Retribusi Pelayanan Persampahan Kebersihan
PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
NOMOR 11 TAHUN 2005
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PARIGI MOUTONG,
Menimbang :
Mengingat :
a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab, maka dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pembangunan dibidang perekonomian, perlu ditetapkan retribusi pelayanan persampahan/kebersihan;
b. bahwa salah satu kewenangan Pemerintah Kabupaten adalah menyelenggarakan retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan harus dilaksanakan secara sederhana, efektif, berdasarkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan melalui Peraturan Daerah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
1. UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
2. UndangUndang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara
(2)
Republik Indonesia Nomor 3685) Sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);
3. UndangUndang Nomor 10 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Parigi Moutong Di Provinsi Sulawesi Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4185);
4. UndangUndang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
5. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);
8. Peraturan Daerah Kabupaten Parigi Moutong Nomor 1 Tahun 2004 tentang Kewenangan Kabupaten Parigi Moutong Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 4 Seri E Nomor 3);
9. Peraturan Daerah Kabupaten Parigi Moutong Nomor 4 Tahun 2004 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja DinasDinas Daerah Kabupaten Parigi Moutong (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 7 Seri D Nomor 2);
(3)
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG dan
BUPATI PARIGI MOUTONG MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahanan Daerah.
2. Bupati adalah Bupati Parigi Moutong.
3. Pejabat yang ditunjuk adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
4. Tempat Penampungan Sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah tempat penampung di Kelurahankelurahan sebelum diangkut ke TPA.
5. Tempat Pembuangan Akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat untuk menampung, mengelola dan memusnahkan sampah
6. Sampah adalah limbah yang berbentuk padat atau setengah padat yang berasal dari bahan organic, logam, nonlogam yang terbakar tetapi tidak termasuk buangan biologi /kotoran manusia dan sampah berbahaya.
7. Kebersihan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan bersih seperti penyapuan, pengumpulan, pembuangan dan pemusnahan sampah.
8. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi social
(4)
politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, atau bentuk badan lainnya.
9. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
10. Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
11. Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas jasa pelayanan persampahan/kebersihan yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
12. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungutan atau pemotongan tertentu.
13. Masa retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah.
14. Surat Setoran Retribusi Daerah yang dapat disingkat SSRD adalah surat yang oleh Wajib Retribusi digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau ke tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Bupati.
15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SKRD, adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya pokok retribusi.
16. Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SPdORD adalah surat yang dipergunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data obyek Retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan perundangundangan retribusi daerah.
17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar untuk selanjutnya disingkat SKRDKB adalah surat Ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang, jumlah kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran pokok retribusi, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.
18. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan selanjutnya disingkat SKRDKBT adalah Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan tambahan atas jumlah Retribusi yang telah ditetapkan.
19. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar untuk selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat Ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran
(5)
retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada Retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
20. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.
21. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKBT atau SKRDLB yang diajukan oleh Wajib Retribusi.
22. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang undangan rertibusi daerah.
23. Penyidikan Tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
BAB II
NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2
Dengan nama retribusi pelayanan persampahan/kebersihan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas setiap pelayanan persampahan/kebersihan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 3
(1) Obyek retribusi adalah pengambilan dan pengangkutan sampah dari sumbernya ke TPS dan / atau TPA / Mesin pemusnah sampah.
(2) Dikecualikan dari obyek retribusi adalah : a. pelayanan kebersihan jalan umum; b. pelayanan kebersihan taman umum; c. pelayanan kebersihan tempat ibadah; d. pelayanan kebersihan kantor Pemerintah.
Pasal 4
Subyek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang diberikan pelayanan pengangkutan sampah / kebersihan.
(6)
GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5
Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6
(1) Tingkat pengunaan jasa diukur berdasarkan jenis dan/atau volume sampah.
(2) Dalam hal volume sampah sulit diukur, maka volume sampah dimaksud dapat ditaksir berdasarkan pengelompokan kegiatan seperti rumah tangga, perdagangan, industri, jasa dan perkantoran.
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 7
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi didasarkan atas tujuan untuk mengendalikan kebersihan yang merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah daerah dan seluruh masyarakat dengan tetap memperhatikan biaya penyelenggaraan pelayanan dengan mempertimbangkan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat.
