ANALISIS DAMPAK EKONOMI SOSIAL BUDAYA
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh
Vol.IV No.7 • Maret 2013
ISSN :
2086-6011
ANALISIS DAMPAK EKONOMI, SOSIAL BUDAYA DAN
KESEHATAN MASYARAKAT AKIBAT PENAMBANGAN
EMAS DI KECAMATAN SAWANG ACEH SELATAN
1) Dosen
Zulkifli 1*)
Fakultas Ekonomi universitas Syiah Kuala Jurusan Ekonomi Pembangunan
*) [email protected]
ABSTRAK
Penambangan emas di Gampong Panton Luas kecamatan Sawang Aceh Selatan dimulai dengan
ditemukannya Bukit Emas “ Gunong Meuh” di gampong tersebut pada tahun 2008 pada lahan
yang telah ditinggallkan oleh perusahaan penambangan PT. Pinang Sejati yang tidak berhasil
memperoleh Emas. Semenjak saat itu perubahan Drastis telah terjadi di di gampong tersebut dan
kawasan sekitarnya. Dampak yang ditimbulkannya juga sangat besar sehingga situasi gampong
sekarang seperti sebuah kota kecil yang tidak pernah sepi dan terus berdetak kegiatannya selama
24 jam. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah seberapa besar dampak ekonomi,
sosial budaya dan kesehatan masyarakat akibat adanya kegiatan penambangan emas. Tujuannya
adalah menganalisis dampak yang ditimbulkannya. Penelitian ini menggunakan data primer
yang dikumpulkan langsung pada lokasi objek penelitian yaitu Gampong Panton Luas dan
gampong di sekitarnya. Metode sampel yang digunakan adalah metode Purposif Sample , yaitu
sampel merupakan perwakilan tertentu yang dianggap bisa mewakili pendapat dari populasi.
Indikator yang dikaji adalah indikator-indikator dari faktor ekonomi, soial budaya dan kesehatan
masyarakat. Hasil dari penelitian ini bahwa penambangan emas telah menyebabkan peralihan
pekerjaan masyarakat menjadi penambang emas, peningkatan pendapatan, dan efek pengganda
ekonomi terhadap kegiatan lainnya. Dampak sosial yang ditimbulkan adalah terjadi imigrasi
penduduk yang sangat banyak ke gampong tersebut namun potensi konflik hampir tidak ada
karena besarnya pengaruh aparat gampong dalam mengatur kegiatan penambangan disana.
Sedangkan di bidang kesehatan telah terjadi peningkatan kesadaran masyarakat akan sanitasi
yang baik akibat adanya berbagai himbauan terhadap akan adanya pencemaran lingkungan
disekitar lokasi dan area sekitar penambangan dan pengolahan tambang emas.
Kata Kunci : Tambang Emas, dampak ekonomi, dampak sosial budaya, dampak kesehatan
1. Pendahuluan
Kata Kunci : Bonus Demografi
Aceh Selatan adalah sebuah kabupaten
dikawasan Barat Selatan propinsi Aceh,
Kabupaten ini sudah berdiri sejak tahun 1945
dengan ibukota Tapaktuan dengan jarak 430
Km dari Banda Aceh. Luas wilayah Kabupaten
adalah 4.005,10 Km2 adalah dengan 16
Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas
8
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh
Vol.IV No.7 • Maret 2013
kecamatan, 43 kemukiman dan 248 buah
Gampong/desa. Sebagai daerah yang jauh
dari ibukota propinsi seperti didaerah lainnya
maka pembangunan di kabupaten ini juga
masih tertinggal dibanding dengan kabupaten
wilayah utara timur propinsi Aceh yang lebih
dulu terlepas dari isolasi jalan dan prasarana
publik lainnya pada masa lalu.
Aceh Selatan menjadi terkenal karena
salah seorang ulama besar Abuya Tgk Syekh
Mudawaly berasal dari daerah ini. Sampai
sekarang beberapa kecamatan yang kita
masuki memasang papan selamat datang
dengan menyebut daerahnya sebagai daerah
pendalaman dan pengkajian ilmu Tasawuf
Islam. Suasana islami tercermin dari berbagai
budaya dan kegiatan sehari-hari yang berlaku
di Aceh Selatan yang masih sangat terpengaruh oleh kharismatik Abuya Mudawaly
dan penerusnya di pasantren Labuhan Haji.
Dari sudut tinjauan ekonomi, kabupaten
Aceh Selatan sangat terkenal dengan hasil
produksi pala disamping produk pertanian
dan perkebunan lainnya, sehingga sering
dindentikkan dengan “kabupaten Pala”.
Harga komoditi ini yang cukup tinggi dan
iklim alamnya yang cukup mendukung
membuat
masyarakat
kabupaten
ini
menjadikan pala sebagai jenis tanaman
perkebunan yang sangat diminati saat itu.
Berdasarkan data ststistik yang dirilis
Badan Statisik Aceh Selatan tahun 2011,
sumbangan sektor pertanian pada tahun 2010
masih menduduki urutan pertama sebesar
41,48 persen dari total PDRB Aceh Selatan
(Rp 1.031.269.160.000 adalah sumbangan
sektor pertanian dibanding total PDRB
sebesar
2.486.224.880.000),
kemudian
disusul oleh sektor konstruksi, sektor jasajasa dan sektor perdagangan, hotel dan
restoran; baru kemudian menyusul sektorsektor lainnya termasuk sektor pertambangan dengan nilai Rp.31.362.120.000 .
Masa kejayaan pala kelihatan akan
segera berakhir dengan adanya penyakit
massal yang menyerang hampir seluruh
perkebunan pala di Aceh Selatan, diperkirakan pendapatan daerah dari sektor pertanian
juga akan mengalami penurunan yang
signifikan akibat kejadian tersebut, dampak
berikutnya adalah hilangnya mata pencaharian dan pendapatan sebagian masyarakat
yang mengandalkan komoditi ini.
Berita baiknya adalah ditemukannya
sumber tambang emas di Aceh Selatan pada
ISSN :
2086-6011
permulaan tahun 2008. Daerah potensial
tambang emas antara lain adalah menggamat
dan Gampong Panton Luas di kecamatan
Sawang Aceh selatan. Kegiatan pencarian
dan penambangan emas telah membawa
perubahan besar di daerah ini, meskipun
dikelola oleh masyarakat secara tradisional,
tambang emas dikabupaten ini telah banyak
memberikan peningkatan ekonomi dan
mendorong munculnya berbagai kegiatan
ekonomi lain akibat multiplier efek dari
penambangan tersebut, meskipun kegiatan
ini juga menimbulkan dampak lain berupa
dampak sosial , budaya, dan lingkungan di
sekitarnya.
2. Lokasi penambangan Emas Panton Luas
Gampong Panton Luas awalnya hanyalah
sebuah desa yang sangat menderita akibat
konflik yang melanda Aceh. Hampir semua
bangunan rumah musnah terbakar akibat
konflik tersebut, masyarakatnya sebahagian
besar mengungsi kedaerah lain atau ke
ibukota kecamatan yang lebih aman. Sawah,
ladang, hewan peliharaan dan berbagai
kegiatan
ditinggalkan
tanpa
terurus,
akibatnya hampir tidak ada kegiatan ekonomi
yang menggembirakan berlaku didaerah ini.
Pasca Tsunami Aceh dan perjanjian
perdamaian MoU Helsinki, masyarakat
kembali ke gampong ini dengan potensi
ekonomi
tersisa
seadanya,
beruntung
pembangunan rumah korban konflik oleh
BRR telah sedikit meringankan penderitaan
masyarakat yang kehilangan rumah dan
tempat tinggalnya di gampong tersebut.
Perubahan besar-besaran terjadi saat
ditemukannya kandungan emas dalam
bebatuan yang digali di sebuah bukit di
gampong tersebut, berhubung adanya
penemuan material tambang tersebut maka
bukit itu sekarang terkenal dengan sebutan
“Gunong Meuh” atau gunung emas dalam
bahasa Indonesia. Menurut Guchik Panton
Luas dan berbagai sumber yang berkompeten
di gampong tersebut, awalnya lahan tempat
penemuan emas tersebut adalah tempat
yang telah ditinggalkan oleh perusahaan
penambangan PT. Pinang Sejati karena tidak
ditemukannya cadangan emas oleh mereka.
Setelah ditinggalkan oleh perusahaan,
beberapa warga gampong Panton Luas yang
punya pengalaman penggalian emas di
Gunong Ujeun Aceh Jaya melakukan pengga-
Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas
9
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh
Vol.IV No.7 • Maret 2013
lian secara tradisional di tempat tersebut.
Penemuan kandungan emas pertama sekali
diperoleh pada kedalaman hanya 2 meter
dalam tanah, sejak itu maka semakin banyak
masyarakat yang mengadu nasib mencari
emas di lokasi “gunong meuh” tadi.
