Kajian Potensi Dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Retribusi Persampahan Dinas Kebersihan Kota Medan
PROGRAM DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN
KAJIAN POTENSI DAN REALISASI PENERIMAAN PENDAPATAN RETRIBUSI PERSAMPAHAN DINAS KEBERSIHAN
KOTA MEDAN
TUGAS AKHIR
Diajukan oleh:DEVI SUHAIMI PUTRI 112101116
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
(2)
(3)
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan ramat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan
judul “KAJIAN POTENSI DAN REALISASI PENERIMAAN PENDAPATAN
RETRIBUSI PERSAMPAHAN KOTA MEDAN”.
Tugas akhir ini dibuat dan disusun dalam rangka untuk memenuhi syarat kelulusan dan memperoleh gelar Ahli Madya pada program D-III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
Penulis menyadari bahwa tersusunnya Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Kepada kedua orang tua ku Suhaimi Chand, Amd dan Yetty Supiati yang
telah membesarkanku dan selalu memberi cinta, doa serta materi.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac,Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku ketua Program D-III Keuangan
Fakultas Eknomi dan Bisnis USU.
4. Ibu Friska Sipayung, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
5. Bapak Ibu dosen yang telah memberikan sebagian ilmunya.
6. Pemerintah Kota Medan Badan Penelitian dan Pengembangan yang telah
memambantu dalam hal membuat surat izin penelitian di kantor Dinas Kebersihan Kota Medan.
(4)
7. Bapak Sekretaris Dinas Kebersihan Kota Medan Indra Gunawan, S.Sos yang membantu dalam penyelesaian penelitian ini.
8. Seluruh staf dan pegawai kantor Dinas Kebersihan Kota Medan yang
membantu dalam mempersiapkan data-data dalam judul tersebut.
9. Kakak ku Novita Sari, ST dan Fenni Merdeka Putri, Amd yang terutama
telah banyak membantu dalam segi materi mau pun bimbingan darinya.
10. Abang-abang ku Ir. Vimy Seprahmadi Chand, St. Mt, Yudhi Novriadi
Chand Amd, dan Muhammad Bayu Winata yang selalu memberi motivasi dan kasih sayang nya.
11. Teman Terbaik ku Taufiq Andrian, SK, Desi Indah Sari, Ichwana Alfatha,
dan Ramadhani yang selalu menemani ku dalam suka dan duka terima kasih banyak.
12. Teman-teman satu perjuangan ku Mawaddah Putri, Nur jama’iyah hrp,
Febrinawati, Addini Khalis, Nurlia Wulan dari, Syarifah Fatma, Fikry, Yoki, terima kasih atas kebersamaan dan keceriaan selama dalam perkuliahan. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu kritikan dan masukan yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata, besar harapan penulis agar Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
Medan, Juni 2014
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ……….. i
DAFTAR ISI ……….. iii
DAFTAR GAMBAR ……… v
DAFTAR TABEL ………. vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1
B. Perumusan Masalah ………. 4
C. Maksud dan Tujuan ………. 4
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI A. Sejarah Ringkas Instansi ……… 6
B. Visi dan Misi ………. 9
C. Job Description dan Struktur Organisasi ……….. 10
D. Kinerj a Tugas dan Fungsi……….. 16
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Landasan Teori ……… 19
1. Pengertian PAD (Pendapatan Asli Daerah) …………. 19
2. Pengertian Retribusi ……… 21
3. Penggolongan Retribusi ……….. 22
(6)
4. Sifat Retribusi
……… 23
5. Jenis Retribusi
……… 23
B. Analisis dan Pembahasan ……….. 25
1. Subjek /Objek RPP/K
……… 25
2. Potensi RPP/K
……… … 25
3.Realisasi Penerimaan Pendapatan Retribusi
RPP/K ……….. 27
4. Sistem Potensi
Pemunggutan Sampah Dinas Kebersihan
Kota Medan Dalam Penerimaan Retribusi ………… 29
5. Tarif Retribusi
Pelayanan Persampahan/Kebersihan
Kota Medan ……… … 30
6. Pelaksanaan
Pendataan, Penetapan Wajib
RPP/K ……….. 30
7.Upaya Peningkatan Penerimaan Pendapatan
RPP/K ………. 30
BAB IV PENUTUP
(7)
B. Saran ……….. 35 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1 Struktur Organisasi
(8)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Realisasi Penerimaan Retribusi Pelayanan
(9)
A. Latar Belakang
Setiap daerah diberikan wewenang oleh pemerintah pusat untuk mengembangkan suatu potensi yang ada didaerah tersebut, tujuannya untuk membiayai pembangunan, mengatur, dan juga mengurus kepentingan masyarakat setempat untuk pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan UU No.32/2004 . Dalam melaksanakan otonomi daerah secara nyata dan terpercaya, dinamis dan bertanggung jawab dalam keperluan dana yang besar dan mesti didukung oleh sumber-sumber penerimaan daerah itu sendiri . Perimbangan keuangan pusat dan daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam kerangka Negara kesatuan dalam pembagian keuangan secara professional, demokrasi, adil, transparan dengan selalu memperhatikan potensi, kondisi juga kebutuhan daerah dalam UU No.33/2004.
Sumber – sumber pendapatan daerah dalam UU No.25/1999 antara lain adalah dengan PAD (pendapatan asli daerah) terdiri dari dengan hasil pajak daerah, penerimaan dari hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil kekayaan milik daerah yang telah dipisahkan serta lain-lain PAD yang syah dari penerimaan daerah diatas hanya pajak daerah dan penerimaan retribusi yang menjadi salah satu sumber penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah. Retribusi daerah adalah pembayaran dari rakyat kepada pemerintah karena adanya suatu balas jasa yang diterima dari pembayaran tersebut menurut suparmoko (2001).
(10)
2
Hal ini digunakan untuk meningkatkan pendapatan daerah dalam upaya pemenuhan kebutuhan daerah. Disini perlu dipahami oleh masyarakat bahwa pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah ini sebagai sumber penerimaan yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah.