(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi biaya pengambilan, pengangkutan dan pembuangan sampah dan / atau pemusnahan sampah.
BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal
8
(7)
(1) Struktur dan besarnya tarif ditetapkan sebagai berikut : a. Hunian / Tempat Tinggal : 1. Rumah Tangga 2. Pemondokan/rumah kost 3. Asrama b. Perkantoran c. Penginapan 1. Hotel
2. Losmen
d. Pertokoan 1. Ruko 2. Toko 3. Kios e. Bengkel 1. sepeda 2. motor 3. mobil f. Tempat Makan / Minum 1. Restoran 2 Rumah Makan 3. Kedai/warung g. Pusat Perbelanjaan 1. Swalayan 2. Supermaket 3. Mall h. Pasar 1. Los / Kios 2. Pelataran i. Usaha Jasa 1. Angkutan/Travel 2. Tempat Potong Rambut/Kapsalon 3. Penjahit 4. Tempat Cuci Kendaraan 5. Percetakan/ Foto Copy 6. Tempat Hiburan 7. Panti Pijat 8. Service Electronik 9. Pertukangan Kayu/Besi j. Industri Pengolahan Rp. 2.500 Rp. 5.000 Rp. 15.000 Rp. 5.000 Rp. 25.000 Rp. 15.000 Rp. 10.000 Rp. 5.000 Rp. 2.500 Rp. 2.500 Rp. 5.000 Rp. 10.000 Rp. 25.000 Rp. 15.000 Rp. 2.500 Rp. 50.000 Rp. 100.000 Rp. 200.000 Rp. 3.000 Rp. 2.500 Rp. 5.000 Rp. 5.000 Rp. 5.000 Rp. 15.000 Rp. 10.000 Rp. 10.000 Rp. 15.000 Rp. 15.000 Rp. 10.000 Rp. 75.000 /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan
(8)
1. Besar 2. Sedang 3. Kecil
k. Pelayanan Kesehatan 1. Rumah Sakit Swasta 2. Balai Pengobatan
3. Klinik / Rumah Bersalin 4. Praktek Dokter
l. Tempat Pendidikan/Yayasan
m. Peternakan / Rumah Potong Hewan swasta n. Gudang
(2) Khusus hasil pemangkasan pohon, bongkaran bangunan, tanah galian dan sampah berbau sejenisnya sebesar
Rp. 50.000 Rp. 25.000
Rp. 15.000 Rp. 7.500 Rp. 7.500 Rp. 5.000 Rp. 15.000 Rp. 50.000 Rp. 15.000
Rp. 50.000
/bulan /bulan
/bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan
/M3
(3) Pemerintah Daerah dilarang melakukan pungutan atau dengan sebutan lain diluar yang telah diatur dalam Peraturan Derah ini.
BAB VII
KEWAJIBAN DAN LARANGAN Pasal 9
(1) Setiap orang yang berada dalam wilayah Kabupaten Parigi Moutong wajib menjaga kebersihan lingkungan .
(2) Setiap orang wajib mengurus sampah sebelum dimasukkan kedalam TPS yang berdampak mencemari dan/atau merusak lingkungan.
Pasal 10
(1) Setiap pemilik angkutan umum dengan menggunakan mesin atau menggunakan hewan penarik diwajibkan menyediakan tempat sampah atau kantong sampah yang dapat digunakan oleh penumpangnya sehingga kebersihan tetap terpelihara.
(2) Bagi kendaraan yang ditarik oleh hewan diwajibkan melengkapi dengan karung goni penampungan tinja dan alat pengangkut tinja seperti skop atau sejenisnya untuk membersihkan tinja hewannya yang tercecer dijalan umum.
(9)
(1) Setiap orang dilarang membuang sampah dan sisa materil bangunan dan atau barangbarang sejenis lainnya dijalan, tempattempat umum, kedalam sungai, Draenase, pantai, taman, lapangan atau tempat lain yang bukan tempat pembuangan sampah.
(2) Setiap orang dilarang membuang atau memasukan pecahan kaca, barangbarang tajam lainnya, barangbarang berapi, sisa hasil industri, barangbarang yang dapat menularkan penyakit, kotoran manusia dan hewan, bangkai binatang dan barang barang sejenis lainnya kedalam TPS.
