Pengaruh Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo.

(1)

DAN ASET KABUPATEN SIDOARJO

SKRIPSI

DIAJUKAN OLEH : NOVIATI PUTRI WARDHANI

NPM 06 4101 0009

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

SURABAYA


(2)

rahmat, berkat, dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi penelitian dengan judul “ Pengaruh Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan Terhadap Pendapatan Asli Daerah di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo”.

Laporan sripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kurikulum Program Studi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada Ibu Dra. Diana Hertati, M.Si selaku dosen pembimbing. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan sehingga penyusunan laporan proposal ini diantaranya :

1. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. DR. Lukman Arif, M.Si, Ketua Program studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Diana Hertati,M.Si, Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

vi 


(3)

5. Alm. Bapak yang selalu memberikan restunya serta menjadi spirit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi.

6. Ibu di rumah yang selalu memberikan doa restu, dorongan dan semangat kepada penulis.

7. Kinanti (kakak) yang selalu ceriwis masalah skripsi penulis yang lama di dalam penyusunan skripsi.

8. Hney bunnie sweet – sweet yang selalu menemani dalam penyusunan skripsi serta selalu membuat tertawa penulis.

9. Teman – teman seperjuangan : Mesha, Wara, Fikky, Tono, Iis, Yani, Mirna, Karina, Risah serta seluruh teman – teman Progdi Ilmu Administrasi Negara ’06 yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga dengan skripsi penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan khususnya bagi penulis dan bagi fakultas pada umumnya serta para pembaca.

Sidoarjo, September 2010

Penulis

vii 


(4)

Daftar Isi... ix

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

Abstraksi ... v

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang masalah ... 1

1.2 Perumusan masalah... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian terdahulu ... 10

2.2 Landasan teori... 13

2.2.1 Pajak ... 13

2.2.2 Retribusi daerah... 20

2.2.3 Retribusi pasar ... 27

2.2.4 Retribusi sampah ... 28

2.2.5 Kontribusi, efektivitas dan pertumbuhan ... 28

2.2.6 Otonomi daerah ... 30

2.2.7 Pendapatan asli daerah ... 33 2.2.8 Pengaruh retribusi pasar dan retribusi pelayanan


(5)

2.4 Hipotesis ... 39

Bab III Metode Penelitian 3.1 Jenis penelitian, definisi operasional dan pengukuran variabel... 40

3.1.1 Jenis penelitian ... 40

3.1.2 Definisi operasional... 40

3.2 Populasi, sampel dan teknik penarikan sampel ... 41

3.3 Teknik pengumpulan data... 43

3.4 Teknik analisa data ... 43

Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Gambaran umum obyek penelitian ... 48

4.1.1 Riwayat perkembangan daerah kabupaten Sidoarjo .. 48

4.1.2 Visi dan misi pemerintahan kabupaten Sidoarjo ... 52

4.1.3 Wilayah geografis kabupaten Sidoarjo... 53

4.1.4 Kependudukan... 55

4.1.5 Dinas pendapatan, pengelolaan keuangan dan Aset kabupaten Sidoarjo... 58

4.2 Penyajian data ... 65

4.2.1 Retribusi pasar dan retribusi pelayanan kebersihan/ Persampahan... 65


(6)

Daerah (Y) ... 74 4.3.2 Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan (X2)

Terhadap pendapatan asli daerah (Y) ... 77 4.3.3 Retribusi pasar (X1) dan retribusi kebersihan (X2)

Terhadap pendapatan asli daerah (Y) ... 80

4.4 Pembahasan ... 83

Bab V Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan ... 89 5.2 Saran ... 90 Daftar Pustaka


(7)

Sidoarjo (2000-2009)... 5

Tabel 4.1 Data kependudukan kabupaten Sidoarjo ... 56

Tabel 4.2 Jumlah penduduk berdasarka mata pencaharian... 57

Tabel 4.3 Data penduduk berdasarkan tingkat pendidikan... 57

Tabel 4.4 Data kepegawaian berdasarkan jenis kelamin ... 63

Tabel 4.5 Data kepegawaian berdasarkan status kepegawaian ... 64

Tabel 4.6 Data kepegawaian berdasarkan tingkat pendidikan... 64

Tabel 4.7 Data kepegawaian berdasarkan pangkat/golongan... 65

Tabel 4.8 Kelas pasar di Sidoarjo ... 67

Tabel 4.9 Target dan realisasi penerimaan retribusi pasar tahun Anggaran 2000 sampai dengan tahun anggaran 2009 ... 68

Tabel 4.10 Target dan realisasi penerimaan retribusi pelayanan kebersihan/persampahan tahun anggaran 2000-2009... 70

Tabel 4.11 Target dan realisasi penerimaan pendapatan asli daerah tahun anggaran 2000 sampai dengan tahun anggaran 2009 .. 73

Tabel 4.12 Penerimaan retribusi pasar dan pendapatan asli daerah Kabupaten Sidoarjo tahun anggaran 2000-2009 ... 75

Tabel 4.13 Koefisien regresi linier ... 76

Tabel 4.14 Penerimaan retribusi kebersihan dan pendapatan asli daerah Kabupaten Sidoarjo tahun anggaran 2000-2009 ... 78

Tabel 4.15 Koefisien regresi linier ... 79 Tabel 4.16 Penerimaan retribusi pasar, retribusi pelayanan kebersihan/


(8)

(9)

Lampiran 2 Perhitungan Regresi Linier Manual SPSS Lampiran 3 Profil Kabupaten Sidoarjo


(10)

Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui pengaruh Retribusi Pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah di Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo. (2) Untuk mengetahui pengaruh Retribusi Pelayanan Kebersihan/Persampahan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo. (3) Untuk mengetahui pengaruh Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Kebersihan/Persampahan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif terhadap 3 variabel yaitu variabel independen (bebas) adalah Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan serta variabel dependen (terikat) adalah Pendapatan Asli Daerah.

Pengumpulan data sekunder diperoleh dengan cara pengumpulan dokumen/arsip yang ada dikantor Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo.

Model analisis yang digunakan adalah menggunakan metode statistik dalam bentuk regresi linier berganda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh secara parsial masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat (Uji t), sekaligus untuk mengetahui pengaruh secara simultan atau secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat (Uji F).

Berdasarkan analisis dan pengujian hipotesis didapatkan secara simultan besarnya pengaruh Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sidoarjo sebesar 85,6% sedangkan 14,4% dijelaskan oleh pendapatan yang lain Sedangkan secara parsial, besarnya pengaruh Retribusi Pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sidoarjo sebesar 82,7% sedangkan 17,3% dijelaskan oleh pendapatan lain dan juga Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sidoarjo sebesar 64,4% sedangkan 35,6% dijelaskan oleh pendapatan yang lain.

Untuk mengetahui pengaruh secara simultan maka digunakan uji F. Karena Fhitung (20,724) lebih besar dari Ftabel (4,74). Hal ini menunjukkan bahwa Retribusi

Pasar (X1) dan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan (X2) terbukti secara

simultan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y). Untuk mengetahui pengaruh secara parsial maka digunakan uji t. Untuk variabel Retribusi Pelayanan Kebersihan/Persampahan (X2) karena thitung (3,805) lebih besar dari ttabel (1,8125).

Hal ini menunjukkan bahwa Retribusi Pelayanan Kebersihan/Persampahan (X2)

terbukti secara parsial berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y). Untuk variabel Retribusi Pasar (X1) karena thitung (6,192) lebih besar dari ttabel (1,8125)

pada tingkat  = 5%. Hal ini menunjukkan bahwa Retribusi Pasar (X1) terbukti

secara parsial berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y).


(11)

1.1. Latar Belakang Masalah

Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh pemerintah pusat terhadap pemerintah daerah sebagai wujud nyata dari pelaksanaan otonomi daerah memberikan konsekuensi pemerintah daerah dapat menyelenggarakan pemerintahannya sendiri. Proses desentralisasi tersebut didukung dengan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Otonomi daerah merupakan pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah yang lebih leluasa untuk mengelola sumber daya yang dimiliki dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. Salah satu tolok ukur untuk melihat kesiapan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah dengan mengukur seberapa besar kemampuan keuangan suatu daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Sumber keuangan tersebut salah satunya berasal dari Pendapatan Asli Daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan daerah yang berasal dari beberapa hasil penerimaan daerah yaitu pajak daerah, retribusi daerah dan perusahaan daerah termasuk didalamnya pendapatan lain diluar pajak daerah dan retribusi daerah. Jenis pajak daerah cukup beragam, beberapa diantaranya adalah pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak parkir dan lain-lain. Retribusi daerah juga beragam jenisnya, beberapa diantaranya adalah retribusi pasar, retribusi kebersihan, retribusi ijin usaha


(12)

industri, retribusi ijin usaha dagang dan lain-lain. Perusahaan daerah daintaranya adalah PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum), percetakan daerah dan lain-lain.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar didapatkan dari sektor pajak daerah dan retribusi daerah. Dimana bahwa pajak daerah adalah pemungutan pemerintah daerah dimana pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah terhadap orang/badan berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku guna pembiayaan rumah tangga daerahnya. Sedangkang pengertian retribusi daerah dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai akibat adanya kontra prestasi yang diberikan oleh Pemda/pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi/pelayanan yang diberikan Pemda yang langsung dinikmati secara perseorangan oleh warga masyarakat dan pelaksanaannya didasarkan atas peraturan yang berlaku.

Sebagaimana tabel 1.1 PAD didapatkan salah satunya dari penerimaan sektor retribusi daerah yang diharapkan dapat mendukung sumber pembiayaan daerah dalam menyelenggarakan pembangunan daerah, sehingga akan meningkatkan dan memeratakan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat di daerahnya. Upaya peningkatan PAD dapat dilakukan salah satunya dengan meningkatkan efisiensi sumber daya dan sarana yang terbatas serta meningkatkan efektifitas pemungutan.