Retribusi daerah menurut Munawir (1990:4) didefinisikan sebagai ”iuran rakyat kepada Pemerintah berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan mendapatkan jasa balik atau kontra prestasi dari Pemerintah secara langsung dan dapat ditunjuk”. Salah satu cara untuk mengatur sistem pemungutan adalah dengan pajak daerah dan retribusi daerah yang telah diatur oleh Undang Nomor 18 tahun 1997, dan yang telah disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Aturan pelaksanaannya berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1997 tentang Retribusi Daerah.
Pembangunan otonomi daerah saat ini menjangkup disetiap daerah dibangun sebuah pusat pertokoan, tempat pembuangan akhir sampah (TPA), perbaikan jalan, juga dibangunnya pusat rekreasi/wisata untuk masyarakat daerah, dan dibangunnya perkebunan kelapa sawit dan seterus dari rencana otonomi di pemeritahan. Dari otonomi daerah tersebut daerah pusat memperoleh pendapatan retribusi yang nantinya setiap minggu/bulan membayar retribusi daerah kepada pemerintah. Pada pasal 1 angka 26 Undang-undang Nomer 34 Tahun 2000 disebutkan bahwa retribusi daerah dibagi menjadi tiga golongan yaitu :
(11)
1. Retribusi Jasa Umum
2. Retribusi Jasa Usaha
3. Retribusi Perizinan tertentu
Salah satu jenis dari retribusi jasa umum adalah Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan. Retribusi pada umumnya mempunyai hubungan langsung dengan kembalinya kontraprestasi karena pembayaran tersebut ditunjukan semata-mata hanya mendapatkan kontraprestasi secara langsung dari pemerintah. Dalam rangka untuk mewujudkan kebersihan dan keindahan kota yang memenuhi tuntutan serta aspirasi masyarakat, maka perlu didukung sarana dan prasarana pelayanan persampahan/kebersihan yang memadai.
Retribusi Pelayanan Persampahan ini memiliki dasar hukum yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sistem pungutan ini merupakan sistem pemungutan yang memberikan wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besar retribusi yang terutang. Untuk itu potensi wajib retribusi untuk melakukan kecurangan retribusi lebih kecil dibandingkan dengan pungutan atau pajak tetapi semua itu kita kembalikan kepada Wajib Retribusi yang kita ketahui kesadaran mereka terhadap kewajiban pajak ataupun retribusi. Dari beberapa uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul tentang : “KAJIAN POTENSI DAN REALISASI PENERIMAAN PENDAPATAN RETRIBUSI PERSAMPAHAN DINAS KEBERSIHAN KOTA MEDAN”
(12)
4
B. Rumusan Masalah Dalam Penelitian Ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Seberapa besar potensi pemungutan retribusi sampah daerah kota Medan ?
2. Berapa besar pendapatan retribusi setoran sampah tiap mingguan/bulan?
3. Bagaimana potensi Dinas Kebersihan Kota Medan terhadap sistem penerimaan
pendapatan retribusi sampah ?
C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini :
1. Untuk mengetahui potensi penerimaan retribusi dalam tiap pendapatan setoran retribusi sampah kota medan.
2. Mengetahui besarnya pendapatan retribusi sampah kota Medan.
3. Merekomendasikan potensi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sistem penerimaan pendapatan retribusi sampah sebagai salah satu sumber penerimaan bagi retribusi pelayanan persampahan/kebersihan di kota Medan .
Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat dari penelitian ini : a. Bagi Instansi
1. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kinerja pendapatan dari hasil retribusi yang harus perlu didukung oleh sarana dan prasarana pelayanan persampahan/kebersihan yang memadai .
b. Bagi Penulis
1. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang pendapatan retribusi
(13)
2. Sebagai salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara .
c. Bagi Pembaca
1. Sebagai bahan acuan untuk pembuatan penelitian di masa yang akan
(14)
BAB II
GAMBARAN UMUM DINAS KEBERSIHAN KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat Dinas Kebersihan Kota Medan
Pengelolaan sampah sudah dimulai sejak pemerintahan Hindia Belanda, setelah Indonesia merdeka, pengelolaan sampah kota atau penanganan kebersihan dilaksanakan atau ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum kotamadya Daerah Tingkat II Medan, dan merupakan salah satu bagian unit kerja berbentuk seksi, hingga tahun 1975.
Oleh Karena penanganan kebersihan semakin meluas dan personil semakin banyak maka untuk lebih mengintensifkan pelayanan kebrsihan, dibentuk satu Dinas lagi yaitu pengembangan dari Dinas Pekerjaan Umum Tingkat II medan pada tahun 1975 yaitu Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota Madya Daerah Tingkat II Medan .
Pada tahun 1978 dipecah lagi menjadi Dinas Kebersihan dan Keindahan Kotamadya Tingkat II Mendan Menjadi 3 (tiga) Dinas yaitu :
1. Dinas Kebersihan Kotamadya Daerah 3 Tingkat II Medan.
2. Dinas Kebersihan Kotamadya Daerah Tingkat II Medan.
3. Dinas Perbengkelan Kotamadya Daerah Tingkat II Medan.
Dinas Kebersihan ini hanya beroperasi sampai Tahun 1988, karena berdasarkan studi yang dilaksanakan selama periode proyek MUDP-I (Medan Urban Development Project). Dinas ini diusulkan dilikuidasi menjadi sebuah Perusahaan Daerah Kebersihan Bestari Kotamadya Tingkat II Medan dan merupakan harta kekayaan yang dipisahkan dari milik Pemerintah Daerah.
(15)
Perusahaan Daerah Kebersihan Bestari Kotamadya Daerah Tingkat II Medan didirikan dengan tujuan :
1. Mewujudkan dan meningkatkan pelayanan umum dalam bidang jasa
sarana dan fasilitas kebersihan untuk mencapai Kota Medan yang bersih dan lingkungan yang sehat.
2. Meningkatkan Pendapatan asli Dearah.
Khusus penanganan kebersihan kota, dalam pelaksanaan dilapangan terdapat kekurangan peralatan pengumpulan dan pengangkutan sampah. Oleh karena adanya dan APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) Tingkat II Medan sangat terbatas, maka diupayakan meminjam dana dari ADB (Asia Depelopment Bank) .
