil penelitian yang diperoleh melalui uji

hipotesis, maka kesimpulan yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut:
1.

NPF tidak mampu menjelaskan penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia,
dikarenakan NPF masih dapat dikendalikan sesuai dengan ketentuan

Bank

Indonesia. terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia.
2.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa NPF tidak berpengaruh
signifikan terhadap penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia. Hal ini
berarti beberapa variabel independen NPF tidak mampu menjelaskan variabel
dependennya yang berupa penyaluran dana perbankan syariah. Sedangkan variabel
indepanden lain seperti DPK mampu menjelaskan variabel dependen yang berupa
penyaluran dana syariah secara lebih baik.

Saran
Berdasarkan hasil

penelitian

maka sar an yang d ikemukak an

adalah :
1.

Perbankan syariah di Indonesia, agar lebih giat meningkatkan penghimpunan dana
yang berasal dari dana pihak ketiga hal ini untuk dapat mengimbangi penyaluran
pembiayaan yang semakin agresif. Penghimpunan dana dalam bentuk giro
bisa lebih diperhatikan misalnya memberikan bonus ataupun imbal jasa yang
lebih tinggi. Dalam menyalurkan dana perbankan syariah harus lebih meningkatkan
analisis pembiayaan yang lebih hati – hati, sesuai dengan prinsip Prudential
banking yaitu tepat orangnya, tepat waktunya, tepat penggunaanya dan tepat
pengembaliannya, agar NPF selalu dapat dikendalikan dan tidak menggangu
likuiditas bank.

2.

Peneliti selanjutnya yang berminat melakukan penelitian mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi penyaluran dana perbankan syariah di Indonesia, agar
memasukkan variabel lain sebagai variabel independen, seperti Surat Wadiah
Bank Indonesia (SWBI), suku bunga, dan faktor eksternal bank lainnya, yang
tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Faisal. 2003. Manajemen Perbankan, Teknik Analisis Kinerja
Keuangan Bank. Edisi Revisi. UMM Press. Malang
Antonio, M. Safi’i. 2001. Bank Syariah, Dari Teori ke Praktek. Gema Insani
Press. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
Revisi. PT. Renika Cipta, Jakarta
Bank Indonesia, http://www.bi.go.id
- Statistik Pebankan Indonesia – September 2011. BI, 2011
- Publikasi Laporan Keuangan Perbankan Syariah 2007
- Publikasi Laporan Keuangan Perbankan Syariah 2008
- Publikasi Laporan Keuangan Perbankan Syariah 2009
- Publikasi Laporan Keuangan Perbankan Syariah 2010
Duddy Roesmara Donna dan Nurul Chotimah, 2008, Variabel-variabel Yang
Mempengaruhi Pembiayaan Pada Perbankan Syariah di Indonesia Ditinjau
dari Sisi Penawaran. Jurnal Eksbisi, Vol. 2 No. 2, Juni 2008.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang
Harahap, Sofyan S. Wiroso dan Muhammad Yusuf. 2005. Akuntansi Perbankan
Syariah. LPFE- Usakti. Jakarta
Iqbal, Zamir and Abbas Mirakhor, 2007. An Introduction to Islamic Finance
Theory and Practice. Jhon Wiley & Son (Asia) Pte Ltd
Karim, A. Warman. 2006. Bank Islam, Analisis Fikih dan Keuangan. Edisi ketiga,
RajaGrafindo Persada, Jakarta
Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. Edisi pertama, PT. RajaGrafindo Persada.
Jakarta
Muhammad, 2004. Manajemen Dana Bank Syariah. EKONOSIA, Fakultas
Ekonomi UII, Yogyakarta.
Nazir, Moh. 2005. Metodologi Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta
Pratami, Wuri Arianti Novi. 2011. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital
Adequacy Ratio, Non Performing Financing dan Return On Asset Terhadap
Pembiayaan Pada Perbankan Syariah (Studi Kasus Pada Bank Muamalat
Indonesia Periode 2001-2011). Universitas Dipenegoro. Semarang.
Rivai,Vaithzal dan Andria Permata Vaithzal. 2008. Islamic
Management. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Financial

Rukiah. 2010. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Non Performing

Financing Terhadap Penyaluran Dana Perbankan Syariah di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Santoso, Singgih. 2001. Mengolah Data Statistik Secara Profesional. PT.Alex
Media Komputindo, Jakarta.
Siamat, Dahlan. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan. Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Singarimbun, Masri dan Sopian Effendi. 1985. Metode Penelitian Survei, LP3ES,
Jakarta
Surbakti, Muhammad Syarif, 2005. Analisis Faktor-faktor Penyebab Non
Performing Financing, Studi Kasus Pada Bank Syariah ”X” di Jakarta.
Vol. 1. No.1, Jurnal Eksis. Jakarta.
Warjiyo, Perry. 2004. “Stabilitas Sistem Perbankan dan Kebijakan Moneter”,
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Maret 2004.