Retribusi daerah yang merupakan pembayaran atas jasa atau pemberian ijin khusus yang disediakan dan/atau diberikan oleh Pemda kepada pribadi/badan, diharapkan dapat mendukung sumber pembiayaan daerah dalam menyelenggarakan pembangunan daerah, sehingga akan meningkatkan dan


(13)

memeratakan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat di daerahnya. Beberapa faktor yang menyebabkan sektor retribusi daerah lebih potensial sebagai sumber keuangan daerah daripada sumber-sumber yang lainnya, antara lain:

1. Retribusi daerah dipungut atas balas jasa sehingga pembayarannya dapat dilakukan berulang kali. Siapa yang menikmati jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dapat dikenakan retribusi. Faktor perbedaan antara pungutan retribusi dengan sumber-sumber pendapatan yang lain adalah ada tidaknya jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah.

2. Pelaksanaan pemungutan retribusi dapat dilakukan di luar waktu yang telah ditentukan oleh petugas perundang-undangan selama pemerintah daerah dapat menyediakan jasa dengan persetujuan pemerintah pusat.

3. Sektor retribusi terkait erat oleh tingkat aktivitas sosial ekonomi masyarakat di suatu daerah. Artinya, semakin maju dan berkembang tingkat sosial ekonomi masyarakat, maka semakin besar potensi retribusi yang bisa dipungut.

Salah satu cara untuk meningkatkan PAD adalah dengan meningkatkan pendapatan dari retribusi yang dalam hal ini adalah samua retribusi yang dapat dipungut dari daerah. Di Pemkab Sidoarjo sendiri ada 29 macam retribusi yang dipungut. Berikut 29 macam retribusi beserta nilai pendapatan retribusi selama 10 tahun terakhir (2000-2009) :


(14)

Tabel 1.1 Penerimaan Retribusi Daerah Pemkab Sidoarjo (2000-2009) (dalam juta Rp)

No Macam Retribusi Pendapatan Prosentase

1 pelayanan persampahan/kebersihan 8427.42 1.16%

2 jasa usaha pemakaian kekayaan daerah 24464.06 3.37%

3 penyeberangan diatas air 65.46 0.01%

4 pelayanan kesehatan hewan dan ikan 7854.68 1.08%

5 jasa usaha penjualan produk usaha daerah 26755.01 3.68%

6 jasa usaha rumah potong hewan 409.10 0.06%

7 tanda daftar perusahaan 26182.44 3.61%

8 tanda daftar gudang 25494.98 3.51%

9 ijin usaha industri 141245.16 19.45%

10 ijin usaha perdagangan 27327.74 3.76%

11 Pasar 153488.44 21.14%

12 pedangang kaki lima 3272.78 0.45%

13 pelayanan kesehatan 26182.27 3.61%

14 penggantian biaya cetak peta 409.10 0.06%

15 ijin mendirikan bangunan 6136.47 0.84%

16 pemeriksaan alat pemadaman kebakaran 237.28 0.03%

17 pengujian kendaraan bermotor 26182.27 3.61%

18 ijin trayek 9000.16 1.24%

19 dispensasi melalui jalan kota 3272.78 0.45%

20 kendaraan umum (sub terminal) 26583.19 3.66%

21 pelayanan parkir tepi jalan umum 26182.27 3.61%

22 jasa usaha terminal 83455.98 11.49%

23 pelayanan pemakaman 65.46 0.01%

24 ijin gangguan 695.47 0.10%

25 penggantian biaya cetak KTP 981.84 0.14%

26 penggantian biaya cetak akte sipil 180.00 0.02%

27

jasa usaha tempat

penginapan/pesanggrahan/villa 66273.87 9.13%

28 jasa usaha tempat rekreasi dan olah raga 2127.31 0.29%

29 usaha rekreasi dan usaha umum(URHU) 3272.78 0.45%

Sumber : Laporan Audit BPK – Pelaksanaan Pendapatan Daerah

Dari tabel diatas dapat diketahui retribusi daerah penyumbang pendapatan yang terbesar prosentasenya selama 10 tahun terakhir di Pemkab yaitu retribusi pasar (21,14%), selain itu berdasarkan realisasi dan target pendapatan retribusi daerah juga yang terbesar (lihat lampiran 1). Dengan adanya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka pasar tidak hanya sebagai unit pelayanan kepada masyarakat, tetapi pasar sudah merupakan unit


(15)

usaha bagi pemerintah daerah sehingga diharapkan dapat menghasilkan laba retribusi.

Dari berbagai macam retribusi yang dipungut oleh Pemkab Sidoarjo, yang potensial adalah retribusi pasar, karena mampu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap penerimaan daerah dibandingkan dengan retribusi yang lain. Hal ini dikarenakan Kabupaten Sidoarjo setidaknya mengelola 17 pasar tradisional yang terdiri dari 6 pasar besar (Porong, Larangan, Krian Baru, Krian Lama, Taman, Waru), 4 pasar kecil (Pasar Sayur Suko, Tarik, Wonoayu, Buduran) serta 7 pasar sedang (Watutulis, Tulangan, Prambon, Sukodono, Wadungasri, Gedangan, Loak) dan dari kesemua pasar tersebut ditarik retribusi pasar. Perkembangan kehidupan perekonomian yang akan mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat harus didukung adanya fasilitas bagi masyarakat untuk mengadakan kegiatan ekonomi.

Pasar adalah salah satu fasilitas bagi masyarakat untuk mengadakan kegiatan ekonomi. Dengan adanya pasar, maka akan tercipta siklus perputaran uang bagi peningkatan kehidupan perekonomian masyarakat Sidoarjo. Peningkatan perekonomian tersebut secara tidak langsung berdampak bagi Pemkab Sidoarjo untuk senantiasa mengembangkan pasar-pasar yang dikelola oleh pemerintah yang juga digunakan sebagai potensi penerimaan daerah, tetapi di potensi tersebut belum optimal mengingat Komisi B DPRD Sidoarjo masih menagih berdirinya Perusahaan Daerah (PD) Pasar sebagai pengganti Dinas Pasar meskipun target retribusi telah terpenuhi tetapi belum diimbangi dengan perbaikan fasilitas, serta diakui sendiri oleh salah satu pegawai pemkab Sidoarjo sendiri


(16)

bahwa pasar yang layak jadi perusahaan daerah cuma satu pasar (Jawa Pos, 21 Maret 2010). Oleh karena itu, semakin baik pengelolaan terhadap pasar-pasar yang dikelola, maka akan berdampak pada pengembangan penerimaan retribusi pasar. Selain itu retribusi pasar merupakan jenis retribusi yang berkaitan erat dengan retribusi yang lain yaitu retribusi pelayanan persampahan/kebersihan daerah. Hal ini sangat wajar keterkaitan kedua retribusi tersebut mengingat pasar merupakan lokasi yang dijadikan transaksi kebutuhan pokok masyarakat, yang memerlukan pelayanan akan persampahan/kebersihan tetap terjaga dengan baik.

Usaha pengembangan penerimaan retribusi pasar pada tiap tahunnya mengalami kendala dan hambatan. Kendala dan hambatan tersebut di antaranya menyangkut perilaku wajib retribusi, para wajib retribusi pasar seringkali melakukan penunggakan pembayaran retribusi dengan berbagai alasan. Dari penunggakan inilah kemudian penerimaan yang didapatkan tidak bisa optimal. Permasalahan dari faktor eksternal tersebut tidak berdiri sendiri, karena masih ada permasalahan faktor lingkungan internal Dinas Pengelolaan Pasar sendiri yang kurang menguntungkan, yaitu pengenaan sanksi berdasarkan Perda nomor 8 tahun 1999 tentang Retribusi Pasar yang hanya sebesar 2% dari total retribusi yang harus dibayarkan oleh wajib retribusi dikesampingkan oleh wajib retribusi itu sendiri.

Permasalahan itulah yang kemudian mengakibatkan penunggakan pembayaran retribusi pasar yang akan berimbas pada menurunnya total penerimaan retribusi pasar tiap tahunnya. Oleh karena itu, maka Dinas Pengelolaan Pasar harus benar-benar fokus pada strategi-strategi yang akan


(17)

diambil dan dilaksanakan. Dari latar belakang tersebut, maka penulis mengambil judul ”PENGARUH RETRIBUSI PASAR DAN PELAYANAN KEBERSIHAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENDAPATAN, PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET KABUPATEN SIDOARJO”.

1.2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, permasalahan yang di munculkan pada penelitian ini adalah :

“Apakah ada pengaruhnya retribusi pasar dan retribusi pelayanan kebersihan/persampahan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sidoarjo?”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh Retribusi Pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah di Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo. 2. Untuk mengetahui pengaruh Retribusi Pelayanan Kebersihan/Persampahan

terhadap Pendapatan Asli Daerah di Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo.

3. Untuk mengetahui pengaruh Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Kebersihan/Persampahan terhadap Pendapatan Asli Daerah di Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo.


(18)

Kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Kegunaan Praktis

a. Bagi Pemerintah

Memberi masukan kepada Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo tentang pentingnya pengelolaan retribusi pasar dan retribusi pelayanan kebersihan/persampahan untuk meningkatkan pelayanan publik bagi pedagang.

b. Bagi Mahasiswa

Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta kemampuan menganalisis terhadap kenyataan yang ada mengenai pelayanan publik di Pasar Sidoarjo. c. Bagi Masyarakat

Dapat menambah pengetahuan tentang pengelolaan retribusi pasar dan retribusi pelayanan kebersihan/persampahan serta pelayanan publik yang diberikan pemerintah kepada masyarakat terutama para pedagang dari hasil pengelolan retribusi pasar tersebut.