Semakin lama semakin banyak orang
yang ingin mencoba peruntungan mencari
emas di Gunong Meuh. Dulunya penduduk
desa ini yang mengandalkan pertanian/
perkebunan sebagai mata pencahaiannya kini
beralih menjadi pengelola, buruh penggali
lobang, mandor, lansir, pemecah material
batu emas, buruh gelondongan, dan berbagai
kegiatan lain yang muncul akibat adanya
penambangan batu mulia di gampong itu.
Pencari emas tidak hanya berasal dari
gampong Panton Luas
atau kecamatan
Sawang saja, tetapi banyak sekali yang
datang dari daerah lain dipropinsi Aceh dan
juga dari Propinsi –propinsi lain di Indonesia
seperti Sumatera Utara, dan bahkan banyak
buruh penggali lubang datang dari Bogor
Jawa Barat. Masyararakat Gampong Panton
Luas agaaknya sangat terbuka terhadap
perubahan dan keanekaragaman, pendatang
dari luar gampong hanya perlu melapor
kepada perangkat Gampong dan selanjutnya
mereka
boleh
langsung
melakukan
penggalian di lokasi penambangan.
Derasnya arus keluar-masuk/ mobilitas
penduduk serta aktivitas pertambangan
menyebabkan aktivitas perdagangan barang
dan jasa lain tumbuh dengan subur di
gampong tersebut. Ketika kita memasuki
kawasan ini maka kita akan menjumpai
bengkel-bengkel
sepeda motor, bengkelbengkel las untuk pembuatan gelondongan,
warung-warung makan, kedai kopi, kedai
dan warung yang menyediakan kebutuhan
tambang dtambah lagi dengan jejeran
gelondongan pemecah batu yang memenuhi
sepanjang jalan gampong.
Perubahan tersebut telah merubah
Panton Luas dari sebuah gampong menjadi
seperti sebuah kota kecil yang lebih ramai
dan lebih sibuk dari ibukota kecamatan
didaerah ini. setiap hari akan dijumpai
ratusan sepeda motor petambang dan
pelansir material lalu lalang di jalan
gampong, bunyi mesin gelondongan material
emas seakan tidak pernah berhenti baik siang
maupun malam, mobil mobil mewah juga
memasuki gampong yang dimiliki oleh toketoke penambang dan penampung emas.
ISSN :
2086-6011
Meskipun bergerak dalam kegiatan
penambangan yang bersifat instan dan
spekulatif,
harga-harga
barang-barang
dan jasa-jasa di gampong ini tidak terlalu
tinggi atau berbeda dengan tempat lain
yang tidak ada tambang, ini terjadi karena
lokasi gampong dengan ibukota kecamatan
tidak
jauh, lokasi penambangan juga
tidak jauh dari gampong sehingga biayabiaya transportasi tidak bertambah dan
persaingan sesama penjual menyebabkan
mereka tidak bisa semena-mena menentukan
harga. Satu hal lagi yang menarik bahwa
ada larangan dari perangkat gampong untuk
tidak berjualan dilokasi penambangan
tetapi hanya boleh diperkampungan agar
kegiatan ekonomi lebih merata diperoleh dan
dirasakan oleh seluruh masyarakat dan tidak
menyebabkan kenaikan harga yang tinggi di
lokasi penambangan.
Penambangan
emas
di
gampong
Panton Luas telah mengubah gampong
ini dan sekitarnya menjadi lebih ramai
dari sebelumnya, berbagai manfaat yang
nyata telah dinikmati oleh masyarakat.
Berdasarkan wawancara dengan perangkat
gampong dan perangkat kepemudaan, semua
masyarakat di gampong tersebut sekarang
bekerja
dan
memperoleh
penghasilan
dari tambang emas. Tidak hanya orang
dewasa saja, anak-anak sekolah pada hari
libur dibolehkan juga ikut menambang
dan bekerja pada kegiatan penambangan,
pada hari sekolah maka gampong melarang
anak-anak sekolah bekerja. Pengaturan ini
dilakukan untuk memberikan kesempatan
bagi mereka memperoleh rahmat dari adanya
penemuan emas ini namun tetap menjaga
dan memberikan kesempatan kepada mereka
untuk menikmati pendidikan.
3.Hasil Kajian Dampak Ekonomi,
Sosial, Budaya dan Kesehatan
a. Dampak Ekonomi.
Kajian data primer
purposif sampel
yang dilakukan dengan mengambil 15
sampel penduduk Panton Luas, 6 sampel
dari desa lainnya dalam kecamatan Sawang,
4 sampel dari kecamatan lainnya dalam
kabupaten Aceh Selatan, 6 sampel dari
kabupaten lainnya dalam propinsi Aceh
serta 5 orang sampel dari propinsi diluar
Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas
10
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh
Vol.IV No.7 • Maret 2013
Aceh menunjukkan bahwa 74,9% responden
mempunyai jumlah tanggungan keluarga
4 orang keatas, sedangkan sisanya 25,1%
mempunyai beban tanggng jawab 3 orang
kebawah. Temuan ini menunjukkan bahwa
tambang ini memberikan kontribusi yang
besar bagi masyarakat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan hidup khususnya
dalam bidang ekonomi.
Penemuan emas telah pula menyebabkan
adanya peralihan pekerjaan hampir seluruh
masyarakat gampong Panton Makmur dan
sebahagian masyarakat gampong lainnya
disekitar tambang emas tersebut.
Data
kajian menunjukkan bahwa banyak sekali
petambang awalnya memiliki pekerjaan
sebagai
petani/pekebun/peternak
yaitu
63,9%, kemudian buruh/tukang/karyawan
Swasta sebesar 19,4%, dan sisanya untuk
berbagai pekerjaan yang lain. Banyaknya
peralihan pekerjaan dari petani dan
pekebun berdampak pada lahan yang
menganggur karena ditinggalkan untuk
bekerja ditambang. Hasil produksi pertanian
yang umumnya membutuhkan masa tunggu
yang lama menyebabkan masyarakat lebih
memilih ketambang yang lebih instan dan
dianggap lebih menguntungkan dengan nilai
yang lebih menggiurkan.
Untuk pekerjaan sambilan sebelum
ada tambang mayoritas responden (41,7%)
memilih untuk tidak menjawab yang berarti
tidak punya pekerjaan sampingan, 22%
menjawab kelompok pekerjaan yang sama
yaitu petani,pekebun atau peternak : bukti
ini mempertegas pula bahwa selain telah
membuka lapangan pekerjaan yang baru,
keberadaannya juga telah mengurangi
masyarakat yang bekerja disektor pertanian
yang pada akhirnya nanti akan menyebabkan
produsi sektor pertanian terutama tanaman
pangan dan perkebunan akan menurun.
Setelah bekerja ditambang emas, hasil
kajian menunjukkan bahwa masing-masing
responden lebih terpaku pada pekerjaannya
baik itu sebagai pemilik/pengelola tambang,
buruh atau penyedia barang/jasa terkait
langsung dengan tambang, atau penyedia
barang/jasa lainnya. Kenyataan ini dipertegas pula dengan hasil quesioner yang
menunjukkan bahwa 66,7% responden tidak
mengisi pilihan untuk pekerjaan sambilan
disamping pekerjaan utamanya ditambang.
Alasan ekonomi, lebih menguntungkan
dan pendidikan keluarga berurutan (55,6%,
ISSN :
2086-6011
16,7% dan 13,9%, )
menjadi pemicu
utama mereka bekerja di tambang emas,
selanjutnya 5,6% menjawab tidak punya
pekerjaan lain serta alasan lainnya sebesar
8,3%. Harapan yang sangat besar digantungkan pada penambangan emas,
mereka umumnya berharap penambangan
emas ini akan membawa perubahan ekonomi
yag besar pada pendapatan mereka saat ini
dan keadaan kehidupan pada masa yang akan
datang.
Sebahagian besar responden telah
menikmati perbaikan ekonomi dan kesejahteraan yang sangat mencolok dibanding
sebelumnya, dengan bekeja ditambang
38,9% responden telah menikmati tambahan
pendapatan setengah hingga satu kali
lipat dari pendapatan sebelumnya, 13,9%
menikmati tambahan pendapatan lebih
dari satu kali lipat hingga dua setengah
kali lipat, 19,4% responden menikmati
tamabahan pendapatan dua setengah kali
lipat hingga lima kali lipat, demikian pula
yang menikmati tambahan pendapatan
hingga lebih dari lima kali lipat juga 19,4%,
sedangkan yang menjawab tidak ada
tamabahan pendapatan, bertambah kurang
dari seperempat pendapatan awal dan
sampai setengah dari pendapatan awal hanya
dijawab oleh masing-masing 2,8% responden
atau masing-masing satu orang sampel.
