ProdukHukum BankIndonesia

(1)

K

NA

Tr

KA

BA

Tim

Kel

KAJIAN

ANGGR

iwulan I

ANTOR BAN

ANDA ACEH

m Ekonomi

lompok Ka

N EKO

ROE AC

IV – 200

NK INDONE

H

Moneter

ajian, Statis

ONOM

EH DAR

8

ESIA

stik & Surv

MI REG

RUSSAL

vey

GIONA

LAM


(2)

VISI

Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.

MISI

Mendukung pencapaian Kantor Pusat dibidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.

FUNGSI

1. Ekonomi Moneter

2. Perbankan

3. Sistem Pembayaran

4. Manajemen Intern

TUGAS POKOK

1. Memberikan masukan kepada Kantor Pusat tentang kondisi ekonomi dan keuangan

daerah di wilayah kerjanya;

2. Melaksanakan kegiatan operasionalisasi sistem pembayaran tunai dan/non tunai

sesuai dengan kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya;

3. Melaksanakan pengawasan bank dan fungsi-fungsi lain terkait dengan perbankan di

wilayah kerjanya;

4. Memberikan saran kepada Pemerintah Daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah,

yang didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian/riset serta memfasilitasi pemberdayaan sektor riil/UMKM;

5. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung

fungsi-fungsi utama.

Kalender Publikasi KER

Triwulan I : Mei Triwulan II : Agustus Triwulan III : November Triwulan IV : Februari

Penerbit :

Kelompok Kajian, Statistik dan Survey - Tim Ekonomi Moneter Kantor Bank Indonesia Banda Aceh

Jl. Cut Meutia No.15, Banda Aceh - Indonesia Telp : 0651-33200 / Fax : 0651-34116

Publikasi KER secara online dapat diperoleh di:http://www.bi.go.id/web/id/DIBI1/Regional/Publikasi/


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Kajian Ekonomi Regional Nanggroe Aceh Darussalam periode triwulan IV/2008 dapat kami hadirkan. Pemahaman akan kondisi ekonomi daerah saat ini menjadi semakin penting sejalan berkembangnya otonomi daerah. Dengan kewenangan dan sumber daya finansial yang semakin besar seperti Nanggroe Aceh Darussalam ini, daerah dapat menentukan arah sekaligus meningkatkan efektivitas pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perencanaan yang matang, didukung dengan data yang akurat dan analisis yang komprehensif merupakan prasyarat bagi pengambilan keputusan yang berkualitas dalam pembangunan ekonomi tersebut.

Kajian Ekonomi Regional yang berada dihadapan pembaca ini memaparkan antara lain analisis terhadap perkembangan makroekonomi daerah, dan perkembangan indikator-indikator yang terkait dengan tugas pokok Bank Indonesia seperti perkembangan harga, perbankan, sistem pembayaran, dimaksudkan salah satunya sebagai bentuk kontribusi Bank Indonesia dalam menghasilkan pengambilan keputusan pembangunan yang berkualitas sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa Kajian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dalam rangka meningkatkan kualitas kajian ini.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas bantuan yang telah diberikan.

Banda Aceh, Februari 2009 BANK INDONESIA BANDA ACEH

Dani Surya Sinaga Deputi Pemimpin


(4)

DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ... 1

1.1 Sisi Penggunaan ... ... 1

1.1.1 Konsumsi ... 2

1.1.2 Investasi ... 4

1.1.3 Ekspor-Impor ... 5

1.2 Sisi Penawaran ... 5

1.2.1 Sektor Pertanian ... 6

1.2.2 Sektor Pertambangan & Penggalian ... 7

1.2.3 Sektor Industri Pengolahan ... 8

1.2.4 Sektor Listrik, Gas dan Air ... 9

1.2.5 Sektor Bangunan ... 9

1.2.6 Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran ... 10

1.2.7 Sektor Pengangkutan & Komunikasi ... 10

1.2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ... 11

1.2.9 Sektor Jasa-jasa ... 11

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH... ... 13

2.1 Banda Aceh ... ... 14

2.2 Lhokseumawe ... 16

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ... 19

3.1 Bank Umum Konvensional ... 20

3.2 Bank Umum Syariah ... 22

BAB IV PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 25

4.1 RTGS (Real Time Gross Settlement) ... 25

4.2 Kliring ... 25

4.3 Transaksi Tunai ... 26

BAB V PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ... 28

5.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ... 30

5.2 DIPA BRR NAD-Nias... 30

BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KEMISKINAN ... 31

6.1 Ketenagakerjaan ... 31

6.2 Kemiskinan ... 34

BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH ... 35

7.1 Proyeksi Ekonomi ... 35

7.2 Proyeksi Inflasi ... 36


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pertumbuhan PDRB Prov. NAD ... 1

Gambar 1.2 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Prov. NAD ... 3

Gambar 1.3 Perkembangan Kredit Konsumsi di NAD ... 3

Gambar 1.4 Konsumsi Bahan Bakar Prov. NAD ... 4

Gambar 1.5 Kredit Investasi Prov. NAD ... 4

Gambar 1.6 Ekspor – Impor Non_migas Prov. NAD... 5

Gambar 1.7 Kredit Sektor Pertanian di Prov. NAD ... 7

Gambar 1.8 Produksi Migas di Prov. NAD ... 8

Gambar 2.1 Inflasi Kota Banda Aceh (%) ... 13

Gambar 2.2 Inflasi Kota Lhokseumawe (%) ... 13

Gambar 2.3 Perbandingan Inflasi Tahunan Banda Aceh, Lhokseumawe dan Nasional ... 13

Gambar 2.4 Inflasi Bulanan Banda Aceh menurut Kelompok Barang/Jasa…. 15 Gambar 2.5 Inflasi Bulanan Lhokseumawe menurut Kelompok Barang/Jasa. 17 Gambar 5.1 Serapan Belanja APBA 2008 ... 28

Gambar 6.1 Klasifikasi Penduduk ... 31

Gambar 6.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ... 32

Gambar 6.3 TPAK Menurut Kabupaten/Kota ... 32

Gambar 6.4 TPAK Menurut Jenis Kelamin ... 32

Gambar 6.5 Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Ekonomi ... 33

Gambar 6.6 Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan ... 33

Gambar 6.7 Tingkat Pengangguran Menurut Jenis Kelamin ... 34

Gambar 6.8 Tingkat Pengangguran MenurutKabupaten/Kota ... 34

Gambar 6.9 Tingkat Kemiskinan Prov. NAD. ... 34


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PDRB Prov. NAD menurut Sisi Pengeluaran ... 2

Tabel 1.2 PDRB Prov. NAD menurut Sisi Penawaran ... 6

Tabel 1.3 PDRB Sektor Pertanian Prov. NAD ... 6

Tabel 1.4 PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian Prov.NAD ... 7

Tabel 1.5 PDRB Sektor Industri Pengolahan Prov. NAD ... 8

Tabel 1.6 PDRB Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Prov. NAD ... 9

Tabel 1.7 PDRB Sektor Bangunan Prov. NAD ... 9

Tabel 1.8 PDRB Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Prov. NAD ... 10

Tabel 1.9 PDRB Sektor Pengangkutan & Komunikasi Prov. NAD ... 10

Tabel 1.10 PDRB Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Persh Prov. NAD ... 11

Tabel 1.11 PDRB Sektor Jasa-Jasa Prov. NAD ... 12

Tabel 2.1 Inflasi Tahunan Banda Aceh menurut Kelompok Barang & Jasa 14

Tabel 2.2 Inflasi Tahunan Lhokseumawe menurut Kel. Barang & Jasa ... 16

Tabel 3.1 Indikator Keuangan Bank Umum Prov. NAD ... 19

Tabel 3.2 Indikator Keuangan Bank Umum Konvensional ... 20

Tabel 3.3 Dana Pihak Ketiga Bank Umum Konvensional ... 20

Tabel 3.4 Kredit Bank Umum Konvensional Menurut Jenis Penggunaan ... 21

Tabel 3.5 Kredit Bank Umum Konvensional Menurut Sektor Ekonomi ... 21

Tabel 3.6 Kredit UMKM Bank Umum Konvensional ... 22

Tabel 3.7 Indikator Keuangan Bank Umum Syariah ... 22

Tabel 3.8 Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah ... 22

Tabel 3.9 Pembiayaan Bank Umum Syariah Menurut Jenis Penggunaan ... 23

Tabel 3.10 Pembiayaan Bank Umum Syariah Menurut Sektor Ekonomi ... 23

Tabel 3.11 Pembiayaan UMKM Bank Umum Syariah ... 24

Tabel 4.1 Perkembangan Transaksi RTGS Prov. NAD ... 25

Tabel 4.2 Perkembangan Transaksi Kliring di KBI Banda Aceh ... 26

Tabel 4.3 Perkembangan Aliran Uang kartal di KBI Banda Aceh ... 26

Tabel 4.4 Perkembangan Temuan Uang Palsu di KBI Banda Aceh ... 27

Tabel 5.1 Ringkasan APBA 2009 ... 29


(7)

TABEL INDIKATOR TERPILIH

A.

INFLASI

 

&

 

PDRB

 

INDIKATOR  2006  2007  2008 

Tw.I  Tw.II  Tw.III  Tw.IV  Tw.I  Tw.II  Tw. III  Tw.IV 

Indeks Harga Konsumen* :                            

‐ Banda Aceh  180,43  188,75  185,60  196,46  200,28  207,26  110,54  112,04  113,6  ‐ Lhokseumawe  151,47  154,74  151,39  159,47  157,80  165,43  108,77  111,95  115,27 

Laju Inflasi Tahunan (yoy,%)                            

‐ Banda Aceh  9,54  13,19  8,55  11,94  11,00  9,81  12,26  10,63  10,27 

‐ Lhokseumawe  11,47  9,48  5,54  9,98  4,18  6,91  10,46  9,16  13,78 

                             

PDRB ‐ harga konstan (miliar Rp)  37.159  8.860  9.157  9.280  8.742  9.091  8.564  8.473  8.284  ‐ Pertanian  7.873  1.994  2.121  2.081  2.067  2.038  2.194  2.238  2.204 

‐ Pertambangan & Penggalian  9.245  1.845  1.958  2.122  1.318  1.941  1.256  1.090  701  ‐ Industri Pengolahan  5.302  1.193  1.134  1.031  1.134  1.105  1.105  1.024  1.062 

‐ Listrik, Gas & Air Bersih  66  19  20  21  23  20  22  23  26 

‐ Bangunan  1.885  490  518  558  581  503  509  541  577 

‐ Perdagangan, Hotel & Restoran  5.571  1.368  1.397  1.410  1.491  1.400  1.446  1.486  1.558 

‐ Pengangkutan & Komunikasi  1.926  525  529  527  556  523  526  541  572 

‐ Keuangan, Persewaan & Jasa  494  104  125  131  163  109  136  140  147 

‐ Jasa  4.798  1.323  1.355  1.399  1.408  1.453  1.369  1.391  1.438  Pertumbuhan PDRB (yoy, %)  2,40  ‐8,27  0,53  2,61  ‐3,33  ‐5,20  ‐6,50  ‐8,70  ‐7,31 

                             

Nilai Ekspor Nonmigas (US$ Juta)**  13,70  3,46  15,08  47,61  21,94  10,28  3,01  52,27  85,19  Volume Ekspor Nonmigas (ton Juta)***  23,17  1,06  37,54  164,93  65,11  14,75  10,78  118,24  58,83 

                             

Nilai Impor Nonmigas (US$ Juta)**  29,96  4,24  11,60  6,95  3,08  15,74  0,61  0,00  85,64  Volume Impor Nonmigas (ton Juta)***  381,91  88,09  142,51  68,51  26,46  185,62  29,98  69,60  24,89 

*) IHK pada triwulan II‐2008 sudah menggunakan tahun dasar 2007 = 100  **) Nilai Ekspor Impor menggunakan data Okt‐Des 2008 

***) Volume Ekspor Impor menggunakan data Okt‐Nov 2008 


(8)

B.