Pasal 12
(1) Dinas yang mengelola Kebersihan bertanggungjawab atas pelaksanaan penertiban dan pengangkutan sampah di jalan – jalan, TPS, dalam Wilayah Kabupaten Parigi Moutong ke TPA/mesin pemusnah sampah.
(2) Dinas yang mengelola kebersihan harus menyediakan TPS disetiap Lingkungan, RT/RW.
(3) Kepala Lingkungan, Ketua RT / RW bertanggungjawab atas kebersihan lingkungannya dan mengkoordinir pengangkutan sampah ke TPS.
BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 13
Retribusi yang terutang dipungut di Wilayah Kabupaten Parigi Moutong.
BAB IX
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 14
Masa retribusi adalah jangka waktu 1 (satu) bulan atau ditetapkan lain oleh Bupati yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa pelayanan persampahan/kebersihan.
Pasal 15
Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB X
(10)
Pasal 16
(1) Wajib Retribusi wajib mengisi SPdORD.
(2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau kuasanya.
(3) Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XI
PENETAPAN RETRIBUSI Pasal 17
(1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (1) ditetapkan retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan/atau data
semula belum terungkap dan menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terutang, maka dikeluarkan SKRDKB dan SKRDKBT.
(3) Bentuk, isi serta tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) SKRDKB dan SKRDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XII
TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 18
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.
(2) Pemungutan retribusi dapat dilakukan oleh Kepala Lingkungan, Ketua RT/RW berdasarkan Keputusan Dinas pengelola kebersihan.
Pasal 19
(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(2) Hasil pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 disetor ke Kas Daerah.
BAB XIII
SANKSI ADMINISTRASI Pasal 20
Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang bayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua perseratus) setiap bulan
(11)
dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
BAB XIV
TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 21
(1) Pembayaran retribusi yang terutang dilunasi sekaligus.
(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambatlambatnya 15 (lima belas ) hari sejak diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(3) Tata cara pembayaran, penyetoran,tempat pembayaran retribusi akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XV
TATA CARA PENAGIHAN Pasal 22
(1) Pengeluaran surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran .
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/surat peringatan/surat lain yang sejenis sampah, Wajib Retribusi, harus melunasi retribusi yang terutang.
(3) Surat teguran/Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
BAB XVI KEBERATAN
Pasal 23
(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRD, SKRDKB, SKRDKBT dan SKRDLB.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan alasan yang jelas.
(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut. (4) Keberatan harus diajukan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD
diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
(12)
(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan. (6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan
penagihan retribusi.
Pasal 24
(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.
(2) Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan.
BAB XVII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 25
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB.
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.
(13)
(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurangkurangnya menyebutkan :
a. Nama dan alamat Wajib Retribusi; b. Masa Retribusi;
c. Besarnya kelebihan pembayaran; d. Alasan yang singkat dan jelas.
(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat.
(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 27
(1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan surat perintah membayar kelebihan retribusi.
(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindabukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XVIII
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 28
(1) Bupati berdasarkan permohonan Wajib Retribusi dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi .
(2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi.
(3) Pembebasn retribusi diberikan kepada Wajib Retribusi yang ditimpa bencana alam atau kerusuhan.
(4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XIX
KEDALUWARSA PENAGIHAN Pasal 29
(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi, kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.
(14)
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila:
a. diterbitkan Surat Teguran; atau
b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.
BAB XX PENYIDIKAN
Pasal 30
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Hukum Acara Pidana yang yang berlaku.
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. Meneliti mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak Pidana Retribusi;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi;
d. Melakukan Penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumendokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
e. Meminta Bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak Pidana dibidang Retribusi;
f. Menyuruh berhenti dan /atau melarang, seorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa Identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud dalam huruf c;
g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak Pidana Retribusi Daerah; h. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
i. Menghentikan Penyidikan;
j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak Pidana di bidang Retribusi.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaian hasil penyidikannya kepada penuntut umum, melalui
(15)
Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undangundang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
BAB XXI
KETENTUAN PIDANA Pasal 31
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang dimaksud dalam pasal (8) sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah Retribusi yang terutang.
(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran.
BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP Pasal 32
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka segala ketentuan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 33
Halhal sepanjang mengenai teknis pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 34
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan,
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Parigi Moutong.