Tingginya
tingkat
penambahan
pendapat-an kurang berpengaruh besar
pada tingkat tabungan yang bisa dilakukan
oleh masyarakat sampel penambang, sesuai
dengan kebiasaan dikawasan yang baru
berkembang maka tambahan pendapatan
pada awalnya lebih cenderung digunakan
untuk kegiatan yang sifatnya konsumtif
seperti membangun rumah yang baru atau
merenovasinya, membeli kenderaan bermotor baru, menambah konsumsi alat-alat
elektronik dan komunikasi yang lebih mahal
dan lainnya. Maka tidak mengherankan
rumah-rumah di gampong Panton Makmur
dan sekitarnya lebih besar dan lebih mewah
dengan peralatan yang lengkap, dibanding
sebelumnya yang hanya merupakan kawasan
hitam konflik Aceh yang umumnya menghuni
rumah bantuan BRR yang relatif kecil dan
sederhana ukurannya.
Masyarakat
petambang
khususnya
sangat sensitif bila mendengar adanya
rencana penutupan areal penambangan,
agaknya mereka telah terbiasa dan lebih
Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas
11
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh
Vol.IV No.7 • Maret 2013
enak bekerja ditambang dengan pendapatan
dan kemungkinan pendapatan saat ini,
makanya
ketika
dikonfirmasi
tentang
alternatif pekerjaan kalau tambang ditutup
atau tidak manghasilakn emas lagi, 30,6%
menjawab “tidak Jelas” pekerjaan apa
yang akan dilakukan, berikutnya 27,8%
tidak menjawab yang berarti juga tidak
mempunyai gambaran terhadap masa depan
pekerjaannya, sedangkan 22,2% responden
akan mencoba peruntungannya pada usaha
dagang/ wiraswasta, 16,7% akan kembali
ke pekerjaan asalnya yaitu pada sektor
pertanian,kehutanan,dan perikanan serta
2,8% responden memilih jenis usaha lain.
Jika dilihat dari tanggapan responden
terhadap ketersediaan bahan baku produksi,
41,75% responden mengatakan lancar dan
tidak ada masalah dengan hal itu, 44,4%
mengatakan tersedia meskipun tidak begitu
lancar, sedangkan 5% mengatakan tidak
lancar. Responden yang menjawab tidak
lancar ketika dikonfirmasi mengatakan
bahwa lobang yang digali atau dikelola saat
ini belum menghasilakn material tambang
yang mengadung emas.
Terakhir, jika ditinjau dari aspek
pemasaran maka mayoritas responden
(58,3%) menjawab lancar dan cepat terutama
bagi sipengelola dan buruh tambang yang
tambangnya sedang menghasilkan kandungan
emas. Emas yang sudah dipisahkan langsung
bisa dijual di gampong tersebut dengan
harga yang sangat bersaing karena banyaknya
penampung yang akan membeli emas
ditempat itu. Mereka bisa membawanya ke
Tapaktuan atau labuhan haji, tetapi untuk
emas dalam jumlah sedikit hampir tidak ada
beda harga jualnya di banding dengan harga
di gampong.
33,3%
dari
responden
menjawab
akses pemasaran agak tersendat dan 8,3%
menjawab tidak lancar, setelah dikonfirmasi
maka terlihat bahwa responden yang
menjawab demikian adalah responden
yang lobangnya hanya sedikit menghasilkan
kandungan
emas,
beberapa
tukang
lansir material yang tidak selalu lancar
memperoleh material angkutan dan buruh
gelondongan yang lobang pengelolanya
belum atau hanya sedikit menghasilkan
kandungan emas.
Dari berbagai indikator ekonomi di
atas, maka sekarang kita dapat melihat
masyarakat gampong Panton Makmur dan
ISSN :
2086-6011
gampong disekitarnya telah berubah secara
drastis.
Sebahagian
besar
masyarakat
dengan mata pencaharian utama pertanian,
perkebunan atau peternakan telah berubah
menjadi masyarakat petambang , efek luar
biasa juga melebar ke berbagai kegiatan
ekonomi lainnya, banyak sekali pekerjaan
dan sumber pendapatan yang lain muncul
akibat langsung maupun tidak langsung
dari kegiatan pertambangan emas, maka
tidaklah berlebihan bila kita sekarang
menyebut kawasan sekitar penambangan
emas sawang menjadi sangat lebih baik
perekonomiannya. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu
(2010) terhadap dampak ekonomi tambang
emas di kecamatan Batang Toru Tapanuli
Selatan dan oleh Refles (2012) terhadap
dampak penambangan emas di Kabupaten
Sijunjung.
b. Dampak Sosial Budaya
Ada gula ada semut, demikian pula
dengan adanya temuan tambang emas
di Panton Luas telah mendorong orang
pergi kesana untuk mengadu nasib dan
keberuntungan. Suasana sangat terbuka dan
bersahabat dikawasan tambang dan kawasan
Gampong yang dtunjukkan oleh masyarakat
Sawang dan gampong Panton Makmur adalah
alasan utama sehingga orang lebih memeilih
kesana.
Semua responden(100%) yang terlibat
dalam penelitian mennganggap bahwa
hubungan antara kelompok masyarakat
disana harmonis dan baik, hubungan ini
meliputi hubunganantar kelompok suku,
kelompok
pekerja tambang, kelompok
pendatang, dan sebagainya. Hubungan
antara kelompok masyarakat dengan tokoh
masyarakat dan hubungan sesama tokoh
masyarakat juga dinilai 100% baik oleh
responden.
Meskipun lokasi tambang terletak di
gampong Panton Luas, aparat gampong dan
tokoh masyarakat tidak terlibat langsung
lagi dalam pengelolaan tambang emas sejak
kejadian musibah yang merenggut 6 orang
petambang yang sedang beristirahat diatas
lobang galiannya. Tokoh dan aparat gampong
hanya mengatur syarat-syarat yang harus
dipatuhi bila datang dan tinggal sementara
untuk menggali emas di gampong tersebut.
Tidak ada pungutan yang harus dibayar
oleh sipetambang kecuali untuk perbaikan
Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas
12
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh
Vol.IV No.7 • Maret 2013
jalan tambang, pungutan ini sama bagi
penduduk desa atau pendatang yang
mengunakan jalan ketambang yang harus
secara teratur dirawat agar akses ketambang
selalu terjaga. Pungutan lainnya adalah
berupa sumbangan untuk kegiatan yang akan
dilakukan oleh gampong dan membutuhkan
dana besar seperti pemotongan sapi megang
bagi anak yatim di kecamatan Sawang,
ataupun kegiatan sosial lainnya dan ini
dibuat dan diatur sepenuhnya dengan
musyawarah di gampong.
Berkaitan dengan petanyaaan tetang
adanya konflik di gampong dalam masa
penemuan emas ini, 72,2% responden
menjawab tidak ada, sedangkan 27,8%
menjawab ada, dan dalam penjabarannya
konflik yang dimaksud adalah konflik
bersifat kecil yang sering terjadi di
pertambangan atau mata pencaharian lain
seperti klaim wilayah tambang, penentuan
jarak antar
lobang galian, persaingan
perebutan langganan lansir material,dan
persoalan sederhana lainnya.
Sampai saat ini aparat gampong dan
tokoh masyarakt masih dipercaya masyarakat
sebagai penengah dan pemecahan konflik
yang ada, buktinya 52,8% responden
menjawab konflik tersebut diselesaikan
oleh musyawarah gampong dan hukum
adat yang berlaku disitu. Prosentase yang
tidak menjawab cara penyelesaian konflik
juga tinggi yaitu 47,2%, namun setelah
dikonfirmasi mereka menjelaskan biasanya
konflik itu akan selesai sendiri antara
sesama mereka berdasarkan atas kesepatan
yang telah dibuat oleh perangkat desa dan
kebiasaan yang berlaku ditambang, seperti
harus berhenti menggali atau mengalihkan
lobang bagi siapa saja yang bertemu dengan
lobang tambang orang lain yang lebih awal.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
Raden et all (2010) dimana pertambangan
Batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara
menimbulkan efek positif dan juga efek
negatif terhadap sosial budaya masyarakat
daerah tersebut.
c. Dampak Kesehatan
Kawasan desa panton Luas yang dulunya
merupakan gampong pegunungan dengan
berbagai keasrian lingkungannya kini menjadi
sebuah gampong yang gampong yang sudah
layak kita sebut gampong Industri. Menurut
Geuchik, jumlah orang yang tinggal didesa
ISSN :
2086-6011
tersebut meningkat tajam sampai dengan
6.000 jiwa dengan berbagai kegiatan
pertambangan atau kegiaan pendukung
tambang lainnya. Dengan adanya tambahan
penduduk yang sangat besar tersebut akan
berdampak buruk pada penyediaan sarana
kesehatan dan sanitasi masyarakat.
Sebelum adanya penambangan emas,
mayoritas penduduk gampong mengunakan
sungai alur sebagai sumber air minum, mandi
cuci, dan kakus, namun setelah hampir
semua lokasi gampong dipenuhi dengan
penduduk, maka kebiasaan tersebut berubah
dengan semakin banyak masyarakat yang
mengunakan sumur bor atau sumur gali untuk
air minim dan sanitasi. Penghasilan dari
tamabang emas membuat mereka juga tidak
sulit untuk memiliki sumur bor/gali sndiri
dan juga untuk membuat WC pribadi dirumah
mereka.
