Retribusi Pelayanan Persampahan Kebersihan

(1)

      

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH  KABUPATEN PARIGI MOUTONG

NOMOR 11 TAHUN 2005

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

 

BUPATI PARIGI MOUTONG,

Menimbang :

Mengingat    :

a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah yang luas, nyata dan   bertanggungjawab,   maka   dalam   melaksanakan   kegiatan pemerintahan   dan   pembangunan   dibidang   perekonomian,   perlu ditetapkan retribusi pelayanan persampahan/kebersihan;

b. bahwa   salah   satu   kewenangan   Pemerintah   Kabupaten   adalah menyelenggarakan retribusi pelayanan persampahan/ kebersihan harus   dilaksanakan   secara   sederhana,   efektif,   berdasarkan kemampuan   masyarakat   dan   aspek   keadilan   melalui   Peraturan Daerah;

c. bahwa  berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;  

1. Undang­Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

2. Undang­Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak   Daerah   Dan   Retribusi   Daerah   (Lembaran   Negara   Republik Indonesia   Tahun   1997   Nomor   41,   Tambahan   Lembaran   Negara


(2)

Republik Indonesia Nomor 3685) Sebagaimana telah diubah dengan Undang­Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia   Nomor   246,   Tambahan   Lembaran   Negara   Republik Indonesia Nomor 4048);

3. Undang­Undang   Nomor   10   Tahun   2002 tentang   Pembentukan   Kabupaten   Parigi   Moutong   Di   Provinsi Sulawesi   Tengah   (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Tahun 2002 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4185);

4. Undang­Undang   Nomor   10   Tahun   2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang­Undangan (Lembaran Negara   Republik   Indonesia   Tahun   2004   Nomor   53,   Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

5. Undang­Undang   Nomor   32   Tahun   2004 tentang   Pemerintahan   Daerah   (Lembaran   Negara   Republik Indonesia Tahun 2004  Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang­Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia   Tahun   1983   Nomor   36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 

7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang   Retribusi   Daerah   (Lembaran   Negara   Republik   Indonesia Tahun   2001   Nomor   119,   Tambahan   Lembaran   Negara   Republik Indonesia Nomor 4139); 

8. Peraturan Daerah Kabupaten Parigi  Moutong Nomor   1   Tahun   2004   tentang   Kewenangan   Kabupaten   Parigi Moutong Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 4 Seri E Nomor 3);

9. Peraturan Daerah Kabupaten Parigi  Moutong Nomor 4 Tahun 2004 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Dinas­Dinas Daerah Kabupaten Parigi Moutong (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 7 Seri D Nomor 2);


(3)

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG dan

BUPATI PARIGI MOUTONG MEMUTUSKAN :

Menetapkan :  PERATURAN   DAERAH   TENTANG   RETRIBUSI   PELAYANAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN

BAB  I

KETENTUAN UMUM Pasal  1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahanan Daerah.

2. Bupati adalah Bupati Parigi Moutong.

3. Pejabat yang ditunjuk adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundang­undangan yang berlaku.  

4. Tempat   Penampungan   Sementara   yang   selanjutnya   disingkat     TPS   adalah   tempat penampung di Kelurahan­kelurahan sebelum diangkut ke TPA.

5. Tempat   Pembuangan   Akhir   yang   selanjutnya   disingkat   TPA   adalah   tempat   untuk menampung, mengelola dan memusnahkan sampah

6. Sampah adalah limbah yang berbentuk padat atau setengah padat yang berasal dari bahan   organic,   logam,   nonlogam   yang   terbakar   tetapi   tidak   termasuk   buangan biologi /kotoran manusia dan sampah berbahaya.

7. Kebersihan   adalah   kegiatan   yang   dilakukan   untuk   menciptakan   lingkungan   yang sehat dan bersih seperti penyapuan, pengumpulan, pembuangan dan pemusnahan sampah.

8. Badan adalah  sekumpulan  orang  dan/atau modal  yang  merupakan  kesatuan  baik yang   melakukan   usaha   maupun   tidak   melakukan   usaha   yang   meliputi   perseroan terbatas,   perseroan  komanditer,   perseroan  lainya,   Badan  Usaha   Milik   Negara   atau Daerah   dengan   nama   dan   dalam   bentuk   apapun,   firma,   kongsi,   koperasi,   dana pensiun,   persekutuan,   perkumpulan,   yayasan,   organisasi   massa,   organisasi   social


(4)

politik atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, atau bentuk badan lainnya.

9. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

10. Jasa   Umum   adalah   jasa   yang   disediakan   atau   diberikan   oleh   Pemerintah   Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

11. Retribusi   pelayanan   persampahan/kebersihan   yang   selanjutnya   disebut   retribusi adalah   pembayaran   atas   jasa   pelayanan   persampahan/kebersihan   yang   khusus disediakan   dan/atau   diberikan   oleh   Pemerintah   Daerah   untuk   kepentingan   orang pribadi atau badan.

12. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang­ undangan   retribusi   diwajibkan   untuk   melakukan   pembayaran   retribusi   termasuk pemungutan atau pemotongan tertentu.

13. Masa retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib   Retribusi   untuk   memanfaatkan   jasa   dan   perizinan   tertentu   dari   Pemerintah Daerah.

14. Surat Setoran Retribusi Daerah yang dapat disingkat SSRD adalah surat yang oleh Wajib Retribusi digunakan  untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau ke tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Bupati.

15. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SKRD, adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya pokok retribusi.

16. Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SPdORD adalah surat yang dipergunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data obyek Retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan perundang­undangan retribusi daerah.

17. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar untuk selanjutnya disingkat SKRDKB adalah surat Ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang, jumlah kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran pokok  retribusi, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.

18. Surat   Ketetapan   Retribusi   Daerah   Kurang   Bayar   Tambahan   selanjutnya   disingkat SKRDKBT adalah Surat Ketetapan Retribusi yang menentukan tambahan atas jumlah Retribusi yang telah ditetapkan.

19. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar untuk selanjutnya disingkat SKRDLB adalah  surat  Ketetapan  Retribusi  yang   menentukan  jumlah  kelebihan  pembayaran


(5)

retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar dari pada Retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

20. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat STRD adalah surat untuk   melakukan   tagihan   retribusi   dan/atau   sanksi   administrasi   berupa   bunga dan/atau denda.

21. Surat Keputusan Keberatan adalah Surat Keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan SKRDKBT atau SKRDLB yang diajukan oleh Wajib Retribusi.

22. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan,  mengolah data dan/atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan perundang­ undangan rertibusi daerah.

23. Penyidikan  Tindak   Pidana   dibidang   Retribusi   Daerah  adalah   serangkaian  tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB  II

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal  2

Dengan nama retribusi pelayanan persampahan/kebersihan dipungut retribusi sebagai pembayaran   atas   setiap   pelayanan   persampahan/kebersihan   yang   diberikan   oleh Pemerintah Daerah.

Pasal  3

(1) Obyek retribusi adalah pengambilan dan pengangkutan sampah dari sumbernya ke TPS dan / atau TPA / Mesin pemusnah sampah.

(2) Dikecualikan dari obyek retribusi adalah : a. pelayanan kebersihan jalan umum; b. pelayanan kebersihan taman umum; c. pelayanan kebersihan tempat ibadah; d. pelayanan kebersihan kantor Pemerintah.

Pasal  4

Subyek   retribusi   adalah   orang   pribadi   atau   badan   yang   diberikan   pelayanan pengangkutan sampah / kebersihan.


(6)

GOLONGAN RETRIBUSI Pasal  5

Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.

BAB  IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal  6

(1) Tingkat pengunaan jasa diukur berdasarkan jenis dan/atau volume sampah.

(2) Dalam   hal   volume   sampah   sulit   diukur,   maka   volume   sampah   dimaksud   dapat ditaksir berdasarkan pengelompokan kegiatan seperti rumah tangga, perdagangan, industri, jasa dan perkantoran. 

BAB  V

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF

Pasal 7

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi didasarkan atas tujuan untuk mengendalikan   kebersihan   yang   merupakan   tanggung   jawab   bersama   antara pemerintah   daerah   dan   seluruh   masyarakat   dengan   tetap   memperhatikan   biaya penyelenggaraan   pelayanan   dengan   mempertimbangkan     aspek   keadilan   dan kemampuan masyarakat.