Ditetapkan di Parigi Pada tanggal 25 Juli 2005
BUPATI PARIGI MOUTONG
LONGKI DJANGGOLA
Diundangkan di Parigi Pada tanggal 25 Juli 2005
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
(16)
Drs. TASWIN BORMAN, M. Si
Pembina Utama Muda NIP. 010 081 665
LEMBARAN DAERAH TAHUN 2005 NOMOR 12 SERI C NOMOR 5 PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 11 TAHUN 2005
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN
I. UMUM
Berlakunya UndangUndang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 34 Tahun 2000 serta terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retrbusi Daerah merupakan upaya dari pemerintah untuk mewujudkan pelaksanaan Otonomi Daerah yang lebih luas, nyata, dan bertanggung jawab dan memberi ruang bagi daerah untuk menerbitkan suatu Peraturan Daerah yang mengatur tentang Penerimaan Daerah dibidang Retribusi sehingga terwujud kemandirian daerah dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintahannya.
Salah satu bentuk retribusi yang dapat dipungut secara langsung oleh daerah dan merupakan sumber pendapatan asli daerah adalah Retribusi Persampahan/ Kebersihan. Karena Pelayanan Persampahan/Kebersihan merupakan tugas pokok yang harus dilakukan daerah dan dalam pengelolaannya membutuhkan Anggaran dan Biaya dan tidak semua pembiayaan dapat didanai oleh Pemerintah Daerah, maka masyarakat diharapkan dapat memberi kontribusi dalam bentuk pembayaran Retribusi Persampahan sehingga pengelolaannya dapat dilaksanakan secara intensif sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
II. PASAL DEMI PASAL
(17)
Cukup jelas. Pasal 2
Cukup jelas. Pasal 3
Cukup jelas. Pasal 4
Cukup jelas. Pasal 5
Cukup jelas. Pasal 6
Ayat (1)
Jenis sampah adalah sampah organik dan sampah hasil buangan. Ayat (2)
Cukup jelas. Pasal 7
Cukup jelas. Pasal 8
Ayat (1)
Struktur dan besaran tarif Retribusi Persampahan/Kebersihan ditentukan berdasarkan ratarata volume sampah yang dihasilkan oleh misalnya Rumah Tangga,Perkantoran, Hotel dan lainlain dikalikan dengan tarif dasarnya.
Ayat (2)
Cukup Jelas Pasal 9
Cukup jelas. Pasal 10
Cukup jelas. Pasal 11
Cukup jelas. Pasal 12
Cukup jelas. Pasal 13
Cukup jelas. Pasal 14
Cukup jelas. Pasal 15
Yang dimaksud dengan dokumen lain yang dipersamakan antara lain berupa karcis masuk, kupon dan kartu langganan.
(18)
Yang dimaksud tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan Retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga, namun dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh bekerjasama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pengurusan retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerjasama badanbadan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis retribusi secara lebih efisien. Kegiatan pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya retribusi yang terutang, pengawasan penyetoran retribusi dan penagihan retribusi.
Pasal 17
Cukup jelas. Pasal 18
Cukup jelas. Pasal 19
Cukup jelas. Pasal 20
Cukup jelas. Pasal 21
Cukup jelas. Pasal 22
Cukup jelas. Pasal 23
Cukup jelas. Pasal 1
Cukup jelas. Pasal 24
Cukup jelas. Pasal 25
Cukup jelas. Pasal 26
Cukup jelas. Pasal 27
Cukup jelas. Pasal 28
Cukup jelas. Pasal 29
Cukup jelas. Pasal 30
(19)
Cukup jelas. Pasal 31
Cukup jelas. Pasal 32
Cukup jelas. Pasal 33
Cukup jelas.
(1)
(2) Kedaluwarsa penagihan Retribusi sebagimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila:
a. diterbitkan Surat Teguran; atau
b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.
BAB XX PENYIDIKAN
Pasal 30
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Hukum Acara Pidana yang yang berlaku.
