ProdukHukum BankIndonesia
K
NA
Tr
KA
BA
Tim
Kel
KAJIAN
ANGGR
iwulan I
ANTOR BAN
ANDA ACEH
m Ekonomi
lompok Ka
N EKO
ROE AC
IV – 200
NK INDONE
H
Moneter
ajian, Statis
ONOM
EH DAR
8
ESIA
stik & Surv
MI REG
RUSSAL
vey
GIONA
LAM
(2)
VISI
Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan.
MISI
Mendukung pencapaian Kantor Pusat dibidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.
FUNGSI
1. Ekonomi Moneter
2. Perbankan
3. Sistem Pembayaran
4. Manajemen Intern
TUGAS POKOK
1. Memberikan masukan kepada Kantor Pusat tentang kondisi ekonomi dan keuangan
daerah di wilayah kerjanya;
2. Melaksanakan kegiatan operasionalisasi sistem pembayaran tunai dan/non tunai
sesuai dengan kebutuhan ekonomi daerah di wilayah kerjanya;
3. Melaksanakan pengawasan bank dan fungsi-fungsi lain terkait dengan perbankan di
wilayah kerjanya;
4. Memberikan saran kepada Pemerintah Daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah,
yang didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian/riset serta memfasilitasi pemberdayaan sektor riil/UMKM;
5. Mengelola sumber daya internal yang dibutuhkan sebagai faktor pendukung
fungsi-fungsi utama.
Kalender Publikasi KER
Triwulan I : Mei Triwulan II : Agustus Triwulan III : November Triwulan IV : Februari
Penerbit :
Kelompok Kajian, Statistik dan Survey - Tim Ekonomi Moneter Kantor Bank Indonesia Banda Aceh
Jl. Cut Meutia No.15, Banda Aceh - Indonesia Telp : 0651-33200 / Fax : 0651-34116
Publikasi KER secara online dapat diperoleh di:http://www.bi.go.id/web/id/DIBI1/Regional/Publikasi/
(3)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Kajian Ekonomi Regional Nanggroe Aceh Darussalam periode triwulan IV/2008 dapat kami hadirkan. Pemahaman akan kondisi ekonomi daerah saat ini menjadi semakin penting sejalan berkembangnya otonomi daerah. Dengan kewenangan dan sumber daya finansial yang semakin besar seperti Nanggroe Aceh Darussalam ini, daerah dapat menentukan arah sekaligus meningkatkan efektivitas pembangunan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perencanaan yang matang, didukung dengan data yang akurat dan analisis yang komprehensif merupakan prasyarat bagi pengambilan keputusan yang berkualitas dalam pembangunan ekonomi tersebut.
Kajian Ekonomi Regional yang berada dihadapan pembaca ini memaparkan antara lain analisis terhadap perkembangan makroekonomi daerah, dan perkembangan indikator-indikator yang terkait dengan tugas pokok Bank Indonesia seperti perkembangan harga, perbankan, sistem pembayaran, dimaksudkan salah satunya sebagai bentuk kontribusi Bank Indonesia dalam menghasilkan pengambilan keputusan pembangunan yang berkualitas sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya. Kami menyadari sepenuhnya bahwa Kajian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dalam rangka meningkatkan kualitas kajian ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas bantuan yang telah diberikan.
Banda Aceh, Februari 2009 BANK INDONESIA BANDA ACEH
Dani Surya Sinaga Deputi Pemimpin
(4)
DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL ... 1
1.1 Sisi Penggunaan ... ... 1
1.1.1 Konsumsi ... 2
1.1.2 Investasi ... 4
1.1.3 Ekspor-Impor ... 5
1.2 Sisi Penawaran ... 5
1.2.1 Sektor Pertanian ... 6
1.2.2 Sektor Pertambangan & Penggalian ... 7
1.2.3 Sektor Industri Pengolahan ... 8
1.2.4 Sektor Listrik, Gas dan Air ... 9
1.2.5 Sektor Bangunan ... 9
1.2.6 Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran ... 10
1.2.7 Sektor Pengangkutan & Komunikasi ... 10
1.2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan ... 11
1.2.9 Sektor Jasa-jasa ... 11
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH... ... 13
2.1 Banda Aceh ... ... 14
2.2 Lhokseumawe ... 16
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ... 19
3.1 Bank Umum Konvensional ... 20
3.2 Bank Umum Syariah ... 22
BAB IV PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ... 25
4.1 RTGS (Real Time Gross Settlement) ... 25
4.2 Kliring ... 25
4.3 Transaksi Tunai ... 26
BAB V PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ... 28
5.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ... 30
5.2 DIPA BRR NAD-Nias... 30
BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KEMISKINAN ... 31
6.1 Ketenagakerjaan ... 31
6.2 Kemiskinan ... 34
BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH ... 35
7.1 Proyeksi Ekonomi ... 35
7.2 Proyeksi Inflasi ... 36
(5)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Pertumbuhan PDRB Prov. NAD ... 1
Gambar 1.2 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Prov. NAD ... 3
Gambar 1.3 Perkembangan Kredit Konsumsi di NAD ... 3
Gambar 1.4 Konsumsi Bahan Bakar Prov. NAD ... 4
Gambar 1.5 Kredit Investasi Prov. NAD ... 4
Gambar 1.6 Ekspor – Impor Non_migas Prov. NAD... 5
Gambar 1.7 Kredit Sektor Pertanian di Prov. NAD ... 7
Gambar 1.8 Produksi Migas di Prov. NAD ... 8
Gambar 2.1 Inflasi Kota Banda Aceh (%) ... 13
Gambar 2.2 Inflasi Kota Lhokseumawe (%) ... 13
Gambar 2.3 Perbandingan Inflasi Tahunan Banda Aceh, Lhokseumawe dan Nasional ... 13
Gambar 2.4 Inflasi Bulanan Banda Aceh menurut Kelompok Barang/Jasa…. 15 Gambar 2.5 Inflasi Bulanan Lhokseumawe menurut Kelompok Barang/Jasa. 17 Gambar 5.1 Serapan Belanja APBA 2008 ... 28
Gambar 6.1 Klasifikasi Penduduk ... 31
Gambar 6.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) ... 32
Gambar 6.3 TPAK Menurut Kabupaten/Kota ... 32
Gambar 6.4 TPAK Menurut Jenis Kelamin ... 32
Gambar 6.5 Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Sektor Ekonomi ... 33
Gambar 6.6 Penyerapan Tenaga Kerja Berdasarkan Status Pekerjaan ... 33
Gambar 6.7 Tingkat Pengangguran Menurut Jenis Kelamin ... 34
Gambar 6.8 Tingkat Pengangguran MenurutKabupaten/Kota ... 34
Gambar 6.9 Tingkat Kemiskinan Prov. NAD. ... 34
(6)
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 PDRB Prov. NAD menurut Sisi Pengeluaran ... 2
Tabel 1.2 PDRB Prov. NAD menurut Sisi Penawaran ... 6
Tabel 1.3 PDRB Sektor Pertanian Prov. NAD ... 6
Tabel 1.4 PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian Prov.NAD ... 7
Tabel 1.5 PDRB Sektor Industri Pengolahan Prov. NAD ... 8
Tabel 1.6 PDRB Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Prov. NAD ... 9
Tabel 1.7 PDRB Sektor Bangunan Prov. NAD ... 9
Tabel 1.8 PDRB Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Prov. NAD ... 10
Tabel 1.9 PDRB Sektor Pengangkutan & Komunikasi Prov. NAD ... 10
Tabel 1.10 PDRB Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Persh Prov. NAD ... 11
Tabel 1.11 PDRB Sektor Jasa-Jasa Prov. NAD ... 12
Tabel 2.1 Inflasi Tahunan Banda Aceh menurut Kelompok Barang & Jasa 14
Tabel 2.2 Inflasi Tahunan Lhokseumawe menurut Kel. Barang & Jasa ... 16
Tabel 3.1 Indikator Keuangan Bank Umum Prov. NAD ... 19
Tabel 3.2 Indikator Keuangan Bank Umum Konvensional ... 20
Tabel 3.3 Dana Pihak Ketiga Bank Umum Konvensional ... 20
Tabel 3.4 Kredit Bank Umum Konvensional Menurut Jenis Penggunaan ... 21
Tabel 3.5 Kredit Bank Umum Konvensional Menurut Sektor Ekonomi ... 21
Tabel 3.6 Kredit UMKM Bank Umum Konvensional ... 22
Tabel 3.7 Indikator Keuangan Bank Umum Syariah ... 22
Tabel 3.8 Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah ... 22
Tabel 3.9 Pembiayaan Bank Umum Syariah Menurut Jenis Penggunaan ... 23
Tabel 3.10 Pembiayaan Bank Umum Syariah Menurut Sektor Ekonomi ... 23
Tabel 3.11 Pembiayaan UMKM Bank Umum Syariah ... 24
Tabel 4.1 Perkembangan Transaksi RTGS Prov. NAD ... 25
Tabel 4.2 Perkembangan Transaksi Kliring di KBI Banda Aceh ... 26
Tabel 4.3 Perkembangan Aliran Uang kartal di KBI Banda Aceh ... 26
Tabel 4.4 Perkembangan Temuan Uang Palsu di KBI Banda Aceh ... 27
Tabel 5.1 Ringkasan APBA 2009 ... 29
(7)
TABEL INDIKATOR TERPILIH
A.
INFLASI
&
PDRB
INDIKATOR 2006 2007 2008
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw. III Tw.IV
Indeks Harga Konsumen* :
‐ Banda Aceh 180,43 188,75 185,60 196,46 200,28 207,26 110,54 112,04 113,6 ‐ Lhokseumawe 151,47 154,74 151,39 159,47 157,80 165,43 108,77 111,95 115,27
Laju Inflasi Tahunan (yoy,%)
‐ Banda Aceh 9,54 13,19 8,55 11,94 11,00 9,81 12,26 10,63 10,27
‐ Lhokseumawe 11,47 9,48 5,54 9,98 4,18 6,91 10,46 9,16 13,78
PDRB ‐ harga konstan (miliar Rp) 37.159 8.860 9.157 9.280 8.742 9.091 8.564 8.473 8.284 ‐ Pertanian 7.873 1.994 2.121 2.081 2.067 2.038 2.194 2.238 2.204
‐ Pertambangan & Penggalian 9.245 1.845 1.958 2.122 1.318 1.941 1.256 1.090 701 ‐ Industri Pengolahan 5.302 1.193 1.134 1.031 1.134 1.105 1.105 1.024 1.062
‐ Listrik, Gas & Air Bersih 66 19 20 21 23 20 22 23 26
‐ Bangunan 1.885 490 518 558 581 503 509 541 577
‐ Perdagangan, Hotel & Restoran 5.571 1.368 1.397 1.410 1.491 1.400 1.446 1.486 1.558
‐ Pengangkutan & Komunikasi 1.926 525 529 527 556 523 526 541 572
‐ Keuangan, Persewaan & Jasa 494 104 125 131 163 109 136 140 147
‐ Jasa 4.798 1.323 1.355 1.399 1.408 1.453 1.369 1.391 1.438 Pertumbuhan PDRB (yoy, %) 2,40 ‐8,27 0,53 2,61 ‐3,33 ‐5,20 ‐6,50 ‐8,70 ‐7,31
Nilai Ekspor Nonmigas (US$ Juta)** 13,70 3,46 15,08 47,61 21,94 10,28 3,01 52,27 85,19 Volume Ekspor Nonmigas (ton Juta)*** 23,17 1,06 37,54 164,93 65,11 14,75 10,78 118,24 58,83
Nilai Impor Nonmigas (US$ Juta)** 29,96 4,24 11,60 6,95 3,08 15,74 0,61 0,00 85,64 Volume Impor Nonmigas (ton Juta)*** 381,91 88,09 142,51 68,51 26,46 185,62 29,98 69,60 24,89
*) IHK pada triwulan II‐2008 sudah menggunakan tahun dasar 2007 = 100 **) Nilai Ekspor Impor menggunakan data Okt‐Des 2008
***) Volume Ekspor Impor menggunakan data Okt‐Nov 2008
(8)
B.