(2) Biaya   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   meliputi   biaya   pengambilan, pengangkutan dan pembuangan sampah dan / atau pemusnahan sampah.

BAB  VI

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 

8


(7)

(1) Struktur dan besarnya tarif ditetapkan sebagai berikut : a. Hunian / Tempat Tinggal : 1. Rumah Tangga 2. Pemondokan/rumah kost 3. Asrama b. Perkantoran c. Penginapan 1. Hotel

2. Losmen  

d. Pertokoan  1. Ruko 2. Toko 3. Kios e. Bengkel 1. sepeda 2. motor 3. mobil f. Tempat Makan / Minum         1.  Restoran         2   Rumah Makan     3.  Kedai/warung g. Pusat Perbelanjaan         1.  Swalayan         2.  Supermaket         3.  Mall h. Pasar 1.  Los / Kios         2.  Pelataran        i. Usaha Jasa 1. Angkutan/Travel 2. Tempat Potong Rambut/Kapsalon 3.  Penjahit 4. Tempat Cuci Kendaraan 5.  Percetakan/ Foto Copy 6.  Tempat Hiburan 7.  Panti Pijat 8.  Service Electronik 9.  Pertukangan Kayu/Besi j. Industri Pengolahan  Rp. 2.500  Rp.      5.000 Rp.   15.000 Rp.      5.000 Rp.   25.000  Rp.  15.000 Rp.   10.000  Rp.     5.000 Rp.     2.500  Rp.    2.500  Rp.    5.000 Rp.   10.000  Rp.   25.000  Rp.   15.000  Rp.    2.500  Rp.   50.000  Rp. 100.000  Rp. 200.000  Rp.    3.000  Rp.    2.500  Rp.      5.000  Rp.      5.000  Rp.      5.000  Rp.   15.000  Rp.   10.000  Rp.   10.000  Rp.   15.000  Rp.   15.000  Rp.   10.000  Rp.   75.000  /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan


(8)

1.  Besar 2.  Sedang 3.  Kecil

k. Pelayanan Kesehatan 1.  Rumah Sakit Swasta 2.  Balai Pengobatan

3.  Klinik / Rumah Bersalin           4.  Praktek Dokter

l. Tempat Pendidikan/Yayasan

m. Peternakan / Rumah Potong Hewan swasta n. Gudang

(2) Khusus hasil pemangkasan  pohon, bongkaran  bangunan, tanah  galian  dan  sampah berbau sejenisnya sebesar

Rp.   50.000  Rp.   25.000 

Rp.   15.000  Rp.      7.500  Rp.      7.500  Rp.      5.000  Rp.   15.000  Rp.   50.000  Rp.   15.000 

Rp.   50.000

/bulan /bulan

/bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan /bulan

/M3

(3) Pemerintah Daerah dilarang melakukan pungutan atau dengan sebutan lain diluar yang telah diatur dalam Peraturan Derah ini.

BAB  VII

KEWAJIBAN DAN LARANGAN Pasal 9

(1) Setiap orang yang berada dalam wilayah Kabupaten Parigi Moutong wajib menjaga kebersihan lingkungan .

(2) Setiap   orang   wajib   mengurus   sampah   sebelum   dimasukkan   kedalam   TPS   yang berdampak mencemari dan/atau merusak lingkungan.

Pasal 10

(1) Setiap   pemilik   angkutan   umum   dengan   menggunakan   mesin   atau   menggunakan hewan penarik diwajibkan menyediakan tempat sampah atau kantong sampah yang dapat digunakan oleh penumpangnya sehingga kebersihan tetap terpelihara.  

(2) Bagi kendaraan yang ditarik oleh hewan diwajibkan melengkapi dengan karung goni penampungan tinja dan alat pengangkut tinja seperti skop atau sejenisnya untuk membersihkan tinja hewannya yang tercecer dijalan umum.


(9)

(1) Setiap   orang   dilarang   membuang   sampah   dan   sisa   materil   bangunan   dan   atau barang­barang   sejenis   lainnya   dijalan,   tempat­tempat   umum,   kedalam   sungai, Draenase, pantai, taman, lapangan atau tempat lain yang bukan tempat pembuangan sampah.