2. Kegunaan Teoritis

a. Bermanfaat untuk menambah kepustakaan dan dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian dan analisis yang sejenis.

b. Sebagai bahan acuan untuk mengkaji dan menganalisis tentang pengelolaan retribusi pasar dan retribusi pelayanan kebersihan/persampahan untuk meningkatkan pelayanan publik yang diberikan pemerintah.


(19)

2.1. PENELITIAN TERDAHULU

Dalam penelitian ini akan disampaikan beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh pihak lain yang membahas dan meneliti pokok kajian yang sama, antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Riduansyah - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik – Universitas Indonesia, yang berjudul “Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Guna Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Kasus Pemerintahan Daerah Kota Bogor)”

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan yang signifikan bagi pembiayaan rutin dan pembangunan di suatu daerah otonom. Jumlah penerimaan komponen pajak daerah dan retribusi daerah sangat dipengaruhi oleh banyaknya jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang diterapkan serta disesuaikan dengan peraturan yang berlaku yang terkait dengan penerimaan kedua komponen tersebut. Kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap perolehan PAD Pemerintah Kota Bogor dalam kurun waktu Tahun Anggaran (TA) 1993/1994 – 2000 cukup signifikan dengan rata-rata kontribusi sebesar 27,78% per tahun. Kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap total perolehan


(20)

penerimaan Pemda Bogor tercermin dalam APBD-nya, dikaitkan dengan kemampuannya untuk melaksanakan otonomi daerah terlihat cukup baik. Komponen pajak daerah dalam kurun waktu TA 1993/1994 – 2000 rata-rata pertahunnya memberikan kontribusi sebesar 7,81% per tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 22,89% pertahunnya. Sedangkan pendapatan yang berasal dari komponen retribusi daerah, pada kurun waktu yang sama, memberikan kontribusi rata per tahunnya sebesar 15,61% dengan rata-rata pertumbuhan pertahunnya sebesar 5,08% per tahun. Untuk meningkatkan kontribusi penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap total penerimaan PAD dan sekaligus memperbesar kontribusinya terhadap APBD Pemda Kota Bogor perlu dilakukan beberapa langkah di antaranya perlu dilakukan peningkatan intensifikasi pemungutan jenis-jenis pajak daerah dan retribusi daerah, kemudian dilakukan ekstensifikasi dengan jalan memberlakukan jenis pajak dan retribusi baru sesuai dengan kondisi dan potensi yang ada.

Persamaan dengan penelitian (A) dengan sekarang adalah faktor alat ukur yang digunakan dalam mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah yaitu kontribusi dan tingkat pertumbuhan.

Perbedaan dengan penelitian (A) dengan sekarang adalah data merupakan seluruh data pajak daerah dan retribusi daerah, kemudian perbedaan yang lain adalah hanya menggunakan dua faktor alat ukur yaitu kontribusi dan tingkat pertumbuhan, sedangkan penelitian yang sekarang


(21)

menggunakan tiga alat ukur yaitu ditambahkan efektifitas. Metode kuantitatif yang digunakan dalam penelitian sekarang adalah regresi linier tunggal. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Jannatin Alfafa - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik – Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang berjudul “Analisis Retribusi Pasar dan Pengaruhnya terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kota Surakarta Tahun 2005-2007”

Dalam pelaksanaan otonomi daerah hasil retribusi daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah bagi Pemerintah Kabupaten, dalam hal ini diterangkan dalam UU No 34 Th 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dalam pelaksanaan otonomi daerah ini retribusi daerah juga diatur oleh peraturan daerah dari masing-masing kabupaten. Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) Kota Surakarta adalah unsur pelaksana pemerintah daerah dibidang pendapatan daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dan bertanggung jawab kepada Walikota Surakarta. Dipenda merupakan alat yang penting bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan fungsi otonomi yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Dengan demikian pelaksanaan fungsi otonom oleh pemerintah daerah khususnya Pemerintah Kota Surakarta adalah cukup berat, karena harus dibarengi pencarian dana untuk menuju ke otonomi yang dinamis, nyata, dan bertanggung jawab. Pasar merupakan suatu unit usaha yang memiliki peran strategis atas jalannya jaringan distribusi dari produsen ke konsumen yang membutuhkan suatu produk. Dengan demikian pasar dapat dikatakan sebagai penyedia langsung kebutuhan harian masyarakat, dan berbagai interaksi di


(22)

dalamnya yang melibatkan unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat (pedagang dan pembeli). Kondisi ini menegaskan bahwa pasar merupakan salah satu kontributor yang cukup signifikan bagi pelaksanaan pembangunan di daerah, karena melalui retribusi yang dihasilkan bisa menambah pendapatan daerah. Adapun Realisasi Retribusi Pasar pada tahun 2007 mencapai 104.93 %.

Persamaan penelitian (B) dengan penelitian sekarang adalah hanya menggunakan retribusi pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Faktor yang diukur adalah konstribusi.

Perbedaan penelitian (B) dengan penelitian sekarang adalah penelitian ini hanya menggunakan satu faktor alat ukur, sedangkan yang sekarang menggunakan 3 faktor alat ukur, serta metode kuantitatif yang digunakan dalam penelitian sekarang adalah regresi linier tunggal

2.2. LANDASAN TEORI 2.2.1. Pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan usaha kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.


(23)

Menurut Soemitro dalam Suandy (2000:8) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Menurut Soemahamidjaja dalam Suandy (2000:7) Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejateraan umum.

Sedangkan menurut Djajadiningrat dalam Munawir (1997:5) Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian daripada kekayaan kepada negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa balik dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan umum.

Dari ketiga definisi tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan iuran rakyat yang dipungut oleh negara yang dilakukan berdasarkan undang-undang dan pelaksanaannya dapat dipaksakan guna memelihara kesejahteraan umum.

A. Fungsi Pajak

Menurut Mardiasmo (2003:1) ada dua fungsi pajak, yaitu : 1. Fungsi budgeter

Pajak sebagai dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.


(24)

2. Fungsi mengatur

Pajak sebagai alat untuk melaksakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidan sosial dan ekonomi

B. Syarat Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2003:2) agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)

Sesuai dengan tujuan hukum yang mencapai keadilan, undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundangan-undangan diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Sedang adil dalam pelaksanaannya yakni dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan keberatan, penundaan dalam pembayaran dan mengajukann banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak.

2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis) Di Indonesia pajak diatur dalam UUUD 1945 pasal 23 ayat 2. hal ini memberikann jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun warganya.

3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomi)

Pemunggutan tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian rakyat.


(25)

4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansial)

Sesuai fungsi budgeter, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.

5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana

Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.

C. Tarif Pajak

Menurut Mardiasmo (2003:9) ada 4 macam tarif pajak : 1. Tarif sebanding/proporsional

Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.

2. Tarif tetap

Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutangtetap

3. Tarif progresif

Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

4. Tarif degresif

Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar


(26)

D. Pengelompokkan Pajak

Menurut Mardiasmo (2003:5) Pengelompokkan pajak dapat dilakukan berdasarkan golongan, sifat dan lembaga pemungutnya.

1. Berdasarkan golongannya : a. Pajak langsung

Yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

b. Pajak tidak langsung

Yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

2. Berdasarkan sifatnya : a. Pajak subjektif

Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

b. Pajak objektif

Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

3. Berdasarkan lembaga pemungutnya : a. Pajak pusat

Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.


(27)

b. Pajak daerah

Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunkan untuk membiayai rumah tangga daerah.

E. Pengertian Pajak Daerah

Menurut Suandy (2000:29) Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Sedangkan menurut Munawir (1997:23) Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya berada pada pemerintah daerah, baik tingkat propinsi, kabupaten/kota yang hasil pemungutannya digunakan untuk pebiayaan rumah tangga daerah.

Dari definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pajak daerah adalah pemungutan pemerintah daerah dimana pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah terhadap orang/badan berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku guna pembiayaan rumah tangga daerahnya.

F. Jenis Pajak Daerah

Menurut Yani (2002:48) jenis pajak kabupaten/kota terdiri dari : 1. Pajak hotel

Yaitu pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap/istirahat, memperoleh pelayanan dan/atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.


(28)

2. Pajak restoran

Yaitu pajak atas pelayanan restoran. Restoran adalah tempat menyantap makanan dan/atau minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga atau katering.

3. Pajak hiburan

Yaitu pajak atas penyelenggaraan hiburan yang meliputi semua jenis pertunjukkan, permainan ketangkasan dan/atau keramian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk berolah raga. 4. Pajak reklame

Adalah pajak atas penyelenggaraan reklame, yaitu benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca dan/atau didengar dari suatu tempat oleh umum kecuali yang dilakukan oleh pemerintah.

5. Pajak penerangan jalan

Adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.


(29)

6. Pajak pengambilan bahan galian golongan C

Adalah pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

7. Pajak parkir

Adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berdasarkan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

2.2.2. Retribusi Daerah

1. Pengertian Retribusi Daerah. Retribusi dapat diartikan sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah sebagai akibat adanya kontra prestasi yang diberikan oleh Pemda/pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi/pelayanan yang diberikan Pemda yang langsung dinikmati secara perseorangan oleh warga masyarakat dan pelaksanaannya didasarkan atas peraturan yang berlaku (Halim, 2001:121) Menurut Undang-undang No.34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang dimaksud retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang pribadi/badan.

2. Lapangan Retribusi Daerah. Lapangan retribusi daerah diadakan untuk keperluan keuangan daerah sebagai jasa yang diberikan oleh daerah obyek


(30)

dan jenis antara satu daerah dengan daerah lain bervariasi. Semakin berkembang suatu daerah, maka semakin banyak fasilitas/jasa yang perlu disediakan oleh Pemda setempat untuk kegiatan perekonomian masyarakat sehingga semakin banyak pula jenis retribusi yang dapat dipungut, sebagai timbal balik atas jasa yang telah disediakan oleh pemerintah daerah.