PERBANKAN
&
SISTEM
PERBANKAN
BANK
UMUM
INDIKATOR 2007 2008
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw. III Tw.IV
BANK UMUM KONVENSIONAL
Aset (Rp Miliar) 23.693 22.316 22.429 22.267 19.822 22.775 24.813 26.815 Posisi SBI (Rp Miliar) 1.684 1.800 1.500 1.250 900 850 1.135 1.500 Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) 18.992 18.250 18.239 17.616 16.277 16.281 18.447 19.530
‐ Giro 8.951 8.043 8.038 7.878 6.678 7.109 7.859 8.077
‐ Tabungan 5.005 4.980 4.962 6.158 5.862 5.578 5.672 6.843
‐ Deposito 5.036 5.227 5.239 3.580 3.737 3.594 4.916 4.611 Kredit (Rp Miliar)
berdasarkan Bank Pelapor 4.704 5.321 5.886 6.327 6.175 7.777 8.388 8.845
Berdasarkan Penggunaan : 4.704 5.321 5.886 6.327 10.282 7.777 8.388 8.845 ‐ Modal Kerja 1.320 1.501 1.742 1.948 3.409 2.566 2.817 3.066 ‐ Konsumsi 2.837 3.172 3.451 3.607 6.175 4.415 4.714 4.895
‐ Investasi 547 647 693 772 698 796 857 884
‐ LDR (%) 24,77 29,16 32,27 35,92 37,94 47,77 45,47 4528,65%
‐ NPL (Rp Miliar) 74 92 109 84 124 166 201 161
‐ Rasio NPL (%) 1,58 1,74 1,86 1,32 2,01 2,14 2,40 1,82
Kredit UMKM (Rp Miliar) 3.048 3.258 3.676 3.904 4.092 4.754 5.110 5.544
Kredit Mikro (<Rp50 juta) 150 160 178 177 2.227 205 223 238
‐ Modal Kerja 39 40 47 47 62 68 77 79
‐ Konsumsi 99 105 114 114 112 121 127 138
‐ Investasi 13 15 16 16 14 16 19 21
Kredit Kecil
(Rp50 juta < x ≤Rp500 juta) 1.111 1.244 1.416 1.496 1.574 1.779 1.906 1.932
‐ Modal Kerja 484 554 635 691 761 851 925 925
‐ Konsumsi 558 606 692 705 722 825 864 901
‐ Investasi 69 84 90 101 91 103 117 106
Kredit Menengah
(Rp500 juta < x ≤Rp5 miliar) 1.786 1.853 2.082 2.230 292 2.770 2.981 3.375
‐ Modal Kerja 589 669 790 900 951 1.236 1.375 1.588
‐ Konsumsi 1.107 1.066 1.145 1.170 1.116 1.316 247 262
‐ Investasi 91 118 147 160 159 218 1.359 1.525
Total Kredit MKM (Rp Miliar) 3.048 3.258 3.676 3.904 4.092 4.754 5.110 5.544 NPL MKM Gross (Rp Miliar) 74 92 109 73 124 166 201 161
PPAP (Rp Miliar) 87 104 135 127 140 178 210 170
Rasio NPL MKM Gross (%) 2,44 2,84 2,97 1,87 3,03 3,50 3,94 2,91 Rasio NPL MKM Nett (%) ‐0,43 ‐0,35 ‐0,69 ‐1,39 ‐0,38 ‐0,23 ‐0,17 ‐0,17
(9)
INDIKATOR 2007 2008
Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw. III Tw.IV
BANK UMUM SYARIAH
Aset (Rp Miliar) 1.235 1.260 1.268 1.034 16.898 1.074 1.172 1.745
Posisi SBI (Rp Miliar) 0 0 0 0 0 0 0 0
Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) 1.028 1.020 1.010 689 6.467 609 654 933
‐ Giro 404 399 376 236 142 163 184 305
‐ Tabungan 256 244 263 313 83 299 327 450
‐ Deposito 368 377 372 140 3,5 147 144 178
Kredit (Rp Miliar)
berdasarkan Bank Pelapor 147 174 211 247 167 370 433 538
‐ Modal Kerja 42 52 69 86 129 163 187 194
‐ Investasi 22 23 26 31 35 43 45 52
‐ Konsumsi 83 99 116 130 292 164 200 292
‐ FDR (%) 14,26 17,10 20,92 35,81 2,58 60,72 66,19 57,65 ‐ NPF (Rp Miliar) 2,7 3,8 8,4 4,3 69,3 13,0 13,0 16,2 ‐ NPF (%) 1,83 2,20 3,98 1,73 41,60 3,52 3,01 3,02
Kredit UMKM (Rp Miliar) 146,7 174,5 211,4 246,8 4.541,2 366,2 432,9 537,9
Kredit Mikro (<Rp50 juta) 20,8 24,2 26,0 27,0 69,7 36,0 38,0 51,8
‐ Modal Kerja 2,0 2,0 2,5 2,9 8,0 10,9 11,6 12,6
‐ Investasi 1,6 1,8 1,8 1,9 2,0 2,2 2,3 2,2
‐ Konsumsi 17,2 20,3 21,7 22,3 20,8 22,9 24,1 37,0
Kredit Kecil
(Rp50 juta < x ≤Rp500 juta) 97,4 117,3 141,0 167,8 191,0 216,0 254,8 340,9 ‐ Modal Kerja 30,7 38,7 52,1 64,4 88,9 93,2 108,1 126,2
‐ Investasi 11,7 12,7 12,7 14,9 16,7 18,3 20,2 21,2
‐ Konsumsi 55,0 65,9 76,2 88,5 85,4 104,5 126,6 193,5 Kredit Menengah
(Rp500 juta < x ≤Rp5 miliar) 28,5 33,0 44,3 52,0 4.280,4 114,2 140,0 145,2
‐ Modal Kerja 9,4 11,6 14,6 19,2 30,9 59,4 67,5 55,6
‐ Investasi 8,4 8,4 11,9 14,0 16,5 18,7 23,0 28,3
‐ Konsumsi 10,7 13,0 17,8 18,8 22,4 36,2 49,5 61,4
Total Kredit MKM (Rp Miliar) 146,7 174,5 211,4 246,8 4.541,2 366,2 432,9 537,9 NPL MKM Gross (Rp Miliar) 2,7 3,8 8,4 5,2 69,3 13,0 14,6 16,2 PPAP (Rp Miliar) 2,1 3,2 6,4 3,6 16.898 6,5 8,9 12,2 Rasio NPL MKM Gross (%) 1,83 2,20 3,98 2,12 1,53 3,55 3,36 3,02 Rasio NPL MKM Nett (%) 0,37 0,37 0,94 0,66 (370,6) 1,78 1,32 0,74
(10)
INDIKATOR 2007 2008
Tw.1 Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw. III Tw.IV
BPR KONVENSIONAL
Aset (Rp Miliar) 36,8 36,6 40,9 53,5 79,4 79,1 92,5 136,1
Dana Pihak Ketiga
(Rp Miliar) 23,7 23,1 23,9 33,8 53,8 55,2 48,8 56,9
‐ Tabungan 21,5 20,4 20,5 21,1 40,6 39,9 36,7 40,7
‐ Deposito 2,2 2,7 3,4 12,7 13,1 15,3 12,1 16,2
Kredit (Rp Miliar) 23,5 25,0 25,9 26,4 25,1 25,6 58,9 63,9
‐ Modal Kerja 15,6 16,8 17,0 18,1 16,9 17,3 43,3 55,3
‐ Konsumsi 6,8 7,2 7,3 6,8 6,8 6,9 14,4 6,7
‐ Investasi 1,2 1,1 1,6 1,4 1,4 1,4 1,2 1,8
NPL (%) 24,4 22,5 22,7 23,9 24,5 25,4 10,4 9,5
LDR (%) 99,3 108,5 108,2 78,1 46,7 46,4 120,5 112,2
BPR SYARIAH
Aset (Rp Miliar) 27,2 26,5 27,3 28,7 30,0 30,9 33,0 35,5 Dana Pihak Ketiga
(Rp Miliar) 19,1 18,8 19,0 19,7 18,9 18,6 14,6 20,5
‐ Tabungan 13,8 13,9 14,1 14,9 15,0 14,4 8,9 15,3
‐ Deposito 5,3 4,8 4,9 4,8 3,9 4,2 5,7 5,2
Kredit (Rp Miliar) 13,2 14,8 13,3 15,9 15,6 15,6 20,2 19,5
‐ Modal Kerja 8,2 9,9 8,2 9,9 9,8 9,8 13,9 12,8
‐ Konsumsi 3,0 3,0 2,7 3,1 3,0 2,9 2,6 3,2
‐ Investasi 2,1 2,0 2,4 2,9 2,8 2,8 3,7 3,5
NPF (%) 18,8 20,8 16,3 15,8 14,8 14,7 11,8 12,3
FDR (%) 69,3 79,0 70,1 81,1 82,3 84,0 138,6 95,1
C.
SISTEM
PEMBAYARAN
ALIRAN KAS DI KBI BANDA ACEH
INDIKATOR 2007 2008
Tw.1 Tw.II Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw. III Tw.IV
‐ Inflow (Rp Triliun) 0,22 0,05 0,07 0,18 0,30 0,07 0,08 0,27 ‐ Outflow (Rp
Triliun) 0,52 0,58 0,75 1,06 0,29 0,52 0,81 0,86
RTGS : 56,94 44,27 55,71 43,84 42,26 48,88 55,28 230,87 ‐ Dari Aceh (Rp
Triliun) 15,15 17,43 19,56 17,06 18,95 19,92 19,37 72,83
‐ Ke Aceh (Rp
Triliun) 37,98 22,62 31,67 23,13 21,17 25,29 31,93 143,53 ‐ Dari ‐ Ke Aceh
(Rp Triliun) 3,81 4,22 4,48 3,65 2,15 3,67 3,97 14,52 Jumlah Uang Palsu
yang
ditemukan (lembar)
86 32 38 90 24 39 0 554
Nominal Kliring
(Rp Triliun) 1,24 1,33 0,35 0,70 0,48 0,41 0,45 0,52 Volume Kliring
(lembar) 33.475 42.811 10.683 13.077 15.794 15.915 15.641 14.739
(11)
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Ekonomi Makro Daerah
Sampai dengan triwulan IV-2008, pertumbuhan ekonomi Aceh masih terus
melambat. Hal ini seiring dengan penurunan lifting gas dan akan
berakhirnya kegiatan rehab – rekon pada April 2009. Bila migas tidak
diperhitungkan, maka pertumbuhan triwulan IV-2008 diproyeksikan lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tanpa migas diperkirakan mencapai 3,93% (yoy), sedangkan triwulan sebelumnya hanya 3,62%.
Dari sisi penggunaan, penurunan ekspor yang merupakan penyumbang
terbesar dalam PDRB masih terus berlanjut. Pada triwulan IV-2008, ekspor
barang dan jasa mengalami pertumbuhan sebesar minus 6,71%.
Pertumbuhan ekonomi Aceh masih didorong oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pertambangan dan
penggalian. Kedua sektor yang pertama disebutkan masih tetap tumbuh meski
pertumbuhannya sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yaitu menjadi 6,59% dan 4,48% (yoy). Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan negatif yaitu minus 46,80% (yoy).
Perkembangan Inflasi Daerah
Pada bulan Desember 2008, inflasi tahunan Banda Aceh menurun dibanding inflasi pada triwulan sebelumnya. Ini berbeda dengan Lhokseumawe yang mengalami peningkatan cukup tinggi. Inflasi tahunan Banda Aceh sebesar 10,27% (yoy), sesuai dengan proyeksinya di awal tahun sebesar 10-12%. Sedangkan Lhokseumawe sebesar 13,78% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding proyeksinya yang hanya berkisar 8-10%. Banda Aceh mengalami inflasi bulanan sebesar 1,06% (mtm) sedangkan Lhokseumawe juga mengalami inflasi yang signifikan yaitu sebesar 1,47% (mtm).