(2) Setiap   orang   dilarang   membuang   atau   memasukan   pecahan   kaca,   barang­barang tajam lainnya, barang­barang berapi, sisa hasil industri, barang­barang yang dapat menularkan penyakit, kotoran manusia dan hewan, bangkai binatang dan barang­ barang sejenis lainnya kedalam TPS.

Pasal 12

(1) Dinas   yang   mengelola   Kebersihan   bertanggungjawab   atas   pelaksanaan   penertiban dan pengangkutan sampah di jalan – jalan, TPS,   dalam Wilayah Kabupaten Parigi Moutong ke TPA/mesin pemusnah sampah.

(2) Dinas   yang   mengelola   kebersihan   harus   menyediakan   TPS   disetiap   Lingkungan, RT/RW. 

(3) Kepala   Lingkungan,   Ketua   RT   /   RW   bertanggungjawab   atas   kebersihan lingkungannya dan mengkoordinir pengangkutan sampah ke TPS.

BAB VII

WILAYAH  PEMUNGUTAN Pasal 13

Retribusi yang terutang dipungut di Wilayah Kabupaten Parigi Moutong.

BAB IX

MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 14

Masa retribusi adalah jangka waktu 1 (satu) bulan atau ditetapkan lain oleh Bupati  yang merupakan   batas   waktu   bagi   Wajib   Retribusi   untuk   memanfaatkan   jasa   pelayanan persampahan/kebersihan. 

Pasal 15

Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

BAB X


(10)

Pasal 16

(1) Wajib Retribusi wajib mengisi SPdORD.

(2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau kuasanya.

(3) Bentuk,   isi   serta   tata   cara   pengisian   dan   penyampaian   SPdORD   sebagaimana dimaksud pada ayat  (1) akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XI

PENETAPAN RETRIBUSI Pasal 17

(1) Berdasarkan   SPdORD   sebagaimana   dimaksud   dalam   pasal   16   ayat   (1)   ditetapkan retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Apabila   berdasarkan   hasil   pemeriksaan   dan   ditemukan   data   baru   dan/atau   data

semula   belum   terungkap   dan   menyebabkan   penambahan   jumlah   retribusi   yang terutang, maka dikeluarkan  SKRDKB dan SKRDKBT.

(3) Bentuk, isi serta tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) SKRDKB dan SKRDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. 

BAB  XII

TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 18

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.

(2) Pemungutan   retribusi   dapat   dilakukan   oleh   Kepala Lingkungan, Ketua RT/RW berdasarkan Keputusan Dinas pengelola kebersihan.

Pasal 19

(1) Retribusi   dipungut   dengan   menggunakan   SKRD   atau   dokumen   lain   yang dipersamakan.

(2) Hasil pemungutan retribusi  sebagaimana dimaksud  dalam  pasal  8 disetor  ke  Kas Daerah.

BAB  XIII

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 20

Dalam   hal   Wajib   Retribusi   tidak   membayar   tepat   pada   waktunya   atau   kurang   bayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua perseratus) setiap bulan


(11)

dari   retribusi   yang   terutang   yang   tidak   atau   kurang   dibayar   dan   ditagih   dengan menggunakan STRD.

BAB XIV

TATA CARA PEMBAYARAN Pasal  21

(1) Pembayaran retribusi yang terutang dilunasi sekaligus. 

(2) Retribusi   yang   terutang   dilunasi   selambat­lambatnya   15   (lima   belas   )   hari   sejak diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.

(3) Tata cara pembayaran, penyetoran,tempat pembayaran retribusi akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB  XV

TATA CARA PENAGIHAN Pasal  22

(1) Pengeluaran surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran . 

(2) Dalam   jangka   waktu   7   (tujuh)   hari   setelah   tanggal   surat   teguran/surat peringatan/surat     lain   yang   sejenis   sampah,   Wajib   Retribusi,   harus   melunasi retribusi yang terutang.

(3) Surat teguran/Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

BAB XVI KEBERATAN

Pasal 23

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRD, SKRDKB, SKRDKBT dan SKRDLB.

(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan­ alasan yang jelas.