Dalam Undang-Undang No.34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, retribusi dibagi menjadi tiga golongan yaitu:

a. Jasa umum

Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan/diberikan oleh Pemda untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, dapat digolongkan yang termasuk jenis retribusi jasa umum antara lain:

1) Retribusi pelayanan kesehatan

2) Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan

3) Retribusi panggantian biaya cetak KTP dan akte catatan sipil 4) Retribusi pelayanan pemakaman dan penguburan mayat 5) Retribusi parkir ditepi jalan umum

6) Retribusi pasar 7) Retribusi air bersih

8) Retribusi pengujian kendaraan bermotor


(31)

10) Retribusi penggantian biaya cetak peta 11) Retribusi pengujian kapal perikanan b. Jasa usaha

Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang diberikan atau disediakan oleh Pemda dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.

Jenis-jenis retribusi jasa usaha adalah: 1) Reribusi pemakaian kekayaan daerah 2) Retribusi pasar grosir dan pertokoan 3) Retribusi terminal

4) Retribusi tempat khusus parkir 5) Retribusi tempat penitipan anak

6) Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa 7) Retribusi penyedotan kakus

8) Retribusi rumah potong hewan 9) Retribusi tempat pendaratan kapal 10) Retribusi rekreasi dan olah raga 11) Retribusi penyeberangan diatas air 12) Retribusi pengolahan limbah air 13) Retribusi penjualan produk asli daerah c. Perijinan tertentu

Retribusi perijinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemda dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi/badan yang


(32)

dimaksudkan untuk pembinaan, peraturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana/fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Jenis-jenis retribusi perijinan tertentu adalah: 1) Retribusi ijin peruntukan penggunaan tanah 2) Retribusi ijin mendirikan bangunan

3) Retribusi ijin tempat penjualan minuman beralkohol 4) Retribusi ijin gangguan

5) Rertribusi ijin trayek

6) Retribusi ijin pengambilan hasil hutan ikutan

Berdasarkan penggolongan retribusi diatas maka tiap daerah dapat memungut retribusi sesuai dengan kebutuhan masing-masing berdasarkan prestasi yang ada. Di Kota Sidoarjo sendiri, Pemkab berusaha untuk menggali berbagai macam pelayanan-pelayanan yang dapat dikenakan retribusi walaupun sampai pada saat ini telah dipungut 29 macam retribusi.

Macam-macam dari retribusi tersebut antara lain: 1) Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan 2) Retribusi jasa usaha pemakaian kekayaan daerah 3) Retribusi penyeberangan di atas air

4) Retribusi pelayanan kesehatan hewan dan ikan 5) Retribusi jasa usaha penjualan produk usaha daerah


(33)

6) Retribusi jasa usaha rumah potong hewan 7) Retribusi tanda daftar perusahaan

8) Retribusi tanda daftar gudang 9) Retribusi ijin usaha industri

10) Retribusi ijin usaha Perdagaangan 11) Retribusi pasar

12) Retribusi pedagang kaki lima 13) Retribusi pelayanan kesehatan

14) Retribusi penggantian biaya cetak peta 15) Retribusi ijin mendirikan bangunan

16) Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran 17) Retribusi pengujian kendaraan bermotor

18) Retribusi ijin trayek

19) Retribusi dispensasi melalui jalan kota 20) Retribusi kendaraan umum(sub terminal) 21) Retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum 22) Retribusi jasa usaha terminal

23) Retribusi pelayanan pemakaman 24) Retribusi ijin gangguan

25) Retribusi penggantian biaya cetak KTP 26) Retribusi penggantian biaya cetak akte sipil

27) Retribusi jasa usaha tempat penginapan/pesanggrahan/villa 28) Retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olah raga


(34)

29) Retribusi usaha rekreasi dan usaha umum(URHU) (Sumber: Dipenda Kabupaten Sidoarjo tahun 2007)

3. Dasar Hukum Retribusi Daerah. Pemungutan retribusi daerah yang dilakukan oleh Pemkab dalam penyelenggaraan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Undang-Undang yang mengatur tentang pajak dan retribussi daerah adalah Undang-Undang No.34 tahun 2000. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah berisi penentuan tarif dan tata cara pemungutan pajak dan retribusi daerah ditetapkan dengan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pemkab Sidoarjo dalam melakukan pungutan terhadap retribusi pasar menggunakan pedoman Peraturan Daerah No.8 tahun 1999 tentang Retribusi Pasar. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka Pemkab Sidoarjo dengan persetujuan DPRD melaksanakan pungutan retribusi pasar dengan menggunakan dasar hukum sebagai berikut:

a. Perda Kabupaten Sidoarjo No.8 tahun 1999 tentang Retribusi Pasar. b. Perda Kabupaten Sidoarjo No.3 tahun 1993 tentang Pasar.

c. Perda Kabupaten Sidoarjo No.11 tahun 2003 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan.

d. Keputusan Bupati Sidoarjo No.511.2/085-A/2001 tentang Penetapan Kelas Pasar dan Taksiran Nilai Tempat Dasaran.


(35)

e. Keputusan Bupati Sidoarjo No.12 tahun 2002 tentang Penetapan Tarif Pengganti Biaya Pembayaran Listrik dan Kompleks Pasar di Kota Sidoarjo.

4. Sifat Retribusi Daerah. Retribusi daerah merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang cukup besar dalam memberikan sumbangan terhadap PAD. Retribusi daerah yang merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah daerah kepada masyarakat sebagai kontraprestasi atas jasa dan/atau barang yang disediakan oleh daerah, berdasarkan sifatnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Sifat pemungutannya

Dilihat dari sifat pemungutannya hanya berlaku untuk orang tertentu yaitu bagi yang menikmati jasa pemerintah yang dapat ditunjuk, yang merupakan timbal balik atas jasa atau barang yang telah disediakan oleh pemerintah setempat.

b. Sifat paksaannya

Pemungutan retribusi yang berdasarkan atas peraturan-peraturan yang berlaku umum, dan dalam pelaksanaannya dapat dipaksakan, yaitu barang siapa yang ingin mendapatkan suatu prestasi tertentu dari pemerintah, maka harus membayar retribusi. Jadi sifat paksaan pada retribusi daerah bersifat ekonomis sehingga pada hakikatnya diserahkan pada pihak yang bersangkutan untuk membayar/tidak. 5. Fungsi Retribusi Daerah. Seperti halnya dengan pajak daerah, retribusi


(36)

a. Fungsi sebagai sumber keuangan Negara, maksudnya adalah bahwa retribusi digunakan sebagai alat untuk mengumpulkan uang dari rakyat ke kas Negara untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah, baik pengeluaran yang bersifat rutin maupun untuk pembangunan.

b.

Fungsi mengatur maksudnya adalah bahwa retribusi digunakan sebagai alat untuk mengatur/melaksanakan kebijakan Negara dalam laporan sosial dan ekonomi.

2.2.3. Retribusi Pasar

1. Pengertian Pasar. Menurut ahli ekonomi pasar adalah semua penjual dan pembeli yang melakukan transaksi baik penjualan ataupun pembelian berupa barang/jasa. Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli, baik berupa orang atau kumpulan orang yang memiliki keinginan dan kebutuhan serta mempunyai kemampuan untuk membayar guna memenuhi kebutuhannya (Gitosudarmo, 1992:159).

2. Pengertian Retribusi Pasar. Pengertian retribusi pasar dijelaskan dalam pasal 2 Peraturan Daerah Nomor 8 tahun 1999 tentang Retribusi Pasar sebagai berikut, “Dengan nama Retribusi Pasar dipungut retribusi bagi setiap orang atau badan yang memperoleh fasilitas pasar.”

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa retribusi pasar merupakan pungutan yang dilakukan Pemerintah Daerah kepada setiap orang/badan yang memanfaatkan fasilitas pasar sebagai kontraprestasi atas segala fasilitas yang diperoleh.


(37)

2.2.4. Retribusi Sampah

1. Pengertian Sampah. Sampah adalah limbah yang berbentuk padat/setengah padat yang berasal dari kegiatan orang pribadi atau badan yang terdiri dari bahan organik dan non organik, logam dan non logam, yang dapat terbakar tetapi tidak termasuk buangan biologis/kotoran manusia dan sampah berbahaya.

2. Pengertian Retribusi Sampah. Retribusi sampah yaitu pembayaran atas jasa pelayanan pengangkutan dan pengolahan sampah yang khusus disediakan dan/diberikan oleh Pemda untuk kepentingan orang pribadi/badan.

3. Obyek Retribusi Sampah. Obyek retribusi sampah meliputi pengambilan dan pengangkutan sampah dari tempat pembuangan sampah (TPS) ke tempat pembuangan akhir (TPA), pengolahan dan/pemusnahan sampah di TPA.

2.2.5. Kontribusi, Efektifitas dan Pertumbuhan

1. Pengertian Kontribusi. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) diterbitkan oleh Balai Pustaka yang dimaksud dengan kontribusi adalah:

a. Uang iuran b. Sumbangan

Dilihat dari pengertian kontribusi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), jika dikaitkan dengan retribusi pasar berarti


(38)

sumbangan/uang iuran yang berasal dari penerimaan retribusi pasar dibagi dengan penerimaan dari PAD. Untuk mengetahui kontribusi dari retribusi pasar terhadap PAD (Halim, 2001:155).