Setelah diadakan survey dan fasibility study di lapangan, maka diadakan mufakat antara Pemerintah Pusat. Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Cipta Karya dan Pemerintah Daerah Tingkat II Medan, Departemen Keuangan dan Asia Depelopment Bank untuk mengadakan peralatan ini dibentuk satu organisasi yaitu MUDP (Medan Urban Development Project) sector persampahan pada 5 (lima) Kecamatan Pusat Kota yaitu :
1. Kecamatan Medan Kota.
2. Kecamatan Medan Baru.
3. Kecamatan Medan Barat.
4. Kecamatan Timur dan,
(16)
8
Peralatan persampahan yang tersedia pada saat itu adalah : 1. 30 Unit Truk Renault (continer).
2. 21 unit Typer Truk (Toyota Rino). 3. 4 unit Truk Toyota Pick Up. 4. 1 Unit Buldozer.
5. 1 Unit Wheel Loader.
6. 10 Unit Honda GL 100.
7. 140.000 Buah tong sampah.
8. 25 Ha lokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
9. Sarana peralatan dan perawatan dilengkapi dengan Work Shop, Doorsmer,
Mushola, dan Galon Minyak. 10. Perkantoran.
Perusahaan Daerah kebersihan Bestari Kota Medan ini hanya beroperasi sampai dengan tahun 2001, karena dibekukan Oleh Walikota Medan, dan dibentuk kembali Dinas Kebersihan Kota Medan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan No.4 Tahun 2001 tentang pembentukan Organisasi dan tata kerja Perangkat Daerah Kota Medan . Keputusan Walikota Medan Nomor 10 Tahun 2002 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebersihan Kota Medan. diperbarui Dengan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 tahun 2009 tanggal 4 Maret 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) Dinas Kebersihan Kota Medan, dan Peraturan Walikota Medan Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja perangkat Daerah Kota Medan, telah mendapat persetujuan Dewan
(17)
188.34/9022/Kep-DPRD/2008 tanggal 31 Desember 2008 dan telah diundangkan dalam Lmebaran Daerah Kota Medan Tahun 2009 Nomor 3 tanggal 4 Maret 2009.
B. Visi Dan Misi Dinas Kebersihan Kota Medan 1. Visi
Visi adalah cara memandang jauh ke depan, kemana Dinas Kebersihan Kota Medan harus dibawa agar dapat eksis, antisipasif dan inovatif . Secara umum Visi adalah pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan instansi pemerintah.
Pernyataan Misi merupakan suatu gambaran yang menantang keadaan masa depan yang ingin dicapai oleh Dinas Kebersihan Kota Medan .
Konsep Pembangunan Kota Medan Metropolitan di bidang kebersihan berpedoman kepada visi Dinas Kebersihan Kota Medan yaitu “ TERWUJUDNYA PELAYANAN KEBERSIHAN YANG PRIMA “.
2. Misi
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan sesuai dengan visi yang ditetapkan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Dalam rangka mewujudkan visi diatas, maka Misi Dinas Kebersihan Kota Medan ditetapkan sebagai berikut :
a. Meningkatkan kwalitas sumber daya manusia aparatur guna membentuk
aparatur Dinas Kebersihan yang berdedikasi tinggi dan professional dalam pelayanan kepada masyarakat.
b. Meningkatkan sarana dan prasarana kebersihan yang berteknologi berdaya
guna dan berhasil guna dalam penyapuan, pengumpulan, pewadahan, pengangkutan dan pemusnahan sampah serta pengolahan dan pemanfaatan
(18)
10
sampah menjadi bernilai ekonomi , guna meningkatkan kualitas pelayanan kebersihan kota yang berwawasan lingkungan.
c. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan meningkatkan peran
serta masyarakat membayar retribusi pelayanan kebersihan guna meningkatkan kualitas pelayanan kebersihan .
C. Job Description Dan Struktur Oganisasi.
Susunan Organisasi di Dinas Kebersihan Kota Medan A.Kepala Dinas
Kepala Dinas bertanggung jawab kepada Walikota untuk menyelenggarakan kebijakan teknis urusan Pemerintahan dan pelayanan umum dibidang kebersihan.
B. Sekretaris
Sekretaris bertanggung jawab kepada Kepala Dinas untuk pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan penyusunan program Dinas Kebersihan Kota Medan.
C. Sub Bagian Umum
Kepala Sub Bagian umum yang bertanggung jawab kepada sekretaris untuk penyusunan rencana kegiatan pengelolaan, administrasi umum, pengelolaan administrasi kepegawaian, dan pelaporan pelaksana tugas Dinas Kebersihan Kota Medan.
D. Sub Bagian Keuangan
(19)
keuangan, penyusunan laporan keuangan, penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
E. Sub Bagian Penyusunan Program
Kepala Sub Bagian bertanggung jawab kepada sekretaris untuk penyusunan program dan pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan program Dinas.
F. Bidang Pengembangan dan Pengawasan
Kepala Bidang bertanggung jawab kepada Kepala Dinas untuk penyusunan rencana kegiatan bidang pengembangan dan pengawasan dan penyusunan petunjuk teknis lingkup pengembangan sarana dan prasarana, penyuluhan, dan pengawasan kebersihan.
G. Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana
Kepala Seksi bertanggung kepada Kepala Bidang Pengembangan dan Pengawasan untuk penyiapan rencana program, segala kegiatan pengembangan sarana dan prasarana, pengumpulan pengelolaan bahan dan data koordinasi dan konsultasi dengan instansi terkait.
H. Seksi Penyuluhan
Kepala Seksi bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan dan Pengawasan untuk penyusunan penyuluhan kebersihan dan pengumpulan pengolahan data lingkup materi penyuluhan kebersihan.
(20)
12
I. Seksi Pengawasan
Kepala Seksi bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan dan Pengawasan untuk pengumpulan bahan dan data pelaksana pengawasan rutin, berkala, dan insendentil terhadap penyapuan, pengumpulan, pemilahan, pengangkutan dan pengolahan sampah.
J. Bidang Operasional
Kepala Bidang bertanggung jawab kepada Kepala Dinas untuk pelaksana pembinaan, pengendalian dan pengkoordinasian kegiatan Seksi Operasional Medan I, II, dan III, mulai dari pewadahan, penyapuan, pengumpulan, pemilahan, pengangkutan dan pembuangan akhir.