(3) Dalam   hal   Wajib   Retribusi   mengajukan   keberatan   atas   ketetapan   retribusi,   Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut. (4) Keberatan harus diajukan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD

diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.


(12)

(5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tidak dianggap sebagai surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan. (6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan

penagihan retribusi.

Pasal 24

(1) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.

(2) Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang.

(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak   memberikan   suatu   keputusan,   keberatan   yang   diajukan   tersebut   dianggap dikabulkan.

BAB XVII

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 25

(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.

(2) Bupati   dalam   jangka   waktu   paling   lama   6   (enam)   bulan   sejak   diterimanya permohonan pengembalian  kelebihan  pembayaran retribusi  sebagaimana  dimaksud pada ayat  (1) harus memberikan keputusan.

(3) Apabila   jangka   waktu   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (2)   telah   dilampaui   dan Bupati   tidak   memberikan   suatu   keputusan,   permohonan   pengembalian   kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat     (1)   langsung   diperhitungkan   untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat  (1) dilakukan   dalam   jangka   waktu   paling   lama   2   (dua)   bulan   sejak   diterbitkannya SKRDLB.

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.


(13)

(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang­kurangnya menyebutkan :

a. Nama dan alamat Wajib Retribusi; b. Masa Retribusi;

c. Besarnya kelebihan pembayaran; d. Alasan yang singkat dan jelas.

(2) Permohonan   pengembalian   kelebihan   pembayaran   retribusi   disampaikan   secara langsung atau melalui pos tercatat.

(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

Pasal 27

(1) Pengembalian   kelebihan   retribusi   dilakukan   dengan   menerbitkan   surat   perintah membayar kelebihan retribusi.

(2) Apabila   kelebihan   pembayaran   retribusi   diperhitungkan   dengan   utang   retribusi lainnya,   sebagaimana   dimaksud   dalam   pasal   25   ayat   (4),   pembayaran   dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindabukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB  XVIII

PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN  RETRIBUSI Pasal 28

(1) Bupati berdasarkan permohonan Wajib Retribusi dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi .

(2) Pemberian pengurangan atau keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi.

(3) Pembebasn retribusi diberikan kepada Wajib Retribusi yang ditimpa bencana alam atau kerusuhan.

(4) Tata   cara   pengurangan,   keringanan   dan   pembebasan   retribusi   sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan  Bupati.

BAB  XIX

KEDALUWARSA PENAGIHAN Pasal 29

(1) Hak untuk melakukan penagihan Retribusi, kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.


(14)

(2) Kedaluwarsa   penagihan   Retribusi   sebagimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   tertangguh apabila:

a. diterbitkan Surat Teguran; atau

b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

    

BAB XX PENYIDIKAN

Pasal 30

(1) Pejabat   Pegawai   Negeri   Sipil   tertentu   di   lingkungan   Pemerintah   Daerah   diberi wewenang khusus  sebagai  penyidik  untuk  melakukan  penyidikan tindak pidana dibidang   Retribusi   Daerah   sebagaimana   dimaksud   dalam   Undang­undang   Hukum Acara Pidana yang yang berlaku.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah  :

a. Menerima,   mencari,   mengumpulkan   dan   meneliti   keterangan   atau   laporan berkenaan   dengan   tindak   pidana   dibidang   Retribusi   agar   keterangan   atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. Meneliti mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak Pidana Retribusi;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi;

d. Melakukan   Penggeledahan   untuk   mendapatkan   bahan   bukti   pembukuan, pencatatan dan dokumen­dokumen   lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan  bukti tersebut;

e. Meminta   Bantuan   tenaga   ahli   dalam   rangka   pelaksanaan   tugas   penyidikan tindak Pidana dibidang Retribusi;

f. Menyuruh berhenti dan /atau melarang, seorang meninggalkan ruangan atau tempat   pada   saat   pemeriksaan   sedang   berlangsung   dan   memeriksa   Identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud dalam huruf c;

g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak Pidana Retribusi Daerah; h. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi;

i. Menghentikan Penyidikan;

j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak  Pidana di bidang Retribusi.