% 100 Re   PAD pasar tribusi Kontribusi

2. Pengertian pertumbuhan. Menurut KUBI diterbitkan Balai Pustaka yang dimaksud dengan pertumbuhan adalah:

a. Hal keadaan tumbuh b. Perkembangan

Untuk mengetahui perkembangan tingkat retribusi pasar, maka dapat dihitung dengan cara sebagai berikut (Halim, 2001:155).

 

100%

1 Re 1 Re Re      x tahun alisasi x tahun alisasi x tahun alisasi n pertumbuha Tingkat

3. Pengertian Efektifitas (daya guna). Hal ini mengukur bagian dari hasil pajak yang digunakan untuk menutup biaya memungut retribusi bersangkutan (Devas, 1989:146). Selain mencakup biaya langsung bagi kantor pengelolaan pasar, memperhitungkan biaya langsung bagi kantor, juga memperhitungkan biaya tidak langsung bagi kantor (waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan kantorkantor departemen dan lembaga lain yang dihabiskan untuk membantu kegiatan memungut retribusi tersebut) dan mungkin juga mencakup biaya luar, yaitu biaya mematuhi retribusi bagi wajib retribusi, itikad yang baik, dan sebagainya. Efektifitas atau daya guna mengukur perbandingan antara realisasi


(39)

penerimaan retribusi pasar dengan targetnya. Efektifitas jika digunakan dalam retribusi pasar berarti mengukur bagian dari hasil retribusi pasar yang digunakan untuk menutup biaya memungut retribusi pasar yang bersangkutan. Retribusi pasar dikatakan efektif apabila tingkat efektifitas lebih besar atau sama dengan 100%.

Contoh: Pengukuran efektifitas (Halim, 2001:156).

% 100 arg

Re

 

pasar retribusi et

T

pasar retribusi alisasi

s Efektifita

2.2.6. Otonomi Daerah

1. Pengertian Otonomi Daerah. Menurut Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang dimaksud dengan otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dengan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah tertentu, yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Prinsip-prinsip Pemberian Otonomi. Prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah dalam UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yaitu:

a. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi, keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekaragaman daerah.


(40)

b. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonom yang luas, nyata, dan bertanggungjawab.

c. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah Kabupaten dan Kota, sedangkan otonomi daerah Provinsi merupakan otonomi yang terbatas.

d. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan konstitusi Negara, sehingga tetap terjalin hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, serta antar pemerintah daerah.

e. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom dan karenanya dalam Kabupaten dan daerah Kota tidak ada lagi wilayah administrasi. Demikian pula di kawasan-kawasan khusus yang dibangun oleh pemerintah/pihak lain, seperti Badan Otorisasi, kawasan pelabuhan, kawasan perumahan dan industri, kawasan perkebunan, kawasan pertambangan, dan semacamnya berlaku ketentuan peraturan daerah otonom.

f. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan legeslatif daerah, baik sebagai fungsi legeslatif, fungsi pengawasan, maupun fungsi anggaran atas penyelenggaraan Pemda.

g. Pelaksanaan asas dekonsentrasi diletakkan pada daerah Provinsi dalam kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewajiban pemerintah tertentu yang dilimpahkan kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah.


(41)

h. Pelaksanaan asas tugas pembantuan di mungkinkan tidak hanya dari pemerintah kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah dan daerah kepada desa yang disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan.

3. Tujuan Otonomi Daerah. Menurut Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah tujuan pemberian otonomi daerah adalah untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif masyarakat serta peningkatan pendayagunaan potensi daerah secara optimal dan terpadu secara nyata, dinamis, dan bertanggungjawab.

Nyata berarti pemberian otonomi pada daerah didasarkan pada faktor-faktor perhitungan, tindakan dan kebijaksanaan yang benar-benar menjamin daerah yang bersangkutan, dapat mengurus rumah tangganya sendiri. Dinamis artinya didasarkan pada kondisi perkembangan dan pembangunan. Bertanggungjawab adalah pemberian otonomi yang diupayakan untuk memperlancar pembangunan dipelosok tanah air. Apabila dilihat dari sisi kepentingan Pemda, maka ada tiga tujuan utama otonomi daerah yaitu:

a. Untuk mewujudkan political equality, artinya melalui otonomi daerah diharapkan akan lebih membuka kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas politik ditingkat lokal maupun daerah. b. Untuk menciptakan local accountability, artinya dengan otonomi akan


(42)

c.

Untuk mewujudkan local responsibility, artinya dengan otonomi daerah diharapkan akan mempermudah antisipasi terhadap berbagai masalah yang muncul dan sekaligus menigkatkan akselerasi pembangunan sosial dan ekonomi daerah.

2.2.7. Pendapatan Asli Daerah

1. Pengertian Pendapatan Daerah. Menurut Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, pendapatan daerah merupakan semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan.

Menurut Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, sumber-sumber pendapatan daerah terdiri atas:

a. Pendapatan asli daerah, yaitu: 1) Hasil pajak daerah

2) Hasil retribusi daerah

3) Hasil perusahaan milik daerah,hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan

4) Lain-lain pendapatan daerah yang sah b. Dana perimbangan, terdiri dari:

1) Dana bagi hasil yang barsumber dari pajak dan sumber daya alam 2) Dana alokasi umum

3) Dana alokasi khusus c. Pinjaman daerah


(43)

d. Lain-lain penerimaan daerah yang sah

Selanjutnya didalam penjelasan atas Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dimaksud dengan PAD adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundan-undangan yang berlaku.

2. Sumber Pendapatan Asli Daerah. Menurut Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang dimaksud dengan PAD adalah pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.

Sesuai dengan prinsip otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab, penyelenggaraan pemerataan dan pembangunan daerah secara bertahap akan semakin banyak diserahkan kepada daerah. Berbagai kebijaksanaan keuangan daerah yang diambil diarahkan untuk semakin meningkatkan kemampuan dalam membiayai urusan penyelenggaraan pemerataan dan pembangunan daerahnya. Secara garis besar kebijaksanaan mencakup beberapa komponen utama yaitu:


(44)

a. Kebijaksanaan di bidang penerimaan

Yaitu untuk mendorong kemampuan daerah yang semaksimal mungkin dalam membiayai urusan rumah tangganya sendiri

b. Kebijaksanaan di bidang pengeluaran

Berorientasi pada prinsip desentralisasi dalam perencanaan, penyusunan program, serta pengambilan keputusan dalam memilih Negara dan proyek daerah serta pelaksanaannya.

c. Peningkatan kemampuan organisasi pemerintah daerah termasuk kemampuan personil dan struktur organisasinya.

PAD sebagai bagian dari pendapatan daerah termuat dalam Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, terdiri dari:

a. Hasil pajak daerah

Menurut Undang-Undang No.34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemda dan pengembangan daerah.

b. Hasil retribusi daerah

Menurut Undang-Undang No.34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi


(45)

atau badan. Retribusi daerah merupakan salah satu sumber penerimaan yang dapat dipungut terus menerus mengingat pengeluaran pemerintah daerah adalah untuk anggaran rutin dan anggaran pembangunan selalu meningkat. c. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan.

Yang dimaksud hasil perusahaan daerah adalah bagian keuntungan atau laba bersih perusahaan daerah yang berupa pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik bagi perusahaan daerah yang modalnya untuk seluruhnya terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan maupun bagi perusahaan daerah yang modalnya sebagian terdiri dari kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis penerimaan yang termasuk hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, antara lain bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah.

d. Lain-lain PAD yang sah

Menurut Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, lain-lain PAD yang sah bersumber dari:

1) Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan 2) Jasa giro

3) Pendapatan bunga

4) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

5) Komisi, potongan, maupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau jasa oleh daerah.


(46)

2.2.8. Pengaruh Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Seperti yang telah disinggung dimuka, bahwa suatu daerah dapat disebut sebagai daerah otonomi apabila dapat membiayai penyelenggaraan urusan rumah tangganya sendiri. Kalaupun suatu daerah otonomi belum mampu seluruhnya membiayai urusan rumah tangganya, maka paling tidak daerah tersebut harus mampu menutup belanja rutinnya dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Selama ini retribusi pasar di kabupaten Sidoarjo pemasukannya atau penerimaannya tergolong banyak, maka dapat memberikan sumbangan kepada Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang besar pula. Hal inilah yang dapat memberikan gambaran bahwa retribusi pasar sangat berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Begitu pula dengan retribusi pelayanan persampahan/kebersihan yang berkaitan erat dengan pasar yang membutuhkan pelayanan persampahan/kebersihan pasar agar lokasi penyedia kebutuhan pokok masyarakat tersebut tetap terjaga kebersihannya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa salah satu syarat agar daerah disebut Daerah Otonom adalah tersedianya sumber-sumber keuangannya sendiri. Dengan adanya sumber-sumber keuangan itu, maka daerah diharapkan dapat mempunyai pendapatan sendiri yang memadai untuk penyelenggaraan rumah tangga pemerintahan sendiri, paling tidak untuk membiayai kebutuhan rutinnya.

Didalam pemerintahan daerah, Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sidoarjo sebagai salah satu unsur pemerintahan di daerah yang mempunyai pengaruh penting dalam mengali pendapatan asli daerah. Perkembangan


(47)

kabupaten Sidoarjo yang semakin meningkat, yang menyebabkan keadaan pasar dan pemasaran yang juga meningkat, maka dapat dikatakan bahwa retribusi pasar yang masih potensial untuk menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga dalam pelaksanaannya membutuhkan penanganan yang lebih serius lagi yang dapat menyumbang pendapatan asli daerah sesuai dengan harapan pemerintah daerah untuk dapat membiayai penyelenggaraan pemerintahan sendiri.