 

PERBANKAN

 

&

 

SISTEM

 

PERBANKAN

 

BANK

 

UMUM

 

INDIKATOR  2007  2008 

Tw.I  Tw.II  Tw.III  Tw.IV  Tw.I  Tw.II  Tw. III  Tw.IV 

BANK UMUM KONVENSIONAL                         

Aset (Rp Miliar)  23.693  22.316  22.429  22.267  19.822  22.775  24.813  26.815  Posisi SBI (Rp Miliar)  1.684  1.800  1.500  1.250  900  850  1.135  1.500  Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar)  18.992  18.250  18.239  17.616  16.277  16.281  18.447  19.530 

‐ Giro  8.951  8.043  8.038  7.878  6.678  7.109  7.859  8.077 

‐ Tabungan  5.005  4.980  4.962  6.158  5.862  5.578  5.672  6.843 

‐ Deposito  5.036  5.227  5.239  3.580  3.737  3.594  4.916  4.611  Kredit (Rp Miliar) 

berdasarkan Bank Pelapor  4.704  5.321  5.886  6.327  6.175  7.777  8.388  8.845 

Berdasarkan Penggunaan :  4.704  5.321  5.886  6.327  10.282  7.777  8.388  8.845  ‐ Modal Kerja  1.320  1.501  1.742  1.948  3.409  2.566  2.817  3.066  ‐ Konsumsi  2.837  3.172  3.451  3.607  6.175  4.415  4.714  4.895 

‐ Investasi  547  647  693  772  698  796  857  884 

‐ LDR (%)  24,77  29,16  32,27  35,92  37,94  47,77  45,47  4528,65% 

‐ NPL (Rp Miliar)  74  92  109  84  124  166  201  161 

‐ Rasio NPL (%)  1,58  1,74  1,86  1,32  2,01  2,14  2,40  1,82 

Kredit UMKM (Rp Miliar)  3.048  3.258  3.676  3.904  4.092  4.754  5.110  5.544 

Kredit Mikro (<Rp50 juta)  150  160  178  177  2.227  205  223  238 

‐ Modal Kerja  39  40  47  47  62  68  77  79 

‐ Konsumsi  99  105  114  114  112  121  127  138 

‐ Investasi  13  15  16  16  14  16  19  21 

Kredit Kecil 

(Rp50 juta < x ≤Rp500 juta)  1.111  1.244  1.416  1.496  1.574  1.779  1.906  1.932 

‐ Modal Kerja  484  554  635  691  761  851  925  925 

‐ Konsumsi  558  606  692  705  722  825  864  901 

‐ Investasi  69  84  90  101  91  103  117  106 

Kredit Menengah 

(Rp500 juta < x ≤Rp5 miliar)  1.786  1.853  2.082  2.230  292  2.770  2.981  3.375 

‐ Modal Kerja  589  669  790  900  951  1.236  1.375  1.588 

‐ Konsumsi  1.107  1.066  1.145  1.170  1.116  1.316  247  262 

‐ Investasi  91  118  147  160  159  218  1.359  1.525 

Total Kredit MKM (Rp Miliar)  3.048  3.258  3.676  3.904  4.092  4.754  5.110  5.544  NPL MKM Gross (Rp Miliar)  74  92  109  73  124  166  201  161 

PPAP (Rp Miliar)  87  104  135  127  140  178  210  170 

Rasio NPL MKM Gross (%)  2,44  2,84  2,97  1,87  3,03  3,50  3,94  2,91  Rasio NPL MKM Nett (%)  ‐0,43  ‐0,35  ‐0,69  ‐1,39  ‐0,38  ‐0,23  ‐0,17  ‐0,17 


(9)

INDIKATOR  2007  2008 

Tw.I  Tw.II  Tw.III  Tw.IV  Tw.I  Tw.II  Tw. III  Tw.IV 

BANK UMUM SYARIAH 

Aset (Rp Miliar)  1.235  1.260  1.268  1.034  16.898  1.074  1.172  1.745 

Posisi SBI (Rp Miliar)  0  0  0  0  0  0  0  0 

Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar)  1.028  1.020  1.010  689  6.467  609  654  933 

‐ Giro  404  399  376  236  142  163  184  305 

‐ Tabungan  256  244  263  313  83  299  327  450 

‐ Deposito  368  377  372  140  3,5  147  144  178 

Kredit (Rp Miliar) 

berdasarkan Bank Pelapor  147  174  211  247  167  370  433  538 

‐ Modal Kerja  42  52  69  86  129  163  187  194 

‐ Investasi  22  23  26  31  35  43  45  52 

‐ Konsumsi  83  99  116  130  292  164  200  292 

‐ FDR (%)  14,26  17,10  20,92  35,81  2,58  60,72  66,19  57,65  ‐ NPF (Rp Miliar)  2,7  3,8  8,4  4,3  69,3  13,0  13,0  16,2  ‐ NPF (%)  1,83  2,20  3,98  1,73  41,60  3,52  3,01  3,02 

Kredit UMKM (Rp Miliar)  146,7  174,5  211,4  246,8  4.541,2  366,2  432,9  537,9 

Kredit Mikro (<Rp50 juta)  20,8  24,2  26,0  27,0  69,7  36,0  38,0  51,8 

‐ Modal Kerja  2,0  2,0  2,5  2,9  8,0  10,9  11,6  12,6 

‐ Investasi  1,6  1,8  1,8  1,9  2,0  2,2  2,3  2,2 

‐ Konsumsi  17,2  20,3  21,7  22,3  20,8  22,9  24,1  37,0 

Kredit Kecil 

(Rp50 juta < x ≤Rp500 juta)  97,4  117,3  141,0  167,8  191,0  216,0  254,8  340,9  ‐ Modal Kerja  30,7  38,7  52,1  64,4  88,9  93,2  108,1  126,2 

‐ Investasi  11,7  12,7  12,7  14,9  16,7  18,3  20,2  21,2 

‐ Konsumsi  55,0  65,9  76,2  88,5  85,4  104,5  126,6  193,5  Kredit Menengah 

(Rp500 juta < x ≤Rp5 miliar)  28,5  33,0  44,3  52,0  4.280,4  114,2  140,0  145,2 

‐ Modal Kerja  9,4  11,6  14,6  19,2  30,9  59,4  67,5  55,6 

‐ Investasi  8,4  8,4  11,9  14,0  16,5  18,7  23,0  28,3 

‐ Konsumsi  10,7  13,0  17,8  18,8  22,4  36,2  49,5  61,4 

Total Kredit MKM (Rp Miliar)  146,7  174,5  211,4  246,8  4.541,2  366,2  432,9  537,9  NPL MKM Gross (Rp Miliar)  2,7  3,8  8,4  5,2  69,3  13,0  14,6  16,2  PPAP (Rp Miliar)  2,1  3,2  6,4  3,6  16.898  6,5  8,9  12,2  Rasio NPL MKM Gross (%)  1,83  2,20  3,98  2,12          1,53         3,55       3,36       3,02  Rasio NPL MKM Nett (%)  0,37  0,37  0,94  0,66     (370,6)        1,78       1,32       0,74 


(10)

INDIKATOR  2007  2008 

Tw.1  Tw.II  Tw.III  Tw.IV  Tw.I  Tw.II  Tw. III  Tw.IV 

BPR KONVENSIONAL 

Aset (Rp Miliar)  36,8  36,6  40,9  53,5  79,4  79,1  92,5  136,1 

Dana Pihak Ketiga 

(Rp Miliar)  23,7  23,1  23,9  33,8  53,8  55,2  48,8  56,9 

‐ Tabungan  21,5  20,4  20,5  21,1  40,6  39,9  36,7  40,7 

‐ Deposito  2,2  2,7  3,4  12,7  13,1  15,3  12,1  16,2 

Kredit  (Rp Miliar)  23,5  25,0  25,9  26,4  25,1  25,6  58,9  63,9 

‐ Modal Kerja  15,6  16,8  17,0  18,1  16,9  17,3  43,3  55,3 

‐ Konsumsi  6,8  7,2  7,3  6,8  6,8  6,9  14,4  6,7 

‐ Investasi  1,2  1,1  1,6  1,4  1,4  1,4  1,2  1,8 

NPL (%)  24,4  22,5  22,7  23,9  24,5  25,4  10,4  9,5 

LDR (%)  99,3  108,5  108,2  78,1  46,7  46,4  120,5  112,2 

BPR SYARIAH 

Aset  (Rp Miliar)  27,2  26,5  27,3  28,7  30,0  30,9  33,0  35,5  Dana Pihak Ketiga 

(Rp Miliar)  19,1  18,8  19,0  19,7  18,9  18,6  14,6  20,5 

‐ Tabungan  13,8  13,9  14,1  14,9  15,0  14,4  8,9  15,3 

‐ Deposito  5,3  4,8  4,9  4,8  3,9  4,2  5,7  5,2 

Kredit  (Rp Miliar)  13,2  14,8  13,3  15,9  15,6  15,6  20,2  19,5 

‐ Modal Kerja  8,2  9,9  8,2  9,9  9,8  9,8  13,9  12,8 

‐ Konsumsi  3,0  3,0  2,7  3,1  3,0  2,9  2,6  3,2 

‐ Investasi  2,1  2,0  2,4  2,9  2,8  2,8  3,7  3,5 

NPF (%)  18,8  20,8  16,3  15,8  14,8  14,7  11,8  12,3 

FDR (%)  69,3  79,0  70,1  81,1  82,3  84,0  138,6  95,1 

C.

 

SISTEM

 

PEMBAYARAN

 

ALIRAN KAS DI KBI BANDA ACEH 

INDIKATOR  2007  2008 

Tw.1  Tw.II  Tw.III  Tw.IV  Tw.I  Tw.II  Tw. III  Tw.IV 

‐ Inflow (Rp Triliun)  0,22  0,05  0,07  0,18  0,30  0,07  0,08  0,27  ‐ Outflow (Rp 

Triliun)  0,52  0,58  0,75  1,06  0,29  0,52  0,81  0,86 

RTGS :  56,94  44,27  55,71  43,84  42,26  48,88  55,28  230,87   ‐ Dari Aceh (Rp 

Triliun)  15,15  17,43  19,56  17,06  18,95  19,92  19,37  72,83 

 ‐ Ke Aceh (Rp 

Triliun)  37,98  22,62  31,67  23,13  21,17  25,29  31,93  143,53   ‐ Dari ‐ Ke Aceh 

   (Rp  Triliun)  3,81  4,22  4,48  3,65  2,15  3,67  3,97  14,52  Jumlah Uang Palsu 

yang 

ditemukan (lembar) 

86  32  38  90  24  39  0  554 

Nominal Kliring 

(Rp Triliun)  1,24  1,33  0,35  0,70  0,48  0,41  0,45  0,52  Volume Kliring 

(lembar)  33.475  42.811  10.683  13.077  15.794  15.915  15.641  14.739 


(11)

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Sampai dengan triwulan IV-2008, pertumbuhan ekonomi Aceh masih terus

melambat. Hal ini seiring dengan penurunan lifting gas dan akan

berakhirnya kegiatan rehab – rekon pada April 2009. Bila migas tidak

diperhitungkan, maka pertumbuhan triwulan IV-2008 diproyeksikan lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tanpa migas diperkirakan mencapai 3,93% (yoy), sedangkan triwulan sebelumnya hanya 3,62%.

Dari sisi penggunaan, penurunan ekspor yang merupakan penyumbang

terbesar dalam PDRB masih terus berlanjut. Pada triwulan IV-2008, ekspor

barang dan jasa mengalami pertumbuhan sebesar minus 6,71%.

Pertumbuhan ekonomi Aceh masih didorong oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pertambangan dan

penggalian. Kedua sektor yang pertama disebutkan masih tetap tumbuh meski

pertumbuhannya sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yaitu menjadi 6,59% dan 4,48% (yoy). Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan negatif yaitu minus 46,80% (yoy).