Berdasakan hasil kajian, 88% responden
sudah mengkonsumsi air sumur bor/sumur
gali untuk air minum, dan 66,6% responden
menggunakan air sumur bor/ sumur gali
untuk mencuci dan mandi, sedangkan untuk
buang hajat besar baru 36, 1% responden
yang berhajat besar di WC pribadi, 13,9% di
WC umum , 38,9% berhajat di sungai atau
alur dan 11,1% di kolam/tambak atau semaksemak.
Terkait dengan pengelolaan sampah
rumah tangga, 50% responden sudah memiliki
tempat sampah dirumah, 22% membuat
lubang galian, 13,9% membuangnya di
tempat pembuangan sampah desa, 5,6%
membuang di sembarang tempat dan 2,8%
ditempat
lainnya.
Tekanan
penduduk
baru yang berdatangan juga menyebabkan
tekanan terhadap fasilitas drainase yang ada
di gampong, tekanan ini membuat 38,9 %
menganggap darinase di gampong tersebut
menganggap darainase sudah tidak berfungsi
dengan baik dan memerlukan perbaikan.
Gambaran tentang konsumsi air dan
pola santasi menunjukkan kearah perbaikan
yang lebih baik. namun alasan semakin
banyak masyarakat untuk menggali sumur
bor/ sumur gali dan WC pribadi adalah lebih
banyak karena kekhawatiran akan pencemaran air sungai/alur yang dulunya banyak
digunakan untuk kegiatan pertambangan
termasuk membuang limbah gelondongan
emas. Akhir-akhir ini kekhawatiran terhadap
kwalitas air sungai semakin pudar saat di
temukan kandungan emas dalam limbah yang
Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas
13
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh
Vol.IV No.7 • Maret 2013
dulunya dibuang, limbah dari gelondongan
sekarang malah di jaga sebaik-baiknya agar
tidak bocor karena endapannya laku dijual
dengan harga yang mahal.
Dampak lain yang terjadi adalah
tingkat kebisingan dan polusi udara yang
meningkat drastis, suara mesin gelondongan,
deru sepeda motor para pelansir tambang
umumnya berkenalpot blong adalah rutinitas
seharian di gampong tersebut. Namun
sebahagian masyarakat sudah bisa menerima
keadaan ini akibat efek positif kehidupan
yang mereka nikmati dengan adanya
pertambangan dirasakan telah membuat
mereka menjadi lebih sejahtera.
Terkait dengan penyakit yang paling
sering di derita oleh responden dan anggota
keluarganya, 58,3% mereka sering menderita
penyakit Flu/demam, menyusul 19,4% sering
menderita Malaria Yang diduga banyak
disebabkan
oleh
sumber
pengembang
biakan Nyamuk di genangan air di kolam
limbah yang tidak digunakan lagi. Penyakit
batuk yang sering diderita dijawab oleh 8,3
responden, 5,6% sering menderita penyakit
pernafasan/ISPA, 2,8% sering menderita
gatal-gatal dan selebihnya responden (5,6%)
sering menderita penyakit- penyakit lainnya.
Untuk tempat pelayanan kesehatan,
puskesmas adalah tempat yang paling banyak
dipilih oleh responden yaitu 58,3%, kemudian
klinik kesehatan 19,4%, rumah sakit umum
dan mantri kesehatan masing-masing 8,3%,
sedangkan yang memilih tabib atau dukun
hanya satu orang atau 2,8%. Pemilihan
puskesmas sebagai tempat berobat utama
didasarkan pada penyakit yang umumnya
diderita oleh mereka tidak terlalu parah dan
bisa ditangani ditingkat puskesmas di tambah
pelayanan kesehatan di puskesmas umumnya
gratis dengan program JKA (Jaminan
Kesehatan Aceh).
Ditinjau dari dampak kesehatan secara
umum, fasilitas pribadi dan umum berkaitan
dengan kesehatan, maka terjadi peningkatan
kesadaran untuk kesehatan yang lebih baik
oleh masyarakat setelah adanya kegiatan
penambangan dan pengolahan tambang
didaerah mereka, masyarakat menjadi lebih
berhati-hati dalam menggunakan air dan
terjadi peningkatan pemilihan cara berobat
tradisional ke cara yang lebih modern.
Persepsi
d.
Masyarakat
Keberadaan Tambang Emas
Terhadap
ISSN :
2086-6011
Aspek lain yang ikut dikaji adalah
perpektif makro masyarakat terhadap
keberlangsungan
pertambangan
emas,
perasaan yang sudah dirasakan serta akibat
baik buruk yang akan dirasakan pada masa
yang akan datang. Semua responden (100%)
yang terlibat dalam kajian ini menjawab
setuju dengan keberadaan dan keberlangsungan pertambangan emas, argumen untuk
mendukung jawaban setuju adalah penambangan tersebut telah mampu meningkatkan
perekonomian terutama perluasan lapangan
kerja dan peningkatan pendapatan ditambah
peningkatan kesehatan yang lebih mampu
mereka dapatkan akibat adanya tambahan
pendapatan yang besar dari penambangan
emas didaerah tersebut. Selain hal-hal
tersebut diatas kemampuan responden
mempersiapkan biaya pendiddikan bagi anakanak mereka menjadi lebih mudah sehingga
diharapkan akan berpengaruh pada pendidikan generasi penerus di kawasan tersebut.
Pengalaman dan pengetahuan mereka
tentang
dampak
penambangan
emas
sebelumnya ditempat lain juga menggambarkan bahwa dampak positif yang
dihasilkan lebih besar. Terhadap dampak
negatifnya sebahagian besar responden
menjawab adalah kebisingan, polusi udara
dan air bila kegiatan penambangan tidak
diatur. Oleh karena itu mayoritas responden
menginginkan campur tangan pemerintah
untuk mengatur pola penambangan rakyat
agar kemungkinan dampak negatif dari
penambangan
bisa
ditanggulangi
dan
dikurangi.
Beberapa tokoh masyarakat dan perangkat gampong menginginkan pemerintah
menyetujui pembentukan sebuah kelompok
koperasi usaha pertambangan yang dilegalkan oleh pemerintah untuk pengaturan
dan pengorganisasian para petambang,
namun masih terkendala beberapa peraturan
yang belum mengatur tentang hal itu. namun
sangat menolak bila pemerintah memberikan
lahan tersebut untuk dikelola oleh perusahaan tertentu karena akan menghilangkan
kesempatan dan keuntungan langsung bagi
penduduk dan kawasan tersebut.
4.
Penutup
Penambangan emas di Sawang Aceh
Selatan dari faktor ekonomi, soial budaya
dan kesehatan masyarakat sangat tampak
Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas
14
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh
Vol.IV No.7 • Maret 2013
dampaknya.
Khusunya dalam factor
pengembangan ekonomi daerah dan ekonomi
rakyat. Dari penelitian yang dilakukan,
penambangan emas telah menyebabkan
peralihan pekerjaan masyarakat menjadi
penambang emas, peningkatan pendapatan,
dan efek pengganda ekonomi terhadap
kegiatan lainnya. Dampak sosial yang
ditimbulkan adalah terjadi imigrasi penduduk
yang sangat banyak ke gampong tersebut
namun potensi konflik hampir tidak ada
karena besarnya pengaruh aparat gampong
dalam mengatur kegiatan penambangan
disana.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh
Selatan. (2012). Aceh Selatan Dalam
Angka 2011. BPS Aceh Selatan.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh
Selatan. (2012). Sawang Dalam Angka
2011, BPS Aceh Selatan.
Pasaribu, Arman. (2010). Analisis Dampak
Pertambangan Emas Terhadap Sosial
Ekonomi Masyarakat di Kecamatan
ISSN :
2086-6011
Batang Toru Kabupaten Tapanuli
Selatan,
Sekolah
Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
Raden, Ince et all. (2010). Kajian Dampak
penambangan
Batubara
terhadap
pengembangan sosial ekonomi dan
Lingkungan
di
Kabupaten
Kutai
Kartanegara. Laporan Penelitian.
Refles. (2012). Kegiatan pertambangan Emas
Rakyat dan Implikasinya terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di
Kanagarian Mundam Sakti kecamatan
IV Nagari, kabupaten Sijunjung, Artikel
Penelitian,
Program
Pascasarjana
Universitas Andalas.
Sevilla. G.Consuelo et all. (1993). Pengantar
Metode Penelitian, UI-PRESS, Jakarta.