2.3. KERANGKA BERPIKIR

Sesuai dengan tema/judul penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh retribusi pasar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Adapun penjabran/gambaran kerangka berpikir penelitian ini sebagai berikut :

Retribusi Pelayanan

Persampahan/Kebersihan

(X

2

)

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

(Y)

Retribusi Pasar (X

1

)

Gambar 2.1 Kerangka berpikir Keterangan :

X1 = Retibusi pasar sebagai variabel independen (variabel bebas)

X2 = Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan sebagai variabel indenden

(variabel bebas)

Y = Pendapatan Asli Daerah sebagai variabel dependen (variabel terikat)


(48)

2.4. HIPOTESIS

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan bukan didasarkan fakta-fakta yang empiris yang diperoleh dari pengumpulan data (Sugiyono, 2006:39).

Dari tujuan landasan teori dan kerangka berpikir diatas, maka dapat ditarik suatu hipetesis sebagai berikut :

“Diduga Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Kebersihan/Persampahan berpengaruh nyata baik secara parsial maupun simultan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoarjo”


(49)

3.1. Jenis Penelitian, Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Jenis Penelitian

Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif, dimana dibutuhkan model statistik dalam bentuk model regresi linier ganda untuk mengetahui secara parsial masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat (uji t), sekaligus untuk mengetahui secara simultan keseluruhan variabel bebas terhadap variabel terikat (uji F).

3.1.2. Definisi Operasional

Definisi operasional digunakan dengan maksud untuk menjelaskan serta menerangkan variabel-variabel pengukuran dengan harapan untuk menghindari kesalahan tafsiran penelitian. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati atau dapat diobservasi (Teguh, 1999:23). Kesimpulan definisi operasional adalah suatu batasan-batasan yang digunakan untuk menghitung variabel-variabel dimana agar tidak terjadi kesalahan tafsiran penelitian.

Adapun definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :


(50)

a. Retribusi pasar sebagai variabel bebas (X1)

Retribusi yang didapat dari para pedagang pasar atas penggunaan tempat di pasar-pasar Kabupaten Sidoarjo dari tahun 2000-2009.

b. Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan sebagai variabel bebs (X2)

Retribusi yang didapat dari para pengguna layanan persampahan/kebersihan di Kabupaten Sidoarjo dari tahun 2000-2009.

c. Pendapatan asli daerah sebagai variabel terikat (Y)

Adalah keseluruhan pendapatan yang diperoleh dari sumber-sumber manapun di dalam wilayahnya itu di Kabupaten Sidoarjo dari tahun 2000-2009.

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada populasi, hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi. Oleh karena itu sampel yang akan diambil dari populasi harus betul-betul representatif (dapat mewakili).

Dalam melakukan penelitian, seorang peneliti harus menentukan daerah atau lokasi yang dijadikan objek penelitian. Objek atau daerah penelitian ini


(51)

disebut populasi. Berdasarkan uraian diatas, maka populasi yang diambil adalah data sepanjang tahun yaitu berdirinya Kantor Dinas Pendapatan Daerah Pembakb. Sidoarjo sampai dengan sekarang. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah data tentang retribusi pasar dan pendapatan asli daerah di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Pemkab. Sidoarjo dalam kurun waktu dari tahun 2000 hingga tahun 2009.

Teknik pengambilan sampel merupakan upaya penelitian untuk mendapat sampel yang representatif (mewakili), yang dapat menggambarkan populasinya. Dimana teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Sampel Random Berkelompok (Cluster Sampling), dimana pengambilan sampel dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling unitnya terdiri dari satu kelompok (cluster). Tiap item (individu) di dalam kelompok yang terpilih akan diambil sebagai sampel. Cara ini dipakai bila populasi dapat dibagi dalam kelompok-kelompok dan setiap karakteristik yang dipelajari ada dalam setiap kelompok. Dalam penelitian ini berupa laporan kelompok pendapatan daerah tiap tahun anggaran di Kabupaten Sidoarjo. Berdasarkan peraturan daerah, perubahan satuan waktu tahun anggaran menjadi tahun kabisat pada Tahun Anggaran 2000, pemunggutan terhitung mulai tanggal 1 April 1999 hingga tanggal 31 Maret 2000. begitu pula dengan Tahun Anggaran 2001 hingga Tahun Anggaran 2009, pemungutan terhitung mulai tanggal 1 April – 31 Maret.


(52)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan maka metode-metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah:

1. Observasi, yaitu dengan mengamati secara langsung pada obyek yang diteliti dalam hal ini adalah kepala Dinas Pasar Kabupaten Sidoarjo dan karyawan. 2. Mempelajari dokumen-dokumen/arsip-arsip yang berkaitan dengan obyek

penelitian.

3.4. Teknik Analisis Data

Analisa ini merupakan pengolahan data secara kuantitatif yang didapatkan dari hasil penelitian tanpa mengadakan pengurangan atau penambahan data. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh Retribusi Pasar (X1) terhadap

Pendapatan Asli Daerah (Y) dengan menggunakan metode statistik linier sederhana.

Rumus :

1 1 0

ˆ b b X

Y   (Sudjana, 2003:6) Dimana :

= pendapatan asli daerah (penjumlahan keseluruhan) b0 = konstanta

b1 = koefisien regresi retribusi pasar


(53)

Dan analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh Retribusi Pasar (X1) terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y) dengan menggunakan metode statistik

linier sederhana. Rumus :

2 2 0

ˆ b b X

Y   (Sudjana, 2003:6) Dimana :

= pendapatan asli daerah (penjumlahan keseluruhan) X2 = retribusi pelayanan persampahan/kebersihan

b0 = konstanta

b2 = koefisien regresi retribusi pelayanan persampahan/kebersihan

Untuk mengetahui pengaruh Retribusi Pasar (X1) dan Retribusi Pelayanan

Kebersihan/Persampahan (X2) terhadap pendapatan asli daerah (PAD), digunakan

analisa statistik yaitu metode regresi linier berganda. Rumus :

2 2 1 1 0

ˆ b b X b X

Y    (Sudjana, 2003:70)

Dimana :

= pendapatan asli daerah (penjumlahan keseluruhan) X1 = retribusi pasar

X2 = retribusi pelayanan persampahan/kebersihan

b0 = konstanta

b1 = koefisien regresi retribusi pasar


(54)

Untuk mendapatkan nilai a, b1 dan b2 digunakan rumus – rumus sebagai berikut :

 

 



   

   2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1

x

x

x

x

x

x

x

x

x

y y

b

 

 



   

   2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2

x

x

x

x

x

x

x

x

x

y y

b

2 2 1 1

0 Y b X b X

b   

(Sudjana, 2003 ; 76)

Hipotesis statistik regresi linier :

Ho : bi = 0, tidak ada pengaruh retribusi pasar dan retribusi pelayanan persampahan/kebersihan (variabel bebas) secara simultan terhadap pendapatan asli daerah (variabel terikat).

H1 : bi 0, ada pengaruh retribusi pasar dan retribusi pelayanan

persampahan/kebersihan (variabel bebas) secara simultan terhadap pendapatan asli daerah (variabel terikat).

H2 : b1 0, ada pengaruh retribusi pasar (variabel bebas) secara parsial

terhadap pendapatan asli daerah (variabel terikat). 

H3 : b2 0, ada pengaruh retribusi pelayanan persampahan/kebersihan (variabel

bebas) secara parsial terhadap pendapatan asli daerah (variabel terikat).

Selanjutnya untuk menguji signifikansi pengaruh antara variabel bebas yaitu retribusi pasar (X1) atau retribusi pelayanan persampahan/kebersihan (X2)


(55)

terhadap pendapatan asli daerah (Y) secara parsial, maka digunakan uji t dengan rumusan sebagai berikut :

i i hitung

Sb b

t  (Sudjana, 2003:111)

Dimana :

thitung = t hasil perhitungan b1 = koefisien regresi Seb1 = kesalahan standar koefisien

Untuk mendapattkan nilai Seb1 menggunakan rumus : Sbi =

 

2

2 12 . 1 i i y r x S

Keterangan :

Sy.12 = Standar error of estimasi

ri = Koefisien korelasi sederhana antara X1 dan X2

(Sudjana, 2003 ; 110) Kaidah pengujian :

a. Apabila thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima yang berarti adanya

pengaruh signifikan antara variabel bebas (retribusi pasar atau pelayanan persampahan/kebersihan) terhadap variabel terikat (pendapatan asli daerah). b. Apabila thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak yang berarti tidak

adanya pengaruh signifikan antara variabel bebas (retribusi pasar atau pelayanan persampahan/kebersihan) terhadap variabel terikat (pendapatan asli daerah).


(56)

Selanjutnya untuk menguji signifikansi pengaruh antara variabel bebas yaitu retribusi pasar (X1) dan retribusi pelayanan persampahan/kebersihan (X2)

terhadap pendapatan asli daerah (Y) secara simultan, maka digunakan uji F dengan rumusan sebagai berikut :

1

( 1)

/

2 2

  

k n R

k R

Fhitung (Sudjana, 2003:108)

Dimana :

Fhitung = Hasil perhitungan

R2 = Koefisien determinasi n = Jumlah sampel data

k = Jumlah variabel independen Kaidah pengujian :

a. Apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Hi diterima yang berarti adanya

pengaruh signifikan antara variabel bebas (retribusi pasar dan pelayanan persampahan/kebersihan) terhadap variabel terikat (pendapatan asli daerah). b. Apabila Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima dan Hi ditolak yang berarti tidak

adanya pengaruh signifikan antara variabel bebas (retribusi pasar dan pelayanan persampahan/kebersihan) terhadap variabel terikat (pendapatan asli daerah).