Pada triwulan IV-2008, inflasi tertinggi di Banda Aceh terjadi pada
kelompok sandang.Kelompok tersebut mengalami inflasi sebesar 16,73%, diikuti
oleh kelompok kesehatan dan kelompok bahan makanan. Satu – satunya kelompok yang mengalami deflasi adalah kelompok transportasi,komunikasi & jasa keuangan sebesar -0,25%. Penyebab inflasi pada triwulan IV-2008 disinyalir akibat peningkatan permintaan terhadap kebutuhan sandang dalam menyambut hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Inflasi tahunan di Lhokseumawe sangat tinggi. Hal ini terutama terjadi pada kelompok bahan makanan dan dikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik,
gas & bahan bakar. Inflasi terjadi karena peningkatan permintaan menjelang
perayaan Idul Adha, tahun baru Islam dan tahun baru nasional yang dibarengi dengan keterbatasan stok pasokan akibat banjir dan puso.
Perkembangan Perbankan Daerah
Kinerja perbankan Aceh pada triwulan ini menunjukkan peningkatan.
Seluruh indikator keuangan Bank mengalami kenaikanl. Aset tumbuh mendekati
10% (qtq) mencapai total Rp.28,26 triliun. Pertumbuhan terbesar terjadi pada pada
Bank Umum Syariah. Peningkatan aset dipicu oleh tumbuhnya Dana Pihak Ketiga
(DPK) sebesar 7,13% (qtq), sehingga posisinya mencapai Rp.20,46 triliun.
(12)
Pertumbuhan terbesar dalam penghimpunan DPK terjadi pada Bank Umum Syariah yang mencapai 42,69%.
Kinerja Bank Umum Konvensional meningkat pada triwulan IV-2008 ini.Aset
tumbuh 8,07% (qtq) menjadi Rp.26,18 triliun. Hal ini didorong oleh peningkatan
DPK sebesar 5,87% (qtq) sehingga mencapai Rp.19,53 triliun. Penyaluran kredit
juga mengalami pertumbuhan pesat. Kredit tumbuh sebesar 7,86% (qtq) dibandingkan triwulan II sebelumnya, sehingga total kredit yang disalurkan Bank Umum Konvensional mencapai Rp8,39 triliun.
Kinerja Bank Umum Syariah masih mengalami peningkatan signifikan pada
triwulan IV-2008. Aset tumbuh 48,89% (qtq) menjadi Rp.1,74 triliun. Hal ini
didorong utamanya oleh peningkatan DPK yang signifikan sebesar 42,69% (qtq) mencapai Rp.933 miliar. Sedangkan pembiayaan tumbuh sebesar 24,27% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, sehingga total pembiayaan yang disalurkan BUS mencapai Rp.537,9 miliar. Namun karena kenaikan DPK lebih tinggi dibanding peningkatan pembiayaan nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) turun dari 66,19% menjadi 57,65%.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Transaksi non-tunai melalui sistem BI-RTGS pada triwulan IV-2008 lalu
mengalami kenaikan. Transaksi BI-RTGS naik dari Rp.55,27 triliun di triwulan-III
2008 menjadi Rp.84,45 triliun. Frekuensi transaksi juga mengalami kenaikan dari 57.283 menjadi 89.572 transaksi.
Transaksi keuangan melalui kliring pada triwulan IV-2008 menunjukkan peningkatan secara nominal meskipun secara volume turun dibandingkan
triwulan III-2008. Nilai transaksi meningkat sekitar 14,6% (qtq) dari Rp.451,4
miliar menjadi Rp.517,4 miliar. Sementara volume transaksi kliring turun sekitar
5,76% (qtq) dari 15.641 warkat menjadi 14.739 warkat.Dari sisi kualitas, meskipun
volume meningkat, jumlah penarikan cek/BG kosong mengalami penurunan.
Kebutuhan uang kartal (tunai) di masyarakat pada triwulan IV-2008
mengalami masih mengalami peningkatan. Hal ini merupakan dampak dari
kebutuhan masyarakat dalam merayakan lebaran di bulan Oktober dan Idul Adha, tahun baru Islam serta tahun baru nasional pada bulan Desember lalu.
Jumlah uang palsu yang ditemukan oleh KBI Banda Aceh pada triwulan IV-2008 mengalami peningkatan signifikan dibanding triwulan - triwulan sebelumnya.
Perkembangan Keuangan Daerah
Realisasi belanja pemerintah provinsi Aceh tahun 2008 relatif rendah. Sampai dengan minggu ke-3 November 2008 tercatat realisasi belanja APBA 2008
sebesar Rp3,04 triliun atau 36% dari pagu anggaran.Rendahnya realisasi anggaran
tersebut utamanya dipengaruhi oleh keterlambatan pengesahan RAPBA 2008. Realisasi anggaran yang rendah berdampak pada menurunnya stimulus pertumbuhan ekonomi dan pada jangka panjang menghambat upaya pengentasan kemiskinan dan pengangguran.
Total DIPA BRR NAD-Nias untuk tahun 2008 tercatat sebesar Rp10,89 triliun. DIPA tersebut terdiri atas DIPA 2008 sebesar Rp7 triliun dan DIPA Luncuran tahun
(13)
lalu sebesar Rp3,89 triliun. Realisasi anggaran untuk tahun 2008 sampai dengan Oktober 2008 masih rendah, meskipun hampir seluruh target fisik BRR tercapai. Ketenagakerjaan dan Kemiskinan
Sampai dengan Agustus 2008, diperkirakan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) penduduk Aceh sekitar 9,5% atau berjumlah 171 ribu jiwa. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Aceh dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Penurunan tersebut disebabkan oleh peningkatan penduduk bukan angkatan kerja yang lebih cepat dibandingkan peningkatan jumlah angkatan kerja. Tingkat Kemiskinan di Aceh cenderung menurun, meskipun masih diatas
tingkat kemiskinan Indonesia. Pada tahun 2008, tingkat kemiskinan di Aceh
mencapai 23,5%. Tingkat kemiskinan tertinggi terbanyak berada di pedesaan yang mencapai 26,3%. Sedangkan untuk perkotaan sendiri, relative rendah yakni hanya sekitar 16,6%.
Proyeksi Ekonomi dan Inflasi Daerah
Perekonomian Aceh tahun 2009 akan dipengaruhi oleh berakhirnya rehabilitasi dan rekonstruksi, penyelenggaraan pemilihan umum dan dampak lanjutan krisis global. Dengan berakhirnya kegiatan rehab-rekon di Aceh otomatis akan hilang stimulus utama perekonomian Aceh.
Penurunan stimulus ekonomi tampaknya akan berusaha diimbangi dengan meningkatnya anggaran belanja pemerintah maupun belanja penyelenggaraan pemilu, meskipun tidak sepenuhnya.
Faktor eksternal yakni dampak krisis global nampaknya akan mempengaruhi ekspor Aceh, yang beberapa bulan terakhir mulai terlihat dampaknya seperti penurunan ekspor kopi, lada dan turunnya harga komoditi kelapa sawit.
Pertumbuhan ekonomi Aceh triwulan I-2009 diproyeksikan lebih rendah
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi
dengan migas diperkirakan masih negatif yakni berada pada kisaran –7 s/d -5% (yoy), dengan masih berlanjutnya penurunan produksi gas sekitar 10 – 15% tahun 2009 nanti. Sedangkan pertumbuhan ekonomi tanpa migas diperkirakan masih berada pada kisaran 3-4% seperti tahun 2008 yang lalu.
Inflasi tahun 2009 diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan tahun
2008.Laju inflasi 2009 diperkirakan berada pada kisaran 8 – 10%. Dari sisi demand,
tekanan inflasi menurun dengan berakhirnya rehab-rekon, penurunan harga komoditi dunia, meskipun ada tekanan dari penyelenggaraan Pemilu 2009. Dari sisi penawaran, jumlah supply barang dan jasa diperkirakan meningkat seiring tumbuhnya dunia usaha dan perbaikan infrastruktur.
(14)
1
Sampai dengan triwulan IV-2008, pertumbuhan ekonomi Aceh masih terus
melambat. Hal ini seiring dengan penurunan lifting gas dan akan
berakhirnya kegiatan rehab – rekon pada April 2009. Bila migas tidak
diperhitungkan, maka pertumbuhan triwulan IV-2008 diproyeksikan lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tanpa migas diperkirakan mencapai 3,93% (yoy), sedangkan triwulan sebelumnya hanya 3,62%.
Gambar 1.1
Pertumbuhan PDRB Prov. NAD (%)
Sumber: BPS Prov. NAD
Dari sisi penggunaan, penurunan ekspor yang merupakan penyumbang
terbesar dalam PDRB masih terus berlanjut. Pada triwulan IV-2008, ekspor
barang dan jasa mengalami pertumbuhan sebesar minus 6,71%.
Pertumbuhan ekonomi Aceh masih didorong oleh sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pertambangan dan
penggalian. Kedua sektor yang pertama disebutkan masih tetap tumbuh meski
pertumbuhannya sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yaitu menjadi 6,59% dan 4,48% (yoy). Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan negatif yaitu minus 46,80% (yoy).
1.1 SISI PENGGUNAAN
Pada triwulan IV-2008, pertumbuhan PDRB dari sisi penggunaan masih terus
melambat. Hal tersebut terutama disebabkan oleh terus menurunnya lifting gas
dan berkurangnya kegiatan rehab-rekon. Tingkat konsumsi rumah tangga meningkat tipis sebesar 1,85% (yoy), sementara komponen penggunaan lainnya
BAB I
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH
‐10.87
‐5.23 3.62 3.93
‐15
‐10
‐5 0 5 10
2003 2004 2005 2006 2007 2008 Q1‐08 Q2‐08 Q3‐08 Q4‐08*
(15)
2
yaitu konsumsi pemerintah, investasi dan net ekspor mengalami penurunan tajam dibanding triwulan IV-2007. Pertumbuhan konsumsi pemerintah tercatat sebesar minus 7,38% (yoy), sedangkan pertumbuhan investasi dan net ekspor masing – masing sebesar -7,98% dan 10,63% (yoy).Tabel 1.1
PDRB Prov. NAD menurut Sisi Pengeluaran Sektor
Nominal 2008 (Rp‐Miliar) Growth Q‐III
(%)
Growth Q‐IV
(%)
Share 2008 (%)
Q‐I Q‐II Q‐III Q‐IV Q‐I Q‐II Q‐III Q‐IV
Konsumsi 4.447 4.435 4.686 4.796 ‐3,34 ‐1,77 53,08 52,94 55,94 57,25
Rumah Tangga 2.961 2.918 2.997 3.022 ‐0,61 1,85 34,01 32,52 34,88 36,19
Pemerintah 1.486 1.517 1.689 1.774 ‐7,84 ‐7,38 15,78 15,65 18,03 19,42
Investasi 1.341 957 1.188 1.355 ‐25,22 ‐7,98 16,00 11,42 14,17 16,18
PMTB 1.337 1.368 1.243 1.384 ‐5,37 ‐9,15 14,28 14,35 13,94 16,09
Perubahan Stok 3 ‐411 ‐56 ‐29 ‐120,29 ‐43,14 0,02 ‐4,86 ‐2,43 ‐4,84
Net Ekspor 2.590 3.077 2.397 2.133 ‐15,69 ‐10,63 30,91 36,73 28,61 25,46
Ekspor 3.290 3.864 3.255 3.036 ‐8,92 ‐3,89 40,61 47,75 41,93 40,02
Impor 700 787 857 903 17,44 16,91 4,71 5,41 6,34 6,88
PDRB 8.378 8.469 8.271 8.284 ‐10,87 ‐5,23 100 100 100 100
Sumber: BPS Prov. NAD
Perekonomian Aceh sampai dengan triwulan IV-2008 masih ditopang oleh
konsumsi. Konsumsi rumah tangga dan pemerintah mencapai 57,25% dari total
PDRB NAD. Net ekspor merupakan penyumbang terbesar kedua yaitu sebesar 25,46% dengan nilai ekspor terbesar berupa gas alam. Seiring dengan masih cukup dominannya pangsa migas tersebut, berlanjutnya penurunan lifting gas memberikan dampak yang cukup signifikan dan menyebabkan terus menurunnya pertumbuhan ekonomi Aceh. Sementara investasi, yang diharapkan dapat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan masih memiliki share yang sangat rendah yakni sekitar 16,18%.