Perkembangan Inflasi Daerah

Pada bulan Desember 2008, inflasi tahunan Banda Aceh menurun dibanding inflasi pada triwulan sebelumnya. Ini berbeda dengan Lhokseumawe yang mengalami peningkatan cukup tinggi. Inflasi tahunan Banda Aceh sebesar 10,27% (yoy), sesuai dengan proyeksinya di awal tahun sebesar 10-12%. Sedangkan Lhokseumawe sebesar 13,78% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding proyeksinya yang hanya berkisar 8-10%. Banda Aceh mengalami inflasi bulanan sebesar 1,06% (mtm) sedangkan Lhokseumawe juga mengalami inflasi yang signifikan yaitu sebesar 1,47% (mtm).

Pada triwulan IV-2008, inflasi tertinggi di Banda Aceh terjadi pada

kelompok sandang.Kelompok tersebut mengalami inflasi sebesar 16,73%, diikuti

oleh kelompok kesehatan dan kelompok bahan makanan. Satu – satunya kelompok yang mengalami deflasi adalah kelompok transportasi,komunikasi & jasa keuangan sebesar -0,25%. Penyebab inflasi pada triwulan IV-2008 disinyalir akibat peningkatan permintaan terhadap kebutuhan sandang dalam menyambut hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Inflasi tahunan di Lhokseumawe sangat tinggi. Hal ini terutama terjadi pada kelompok bahan makanan dan dikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik,

gas & bahan bakar. Inflasi terjadi karena peningkatan permintaan menjelang

perayaan Idul Adha, tahun baru Islam dan tahun baru nasional yang dibarengi dengan keterbatasan stok pasokan akibat banjir dan puso.

Perkembangan Perbankan Daerah

Kinerja perbankan Aceh pada triwulan ini menunjukkan peningkatan.

Seluruh indikator keuangan Bank mengalami kenaikanl. Aset tumbuh mendekati

10% (qtq) mencapai total Rp.28,26 triliun. Pertumbuhan terbesar terjadi pada pada

Bank Umum Syariah. Peningkatan aset dipicu oleh tumbuhnya Dana Pihak Ketiga

(DPK) sebesar 7,13% (qtq), sehingga posisinya mencapai Rp.20,46 triliun.


(12)

Pertumbuhan terbesar dalam penghimpunan DPK terjadi pada Bank Umum Syariah yang mencapai 42,69%.

Kinerja Bank Umum Konvensional meningkat pada triwulan IV-2008 ini.Aset

tumbuh 8,07% (qtq) menjadi Rp.26,18 triliun. Hal ini didorong oleh peningkatan

DPK sebesar 5,87% (qtq) sehingga mencapai Rp.19,53 triliun. Penyaluran kredit

juga mengalami pertumbuhan pesat. Kredit tumbuh sebesar 7,86% (qtq) dibandingkan triwulan II sebelumnya, sehingga total kredit yang disalurkan Bank Umum Konvensional mencapai Rp8,39 triliun.

Kinerja Bank Umum Syariah masih mengalami peningkatan signifikan pada

triwulan IV-2008. Aset tumbuh 48,89% (qtq) menjadi Rp.1,74 triliun. Hal ini

didorong utamanya oleh peningkatan DPK yang signifikan sebesar 42,69% (qtq) mencapai Rp.933 miliar. Sedangkan pembiayaan tumbuh sebesar 24,27% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, sehingga total pembiayaan yang disalurkan BUS mencapai Rp.537,9 miliar. Namun karena kenaikan DPK lebih tinggi dibanding peningkatan pembiayaan nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) turun dari 66,19% menjadi 57,65%.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Transaksi non-tunai melalui sistem BI-RTGS pada triwulan IV-2008 lalu

mengalami kenaikan. Transaksi BI-RTGS naik dari Rp.55,27 triliun di triwulan-III

2008 menjadi Rp.84,45 triliun. Frekuensi transaksi juga mengalami kenaikan dari 57.283 menjadi 89.572 transaksi.

Transaksi keuangan melalui kliring pada triwulan IV-2008 menunjukkan peningkatan secara nominal meskipun secara volume turun dibandingkan

triwulan III-2008. Nilai transaksi meningkat sekitar 14,6% (qtq) dari Rp.451,4

miliar menjadi Rp.517,4 miliar. Sementara volume transaksi kliring turun sekitar

5,76% (qtq) dari 15.641 warkat menjadi 14.739 warkat.Dari sisi kualitas, meskipun

volume meningkat, jumlah penarikan cek/BG kosong mengalami penurunan.

Kebutuhan uang kartal (tunai) di masyarakat pada triwulan IV-2008

mengalami masih mengalami peningkatan. Hal ini merupakan dampak dari

kebutuhan masyarakat dalam merayakan lebaran di bulan Oktober dan Idul Adha, tahun baru Islam serta tahun baru nasional pada bulan Desember lalu.

Jumlah uang palsu yang ditemukan oleh KBI Banda Aceh pada triwulan IV-2008 mengalami peningkatan signifikan dibanding triwulan - triwulan sebelumnya.

Perkembangan Keuangan Daerah

Realisasi belanja pemerintah provinsi Aceh tahun 2008 relatif rendah. Sampai dengan minggu ke-3 November 2008 tercatat realisasi belanja APBA 2008

sebesar Rp3,04 triliun atau 36% dari pagu anggaran.Rendahnya realisasi anggaran

tersebut utamanya dipengaruhi oleh keterlambatan pengesahan RAPBA 2008. Realisasi anggaran yang rendah berdampak pada menurunnya stimulus pertumbuhan ekonomi dan pada jangka panjang menghambat upaya pengentasan kemiskinan dan pengangguran.

Total DIPA BRR NAD-Nias untuk tahun 2008 tercatat sebesar Rp10,89 triliun. DIPA tersebut terdiri atas DIPA 2008 sebesar Rp7 triliun dan DIPA Luncuran tahun


(13)

lalu sebesar Rp3,89 triliun. Realisasi anggaran untuk tahun 2008 sampai dengan Oktober 2008 masih rendah, meskipun hampir seluruh target fisik BRR tercapai. Ketenagakerjaan dan Kemiskinan

Sampai dengan Agustus 2008, diperkirakan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) penduduk Aceh sekitar 9,5% atau berjumlah 171 ribu jiwa. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Aceh dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Penurunan tersebut disebabkan oleh peningkatan penduduk bukan angkatan kerja yang lebih cepat dibandingkan peningkatan jumlah angkatan kerja. Tingkat Kemiskinan di Aceh cenderung menurun, meskipun masih diatas

tingkat kemiskinan Indonesia. Pada tahun 2008, tingkat kemiskinan di Aceh

mencapai 23,5%. Tingkat kemiskinan tertinggi terbanyak berada di pedesaan yang mencapai 26,3%. Sedangkan untuk perkotaan sendiri, relative rendah yakni hanya sekitar 16,6%.

Proyeksi Ekonomi dan Inflasi Daerah

Perekonomian Aceh tahun 2009 akan dipengaruhi oleh berakhirnya rehabilitasi dan rekonstruksi, penyelenggaraan pemilihan umum dan dampak lanjutan krisis global. Dengan berakhirnya kegiatan rehab-rekon di Aceh otomatis akan hilang stimulus utama perekonomian Aceh.

Penurunan stimulus ekonomi tampaknya akan berusaha diimbangi dengan meningkatnya anggaran belanja pemerintah maupun belanja penyelenggaraan pemilu, meskipun tidak sepenuhnya.

Faktor eksternal yakni dampak krisis global nampaknya akan mempengaruhi ekspor Aceh, yang beberapa bulan terakhir mulai terlihat dampaknya seperti penurunan ekspor kopi, lada dan turunnya harga komoditi kelapa sawit.

Pertumbuhan ekonomi Aceh triwulan I-2009 diproyeksikan lebih rendah

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi

dengan migas diperkirakan masih negatif yakni berada pada kisaran –7 s/d -5% (yoy), dengan masih berlanjutnya penurunan produksi gas sekitar 10 – 15% tahun 2009 nanti. Sedangkan pertumbuhan ekonomi tanpa migas diperkirakan masih berada pada kisaran 3-4% seperti tahun 2008 yang lalu.

Inflasi tahun 2009 diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan tahun

2008.Laju inflasi 2009 diperkirakan berada pada kisaran 8 – 10%. Dari sisi demand,

tekanan inflasi menurun dengan berakhirnya rehab-rekon, penurunan harga komoditi dunia, meskipun ada tekanan dari penyelenggaraan Pemilu 2009. Dari sisi penawaran, jumlah supply barang dan jasa diperkirakan meningkat seiring tumbuhnya dunia usaha dan perbaikan infrastruktur.


(14)

1

Sampai dengan triwulan IV-2008, pertumbuhan ekonomi Aceh masih terus

melambat. Hal ini seiring dengan penurunan lifting gas dan akan

berakhirnya kegiatan rehab – rekon pada April 2009. Bila migas tidak

diperhitungkan, maka pertumbuhan triwulan IV-2008 diproyeksikan lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tanpa migas diperkirakan mencapai 3,93% (yoy), sedangkan triwulan sebelumnya hanya 3,62%.

Gambar 1.1

Pertumbuhan PDRB Prov. NAD (%)

Sumber: BPS Prov. NAD

Dari sisi penggunaan, penurunan ekspor yang merupakan penyumbang

terbesar dalam PDRB masih terus berlanjut. Pada triwulan IV-2008, ekspor

barang dan jasa mengalami pertumbuhan sebesar minus 6,71%.

Pertumbuhan ekonomi Aceh masih didorong oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pertambangan dan

penggalian. Kedua sektor yang pertama disebutkan masih tetap tumbuh meski

pertumbuhannya sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yaitu menjadi 6,59% dan 4,48% (yoy). Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan negatif yaitu minus 46,80% (yoy).

1.1 SISI PENGGUNAAN

Pada triwulan IV-2008, pertumbuhan PDRB dari sisi penggunaan masih terus

melambat. Hal tersebut terutama disebabkan oleh terus menurunnya lifting gas

dan berkurangnya kegiatan rehab-rekon. Tingkat konsumsi rumah tangga meningkat tipis sebesar 1,85% (yoy), sementara komponen penggunaan lainnya

BAB I

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

‐10.87

‐5.23 3.62 3.93

‐15

‐10

‐5 0 5 10

2003 2004 2005 2006 2007 2008 Q1‐08 Q2‐08 Q3‐08 Q4‐08*


(15)

2

yaitu konsumsi pemerintah, investasi dan net ekspor mengalami penurunan tajam dibanding triwulan IV-2007. Pertumbuhan konsumsi pemerintah tercatat sebesar minus 7,38% (yoy), sedangkan pertumbuhan investasi dan net ekspor masing – masing sebesar -7,98% dan 10,63% (yoy).

Tabel 1.1

PDRB Prov. NAD menurut Sisi Pengeluaran Sektor 

Nominal 2008 (Rp‐Miliar)  Growth Q‐III 

(%) 

Growth Q‐IV 

(%) 

Share 2008 (%) 

Q‐I  Q‐II  Q‐III  Q‐IV  Q‐I  Q‐II  Q‐III  Q‐IV 

Konsumsi  4.447  4.435  4.686  4.796  ‐3,34 ‐1,77 53,08  52,94  55,94  57,25 

  Rumah Tangga  2.961  2.918  2.997  3.022  ‐0,61  1,85  34,01 32,52  34,88  36,19

  Pemerintah  1.486  1.517  1.689  1.774  ‐7,84  ‐7,38  15,78  15,65  18,03  19,42 

Investasi  1.341  957  1.188  1.355  ‐25,22  ‐7,98  16,00  11,42  14,17  16,18 

  PMTB  1.337  1.368  1.243  1.384  ‐5,37  ‐9,15  14,28 14,35  13,94  16,09

  Perubahan Stok  3  ‐411  ‐56  ‐29  ‐120,29  ‐43,14  0,02  ‐4,86  ‐2,43  ‐4,84 

Net Ekspor  2.590  3.077  2.397  2.133  ‐15,69  ‐10,63  30,91  36,73  28,61  25,46 

  Ekspor  3.290  3.864  3.255  3.036  ‐8,92  ‐3,89  40,61 47,75  41,93  40,02

  Impor  700  787  857  903  17,44  16,91  4,71  5,41  6,34  6,88 

PDRB  8.378  8.469  8.271  8.284  ‐10,87  ‐5,23  100  100  100  100 

Sumber: BPS Prov. NAD

Perekonomian Aceh sampai dengan triwulan IV-2008 masih ditopang oleh

konsumsi. Konsumsi rumah tangga dan pemerintah mencapai 57,25% dari total

PDRB NAD. Net ekspor merupakan penyumbang terbesar kedua yaitu sebesar 25,46% dengan nilai ekspor terbesar berupa gas alam. Seiring dengan masih cukup dominannya pangsa migas tersebut, berlanjutnya penurunan lifting gas memberikan dampak yang cukup signifikan dan menyebabkan terus menurunnya pertumbuhan ekonomi Aceh. Sementara investasi, yang diharapkan dapat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan masih memiliki share yang sangat rendah yakni sekitar 16,18%.