(57)

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

4.1.1 Riwayat Perkembangan Daerah Kabupaten Sidoarjo

Semula, tepatnya pada tahun 1851 daerah Sidoarjo bernama Sidokare, bagian dari kabupaten Surabaya Daerah Sidokare. Kabupaten Sidokare tidak lagi menjadi daerah bagian dari Kabupaten Surabaya dan sejak itu mulai diangkat seorang Bupati utuk memimpin Kabupaten Sidokare yaitu R. Notopuro (R.T.P Tjokronegoro) Dalam tahun 1859 itu juga, dengan berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 10/1859 tanggal 28 Mei 1859 Staatsblad. 1859 nama Kabupaten Sidokare diganti dengan Kabupaten Sidoarjo.

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa secara resmi terbentuknya Daerah Kabupaten Sidoarjo adalah tangal 28 Mei 1859.

Selanjutnya dalam tahun1883 itu diangkat R.A.A.T. Tjondronegoro I ini dapatlah dicatat sebagai berikut :

a. Dalam Bidang Pembangunan

Penyempurnaan Masjid Jamik yang telah dibangun oleh para Bupati terdahulu yaitu diperluas dan diperindah dengan pemasangan marmer. Pembangunan ini dimulai hari Jum'at Kliwon tanggal 26 Muharrom 1313 H, bertepatan dengan tahun Wawu 1825 dan tanggal 19 Juli 1895. Bagi Pesarean para Bupati serta


(58)

keluarganya, para penghulu dan segenap ahlul masjid ditetapkan di pekarangan Masjid Jamik (seperti yang kita saksikan sekarang)

b. Dalam Bidang pemerintahan

Susunan Pemerintahan (Hierarchie) pada waktu itu di Kabupaten Sidoarjo dibagi menjadi 6 Kawedanan (Distrik) yaitu :

1. Kawedanan Gedangan 2. Kawedanan Sidoarjo 3. Kawedanan Krian

4. Kawedanan Taman Jenggolo 5. Kawedanan Porong Jenggolo 6. Kawedanan Bulang

Nama-nama Kawedanan tersebut ternyata masih memakai nama-nama pada waktu Kerajaan Jenggal dahulu.

A. ARTI LAMBANG KABUPATEN SIDOARJO


(59)

1. Lambang Daerah Kabupaten Sidoarjo terdiri dari 4 bagian :

a. Sebuah segilima beraturan yang sisi-sisinya berbentuk kurung kurawal melambangkan : Falsafah Pancasila yang juga mengandung arti bahwa rakyat Daerah Kabupaten Sidoarjo telah mentrapkan ajaran Pancasila dengan tertib dan pasti.

b. Sebuah bintang bersudut lima melambangkan : KeTuahanan Yang Maha Esa yang menggambarkan kehidupan ber-KeTuhanan / beragama dari rakyat Daerah Kabupaten Sidoarjo.

c. Setangkai padi, depalan belas butir dan sebatang tebu lima ruas dengan bentuk bulat melambangkan : Hasil bumi yang paling penting dalam daerah Kabupaten Sidoarjo. Sedangkan bentuk yang membulat dari padi dan tebu tersebut menggambarkan kebulatan tekad untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur. 18 (delapan belas) butir padi menunjukkan banyaknya Kecamatan dalam daerah Kabupaten Sidoarjo.

d. Ikan bandeng dan ikan udang membentuk hurus " S " melambangkan : Hasil tambak dalam daerah Kabupaten Sidoarjo. Bentuk hurus " S " dari ikan bandeng dan ikan udang tersebut menunjukkan huruf pertama dari Sidoarjo 2. Makna Warna-warna yang Dipakai dalam Lambang Kabupaten Sidoarjo 1. Warna Biru Laut pada lambang berarti air yang menggambarkan bahwa

Daerah Kabupaten Sidoarjo yang terkenal dengan nama : "DELTA BRANTAS" dikelilingi air yaitu sungai dan laut. Warna biru laut yang terlepas dalam lingkaran padi dan tebu berarti air yang menggambarkan bahwa daerah


(60)

Kabupaten Sidoarjo adalah daerah tambak yang banyak menghasilkan ikan bandeng dan ikan udang.

2. Warna dasar Hijau menggambarkan kesuburan daerah Kabupaten Sidoarjo (Delta Brantas)

3. Warna Kuning pada bintang, padi, tebu dan pita menggambarkan kesejahteraan rakyat Kabupaten Sidoarjo

4. Warna Hitam pada tebu, ikan bandeng, ikan udang dan tulisa Kabupaten Sidoarjo menggambarkan keteguhan Iman rakyat daerah Kabupaten Sidoarjo. 5. Warna Abu-abu ikan bandeng dan ikan udang adalah warna pelengkap.

B. SLOGAN / MOTTO

SIDOARJO PERMAI BERSIH HATINYA

(Pertanian Maju, Andalan Industri, Bersih, Rapi, Serasi, Hijau, Sehat, Indah dan Nyaman)

Artinya Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah pertanian yang subur sebagai lumbung pangan, mempertahankan pertanian yang maju agar bisa swasembada pangan dengan cara identifikasi pertanian dan menggunakan mekanisasi teknologi tepat guna, di samping itu mendorong perkembangan industri yang semakin meningkat, maka kedua hal ini harus berkembang secara serasi. Selain itu masyarakat Kabupaten Sidoarjo berbudaya hidup dengan lingkungan yang bersih, rapi, serasi, hijau, sehat, indah dan nyaman.


(61)

4.1.2 Visi dan Misi Pemerintahan Kabupaten Sidoarjo 1. Visi Kondisi umum Kabupaten Sidoarjo :

Visi Kabupaten Sidoarjo merupakan gambaran tentang keadaan masa depan yang diinginkan oleh masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Visi Kabupaten Sidoarjo adalah: "MANDIRI, SEJAHTERA, DAN MADANI"

Makna yang terkandung dalam visi tersebut adalah Kabupaten Sidoarjo dengan masyarakat yang mampu mengembangkan potensi diri dan daerah serta mencukupi kebutuhan hidup dan kehidupannya secara mandiri, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, beriman dan bertaqwa, berkecukupan material-spiritual, sejahtera lahir-batin; memegang teguh moral agama, beradab dan berakhlak mulia; menjunjung tinggi supremasi hukum, demokratis, aman, tentram, tertib dan damai, serta masyarakat yang sadar akan hak dan kewajibannya.

2. Misi

Misi Kabupaten Sidoarjo memperlihatkan secara jelas tahapan yang penting dalam proses pembangunan di Kabupaten Sidoarjo. Misi Kabupaten Sidoarjo adalah sebagai berikut:

a. Mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan dan pengamalan nilai-nilai agama diiringi dengan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.


(62)

c. Memfasilitasi pembangunan infrastruktur yang mendorong peningkatan pembangunan yang proporsional, berwawasan lingkungan, dan berkelanjutan.

4.1.3 Wilayah Geografis Kabupaten Sidoarjo

Kabupaten Sidoarjo sebagai salah satu penyangga Ibukota Propinsi Jawa Timur merupakan daerah yang mengalami perkembangan pesat. Keberhasilan ini dicapai karena berbagai potensi yang ada di wilayahnya seperti industri dan perdagangan, pariwisata, serta usaha kecil dan menengah dapat dikemas dengan baik dan terarah.

Dengan adanya berbagai potensi daerah serta dukungan sumber daya manusia yang memadai, maka dalam perkembangannya Kabupaten Sidoarjo mampu menjadi salah satu daerah strategis bagi pengembangan perekonomian regional.

Kabupaten Sidoarjo terletak antara 112o 5’ dan 112o 9’ Bujur Timur dan antara 7o 3’ dan 7o 5’ Lintang Selatan. Batas sebelah utara adalah Kotamadya Surabaya dan Kabupaten Gresik, sebelah selatan adalah Kabupaten Pasuruan, sebelah timur adalah Selat Madura dan sebelah barat adalah Kabupaten Mojokerto.


(63)

Gambar 4.2 Peta Kabupaten Sidoarjo Topografi :

a. Dataran Delta dengan ketinggian antar 0 s/d 25 m, ketinggian 0-3m dengan luas 19.006 Ha, meliputi 29,99%, merupakan daerah pertambakkan yang berada di wilayah bagian timur

b. Wilayah Bagian Tengah yang berair tawar dengan ketinggian 3-10 meter dari permukaan laut merupakan daerah pemukiman, perdagangan dan

pemerintahan. Meliputi 40,81 %.

c. Wilayah Bagian Barat dengan ketinggian 10-25 meter dari permukaan laut merupakan daerah pertanian. Meliputi 29,20%

Hidrogeologi : Daerah air tanah, payau, dan air asin mencapai luas 16.312.69 Ha. Kedalaman air tanah rata-rata 0-5 m dari permukaan tanah.


(64)

Hidrologi : Kabupaten Sidoarjo terletak diantara dua aliran sungai yaitu Kali Surabaya dan Kali Porong yang merupakan cabang dari Kali Brantas yang berhulu di kabupaten Malang.