1.1.1 Konsumsi
Konsumsi pada triwulan IV-2008 mengalami sedikit penurunan dibanding
triwulan IV tahun sebelumnya. Konsumsi diperkirakan turun sekitar -1,77% (yoy)
yang utamanya dipicu oleh penurunan konsumsi pemerintah sekitar -7,38% (yoy). Penurunan ini disebabkan oleh rendahnya realisasi anggaran pemerintah akibat beberapa hal yaitu terlambatnya pengesahan RAPBD 2008 dan masih banyaknya kontraktor sebagai pemenang tender, belum mencairkan dananya.
Beberapa indikator konsumsi rumah tangga tetap menunjukkan trend yang
meningkat. Konsumsi listrik rumah tangga per bulan sekitar 60an juta
(16)
3
Kredit konsumsi tumbuh signifikan mendekati 40% (yoy), sehingga sampai
dengan November 2008 tercatat sekitar Rp.5,4 triliun.
Meski sempat terjadi kenaikan harga BBM, namun konsumsi BBM tetap
mengalami peningkatan. Pada periode Januari sampai November 2008, konsumsi
premium mencapai 286,8 juta liter atau tumbuh sekitar 13,8% dibandingkan
periode yang sama tahun lalu. Konsumsi minyak tanah mencapai 119,6 juta liter atau tumbuh sekitar 4,6%. Sementara, konsumsi solar mencapai 305,4 juta liter atau tumbuh sekitar 2%.
Gambar 1.2
Konsumsi Listrik Rumah Tangga Prov. NAD
Sumber: PT. PLN Prov. NAD
Gambar 1.3
Kredit Konsumsi Prov. NAD
Sumber : LBU
‐60 ‐40 ‐20 0 20 40 60 80
‐40 ‐20 0 20 40 60 80
Ja
n
Feb Mar Ap
r
Mei Jun Ju
l
Agu
st
Sep Ok
t
No
p
Des Jan Feb Mar Ap
r
Mei Jun Ju
l
Agu
st
Sep Ok
t
No
p
Des
2007 2008
Konsumsi Rumah Tangga (Juta KWH) Konsumsi Industri (Juta KWH) Growth yoy Rumah Tangga (%) Growth yoy Industri (%)
‐
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
10,000
Jan Mar Me
i
Ju
l
Sep No
p
Jan Mar Me
i
Ju
l
Sep No
p
Jan Mar Me
i
Ju
l
Sep No
p
2006 2007 2008
(17)
4
Gambar 1.4
Konsumsi Bahan Bakar Prov. NAD
Sumber : PT. Pertamina Prov. NAD
1.1.2 Investasi
Investasi di Aceh sampai dengan triwulan IV-2008, relatif lebih rendah
dibandingkan tahun lalu. Meskipun secara nominal, investasi cukup meningkat
dibanding dua triwulan sebelumnya namun terjadi perlambatan investasi yang ditandai denganpertumbuhan PMTB yang sebesar minus 9,15% (yoy).
Pertumbuhan kredit investasi per November 2008 mencapai Rp.5,4 triliun, meningkat 39,92% dibanding tahun lalu (yoy). Meskipun pertumbuhannya pesat, namun masih relatif kecil untuk mendorong perekonomian secara keseluruhan. Peruntukan kredit lebih banyak ditujukan untuk investasi pada sektor perdagangan.
Gambar 1.5 Kredit Investasi Prov. NAD
Sumber : LBU
0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 Ja n
Feb Mar Ap
r
Mei Jun Ju
l
Agust Sep Ok
t
No
p
Des Jan Feb Mar Ap
r
Mei Jun Ju
l
Agust Sep Ok
t
No
p
2007 2008
Premium (Lt‐Rb) Minyak Tanah (Lt‐Rb) Minyak Solar (Lt‐Rb) Avtur (Lt Rb‐axis kanan) Pertamax (Lt Rb‐axis kanan)
(50) (40) (30) (20) (10) ‐ 10 20 30 40 50 ‐ 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000
Jan Feb Ma
r Apr Me i Ju n Ju l Ag u st Sep Ok t
Nop Des Jan Feb Ma
r Apr Me i Ju n Ju l Ag u st Sep Ok t Nop 2007 2008
(18)
5
1.1.3 Ekspor ImporTotal perdagangan luar negeri non – migas Aceh diperkirakan surplus. Meski
pada Desember 2008 tercatat terjadi minus sebesar US$ -81,81 juta, namun secara keseluruhan disepanjang tahun 2008, perdagangan luar negeri non – migas Aceh surplus US$ 132,87 juta.
Gambar 1.6
Ekspor-Impor Non-migas Prov.NAD
Sumber : www.bi.go.id
1.2 SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, struktur ekonomi Aceh masih ditopang sektor
pertanian. Pada triwulan IV-2008, sektor pertanian menyumbang 28,88%
terhadap perekonomian Aceh, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 14,28% dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 13,3%.
Bila dilihat pertumbuhannya, beberapa sektor ekonomi menurun, yaitu
sektor pertambangan, industri pengolahan dan sektor bangunan. Penurunan
pada sektor pertambangan dan industri pengolahan dipengaruhi oleh menipisnya cadangan gas. Sementara penurunan pada sektor bangunan disebabkan oleh berkurangnya kegiatan rehab-rekon yang dilakukan pemerintah maupun NGO mendekati masa berakhirnya BRR NAD-Nias
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Ja
n
Fe
b
Mar Ap
r
Mei Ju
n
Ju
l
Agus
t
Sep Okt Nop Des Ja
n
Fe
b
Mar Ap
r
Mei Ju
n
Ju
l
Agus
t
Sep Okt Nop Des
2007 2008
(19)
6
Tabel 1.2
PDRB Prov. NAD menurut Sisi Penawaran
Growth yoy (%) Share (%)
2007 2008 III‐2008 IV‐2008 2007 2008 III‐2008 IV‐
2008
1. Pertanian 4,95 5,09 7,47 6,59 27,79 28,54 28,28 28,88
2. Pertambangan & penggalian ‐21,64 ‐44,75 ‐59,09 ‐46,80 21,71 16,27 17,07 13,30
a. Minyak dan Gas Bumi ‐22,56 ‐47,02 ‐61,62 ‐50,20 20,80 15,35 16,19 12,37
b. Penggalian 2,05 ‐0,25 ‐0,83 ‐1,22 0,91 0,91 0,89 0,93
3. Industri Pengolahan ‐10,10 ‐4,23 1,35 ‐6,40 10,84 12,51 12,37 12,23
a. Migas ‐16,74 ‐7,84 1,02 ‐13,34 8,41 9,95 9,86 9,61
b. Non Migas 8,57 3,57 1,95 9,69 2,44 2,57 2,51 2,62
4. Listrik, gas & air bersih 23,70 12,73 13,20 15,68 0,24 0,26 0,25 0,28
5. Bangunan 13,93 ‐0,85 ‐3,13 ‐0,80 7,40 8,27 8,42 9,32
6. Perdagangan, hotel & restoran 1,70 4,59 5,37 4,48 12,61 13,60 13,18 14,28
7. Pengangkutan & komunikasi 10,95 1,38 2,75 2,91 7,85 8,52 8,58 9,22
a. Pengangkutan 13,08 0,02 1,09 1,94 7,24 7,95 8,02 8,62
b. Komunikasi 1,01 8,46 11,46 7,82 0,61 0,57 0,56 0,60
8. Keuangan, persewaan & js.prsh 6,02 5,16 6,42 ‐10,09 1,85 1,99 2,01 2,13
9. Jasa ‐ jasa 14,30 1,21 ‐0,56 2,16 9,73 10,05 9,83 10,37
a. Pemerintahan 15,26 1,06 ‐0,75 1,99 8,29 8,57 8,36 8,81
b. Swasta 0,01 3,79 2,58 4,96 1,44 1,48 1,47 1,56
PDRB ‐2,21 ‐7,31 ‐10,87 ‐5,23 100 100 100 100
PDRB tanpa migas 7,46 3,24 3,62 3,93 70,80 74,70 73,95 78,02
Sumber : BPS NAD
1.2.1 Sektor Pertanian
Sektor pertanian pada triwulan IV-2008 diperkirakan sedikit melambat
dibanding triwulan sebelumnya. PDRB sektor pertanian tumbuh sekitar 6,59%
(yoy) yang didorong oleh semua sub-sektor stanaman bahan makanan dan tanaman perkebunan. Sedangkan sub-sektor peternakan, kehutanan dan perikanan diproyeksikan menurun.
Tabel 1.3
PDRB Sektor Pertanian Prov. NAD
Growth yoy (%) Share (%)
QI‐08 QII‐08 QIII‐08 QIV‐08 QI‐08 QII‐08 QIII‐
08
QIV‐ 08
PERTANIAN 4,38 1,96 7,47 6,59 28,80 28,22 28,28 28,88
a. Tanaman Bahan Makanan 12,08 3,14 17,43 23,20 12,52 12,76 12,42 11,91
b. Tanaman Perkebunan 7,99 6,41 1,93 7,78 6,23 5,82 5,94 6,25 c. Peternakan dan hasilnya 4,78 2,86 17,75 ‐16,77 3,38 2,97 3,05 3,58 d. Kehutanan ‐3,70 ‐3,97 ‐3,71 ‐3,38 2,39 2,34 2,40 2,48
e. Perikanan ‐14,81 ‐5,46 ‐12,46 ‐1,78 4,28 4,34 4,47 4,66 Sumber : BPS Prov. NAD
(20)
7
Sumbangan terbesar sektor pertanian berasal dari sub-sektor tanaman
bahan makanan. Produksi padi, jagung dan tanaman bahan makanan lainnya
menyumbang 11,91% terhadap total PDRB Aceh atau 41,26% dari sektor pertanian.
Penyaluran kredit pertanian juga menunjukkan peningkatan meski sangat
kecil. Sampai dengan Desember 2008, kredit yang disalurkan pada sektor pertanian
mencapai Rp 218,01 miliar atau meningkat 17,73% (yoy) dibandingkan tahun lalu.
Gambar 1.7
Kredit Sektor Pertanian di Prov. NAD
Sumber : LBU
1.2.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian
Seperti triwulan – triwulan sebelumnya, sektor pertambangan & penggalian
terus mengalami penurunan. Sektor ini didominasi oleh pertambangan migas
yang diperkirakan menurun drastis sebesar -50,2% (yoy).