1.1.1 Konsumsi

Konsumsi pada triwulan IV-2008 mengalami sedikit penurunan dibanding

triwulan IV tahun sebelumnya. Konsumsi diperkirakan turun sekitar -1,77% (yoy)

yang utamanya dipicu oleh penurunan konsumsi pemerintah sekitar -7,38% (yoy). Penurunan ini disebabkan oleh rendahnya realisasi anggaran pemerintah akibat beberapa hal yaitu terlambatnya pengesahan RAPBD 2008 dan masih banyaknya kontraktor sebagai pemenang tender, belum mencairkan dananya.

Beberapa indikator konsumsi rumah tangga tetap menunjukkan trend yang

meningkat. Konsumsi listrik rumah tangga per bulan sekitar 60an juta


(16)

3

Kredit konsumsi tumbuh signifikan mendekati 40% (yoy), sehingga sampai

dengan November 2008 tercatat sekitar Rp.5,4 triliun.

Meski sempat terjadi kenaikan harga BBM, namun konsumsi BBM tetap

mengalami peningkatan. Pada periode Januari sampai November 2008, konsumsi

premium mencapai 286,8 juta liter atau tumbuh sekitar 13,8% dibandingkan

periode yang sama tahun lalu. Konsumsi minyak tanah mencapai 119,6 juta liter atau tumbuh sekitar 4,6%. Sementara, konsumsi solar mencapai 305,4 juta liter atau tumbuh sekitar 2%.

Gambar 1.2

Konsumsi Listrik Rumah Tangga Prov. NAD

Sumber: PT. PLN Prov. NAD

Gambar 1.3

Kredit Konsumsi Prov. NAD

Sumber : LBU

‐60 ‐40 ‐20 0 20 40 60 80

‐40 ‐20 0 20 40 60 80

Ja

n

Feb Mar Ap

r

Mei Jun Ju

l

Agu

st

Sep Ok

t

No

p

Des Jan Feb Mar Ap

r

Mei Jun Ju

l

Agu

st

Sep Ok

t

No

p

Des

2007 2008

Konsumsi Rumah Tangga (Juta KWH) Konsumsi Industri (Juta KWH) Growth yoy Rumah Tangga (%) Growth yoy Industri (%)

1,000 

2,000 

3,000 

4,000 

5,000 

6,000 

7,000 

8,000 

9,000 

10,000 

Jan Mar Me

i

Ju

l

Sep No

p

Jan Mar Me

i

Ju

l

Sep No

p

Jan Mar Me

i

Ju

l

Sep No

p

2006 2007 2008


(17)

4

Gambar 1.4

Konsumsi Bahan Bakar Prov. NAD

Sumber : PT. Pertamina Prov. NAD

1.1.2 Investasi

Investasi di Aceh sampai dengan triwulan IV-2008, relatif lebih rendah

dibandingkan tahun lalu. Meskipun secara nominal, investasi cukup meningkat

dibanding dua triwulan sebelumnya namun terjadi perlambatan investasi yang ditandai denganpertumbuhan PMTB yang sebesar minus 9,15% (yoy).

Pertumbuhan kredit investasi per November 2008 mencapai Rp.5,4 triliun, meningkat 39,92% dibanding tahun lalu (yoy). Meskipun pertumbuhannya pesat, namun masih relatif kecil untuk mendorong perekonomian secara keseluruhan. Peruntukan kredit lebih banyak ditujukan untuk investasi pada sektor perdagangan.

Gambar 1.5 Kredit Investasi Prov. NAD

Sumber : LBU

0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 Ja n

Feb Mar Ap

r

Mei Jun Ju

l

Agust Sep Ok

t

No

p

Des Jan Feb Mar Ap

r

Mei Jun Ju

l

Agust Sep Ok

t

No

p

2007 2008

Premium (Lt‐Rb) Minyak Tanah (Lt‐Rb) Minyak Solar (Lt‐Rb) Avtur (Lt Rb‐axis kanan) Pertamax (Lt Rb‐axis kanan)

(50) (40) (30) (20) (10) ‐ 10  20  30  40  50  ‐ 1,000  2,000  3,000  4,000  5,000  6,000  7,000  8,000  9,000  10,000 

Jan Feb Ma

r Apr Me i Ju n Ju l Ag u st Sep Ok t

Nop Des Jan Feb Ma

r Apr Me i Ju n Ju l Ag u st Sep Ok t Nop 2007 2008


(18)

5

1.1.3 Ekspor Impor

Total perdagangan luar negeri non – migas Aceh diperkirakan surplus. Meski

pada Desember 2008 tercatat terjadi minus sebesar US$ -81,81 juta, namun secara keseluruhan disepanjang tahun 2008, perdagangan luar negeri non – migas Aceh surplus US$ 132,87 juta.

Gambar 1.6

Ekspor-Impor Non-migas Prov.NAD

Sumber : www.bi.go.id

1.2 SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, struktur ekonomi Aceh masih ditopang sektor

pertanian. Pada triwulan IV-2008, sektor pertanian menyumbang 28,88%

terhadap perekonomian Aceh, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 14,28% dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 13,3%.

Bila dilihat pertumbuhannya, beberapa sektor ekonomi menurun, yaitu

sektor pertambangan, industri pengolahan dan sektor bangunan. Penurunan

pada sektor pertambangan dan industri pengolahan dipengaruhi oleh menipisnya cadangan gas. Sementara penurunan pada sektor bangunan disebabkan oleh berkurangnya kegiatan rehab-rekon yang dilakukan pemerintah maupun NGO mendekati masa berakhirnya BRR NAD-Nias

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Ja

n

Fe

b

Mar Ap

r

Mei Ju

n

Ju

l

Agus

t

Sep Okt Nop Des Ja

n

Fe

b

Mar Ap

r

Mei Ju

n

Ju

l

Agus

t

Sep Okt Nop Des

2007 2008


(19)

6

Tabel 1.2

PDRB Prov. NAD menurut Sisi Penawaran

   Growth yoy (%)  Share (%) 

   2007  2008  III‐2008  IV‐2008  2007  2008  III‐2008  IV‐

2008

1. Pertanian  4,95  5,09  7,47  6,59  27,79  28,54  28,28  28,88 

2. Pertambangan & penggalian  ‐21,64  ‐44,75  ‐59,09  ‐46,80  21,71  16,27  17,07  13,30 

    a. Minyak dan Gas Bumi  ‐22,56  ‐47,02  ‐61,62  ‐50,20  20,80  15,35  16,19  12,37 

    b. Penggalian  2,05  ‐0,25  ‐0,83  ‐1,22  0,91  0,91  0,89  0,93 

3. Industri Pengolahan  ‐10,10  ‐4,23  1,35  ‐6,40  10,84  12,51  12,37  12,23 

    a. Migas  ‐16,74  ‐7,84  1,02  ‐13,34  8,41  9,95  9,86  9,61 

    b. Non Migas  8,57  3,57  1,95  9,69  2,44  2,57  2,51  2,62 

4. Listrik, gas & air bersih  23,70  12,73  13,20  15,68  0,24  0,26  0,25  0,28 

5. Bangunan  13,93  ‐0,85  ‐3,13  ‐0,80  7,40  8,27  8,42  9,32 

6. Perdagangan, hotel & restoran  1,70  4,59  5,37  4,48  12,61  13,60  13,18  14,28 

7. Pengangkutan & komunikasi  10,95  1,38  2,75  2,91  7,85  8,52  8,58  9,22 

    a. Pengangkutan  13,08  0,02  1,09  1,94  7,24  7,95  8,02  8,62 

    b. Komunikasi  1,01  8,46  11,46  7,82  0,61  0,57  0,56  0,60 

8. Keuangan, persewaan & js.prsh  6,02  5,16  6,42  ‐10,09  1,85  1,99  2,01  2,13 

9. Jasa ‐ jasa  14,30  1,21  ‐0,56  2,16  9,73  10,05  9,83  10,37 

    a. Pemerintahan  15,26  1,06  ‐0,75  1,99  8,29  8,57  8,36  8,81 

    b. Swasta  0,01  3,79  2,58  4,96  1,44  1,48  1,47  1,56 

PDRB  ‐2,21  ‐7,31  ‐10,87  ‐5,23  100  100  100  100 

PDRB tanpa migas  7,46  3,24  3,62  3,93  70,80  74,70  73,95  78,02 

Sumber : BPS NAD

1.2.1 Sektor Pertanian

Sektor pertanian pada triwulan IV-2008 diperkirakan sedikit melambat

dibanding triwulan sebelumnya. PDRB sektor pertanian tumbuh sekitar 6,59%

(yoy) yang didorong oleh semua sub-sektor stanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan. Sedangkan sub-sektor peternakan, kehutanan dan perikanan diproyeksikan menurun.

Tabel 1.3

PDRB Sektor Pertanian Prov. NAD

  

Growth yoy (%)  Share (%) 

QI‐08  QII‐08  QIII‐08  QIV‐08  QI‐08  QII‐08  QIII‐

08 

QIV‐ 08 

PERTANIAN  4,38  1,96  7,47  6,59  28,80  28,22  28,28  28,88 

a. Tanaman Bahan Makanan  12,08  3,14  17,43  23,20  12,52  12,76  12,42  11,91 

b. Tanaman Perkebunan  7,99  6,41  1,93  7,78  6,23  5,82  5,94  6,25  c. Peternakan dan hasilnya  4,78  2,86  17,75  ‐16,77  3,38  2,97  3,05  3,58  d. Kehutanan  ‐3,70  ‐3,97  ‐3,71  ‐3,38  2,39  2,34  2,40  2,48 

e. Perikanan  ‐14,81  ‐5,46  ‐12,46  ‐1,78  4,28  4,34  4,47  4,66  Sumber : BPS Prov. NAD


(20)

7

Sumbangan terbesar sektor pertanian berasal dari sub-sektor tanaman

bahan makanan. Produksi padi, jagung dan tanaman bahan makanan lainnya

menyumbang 11,91% terhadap total PDRB Aceh atau 41,26% dari sektor pertanian.

Penyaluran kredit pertanian juga menunjukkan peningkatan meski sangat

kecil. Sampai dengan Desember 2008, kredit yang disalurkan pada sektor pertanian

mencapai Rp 218,01 miliar atau meningkat 17,73% (yoy) dibandingkan tahun lalu.

Gambar 1.7

Kredit Sektor Pertanian di Prov. NAD

Sumber : LBU

1.2.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian

Seperti triwulan – triwulan sebelumnya, sektor pertambangan & penggalian

terus mengalami penurunan. Sektor ini didominasi oleh pertambangan migas

yang diperkirakan menurun drastis sebesar -50,2% (yoy).