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. Meneliti mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak Pidana Retribusi;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi;
d. Melakukan Penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumendokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
e. Meminta Bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak Pidana dibidang Retribusi;
f. Menyuruh berhenti dan /atau melarang, seorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa Identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud dalam huruf c;
g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak Pidana Retribusi Daerah; h. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
i. Menghentikan Penyidikan;
j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak Pidana di bidang Retribusi.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaian hasil penyidikannya kepada penuntut umum, melalui
(2)
Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undangundang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
BAB XXI
KETENTUAN PIDANA Pasal 31
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang dimaksud dalam pasal (8) sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah Retribusi yang terutang.
(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran. BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP Pasal 32
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka segala ketentuan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 33
Halhal sepanjang mengenai teknis pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 34
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan,
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Parigi Moutong.
Ditetapkan di Parigi Pada tanggal 25 Juli 2005 BUPATI PARIGI MOUTONG
LONGKI DJANGGOLA Diundangkan di Parigi
Pada tanggal 25 Juli 2005 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
(3)
Drs. TASWIN BORMAN, M. Si Pembina Utama Muda
NIP. 010 081 665
LEMBARAN DAERAH TAHUN 2005 NOMOR 12 SERI C NOMOR 5 PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 11 TAHUN 2005
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN
I. UMUM
Berlakunya UndangUndang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 34 Tahun 2000 serta terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retrbusi Daerah merupakan upaya dari pemerintah untuk mewujudkan pelaksanaan Otonomi Daerah yang lebih luas, nyata, dan bertanggung jawab dan memberi ruang bagi daerah untuk menerbitkan suatu Peraturan Daerah yang mengatur tentang Penerimaan Daerah dibidang Retribusi sehingga terwujud kemandirian daerah dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintahannya.
Salah satu bentuk retribusi yang dapat dipungut secara langsung oleh daerah dan merupakan sumber pendapatan asli daerah adalah Retribusi Persampahan/ Kebersihan. Karena Pelayanan Persampahan/Kebersihan merupakan tugas pokok yang harus dilakukan daerah dan dalam pengelolaannya membutuhkan Anggaran dan Biaya dan tidak semua pembiayaan dapat didanai oleh Pemerintah Daerah, maka masyarakat diharapkan dapat memberi kontribusi dalam bentuk pembayaran Retribusi Persampahan sehingga pengelolaannya dapat dilaksanakan secara intensif sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
II. PASAL DEMI PASAL
(4)
Cukup jelas. Pasal 2
Cukup jelas. Pasal 3
Cukup jelas. Pasal 4
Cukup jelas. Pasal 5
Cukup jelas. Pasal 6
Ayat (1)
Jenis sampah adalah sampah organik dan sampah hasil buangan. Ayat (2)
Cukup jelas. Pasal 7
Cukup jelas. Pasal 8
Ayat (1)
Struktur dan besaran tarif Retribusi Persampahan/Kebersihan ditentukan berdasarkan ratarata volume sampah yang dihasilkan oleh misalnya Rumah Tangga,Perkantoran, Hotel dan lainlain dikalikan dengan tarif dasarnya.
Ayat (2)
Cukup Jelas Pasal 9
Cukup jelas. Pasal 10
Cukup jelas. Pasal 11
Cukup jelas. Pasal 12
Cukup jelas. Pasal 13
Cukup jelas. Pasal 14
Cukup jelas. Pasal 15
Yang dimaksud dengan dokumen lain yang dipersamakan antara lain berupa karcis masuk, kupon dan kartu langganan.
(5)
Yang dimaksud tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan Retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga, namun dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh bekerjasama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pengurusan retribusi, Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerjasama badanbadan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis retribusi secara lebih efisien. Kegiatan pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya retribusi yang terutang, pengawasan penyetoran retribusi dan penagihan retribusi.
Pasal 17
Cukup jelas. Pasal 18
Cukup jelas. Pasal 19
Cukup jelas. Pasal 20
Cukup jelas. Pasal 21
Cukup jelas. Pasal 22
Cukup jelas. Pasal 23
Cukup jelas. Pasal 1
Cukup jelas. Pasal 24
Cukup jelas. Pasal 25
Cukup jelas. Pasal 26
Cukup jelas. Pasal 27
Cukup jelas. Pasal 28
Cukup jelas. Pasal 29
Cukup jelas. Pasal 30
(6)
Cukup jelas. Pasal 31
Cukup jelas. Pasal 32
Cukup jelas. Pasal 33
Cukup jelas.