(3) Penyidik   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (   1   )   memberitahukan     dimulainya penyidikan dan menyampaian hasil penyidikannya kepada penuntut umum, melalui


(15)

Penyidik Pejabat   Polisi Negara Republik Indonesia   sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang­undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

BAB XXI

KETENTUAN PIDANA Pasal 31

(1) Wajib   Retribusi   yang   tidak   melaksanakan   kewajiban   sebagaimana   yang   dimaksud dalam   pasal   (8)  sehingga  merugikan  keuangan  Daerah  diancam  pidana   kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah Retribusi yang terutang.

(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran.

BAB XXII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 32

Dengan   berlakunya   Peraturan   Daerah   ini,   maka   segala   ketentuan   yang   bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 33 

Hal­hal sepanjang mengenai teknis pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 34

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan,

Agar   setiap   orang   dapat   mengetahuinya,   memerintahkan   pengundangan   Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Parigi Moutong.

Ditetapkan di Parigi Pada tanggal 25 Juli 2005

BUPATI PARIGI MOUTONG

LONGKI DJANGGOLA

Diundangkan  di  Parigi Pada tanggal 25 Juli 2005

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG


(16)

Drs. TASWIN BORMAN, M. Si

Pembina Utama Muda NIP. 010 081 665

LEMBARAN DAERAH TAHUN 2005 NOMOR  12 SERI  C NOMOR  5 PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR   11 TAHUN   2005

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

I.  UMUM

Berlakunya   Undang­Undang   Nomor   18   Tahun   1997   tentang   Pajak   Daerah   dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang­Undang Nomor 34 Tahun 2000   serta   terbitnya   Peraturan   Pemerintah   Nomor   66   Tahun   2001   tentang   Retrbusi Daerah   merupakan   upaya   dari   pemerintah   untuk   mewujudkan   pelaksanaan   Otonomi Daerah yang lebih luas, nyata, dan bertanggung jawab dan memberi ruang bagi daerah untuk menerbitkan suatu Peraturan Daerah yang mengatur tentang Penerimaan Daerah dibidang   Retribusi   sehingga   terwujud   kemandirian   daerah   dalam   pembiayaan penyelenggaraan pemerintahannya.

Salah satu bentuk retribusi yang dapat dipungut secara langsung oleh daerah dan merupakan sumber pendapatan asli daerah adalah Retribusi Persampahan/ Kebersihan. Karena     Pelayanan   Persampahan/Kebersihan   merupakan   tugas   pokok   yang   harus dilakukan   daerah   dan   dalam   pengelolaannya   membutuhkan   Anggaran   dan   Biaya   dan tidak   semua   pembiayaan   dapat   didanai   oleh   Pemerintah   Daerah,   maka   masyarakat diharapkan dapat memberi kontribusi dalam bentuk pembayaran Retribusi Persampahan sehingga   pengelolaannya   dapat   dilaksanakan   secara   intensif   sesuai   dengan   ketentuan yang berlaku.

II. PASAL DEMI PASAL        


(17)

  Cukup jelas.       Pasal  2 

Cukup jelas. Pasal 3

 Cukup jelas.       Pasal  4

Cukup jelas. Pasal 5

 Cukup jelas.       Pasal  6

Ayat (1)

Jenis sampah adalah sampah organik dan sampah hasil buangan. Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 7

 Cukup jelas. Pasal 8

Ayat (1)

Struktur   dan   besaran   tarif   Retribusi   Persampahan/Kebersihan   ditentukan berdasarkan   rata­rata   volume   sampah   yang   dihasilkan   oleh   misalnya   Rumah Tangga,Perkantoran, Hotel dan lain­lain dikalikan dengan tarif dasarnya.

Ayat (2)

    Cukup Jelas Pasal 9

Cukup jelas. Pasal 10

  Cukup jelas.       Pasal  11

Cukup jelas. Pasal 12

  Cukup jelas.       Pasal  13

Cukup jelas. Pasal 14

  Cukup jelas.       Pasal  15

Yang   dimaksud   dengan   dokumen   lain   yang   dipersamakan   antara   lain   berupa karcis masuk, kupon dan kartu langganan. 