K. Seksi Operasional Wilayah I
Kepala Seksi bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Operasional untuk penyiapan pelaksanaan pengkoordinasian seluruh kegiatan operasional wilayah I, mulai dai pewadahan, penyapuan, pengumpulan, pemilahan, pengangkutan dan pembuangan akhir.
L. Seksi Operasional Wilayah II
Kepala Seksi bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Operasional untuk penyiapan pelaksanaan pengkoordinasian seluruh kegiatan operasional wilayah II, mulai dari pewadahan, penyapuan, pengumpulan, pemilahan, pengangkutan dan pembuangan akhir.
(21)
M. Seksi Operasional Wilayah III
Kepala Seksi bertanggung kepada Kepala Bidang Operasional untuk penyiapan pelaksanaan pengkoordinasian seluruh kegiatan operasional wilayah III, mulai dari pewadahan, penyapuan, pengumpulan, pemilahan, pengangkutan dan pembuangan akhir.
N. Bidang Retribusi
Kepala Seksi bertanggung jawab kepada Kepala Dinas untuk melaksanakan penagihan retribusi pelayanan kebersihan yang ditetapkan di wilayah penagihan Wilayah I, II, dan III.O. Seksi Penagihan Wilayah I Kepala Seksi bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Retribusi untuk penyusunan bahan pelaksanaan penagihan, pengutipan, penyetoran retribusi wilayah I serta pendapatan potensi wajib retribusi sampah (WRS) dan membuat laporan harian, mingguan, bulanan, triwulan, tahunan, realisasi hasil pengutipan pelayanan retribusi kebersihan.
P. Seksi Penagihan Wilayah II
Kepala Seksi bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Retribusi untuk penyusunan bahan pelaksanaan penagihan, pengutipan, penyetoran retribusi wilayah II serta pendapatan potensi wajib retribusi sampah (WRS) dan membuat laporan harian, mingguan, bulanan, triwulan, tahunan, realisasi hasil pengutipan pelayanan retribusi kebersihan.
Q. Seksi Penagihan Wilayah III
Kepala Seksi bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Retribusi untuk penyusunan bahan pelaksanaan penagihan, pengutipan, penyetoran retribusi wilayah III serta pendapatan potensi wajib retribusi sampah (WRS) dan
(22)
14
membuat laporan harian, mingguan, bulanan, triwulan, tahunan, realisasi hasil pengutipan pelayanan retribusi kebersihan.
R. Bidang Perawatan
Kepala Bidang bertanggung jawab kepada Kepala Dinas untuk pelaksanaan perawatan terhadap kendaraan, truck sampah, becak/gerobak sampah, alat-alat berat, sarana dan prasarana serta perencanaan penempatan Pool kendaraan mobil Dinas.
S. Seksi Perbengkelan
Kepala Seksi bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Perawatan untuk melaksanakan perbaikan seluruh alat-alat/sarana teknis kebersihan non kayu baik yang berada dilokasi perbengkelan (workshop) maupun yang sedang berada dilapangan serta pembauatan laporan kegiatan kerusakan kendaraan. T. Seksi Pertukangan
Kepala Seksib bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Perawatan untuk penyusunan bahan lingkup pertukangan dan pengumpulan pengolahan data lingkup kerusakan kendaraan bak sampah yang akan dilas serta perbaikan kereta sorong, becak sampah, dan alat-alat berat yang berada di TPA.
U. Seksi Service Pool
Kepala Seksi bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Perawatan untuk pelaksanaan penggantian pelumas, pemispotan, pencucian kendaraan, filter/saringan, serta pengaturan Pool kendaraan, pembuatan laporan kendaraan rusak, laporan harian, bulanan, pencatatan kartu kendali pengambilan barang dari gudang dan laporan pemakaian.
(23)
(24)
16
D.Kinerja Tugas Dan Fungsi Terkini:
Dinas Kebersihan memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut : Tugas
1. Unsur pelaksanaan Pemerintah Kota Medan dalam bidang pengelolaan
kebersihan yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Daerah melalu Sekertaris Daerah.
2. Dinas Kebersihan
mempunyai tugas melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah dalam bidang kebersihan dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya.
Fungsi
1. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis dibidang pengelolaan
kebersihan dan memberikan bimbingan teknis pengelolaan kebersihan.
2. Melakukan pengelolaan limbah / sampah sesuai dengan peerkembangan yang
ada agar tidak terjadi pencemaran .
3. Menyelenggarakan penelitian dan penyusunan program perkembangan sistem
pengelolaan kebersihan secara efisien dan efektif .
4. Memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap instansi pemerintah, swasta 5. serta masyarakat dalam usaha meningkatkan bersih, tertib dan indah .
6. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya . 7. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh Daerah .
Pengangkatan Kepala Dinas Kebersihan Kota Medan berdasarkan Surat Keputusan Walikota Medan Nomor : 8000/190.K tanggal 22 Maret 2010 tentang : petunujukan pelaksana tugas Kepala Dinas Kebersihan Kota Medan.
(25)
Jumlah Pegawai sebanyak 1.765 orang terdiri atas PNS 295 orang dan THL 1470 orang dengan rincian sebagai berikut :
PNS :
1. Struktural…………
………. 18 orang
2. Staff………
………. 277 orang
Sub Jumlah PNS……….. 295 orang
THL/Honorer :
1. Staff………
………. 109 orang
Medan I
- Mandor
Kelurahan……….. 23 orang
- Mandor
Angkutan………... 2 orang
- Supir………
……… 53 orang
- Kenek………
……….. 40 orang
- Bestari………
(26)
18
- Melati………
……….. 152 orang
Sub Jumlah PNS……….. 524 orang
Medan II
- Mandor
Kelurahan……….. 19 orang
- Mandor
Angkutan……… – orang
- Supir………
……… 29 orang
- Kenek………
……….. 51 orang
- Bestari………
……….. 211 orang
- Melati………
……… .. 142 orang
Sub Jumlah Medan II……….. 451 orang
Medan III
- Mandor
Kelurahan……….. 12 orang
- Mandor
(27)
- Supir………
……… 29 orang
- Kenek………
……….. 51 orang
- Bestari………
……….. 186 orang
- Melati………
………... 107 orang
(28)
BAB III PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. PAD (Pendapatan Asli Daerah)
Pendapatan daerah adalah semua hak yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu (UU.No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah). Pengertian pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber keuangan daerah yang gali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasilpengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan perusahaan daerah, dan lain-lain yang sah.