Tabel 1.4

PDRB Sektor Pertambangan & Penggalian Prov. NAD (%)  

Growth yoy (%)  Share (%) 

QI‐08  QII‐08  QIII‐08  QIV‐08  QI‐08  QII‐

08  QIII‐

08 

QIV‐

08

PERTAMBANGAN & PENGGALIAN  ‐35,45  ‐36,59  ‐59,09  ‐46,80  14,21  14,66  10,50  8,47 

a. Minyak & Gas Bumi  ‐37,23  ‐38,28  ‐61,62  ‐50,20  13,18  13,64  9,44  7,38 

b. Penggalian  1,03  0,10  ‐0,83  ‐1,22  1,04  1,02  1,06  1,09 

Sumber : BPS Prov. NAD

Penurunan pertambangan migas tersebut disebabkan produksi gas alam

dan kondensat minyak bumi yang semakin menurun. Hal ini tidak terlepas dari

menipisnya cadangan potensial gas alam, dan untuk meningkatkan produksi perlu

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 0 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 7,000,000 8,000,000 9,000,000 10,000,000 Ja n Fe b Ma r Apr Me i Ju n Jul Ag

ust Sep Ok

t No p De s Ja n Fe b Ma r Apr Me i Ju n Jul Ag

ust Sep Ok

t No p De s 2007 2008


(21)

8

dilakukan eksplorasi untuk menemukan ladang gas baru. Data lifting gas alam di provinsi NAD sampai dengan September 2008 tercatat sekitar 188,65 juta MSCF sedangkan produksi kondensat minyak bumi tercatat sekitar 5,49 juta barrel. Bila dibandingkan periode yang sama tahun 2007, produksi gas alam dan kondensat tersebut masing-masing turun sekitar -10,14% dan -20,23%.

Gambar 1.8

Produksi Migas di Prov. NAD

Sumber : http://dtwh.esdm.go.id

1.2.3 Sektor Industri Pengolahan

Tabel 1.5

PDRB Sektor Industri Pengolahan Prov. NAD   

Growth yoy (%)  Share (%) 

QI‐08  QII‐08  QIII‐

08  QIV‐08  QI‐08  QII‐

08  QIII‐

08  QIV‐

08 

INDUSTRI PENGOLAHAN  ‐4,76  ‐6,57  1,35  ‐6,40  12,41  13,02  12,37  12,23 

a. Industri Migas  ‐7,37 ‐10,39 1,02 ‐13,34 9,82  10,48  9,86  9,61

     ‐ Gas Alam Cair  ‐7,37  ‐10,39  1,02  ‐13,34  9,82  10,48  9,86  9,61 

b. Industri Tanpa Migas  1,37 1,59 1,95 9,69 2,60  2,55  2,51  2,62

     ‐ Makanan, Minuman & Tembakau  4,55  0,78  ‐2,80  5,80  1,03  0,98  0,95  1,01       ‐ Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki  13,20  12,39  7,98  15,53  0,01  0,01  0,01  0,01       ‐ Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya  7,44  2,64  ‐1,83  2,91  0,002  0,002  0,002  0,002       ‐ Kertas dan Barang Cetakan 6,41 7,82 7,47 17,23 0,03  0,03  0,03  0,04      ‐ Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet  ‐0,16  1,86  3,84  11,32  1,40  1,40  1,39  1,44       ‐ Semen & Brg. Galian bukan logam ‐1,99 ‐0,24 12,51 16,90 0,09  0,09  0,10  0,10      ‐ Alat Angk., Mesin & Peralatannya  6,53  5,43  ‐1,46  6,56  0,01  0,01  0,01  0,01       ‐ Barang lainnya  9,11  7,09  0,07  ‐0,82  0,01  0,01  0,01  0,01  Sumber : BPS Prov. NAD

0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35

0 5 10 15 20 25 30

Ja

n

Feb Mar Ap

r

Me

i

Ju

n

Ju

l

Agus

t

Se

p

Okt Nop Des Jan Feb Mar Ap

r

Me

i

Ju

n

Ju

l

Agus

t

Se

p

Okt Nop

2007 2008


(22)

9

Pada triwulan IV-2008, sektor industri pengolahan mengalami penurunan

yang cukup drastis yaitu sebesar -6,40% (yoy). Penurunan ini disebabkan oleh

turunnya industri migas. Industri migas merupakan sub-sektor penyumbang terbesar pada industri pengolahan yaitu mencapai 78,59% atau sekitar 9,61% dari total PDRB Aceh.

1.2.4 Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Setelah sempat mengalami pertumbuhan yang sangat rendah, sektor LGA kembali menunjukkan peningkatan yang signifikan pada triwulan ini yaitu sebesar 15,68% (yoy). Sub-sektor yang dominan menyumbang adalah sub-sektor listrik.

Tabel 1.6

PDRB Sektor Listrik, Gas & Air Bersih  

Growth yoy (%)  Share (%) 

QI‐08  QII‐08  QIII‐08  QIV‐08  QI‐08  QII‐08  QIII‐08  QIV‐08 

LISTRIK, GAS & AIR BERSIH  20,36  1,87  13,20  15,68  12,41  13,02  12,37  12,23  a. Listrik  21,92  2,31  14,33  16,36  9,82  10,48  9,86  9,61 

b. Air Bersih  ‐5,56  ‐5,83  ‐6,41  2,21  9,82  10,48  9,86  9,61  Sumber: BPS Prov. NAD

1.2.5 Sektor Bangunan

Sampai dengan triwulan IV-2008, sektor bangunan masih terus mengalami penurunan. PDRB sektor bangunan diperkirakan turun sebesar -0,8%. Disinyalir penurunan ini disebabkan oleh mulai berkurangnya proyek – proyek bantuan perumahan baik oleh BRR maupun NGO.

Tabel 1.7

PDRB Sektor Bangunan Prov. NAD   

Growth yoy (%)  Share (%) 

QI‐08 QII‐08 QIII‐08 QIV‐08 QI‐08 QII‐08 QIII‐08  QIV‐08 

BANGUNAN  2,64  ‐1,75  ‐3,13  ‐0,80  7,63  7,70  8,42  9,32 


(23)

10

1.2.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pada triwulan IV-2008, pertumbuhan sektor PHR diperkirakan sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Sektor ini menyumbang 14,28% terhadap total PDRB dengan pendukung utama adalah sub-sektor perdagangan besar dan eceran. Setelah beberapa triwulan mengalami pertumbuhan negatif, pada triwulan ini, sub-sektor hotel mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan sebesar 10,14%. Hal ini disinyalir akibat tingginya tingkat hunian hotel selama tiga bulan terakhir. Sejak bulan Oktober terdapat banyak hari libur nasional, mulai dari libur Lebaran, Idul Adha, libur Natal & tahun baru baik nasional maupun tahun baru Islam.

Tabel 1.8

PDRB Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Prov. NAD  

Growth yoy (%)  Share (%) 

QI‐08  QII‐08  QIII‐08  QIV‐08  QI‐08  QII‐08  QIII‐08  QIV‐08 

PERDAGANGAN, HOTEL & 

RESTORAN  5,02  3,51  5,37  4,48  13,62  13,34  13,18  14,28 

a. Perdagangan Besar & Eceran  4,80  3,35  5,29  4,45  13,14  12,88  12,70  13,75  b. Hotel  ‐1,29  ‐1,88  ‐1,47  10,14  0,07  0,07  0,07  0,08 

c. Restoran  13,01  9,75  8,95  4,65  0,41  0,39  0,41  0,45  Sumber : BPS Prov. NAD

1.2.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Tabel 1.9

PDRB Sektor Pengangkutan & Komunikasi Prov. NAD

  

Growth yoy (%)  Share (%)  QI‐08 

QII‐ 08 

QIII‐ 08 

QIV‐ 08  QI‐08 

QII‐ 08 

QIII‐ 08 

QIV‐ 08 

PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI  0,29  ‐0,53  2,75  2,91  8,06  8,20  8,58  9,22 

a. Pengangkutan  ‐0,36  ‐2,65  1,09  1,94  7,50  7,65  8,02  8,62      ‐ Angkutan Jalan Raya  ‐1,57  ‐3,58  0,28  1,91  6,58  6,76  7,05  7,55 

    ‐ Angkutan Laut  2,82  5,46  12,46  3,09  0,20  0,19  0,19  0,22 

    ‐ Angk. Sungai, Danau & Penybr.  ‐0,50  ‐2,87  8,57  ‐2,68  0,003  0,002  0,002  0,003 

    ‐ Angkutan Udara  14,90  3,72  2,31  1,49  0,68  0,65  0,74  0,81 

    ‐ Jasa Penunjang Angkutan  2,99  ‐5,81  1,32  ‐0,54  0,04  0,04  0,04  0,05 

b. Komunikasi  3,72  10,88  11,46  7,82  0,56  0,55  0,56  0,60       ‐ Pos & Telekomunikasi  3,46  10,70  11,31  7,80  0,55  0,54  0,55  0,59      ‐ Jasa Penunjang Komunikasi  24,65  24,93  23,07  9,17  0,01  0,01  0,01  0,01 

Sumber : BPS Prov. NAD

Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi kembali mengalami peningkatan. Dengan tetap didominasi oleh sub-sektor pengangkutan terutama


(24)

11

angkutan jalan raya, sektor ini tumbuh 2,91% (yoy). Pertumbuhan ini disebabkan oleh maraknya pengguna angkutan jalan raya saat mengisi liburan – liburan nasional yang banyak didapati di tiga bulan terakhir ini.

Untuk sub-sektor komunikasi, meski melambat namun pertumbuhannya cukup tinggi yaitu mencapai 7,82%. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya penggunaan jalur komunikasi untuk menyambut perayaan hari raya lebaran, Idul Adha, tahun baru Islam dan nasional.

1.2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami penurunan signifikan pada triwulan ini. Penyumbang penurunan tersebut adalah karena turunnya sektor bank, LKBB dan sewa bangunan. Penurunan yang sangat drastis pada sub-sektor sewa bangunan dikarenakan makin banyaknya NGO baik asing maupun lokal yang meninggalkan Aceh.

Tabel 1.10

PDRB Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Prov. NAD  

Growth yoy (%)  Share (%)  QI‐08  QII‐

08  QIII‐

08  QIV‐08  QI‐08  QII‐

08  QIII‐

08  QIV‐

08 

KEUANGAN, PERSEWAAN & 

JS.PRSH.  23,91  8,10  6,42  ‐10,09  1,90  1,90  2,01  2,13 

a. Bank  74,52  22,91  20,03  ‐13,13  0,94  0,99  1,08  1,17 

b. Lembaga Keu Tanpa Bank  3,49  2,38  7,49  ‐0,93  0,05  0,05  0,05  0,06 

c. Sewa Bangunan  ‐5,88  ‐5,51  ‐7,93  ‐7,64  0,884  0,840  0,848  0,868 

d. Jasa Perusahaan  ‐3,30  ‐5,88  2,74  2,97  0,03  0,03  0,03  0,03 

Sumber : BPS Prov. NAD

1.2.9 Sektor Jasa – jasa

Setelah sedikit mengalami penurunan di triwulan lalu, sektor jasa kembali meningkat pada triwulan IV-2008 ini sebesar 2,16%. Sub-sektor pemerintahan umum tetap menjadi penyumbang terbesar pada sektor ini. Penggenjotan realisasi APBD 2008 di akhir tahun telah meningkatkan pertumbuhan sub-sektor ini sebesar 1,99%. Sementara jasa swasta yang antara lain jasa pendidikan, kesehatan, jasa bengkel dan jasa perorangan lainnya diperkirakan tumbuh cukup signifikan sebesar 4,96%.


(25)

12

Tabel 1.11

PDRB Sektor Jasa-Jasa Prov. NAD  

Growth yoy (%)  Share (%)  QI‐08  QII‐

08  QIII‐

08  QIV‐

08  QI‐08  QII‐

08  QIII‐

08  QIV‐

08 

JASA ‐ JASA  2,25  1,04  ‐0,56  2,16  10,25  9,75  9,83  10,37  a. Pemerintahan Umum  2,15  0,89  ‐0,75  1,99  8,77  8,34  8,36  8,81 

    ‐ Adm. Pem & Pertahanan  1,30  ‐0,73  ‐1,76  1,14  5,89  5,56  5,56  5,84 

    ‐ Jasa Pem lainnya  3,89  4,19  1,28  3,65  2,88  2,78  2,80  2,97  b. Swasta  3,90  3,68  2,58  4,96  1,48  1,40  1,47  1,56      ‐ Sosial Kemasyarakatan  3,05  2,72  1,14  5,88  0,92  0,86  0,90  0,95      ‐ Hiburan & Rekreasi  2,12  2,25  8,06  3,84  0,085  0,082  0,099  0,120      ‐ Perorangan & Rmh Tangga  6,33  6,19  2,83  3,82  0,48  0,45  0,48  0,49 


(26)

13

Pada bulan Desember 2008, inflasi tahunan Banda Aceh menurun dibanding inflasi pada triwulan sebelumnya. Ini berbeda dengan Lhokseumawe yang

mengalami peningkatan cukup tinggi. Inflasi tahunan Banda Aceh sebesar

10,27% (yoy), sesuai dengan proyeksinya di awal tahun sebesar 10-12%. Sedangkan Lhokseumawe sebesar 13,78% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding proyeksinya yang hanya berkisar 8-10%. Banda Aceh mengalami inflasi bulanan sebesar 1,06% (mtm) sedangkan Lhokseumawe juga mengalami inflasi yang signifikan yaitu sebesar 1,47% (mtm).