Tabel 1.4
PDRB Sektor Pertambangan & Penggalian Prov. NAD (%)
Growth yoy (%) Share (%)
QI‐08 QII‐08 QIII‐08 QIV‐08 QI‐08 QII‐
08 QIII‐
08
QIV‐
08
PERTAMBANGAN & PENGGALIAN ‐35,45 ‐36,59 ‐59,09 ‐46,80 14,21 14,66 10,50 8,47
a. Minyak & Gas Bumi ‐37,23 ‐38,28 ‐61,62 ‐50,20 13,18 13,64 9,44 7,38
b. Penggalian 1,03 0,10 ‐0,83 ‐1,22 1,04 1,02 1,06 1,09
Sumber : BPS Prov. NAD
Penurunan pertambangan migas tersebut disebabkan produksi gas alam
dan kondensat minyak bumi yang semakin menurun. Hal ini tidak terlepas dari
menipisnya cadangan potensial gas alam, dan untuk meningkatkan produksi perlu
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 0 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 7,000,000 8,000,000 9,000,000 10,000,000 Ja n Fe b Ma r Apr Me i Ju n Jul Ag
ust Sep Ok
t No p De s Ja n Fe b Ma r Apr Me i Ju n Jul Ag
ust Sep Ok
t No p De s 2007 2008
(21)
8
dilakukan eksplorasi untuk menemukan ladang gas baru. Data lifting gas alam di provinsi NAD sampai dengan September 2008 tercatat sekitar 188,65 juta MSCF sedangkan produksi kondensat minyak bumi tercatat sekitar 5,49 juta barrel. Bila dibandingkan periode yang sama tahun 2007, produksi gas alam dan kondensat tersebut masing-masing turun sekitar -10,14% dan -20,23%.Gambar 1.8
Produksi Migas di Prov. NAD
Sumber : http://dtwh.esdm.go.id
1.2.3 Sektor Industri Pengolahan
Tabel 1.5
PDRB Sektor Industri Pengolahan Prov. NAD
Growth yoy (%) Share (%)
QI‐08 QII‐08 QIII‐
08 QIV‐08 QI‐08 QII‐
08 QIII‐
08 QIV‐
08
INDUSTRI PENGOLAHAN ‐4,76 ‐6,57 1,35 ‐6,40 12,41 13,02 12,37 12,23
a. Industri Migas ‐7,37 ‐10,39 1,02 ‐13,34 9,82 10,48 9,86 9,61
‐ Gas Alam Cair ‐7,37 ‐10,39 1,02 ‐13,34 9,82 10,48 9,86 9,61
b. Industri Tanpa Migas 1,37 1,59 1,95 9,69 2,60 2,55 2,51 2,62
‐ Makanan, Minuman & Tembakau 4,55 0,78 ‐2,80 5,80 1,03 0,98 0,95 1,01 ‐ Tekstil, Brg. Kulit & Alas kaki 13,20 12,39 7,98 15,53 0,01 0,01 0,01 0,01 ‐ Brg. Kayu & Hasil Hutan lainnya 7,44 2,64 ‐1,83 2,91 0,002 0,002 0,002 0,002 ‐ Kertas dan Barang Cetakan 6,41 7,82 7,47 17,23 0,03 0,03 0,03 0,04 ‐ Pupuk, Kimia & Brg. dari Karet ‐0,16 1,86 3,84 11,32 1,40 1,40 1,39 1,44 ‐ Semen & Brg. Galian bukan logam ‐1,99 ‐0,24 12,51 16,90 0,09 0,09 0,10 0,10 ‐ Alat Angk., Mesin & Peralatannya 6,53 5,43 ‐1,46 6,56 0,01 0,01 0,01 0,01 ‐ Barang lainnya 9,11 7,09 0,07 ‐0,82 0,01 0,01 0,01 0,01 Sumber : BPS Prov. NAD
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35
0 5 10 15 20 25 30
Ja
n
Feb Mar Ap
r
Me
i
Ju
n
Ju
l
Agus
t
Se
p
Okt Nop Des Jan Feb Mar Ap
r
Me
i
Ju
n
Ju
l
Agus
t
Se
p
Okt Nop
2007 2008
(22)
9
Pada triwulan IV-2008, sektor industri pengolahan mengalami penurunan
yang cukup drastis yaitu sebesar -6,40% (yoy). Penurunan ini disebabkan oleh
turunnya industri migas. Industri migas merupakan sub-sektor penyumbang terbesar pada industri pengolahan yaitu mencapai 78,59% atau sekitar 9,61% dari total PDRB Aceh.
1.2.4 Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Setelah sempat mengalami pertumbuhan yang sangat rendah, sektor LGA kembali menunjukkan peningkatan yang signifikan pada triwulan ini yaitu sebesar 15,68% (yoy). Sub-sektor yang dominan menyumbang adalah sub-sektor listrik.
Tabel 1.6
PDRB Sektor Listrik, Gas & Air Bersih
Growth yoy (%) Share (%)
QI‐08 QII‐08 QIII‐08 QIV‐08 QI‐08 QII‐08 QIII‐08 QIV‐08
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 20,36 1,87 13,20 15,68 12,41 13,02 12,37 12,23 a. Listrik 21,92 2,31 14,33 16,36 9,82 10,48 9,86 9,61
b. Air Bersih ‐5,56 ‐5,83 ‐6,41 2,21 9,82 10,48 9,86 9,61 Sumber: BPS Prov. NAD
1.2.5 Sektor Bangunan
Sampai dengan triwulan IV-2008, sektor bangunan masih terus mengalami penurunan. PDRB sektor bangunan diperkirakan turun sebesar -0,8%. Disinyalir penurunan ini disebabkan oleh mulai berkurangnya proyek – proyek bantuan perumahan baik oleh BRR maupun NGO.
Tabel 1.7
PDRB Sektor Bangunan Prov. NAD
Growth yoy (%) Share (%)
QI‐08 QII‐08 QIII‐08 QIV‐08 QI‐08 QII‐08 QIII‐08 QIV‐08
BANGUNAN 2,64 ‐1,75 ‐3,13 ‐0,80 7,63 7,70 8,42 9,32
(23)
10
1.2.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan RestoranPada triwulan IV-2008, pertumbuhan sektor PHR diperkirakan sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Sektor ini menyumbang 14,28% terhadap total PDRB dengan pendukung utama adalah sub-sektor perdagangan besar dan eceran. Setelah beberapa triwulan mengalami pertumbuhan negatif, pada triwulan ini, sub-sektor hotel mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan sebesar 10,14%. Hal ini disinyalir akibat tingginya tingkat hunian hotel selama tiga bulan terakhir. Sejak bulan Oktober terdapat banyak hari libur nasional, mulai dari libur Lebaran, Idul Adha, libur Natal & tahun baru baik nasional maupun tahun baru Islam.
Tabel 1.8
PDRB Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran Prov. NAD
Growth yoy (%) Share (%)
QI‐08 QII‐08 QIII‐08 QIV‐08 QI‐08 QII‐08 QIII‐08 QIV‐08
PERDAGANGAN, HOTEL &
RESTORAN 5,02 3,51 5,37 4,48 13,62 13,34 13,18 14,28
a. Perdagangan Besar & Eceran 4,80 3,35 5,29 4,45 13,14 12,88 12,70 13,75 b. Hotel ‐1,29 ‐1,88 ‐1,47 10,14 0,07 0,07 0,07 0,08
c. Restoran 13,01 9,75 8,95 4,65 0,41 0,39 0,41 0,45 Sumber : BPS Prov. NAD
1.2.7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Tabel 1.9
PDRB Sektor Pengangkutan & Komunikasi Prov. NAD
Growth yoy (%) Share (%) QI‐08
QII‐ 08
QIII‐ 08
QIV‐ 08 QI‐08
QII‐ 08
QIII‐ 08
QIV‐ 08
PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 0,29 ‐0,53 2,75 2,91 8,06 8,20 8,58 9,22
a. Pengangkutan ‐0,36 ‐2,65 1,09 1,94 7,50 7,65 8,02 8,62 ‐ Angkutan Jalan Raya ‐1,57 ‐3,58 0,28 1,91 6,58 6,76 7,05 7,55
‐ Angkutan Laut 2,82 5,46 12,46 3,09 0,20 0,19 0,19 0,22
‐ Angk. Sungai, Danau & Penybr. ‐0,50 ‐2,87 8,57 ‐2,68 0,003 0,002 0,002 0,003
‐ Angkutan Udara 14,90 3,72 2,31 1,49 0,68 0,65 0,74 0,81
‐ Jasa Penunjang Angkutan 2,99 ‐5,81 1,32 ‐0,54 0,04 0,04 0,04 0,05
b. Komunikasi 3,72 10,88 11,46 7,82 0,56 0,55 0,56 0,60 ‐ Pos & Telekomunikasi 3,46 10,70 11,31 7,80 0,55 0,54 0,55 0,59 ‐ Jasa Penunjang Komunikasi 24,65 24,93 23,07 9,17 0,01 0,01 0,01 0,01
Sumber : BPS Prov. NAD
Pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi kembali mengalami peningkatan. Dengan tetap didominasi oleh sub-sektor pengangkutan terutama
(24)
11
angkutan jalan raya, sektor ini tumbuh 2,91% (yoy). Pertumbuhan ini disebabkan oleh maraknya pengguna angkutan jalan raya saat mengisi liburan – liburan nasional yang banyak didapati di tiga bulan terakhir ini.Untuk sub-sektor komunikasi, meski melambat namun pertumbuhannya cukup tinggi yaitu mencapai 7,82%. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya penggunaan jalur komunikasi untuk menyambut perayaan hari raya lebaran, Idul Adha, tahun baru Islam dan nasional.
1.2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami penurunan signifikan pada triwulan ini. Penyumbang penurunan tersebut adalah karena turunnya sektor bank, LKBB dan sewa bangunan. Penurunan yang sangat drastis pada sub-sektor sewa bangunan dikarenakan makin banyaknya NGO baik asing maupun lokal yang meninggalkan Aceh.
Tabel 1.10
PDRB Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Prov. NAD
Growth yoy (%) Share (%) QI‐08 QII‐
08 QIII‐
08 QIV‐08 QI‐08 QII‐
08 QIII‐
08 QIV‐
08
KEUANGAN, PERSEWAAN &
JS.PRSH. 23,91 8,10 6,42 ‐10,09 1,90 1,90 2,01 2,13
a. Bank 74,52 22,91 20,03 ‐13,13 0,94 0,99 1,08 1,17
b. Lembaga Keu Tanpa Bank 3,49 2,38 7,49 ‐0,93 0,05 0,05 0,05 0,06
c. Sewa Bangunan ‐5,88 ‐5,51 ‐7,93 ‐7,64 0,884 0,840 0,848 0,868
d. Jasa Perusahaan ‐3,30 ‐5,88 2,74 2,97 0,03 0,03 0,03 0,03
Sumber : BPS Prov. NAD
1.2.9 Sektor Jasa – jasa
Setelah sedikit mengalami penurunan di triwulan lalu, sektor jasa kembali meningkat pada triwulan IV-2008 ini sebesar 2,16%. Sub-sektor pemerintahan umum tetap menjadi penyumbang terbesar pada sektor ini. Penggenjotan realisasi APBD 2008 di akhir tahun telah meningkatkan pertumbuhan sub-sektor ini sebesar 1,99%. Sementara jasa swasta yang antara lain jasa pendidikan, kesehatan, jasa bengkel dan jasa perorangan lainnya diperkirakan tumbuh cukup signifikan sebesar 4,96%.
(25)
12
Tabel 1.11
PDRB Sektor Jasa-Jasa Prov. NAD
Growth yoy (%) Share (%) QI‐08 QII‐
08 QIII‐
08 QIV‐
08 QI‐08 QII‐
08 QIII‐
08 QIV‐
08
JASA ‐ JASA 2,25 1,04 ‐0,56 2,16 10,25 9,75 9,83 10,37 a. Pemerintahan Umum 2,15 0,89 ‐0,75 1,99 8,77 8,34 8,36 8,81
‐ Adm. Pem & Pertahanan 1,30 ‐0,73 ‐1,76 1,14 5,89 5,56 5,56 5,84
‐ Jasa Pem lainnya 3,89 4,19 1,28 3,65 2,88 2,78 2,80 2,97 b. Swasta 3,90 3,68 2,58 4,96 1,48 1,40 1,47 1,56 ‐ Sosial Kemasyarakatan 3,05 2,72 1,14 5,88 0,92 0,86 0,90 0,95 ‐ Hiburan & Rekreasi 2,12 2,25 8,06 3,84 0,085 0,082 0,099 0,120 ‐ Perorangan & Rmh Tangga 6,33 6,19 2,83 3,82 0,48 0,45 0,48 0,49
(26)
13
Pada bulan Desember 2008, inflasi tahunan Banda Aceh menurun dibanding inflasi pada triwulan sebelumnya. Ini berbeda dengan Lhokseumawe yang
mengalami peningkatan cukup tinggi. Inflasi tahunan Banda Aceh sebesar
10,27% (yoy), sesuai dengan proyeksinya di awal tahun sebesar 10-12%. Sedangkan Lhokseumawe sebesar 13,78% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding proyeksinya yang hanya berkisar 8-10%. Banda Aceh mengalami inflasi bulanan sebesar 1,06% (mtm) sedangkan Lhokseumawe juga mengalami inflasi yang signifikan yaitu sebesar 1,47% (mtm).