Riwayat Penulis:
Zulkifli, SE., M.Si
Dosen pada jurusan Ekonomi Pembangunan
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas
15
Vol.IV No.7 • Maret 2013
ISSN :
2086-6011
ANALISIS DAMPAK EKONOMI, SOSIAL BUDAYA DAN
KESEHATAN MASYARAKAT AKIBAT PENAMBANGAN
EMAS DI KECAMATAN SAWANG ACEH SELATAN
1) Dosen
Zulkifli 1*)
Fakultas Ekonomi universitas Syiah Kuala Jurusan Ekonomi Pembangunan
*) [email protected]
ABSTRAK
Penambangan emas di Gampong Panton Luas kecamatan Sawang Aceh Selatan dimulai dengan
ditemukannya Bukit Emas “ Gunong Meuh” di gampong tersebut pada tahun 2008 pada lahan
yang telah ditinggallkan oleh perusahaan penambangan PT. Pinang Sejati yang tidak berhasil
memperoleh Emas. Semenjak saat itu perubahan Drastis telah terjadi di di gampong tersebut dan
kawasan sekitarnya. Dampak yang ditimbulkannya juga sangat besar sehingga situasi gampong
sekarang seperti sebuah kota kecil yang tidak pernah sepi dan terus berdetak kegiatannya selama
24 jam. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah seberapa besar dampak ekonomi,
sosial budaya dan kesehatan masyarakat akibat adanya kegiatan penambangan emas. Tujuannya
adalah menganalisis dampak yang ditimbulkannya. Penelitian ini menggunakan data primer
yang dikumpulkan langsung pada lokasi objek penelitian yaitu Gampong Panton Luas dan
gampong di sekitarnya. Metode sampel yang digunakan adalah metode Purposif Sample , yaitu
sampel merupakan perwakilan tertentu yang dianggap bisa mewakili pendapat dari populasi.
Indikator yang dikaji adalah indikator-indikator dari faktor ekonomi, soial budaya dan kesehatan
masyarakat. Hasil dari penelitian ini bahwa penambangan emas telah menyebabkan peralihan
pekerjaan masyarakat menjadi penambang emas, peningkatan pendapatan, dan efek pengganda
ekonomi terhadap kegiatan lainnya. Dampak sosial yang ditimbulkan adalah terjadi imigrasi
penduduk yang sangat banyak ke gampong tersebut namun potensi konflik hampir tidak ada
karena besarnya pengaruh aparat gampong dalam mengatur kegiatan penambangan disana.
Sedangkan di bidang kesehatan telah terjadi peningkatan kesadaran masyarakat akan sanitasi
yang baik akibat adanya berbagai himbauan terhadap akan adanya pencemaran lingkungan
disekitar lokasi dan area sekitar penambangan dan pengolahan tambang emas.
Kata Kunci : Tambang Emas, dampak ekonomi, dampak sosial budaya, dampak kesehatan
1. Pendahuluan
Kata Kunci : Bonus Demografi
Aceh Selatan adalah sebuah kabupaten
dikawasan Barat Selatan propinsi Aceh,
Kabupaten ini sudah berdiri sejak tahun 1945
dengan ibukota Tapaktuan dengan jarak 430
Km dari Banda Aceh. Luas wilayah Kabupaten
adalah 4.005,10 Km2 adalah dengan 16
Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas
8
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh
Vol.IV No.7 • Maret 2013
kecamatan, 43 kemukiman dan 248 buah
Gampong/desa. Sebagai daerah yang jauh
dari ibukota propinsi seperti didaerah lainnya
maka pembangunan di kabupaten ini juga
masih tertinggal dibanding dengan kabupaten
wilayah utara timur propinsi Aceh yang lebih
dulu terlepas dari isolasi jalan dan prasarana
publik lainnya pada masa lalu.
Aceh Selatan menjadi terkenal karena
salah seorang ulama besar Abuya Tgk Syekh
Mudawaly berasal dari daerah ini. Sampai
sekarang beberapa kecamatan yang kita
masuki memasang papan selamat datang
dengan menyebut daerahnya sebagai daerah
pendalaman dan pengkajian ilmu Tasawuf
Islam. Suasana islami tercermin dari berbagai
budaya dan kegiatan sehari-hari yang berlaku
di Aceh Selatan yang masih sangat terpengaruh oleh kharismatik Abuya Mudawaly
dan penerusnya di pasantren Labuhan Haji.
Dari sudut tinjauan ekonomi, kabupaten
Aceh Selatan sangat terkenal dengan hasil
produksi pala disamping produk pertanian
dan perkebunan lainnya, sehingga sering
dindentikkan dengan “kabupaten Pala”.
Harga komoditi ini yang cukup tinggi dan
iklim alamnya yang cukup mendukung
membuat
masyarakat
kabupaten
ini
menjadikan pala sebagai jenis tanaman
perkebunan yang sangat diminati saat itu.
Berdasarkan data ststistik yang dirilis
Badan Statisik Aceh Selatan tahun 2011,
sumbangan sektor pertanian pada tahun 2010
masih menduduki urutan pertama sebesar
41,48 persen dari total PDRB Aceh Selatan
(Rp 1.031.269.160.000 adalah sumbangan
sektor pertanian dibanding total PDRB
sebesar
2.486.224.880.000),
kemudian
disusul oleh sektor konstruksi, sektor jasajasa dan sektor perdagangan, hotel dan
restoran; baru kemudian menyusul sektorsektor lainnya termasuk sektor pertambangan dengan nilai Rp.31.362.120.000 .
Masa kejayaan pala kelihatan akan
segera berakhir dengan adanya penyakit
massal yang menyerang hampir seluruh
perkebunan pala di Aceh Selatan, diperkirakan pendapatan daerah dari sektor pertanian
juga akan mengalami penurunan yang
signifikan akibat kejadian tersebut, dampak
berikutnya adalah hilangnya mata pencaharian dan pendapatan sebagian masyarakat
yang mengandalkan komoditi ini.
Berita baiknya adalah ditemukannya
sumber tambang emas di Aceh Selatan pada
ISSN :
2086-6011
permulaan tahun 2008. Daerah potensial
tambang emas antara lain adalah menggamat
dan Gampong Panton Luas di kecamatan
Sawang Aceh selatan. Kegiatan pencarian
dan penambangan emas telah membawa
perubahan besar di daerah ini, meskipun
dikelola oleh masyarakat secara tradisional,
tambang emas dikabupaten ini telah banyak
memberikan peningkatan ekonomi dan
mendorong munculnya berbagai kegiatan
ekonomi lain akibat multiplier efek dari
penambangan tersebut, meskipun kegiatan
ini juga menimbulkan dampak lain berupa
dampak sosial , budaya, dan lingkungan di
sekitarnya.
2. Lokasi penambangan Emas Panton Luas
Gampong Panton Luas awalnya hanyalah
sebuah desa yang sangat menderita akibat
konflik yang melanda Aceh. Hampir semua
bangunan rumah musnah terbakar akibat
konflik tersebut, masyarakatnya sebahagian
besar mengungsi kedaerah lain atau ke
ibukota kecamatan yang lebih aman. Sawah,
ladang, hewan peliharaan dan berbagai
kegiatan
ditinggalkan
tanpa
terurus,
akibatnya hampir tidak ada kegiatan ekonomi
yang menggembirakan berlaku didaerah ini.
Pasca Tsunami Aceh dan perjanjian
perdamaian MoU Helsinki, masyarakat
kembali ke gampong ini dengan potensi
ekonomi
tersisa
seadanya,
beruntung
pembangunan rumah korban konflik oleh
BRR telah sedikit meringankan penderitaan
masyarakat yang kehilangan rumah dan
tempat tinggalnya di gampong tersebut.
Perubahan besar-besaran terjadi saat
ditemukannya kandungan emas dalam
bebatuan yang digali di sebuah bukit di
gampong tersebut, berhubung adanya
penemuan material tambang tersebut maka
bukit itu sekarang terkenal dengan sebutan
“Gunong Meuh” atau gunung emas dalam
bahasa Indonesia. Menurut Guchik Panton
Luas dan berbagai sumber yang berkompeten
di gampong tersebut, awalnya lahan tempat
penemuan emas tersebut adalah tempat
yang telah ditinggalkan oleh perusahaan
penambangan PT. Pinang Sejati karena tidak
ditemukannya cadangan emas oleh mereka.
Setelah ditinggalkan oleh perusahaan,
beberapa warga gampong Panton Luas yang
punya pengalaman penggalian emas di
Gunong Ujeun Aceh Jaya melakukan pengga-
Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas
9
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh
Vol.IV No.7 • Maret 2013
lian secara tradisional di tempat tersebut.
Penemuan kandungan emas pertama sekali
diperoleh pada kedalaman hanya 2 meter
dalam tanah, sejak itu maka semakin banyak
masyarakat yang mengadu nasib mencari
emas di lokasi “gunong meuh” tadi.