Gambar 2.1. Inflasi Banda Aceh

Gambar 2.2. Inflasi Lhokseumawe

Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD

Bila dibandingkan dengan inflasi nasional dan Medan maka inflasi tahunan dan bulanan Lhokseumawe masih lebih tinggi.

Gambar 2.3.

Perbandingan Inflasi Tahunan Banda Aceh, Lhokseumawe, Medan dan Nasional

Sumber: BPS Prov. NAD

BAB II

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

10.27 1.392359871 1.06

‐10

‐5 0 5 10 15 20 25 30 35 40

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2006 2007 2008

yoy (%) qtq (%) mtm (%)

13.78

2.97 1.47

‐5 0 5 10 15 20

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11

2006 2007 2008

yoy (%) qtq (%) mtm (%)

11.06 10.27 13.78

10.07

0 2 4 6 8 10 12 14 16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2007 2008

Inflasi Nasional yoy (%) Inflasi Banda Aceh yoy (%) Inflasi Lhokseumawe yoy (%) Inflasi Medan yoy (%)


(27)

14

Selain dipengaruhi oleh peningkatan permintaan menyambut lebaran Idul Fitri, Idul Adha, perayaan tahun baru Islam dan tahun baru nasional seperti di Banda Aceh, kenaikan harga di Lhokseumawe juga dipengaruhi oleh kondisi stok yang terbatas. Keterbatasan persediaan ini disebabkan oleh terhambatnya distribusi sayuran dan buah – buahan dari takengon akibat longsor dan banjir serta minimnya pasokan beras dari Aceh Utara akibat puso.

2.1 BANDA ACEH

Pada triwulan IV-2008, inflasi tertinggi di Banda Aceh terjadi pada

kelompok sandang. Kelompok tersebut mengalami inflasi sebesar 16,73%, diikuti

oleh kelompok kesehatan dan kelompok bahan makanan. Satu – satunya kelompok yang mengalami deflasi adalah kelompok transportasi,komunikasi & jasa keuangan sebesar -0,25%.

Penyebab inflasi pada triwulan IV-2008 disinyalir akibat peningkatan permintaan terhadap kebutuhan sandang dalam menyambut hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.

Tabel 2.1

Inflasi Tahunan Banda Aceh menurut Kelompok Barang/Jasa

2007 (%) 2008 (%)

Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II Q-III Q-IV

Bahan makanan 19,74 9,29 17,97 15,73 13,37 23,87 14,40 14,75

Makanan jadi, minuman, rokok &

tembakau 2,99 2,81 3,24 3,01 8,88 11,85 14,80 14,41

Perumahan, air, listrik, gas & bhn bakar 16,48 11,59 10,36 9,15 5,01 7,13 8,96 7,35

Sandang 16,83 15,99 21,44 22,52 21,02 16,00 13,37 16,73

Kesehatan 15,41 16,21 14,86 13,10 9,80 13,33 14,82 16,44

Pendidikan, rekreasi & olahraga 4,67 5,21 4,87 5,56 4,14 3,32 4,93 5,86 Transpor, komunikasi & js.keu 3,13 3,09 3,14 3,19 2,68 1,89 2,23 -0,25 Sumber : BPS Prov. NAD

Bila dilihat perkembangan inflasi bulanan pada triwulan IV-2008, terlihat

lonjakan inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar 1,06%. Hal ini bertepatan dengan perayaan lebaran Idul Adha, tahun baru Islam dan tahun baru nasional.

Menurut kelompok barang dan jasa, kelompok yang mengalami inflasi tinggi

akibat peningkatan permintaan pada bulan tersebut adalah kelompok bahan makanan dan sandang dengan inflasi signifikan sebesar 4,2% dan 3,64%.

Pada kelompok bahan makanan, kenaikan harga yang signifikan terutama terjadi pada sayur – sayuran, bumbu – bumbuan dan ikan yang diawetkan.


(28)

15

Pada kelompok sandang kenaikan harga juga terjadi pada semua jenis sandang dengan inflasi signifikan pada sandang anak – anak dan barang pribadi dan sandang lain.

Pada kelompok kesehatan, inflasi signifikan terjadi pada jasa perawatan jasmani

dan perawatan jasmani dan kosmetik.

Gambar 2.4

Inflasi Bulanan Banda Aceh menurut Kelompok Barang/Jasa (%) Inflasi

Bulanan (mtm)

Inflasi bahan makanan

Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD

Inflasi makanan jadi, minuman, rokok & tembakau

Inflasi perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD

Inflasi sandang

Inflasi kesehatan

Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD

1.06 ‐2.0 ‐1.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0

Jan Feb Ma

r

Apr May Jun Jul Aug Sep Oct

No

v

Des

Inflasi mtm

4.20 ‐4 ‐2 0 2 4 6 8 10

Jan Feb Ma

r Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Sep Oc t Nov Des

Bahan Makanan

0.13 ‐1 0 1 2 3 4 5 Ja n Feb Ma r Ap r Ma y Ju

n Jul

Aug Sep Oc

t

Nov Des

Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

0.39 ‐1 0 1 1 2 2 3 Ja n Feb Ma r Ap r Ma y Ju

n Jul

Aug Sep Oc

t

Nov Des

Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

3.64 ‐3 ‐2 ‐1 0 1 2 3 4 Ja n Fe b Ma r Ap r Ma y Ju n Ju l

Aug Sep Oc

t Nov Des Sandang 1.07 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0

Jan Feb Ma

r

Apr Ma

y

Ju

n Jul

Au g Sep Oc t Nov Des Kesehatan


(29)

16

Inflasi pendidikan, rekreasi & olahraga

Inflasi makanan jadi, minuman, rokok & tembakau

Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD

2.2 LHOKSEUMAWE

Inflasi tahunan di Lhokseumawe sangat tinggi. Hal ini terutama terjadi pada kelompok bahan makanan dan dikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik,

gas & bahan bakar. Inflasi terjadi karena peningkatan permintaan menjelang

perayaan Idul Adha, tahun baru Islam dan tahun baru nasional yang dibarengi dengan keterbatasan stok pasokan akibat banjir dan puso.

Tabel 2.2

Inflasi Tahunan Lhokseumawe menurut Kelompok Barang/Jasa

2007 (%) 2008 (%)

Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II Q-III Q-IV

Bahan makanan 17,09 9,29 19,81 5,36 3,48 16,09 8,89 20,56

Makanan jadi, minuman, rokok &

tembakau 6,89 1,60 3,54 4,34 5,96 9,48 9,96 12,58

Perumahan, air, listrik, gas & bhn bakar 5,04 5,45 4,55 1,90 16,25 12,79 15,45 15,73

Sandang 6,41 5,67 8,21 8,20 12,98 6,92 5,90 8,09

Kesehatan 1,94 4,61 6,15 5,19 6,06 6,26 5,46 6,80

Pendidikan, rekreasi & olahraga 7,04 1,88 1,97 1,94 1,41 0,44 1,25 3,48 Transpor, komunikasi & js.keu 0,17 0,22 0,71 0,78 1,37 0,80 3,30 4,17 Sumber : BPS Prov. NAD

Bila dilihat perkembangan bulanannya, inflasi di Lhokseumawe mengalami peningkatan yang semakin tinggi.

Menurut kelompok barang dan jasa, kelompok yang mengalami inflasi

signifikan adalah kelompok bahan makanan. Sedangkan yang mengalami deflasi hanya kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.

Hampir sama dengan Banda Aceh, kenaikan harga pada kelompok bahan

makanan terjadi pada sub kelompok sayur-sayuran dan bumbu - bumbuan.

0.00 ‐0.5

0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

Ja

n

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Ju

n

Ju

l

Aug Sep Oc

t

Nov Des

Pendidikan, Rekreasi & Olahraga

‐3.33 ‐4.0

‐2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0

Jan Feb Ma

r

Ap

r

Ma

y

Ju

n Jul

Au

g

Sep Oc

t

Nov Des


(30)

17

Pada kelompok sandang kenaikan harga terjadi pada seluruh sub kelompok dengan inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok sandang wanita dan barang pribadi dan sandang lainnya.

Gambar 2.5

Inflasi Bulanan Lhokseumawe menurut Kelompok Barang/Jasa Inflasi

Bulanan (mtm)

Inflasi bahan makanan

Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD

Inflasi makanan jadi, minuman, Rokok & tembakau

Inflasi perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar

Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD

Inflasi sandang

Inflasi kesehatan

Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD

1.47 ‐2.0 ‐1.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 Ja n Fe b Ma r Ap r Ma y Ju n Ju l

Aug Sep Oc

t

Nov De

s

Inflasi mtm

4.22 ‐4 ‐2 0 2 4 6 8

Jan Feb Ma

r Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Sep Oc t Nov Des

Bahan Makanan

0.25 ‐1 0 1 1 2 2 3 3 4

Jan Feb Ma

r Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Sep Oc t Nov Des

Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

0.74 0 2 4 6 8 10

Jan Feb Ma

r Apr Ma y Ju n Ju l

Aug Sep Oc

t

Nov De

s

Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

1.97 ‐2 ‐1 ‐1 0 1 1 2 2 3

Jan Feb Ma

r Apr Ma y Ju n Ju l Au g Sep Oc t Nov Des Sandang 0.55 ‐0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 Ja n Fe b Ma r Ap r Ma y Ju n Ju l

Aug Sep Oc

t

Nov De

s


(31)

18

Inflasi pendidikan, rekreasi & olahraga

Inflasi transpor, komunikasi & Jasa keuangan

Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD

0.78

‐0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

Ja

n

Fe

b

Ma

r

Ap

r

Ma

y

Ju

n

Ju

l

Aug Sep Oc

t

Nov Des

Pendidikan, Rekreasi & Olahraga

‐3.02 ‐4.0

‐2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0

Jan Feb Ma

r

Ap

r

Ma

y

Ju

n Jul

Au

g

Sep Oc

t

Nov Des


(32)

19

Kinerja perbankan Aceh pada triwulan ini menunjukkan peningkatan.

Seluruh indikator keuangan Bank mengalami kenaikan. Aset hampir 10% (qtq) mencapai total Rp.28,26 triliun. Pertumbuhan terbesar terjadi pada pada Bank Umum Syariah. Peningkatan aset dipicu oleh tumbuhnya Dana Pihak Ketiga (DPK)

sebesar 7,13% (qtq), sehingga posisinya mencapai Rp.20,46 triliun. Pertumbuhan terbesar dalam penghimpunan DPK terjadi pada Bank Umum Syariah yang mencapai 42,69%.