Gambar 2.1. Inflasi Banda Aceh
Gambar 2.2. Inflasi Lhokseumawe
Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD
Bila dibandingkan dengan inflasi nasional dan Medan maka inflasi tahunan dan bulanan Lhokseumawe masih lebih tinggi.
Gambar 2.3.
Perbandingan Inflasi Tahunan Banda Aceh, Lhokseumawe, Medan dan Nasional
Sumber: BPS Prov. NAD
BAB II
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
10.27 1.392359871 1.06
‐10
‐5 0 5 10 15 20 25 30 35 40
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2006 2007 2008
yoy (%) qtq (%) mtm (%)
13.78
2.97 1.47
‐5 0 5 10 15 20
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2006 2007 2008
yoy (%) qtq (%) mtm (%)
11.06 10.27 13.78
10.07
0 2 4 6 8 10 12 14 16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2007 2008
Inflasi Nasional yoy (%) Inflasi Banda Aceh yoy (%) Inflasi Lhokseumawe yoy (%) Inflasi Medan yoy (%)
(27)
14
Selain dipengaruhi oleh peningkatan permintaan menyambut lebaran Idul Fitri, Idul Adha, perayaan tahun baru Islam dan tahun baru nasional seperti di Banda Aceh, kenaikan harga di Lhokseumawe juga dipengaruhi oleh kondisi stok yang terbatas. Keterbatasan persediaan ini disebabkan oleh terhambatnya distribusi sayuran dan buah – buahan dari takengon akibat longsor dan banjir serta minimnya pasokan beras dari Aceh Utara akibat puso.2.1 BANDA ACEH
Pada triwulan IV-2008, inflasi tertinggi di Banda Aceh terjadi pada
kelompok sandang. Kelompok tersebut mengalami inflasi sebesar 16,73%, diikuti
oleh kelompok kesehatan dan kelompok bahan makanan. Satu – satunya kelompok yang mengalami deflasi adalah kelompok transportasi,komunikasi & jasa keuangan sebesar -0,25%.
Penyebab inflasi pada triwulan IV-2008 disinyalir akibat peningkatan permintaan terhadap kebutuhan sandang dalam menyambut hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Tabel 2.1
Inflasi Tahunan Banda Aceh menurut Kelompok Barang/Jasa
2007 (%) 2008 (%)
Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II Q-III Q-IV
Bahan makanan 19,74 9,29 17,97 15,73 13,37 23,87 14,40 14,75
Makanan jadi, minuman, rokok &
tembakau 2,99 2,81 3,24 3,01 8,88 11,85 14,80 14,41
Perumahan, air, listrik, gas & bhn bakar 16,48 11,59 10,36 9,15 5,01 7,13 8,96 7,35
Sandang 16,83 15,99 21,44 22,52 21,02 16,00 13,37 16,73
Kesehatan 15,41 16,21 14,86 13,10 9,80 13,33 14,82 16,44
Pendidikan, rekreasi & olahraga 4,67 5,21 4,87 5,56 4,14 3,32 4,93 5,86 Transpor, komunikasi & js.keu 3,13 3,09 3,14 3,19 2,68 1,89 2,23 -0,25 Sumber : BPS Prov. NAD
Bila dilihat perkembangan inflasi bulanan pada triwulan IV-2008, terlihat
lonjakan inflasi tertinggi terjadi pada bulan Desember sebesar 1,06%. Hal ini bertepatan dengan perayaan lebaran Idul Adha, tahun baru Islam dan tahun baru nasional.
Menurut kelompok barang dan jasa, kelompok yang mengalami inflasi tinggi
akibat peningkatan permintaan pada bulan tersebut adalah kelompok bahan makanan dan sandang dengan inflasi signifikan sebesar 4,2% dan 3,64%.
Pada kelompok bahan makanan, kenaikan harga yang signifikan terutama terjadi pada sayur – sayuran, bumbu – bumbuan dan ikan yang diawetkan.
(28)
15
Pada kelompok sandang kenaikan harga juga terjadi pada semua jenis sandang dengan inflasi signifikan pada sandang anak – anak dan barang pribadi dan sandang lain.Pada kelompok kesehatan, inflasi signifikan terjadi pada jasa perawatan jasmani
dan perawatan jasmani dan kosmetik.
Gambar 2.4
Inflasi Bulanan Banda Aceh menurut Kelompok Barang/Jasa (%) Inflasi
Bulanan (mtm)
Inflasi bahan makanan
Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD
Inflasi makanan jadi, minuman, rokok & tembakau
Inflasi perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD
Inflasi sandang
Inflasi kesehatan
Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD
1.06 ‐2.0 ‐1.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0
Jan Feb Ma
r
Apr May Jun Jul Aug Sep Oct
No
v
Des
Inflasi mtm
4.20 ‐4 ‐2 0 2 4 6 8 10
Jan Feb Ma
r Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Sep Oc t Nov Des
Bahan Makanan
0.13 ‐1 0 1 2 3 4 5 Ja n Feb Ma r Ap r Ma y Ju
n Jul
Aug Sep Oc
t
Nov Des
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
0.39 ‐1 0 1 1 2 2 3 Ja n Feb Ma r Ap r Ma y Ju
n Jul
Aug Sep Oc
t
Nov Des
Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
3.64 ‐3 ‐2 ‐1 0 1 2 3 4 Ja n Fe b Ma r Ap r Ma y Ju n Ju l
Aug Sep Oc
t Nov Des Sandang 1.07 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0
Jan Feb Ma
r
Apr Ma
y
Ju
n Jul
Au g Sep Oc t Nov Des Kesehatan
(29)
16
Inflasi pendidikan, rekreasi & olahraga
Inflasi makanan jadi, minuman, rokok & tembakau
Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD
2.2 LHOKSEUMAWE
Inflasi tahunan di Lhokseumawe sangat tinggi. Hal ini terutama terjadi pada kelompok bahan makanan dan dikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik,
gas & bahan bakar. Inflasi terjadi karena peningkatan permintaan menjelang
perayaan Idul Adha, tahun baru Islam dan tahun baru nasional yang dibarengi dengan keterbatasan stok pasokan akibat banjir dan puso.
Tabel 2.2
Inflasi Tahunan Lhokseumawe menurut Kelompok Barang/Jasa
2007 (%) 2008 (%)
Q-I Q-II Q-III Q-IV Q-I Q-II Q-III Q-IV
Bahan makanan 17,09 9,29 19,81 5,36 3,48 16,09 8,89 20,56
Makanan jadi, minuman, rokok &
tembakau 6,89 1,60 3,54 4,34 5,96 9,48 9,96 12,58
Perumahan, air, listrik, gas & bhn bakar 5,04 5,45 4,55 1,90 16,25 12,79 15,45 15,73
Sandang 6,41 5,67 8,21 8,20 12,98 6,92 5,90 8,09
Kesehatan 1,94 4,61 6,15 5,19 6,06 6,26 5,46 6,80
Pendidikan, rekreasi & olahraga 7,04 1,88 1,97 1,94 1,41 0,44 1,25 3,48 Transpor, komunikasi & js.keu 0,17 0,22 0,71 0,78 1,37 0,80 3,30 4,17 Sumber : BPS Prov. NAD
Bila dilihat perkembangan bulanannya, inflasi di Lhokseumawe mengalami peningkatan yang semakin tinggi.
Menurut kelompok barang dan jasa, kelompok yang mengalami inflasi
signifikan adalah kelompok bahan makanan. Sedangkan yang mengalami deflasi hanya kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.
Hampir sama dengan Banda Aceh, kenaikan harga pada kelompok bahan
makanan terjadi pada sub kelompok sayur-sayuran dan bumbu - bumbuan.
0.00 ‐0.5
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
Ja
n
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Ju
n
Ju
l
Aug Sep Oc
t
Nov Des
Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
‐3.33 ‐4.0
‐2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0
Jan Feb Ma
r
Ap
r
Ma
y
Ju
n Jul
Au
g
Sep Oc
t
Nov Des
(30)
17
Pada kelompok sandang kenaikan harga terjadi pada seluruh sub kelompok dengan inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok sandang wanita dan barang pribadi dan sandang lainnya.Gambar 2.5
Inflasi Bulanan Lhokseumawe menurut Kelompok Barang/Jasa Inflasi
Bulanan (mtm)
Inflasi bahan makanan
Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD
Inflasi makanan jadi, minuman, Rokok & tembakau
Inflasi perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar
Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD
Inflasi sandang
Inflasi kesehatan
Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD
1.47 ‐2.0 ‐1.0 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 Ja n Fe b Ma r Ap r Ma y Ju n Ju l
Aug Sep Oc
t
Nov De
s
Inflasi mtm
4.22 ‐4 ‐2 0 2 4 6 8
Jan Feb Ma
r Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Sep Oc t Nov Des
Bahan Makanan
0.25 ‐1 0 1 1 2 2 3 3 4
Jan Feb Ma
r Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Sep Oc t Nov Des
Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau
0.74 0 2 4 6 8 10
Jan Feb Ma
r Apr Ma y Ju n Ju l
Aug Sep Oc
t
Nov De
s
Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar
1.97 ‐2 ‐1 ‐1 0 1 1 2 2 3
Jan Feb Ma
r Apr Ma y Ju n Ju l Au g Sep Oc t Nov Des Sandang 0.55 ‐0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 Ja n Fe b Ma r Ap r Ma y Ju n Ju l
Aug Sep Oc
t
Nov De
s
(31)
18
Inflasi pendidikan, rekreasi & olahraga
Inflasi transpor, komunikasi & Jasa keuangan
Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD
0.78
‐0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
Ja
n
Fe
b
Ma
r
Ap
r
Ma
y
Ju
n
Ju
l
Aug Sep Oc
t
Nov Des
Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
‐3.02 ‐4.0
‐2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0
Jan Feb Ma
r
Ap
r
Ma
y
Ju
n Jul
Au
g
Sep Oc
t
Nov Des
(32)
19
Kinerja perbankan Aceh pada triwulan ini menunjukkan peningkatan.
Seluruh indikator keuangan Bank mengalami kenaikan. Aset hampir 10% (qtq) mencapai total Rp.28,26 triliun. Pertumbuhan terbesar terjadi pada pada Bank Umum Syariah. Peningkatan aset dipicu oleh tumbuhnya Dana Pihak Ketiga (DPK)
sebesar 7,13% (qtq), sehingga posisinya mencapai Rp.20,46 triliun. Pertumbuhan terbesar dalam penghimpunan DPK terjadi pada Bank Umum Syariah yang mencapai 42,69%.