Menurut Nurcholis (2007-182). pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan daerah, dan lain-lain yang sah. Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan keuangan suatu daerah , dimana penerimaan keuangan itu bersumber dari potensi-potensi yang ada didaerah tersebut misalnya pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain, serta penerimaan keuangan tersebut diatur oleh peraturan daerah.
Pendapatan daerah merupakan tulang punggung pembiayaan daerah, oleh karena itu kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari beberapa kontribusi yang dapat diberikan Pendapatan Asli Daerah terhadap APBD berarti semakin kecil ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan pusat. Sumber – sumber pendapatan daerah antara lain adalah dengan PAD (pendapatan asli daerah) terdiri dari :
(29)
a. Pajak Daerah
Pengertian pajak daerah berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 adalah “kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk kepentingan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
b. Retribusi Daerah
Dalam pasal 1 angka 26 Undang-Undang dimaksud menyebabkan bahwa retribusi daerah, yang selanjutnya disebutkan disebut retribusi, adalah “pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberi izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan”.
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan terdiri dari :
b. Bagian laba atas peneyertaan modal pada perusahaan milik daerah /BUMD
c. Bagian laba atas peneyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/
BUMN.
d. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau
kelompok usaha masyarakat.
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribus daerah, dan hasil peneglolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mencangkup:
(30)
22
1. Hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan
2. Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan 3. Jasa Giro 4. Bunga deposito
5. Penerimaan atas tuntutan ganti rugi
6. Penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/atau pengadaan barang dan jasa oleh daerah serta keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
7. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan. 8. Pendapatan denda pajak dan denda retribusi
9. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan
2. Pengertian Retribusi
Menurut kutipan Josef Kaho (2002:153) mengatakan pengertian retribusi secara umum adalah “pembayaran-pembayaran kepada Negara yang dilakukan oleh mereka yang telah menggunakan jasa-jasa negara.” Dan juga menurut S.Munawir yang dikutip oleh Josef Riwu Kaho menyatakan retribusi adalah iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan disini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah, dia tidak dikenakan iuran itu.
Selanjutnya menurut Mardiasmo (2003:100) mengatakan retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan kepada Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka penulis menyimpulkan yang dimaksud retribusi adalah pungutan kepada mereka-mereka yang menggunakan jasa-jasa negara secara langsung yang
(31)
prestasinya ditunjuk secara langsung dan pelaksanaannya dapat dipaksakan (paksaan ekonomis) yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah.
3. Penggolongan Retribusi
Pengertian penggolongan retribusi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah adalah pengelompokkan retribusi yang meliputi Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, Retribusi Jasa Perizinan tertentu.:
a. Retribusi Jasa Umum
Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikanoleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Bentuk jasa umum yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada masyarakat umum diwujudkan dalam jasa pelayanan.
b. Retribusi Jasa Usaha
Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta.
c. Retribusi Jasa Perizinan tertentu
Retribusi jasa perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepadaorang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian linkungan.
(32)
24
4. Sifat – Sifat Retribusi
Direktorat Keuangan Jendral Pemerintah Dalam Negeri menjelaskan bahwa sifat Retribusi Daerah adalah :
a) Paksaan bersifat ekonomis
b) Adanya imbalan secara langsung kepada pembayar ;
c) Walaupun memenuhi persyaratan baik formal dan materil tetapi tetap ada alternatif untuk menolak atau menerima pembayaran ;
d) Dalam hal ini Retribusi Daerah digunakan untuk suatu tujuan tertentu tetapi dalam banyak hal retribusi tidak lebih dari pengembalian biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.
5. Jenis-Jenis Retribusi
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah dijelaskan jenis-jenis retribusi yang meliputi Jenis Retribusi Jasa Umum, Jenis Retribusi Jasa Usaha, Jenis Retribusi Jasa Perizinan Tertentu adalah sebagai berikut :
a. Jenis Retribusi Jasa Umum adalah : 1. Retribusi Pelayanan Kesehatan ;
2. Retribusi Pelayanan Persampahan /Kebersihan ;
3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil ;
4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat ; 5. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum ;
(33)
8. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor ;
9. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran ; 10. Retribusi Pengganti Biaya Cetak Peta ;
11. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan ; b. Jenis Retribusi Jasa Usaha adalah : 1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah ; 2. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan ; 3. Retribusi Tempat Pelelangan ;
4. Retribusi Terminal ;
5. Retribusi Tempat Parkir Khusus ; 6. Retribusi Penitipan Anak ;
7. Retribusi Tempat Penginapan/Villa ; 8. Retribusi PenyedotanKakus ;
9. Retribusi Runah Pemotongan Hewan ; 10. Retribusi Pelayanan Pelabuhan Kapal ; 11. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga ; 12. Retribusi Penyebrangan di Atas Air ; 13. Retribusi Pengelolaan Limbah Cair ;
14. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah ; c. Jenis Retribusi Perizinan Tertentu adalah: 1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan ;
2. Retribusi Izin Peruntukan Penggunaan Tanah ;
3. Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol ; 4. Retribusi Izin Gangguan ;
(34)
26
5. Retribusi Izin Trayek ;
6. Retribusi Izin Pengambilan Hasil Hutan.
Dari uraian tentang jenis-jenis Retribusi diatas maka dapat dilihat bahwa Retribusi Pelayanan Persampahan /Kebersihan digolongkan dalam Retribusi Jasa Umum.
B.Analisis dan Pembahasan
1. Subjek /Objek Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
Sebagai salah satu sumber penerimaan daerah, Retribusi Pelayanan Persampahan/kebersihan (RPP/K) memiliki subbjek dan objek retribusi sebagai berikut :
1. Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memanfaatkan
fasilitas perlayanan persampah/kebersihan.
2. Objek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah daerah. Tetapi tidak semua jasa yang diberikan pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya, hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak untuk dijadikan sebagai objek retribusi. Jasa tertentu tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu jasa umum, jasa usaha, dan perizinan tertentu.