(18)

Yang dimaksud tidak dapat diborongkan adalah   bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan Retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga, namun dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh bekerjasama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pengurusan retribusi, Pemerintah   Daerah   dapat   mengajak   bekerjasama   badan­badan   tertentu   yang karena   profesionalismenya   layak   dipercaya   untuk   ikut   melaksanakan   sebagian tugas   pemungutan   jenis   retribusi   secara   lebih   efisien.   Kegiatan   pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya retribusi yang terutang, pengawasan penyetoran retribusi dan penagihan retribusi.

       Pasal  17

Cukup jelas. Pasal 18

  Cukup jelas.       Pasal  19

Cukup jelas. Pasal 20

  Cukup jelas.       Pasal  21 

Cukup jelas. Pasal 22

  Cukup jelas.       Pasal  23 

Cukup jelas. Pasal 1

  Cukup jelas.       Pasal  24 

Cukup jelas. Pasal 25

  Cukup jelas.       Pasal  26 

Cukup jelas. Pasal 27

  Cukup jelas.       Pasal  28 

Cukup jelas. Pasal 29

  Cukup jelas.       Pasal  30


(19)

Cukup jelas. Pasal  31

  Cukup jelas.       Pasal  32 

Cukup jelas. Pasal  33

  Cukup jelas.       


(1)

(2) Kedaluwarsa   penagihan   Retribusi   sebagimana   dimaksud   pada   ayat   (1)   tertangguh apabila:

a. diterbitkan Surat Teguran; atau

b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

    

BAB XX PENYIDIKAN

Pasal 30

(1) Pejabat   Pegawai   Negeri   Sipil   tertentu   di   lingkungan   Pemerintah   Daerah   diberi wewenang khusus  sebagai  penyidik  untuk  melakukan  penyidikan tindak pidana dibidang   Retribusi   Daerah   sebagaimana   dimaksud   dalam   Undang­undang   Hukum Acara Pidana yang yang berlaku.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah  :

a. Menerima,   mencari,   mengumpulkan   dan   meneliti   keterangan   atau   laporan berkenaan   dengan   tindak   pidana   dibidang   Retribusi   agar   keterangan   atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. Meneliti mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak Pidana Retribusi;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi;

d. Melakukan   Penggeledahan   untuk   mendapatkan   bahan   bukti   pembukuan, pencatatan dan dokumen­dokumen   lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan  bukti tersebut;

e. Meminta   Bantuan   tenaga   ahli   dalam   rangka   pelaksanaan   tugas   penyidikan tindak Pidana dibidang Retribusi;

f. Menyuruh berhenti dan /atau melarang, seorang meninggalkan ruangan atau tempat   pada   saat   pemeriksaan   sedang   berlangsung   dan   memeriksa   Identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud dalam huruf c;

g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak Pidana Retribusi Daerah; h. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka

atau saksi;

i. Menghentikan Penyidikan;

j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak  Pidana di bidang Retribusi.

(3) Penyidik   sebagaimana   dimaksud   pada   ayat   (   1   )   memberitahukan     dimulainya penyidikan dan menyampaian hasil penyidikannya kepada penuntut umum, melalui


(2)

Penyidik Pejabat   Polisi Negara Republik Indonesia   sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang­undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.

BAB XXI

KETENTUAN PIDANA Pasal 31

(1) Wajib   Retribusi   yang   tidak   melaksanakan   kewajiban   sebagaimana   yang   dimaksud dalam   pasal   (8)  sehingga  merugikan  keuangan  Daerah  diancam  pidana   kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah Retribusi yang terutang.

(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran. BAB XXII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 32

Dengan   berlakunya   Peraturan   Daerah   ini,   maka   segala   ketentuan   yang   bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 33 

Hal­hal sepanjang mengenai teknis pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 34

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan,

Agar   setiap   orang   dapat   mengetahuinya,   memerintahkan   pengundangan   Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Parigi Moutong.