Tabel 3.1
Indikator Keuangan Bank Umum Prov.NAD
Indikator Pokok Q-IV 2007 2008 Growth (qtq)
Q-I Q-II Q-III Q-IV Nominal %
Aset (Rp.Juta) 23.301.501 20.867.861 23.849.194 25.985.159 28.559.926 2.574.767 9,91
Konvensional 22.267.394 19.822.119 22.775.377 24.813.484 26.815.388 2.001.904 8,07
Syariah 1.034.107 1.045.742 1.073.817 1.171.675 1.744.538 572.863 48,89
DPK (Rp.Juta) 18.304.884 16.898.426 16.889.557 19.101.009 20.463.618 1.362.609 7,13
Konvensional 17.615.711 16.276.740 16.280.726 18.447.031 19.530.484 1.083.453 5,87
Syariah 689.173 621.686 608.831 653.978 933.134 279.156 42,69
Kredit / Pembiayaan (Rp.Juta)
6.573.891 6.466.635 8.146.532 8.821.257 9.382.586 561.329 6,36
Konvensional 6.327.072 6.175.050 7.776.862 8.388.393 8.844.664 456.271 5,44
Syariah 246.819 291.585 369.670 432.864 537.922 105.058 24,27
LDR/ FDR (%) 35,91 38,27 48,23 46,18 45,85
Konvensional 35,92 37,94 47,77 45,47 45,29
Syariah 35,81 46,90 60,72 66,19 57,65
NPL (Nominal
- Rp.Juta) 87.845 136.635 179.477 215.889 177.478
Konvensional 83.567 123.937 166.464 201.333 161.231
Syariah 4.278 12.698 13.013 14.556 16.247
NPL (%) 0,48 0,81 1,06 1,13 0,87
Konvensional 0,47 0,76 1,02 1,09 0,83
Syariah 0,62 2,04 2,14 2,23 1,74
Sumber : LBU
Sementara itu, penyaluran kredit selama triwulan IV-2008, tumbuh sekitar 6,36% (qtq) mencapai Rp.9,38 triliun. Pertumbuhan pemberian kredit terbesar dilakukan oleh Bank Umum Syariah yang mencapai 24,27% (qtq), meskipun demikian secara nominal, masih jauh dibawah Bank Umum Konvensional yang mencapai 81,3% total kredit perbankan Aceh.
Pertumbuhan DPK yang lebih pesat dibandingkan pertumbuhan kredit/pembiayaan menyebabkan turunnya Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR turun dari 46,18% menjadi sekitar 45,85% pada triwulan IV-2008. Tercatat bahwa Bank Umum syariah memiliki LDR yang lebih tinggi dibandingkan Bank Umum konvensional.
BAB III
(33)
20
Rasio Non Performing Loans (NPL) Perbankan Aceh mengalami penurunan.
Rasio NPL tercatat sebesar 0,87% mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,13%. Penurunan NPL terjadi pada semua Bank Umum.
3.1 Bank Umum Konvensional
Kinerja Bank Umum Konvensional meningkat pada triwulan IV-2008 ini. Aset
tumbuh 8,07% (qtq) menjadi Rp.26,18 triliun. Hal ini didorong oleh peningkatan DPK sebesar 5,87% (qtq) sehingga mencapai Rp.19,53 triliun. Peningkatan DPK tersebut dipicu oleh melonjaknya simpanan deposito sekitar 36,8% (qtq) atau bertambah sebesar Rp1,32 triliun yang dipengaruhi oleh kenaikan BI rate yang mendorong peningkatan suku bunga simpanan.
Penyaluran kredit juga mengalami pertumbuhan pesat. Kredit tumbuh sebesar
7,86% (qtq) dibandingkan triwulan II sebelumnya, sehingga total kredit yang disalurkan Bank Umum Konvensional mencapai Rp8,84 triliun.
Tabel 3.2
Indikator Keuangan Bank Umum Konvensional Indikator Pokok
Bank Umum Konvensional
Q-IV 2007 2008 Growth (qtq)
Q-I Q-II Q-III Q-IV Nominal %
Aset (Rp.Juta) 22.267.394 19.822.119 22.775.377 24.813.484 26.815.388 2.001.904 8,07 DPK (Rp.Juta) 17.615.711 16.276.740 16.280.726 18.447.031 19.530.484 1.083.453 5,87 Kredit (Rp.Juta) 6.327.072 6.175.050 7.776.862 8.388.393 8.844.664 456.271 5,44
LDR (%) 35,92 37,94 47,77 45,47 45,29
NPL (Rp.Juta) 83.567 123.937 166.464 201.333 161.231
NPL (%) 0,47 0,76 1,02 1,09 0,83
Sumber: LBU
Penghimpunan DPK pada triwulan ini sebagian besar berasal dari tabungan.
Share DPK di Perbankan NAD didominasi oleh Giro sebesar 41,35% diikuti oleh Tabungan dan terakhir adalah Deposito.
Tabel 3.3
Dana Pihak Ketiga Bank Umum Konvensional
DPK (Rp.Juta) Q-IV 2007 2008 Growth (qtq)
Q-I Q-II Q-III Q-IV Nominal %
Total DPK 17.615.711 16.276.740 16.280.726 18.447.031 19.530.484 1.083.453 5,87
Giro 7.877.806 6.677.780 7.109.348 7.859.113 8.076.607 217.494 2,77
Tabungan 6.157.524 5.862.391 5.577.745 5.671.877 6.842.874 1.170.997 20,65
Deposito 3.580.381 3.736.569 3.593.633 4.916.041 4.611.003 -305.038 -6,20
(34)
21
Penyaluran kredit mengalami pertumbuhan diseluruh jenis penggunaan.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 8,81% (qtq), diikuti oleh kredit investasi yang tumbuh 3,19% dan kredit konsumsi 3,83% (qtq). Komposisi kredit masih dikuasai kredit konsumsi sebesar 55,34% dari total kredit.
Tabel 3.4
Kredit Bank Umum Konvensional Menurut Jenis Penggunaan
Kredit Menurut
Penggunaan Q-IV 2007
2008 Growth (qtq)
Q-I Q-II Q-III Q-IV Nominal %
Total Kredit 6.327.072 6.175.050 7.776.862 8.388.393 8.844.664 456.271 5,44
Modal Kerja 1.947.835 2.068.188 2.565.936 2.817.253 3.065.510 248.257 8,81
Investasi 772.333 698.311 796.197 856.978 884.315 27.337 3,19
Konsumsi 3.606.904 3.408.551 4.414.729 4.714.162 4.894.839 180.677 3,83
Sumber: LBU
Menurut sektor ekonomi, penyaluran kredit mengalami peningkatan hampir diseluruh sektor kecuali sektor pengangkutan dan sektor jasa dunia
usaha. Pertumbuhan terbesar secara nominal adalah kredit untuk sektor
perdagangan, yang meningkat sekitar Rp.201,05 miliar. Sedangkan secara persentase, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pertambangan dengan pertumbuhan sebesar 113,26%% (qtq).
Tabel 3.5
Kredit Bank Umum Konvensional Menurut Sektor Ekonomi Kredit Menurut
Sektor Ekonomi
Q-IV 2007
2008 Growth (qtq)
Q-I Q-II Q-III Q-IV Nominal %
Total Kredit 6.327.072 6.175.050 7.776.862 8.388.393 8.844.664 456.271 5,44
Pertanian 176.974 164.371 200.106 206.173 207.241 1.068 0,52
Pertambangan 2.396 2.803 4.899 5.762 12.288 6.526 113,26
Industri P’olahan 494.998 497.268 526.018 515.374 527.085 11.711 2,27
Listrik Gas dan Air 1.934 803 1.070 1.879 2.138 259 13,78
Konstruksi 343.561 294.741 442.585 474.883 533.122 58.239 12,26
Perdagangan 1.448.104 1.613.205 1.943.971 2.170.550 2.371.604 201.054 9,26
Pengangkutan 29.963 23.599 33.607 41.240 37.964 -3.276 -7,94
Jasa Dunia Usaha 139.335 135.853 164.352 207.346 194.941 -12.405 -5,98
Jasa Sosial Masy 71.691 22.680 33.462 33.918 41.511 7.593 22,39
Lainnya 3.618.116 3.419.727 4.426.792 4.731.268 4.916.770 185.502 3,92
Sumber: LBU
Sektor UMKM mendapat porsi Rp.5,54 triliun atau sebesar 62,68% dari total
pencairan kredit sepanjang periode triwulan IV-2008. Kredit UMKM
mengalami pertumbuhan sebesar 8,51% (qtq).
Penyaluran kredit UMKM didominasi oleh kredit skala menengah dengan penyaluran antara Rp.500 juta sampai dengan Rp.5 miliar.
(35)
22
Tabel 3.6
Kredit UMKM Bank Umum Konvensional
Uraian Q-IV 2007 2008 Growth (qtq)
Q-I Q-II Q-III Q-IV Nominal %
Total Kredit 6.327.072 6.175.050 7.776.862 8.388.393 8.844.664 456.271 5,44 UMKM Konvensional 3.905.560 3.988.845 4.753.708 5.109.744 5.544.406 434.662 8,51
Mikro 177.229 188.166 204.772 222.967 237.734 14.767 6,62
Kecil 1.496.001 1.573.756 1.779.108 1.906.234 1.931.582 25.348 1,33
Menengah 2.232.330 2.226.923 2.769.828 2.980.543 3.375.090 394.547 13,24
Sumber: LBU
3.2 Bank Umum Syariah (BUS)
Kinerja Bank Umum Syariah masih mengalami peningkatan signifikan pada
triwulan IV-2008. Aset tumbuh 48,89% (qtq) menjadi Rp.1,74 triliun. Hal ini
didorong utamanya oleh peningkatan DPK yang signifikan sebesar 42,69% (qtq) mencapai Rp.933 miliar. Sedangkan pembiayaan tumbuh sebesar 24,27% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, sehingga total pembiayaan yang disalurkan BUS mencapai Rp.537,9 miliar. Namun karena kenaikan DPK lebih tinggi dibanding peningkatan pembiayaan nilai Financing to Deposit Ratio (FDR) turun dari 66,19% menjadi 57,65%.
Tabel 3.7
Indikator Keuangan Bank Umum Syariah Indikator Pokok
Bank Umum Syariah
Q-IV 2007
2008 Growth (qtq)
Q-I Q-II Q-III Q-IV Nominal %
Aset (Rp.Juta) 1.034.107 1.045.742 1.073.817 1.171.675 1.744.538 572.863 48,89 DPK (Rp.Juta) 689.173 621.686 608.831 653.978 933.134 279.156 42,69 Pembiayaan (Rp.Juta) 246.819 291.585 369.670 432.864 537.922 105.058 24,27
FDR (%) 35,81 46,90 60,72 66,19 57,65
NPL (Nominal - Rp.Juta) 4.278 12.698 13.013 14.556 16.247
NPL (%) 0,62 2,04 2,14 2,23 1,74
Sumber: LBU
Tabel 3.8
Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah
DPK (Rp.Juta) Q-IV 2007 2008 Growth (qtq)
Q-I Q-II Q-III Q-IV Nominal %
Total DPK 689.173 621.686 608.831 653.978 933.134 279.156 42,69
Giro Wadiah 236.192 176.366 163.361 183.732 305.161 121.429 66,09
Tab.Mudharabah & Wadiah 312.636 303.688 298.786 326.557 449.594 123.037 37,68
Deposito Mudharabah 140.345 141.632 146.684 143.689 178.379 34.690 24,14
(1)
BAB
PER
6.1. Sam jiwa Dar yang seda pela Terb Ting men pen jum mem diba nasi kab sedaB VI
RKEMBA
. KETENAGAmpai dengan A a. Sebanyak 68 i penduduk u g disebut Ting angkan sisany ajar dan mah buka (TPT) sek
Sumbe
gkat Partisip nunjukkan p duduk bukan lah angkatan milih untuk andingkan m ional yang bupaten/kota angkan Lhoks (1,6
ANGAN
AKERJAAN Agustus 2008 8,6% merupa usia kerja tersgkat Partisipas ya merupakan hasiswa). Dar kitar 9,5% ata
er: BPS Prov. NAD
pasi Angkata
penurunan.
n angkatan n kerja. Hal in
menjadi ibu asuk menjad sebesar 67,3
a, TPAK Ac
seumawe me
Angk (1,793
Bekerja 622 juta, 90,5%)
KETENA
, penduduk A akan pendudu ebut, sebanya si Angkatan K n bukan ang ri angkatan au berjumlah 1
Gambar Klasifikasi P
an Kerja (TP Penurunan t kerja yang l ni diduga ban u rumah tan i angkatan k 3%, maka A
eh Tengah erupakan yan
Pendud (2,802 jut
katan Kerja juta, 60,3%)
Pengan (171 rib
AGAKER
Aceh diproyek uk usia kerja a ak 60,3% ma Kerja (TPAK) a
katan kerja (s kerja tersebu 171 ribu jiwa.
r 6.1 enduduk
PAK) di Ace tersebut diseb
ebih cepat d nyak pendudu ngga atau m kerja. Bila dib Aceh relatif merupakan g tertinggi.