Semakin lama semakin banyak orang
yang ingin mencoba peruntungan mencari
emas di Gunong Meuh. Dulunya penduduk
desa ini yang mengandalkan pertanian/
perkebunan sebagai mata pencahaiannya kini
beralih menjadi pengelola, buruh penggali
lobang, mandor, lansir, pemecah material
batu emas, buruh gelondongan, dan berbagai
kegiatan lain yang muncul akibat adanya
penambangan batu mulia di gampong itu.
Pencari emas tidak hanya berasal dari
gampong Panton Luas
atau kecamatan
Sawang saja, tetapi banyak sekali yang
datang dari daerah lain dipropinsi Aceh dan
juga dari Propinsi –propinsi lain di Indonesia
seperti Sumatera Utara, dan bahkan banyak
buruh penggali lubang datang dari Bogor
Jawa Barat. Masyararakat Gampong Panton
Luas agaaknya sangat terbuka terhadap
perubahan dan keanekaragaman, pendatang
dari luar gampong hanya perlu melapor
kepada perangkat Gampong dan selanjutnya
mereka
boleh
langsung
melakukan
penggalian di lokasi penambangan.
Derasnya arus keluar-masuk/ mobilitas
penduduk serta aktivitas pertambangan
menyebabkan aktivitas perdagangan barang
dan jasa lain tumbuh dengan subur di
gampong tersebut. Ketika kita memasuki
kawasan ini maka kita akan menjumpai
bengkel-bengkel
sepeda motor, bengkelbengkel las untuk pembuatan gelondongan,
warung-warung makan, kedai kopi, kedai
dan warung yang menyediakan kebutuhan
tambang dtambah lagi dengan jejeran
gelondongan pemecah batu yang memenuhi
sepanjang jalan gampong.
Perubahan tersebut telah merubah
Panton Luas dari sebuah gampong menjadi
seperti sebuah kota kecil yang lebih ramai
dan lebih sibuk dari ibukota kecamatan
didaerah ini. setiap hari akan dijumpai
ratusan sepeda motor petambang dan
pelansir material lalu lalang di jalan
gampong, bunyi mesin gelondongan material
emas seakan tidak pernah berhenti baik siang
maupun malam, mobil mobil mewah juga
memasuki gampong yang dimiliki oleh toketoke penambang dan penampung emas.
ISSN :
2086-6011
Meskipun bergerak dalam kegiatan
penambangan yang bersifat instan dan
spekulatif,
harga-harga
barang-barang
dan jasa-jasa di gampong ini tidak terlalu
tinggi atau berbeda dengan tempat lain
yang tidak ada tambang, ini terjadi karena
lokasi gampong dengan ibukota kecamatan
tidak
jauh, lokasi penambangan juga
tidak jauh dari gampong sehingga biayabiaya transportasi tidak bertambah dan
persaingan sesama penjual menyebabkan
mereka tidak bisa semena-mena menentukan
harga. Satu hal lagi yang menarik bahwa
ada larangan dari perangkat gampong untuk
tidak berjualan dilokasi penambangan
tetapi hanya boleh diperkampungan agar
kegiatan ekonomi lebih merata diperoleh dan
dirasakan oleh seluruh masyarakat dan tidak
menyebabkan kenaikan harga yang tinggi di
lokasi penambangan.
Penambangan
emas
di
gampong
Panton Luas telah mengubah gampong
ini dan sekitarnya menjadi lebih ramai
dari sebelumnya, berbagai manfaat yang
nyata telah dinikmati oleh masyarakat.
Berdasarkan wawancara dengan perangkat
gampong dan perangkat kepemudaan, semua
masyarakat di gampong tersebut sekarang
bekerja
dan
memperoleh
penghasilan
dari tambang emas. Tidak hanya orang
dewasa saja, anak-anak sekolah pada hari
libur dibolehkan juga ikut menambang
dan bekerja pada kegiatan penambangan,
pada hari sekolah maka gampong melarang
anak-anak sekolah bekerja. Pengaturan ini
dilakukan untuk memberikan kesempatan
bagi mereka memperoleh rahmat dari adanya
penemuan emas ini namun tetap menjaga
dan memberikan kesempatan kepada mereka
untuk menikmati pendidikan.
3.Hasil Kajian Dampak Ekonomi,
Sosial, Budaya dan Kesehatan
a. Dampak Ekonomi.
Kajian data primer
purposif sampel
yang dilakukan dengan mengambil 15
sampel penduduk Panton Luas, 6 sampel
dari desa lainnya dalam kecamatan Sawang,
4 sampel dari kecamatan lainnya dalam
kabupaten Aceh Selatan, 6 sampel dari
kabupaten lainnya dalam propinsi Aceh
serta 5 orang sampel dari propinsi diluar
Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas
10
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh
Vol.IV No.7 • Maret 2013
Aceh menunjukkan bahwa 74,9% responden
mempunyai jumlah tanggungan keluarga
4 orang keatas, sedangkan sisanya 25,1%
mempunyai beban tanggng jawab 3 orang
kebawah. Temuan ini menunjukkan bahwa
tambang ini memberikan kontribusi yang
besar bagi masyarakat dalam rangka
pemenuhan kebutuhan hidup khususnya
dalam bidang ekonomi.
Penemuan emas telah pula menyebabkan
adanya peralihan pekerjaan hampir seluruh
masyarakat gampong Panton Makmur dan
sebahagian masyarakat gampong lainnya
disekitar tambang emas tersebut.
Data
kajian menunjukkan bahwa banyak sekali
petambang awalnya memiliki pekerjaan
sebagai
petani/pekebun/peternak
yaitu
63,9%, kemudian buruh/tukang/karyawan
Swasta sebesar 19,4%, dan sisanya untuk
berbagai pekerjaan yang lain. Banyaknya
peralihan pekerjaan dari petani dan
pekebun berdampak pada lahan yang
menganggur karena ditinggalkan untuk
bekerja ditambang. Hasil produksi pertanian
yang umumnya membutuhkan masa tunggu
yang lama menyebabkan masyarakat lebih
memilih ketambang yang lebih instan dan
dianggap lebih menguntungkan dengan nilai
yang lebih menggiurkan.
Untuk pekerjaan sambilan sebelum
ada tambang mayoritas responden (41,7%)
memilih untuk tidak menjawab yang berarti
tidak punya pekerjaan sampingan, 22%
menjawab kelompok pekerjaan yang sama
yaitu petani,pekebun atau peternak : bukti
ini mempertegas pula bahwa selain telah
membuka lapangan pekerjaan yang baru,
keberadaannya juga telah mengurangi
masyarakat yang bekerja disektor pertanian
yang pada akhirnya nanti akan menyebabkan
produsi sektor pertanian terutama tanaman
pangan dan perkebunan akan menurun.
Setelah bekerja ditambang emas, hasil
kajian menunjukkan bahwa masing-masing
responden lebih terpaku pada pekerjaannya
baik itu sebagai pemilik/pengelola tambang,
buruh atau penyedia barang/jasa terkait
langsung dengan tambang, atau penyedia
barang/jasa lainnya. Kenyataan ini dipertegas pula dengan hasil quesioner yang
menunjukkan bahwa 66,7% responden tidak
mengisi pilihan untuk pekerjaan sambilan
disamping pekerjaan utamanya ditambang.
Alasan ekonomi, lebih menguntungkan
dan pendidikan keluarga berurutan (55,6%,
ISSN :
2086-6011
16,7% dan 13,9%, )
menjadi pemicu
utama mereka bekerja di tambang emas,
selanjutnya 5,6% menjawab tidak punya
pekerjaan lain serta alasan lainnya sebesar
8,3%. Harapan yang sangat besar digantungkan pada penambangan emas,
mereka umumnya berharap penambangan
emas ini akan membawa perubahan ekonomi
yag besar pada pendapatan mereka saat ini
dan keadaan kehidupan pada masa yang akan
datang.
Sebahagian besar responden telah
menikmati perbaikan ekonomi dan kesejahteraan yang sangat mencolok dibanding
sebelumnya, dengan bekeja ditambang
38,9% responden telah menikmati tambahan
pendapatan setengah hingga satu kali
lipat dari pendapatan sebelumnya, 13,9%
menikmati tambahan pendapatan lebih
dari satu kali lipat hingga dua setengah
kali lipat, 19,4% responden menikmati
tamabahan pendapatan dua setengah kali
lipat hingga lima kali lipat, demikian pula
yang menikmati tambahan pendapatan
hingga lebih dari lima kali lipat juga 19,4%,
sedangkan yang menjawab tidak ada
tamabahan pendapatan, bertambah kurang
dari seperempat pendapatan awal dan
sampai setengah dari pendapatan awal hanya
dijawab oleh masing-masing 2,8% responden
atau masing-masing satu orang sampel.