Klimatologi : Beriklim topis dengan dua musim, musim kemarau pada bulan Juni sampai Bulan Oktober dan musim hujan pada bulan Nopember sampai bulan Mei. Struktur Tanah :

a. Alluvial kelabu seluas 6.236,37 Ha

b. Assosiasi Alluvial kelabu dan Alluvial Coklat seluas 4.970,23 Ha c. Alluvial Hidromart seluas 29.346,95 Ha

d. Gromosal kelabu Tua Seluas 870,70 Ha

4.1.4 Kependudukan

Berdasarkan data kependudukan Kabupaten Sidoarjo per Desember 2009, didapatkan jumlah penduduk kabupaten Sidoarjo sebanyak 1.781.405 jiwa dengan detail berdasarkan jenis kelamin sebagai berikut :


(65)

Tabel 4.1 Data Kependudukan Kabupaten Sidoarjo Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

Kecamatan Orang (%) Orang (%) Jumlah

Prosentase (%)

Balongbendo 34.304 3,84 33.801 3,81 68.105 3,82

Buduran 41.158 4,60 35.061 3,95 76.219 4,28

Candi 62.879 7,03 62.935 7,09 125.814 7,06

Gedangan 53.475 5,98 52.233 5,88 105708 5,93

Jabon 27.643 3,09 27.413 3,09 55.056 3,09

Sidoarjo 92.561 10,36 92.949 10,47 185.510 10,41

Krembung 37.220 4,16 38.008 4,28 75.228 4,22

Krian 43.278 4,84 42.994 4,84 86.272 4,84

Porong 40.223 4,50 40.841 4,60 81.064 4,55

Prambon 30.292 3,39 30.242 3,41 60.534 3,40

Sedati 67.567 7,56 67.802 7,64 135.369 7,60

Sukodono 32.005 3,58 31.752 3,58 63.757 3,58

Taman 93.343 10,44 91.184 10,27 184.527 10,36

Tanggulangin 32.504 3,64 32.582 3,67 65.086 3,65

Tarik 33.652 3,77 32.003 3,61 65.655 3,69

Tulangan 39.571 4,43 39.424 4,44 78.995 4,43

Waru 98.308 11,00 100.497 11,32 198.805 11,16

Wonoayu 33.822 3,78 35879 4,04 69.701 3,91

Jumlah 893.805 100 887.600 100 1.781.405 100

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil KabupatenSidoarjo Per Desember 2009

Berdasarkan tabel diatas jumlah penduduk kabupaten Sidoarjo sebanyak 1.781.405 orang terdiri dari 893.805 laki-laki dan 887.600 perempuan yang menyebar di 18 kecamatan. Jumlah penduduk paling besar ada pada kecamatan Waru sebanyak 198.805 orang atau 11,16% dari penduduk total kabupaten Sidoarjo dengan jumlah 98.308 laki-laki dan 100.497 perempuan. Hal ini dikarenakan kecamatan tersebut terdapat banyak indutri atau sentra pemerintahan. Semua penduduk yang tercatat merupakan penduduk asli kabupaten Sidoarjo tidak termasuk penduduk musiman.


(66)

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Prosentase (%)

PNS 11.035 1,22

TNI/ Polri 11.702 1,30

Swasta 98.874 10,95

Wiraswasta 51.178 5,67

Petani 730.337 80,87 Jumlah 903.126 100

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil KabupatenSidoarjo Per Desember 2009

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui jenis pekerjaan penduduk Kabupaten Sidoarjo yang yang terbesar ada di sektor Petani sebanyak 730.337 orang atau 80,87% dari keseluruhan angkatan kerja. Hal ini disebabkan Petani memiliki jumlah terbanyak karena pada kategori ini pemilik tanah, buruh tani/penggarap masuk kategori ini, selain itu peternak dan petambak juga dimasukkan katgori ini.

Tabel 4.3 Data Penduduk berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Prosentase (%)

Sarjana 56.786 3,64 SMA 347.492 22,27

SMP 400.172 25,64

Lulus SD 639.915 41,00

Tidak tamat SD 18.022 1,15

Belum sekolah 98.192 6,29

Jumlah 1.560.579 100 Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

KabupatenSidoarjo Per Desember 2009

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Sidoarjo terbesar pada tingkat pendidikan SD sebanyak 639.915 orang atau 41% dari keseluruhan penduduk Kabupaten Sidoarjo yang pernah mengecap pendidikan. Hal ini dikarenakan program pendidikan 9 (sembilan) tahun yang


(1)

Pendapatan Asli Daerah (Y) sebesar koefisien regresi (b2) 710,186 yang artinya apabila jumlah penerimaan Retribusi Pelayanan Kebersihan/Persampahan (X2) dinaikkan satu satuan nilai maka dapat meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (Y) sebesar 710,186.

Sedangkan secara simultan diketahui analisis bahwa terdapat pengaruh Retribusi Pasar (X1) dan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan (X2) terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y), Dari persamaan tersebut dapat diartikan apabila nilai Retribusi Pasar (X1) dan nilai Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan (X2) adalah 0 (nol), maka nilai Pendapatan Asli Daerah (PAD) konstan sebesar 26378,1.

Berdasarkan hal tersebut maka Retribusi Daerah yang menjadi kewenangan daerah dimungkinkan untuk dipungut dan digunakan untuk pembiayaan pembangunan daerah, sehingga retribusi daerah mempunyai pengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Ekstensifikasi yaitu dengan upaya penggalian sumber penerimaan yang memberikan keuntungan secara ekonomis kepada masyarakat, serta pelayanan masyarakat merupakan unsur yang penting terhadap retribusi daerah.

Untuk melihat gambar estimasinya dapat dilihat pada lampiran II yang dapat diartikan bahwa apabila Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Daerah nilainya konstan maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) naik satu satuan nilai.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan merupakan pendapatan daerah yang berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sidoarjo sesuai dengan yang diharapkan pemerintah untuk dapat membiayai sendiri keuangan daerahnya. Oleh karena itu penulisa ingin mengetahui seberapa besar pengaruh Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Selanjutnya untuk mengetahui jawabannya digunakan teknik analisa kuantitatif yang berupa analisis regresi linier ganda dan perhitungan dengan program SPSS. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan :

1. Bahwa Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dilihat dari analisis data dengan menggunakan program SPSS, maka Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan memberikan kontribusi sebesar 85,6% sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini yaitu pajak daerah, retribusi selain retribusi pasar dan retribusi pelayanan persampahan/kebersihan serta pendapatan daerah lainnya..

2. Selanjutnya untuk pengujian secara simultan dapat ditarik kesimpulan bahwa Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan mempunyai pengaruh signifikan dan nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal


(3)

hitung sebesar 20,724 lebih besar dari Ftabel = 4,74 pada tingkat  = 5%. Berdasarkan Sudjana, hal ini menunjukkan bahwa Retribusi Pasar (X1) dan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan (X2) terbukti secara simultan berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y).

3. Selanjutnya untuk pengujian secara parsial dapat ditarik kesimpulan bahwa Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan mempunyai pengaruh signifikan dan nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis regresi linier ganda yang membuktikan bahwa dengan menggunakan Uji t, didapatkan :

a. Variabel Retribusi Pasar (X1) karena thitung didapatkan 6,192 lebih besar dari ttabel = 1,8125 pada tingkat  = 5%. Berdasarkan Sudjana, hal ini menunjukkan bahwa Retribusi Pasar (X1) terbukti secara parsial berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y).

b. Variabel Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Daerah (X2) karena thitung didapatkan 3,805 lebih besar dari ttabel = 1,8125 pada tingkat  = 5%. Berdasarkan Sudjana, hal ini menunjukkan bahwa Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan (X2) terbukti secara parsial berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (Y).


(4)

91

5.2 Saran

Saran yang diajukan penulis dalam penelitian mengenai Retribusi Pasar, Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sidoarjo pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Sidoarjo sebagai berikut :

1. Perlunya untuk meningkatkan Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan agar target penerimaan keduanya selalu bisa terpenuhi yang nantinya akan mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sidoarjo agar dapat meningkatkan pembangunan kabupaten.

2. Lebih meningkatkan pemungutan Retribusi Pasar dan Retribusi Pelayananan Persampahan/Kebersihan yang nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan sarana dan prasarana pasar serta kebersihannya sehingga pada nantinya akan terwujud keinginan berupa berdirinya PD (Perusahaan Daerah) Pasar, yang selama ini belum dimiliki kabupaten Sidoarjo.


(5)

Buku :

Abdul Halim, 2001.Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah.Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Anonymous, 2007. Kabupaten Sidoarjo Dalam Angka 2003-2007. Surabaya: BPS. Devas, Nick.,dkk..1989. Keuangan Pemerintah Daerah di Indonesia. Jakarta: UIPress

Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Mardiasmo, 2003, Perpajakan, Yogyakarta, Andi Yogyakarta.

Munawir, H.S., 1997, Perpajakan, Liberty.

Suandy, Erly, 2000, Hukum Pajak, Jakarta, Salemba Empat.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta. Sudjana, 2002, Metode Statistika, Bandung, Tarsito

Sudjana, 2003, Teknik Analisis Regresi dan Korelasi, Bandung, Tarsito

Gitosudarmo, Indriyo. Pengantar Bisnis. Yogyakarta: BPFE.

Teguh, Muhammad. 1999. Metodologi Penelitian: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Yani, Ahmad, 2002, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Non Buku :

Jawa Pos, Metropolis – Sidoarjo, Minggu 21 Maret 2010 halaman 40.

Undang-Undang Nomor: 34 Tahun 2000. Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.


(6)

Undang-Undang Nomor: 33 Tahun 2004. Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Undang-Undang Nomor: 12 Tahun 2008. Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang RI No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001. Tentang Retribusi Daerah.

PerDa Kabupaten Sidoarjo Nomor 8 Tahun 1999. Tentang Retribusi Pasar.

PerDa Kabupaten Sidoarjo Nomor 3 Tahun 1993. Tentang Pasar.

PerDa Kabupaten Sidoarjo Nomor 11 Tahun 2003. Tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan.

PerDa Kabupaten Sidoarjo Nomor 6 Tahun 2008. Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Sidoarjo.

Keputusan Bupati Sidoarjo No.511.2/085-A/2001. Tentang Penetapan Kelas Pasar dan Taksiran Nilai Tempat Dasaran.

Keputusan Bupati Sidoarjo Nomor 12 Tahun 2002. Tentang Penetapan Tarif Pengganti Biaya Pembayaran Listrik dan Kompleks Pasar di Kabupaten Sidoarjo.

Keputusan Bupati Sidoarjo Nomor 22 Tahun 2008. Tentang Penjabaran Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Pengelolaan Pasar Kabupaten Sidoarjo.


Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24