Tabel 3.1

Indikator Keuangan Bank Umum Prov.NAD

Indikator Pokok Q-IV 2007 2008 Growth (qtq)

Q-I Q-II Q-III Q-IV Nominal %

Aset (Rp.Juta) 23.301.501 20.867.861 23.849.194 25.985.159 28.559.926 2.574.767 9,91

Konvensional 22.267.394 19.822.119 22.775.377 24.813.484 26.815.388 2.001.904 8,07

Syariah 1.034.107 1.045.742 1.073.817 1.171.675 1.744.538 572.863 48,89

DPK (Rp.Juta) 18.304.884 16.898.426 16.889.557 19.101.009 20.463.618 1.362.609 7,13

Konvensional 17.615.711 16.276.740 16.280.726 18.447.031 19.530.484 1.083.453 5,87

Syariah 689.173 621.686 608.831 653.978 933.134 279.156 42,69

Kredit / Pembiayaan (Rp.Juta)

6.573.891 6.466.635 8.146.532 8.821.257 9.382.586 561.329 6,36

Konvensional 6.327.072 6.175.050 7.776.862 8.388.393 8.844.664 456.271 5,44

Syariah 246.819 291.585 369.670 432.864 537.922 105.058 24,27

LDR/ FDR (%) 35,91 38,27 48,23 46,18 45,85

Konvensional 35,92 37,94 47,77 45,47 45,29

Syariah 35,81 46,90 60,72 66,19 57,65

NPL (Nominal

- Rp.Juta) 87.845 136.635 179.477 215.889 177.478

Konvensional 83.567 123.937 166.464 201.333 161.231

Syariah 4.278 12.698 13.013 14.556 16.247

NPL (%) 0,48 0,81 1,06 1,13 0,87

Konvensional 0,47 0,76 1,02 1,09 0,83

Syariah 0,62 2,04 2,14 2,23 1,74

Sumber : LBU

Sementara itu, penyaluran kredit selama triwulan IV-2008, tumbuh sekitar 6,36% (qtq) mencapai Rp.9,38 triliun. Pertumbuhan pemberian kredit terbesar dilakukan oleh Bank Umum Syariah yang mencapai 24,27% (qtq), meskipun demikian secara nominal, masih jauh dibawah Bank Umum Konvensional yang mencapai 81,3% total kredit perbankan Aceh.

Pertumbuhan DPK yang lebih pesat dibandingkan pertumbuhan kredit/pembiayaan menyebabkan turunnya Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR turun dari 46,18% menjadi sekitar 45,85% pada triwulan IV-2008. Tercatat bahwa Bank Umum syariah memiliki LDR yang lebih tinggi dibandingkan Bank Umum konvensional.

BAB III


(33)

20

Rasio Non Performing Loans (NPL) Perbankan Aceh mengalami penurunan.

Rasio NPL tercatat sebesar 0,87% mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,13%. Penurunan NPL terjadi pada semua Bank Umum.

3.1 Bank Umum Konvensional

Kinerja Bank Umum Konvensional meningkat pada triwulan IV-2008 ini. Aset

tumbuh 8,07% (qtq) menjadi Rp.26,18 triliun. Hal ini didorong oleh peningkatan DPK sebesar 5,87% (qtq) sehingga mencapai Rp.19,53 triliun. Peningkatan DPK tersebut dipicu oleh melonjaknya simpanan deposito sekitar 36,8% (qtq) atau bertambah sebesar Rp1,32 triliun yang dipengaruhi oleh kenaikan BI rate yang mendorong peningkatan suku bunga simpanan.

Penyaluran kredit juga mengalami pertumbuhan pesat. Kredit tumbuh sebesar

7,86% (qtq) dibandingkan triwulan II sebelumnya, sehingga total kredit yang disalurkan Bank Umum Konvensional mencapai Rp8,84 triliun.

Tabel 3.2

Indikator Keuangan Bank Umum Konvensional Indikator Pokok

Bank Umum Konvensional

Q-IV 2007 2008 Growth (qtq)

Q-I Q-II Q-III Q-IV Nominal %

Aset (Rp.Juta) 22.267.394 19.822.119 22.775.377 24.813.484 26.815.388 2.001.904 8,07 DPK (Rp.Juta) 17.615.711 16.276.740 16.280.726 18.447.031 19.530.484 1.083.453 5,87 Kredit (Rp.Juta) 6.327.072 6.175.050 7.776.862 8.388.393 8.844.664 456.271 5,44

LDR (%) 35,92 37,94 47,77 45,47 45,29

NPL (Rp.Juta) 83.567 123.937 166.464 201.333 161.231

NPL (%) 0,47 0,76 1,02 1,09 0,83

Sumber: LBU

Penghimpunan DPK pada triwulan ini sebagian besar berasal dari tabungan.

Share DPK di Perbankan NAD didominasi oleh Giro sebesar 41,35% diikuti oleh Tabungan dan terakhir adalah Deposito.

Tabel 3.3

Dana Pihak Ketiga Bank Umum Konvensional

DPK (Rp.Juta) Q-IV 2007 2008 Growth (qtq)

Q-I Q-II Q-III Q-IV Nominal %

Total DPK 17.615.711 16.276.740 16.280.726 18.447.031 19.530.484 1.083.453 5,87

Giro 7.877.806 6.677.780 7.109.348 7.859.113 8.076.607 217.494 2,77

Tabungan 6.157.524 5.862.391 5.577.745 5.671.877 6.842.874 1.170.997 20,65

Deposito 3.580.381 3.736.569 3.593.633 4.916.041 4.611.003 -305.038 -6,20


(34)

21

Penyaluran kredit mengalami pertumbuhan diseluruh jenis penggunaan.

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 8,81% (qtq), diikuti oleh kredit investasi yang tumbuh 3,19% dan kredit konsumsi 3,83% (qtq). Komposisi kredit masih dikuasai kredit konsumsi sebesar 55,34% dari total kredit.

Tabel 3.4

Kredit Bank Umum Konvensional Menurut Jenis Penggunaan

Kredit Menurut

Penggunaan Q-IV 2007

2008 Growth (qtq)

Q-I Q-II Q-III Q-IV Nominal %

Total Kredit 6.327.072 6.175.050 7.776.862 8.388.393 8.844.664 456.271 5,44

Modal Kerja 1.947.835 2.068.188 2.565.936 2.817.253 3.065.510 248.257 8,81

Investasi 772.333 698.311 796.197 856.978 884.315 27.337 3,19

Konsumsi 3.606.904 3.408.551 4.414.729 4.714.162 4.894.839 180.677 3,83

Sumber: LBU

Menurut sektor ekonomi, penyaluran kredit mengalami peningkatan hampir diseluruh sektor kecuali sektor pengangkutan dan sektor jasa dunia

usaha. Pertumbuhan terbesar secara nominal adalah kredit untuk sektor

perdagangan, yang meningkat sekitar Rp.201,05 miliar. Sedangkan secara persentase, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pertambangan dengan pertumbuhan sebesar 113,26%% (qtq).

Tabel 3.5

Kredit Bank Umum Konvensional Menurut Sektor Ekonomi Kredit Menurut

Sektor Ekonomi

Q-IV 2007

2008 Growth (qtq)

Q-I Q-II Q-III Q-IV Nominal %

Total Kredit 6.327.072 6.175.050 7.776.862 8.388.393 8.844.664 456.271 5,44

Pertanian 176.974 164.371 200.106 206.173 207.241 1.068 0,52

Pertambangan 2.396 2.803 4.899 5.762 12.288 6.526 113,26

Industri P’olahan 494.998 497.268 526.018 515.374 527.085 11.711 2,27

Listrik Gas dan Air 1.934 803 1.070 1.879 2.138 259 13,78

Konstruksi 343.561 294.741 442.585 474.883 533.122 58.239 12,26

Perdagangan 1.448.104 1.613.205 1.943.971 2.170.550 2.371.604 201.054 9,26

Pengangkutan 29.963 23.599 33.607 41.240 37.964 -3.276 -7,94

Jasa Dunia Usaha 139.335 135.853 164.352 207.346 194.941 -12.405 -5,98

Jasa Sosial Masy 71.691 22.680 33.462 33.918 41.511 7.593 22,39

Lainnya 3.618.116 3.419.727 4.426.792 4.731.268 4.916.770 185.502 3,92

Sumber: LBU

Sektor UMKM mendapat porsi Rp.5,54 triliun atau sebesar 62,68% dari total

pencairan kredit sepanjang periode triwulan IV-2008. Kredit UMKM

mengalami pertumbuhan sebesar 8,51% (qtq).

Penyaluran kredit UMKM didominasi oleh kredit skala menengah dengan penyaluran antara Rp.500 juta sampai dengan Rp.5 miliar.


(35)

22

Tabel 3.6

Kredit UMKM Bank Umum Konvensional

Uraian Q-IV 2007 2008 Growth (qtq)

Q-I Q-II Q-III Q-IV Nominal %

Total Kredit 6.327.072 6.175.050 7.776.862 8.388.393 8.844.664 456.271 5,44 UMKM Konvensional 3.905.560 3.988.845 4.753.708 5.109.744 5.544.406 434.662 8,51

Mikro 177.229 188.166 204.772 222.967 237.734 14.767 6,62

Kecil 1.496.001 1.573.756 1.779.108 1.906.234 1.931.582 25.348 1,33

Menengah 2.232.330 2.226.923 2.769.828 2.980.543 3.375.090 394.547 13,24

Sumber: LBU

3.2 Bank Umum Syariah (BUS)

Kinerja Bank Umum Syariah masih mengalami peningkatan signifikan pada

triwulan IV-2008. Aset tumbuh 48,89% (qtq) menjadi Rp.1,74 triliun. Hal ini

didorong utamanya oleh peningkatan DPK yang signifikan sebesar 42,69% (qtq) mencapai Rp.933 miliar. Sedangkan pembiayaan tumbuh sebesar 24,27% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, sehingga total pembiayaan yang disalurkan BUS mencapai Rp.537,9 miliar. Namun karena kenaikan DPK lebih tinggi dibanding peningkatan pembiayaan nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) turun dari 66,19% menjadi 57,65%.

Tabel 3.7

Indikator Keuangan Bank Umum Syariah Indikator Pokok

Bank Umum Syariah

Q-IV 2007

2008 Growth (qtq)

Q-I Q-II Q-III Q-IV Nominal %

Aset (Rp.Juta) 1.034.107 1.045.742 1.073.817 1.171.675 1.744.538 572.863 48,89 DPK (Rp.Juta) 689.173 621.686 608.831 653.978 933.134 279.156 42,69 Pembiayaan (Rp.Juta) 246.819 291.585 369.670 432.864 537.922 105.058 24,27

FDR (%) 35,81 46,90 60,72 66,19 57,65

NPL (Nominal - Rp.Juta) 4.278 12.698 13.013 14.556 16.247

NPL (%) 0,62 2,04 2,14 2,23 1,74

Sumber: LBU

Tabel 3.8

Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah

DPK (Rp.Juta) Q-IV 2007 2008 Growth (qtq)

Q-I Q-II Q-III Q-IV Nominal %

Total DPK 689.173 621.686 608.831 653.978 933.134 279.156 42,69

Giro Wadiah 236.192 176.366 163.361 183.732 305.161 121.429 66,09

Tab.Mudharabah & Wadiah 312.636 303.688 298.786 326.557 449.594 123.037 37,68

Deposito Mudharabah 140.345 141.632 146.684 143.689 178.379 34.690 24,14


(1)

BAB

PER

6.1. Sam jiwa Dar yang seda pela Terb Ting men pen jum mem diba nasi kab seda

B VI

RKEMBA

. KETENAGA

mpai dengan A a. Sebanyak 68 i penduduk u g disebut Ting angkan sisany ajar dan mah buka (TPT) sek

Sumbe

gkat Partisip nunjukkan p duduk bukan lah angkatan milih untuk andingkan m ional yang bupaten/kota angkan Lhoks (1,6

ANGAN

AKERJAAN Agustus 2008 8,6% merupa usia kerja ters

gkat Partisipas ya merupakan hasiswa). Dar kitar 9,5% ata

er: BPS Prov. NAD

pasi Angkata

penurunan.

n angkatan n kerja. Hal in

menjadi ibu asuk menjad sebesar 67,3

a, TPAK Ac

seumawe me

Angk (1,793 

Bekerja 622 juta, 90,5%) 

KETENA

, penduduk A akan pendudu ebut, sebanya si Angkatan K n bukan ang ri angkatan au berjumlah 1

Gambar Klasifikasi P

an Kerja (TP Penurunan t kerja yang l ni diduga ban u rumah tan i angkatan k 3%, maka A

eh Tengah erupakan yan

Pendud (2,802 jut

katan Kerja juta, 60,3%)

Pengan (171 rib

AGAKER

Aceh diproyek uk usia kerja a ak 60,3% ma Kerja (TPAK) a

katan kerja (s kerja tersebu 171 ribu jiwa.

r 6.1 enduduk

PAK) di Ace tersebut diseb

ebih cepat d nyak pendudu ngga atau m kerja. Bila dib Aceh relatif merupakan g tertinggi.