Tingginya
tingkat
penambahan
pendapat-an kurang berpengaruh besar
pada tingkat tabungan yang bisa dilakukan
oleh masyarakat sampel penambang, sesuai
dengan kebiasaan dikawasan yang baru
berkembang maka tambahan pendapatan
pada awalnya lebih cenderung digunakan
untuk kegiatan yang sifatnya konsumtif
seperti membangun rumah yang baru atau
merenovasinya, membeli kenderaan bermotor baru, menambah konsumsi alat-alat
elektronik dan komunikasi yang lebih mahal
dan lainnya. Maka tidak mengherankan
rumah-rumah di gampong Panton Makmur
dan sekitarnya lebih besar dan lebih mewah
dengan peralatan yang lengkap, dibanding
sebelumnya yang hanya merupakan kawasan
hitam konflik Aceh yang umumnya menghuni
rumah bantuan BRR yang relatif kecil dan
sederhana ukurannya.
Masyarakat
petambang
khususnya
sangat sensitif bila mendengar adanya
rencana penutupan areal penambangan,
agaknya mereka telah terbiasa dan lebih
Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas
11
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh
Vol.IV No.7 • Maret 2013
enak bekerja ditambang dengan pendapatan
dan kemungkinan pendapatan saat ini,
makanya
ketika
dikonfirmasi
tentang
alternatif pekerjaan kalau tambang ditutup
atau tidak manghasilakn emas lagi, 30,6%
menjawab “tidak Jelas” pekerjaan apa
yang akan dilakukan, berikutnya 27,8%
tidak menjawab yang berarti juga tidak
mempunyai gambaran terhadap masa depan
pekerjaannya, sedangkan 22,2% responden
akan mencoba peruntungannya pada usaha
dagang/ wiraswasta, 16,7% akan kembali
ke pekerjaan asalnya yaitu pada sektor
pertanian,kehutanan,dan perikanan serta
2,8% responden memilih jenis usaha lain.
Jika dilihat dari tanggapan responden
terhadap ketersediaan bahan baku produksi,
41,75% responden mengatakan lancar dan
tidak ada masalah dengan hal itu, 44,4%
mengatakan tersedia meskipun tidak begitu
lancar, sedangkan 5% mengatakan tidak
lancar. Responden yang menjawab tidak
lancar ketika dikonfirmasi mengatakan
bahwa lobang yang digali atau dikelola saat
ini belum menghasilakn material tambang
yang mengadung emas.
Terakhir, jika ditinjau dari aspek
pemasaran maka mayoritas responden
(58,3%) menjawab lancar dan cepat terutama
bagi sipengelola dan buruh tambang yang
tambangnya sedang menghasilkan kandungan
emas. Emas yang sudah dipisahkan langsung
bisa dijual di gampong tersebut dengan
harga yang sangat bersaing karena banyaknya
penampung yang akan membeli emas
ditempat itu. Mereka bisa membawanya ke
Tapaktuan atau labuhan haji, tetapi untuk
emas dalam jumlah sedikit hampir tidak ada
beda harga jualnya di banding dengan harga
di gampong.
33,3%
dari
responden
menjawab
akses pemasaran agak tersendat dan 8,3%
menjawab tidak lancar, setelah dikonfirmasi
maka terlihat bahwa responden yang
menjawab demikian adalah responden
yang lobangnya hanya sedikit menghasilkan
kandungan
emas,
beberapa
tukang
lansir material yang tidak selalu lancar
memperoleh material angkutan dan buruh
gelondongan yang lobang pengelolanya
belum atau hanya sedikit menghasilkan
kandungan emas.
Dari berbagai indikator ekonomi di
atas, maka sekarang kita dapat melihat
masyarakat gampong Panton Makmur dan
ISSN :
2086-6011
gampong disekitarnya telah berubah secara
drastis.
Sebahagian
besar
masyarakat
dengan mata pencaharian utama pertanian,
perkebunan atau peternakan telah berubah
menjadi masyarakat petambang , efek luar
biasa juga melebar ke berbagai kegiatan
ekonomi lainnya, banyak sekali pekerjaan
dan sumber pendapatan yang lain muncul
akibat langsung maupun tidak langsung
dari kegiatan pertambangan emas, maka
tidaklah berlebihan bila kita sekarang
menyebut kawasan sekitar penambangan
emas sawang menjadi sangat lebih baik
perekonomiannya. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu
(2010) terhadap dampak ekonomi tambang
emas di kecamatan Batang Toru Tapanuli
Selatan dan oleh Refles (2012) terhadap
dampak penambangan emas di Kabupaten
Sijunjung.
b. Dampak Sosial Budaya
Ada gula ada semut, demikian pula
dengan adanya temuan tambang emas
di Panton Luas telah mendorong orang
pergi kesana untuk mengadu nasib dan
keberuntungan. Suasana sangat terbuka dan
bersahabat dikawasan tambang dan kawasan
Gampong yang dtunjukkan oleh masyarakat
Sawang dan gampong Panton Makmur adalah
alasan utama sehingga orang lebih memeilih
kesana.
Semua responden(100%) yang terlibat
dalam penelitian mennganggap bahwa
hubungan antara kelompok masyarakat
disana harmonis dan baik, hubungan ini
meliputi hubunganantar kelompok suku,
kelompok
pekerja tambang, kelompok
pendatang, dan sebagainya. Hubungan
antara kelompok masyarakat dengan tokoh
masyarakat dan hubungan sesama tokoh
masyarakat juga dinilai 100% baik oleh
responden.
Meskipun lokasi tambang terletak di
gampong Panton Luas, aparat gampong dan
tokoh masyarakat tidak terlibat langsung
lagi dalam pengelolaan tambang emas sejak
kejadian musibah yang merenggut 6 orang
petambang yang sedang beristirahat diatas
lobang galiannya. Tokoh dan aparat gampong
hanya mengatur syarat-syarat yang harus
dipatuhi bila datang dan tinggal sementara
untuk menggali emas di gampong tersebut.
Tidak ada pungutan yang harus dibayar
oleh sipetambang kecuali untuk perbaikan
Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas
12
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh
Vol.IV No.7 • Maret 2013
jalan tambang, pungutan ini sama bagi
penduduk desa atau pendatang yang
mengunakan jalan ketambang yang harus
secara teratur dirawat agar akses ketambang
selalu terjaga. Pungutan lainnya adalah
berupa sumbangan untuk kegiatan yang akan
dilakukan oleh gampong dan membutuhkan
dana besar seperti pemotongan sapi megang
bagi anak yatim di kecamatan Sawang,
ataupun kegiatan sosial lainnya dan ini
dibuat dan diatur sepenuhnya dengan
musyawarah di gampong.
Berkaitan dengan petanyaaan tetang
adanya konflik di gampong dalam masa
penemuan emas ini, 72,2% responden
menjawab tidak ada, sedangkan 27,8%
menjawab ada, dan dalam penjabarannya
konflik yang dimaksud adalah konflik
bersifat kecil yang sering terjadi di
pertambangan atau mata pencaharian lain
seperti klaim wilayah tambang, penentuan
jarak antar
lobang galian, persaingan
perebutan langganan lansir material,dan
persoalan sederhana lainnya.
Sampai saat ini aparat gampong dan
tokoh masyarakt masih dipercaya masyarakat
sebagai penengah dan pemecahan konflik
yang ada, buktinya 52,8% responden
menjawab konflik tersebut diselesaikan
oleh musyawarah gampong dan hukum
adat yang berlaku disitu. Prosentase yang
tidak menjawab cara penyelesaian konflik
juga tinggi yaitu 47,2%, namun setelah
dikonfirmasi mereka menjelaskan biasanya
konflik itu akan selesai sendiri antara
sesama mereka berdasarkan atas kesepatan
yang telah dibuat oleh perangkat desa dan
kebiasaan yang berlaku ditambang, seperti
harus berhenti menggali atau mengalihkan
lobang bagi siapa saja yang bertemu dengan
lobang tambang orang lain yang lebih awal.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian
Raden et all (2010) dimana pertambangan
Batubara di Kabupaten Kutai Kartanegara
menimbulkan efek positif dan juga efek
negatif terhadap sosial budaya masyarakat
daerah tersebut.
c. Dampak Kesehatan
Kawasan desa panton Luas yang dulunya
merupakan gampong pegunungan dengan
berbagai keasrian lingkungannya kini menjadi
sebuah gampong yang gampong yang sudah
layak kita sebut gampong Industri. Menurut
Geuchik, jumlah orang yang tinggal didesa
ISSN :
2086-6011
tersebut meningkat tajam sampai dengan
6.000 jiwa dengan berbagai kegiatan
pertambangan atau kegiaan pendukung
tambang lainnya. Dengan adanya tambahan
penduduk yang sangat besar tersebut akan
berdampak buruk pada penyediaan sarana
kesehatan dan sanitasi masyarakat.
Sebelum adanya penambangan emas,
mayoritas penduduk gampong mengunakan
sungai alur sebagai sumber air minum, mandi
cuci, dan kakus, namun setelah hampir
semua lokasi gampong dipenuhi dengan
penduduk, maka kebiasaan tersebut berubah
dengan semakin banyak masyarakat yang
mengunakan sumur bor atau sumur gali untuk
air minim dan sanitasi. Penghasilan dari
tamabang emas membuat mereka juga tidak
sulit untuk memiliki sumur bor/gali sndiri
dan juga untuk membuat WC pribadi dirumah
mereka.