Ditetapkan di Parigi Pada tanggal 25 Juli 2005 BUPATI PARIGI MOUTONG

LONGKI DJANGGOLA Diundangkan  di  Parigi

Pada tanggal 25 Juli 2005 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG


(3)

Drs. TASWIN BORMAN, M. Si Pembina Utama Muda

NIP. 010 081 665

LEMBARAN DAERAH TAHUN 2005 NOMOR  12 SERI  C NOMOR  5 PENJELASAN

ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR   11 TAHUN   2005

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

I.  UMUM

Berlakunya   Undang­Undang   Nomor   18   Tahun   1997   tentang   Pajak   Daerah   dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang­Undang Nomor 34 Tahun 2000   serta   terbitnya   Peraturan   Pemerintah   Nomor   66   Tahun   2001   tentang   Retrbusi Daerah   merupakan   upaya   dari   pemerintah   untuk   mewujudkan   pelaksanaan   Otonomi Daerah yang lebih luas, nyata, dan bertanggung jawab dan memberi ruang bagi daerah untuk menerbitkan suatu Peraturan Daerah yang mengatur tentang Penerimaan Daerah dibidang   Retribusi   sehingga   terwujud   kemandirian   daerah   dalam   pembiayaan penyelenggaraan pemerintahannya.

Salah satu bentuk retribusi yang dapat dipungut secara langsung oleh daerah dan merupakan sumber pendapatan asli daerah adalah Retribusi Persampahan/ Kebersihan. Karena     Pelayanan   Persampahan/Kebersihan   merupakan   tugas   pokok   yang   harus dilakukan   daerah   dan   dalam   pengelolaannya   membutuhkan   Anggaran   dan   Biaya   dan tidak   semua   pembiayaan   dapat   didanai   oleh   Pemerintah   Daerah,   maka   masyarakat diharapkan dapat memberi kontribusi dalam bentuk pembayaran Retribusi Persampahan sehingga   pengelolaannya   dapat   dilaksanakan   secara   intensif   sesuai   dengan   ketentuan yang berlaku.

II. PASAL DEMI PASAL        


(4)

  Cukup jelas.       Pasal  2 

Cukup jelas. Pasal 3

 Cukup jelas.       Pasal  4

Cukup jelas. Pasal 5

 Cukup jelas.       Pasal  6

Ayat (1)

Jenis sampah adalah sampah organik dan sampah hasil buangan. Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 7

 Cukup jelas. Pasal 8

Ayat (1)

Struktur   dan   besaran   tarif   Retribusi   Persampahan/Kebersihan   ditentukan berdasarkan   rata­rata   volume   sampah   yang   dihasilkan   oleh   misalnya   Rumah Tangga,Perkantoran, Hotel dan lain­lain dikalikan dengan tarif dasarnya.

Ayat (2)

    Cukup Jelas Pasal 9

Cukup jelas. Pasal 10

  Cukup jelas.       Pasal  11

Cukup jelas. Pasal 12

  Cukup jelas.       Pasal  13

Cukup jelas. Pasal 14

  Cukup jelas.       Pasal  15

Yang   dimaksud   dengan   dokumen   lain   yang   dipersamakan   antara   lain   berupa karcis masuk, kupon dan kartu langganan. 


(5)

Yang dimaksud tidak dapat diborongkan adalah   bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan Retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga, namun dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak boleh bekerjasama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pengurusan retribusi, Pemerintah   Daerah   dapat   mengajak   bekerjasama   badan­badan   tertentu   yang karena   profesionalismenya   layak   dipercaya   untuk   ikut   melaksanakan   sebagian tugas   pemungutan   jenis   retribusi   secara   lebih   efisien.   Kegiatan   pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya retribusi yang terutang, pengawasan penyetoran retribusi dan penagihan retribusi.

       Pasal  17

Cukup jelas. Pasal 18

  Cukup jelas.       Pasal  19

Cukup jelas. Pasal 20

  Cukup jelas.       Pasal  21 

Cukup jelas. Pasal 22

  Cukup jelas.       Pasal  23 

Cukup jelas. Pasal 1

  Cukup jelas.       Pasal  24 

Cukup jelas. Pasal 25

  Cukup jelas.       Pasal  26 

Cukup jelas. Pasal 27

  Cukup jelas.       Pasal  28 

Cukup jelas. Pasal 29

  Cukup jelas.       Pasal  30


(6)

Cukup jelas. Pasal  31

  Cukup jelas.       Pasal  32 

Cukup jelas. Pasal  33

  Cukup jelas.