2. Potensi Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
Berdasarkan dari pengamatan, retribusi tidak bisa dipungut sesuai dengan potensi yang ada karena struktur tarif yang ada pada Perda tidak dilaksanakan sepenuhnya, yang dipakai adalah tarif minimum efektivitasnya , khususnya untuk obyek rumah tinggal dan toko padahal rumah tinggal merupakan
(35)
berhasil dipungut. Retribusi yang dipungut hanya bisa membiayai 7,28 % dari total pengeluaran untuk pengelolaan kebersihan.
Agar retribusi kebersihan dapat dipungut sesuai dengan potensi yang ada maka Dinas Kebersihan Kota Medan diminta mengambil alih pengutipan retribusi sampah yang selamai ini dilakukan kecamatan yang dianggap tidak efektif. karena tidak tercapainya target PAD dari retribusi sampah itu disebabkan sosialisasi perwal kurang maksimal. Karena itu, agar penanganan sampah dikembalikan seperti semula kepada dinas kebersihan. Sejak awal 2013 pengutipan sampah diserahkan ke kecamatan. Kebijakan ini diperkuat melalui Peraturan Wali Kota No 45/- 2012. Tapi hasilnya ternyata mengecewakan, tidak sampai 10%. Akibatnya, target PAD dari retribusi sampah dalam PAPBD terpaksa diturunkan.
Dinas Kebersihan merupakan salah satu penyumbang PAD Kota Medan. Salah satu sektor yang bisa diandalkan yakni retribusi sampah dari warga Kota Medan, Retribusi ini harus dimaksimalkan dengan potensi yang meningkat hingga dapat jadi penyumbang bagi pembangunan Kota Medan. Pasalnya, target saat ini yang tercantum di R-APBD Kota Medan 2014 yakni Rp21 miliar dinilai belum maksimal mengingat besarnya potensi PAD di dinas tersebut. namun banyaknya dari para anggota dewan menghendaki agar perolehan PAD Dinas Kebersihan dimaksimalkan dengan potensi “Sektor retribusi sampah yang merupakankan salah satu penyumbang PAD andalan Kota Medan.
Saat ini jumlah Potensi Wajib Retribusi Sampah (WRS) Kota Medan telah meningkat jadi 102ribu KK, sebelumnya pada 2012 hanya 89 ribu KK. Dikatakannya juga, untuk R-APBD TA 2014, Dinas Kebersihan ditargetkan
(36)
28
PAD sebesar Rp21 miliar, jumlah ini sama dengan target P-APBD 2013 senilai Rp21 miliar setelah direvisi dari target awal di R-APBD yakni Rp70 miliar. “Hingga Oktober 2013 lalu, PAD telah tercapai 70% lebih. Untuk diketahui, pada R-APBD 2014, Dinas Kebersihan mendapat anggaran untuk belanja langsung sebesar Rp110 miliar lebih termasuk untuk biaya BBM dan gaji honorer yang mencapai seribuan orang lebih. Sedangkan untuk belanja tidak Langsung mencapai Rp89 miliar. Tidak tercapainya target PAD dari retribusi sampah itu disebabkan sosialisasi perwal kurang maksimal.
Untuk mendukung optimalisasi tersebut disusun suatu strategi, dan hasilnya menunjukkan bahwa kelemahan dan ancaman dalam pengelolaan persampahan dapat diatasi oleh kewenangan dan kebijakan yang dimiliki oleh Dinas Kebersihan Kota Medan.
3. Realisasi
Penerimaan Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Tahun 2014.
Pengertian Realisasi merupakan salah satu komponen keuangan pemerintah yang menyajikan
Berdasarkan hasil pengamatan dalam pengumpulan data sesuai dengan waktu penerimaan pada tiap jadwal realisasi penerimaan retribusi sampah. dapat dilihat pada Tabel 3.1
informasi tentang realisasi secara tersanding untuk suatu periode tertentu.
(37)
(38)
30
4. Sistem Potensi Pemunggutan Sampah Dinas Kebersihan Kota Medan Dalam Penerimaan Retribusi.
Sesuai dengan peraturan Daerah Kota Medan tentang retribusi pelayanan persampahan/kebersihan hal-hal pokok dalam pelaksanaan pemunggutan RPP/K adalah :
1. Penyetoran
retribusi di lakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang di tunjuk oleh Walikota sesuai waktu yang ditetapkan.
2. Apabila penyetoran
dilakukan ditempat lain yang ditunjuk , hasil penerimaan retribusi harus di setor ke Kas Daerah oleh penjabat yang di tunjuk, selambat – lambatnya 1 x 24 jam.
3. Apabila penyetor
retribusi dilakukan setelah lewat waktu yang ditentukan sebagaimana maka akan dikenakan sanksi administrasi bunga sebesar 2%.
4. Penyetoran
retribusi harus dilakukan secara tunai.
5. Walikota dapat
memberi izin kepada wajib retribusi untung mengasur retribusi terutang.
6. Setiap penyetoran
retribusi diberikan tanda bukti.
Berdasarkan kenyataan dilapangan sistem potensi pemunggutan RPP/K masih kurang sesuai :
(39)
1. Penyetoran hasil retribusi ke Kas Daerah 1 X 24 jam tidak berlaku.
2. Sanksi penyetoran
sesudah leawat batas waktu yang ditentukan sebesar 2% tidak berlaku.
3. Pemberian izin
wajib retribusi terutang untuk mengasur retribusi jarang sekali dilakukan dan hampir tidak ada.
5. Tarif Retribusi
Pelayanan Persampahan/Kebersihan Kota Medan
Prinsip dan sasaran dalam penetapan dan struktur besar tarif retribusi dimaksudkan untuk menutupi biaya penyelenggaraan. pelayanan dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dan aspek keadilan. dasar penetapan struktur tarif berdasarkan pelayanan yang diberikan, jenis, volume sampah yang dihasilkan serta kemampuan masyarakat.