Pendudu (4,085 ju
duk 15+ ta, 68,6%)
ngguran u, 9,5%)
Bukan Angkat (1,18 juta, 3
RJAAN D
ksikan berjuml atau sekitar 2, asuk dalam an
tau sekitar 1, seperti ibu ru ut, Tingkat P
eh dari tahu babkan oleh dibandingkan uk 15 tahun menjadi pelaj bandingkan d
lebih renda yang terting Menurut Jen
uk uta)
tan Kerja 39,7%)
Penduduk <15 t (1,283 juta, 31,
DAN KEM
ah 4,085 juta 802 juta jiwa. ngkatan kerja 793 juta jiwa, umah tangga, Pengangguran
un ke tahun peningkatan peningkatan ke atas yang ar/mahasiswa dengan TPAK
h. Menurut
ggi di Aceh
nis Kelamin,
tahun ,4%)
MISKINA
a . a , , n n n n g a K t h ,AN
(2)
kecenderungan budaya masyarakat Indonesia pada umumnya yang menempatkan laki-laki sebagai pencari nafkah sedangkan perempuan sebagai ibu rumah tangga.
Gambar 6.2
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Sumber: BPS Prov. NAD
Gambar 6.3
TPAK Menurut Kabupaten/ Kota
Gambar 6.4
TPAK Menurut Jenis Kelamin
Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD
1.814 1.742 1.793 0.934 1.062 1.180
66.0%
62.1% 60.3%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
2006 2007 2008
( ju
ta
jiw
a)
Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja TPAK
77.6 72.2 65.6 63.2 63.0 62.5 62.2 61.8 61.8 61.4 61.1 60.9 60.3 60.2 59.4 58.7 58.7 57.0 56.4 55.9 55.0 54.9 54.3 52.3
0 20 40 60 80 100
Kab. Aceh Tengah Kab. Bener Meriah Kab. Nagan Raya Kab. Gayo Lues Kota Banda Aceh Kab. Pidie
Kab. Aceh Tamiang
Kab. Pidie Jaya
Kota Sabang
Kab. Aceh Timur Kab. Bireun Kab. Aceh Selatan NAD Kab. Aceh Barat Daya Kab. Aceh Jaya
Kab. Subulussalam
Kab. Aceh Singkil Kota Langsa Kab. Aceh Barat Kab. Aceh Besar Kab. Aceh Utara
Kab. Simeulue
Kab. Aceh Tenggara
Kota Lhokseumawe
83.08 81.05
78.82
49.4
43.7 42.39
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
2006 2007 2008
%
(3)
Dar per men rest stat buru 24% Peny Sumber: BP Ting tahu terja ting tert 14,0 terle Iska diik besa 6% 16% 6% 1% ri penduduk tanian, perke nyerap sekitar
oran sekitar 1 tus pekerjaa uh/karyawan, %. Gam yerapan Tena Sektor
PS Prov. NAD
gkat Pengan un 2008, TPT adi pada lak gkat II, Kota
inggi yakni s 02%. Tinggin epas dari pen ndar Mudah, uti oleh perus ar tersebut. 1% 5% 0% % 17%
k yang beke ebunan, keh r 48% tenag 16%, dan yan
annya, tenag
yakni sekitar
bar 6.5 aga Kerja Be
Ekonomi
ngguran Ter T Aceh tercata ki-laki maupu
Lhokseumaw ekitar 14,35% ya pengangg nurunan produ
PT. Kertas K sahaan-perusa 48% Pert Pert Pen Indu Listr Kon Perd Rest Tran Lem dst
erja di Aceh utanan, perb ga kerja, diiku ng terkecil ada ga kerja di
28%, diikuti
rdasar
rbuka (TPT) at sebesar 9,5 n perempuan we merupakan % diikuti ole
uran di Lhoks uksi perusaha Kraft Aceh, PT ahaan yang se
tanian dst
tambangan dan
ggalian ustri rik, Gas dan Air nstruksi
dagangan,
toran dan Hotel
nsportasi dst
mbaga Keuangan
, sebagian buruan dan p uti oleh sekto alah sektor lis Aceh yang c yang berstat
Penyerap
Sumber: BPS Pro
di Aceh cen 56%. Penurun n. Sedangkan n kota deng h Kabupaten seumawe dan aan-perusahaa
T. Aceh Asea ebelumnya be 28% 4% 3% 16% besar beker
perikanan. Se
or perdagang trik, gas dan cukup domin tus berusaha s
Gambar 6 pan Tenaga K
Status Peke
ov. NAD
nderung me nan tingkat p n dilihat me
an tingkat p Aceh Utara Aceh Utara t an besar sepe n Fertilizer, P rgantung pad
24%
21% 4%
rja di sektor ektor tersebut an hotel dan air. Menurut nan berstatus sendiri sekitar
6.6
Kerja Berdas rjaan
enurun. Pada
pengangguran nurut daerah pengangguran yakni sekitar tersebut tidak erti PT. Pupuk PT. Arun yang da perusahaan
Berusaha Se
Berusaha dib
buruh tdk te
Berusaha dib
butuh tetap
Buruh/Karya
Pekerja Beba
Pertanian
Pekerja Beba
Pertanian
Pekerja Tida
r t n t s r sar a n h n r k k g n endiri bantu etap bantu awan as di
as di Non
(4)
Gambar 6.7
Tingkat Pengangguran Menurut Jenis Kelamin
Gambar 6.8
Tingkat Pengangguran Menurut Kabupaten/ Kota
Sumber: BPS Prov. NAD Sumber: BPS Prov. NAD
6.2. KEMISKINAN
Tingkat Kemiskinan di Aceh cenderung menurun, meskipun masih diatas
tingkat kemiskinan Indonesia. Pada tahun 2008, tingkat kemiskinan di Aceh
mencapai 23,5%. Tingkat kemiskinan tertinggi terbanyak berada di pedesaan yang mencapai 26,3%. Sedangkan untuk perkotaan sendiri, relative rendah yakni hanya sekitar 16,6%.
Gambar 6.9
Tingkat Kemiskinan Prov. NAD
Sumber: BPS Prov. NAD 10.43
9.84 9.56
6.93 7.21 7.11
16.16
14.59
13.97
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
2006 2007 2008
NAD Laki‐laki Perempuan
14.35 14.02 12.22 12.05 11.73 11.43 11.38 11.28 11.17 10.39 10.22 9.59 9.56 8.83 8.63 8.48 7.87 7.53 7.23 5.54 5.03 4.91 4.33 3.40
0 5 10 15
Kota Lhokseumawe Kab. Aceh Utara Kab. Subulussalam Kab. Aceh Besar Kab. Aceh Timur Kota Banda Aceh Kota Sabang Kota Langsa Kab. Aceh Tamiang Kab. Aceh Jaya Kab. Aceh Singkil Kab. Aceh Tenggara NAD Kab. Aceh Selatan Kab. Simeulue Kab. Pidie Jaya Kab. Pidie Kab. Bireun Kab. Aceh Barat Kab. Aceh Barat Daya Kab. Nagan Raya Kab. Aceh Tengah Kab. Gayo Lues Kab. Bener Meriah
28.4 28.7 28.3
26.7
23.5
17.6 19.0 19.0 18.7
16.6
32.6 32.6 31.6
29.9
26.3
16.7 16.0 17.8 16.6
15.4
0 5 10 15 20 25 30 35
2004 2005 2006 2007 2008
%
Aceh Aceh – Urban
(5)
Perekonomian Aceh tahun 2009 akan dipengaruhi oleh berakhirnya rehabilitasi dan rekonstruksi, penyelenggaraan pemilihan umum dan
dampak lanjutan krisis global. Dengan berakhirnya kegiatan rehab-rekon di Aceh
otomatis akan hilang stimulus utama perekonomian Aceh. Pasca tsunami, hampir sebagian besar pertumbuhan sector-sektor ekonomi didorong oleh kegiatan rehab-rekon tersebut. Perbaikan infrastruktur disetiap sektor ekonomi, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat merupakan dampak positif dari rehab-rekon, meskipun juga membawa dampak negatif yakni tekanan inflasi yang signifikan di sisi permintaan (demand pull) yang bersumber dari peningkatan penawaran akan barang/jasa untuk kebutuhan rehab-rekon. Penurunan stimulus ekonomi tampaknya akan berusaha diimbangi dengan meningkatnya anggaran belanja pemerintah maupun belanja penyelenggaraan pemilu, meskipun tidak sepenuhnya. Faktor eksternal yakni dampak krisis global nampaknya akan mempengaruhi ekspor Aceh, yang beberapa bulan terakhir mulai terlihat dampaknya seperti penurunan ekspor kopi, lada dan turunnya harga komoditi kelapa sawit. Hal ini tentu saja berdampak pada penurunan pendapatan masyarakat di sektor pertanian yang bila berlanjut akan berakibat lesunya perekonomian Aceh yang sebagian besar masyakaratnya berada di sektor tersebut.
7.1PROYEKSI EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi Aceh triwulan I-2009 diproyeksikan lebih rendah
dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi
dengan migas diperkirakan masih negatif yakni berada pada kisaran –7 s/d -5% (yoy), dengan masih berlanjutnya penurunan produksi gas sekitar 10 – 15% tahun 2009 nanti. Sedangkan pertumbuhan ekonomi tanpa migas diperkirakan masih berada pada kisaran 3-4% seperti tahun 2008 yang lalu.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap tumbuh
meskipun tidak setinggi tahun sebelumnya. Penyelenggaraan pemilu dan peningkatan UMP (Upah Minimum Provinsi) dan gaji pegawai diperkirakan mampu menopang konsumsi masyarakat meskipun rehab-rekon mulai berakhir. Konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh lebih baik, dengan disahkannya RAPBA 2009 lebih awal dibandingkan tahun lalu, sehingga anggaran pemerintah dapat segera dibelanjakan. Investasi swasta diperkirakan baru akan meningkat signifikan pada
BAB VII
(6)
investasi diperkirakan tumbuh, maka ekspor pada tahun 2009 diperkirakan mengalami penurunan. Disamping akibat penurunan produksi gas, turunnya ekspor juga disebabkan oleh turunnya permintaan sebagai dampak krisis global.
Dari sisi sektoral, secara umum sektor-sektor ekonomi diperkirakan tumbuh
kecuali bidang migas (sektor pertambangan dan industri pengolahan migas) dan sektor konstruksi. Potensi peningkatan belanja pemerintah daerah akan terlihat pada pertumbuhan sektor perdagangan, dan sektor jasa-jasa pada triwulan I/2009. Sedangkan sektor pertanian diperkirakan juga mengalami pertumbuhan. Sektor transportasi dan komunikasi diperkirakan juga tumbuh dengan adanya penyelenggaraan PEMILU 2009.
7.2PROYEKSI INFLASI
Inflasi tahun 2009 diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan tahun
2008. Laju inflasi 2009 diperkirakan berada pada kisaran 8 – 10%. Dari sisi
demand, tekanan inflasi dari permintaan rehab-rekon menurun drastis seiring
berakhirnya masa kerja Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi yang diikuti oleh NGO asing/lokal, Meskipun terdapat lonjakan permintaan dengan adanya penyelenggaraan PEMILU 2009, namun jumlahnya diperkirakan tidak mampu mengimbangi penurunan permintaan yang bersumber dari rehab-rekon. Selain itu, penurunan harga dunia untuk minyak bumi, kelapa sawit dan komoditi lainnya akibat dampak krisis global diperkirakan dapat mendorong penurunan harga di level daerah.
Dari sisi penawaran, jumlah supply barang dan jasa diperkirakan meningkat
seiring bertambahnya jumlah usaha di Aceh. Selain itu, dengan perbaikan proyek infrastruktur khsususnya produksi dan transportasi diharapkan dapat meningkatkan jumlah produksi, dan memperlancar distribusi barang.