Pendudu (4,085 ju

duk 15+ ta,  68,6%)

ngguran u, 9,5%)

Bukan Angkat (1,18 juta, 3

RJAAN D

ksikan berjuml atau sekitar 2, asuk dalam an

tau sekitar 1, seperti ibu ru ut, Tingkat P

eh dari tahu babkan oleh dibandingkan uk 15 tahun menjadi pelaj bandingkan d

lebih renda yang terting Menurut Jen

uk uta) 

tan Kerja 39,7%)

Penduduk <15 t (1,283 juta, 31,

DAN KEM

ah 4,085 juta 802 juta jiwa. ngkatan kerja 793 juta jiwa, umah tangga, Pengangguran

un ke tahun peningkatan peningkatan ke atas yang ar/mahasiswa dengan TPAK

h. Menurut

ggi di Aceh

nis Kelamin,

tahun ,4%) 

MISKINA

a . a , , n n n n g a K t h ,

AN


(2)

kecenderungan budaya masyarakat Indonesia pada umumnya yang menempatkan laki-laki sebagai pencari nafkah sedangkan perempuan sebagai ibu rumah tangga.

Gambar 6.2

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Sumber: BPS Prov. NAD

Gambar 6.3

TPAK Menurut Kabupaten/ Kota

Gambar 6.4

TPAK Menurut Jenis Kelamin

Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD

1.814 1.742 1.793 0.934 1.062 1.180

66.0%

62.1% 60.3%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

2006 2007 2008

( ju

ta

jiw

a)

Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja TPAK

77.6 72.2 65.6 63.2 63.0 62.5 62.2 61.8 61.8 61.4 61.1 60.9 60.3 60.2 59.4 58.7 58.7 57.0 56.4 55.9 55.0 54.9 54.3 52.3

0 20 40 60 80 100

Kab. Aceh Tengah Kab. Bener Meriah Kab. Nagan Raya Kab. Gayo Lues Kota Banda Aceh Kab. Pidie

Kab. Aceh Tamiang

Kab. Pidie Jaya

Kota Sabang

Kab. Aceh Timur Kab. Bireun Kab. Aceh Selatan NAD Kab. Aceh Barat Daya Kab. Aceh Jaya

Kab. Subulussalam

Kab. Aceh Singkil Kota Langsa Kab. Aceh Barat Kab. Aceh Besar Kab. Aceh Utara

Kab. Simeulue

Kab. Aceh Tenggara

Kota Lhokseumawe

83.08 81.05

78.82

49.4

43.7 42.39

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

2006 2007 2008

%


(3)

Dar per men rest stat buru 24% Peny Sumber: BP Ting tahu terja ting tert 14,0 terle Iska diik besa 6% 16% 6% 1% ri penduduk tanian, perke nyerap sekitar

oran sekitar 1 tus pekerjaa uh/karyawan, %. Gam yerapan Tena Sektor

PS Prov. NAD

gkat Pengan un 2008, TPT adi pada lak gkat II, Kota

inggi yakni s 02%. Tinggin epas dari pen ndar Mudah, uti oleh perus ar tersebut. 1% 5% 0% % 17%

k yang beke ebunan, keh r 48% tenag 16%, dan yan

annya, tenag

yakni sekitar

bar 6.5 aga Kerja Be

Ekonomi

ngguran Ter T Aceh tercata ki-laki maupu

Lhokseumaw ekitar 14,35% ya pengangg nurunan produ

PT. Kertas K sahaan-perusa 48% Pert Pert Pen Indu Listr Kon Perd Rest Tran Lem dst

erja di Aceh utanan, perb ga kerja, diiku ng terkecil ada ga kerja di

28%, diikuti

rdasar

rbuka (TPT) at sebesar 9,5 n perempuan we merupakan % diikuti ole

uran di Lhoks uksi perusaha Kraft Aceh, PT ahaan yang se

tanian dst

tambangan dan 

ggalian ustri rik, Gas dan Air nstruksi

dagangan, 

toran dan Hotel

nsportasi dst

mbaga Keuangan 

, sebagian buruan dan p uti oleh sekto alah sektor lis Aceh yang c yang berstat

Penyerap

Sumber: BPS Pro

di Aceh cen 56%. Penurun n. Sedangkan n kota deng h Kabupaten seumawe dan aan-perusahaa

T. Aceh Asea ebelumnya be 28% 4% 3% 16% besar beker

perikanan. Se

or perdagang trik, gas dan cukup domin tus berusaha s

Gambar 6 pan Tenaga K

Status Peke

ov. NAD

nderung me nan tingkat p n dilihat me

an tingkat p Aceh Utara Aceh Utara t an besar sepe n Fertilizer, P rgantung pad

24%

21% 4%

rja di sektor ektor tersebut an hotel dan air. Menurut nan berstatus sendiri sekitar

6.6

Kerja Berdas rjaan

enurun. Pada

pengangguran nurut daerah pengangguran yakni sekitar tersebut tidak erti PT. Pupuk PT. Arun yang da perusahaan

Berusaha Se

Berusaha dib

buruh tdk te

Berusaha dib

butuh tetap

Buruh/Karya

Pekerja Beba

Pertanian

Pekerja Beba

Pertanian

Pekerja Tida

r t n t s r sar a n h n r k k g n endiri bantu  etap bantu  awan as di 

as di Non 


(4)

Gambar 6.7

Tingkat Pengangguran Menurut Jenis Kelamin

Gambar 6.8

Tingkat Pengangguran Menurut Kabupaten/ Kota

Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD

6.2. KEMISKINAN

Tingkat Kemiskinan di Aceh cenderung menurun, meskipun masih diatas

tingkat kemiskinan Indonesia. Pada tahun 2008, tingkat kemiskinan di Aceh

mencapai 23,5%. Tingkat kemiskinan tertinggi terbanyak berada di pedesaan yang mencapai 26,3%. Sedangkan untuk perkotaan sendiri, relative rendah yakni hanya sekitar 16,6%.

Gambar 6.9

Tingkat Kemiskinan Prov. NAD

Sumber: BPS Prov. NAD 10.43

9.84 9.56

6.93 7.21 7.11

16.16

14.59

13.97

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

2006 2007 2008

NAD Laki‐laki Perempuan

14.35 14.02 12.22 12.05 11.73 11.43 11.38 11.28 11.17 10.39 10.22 9.59 9.56 8.83 8.63 8.48 7.87 7.53 7.23 5.54 5.03 4.91 4.33 3.40

0 5 10 15

Kota Lhokseumawe Kab. Aceh Utara Kab. Subulussalam Kab. Aceh Besar Kab. Aceh Timur Kota Banda Aceh Kota Sabang Kota Langsa Kab. Aceh Tamiang Kab. Aceh Jaya Kab. Aceh Singkil Kab. Aceh Tenggara NAD Kab. Aceh Selatan Kab. Simeulue Kab. Pidie Jaya Kab. Pidie Kab. Bireun Kab. Aceh Barat Kab. Aceh Barat Daya Kab. Nagan Raya Kab. Aceh Tengah Kab. Gayo Lues Kab. Bener Meriah

28.4  28.7  28.3 

26.7 

23.5 

17.6  19.0  19.0  18.7 

16.6 

32.6  32.6  31.6 

29.9 

26.3 

16.7  16.0  17.8  16.6 

15.4 

0 5 10 15 20 25 30 35

2004 2005 2006 2007 2008

%

Aceh  Aceh – Urban


(5)

Perekonomian Aceh tahun 2009 akan dipengaruhi oleh berakhirnya rehabilitasi dan rekonstruksi, penyelenggaraan pemilihan umum dan

dampak lanjutan krisis global. Dengan berakhirnya kegiatan rehab-rekon di Aceh

otomatis akan hilang stimulus utama perekonomian Aceh. Pasca tsunami, hampir sebagian besar pertumbuhan sector-sektor ekonomi didorong oleh kegiatan rehab-rekon tersebut. Perbaikan infrastruktur disetiap sektor ekonomi, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat merupakan dampak positif dari rehab-rekon, meskipun juga membawa dampak negatif yakni tekanan inflasi yang signifikan di sisi permintaan (demand pull) yang bersumber dari peningkatan penawaran akan barang/jasa untuk kebutuhan rehab-rekon. Penurunan stimulus ekonomi tampaknya akan berusaha diimbangi dengan meningkatnya anggaran belanja pemerintah maupun belanja penyelenggaraan pemilu, meskipun tidak sepenuhnya. Faktor eksternal yakni dampak krisis global nampaknya akan mempengaruhi ekspor Aceh, yang beberapa bulan terakhir mulai terlihat dampaknya seperti penurunan ekspor kopi, lada dan turunnya harga komoditi kelapa sawit. Hal ini tentu saja berdampak pada penurunan pendapatan masyarakat di sektor pertanian yang bila berlanjut akan berakibat lesunya perekonomian Aceh yang sebagian besar masyakaratnya berada di sektor tersebut.

7.1PROYEKSI EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi Aceh triwulan I-2009 diproyeksikan lebih rendah

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi

dengan migas diperkirakan masih negatif yakni berada pada kisaran –7 s/d -5% (yoy), dengan masih berlanjutnya penurunan produksi gas sekitar 10 – 15% tahun 2009 nanti. Sedangkan pertumbuhan ekonomi tanpa migas diperkirakan masih berada pada kisaran 3-4% seperti tahun 2008 yang lalu.

Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap tumbuh

meskipun tidak setinggi tahun sebelumnya. Penyelenggaraan pemilu dan peningkatan UMP (Upah Minimum Provinsi) dan gaji pegawai diperkirakan mampu menopang konsumsi masyarakat meskipun rehab-rekon mulai berakhir. Konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh lebih baik, dengan disahkannya RAPBA 2009 lebih awal dibandingkan tahun lalu, sehingga anggaran pemerintah dapat segera dibelanjakan. Investasi swasta diperkirakan baru akan meningkat signifikan pada

BAB VII


(6)

investasi diperkirakan tumbuh, maka ekspor pada tahun 2009 diperkirakan mengalami penurunan. Disamping akibat penurunan produksi gas, turunnya ekspor juga disebabkan oleh turunnya permintaan sebagai dampak krisis global.

Dari sisi sektoral, secara umum sektor-sektor ekonomi diperkirakan tumbuh

kecuali bidang migas (sektor pertambangan dan industri pengolahan migas) dan sektor konstruksi. Potensi peningkatan belanja pemerintah daerah akan terlihat pada pertumbuhan sektor perdagangan, dan sektor jasa-jasa pada triwulan I/2009. Sedangkan sektor pertanian diperkirakan juga mengalami pertumbuhan. Sektor transportasi dan komunikasi diperkirakan juga tumbuh dengan adanya penyelenggaraan PEMILU 2009.

7.2PROYEKSI INFLASI

Inflasi tahun 2009 diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan tahun

2008. Laju inflasi 2009 diperkirakan berada pada kisaran 8 – 10%. Dari sisi

demand, tekanan inflasi dari permintaan rehab-rekon menurun drastis seiring

berakhirnya masa kerja Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi yang diikuti oleh NGO asing/lokal, Meskipun terdapat lonjakan permintaan dengan adanya penyelenggaraan PEMILU 2009, namun jumlahnya diperkirakan tidak mampu mengimbangi penurunan permintaan yang bersumber dari rehab-rekon. Selain itu, penurunan harga dunia untuk minyak bumi, kelapa sawit dan komoditi lainnya akibat dampak krisis global diperkirakan dapat mendorong penurunan harga di level daerah.

Dari sisi penawaran, jumlah supply barang dan jasa diperkirakan meningkat

seiring bertambahnya jumlah usaha di Aceh. Selain itu, dengan perbaikan proyek infrastruktur khsususnya produksi dan transportasi diharapkan dapat meningkatkan jumlah produksi, dan memperlancar distribusi barang.