6. Pelaksanaan
Pendataan, Penetapan Wajib Retribusi Pelayanan Persampahan/kebersihan
a. Pelaksanaan
Pendataan
Proses pelaksanaan pendataan Wajib Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan dilakukan untuk memperoleh data dan informasi untuk calon Wajb RPP/K yang menurut peraturan daerah kota Medan dapat digolongkan obyek retribusi. Dalam proses ini seksi pendaftaran dan pendataan melakukan kerja sama dengan berbagai
(40)
32
instansi pemerintah baik kecamatan, keluruhan maupun pihak RT/RW setempat tempat calon wajib retribusi terdaftar.
b. Pelaksanaan
Penetapan Wajib RPP/K
Proses pelaksanaan wajib RPP/K dilakukan oleh seksi penerbitan surat ketetapan Dinas Pendapatan Daerah. pelaksanaan proses ini didasarkan pada data-data calon retribusi yang dikumpulkan sebelumnya dan ditetapkan dengan menerbitkan surat RKK/P.
7. Upaya
Peningkatan Penerimaan Pendapatan Retribusi Dalam Pelayanan Persampahan/Kebersihan
Dalam rangka meningkatkan efisiensi pengelolaan persampahan, diperlukan peningkatan yang kongkrit :
a. Peningkatan
Retribusi
Dalam rangka melaksanakan pola pembiayaan cost recovery, upaya peningkatan biaya operasi dan pemeliharaan harus diikuti dengan perbaikan sistem penarikan retribusi. Perbaikan tersebut meliputi perbaikan tarif dan pola penarikan retribusi. Kedua hal tersebut akan sangat mendukung dalam penyediaan biaya pengelolaan persampahan suatu kota.
1). Tarif Retribusi.
Retribusi merupakan salah satu bentuk nyata partisipasi masyarakat didalam membiayai program pengelolaan persampahan. Retribusi harus disiapkan dengan seksama serta mempunyai landasan yang kokoh, agar masyarakat dapat
(41)
menerima kenyataan bahwa untuk hidup sehat diperlukan biaya dan masyarakat dapat percaya bahwa uang yang dibayarnya benar-benar digunakan untuk pengelolaan persampahan .
Komponen yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan penentuan tarif. retribusi adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan biaya pengelolaan per tahun
2. Tingkat pelayanan / jumlah sampah yang dikelola 3. Jumlah timbulan sampah masing-masing sumber 4. Pengelompokan wajib retribusi
5. Pola subsidi silang
6. Kemampuan Pemda mensubsidi
7. Kemampuan dan kemauan masyarakat membayar retribusi (ditinjau dari tingkat penghasilan masyarakat berpendapatan tinggi, menengah dan rendah serta urgensi pelayanan yang dituntut oleh masyarakat).
Pengelompokan wajib retribusi harus memperhatikan jenis aktifitas atau usaha apakah bersifat komersial atau sosial, dapat juga dilakukan pengelompokan kualitas seperti kelas atas, menengah dan rendah. Pengelompokan tersebut terdiri dari :
1. Kelompok Perumahan
2. Kelompok Komersial (toko, pasar, salon, bioskop, hotel, restoran dan lain-lain)
3. Kelompok Fasilitas umum (perkantoran, sekolah, rumah sakit dan lain-lain) 4. Kelompok Fasilitas sosial (tempat ibadah, panti asuhan dan lain-lain)
(42)
34
Pembedaan kelompok dan kelas tersebut didasarkan pada keinginan menerapkan konsep subsidi silang antar wajib retribusi, dengan prinsip produsen mensubsidi konsumen ataupun status ekonomi kuat mensubsidi yang lemah.
Konsep subsidi silang adalah :
1. Mensubsidi, berarti tarif retribusi lebih besar dari rata-rata biaya satuan 2. Netral, berarti retribusi sama dengan rata-rata biaya satuan Disubsidi, berarti retribusi lebih kecil dari rata-rata biaya satuan
Langkah-Iangkah perhitungan retribusi : 1. Tentukan jumlah penduduk kota
2. Tentukan jumlah penduduk yang dilayani
3. Tentukan pendapatan rata-rata rumah tangga per bulan (tinggi, menengah dan rendah) .
4. Tentukan timbulan sampah tiap sumber yang dilayani digunakan untuk subsidi silang). Pembobotan untuk pemukiman didasarkan pada pendapatan per KK dan untuk non permukiman didasarkan pada perperkiraan volume sampah per klasifikasi sumber. Untuk kelompok komersil disetarakan dengan golongan perumahan tinggi, fasilitas umum setara dengan golongan menengah 5. Tentukan biaya pengelolaan per tahun
6. Tentukan efisiensi retribusi tertagih
7. Tentukan jumlah bobot pada masing-masing pelanggan (pembobotan dan fasilitas sosial setara dengan golongan perumahan rendah.
8. Tentukan tarif dasar dengan cara :
(43)
Jumlah bobot retribusi
9. Besarnya tarif retribusi dihitung dengan cara : tarif dasar dikaiikan dengan masing-masing bobotnya.
b. Pola Penarikan Retribusi
Metoda yang digunakan dalam penarikan retribusi adalah sebagai berkut: 1. Penarikan retribusi secara mandiri, dan
2. Penarikan retribusi dilakukan langsung oleh petugas dari organisasi pengelola sampah.
(44)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang di lakukan tentang Kajian Potensi dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Retribusi Persampahan Dinas Kebersihan. maka dapat ditarik kesimpulan :
1.
2. Besar penerimaan realisasi wajib retribusi sampah (WRS) tergantung dari bagaimana wajib retribusi tepat waktu dalam memenuhi pembayaran kewajibannya.
Potensi penerimaan Wajib Retribusi Sampah (WRS) Kota Medan pada tahun
2014 meningkat dari 89 ribu KK menjadi 102ribu KK. Untuk R-APBD TA
2014, maka potensi yang meningkat seharusnya menjadikan target PAD dari retribusi sampah dapat di sosialisasikan kepada perwal yang mesti di maksimalkan agar peningkatan terus terjadi.
3. Penerimaan Retribusi berdasarkan kenyataan yang ada dilapangan, masih
kurang sesuai, dikarenakan Kemampuan dan kemauan masyarakat membayar retribusi masih belum dalam keadaan menyadari bahwa perlunya pembayaran WRS untuk menghasilkan PAD dari retribusi sampah Kota Medan.