Berdasakan hasil kajian, 88% responden
sudah mengkonsumsi air sumur bor/sumur
gali untuk air minum, dan 66,6% responden
menggunakan air sumur bor/ sumur gali
untuk mencuci dan mandi, sedangkan untuk
buang hajat besar baru 36, 1% responden
yang berhajat besar di WC pribadi, 13,9% di
WC umum , 38,9% berhajat di sungai atau
alur dan 11,1% di kolam/tambak atau semaksemak.
Terkait dengan pengelolaan sampah
rumah tangga, 50% responden sudah memiliki
tempat sampah dirumah, 22% membuat
lubang galian, 13,9% membuangnya di
tempat pembuangan sampah desa, 5,6%
membuang di sembarang tempat dan 2,8%
ditempat
lainnya.
Tekanan
penduduk
baru yang berdatangan juga menyebabkan
tekanan terhadap fasilitas drainase yang ada
di gampong, tekanan ini membuat 38,9 %
menganggap darinase di gampong tersebut
menganggap darainase sudah tidak berfungsi
dengan baik dan memerlukan perbaikan.
Gambaran tentang konsumsi air dan
pola santasi menunjukkan kearah perbaikan
yang lebih baik. namun alasan semakin
banyak masyarakat untuk menggali sumur
bor/ sumur gali dan WC pribadi adalah lebih
banyak karena kekhawatiran akan pencemaran air sungai/alur yang dulunya banyak
digunakan untuk kegiatan pertambangan
termasuk membuang limbah gelondongan
emas. Akhir-akhir ini kekhawatiran terhadap
kwalitas air sungai semakin pudar saat di
temukan kandungan emas dalam limbah yang
Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas
13
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh
Vol.IV No.7 • Maret 2013
dulunya dibuang, limbah dari gelondongan
sekarang malah di jaga sebaik-baiknya agar
tidak bocor karena endapannya laku dijual
dengan harga yang mahal.
Dampak lain yang terjadi adalah
tingkat kebisingan dan polusi udara yang
meningkat drastis, suara mesin gelondongan,
deru sepeda motor para pelansir tambang
umumnya berkenalpot blong adalah rutinitas
seharian di gampong tersebut. Namun
sebahagian masyarakat sudah bisa menerima
keadaan ini akibat efek positif kehidupan
yang mereka nikmati dengan adanya
pertambangan dirasakan telah membuat
mereka menjadi lebih sejahtera.
Terkait dengan penyakit yang paling
sering di derita oleh responden dan anggota
keluarganya, 58,3% mereka sering menderita
penyakit Flu/demam, menyusul 19,4% sering
menderita Malaria Yang diduga banyak
disebabkan
oleh
sumber
pengembang
biakan Nyamuk di genangan air di kolam
limbah yang tidak digunakan lagi. Penyakit
batuk yang sering diderita dijawab oleh 8,3
responden, 5,6% sering menderita penyakit
pernafasan/ISPA, 2,8% sering menderita
gatal-gatal dan selebihnya responden (5,6%)
sering menderita penyakit- penyakit lainnya.
Untuk tempat pelayanan kesehatan,
puskesmas adalah tempat yang paling banyak
dipilih oleh responden yaitu 58,3%, kemudian
klinik kesehatan 19,4%, rumah sakit umum
dan mantri kesehatan masing-masing 8,3%,
sedangkan yang memilih tabib atau dukun
hanya satu orang atau 2,8%. Pemilihan
puskesmas sebagai tempat berobat utama
didasarkan pada penyakit yang umumnya
diderita oleh mereka tidak terlalu parah dan
bisa ditangani ditingkat puskesmas di tambah
pelayanan kesehatan di puskesmas umumnya
gratis dengan program JKA (Jaminan
Kesehatan Aceh).
Ditinjau dari dampak kesehatan secara
umum, fasilitas pribadi dan umum berkaitan
dengan kesehatan, maka terjadi peningkatan
kesadaran untuk kesehatan yang lebih baik
oleh masyarakat setelah adanya kegiatan
penambangan dan pengolahan tambang
didaerah mereka, masyarakat menjadi lebih
berhati-hati dalam menggunakan air dan
terjadi peningkatan pemilihan cara berobat
tradisional ke cara yang lebih modern.
Persepsi
d.
Masyarakat
Keberadaan Tambang Emas
Terhadap
ISSN :
2086-6011
Aspek lain yang ikut dikaji adalah
perpektif makro masyarakat terhadap
keberlangsungan
pertambangan
emas,
perasaan yang sudah dirasakan serta akibat
baik buruk yang akan dirasakan pada masa
yang akan datang. Semua responden (100%)
yang terlibat dalam kajian ini menjawab
setuju dengan keberadaan dan keberlangsungan pertambangan emas, argumen untuk
mendukung jawaban setuju adalah penambangan tersebut telah mampu meningkatkan
perekonomian terutama perluasan lapangan
kerja dan peningkatan pendapatan ditambah
peningkatan kesehatan yang lebih mampu
mereka dapatkan akibat adanya tambahan
pendapatan yang besar dari penambangan
emas didaerah tersebut. Selain hal-hal
tersebut diatas kemampuan responden
mempersiapkan biaya pendiddikan bagi anakanak mereka menjadi lebih mudah sehingga
diharapkan akan berpengaruh pada pendidikan generasi penerus di kawasan tersebut.
Pengalaman dan pengetahuan mereka
tentang
dampak
penambangan
emas
sebelumnya ditempat lain juga menggambarkan bahwa dampak positif yang
dihasilkan lebih besar. Terhadap dampak
negatifnya sebahagian besar responden
menjawab adalah kebisingan, polusi udara
dan air bila kegiatan penambangan tidak
diatur. Oleh karena itu mayoritas responden
menginginkan campur tangan pemerintah
untuk mengatur pola penambangan rakyat
agar kemungkinan dampak negatif dari
penambangan
bisa
ditanggulangi
dan
dikurangi.
Beberapa tokoh masyarakat dan perangkat gampong menginginkan pemerintah
menyetujui pembentukan sebuah kelompok
koperasi usaha pertambangan yang dilegalkan oleh pemerintah untuk pengaturan
dan pengorganisasian para petambang,
namun masih terkendala beberapa peraturan
yang belum mengatur tentang hal itu. namun
sangat menolak bila pemerintah memberikan
lahan tersebut untuk dikelola oleh perusahaan tertentu karena akan menghilangkan
kesempatan dan keuntungan langsung bagi
penduduk dan kawasan tersebut.
4.
Penutup
Penambangan emas di Sawang Aceh
Selatan dari faktor ekonomi, soial budaya
dan kesehatan masyarakat sangat tampak
Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas
14
Jurnal ekonomika Universitas Almuslim Bireuen – Aceh
Vol.IV No.7 • Maret 2013
dampaknya.
Khusunya dalam factor
pengembangan ekonomi daerah dan ekonomi
rakyat. Dari penelitian yang dilakukan,
penambangan emas telah menyebabkan
peralihan pekerjaan masyarakat menjadi
penambang emas, peningkatan pendapatan,
dan efek pengganda ekonomi terhadap
kegiatan lainnya. Dampak sosial yang
ditimbulkan adalah terjadi imigrasi penduduk
yang sangat banyak ke gampong tersebut
namun potensi konflik hampir tidak ada
karena besarnya pengaruh aparat gampong
dalam mengatur kegiatan penambangan
disana.
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh
Selatan. (2012). Aceh Selatan Dalam
Angka 2011. BPS Aceh Selatan.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh
Selatan. (2012). Sawang Dalam Angka
2011, BPS Aceh Selatan.
Pasaribu, Arman. (2010). Analisis Dampak
Pertambangan Emas Terhadap Sosial
Ekonomi Masyarakat di Kecamatan
ISSN :
2086-6011
Batang Toru Kabupaten Tapanuli
Selatan,
Sekolah
Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
Raden, Ince et all. (2010). Kajian Dampak
penambangan
Batubara
terhadap
pengembangan sosial ekonomi dan
Lingkungan
di
Kabupaten
Kutai
Kartanegara. Laporan Penelitian.
Refles. (2012). Kegiatan pertambangan Emas
Rakyat dan Implikasinya terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di
Kanagarian Mundam Sakti kecamatan
IV Nagari, kabupaten Sijunjung, Artikel
Penelitian,
Program
Pascasarjana
Universitas Andalas.
Sevilla. G.Consuelo et all. (1993). Pengantar
Metode Penelitian, UI-PRESS, Jakarta.
Riwayat Penulis:
Zulkifli, SE., M.Si
Dosen pada jurusan Ekonomi Pembangunan
Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Zulkifli|Analisis Dampak Ekonomi, Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat akibat Penambangan Emas
15