(45)
B. Saran
1. Untuk meningkatkan potensi pemunggutan sampah, Dinas Kebersihan
diharapkan dapat mengubah system pengelolaan dalam penerimaan pendapatan retribusi sampah agar salah satu sumber dari Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan yang digolongkan ke dalam Retribusi Jasa Umum
ini dapat menjadi penyumbang PAD Kota Medan yang akan jadi
(46)
38
DAFTAR PUSTAKA
Ismail.Munawir.2001 . Pendapatan Asli Daerah Dalam Otonomi Daerah. Jurnal
Ekonomi Mananjemen dan Akuntansi Volume II No.1
Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah. Penerbit
Citra Umbara : Jakarta.
Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Penerbit Citra Umbara: Jakarta Sofyan. Rangkuti.2014. Pendapatan Realisasi Retribusi Dinas Kebersihan Kota
Medan : Medan
Kaho, Josef Riwu.2002. Prospek Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada ; Jakarta.
Republik Indonesia. 2000. Undang–undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak
dan Retribusi Daerah.
Republik Indonesia 1999. Undang–undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Sumber
– sumber Pendapatan Daerah dalam UU No.25/1999.
Republik Indonesia 1997. Undang–undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah
Republik Indonesia 2001. Nomor 65 Tahun 2001 dan Nomor 20 Peraturan
Pemerintah RI Retrbusi Daerah
Republik Indonesia 2009. Undang-Undangn Nomor 28 Tahun 2000 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah
Nurcholis. 2007. Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Penerbit Pustaka Bnagsa
Press : Jakarta
Merdiasmo. 2003. Otonomi Daerah, Perpajakan dan Manajemen Keuangan
(47)
(1)
Pembedaan kelompok dan kelas tersebut didasarkan pada keinginan menerapkan konsep subsidi silang antar wajib retribusi, dengan prinsip produsen mensubsidi konsumen ataupun status ekonomi kuat mensubsidi yang lemah.
Konsep subsidi silang adalah :
1. Mensubsidi, berarti tarif retribusi lebih besar dari rata-rata biaya satuan 2. Netral, berarti retribusi sama dengan rata-rata biaya satuan Disubsidi, berarti retribusi lebih kecil dari rata-rata biaya satuan
Langkah-Iangkah perhitungan retribusi : 1. Tentukan jumlah penduduk kota
2. Tentukan jumlah penduduk yang dilayani
3. Tentukan pendapatan rata-rata rumah tangga per bulan (tinggi, menengah dan rendah) .
4. Tentukan timbulan sampah tiap sumber yang dilayani digunakan untuk subsidi silang). Pembobotan untuk pemukiman didasarkan pada pendapatan per KK dan untuk non permukiman didasarkan pada perperkiraan volume sampah per klasifikasi sumber. Untuk kelompok komersil disetarakan dengan golongan perumahan tinggi, fasilitas umum setara dengan golongan menengah 5. Tentukan biaya pengelolaan per tahun
6. Tentukan efisiensi retribusi tertagih
7. Tentukan jumlah bobot pada masing-masing pelanggan (pembobotan dan fasilitas sosial setara dengan golongan perumahan rendah.
8. Tentukan tarif dasar dengan cara :
(2)
Jumlah bobot retribusi
9. Besarnya tarif retribusi dihitung dengan cara : tarif dasar dikaiikan dengan masing-masing bobotnya.
b. Pola Penarikan Retribusi
Metoda yang digunakan dalam penarikan retribusi adalah sebagai berkut: 1. Penarikan retribusi secara mandiri, dan
2. Penarikan retribusi dilakukan langsung oleh petugas dari organisasi pengelola sampah.
(3)
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang di lakukan tentang Kajian Potensi dan Realisasi Penerimaan Pendapatan Retribusi Persampahan Dinas Kebersihan. maka dapat ditarik kesimpulan :
1.
2. Besar penerimaan realisasi wajib retribusi sampah (WRS) tergantung dari bagaimana wajib retribusi tepat waktu dalam memenuhi pembayaran kewajibannya.
Potensi penerimaan Wajib Retribusi Sampah (WRS) Kota Medan pada tahun 2014 meningkat dari 89 ribu KK menjadi 102ribu KK. Untuk R-APBD TA 2014, maka potensi yang meningkat seharusnya menjadikan target PAD dari retribusi sampah dapat di sosialisasikan kepada perwal yang mesti di maksimalkan agar peningkatan terus terjadi.
3. Penerimaan Retribusi berdasarkan kenyataan yang ada dilapangan, masih kurang sesuai, dikarenakan Kemampuan dan kemauan masyarakat membayar retribusi masih belum dalam keadaan menyadari bahwa perlunya pembayaran WRS untuk menghasilkan PAD dari retribusi sampah Kota Medan.
(4)
B. Saran
1. Untuk meningkatkan potensi pemunggutan sampah, Dinas Kebersihan diharapkan dapat mengubah system pengelolaan dalam penerimaan pendapatan retribusi sampah agar salah satu sumber dari Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan yang digolongkan ke dalam Retribusi Jasa Umum ini dapat menjadi penyumbang PAD Kota Medan yang akan jadi penyumbang bagi pembangunan Kota Medan ini.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Ismail.Munawir.2001 . Pendapatan Asli Daerah Dalam Otonomi Daerah. Jurnal
Ekonomi Mananjemen dan Akuntansi Volume II No.1
Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah. Penerbit Citra Umbara : Jakarta.
Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Penerbit Citra Umbara: Jakarta Sofyan. Rangkuti.2014. Pendapatan Realisasi Retribusi Dinas Kebersihan Kota
Medan : Medan
Kaho, Josef Riwu.2002. Prospek Otonomi Daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada ; Jakarta.
Republik Indonesia. 2000. Undang–undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah.
Republik Indonesia 1999. Undang–undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Sumber – sumber Pendapatan Daerah dalam UU No.25/1999.
Republik Indonesia 1997. Undang–undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Republik Indonesia 2001. Nomor 65 Tahun 2001 dan Nomor 20 Peraturan Pemerintah RI Retrbusi Daerah
Republik Indonesia 2009. Undang-Undangn Nomor 28 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Nurcholis. 2007. Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Penerbit Pustaka Bnagsa Press : Jakarta
Merdiasmo. 2003. Otonomi Daerah, Perpajakan dan Manajemen Keuangan Daerah Penerbit Andi: Yogyakarta
(6)